MODUL 1
PENGGUNAAN & KALIBRASI MISTAR INGSUT
Nama
Nim :
Kelompok :
LABORATORIUM PENGUKURAN
PROGRAM S1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan pada Allah SWT. yang telah memberikan
kesehatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat
waktu. Shalawat beriring salam tidak lupa kita haturkan pada nabi besar
Muhammad Saw. Karena berkat beliau kita dapat hidup di mana penuh dengan
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada kedua orang tua yang
sampai sekarang ini masih sudi membiyayai seluruh keperluan penulis dalam
pembuatan laporan ini. Terima kasih juga penulis ucapkan pada Ibu Anita
Susilawati , ST, MSC, Phd. sebagai dosen pengampu mata kuliah metrologi
industri dan pada para asisten yang selalu membantu penulis dalam proses
penulisan laporan Kalibrasi dan Penggunaan Mistar Ingsut.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini banyak kekurangan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menyempurnakan laporan ini guna untuk dunia pendidikan dan penulis sendiri.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
i
2.3. Cara Kerja dan Prinsip Kerja ......................................................................... 10
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR NOTASI
D = Diameter (mm)
T = Tinggi (mm)
Ra = Rata-rata (mm)
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Bab ini berisi tentang teori-teori yang ada dalam penggunaan dan kalibrasi
mistar ingsut.
BAB III METODOLOGI
Bab ini berisi tentang alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
BAB IV DATA PENGAMATAN
Bab ini berisi tentang data gambar dan data tabel
BAB V ANALISA DATA
Berisi tentang perhitungan dan analisa data
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Pengertian
Mistar ingsut adalah alat ukur linear langsung yang serupa dengan mistar
ukur. Yang memiliki skala utama pada batang dengan ujung ada berupa ekor
untuk mengukur ketinggian dari sebuah dimensi. Mistar ingsut ini memiliki
banyak nama lain seperti sikmat, jangka sorong, vernier caliper maupun jangka
geser. Penamaan tersebut biasanya timbuk karena kebiasan dari sebuah wilayah
atau kelompok dan julukan dari sebuah daerah.
Pada ujung mistar ingsut ini ada rahang yang berfungsi untuk sensor dalam
proses pengukuran. Rahang ini ada dua, yaitu rahang atas dan rahang bawah yang
mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Pada rahang atas berguna untuk mengukur
celah dari sebuah bidang dimensi. Sedangkan rahang bawah berguna untuk
mengukur panjang sebuah dimensi maupun untuk mengukur diameter luar dari
sebuah tabung. Rahang tetap adalah rahang yang bergabung dengan batang dari
mistar ingsut ini. Sedangkan rahang geser merupakann rahang yang bagiannya
terpisah dengan batang ukur, dan di rahang geser ini letak dari skala nonius dari
sebuah jangka sorong.
Pengukuran dilakukan dengan cara menjepit benda ukur menggunakan
rahang sensor yang ada pada mistar ingsut ini. Jika pengukuran ketinggian
memungkinkan menggunakan ekor dari jangka sorong ini. Caranya dengan cara
mengeluarkan ekor dari jangka sorong ini lalu menyentuhkannya dengan batang
dari alat ukur ini dan dengan permukaan benda yang sedang di ukur.
Pada saat proses melakukan pengukuran dan kita mengalami kesulitan
dalam membaca skala yang ditunjukkan, kita bisa mengunci rahang geser dengan
cara memutar pengunci dan mengunci pergerakan rahang geser dengan batang
ukur. Jika sudah dirasa sensor menyentuh dari bagian dimensi yang sedang ingin
di ukur, maka kita dapat menggunakan fitur pengunci dari Mistar ingsut ini.
Setelah itu kita bisa membawanya ke tempat yang mudah untuk dilakukan
pembacaan pengukuran tersebut.
3
4
Sebuah benda ukur ada kalanya kita dituntut untuk membaca ukuran dari
kedalaman sebuah benda kerja. Misalnya untuk mengukur kedalaman sebuah
lubang spy dari poros dan menghitung lubang fully. Agar spy yang dibuat tidak
kepanjangan dan tidak mengganggu poros lain maka ukuran dari spy yang dibuat
harus sesuai.
Cara pengukurannya adalah dengan cara mengeluarkan ekor dari jangka
sorong dengan menggeser rahang geser yang ada pada jangka sorong. Setelah
ekor keluar maka langkah selanjutnya adalah mengukur lubang dari spy tersebut,
dengan cara memasukkan ekor tersebut pada lubang yang akan di ukur
kedalamannya. Dalam memasukkan ekor dalam lubang harus mencapai dasar dari
lubang tersebut dan tidak boleh menggantung atau tidak sampai pada dasar lubang
tersebut.
Penggunaan alat ini sangatlah sensitif. Jika terjadi benturan terjadi pada
rahang dan rahang mengalami cacat maka hasil pengukuran akan menjadi kurang
akurat. Karena dalam jangka sorong memiliki ketelitian hingga 0,02 mm.
Penggunaan jangka sorong hanya digunakan pada benda yang bersifat keras saja.
