Anda di halaman 1dari 18

MAJAS

Oleh:
Decequen Putri Setiadi
Kelas

PEMERINTAH PROVINSI
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI
1945
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah Majas ini dapat
terselesaikan dengan cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun,
berkat bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah Majas ini dapat
terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada kami
setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah Majas yang
sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.

Jakarta, 17 Agustus 1945


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Majas................................................................................... 2
B. Fungsi Majas.......................................................................................... 3
C. Jenis-jenis Majas.................................................................................... 3
1. Majas Penegasan............................................................................. 3
2. Majas Perbandingan....................................................................... 5
3. Majas Pertentangan......................................................................... 7
4. Majas Pertautan.............................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 13
B. Saran...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun
sebenarnya majas termasuk dalam gaya bahasa. Dalam tulisan ini pengertian
gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh
orang tertentu, untuk tujuan tertentu. Pemakaian gaya bahasa yang tepat dapat
menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat,
maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka, bahkan mengganggu
pembaca. Misalnya apabila dalam novel remaja masa kini terdapat banyak
gaya bahasa dari masa sebelum kemerdekaan, maka pesan tidak sampai dan
novel remaja itu tidak akan disukai pembacanya. Pemakaian gaya bahasa juga
dapat menghidupkan apa yang dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa
dapat mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat.
Pemakaian majas baik dalam pendidikan atau yang lainnya diharapkan
dapat membantu dalam tulisan. Apalagi bagi para pendidik, penulis baik novel
ataupun penulis puisi. Majas dapat dijadikan sebagai cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis dengan pilihan kata, frase, klausa, dan kalimatnya. Berkenaan dengan
hal tersebut bagi peningkatan profesionalisme dan karier pendidik, perlu
disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana para pelajar untuk
memperoleh wawasan, pengetahuan, dan konsep keilmuan berkenaan tentang
majas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian majas?
2. Apa saja fungsi majas?
3. Apa saja jenis-jenis majas?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa,
pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang
membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas digunakan dalam penulisan
karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat
mempergunakan lebih banyak majas dibandingkan dengan prosa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh
efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara
khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun
tertulis. Dengan kata lain, gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan
dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara
langsung menyatakan makna yang sebenarnya.
Selain pengertian di atas ada juga yang mengartikan majas sebagai
pemanfaatan gaya bahasa untuk memperoleh nuansa tertentu sehingga
menciptakan kesan kata-kata yang lebih imajinatif. Oleh sebab itu, kalimat
bahasa Indonesia yang mendapatkan sentuhan majas akan tampak berbeda
dengan kalimat-kalimat bahasa Indonesia pada umumnya. Sehingga dari
sinilah para penikmat karya sastra akan menemukan keindahan serta
keragaman bahasa yang menarik untuk dinikmati.
Secara singkat majas dapat diartikan sebagai gaya bahasa. Lebih
lengkapnya pengertian majas ialah gaya bahasa indah yang bertujuan untuk
mempercantik susunan kalimat atau memberikan kesan dan efek tertentu
kepada pembaca baik secara lisan maupun tulisan.

2
3

B. Fungsi Majas
Penggunaan majas dalam sebuah karya sastra untuk menciptakan efek
yang lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam karya sastra. Majas
menyebabkan karya sastra menjadi menarik perhatian, menimbulkan
kesegaran, lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambaran angan. Majas
secara umum berfungsi untuk:
1. Menghasilkan kesenangan imajinatif.
2. Menghasilkan imaji tambahan sehingga hal-hal yang abstrak menjadi
kongkret dan menjadi dapat dinikmati pembaca.
3. Menambah intensitas perasaan pengarang dalam menyampaikan makna
dan sikapnya.
4. Mengonsentrasikan makna yang hendak di sampaikan dan cara-cara
menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang singkat.