Karena benda yang bersifat lunak akan mengalami perubahan bentuk saat di
lakukan penekanan dengan rahang atau sensor dari jangka sorong ini. Pengukuran
yang dilakukan juga hanya melakukan pengukuran pada benda yang nampak saja.
Jika benda tidak dapat disentuh oleh sensor mistar ingsut maka pengukuran akan
tidak akurat.
Sebenarnya bahan dari rahang mistar ingsut ini digunakan bahan yang
sangat keras sehingga hal-hal di atas bisa di minimalisirkan. Pembuatan sensor
dari alat ukur ini seharusnya digunakan bahan yang keras sehingga tahan aus dan
dirancang dengan ketelitian geometrik yang tinggi. Kerataan masing-masing
bidang pembimbing dan kesejajaran di rancang dengan toleransi yang tinggi.
Guna dari toleransi tersebut agar permukaan kedua sensor tetap sejajar, dengan
demikian, meskipun tak segaris, garis ukur dan garis nonius dimensi di usahakan
harus sejajaruntuk mengurangi efek kesalahan dalam pembacaan ukuran.
Pembacaan garis skala linier dilakukan menggunakan garis indeks yang
terletak pada peluncur atau rahang geser. Dan posisinya relatif terhadap skala
interpolarisasikan dengan skala nonius mistar ingsut. Berdasarkan cara
5
membacanya mistar ingsut ada 3 jenis, mistar ingsut nonius, mistar ingsut jam
ukur, mistar ingsut digital.
Peraba atau sensor yang ada pada mistar ingsut ini termasuk dalam sensor
mekanik. Karena peraba pada mistar ingsut kontak langsung dengan benda yang
sedang di ukur. Lalu ukuran dapat di baca pada skala yang ada pada batang ukur
yang telah ada di alat ukur ini.
dari mistar ingsut ini tergantung pada fungsi dan penggunaannya. Mistar ingsut ini
terbuat dari bahan matrial yang kokoh dan kuat.
Pada beberapa jenis alat kekuatan dari alat tersebut kurang menjanjikan.
Sehingga pada alat tersebut mudah aus dan berakibat hasil pengukuran tidak
sesuai. Mistar ingsut ini dikhawatirkan kekurangan fitur yang berguna untuk
mengukur dari berbagai bentuk benda ukur. Maka dari itu ada berbagai macam
jenis mistar ingsut berdasarkan fungsi dan bentuknya, diantaranya adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.6 Mistar Ingsut Posisi Dan Lebar Alur (Rochim, 2006)
akan diukur. Nilai ukuran pada benda ukur dapat dilihat dengan menjumlahkan
skala utama dengan skala nonius. Untuk jenis mistar ingsut jam ukur prinsip
kerjanya sama dengan mistar ingsut nonius, hanya saja pembacaan skala
noniusnya dapat dilihat pada jam ukur. Sedangkan untuk mistar ingsut digital,
hasil pengukuran langsung dapat dibaca pada digital.
Pembacaan skala utama di lakukan melalui garis indeks yang terletak pada
rahang geser yang bersatu dengan rahang gerak. Selain dengan jenis skala nonius
ada jangka yang menggunakan skala jam ukur dan skala digital. Pengembangan
alat ini di karenakan untuk mempermudak pekerjaan manusia dalam mengukur.
Dari poin-poin diatas terdapat 3 komponen utama yang digunakan sebagai sensor
untuk menyentuh pada permukaan benda kerja.
2.4.1. Rahang luar (rahang bagian bawah)
Rahang bagian bawah ini digunakan untuk mengukur dimensi yang berada
di luar. Biasanya untuk mengukur diameter luar dari sebuah benda silindris.
BAB III
METODOLOGI
3.3. Alat
1. Mistar ingsut nonius
Merupakan jenis mistar ingsut yang menggunakan skala nonius dalam
proses pengukuranya.
15
16
17
6.5mm 6.51mm
a. %error x100% 0.0015%
6.51mm
10.52𝑚𝑚−10.55𝑚𝑚
a. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 40.28 %
10.55𝑚𝑚
6.54𝑚𝑚−6.56𝑚𝑚
b. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.28 %
6.56𝑚𝑚
10,96𝑚𝑚−10.98𝑚𝑚
c. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.18 %
10.98𝑚𝑚
6,34𝑚𝑚−6,38𝑚𝑚
d. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.63 %
6.38𝑚𝑚
14.52𝑚𝑚−14.51𝑚𝑚
e. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.069 %
14.51𝑚𝑚
4.96𝑚𝑚−4.98𝑚𝑚
f. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.402 %
3,56𝑚𝑚
14.94𝑚𝑚−14.98𝑚𝑚
g. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.4 %
14.98𝑚𝑚
11,06𝑚𝑚−11𝑚𝑚
h. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.55 %
11𝑚𝑚
6.3𝑚𝑚−6.3𝑚𝑚
i. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0 %
6.3𝑚𝑚
5.02𝑚𝑚−5𝑚𝑚
j. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.4 %
5𝑚𝑚
5,32𝑚𝑚−5,32𝑚𝑚
k. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0 %
5,32𝑚𝑚
10.46𝑚𝑚−10.48𝑚𝑚
l. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.19 %
10.48𝑚𝑚
15.14𝑚𝑚−15.2𝑚𝑚
m. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.39 %
15.2𝑚𝑚
3.66−3.65𝑚𝑚
n. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.27 %
3.65𝑚𝑚
18
19
5.02𝑚𝑚−5.01𝑚𝑚
o. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.199%
5.01𝑚𝑚
14,82𝑚𝑚−14,8𝑚𝑚
p. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.14 %
14.8𝑚𝑚
3.66𝑚𝑚−3.64𝑚𝑚
q. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.55 %
3.64𝑚𝑚
2.38𝑚𝑚−2.38𝑚𝑚
r. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0 %
2.38𝑚𝑚
35.12𝑚𝑚−35,18𝑚𝑚
s. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,17 %
35.18𝑚𝑚
70.22𝑚𝑚−70.18𝑚𝑚
t. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.057%
70.18𝑚𝑚
6.5𝑚𝑚−6.51𝑚𝑚
a. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.15%
6.51𝑚𝑚
10.5𝑚𝑚−10.55𝑚𝑚
b. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.47%
10.55𝑚𝑚
6.55𝑚𝑚−6.56𝑚𝑚
c. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.15
6.56𝑚𝑚
11.0𝑚𝑚−10.98𝑚𝑚
d. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.18%
10.98𝑚𝑚
6.4𝑚𝑚−6.38𝑚𝑚
e. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.31%
6.38𝑚𝑚
14.4𝑚𝑚−4.51𝑚𝑚
f. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.069%
14.51𝑚𝑚
5𝑚𝑚−4.98𝑚𝑚
g. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.40 %
4.98𝑚𝑚
15𝑚𝑚−14.98𝑚𝑚
h. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.13%
14.98𝑚𝑚
11𝑚𝑚−11 𝑚𝑚
i. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0%
11 𝑚𝑚
6.3𝑚𝑚−6.3𝑚𝑚
j. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0 %
6.3𝑚𝑚
5𝑚𝑚−5𝑚𝑚
k. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0%
5𝑚𝑚
5.3𝑚𝑚−5.32𝑚𝑚
l. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.38%
5.32𝑚𝑚
10.45𝑚𝑚−10.48𝑚𝑚
m. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100 = .028%
10.48𝑚𝑚
20
15.2𝑚𝑚−15.2𝑚𝑚
n. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0%
15.2𝑚𝑚
3.65−3.65𝑚𝑚
o. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0%
3.65𝑚𝑚
5𝑚𝑚−5.01𝑚𝑚
p. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.1996%
5.01𝑚𝑚
14.8𝑚𝑚−14.8𝑚𝑚
q. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0%
14.8𝑚𝑚
3.65𝑚𝑚−3.64𝑚𝑚
r. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.27%
3.64𝑚𝑚
2.4𝑚𝑚−2.38𝑚𝑚
s. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.84%
2.38𝑚𝑚
345.4𝑚𝑚−35.18𝑚𝑚
t. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.23%
35.18𝑚𝑚
70.2𝑚𝑚−70.18𝑚𝑚
u. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | |x100%=0.03%
70.18𝑚𝑚
2. Pengamat B
A. Persentase eror skala nonius vs digital
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐽𝑎𝑚 𝑢𝑘𝑢𝑟 − 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙
%𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡𝑎𝑙
6.54𝑚𝑚−6.53𝑚𝑚
a. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.15%
6.53𝑚𝑚
10.52𝑚𝑚−10.99𝑚𝑚
b. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.38%
10.99𝑚𝑚
6.54𝑚𝑚−6.58𝑚𝑚
c. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.61%
6.58𝑚𝑚
10.98𝑚𝑚−10.99𝑚𝑚
d. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,09%
10.99𝑚𝑚
6.38𝑚𝑚−6.37𝑚𝑚
e. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.16%
6.37𝑚𝑚
14.54𝑚𝑚−14.52𝑚𝑚
f. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.014%
14.52𝑚𝑚
21
4.98𝑚𝑚−4.95𝑚𝑚
g. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.61 %
4.95𝑚𝑚
14.96𝑚𝑚−15𝑚𝑚
h. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.27%
15𝑚𝑚
11.04 𝑚𝑚−11,1 𝑚𝑚
i. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.27 %
11,01 𝑚𝑚
6.32𝑚𝑚−6.3𝑚𝑚
j. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.32%
6.3𝑚𝑚
5.34𝑚𝑚−5.01𝑚𝑚
k. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.599%
5.01𝑚𝑚
5.34𝑚𝑚−5,3𝑚𝑚
l. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.75%
5,3𝑚𝑚
10.46𝑚𝑚−10.48𝑚𝑚
m. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.191%
10.48𝑚𝑚
15.14𝑚𝑚−15.21𝑚𝑚
n. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.46%
15.21𝑚𝑚
3.66−3.63𝑚𝑚
o. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.83%
3.63𝑚𝑚
5.02𝑚𝑚−35𝑚𝑚
p. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.4%
5𝑚𝑚
14.82𝑚𝑚−14.82𝑚𝑚
q. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0%
14.82𝑚𝑚
3.66𝑚𝑚−3.64𝑚𝑚
r. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.55%
3.64𝑚𝑚
70.12𝑚𝑚−70,18𝑚𝑚
s. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%=0,10%
70,18𝑚𝑚
34,99𝑚𝑚−35,13𝑚𝑚
t. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,20%
35.15𝑚𝑚
70.22𝑚𝑚−70.18𝑚𝑚
u. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.057%
70.18𝑚𝑚
14.90𝑚𝑚−14.88𝑚𝑚
h. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,15%
14.88𝑚𝑚
5,20 𝑚𝑚−5,36 𝑚𝑚
i. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.09 %
5,36 𝑚𝑚
10,95𝑚𝑚−11,20𝑚𝑚
j. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.97 %
11,20𝑚𝑚
5,86𝑚𝑚−6,00𝑚𝑚
k. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%=0.119%
6,00𝑚𝑚
5,00𝑚𝑚−5,32𝑚𝑚
l. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0%
5,32𝑚𝑚
5,78𝑚𝑚−5,62𝑚𝑚
m. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.19%
5,62𝑚𝑚
11,30𝑚𝑚−10,94𝑚𝑚
n. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.065%
10,94𝑚𝑚
15.00−15,15𝑚𝑚
o. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.55%
15,15𝑚𝑚
3,82𝑚𝑚−3,75𝑚𝑚
p. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 1%
3,75𝑚𝑚
5,00𝑚𝑚−5,10𝑚𝑚
q. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.20%
5,10𝑚𝑚
14,70𝑚𝑚−14,97𝑚𝑚
r. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.27%
14,97𝑚𝑚
2.35𝑚𝑚−2.37𝑚𝑚
s. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%=0.84%
2.37𝑚𝑚
35.15𝑚𝑚−35,2𝑚𝑚
t. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.14%
35.2𝑚𝑚
70.25𝑚𝑚−70.18𝑚𝑚
u. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.099%
70.18𝑚𝑚
1. Pengamat A
11.5𝑚𝑚−11.55𝑚𝑚
a. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.43%
11.55𝑚𝑚
94.78𝑚𝑚−94.85𝑚𝑚
b. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.07%
94.85𝑚𝑚
91.18𝑚𝑚−91.17𝑚𝑚
c. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.01%
91.17𝑚𝑚
19.44𝑚𝑚−19.45𝑚𝑚
d. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.05%
19.45𝑚𝑚
44,48𝑚𝑚−44.47𝑚𝑚
e. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.002%
44.47𝑚𝑚
132,48𝑚𝑚−132,40𝑚𝑚
f. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,82%
132,40𝑚𝑚
21,50 𝑚𝑚−21,65 𝑚𝑚
g. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,69 %
21,65𝑚𝑚
24,50𝑚𝑚−23,94𝑚𝑚
h. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.45%
23,94𝑚𝑚
12,50 𝑚𝑚−12,47 𝑚𝑚
i. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,24 %
12,47 𝑚𝑚
30,02𝑚𝑚−29,93𝑚𝑚
j. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,3 %
29,93𝑚𝑚
17,88𝑚𝑚−17,72𝑚𝑚
k. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | 17,72𝑚𝑚
| 𝑥100%= 0,9%
11,70𝑚𝑚−11,88𝑚𝑚
l. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.34%
11,88𝑚𝑚
54𝑚𝑚−54,07𝑚𝑚
m. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.13%
54,07𝑚𝑚
44,50𝑚𝑚−44,45𝑚𝑚
e. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,04%
45,03𝑚𝑚
132,48𝑚𝑚−132,36𝑚𝑚
f. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,03%
132,40𝑚𝑚
24,50𝑚𝑚−24,13𝑚𝑚
h. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,81%
24,13𝑚𝑚
12,58 𝑚𝑚−12,50 𝑚𝑚
i. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,48 %
12,50 𝑚𝑚
30,02𝑚𝑚−30,12𝑚𝑚
j. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0,70 %
30,12𝑚𝑚
17,88𝑚𝑚−17,90𝑚𝑚
k. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0,11%
17,90𝑚𝑚
11,70𝑚𝑚−11,70𝑚𝑚
l. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0,25%
11,70𝑚𝑚
54,08𝑚𝑚−54,01𝑚𝑚
m. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.06%
54,01𝑚𝑚
2. Pengamat B
11.5𝑚𝑚−11.55𝑚𝑚
a. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.43%
11.55𝑚𝑚
94.82𝑚𝑚−94.85𝑚𝑚
b. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.03%
94.85𝑚𝑚
91,25𝑚𝑚−91,16𝑚𝑚
c. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.02%
91,16𝑚𝑚
19,45𝑚𝑚−19,70𝑚𝑚
d. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.1%
19,70𝑚𝑚
25
44,45𝑚𝑚−45,03𝑚𝑚
e. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.06%
45,03𝑚𝑚
132,05𝑚𝑚−132,40𝑚𝑚
f. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.03%
132,40𝑚𝑚
23,95𝑚𝑚−23,94𝑚𝑚
h. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.16%
23,94𝑚𝑚
12,55 𝑚𝑚−12,47 𝑚𝑚
i. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.16 %
12,47 𝑚𝑚
29.88𝑚𝑚−29,83𝑚𝑚
j. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.20 %
29,83𝑚𝑚
17,95𝑚𝑚−17,72𝑚𝑚
k. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.06%
17,72𝑚𝑚
11,76𝑚𝑚−11,8𝑚𝑚
l. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.34%
11,8𝑚𝑚
54,04𝑚𝑚−54,05𝑚𝑚
m. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.02%
54,05𝑚𝑚
24,50𝑚𝑚−24,13𝑚𝑚
h. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.81%
24,13𝑚𝑚
12.35 𝑚𝑚−12.4𝑚𝑚
i. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% =0.40%
12.4 𝑚𝑚
30.1𝑚𝑚−29.94𝑚
j. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100% = 0.53 %
30,12𝑚𝑚
17.65𝑚𝑚−17.65𝑚𝑚
k. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0%
17.65𝑚𝑚
26
11.75𝑚𝑚−11.8𝑚𝑚
l. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.42%
11.8𝑚𝑚
54.1𝑚𝑚−54.05𝑚𝑚
m. %𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = | | 𝑥100%= 0.09%
54.05𝑚𝑚
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini :
1. Melalui praktikum Kalibrasi dan penggunaan Mistar Ingsut, mahasiswa
dapat memahami cara penggunaan mistar ingsut jenis nonius, jam ukur
dan mistar ingsut digital.