C. Jenis-jenis Majas
1. Majas Penegasan
a. Aliterasi
Aliterasi ialah sejenis gaya bahasa yang berwujud perulangan
konsonan pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya terjadi pada
puisi. Contoh:
1) Kau keraskan kalbunya.
2) Bagai batu membesi benar.
3) Timbul telangkai bertongkat urat.
4) Ditunjang pengacara petah fasih.
b. Asonansi
Asonansi ialah sejenis gaya bahasa repetisi yang berjudul
perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya
dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan.
Contoh: Segala ada menekan dada.
4

c. Antanaklasis
Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung
perulangan kata dengan makna berbeda.
Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang.
d. Kiasmus
Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan
sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata
dalam satu kalimat.
Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.
e. Epizeukis
Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung.
Maksudnya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-
turut.
Contoh: Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat.
f. Tautotes
Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa pengulangan
sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi.
Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.
g. Anafora
Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan perulangan
kata pertama pada setiap baris atau kalimat.
Contoh: Kucari kau dalam toko-toko.
h. Epistrofa (efifora)
Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata
pada akhir baris atau kalimat berurutan.
Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur.
i. Simploke
Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan
awal dan akhir beberapa baris (kalimat secara berturut-turut).
Contoh: Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.
5

j. Mesodiplosis
Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa
pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara
berturut-turut.
Contoh: Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.
k. Epanalepsis
Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan
kata pertama pada akhir baris, klausa, atau kalimat.
Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya.
l. Anadiplosis
Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase
terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama
pada klausa atau kalimat berikutnya.
Contoh: Dalam raga ada darah.
2. Majas Perbandingan
a. Perumpamaan
Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti.
Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata:
seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa.
Contoh: Seperti air dengan minyak.
b. Metafora
Metafora ialah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara
implisit.
Contoh: Aku adalah angin yang kembara.
c. Personifikasi
Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani
pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang
abstrak.
Contoh: Bunga ros menjaga dirinya dengan duri.
d. Depersonifikasi
6

Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat


suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Biasanya
memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila,
seandainya, seumpama.
Contoh: Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.
e. Alegori
Alegori ialah gaya bahasa yang menggunakan lambang-lambang
yang termasuk dalam alegon antara lain:
1) Fabel, contoh: Kancil dan Buaya
2) Parabel, contoh: Cerita Adam dan Hawa
f. Antitesis
Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan
yang bertentangan.
Contoh: Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian.
g. Pleonasme
Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang
sebesarnya tidak perlu.
Contoh: Capek mulut saya berbicara.
h. Tautologi
Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frase
yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu.
Contoh: Apa maksud dan tujuannya datang ke mari?
i. Perifrasis
Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja
menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata
saja.
Contoh: Wita telah menyelesaikan sekolahnya tahun 1988 (lulus).
j. Antisipasi (prolepsis)
Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya
menggunakan frase pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan
dikerjakan atau akan terjadi.
7

Contoh: Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala


kemenangan.
k. Koreksio (epanortosis)
Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya mula-
mula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan
memperbaiki yang mana yang salah.
Contoh: Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!
3. Majas Pertentangan
a. Hiperbola
Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang
berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan
untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh: Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.
b. Litotes
Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat
mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu.
c. Ironi
Ironi ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya
bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Bagus benar rapormu Bar, banyak merahnya.
d. Oksimoron
Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di
dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata
yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama.
Contoh: Olahraga mendaki gunung memang menarik walaupun sangat
membahayakan.
e. Paronomosia
Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang
berisi penjajaran kata-kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan
maknanya.
8

Contoh: Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah.

f. Zeugma
Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi
rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau
lebih kata lain. Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahkan
kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari
padanya.
Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.
g. Silepsis
Silepsis kata yang dipergunakannya itu secara gramatikal benar,
tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya mempunyai
makna lain.
Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
h. Satire
Satire ialah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau karangan
yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun
terselubung.
Contoh: Jemu aku dengan bicaramu.
i. Inuendo
Inuendo ialah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan
mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh: Dia memang baik, cuma agak kurang jujur.
j. Antifrasis
Antifrasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang
menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Berbeda
dengan ironi, yang berupa rangkaian kata yang mengungkapkan
sindiran dengan menyatakan kebalikan dari kenyataan, sedangkan pada
antifrasis hanya sebuah kata saja yang menyatakan kebalikan itu.
Contoh Antifrasis: Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si
cebol).
9

Contoh ironi: Kami tahu bahwa kau memang orang yang jujur
sehingga tak ada satu orang pun yang percaya padamu.