2. Pengkalibrasian Mistar ingsut sangat mudah di lakukan, kecuali
pengkalibrasian Mistar ingsut jenis nonius.
6.2. Saran
Dari praktikum yang telah dilaksanankan penulis memberikan saran
sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan praktikum sehendaknya dipastikan alat yang akan
digunakan dalam kondisi baik atau tidak.
2. Dalam proses praktikum seharusnya mengikuti prosedur yang ada.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
BAB II
TEORI DASAR
29
30
(rangka berat) tidak banyak berpengaruh pada hasil untuk pengukuran bagi
mikrometer dengan kapasitas ukur sampai atau lebih dari 300mm, posisi
pengukuran enjadi sangat kritis jadi sebagaimana yang ditunjukkan gambar.
Sedapat mungkin posisi pengukuran dipilih vertikal dengan ditumpu
pada rangka disebelah landasan tetapnya. Apabila hal ini tidak memungkinkan
maka sebelum pengukuran dilakukan kedudukan minimu (kedudukan nol) diatur
ulang dengan bantuan batang ukur atau kaliber penyetel yang tersedia. Penyetelan
untuk kedudukan nol ini dilaksanakan dengan memegang mikrometer dengan
posisi yang tertentu sesuai dengan posisi pengukuran yang sebagaimana yang
akan dilakukan (mendatar, miring, telentang, atau telungkup).
Posisi yang dapat menimbulkan kesalahan ukur (penyetelan “nol”
dilakukan dengan posisi sesuai dengan posisi saat mikrometer dipakai).
Suatu jenis mikrometer dibuat dengan rangka yang benar dan juga untuk
mempunyai kapasitas ukur yang relatif besar yaitu 0-100mm, 0-150mm, 100-
200mm dan seterusnya sampai kapasitas 900-1000mm dengan kenaikan tingkat
sebesar 100-150mm untuk semua kapasitas ukur tersebut. Jarang gerak poros
ukurnya tetap sebesar 25mm, dalam hal ini lamdasan tetapnya yang harus lah
diganti, sehingga didapat mikrometer luar dengan kapasitas ukur yang bervariasi
misalnya suatu mikrometer dengan kapastias 0-100mm mempunyai 4 buah
landasan tetap dengan tingkat perubahan panjang sebesar 25mm, maka untuk
daerah pengukura dpat diubah menjadi 0-24mm, 25-50mm, 50-75mm, dan 75-
100mm.
Setiap penggantian landasan tetap harus disertai dengan penyetelan untuk
membuat kembali kedudukan nol (skala mikrometer dimulai dengan angka nol)
dengan bantuan kaliber penyetel yang sesuai, lihat gambar. Oleh sebab itu
besarnya pembacaan setiap hasil pengukuran harus dijumlahkan dengan jarak
ukur minimum yang sesuai (panjang kaliber penyetel)
Gambar 2.4 Mikrometer luar dengan landasan tetap yang diganti (Alibaba, 2017)
3. Mikrometer Indikator
Mikrometer indikator adalah gabungan antara mikrometer denganjam
ukur. Sebagian rangka mikrometer dipakai sebagai tempat mekanisme dipakai
sebagai tempat mekanisme penggerak jarum jam ukur, dalam hal ini landasan
tetap mikrometer dapat bergerak dan berfungsi pula sebagai sensor jarum jam
ukur. Lihat gambar jarak gerak landasan tetap (sensor jam ukur) sangat kecil,
dengan begitu demikian daerah ukur jam ukur terbatas (± 0,02mm) namun
mempunyai kecermatan pembacaan yang juga tinggi (0,001mm).
Mikrometer indikator selain berfungsi sebagai mikrometer luar juga
dapat dipakai sebagai kaliber. Saat dipakai sebagai kaliber atau sebagai
mikrometer luar, maka pembacaan ukuran pada skala mikrometer dilakukan
setelah jarum pada indikator menunjuk angka nol. Dengan demikian, meskipun
mikrometer ini tidak dilengkapi dengan gigi gelincir, tekanan pengukuran dapat
dijaga sekuat atau secukupnya dan selalu tetap.