k. Paradoks
Paradoks ialah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang
nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh: Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati.
l. Klimaks
Klimaks ialah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang
makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat
kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
Contoh: Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa
bangsa dan negara.
m. Anti klimaks
Antiklimaks ialah suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan
yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang
penting.
Contoh: Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA,
SLTP, dan SD.
n. Apostrof
Apostrof ialah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari
yang hadir kepada yang tidak hadir.
Contoh: Wahai dewa yang agung, datanglah dan lepaskan kami dari
cengkeraman durjana.
o. Anastrof atau inversi
Anastrof ialah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan
membalikkan susunan kata dalam kalimat atau mengubah urutan
unsur-unsur konstruksi sintaksis.
Contoh: Diceraikannya istrinya tanpa setahu saudara-saudaranya.
p. Apofasis
10

Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang


tampaknya menolak sesuatu, tetapi sebenarnya justru menegaskannya.
Contoh: Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa
anakmu kurang ajar.
q. Histeron proteran
Histeron proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan
kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.
Contoh: Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan
kau alami.
r. Hipalase
Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan yang
menggunakan kata untuk menerangkan suatu kata yang seharusnya
lebih tepat dikarenakan kata yang lain.
Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah.
s. Sinisme
Sinisme ialah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang
berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan
atau ketulusan hati.
Contoh: Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun
dapat Anda hitung.
t. Sarkasme
Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau
olok-olok yang pedas atau kasar.
Contoh: Kau memang benar-benar bajingan.
4. Majas Pertautan
a. Metonimia
Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang,
orang, hal, atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri.
Contoh: Parker jauh lebih mahal daripada pilot.
b. Sinekdoke
11

Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian


sebagai nama pengganti barang sendiri.
Contoh: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu.

c. Alusio
Alusia ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung
ke suatu peristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui
orang.
Contoh: Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di sini?
d. Eufimisme
Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti
ungkapan yang dirasa lebih kasar yang dianggap merugikan atau yang
tidak menyenangkan.
Contoh: Tunasusila sebagai pengganti pelacur.
e. Eponim
Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama seseorang yang
begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu
dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh: Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi
Mike Tyson.
f. Antonomasia
Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang
menggunakan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri.
Contoh: Kepala sekolah mengundang para orang tua murid.
g. Epitet
Epitet ialah gaya bahasa yang berupa keterangan yang
menyatakan sesuatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau suatu
hal.
Contoh: Putri malam menyambut kedatangan remaja yang sedang
mabuk asmara.
12

h. Erotesis
Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak
menuntut jawaban sama sekali.
Contoh: Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan?

i. Paralelisme
Paralelisme ialah gaya bahasa yang berusaha menyejajarkan
pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang
sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama.
Contoh: Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus
diberantas.
j. Elipsis
Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan
atau penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dari suatu
konstruksi sintaksis.
Contoh: Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).
k. Gradasi
Gradasi ialah gaya bahasa yang mengandung beberapa kata
(sedikitnya tiga kata) yang diulang dalam konstruksi itu.
Contoh: Kita harus membangun, membangun jasmani dan rohani,
rohani yang kuat dan tangguh, dengan ketangguhan itu kita maju.
l. Asindeton
Asindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau
suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak
dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
Contoh: Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.
m. Polisindeton
13

Polisindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau


sebuah konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan
dihubungkan dengan kata-kata penghubung.
Contoh: Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana
serta kemampuan pelaksana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian
ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah
karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra
dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan
maupun tertulis. Majas digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di
dalamnya puisi dan prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih
banyak majas dibandingkan dengan prosa.
Penggunaan majas dalam sebuah karya sastra untuk menciptakan efek
yang lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam karya sastra. Majas
menyebabkan karya sastra menjadi menarik perhatian, menimbulkan
kesegaran, lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambaran angan. Majas
dibagi menjadi beberapa jenis yaitu majas penegasan, majas perbandingan,
majas pertentangan, dan majas pertautan.

B. Saran
Pembaca atau siswa hendaknya mengerti tentang majas dan dapat
menerapkan majas dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Primagama, Tentor. (2007). Panduan Belajar Kelas IX SMP. Yogyakarta:


Primagama.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2007). Pedoman Umum Ejaan


Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Yogyakarta: Tera.

Tarigan, Henry Guntur. (1989). Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa


Bandung.

Wijaya, Laksmi. (2012). EYD: Ejaan Yang Disempurnakan, Peribahasa, Majas,


Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Singkatan dan Akronim. Depok:
Pustaka Makmur.

Anda mungkin juga menyukai