Pada jam ukur terdapat dua penanda yang dapat digeser saat mengatur
penanda batas atas dan batas bawah suatu daerah toleransi objek ukur dengan
ukuran dasar tertentu. Apabila mulut ukur telah distel untuk suatu ukuran yang
merupakan ukuran dasar tertentu (dengan bantuan balok ukur), dengan cepat dan
mudah benda ukur dalam jumlah yang anyak dapt diperiksa ukurannya yang
sebenarnya apakah berada didalam atau diluar batas-batas toleransinya.
Pengukuran dilakukan dengan menekan tombol penekan yang akan
dapat, memundurkan landasan tetap sehingga benda ukur dapat masuk pada mulut
ukur (dalam hal ini kedudukan) silinder putar harus dalam keadaan yang terkunci
setelah ukuran dasar ditetapkan. Jika tombol dilepaskan, sensornya (landasan
tetap) akan menekan benda ukur (karena adanya pegas) dan jarum penunjuk akan
bergerak dan berhenti pada daerah diantara kedua penandanya. Apabila jarum
penunjuk ternyata berhenti diluar daerah tersebut berarti objek ukur yang
bersangkutan mempunyai dimensi yang tidak sesuai dengan acuan (diluar daerah
toleransi). Kapasitas ukur mikrometer jenis ini bermacam-macam, mulia dari
0,25mm sampai dengan 75-100mm.
35
4. Mikrometer Batas
Dua buah mikrometer yang disatukan sebagaimana yang ditunjukkan
gambar dapat digunakan sebagai kaliber batas bagi benda ukur dengan suatu
ukuran dasar dan daerah toleransi yang tertentu. Mulut ukur mikrometer
sementara mulut ukur suatu mikrometer yang dibawah disesuaikan dengan ukuran
minimum. Pengaturan jarak kedua mulut ukur tersebut dilakukan dengan bantuan
alat ukur standar (balok ukur) benda yang baik harus masuk mulut ukur diatas
(GO) dan tidak masuk pada mulur ukur dibawah (not GO). Jadi mikrometer ini
berfungsi sebagai kaliber rahang.
36
Gambar 2.8 Mikrometer luar dengan penunjuk atau digit (Alibaba, 2017)
6. Mikrometer Bangku
Pemakaiannya:
Sebagaimana mikrometer luar, biasanya mempunyai kecermatan yang
tinggi (0,002mm).
37
7. Mikrometer Uni
Pemakaiannya:
- Sebagai mikrometer luar
- Pengukur tebal pipa
- Pengukur tinggi, pada meja rata setelah landasan tetap dilepas.
9. Mikrometer Dalam
Pemakaiannya:
Mengukur diameter dalam, kapasitas ukur dapat diubah dengan caranya
mengganti batang ukur, 25-50mm, 50-200mm, 500mm dan 200-1000mm. Batang
pemegang berfungsi untuk mempermudah pengukuran diameter yang dalam
letaknya.
Gambar 2.23 Mikrometer Luar dengan adanya Jam Ukur (Alibaba, 2017)
Kaca parallel ini biasanya tersedia dalam beberapa ketebalan misalnya 12.00 mm,
12.12 mm, 12.37 mm, kaca parallel ini digunakan secara berurutan untuk
mengecek kesejajaran kedua muka ukur pada beberapa posisi atau kedudukan dari
silinder putar (poros ukur) caranya adalah sebagai berikut.
Kedua muka ukur dibersihkan, kemudian salah satu kaca parallel bisa
diletakkan diantara kedua muka ukur. Kemudian kaca parallel ini dijepit dengan
cara memutar silinder putar (melalui gigi gelincir) dengan sangat hati-hati.
Dengan bantuan suatu sumber cahaya, maka kedua muka akan terlihat (melalui
kaca parallel) satu atau beberapa garis yang berwarna dengan pola tertentu.
Untuk memeriksa kesejajaran kedua muka ukur tepat ditengah-tengah muka
kaca parallel dengan kapasitas lebih dari 25 mm maka digunakan bantuan blok
ukur sebagai penambahan ketebalan kaca parallel. Balok ukur ini diapit oleh dua
buah kaca parallel balok ukur ini diapit oleh dua buah kaca parallel sebelum
kemudian balok ukur disertai kedua kaca parallel tersebut dijepit oleh kedua muka
ukur.
Penjepitan dilakukan oleh kedua muka ukur yang tepat ditengah-tengah
kaca parallel. Setelah pola dan jumlah garis interferensi cahaya diamati, maka
anda harus melakukan prosedur yang sama dengan mengubah posisi penjepitan
muka ukur pada empat posisi disekeliling pusat (kedudukan pertama) pada jarak
kurang lebih 1.5 mm. Dan kelima posisi pengamatan posisi interferensi ini ambil
harga (jumlah) yang terbesar. Kemudian bandingkan dengan standar kesejajaran
yaitu jumlah garis maksimum yang sudah di izinkan.
Tabel 2.1 Jumlah Garis Maksimum
Kapasitas Mikrometer Jumlah Garis Kesejajaran Dalam μm
s/d 75 6 2
Diatas 75 s/d 175 9 3
Diatas 175 s/d 275 13 4
Diatas 275 s/d 375 16 5
Diatas 375 s/d 475 19 6
Diatas 475 s/d 500 22 7
46
48
49
2. Poros bertingkat
51
4. V-Block
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Pengamat A Pengamat B
Bagian
1 2 2
(mm) (mm) rata-rata (mm) 1 (mm) (mm) rata-rata (mm)
BAB V
ANALISA DATA
(23,94 + 23,98)
𝐵 =( ) = 23,96 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 24 mm
Jenis toleransi = 24 e8
Ukuran maksimum = 24 mm − 0,04 mm = 23,96 mm
(9,8 + 9,82)
𝐶 = ( ) = 9,81 𝑚𝑚
2
55
Ukuran dasar = 10 mm
Jenis toleransi = 10 b9
Ukuran maksimum = 10 mm − 0,15 mm = 9,85 mm
b. Pengamat B
(𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘1 + 𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘2)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =( )
2
(23,93 + 23,93)
𝐴 =( ) = 23,93 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 24 mm
Jenis toleransi = 24 e8
Ukuran maksimum = 24 mm − 0,04 mm = 23,96 mm
(23,94 + 23,97)
𝐵 =( ) = 23,955 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 24 mm
Jenis toleransi = 24 e8
Ukuran maksimum = 24 mm − 0,04 mm = 23,96 mm
(9,79 + 9,81)
𝐶 =( ) = 9,8 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 10 mm
56
Jenis toleransi = 10 b9
Ukuran maksimum = 10 mm − 0,15 mm = 9,85 mm
(𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘1+𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘2)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =( ) ............................ (5.2)
2
(7,97 + 7,83)
𝐴 = ( ) = 7,9 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 8 mm
Jenis toleransi = 8 c9
Ukuran maksimum = 8 mm − 0,08 mm = 7,92 mm
(17.91 + 17.91)
𝐵 = ( ) = 17.91 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 18 mm
Jenis toleransi = 18 d8
Ukuran maksimum = 18 mm − 0,065 mm = 17,94 mm
(25.04 + 25.05)
𝐶 = ( ) = 25.045 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 25 mm
57
Jenis toleransi = 25 s6
Ukuran maksimum = 25 mm − 0,048 mm = 25,05 mm
(18,01 + 17,98)
𝐷 = ( ) = 17,995 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 18 mm
Jenis toleransi = 18 d8
Ukuran maksimum = 18 mm − 0 mm = 18 mm
(10,02 + 10,04)
𝐸 = ( ) = 10,03 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 10 mm
Jenis toleransi = 10 s6
Ukuran maksimum = 10 mm + 0,032 mm = 10,32 mm
b. Pengamat B
(𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘1 + 𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘2)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = ( )
2
(7,98 + 7,93)
𝐴 = ( ) = 7,955 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 8 mm
Jenis toleransi = 8 s6
58
(17,91 + 17,90)
𝐵 = ( ) = 17,905 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 18 mm
Jenis toleransi = 18 c9
Ukuran maksimum = 18 mm − 0,025 mm = 17,905 mm
(25.03 + 25.01)
𝐶 = ( ) = 25.02 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 25 mm
Jenis toleransi = 25 m6
Ukuran maksimum = 25 mm + 0,021 mm = 25,021 mm
(17,98 + 17,98)
𝐷 = ( ) = 17,98 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 18 mm
Jenis toleransi = 18 f6
Ukuran maksimum = 18 mm − 0,020 mm = 17,98 mm
(10,05 + 10,04)
𝐸 = ( ) = 10,045 𝑚𝑚
2
Ukuran dasar = 10 mm
Jenis toleransi = 10 x6
Ukuran maksimum = 10 mm + 0,051 mm = 10,051 mm
dengan angka nol pada skala putar yang ada pada mikrometer. Jika tidak sejajar
maka harus diatur terlebih dahulu, pada pratikum kali ini kami mendapatkan
bahwa kedua mikrometer tersebut harus diatur terlebih dahulu, karena skala
tetapnya tidak sejajar dengan angka nol pada skala putar, maka kami mengaturnya
dengan cara atau menggunakan apa yang telah diajarkan yaitu menggunakan
kunci penyetel yang dimasukkan ke lubang penyetel angka nol dengan cara
menggeserkan keatas atau kebawah agar sejajar dengan angka nol pada skala
putar. Dan juga kami melakukan atau memeriksa mikrometer luar 25-50 mm
menggunakan blok ukur agar memastikan bahwa mikrometer tersebut sudah
benar. Pengaturan-pengaturan yang kami lakukan ini merupakan termasuk dalam
mengkalibrasi sebuah mikrometer agar sesuai dengan fungsi awalnya sebagai
pengukur yang baik dan benar.
Setelah melakukan kalibrasi barulah kami melakukan pengukuran pada
batang bertingkat. Pada saat melakukan pengukuran, sesekali kami melakukan
pemeriksaan pada mikrometer karena bisa saja mikrometer kembali tidak benar
atau melenceng. Setelah itu, atau setelah melakukan pengukuran pada kedua
batang tersebut, catat hasil pengukuran yang kami dapatkan. Hasil pengukuran
tersebut diolah kembali dan mencari persentase error atau persentase kesalahan
yang kami lakukan pada saat pengukuran tersebut dengan menggunakan toleransi.
Maka didapat grafik persentase errornya.
Maka, dari percobaan tersebut kami dapat mengetahui apa-apa saja yang
perlu diperhatikan saat menggunakan mikrometer dan juga dari hasil pratikum
tersebut dapat membuat pratikan mengerti dan lebih memahami kalibrasi dan
penggunaan mikrometer lebih baik lagi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari pratikum ini adalah:
1. Dari pratikum yang telah dilakukan pratikan mampu melakukan atau bisa
menggunakan atau memakai mikrometer dalam pengukuran dengan baik
dan benar.
2. Dari pratikum yang telah dilakukan pratikan telah mampu atau dapat
mengkalibrasi sebuah mikrometer luar yang akan digunakan untuk sebuah
pengukuran.
6.2 Saran
Adapun saran yang didapat setelah pratikum adalah:
1. Alat-alat pratikum lebih dilengkapi lagi.
61
DAFTAR PUSTAKA
63
64
65
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Jam ukur atau dial indicator adalah alat ukur pembanding yang digunakan
dalam industry permesinan dibagian produksi dan kamar ukur. Prinsip kerjanya
secara mekanik dimana gerak linier sensor menjadi gerak putaran jarum jam
penunjuk.
Pengukuran kebulatan merupakan pengukuran yang ditunjukan untuk
memeriksa kebulatan suatu benda, atau dengan kata lain untuk mengetahui apakah
suatu benda benar-benar bulat atau tidak, jika dilihat secara teliti dengan
menggunakan alat ukur. Komponen dengan kebulatan ideal amat sulit dibuat,
dengan demikian kita harus mentolerir ketidakbulatan dalam batas-batas titik
sesuai dengan tujuan dan fungsi dari komponen itu. Kebulatan mempunyai
peranan penting dalam hal:
a. Membagi beban sama rata.
b. Menentukan umur komponen.
c. Menentukan kondisi suaian.
d. Menentukan ketelitian putaran.
e. Memperlancar pelumasan.
62
63
2.1 Pengertian
64
65
lubang yang tidak bulat . Perbedaan harga kedua diameter tersebut dapat dijadikan
ukuran mengenai kebulatan atau ketidakbulatan.
Caliber ring dengan jam ukur dapat digunakan untuk memeriksa
kebulatan. Dengan memutar poros (benda ukur) goyangan pada jarum jam ukur
menunjukkan suatu ciri ketidak bulatan . Namun, pengukuran dengan memakai
caliber seperti ini mempunyai kelemahan. Pertama , perlu pembuatan caliber teliti
yang khusus unntuk diameter tertentu. Kedua, hasil pengukuran masih
dipengaruhi oleh bentuk ketidakbulatan dan kelonggaran antara poros dengan
caliber ring tersebut.
Pengukuran kebulatan suatu poros dengan cara meletakkan pada v-block
dan kemudian memutarnya dengan menempelkan sensor jam ukur di atasnya
adalah merupakan cara klasik untuk mengetahui kebulatan. Gambar 2.3 di bawah
menunjukkan skema pengukuran kebulatan dengan v-block yang bersudut 60°.
dengan sudut yang berbeda, penyimpangan maksimum jarum jam ukur akan
berbeda meskipun benda ukurnya sama.
Keterangan :
a) Kebulatan senter
b) Sudut senter
c) Posisi senter
d) Kondisi permukaan senter
e) Lenturan pada benda ukur
Supaya titik pusat benda ukur tidak berpindah, benda ukur dapat diputar
diantara dua senter, sementara itu sensor jam ukur akan merasakan perubahan
permukaan benda ukur. Cara pengukuran seperti ini hanya bisa dilaksanakan bila
benda ukur mempunyai lubang senter dan selain itu ketelitian putaran sangat
dipengaruhi oleh posisi senter, bentuk dan ketidak bulatan senternya sendiri.
Kebulatan hanya bisa di ukur dengan cara tertentu yang menuntut
persyaratan sebagai berikut :
a) Harus ada sumbu putar dan dianggap sebagai sumbu referensi (ingat
kelemahan pengukuran dengan mikrometer).
b) Lokasi sumbu putar harus tetap dan tidak dipengaruhi oleh profil kebulatan
benda ukur (ingat kelemahan metoda v-block).
71
Alat ukur ini terdiri dari sensor, pengubah batang gigi, roda gigi, dan pegas
serta bagian penunjuk berupa jarum dan skala. Pada bagian penunjuk yang berupa
jam untuk membaca skala hasil pengukuran dibutuhkan posisi mata yang tegak
lurus jarum jam skala. Untuk menghindari kesalahan dalam pembacaan hasil
pengukuran. Kesalahan sering disebut dengan paralak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada rancangan kinematik ini
adalah:
a) Suatu gerakan translasi sensor se-panjang satu pits batang gigi (rack;
misalnya 0.25 mm) akan memutar roda gigi pasangannya (pinion) sebesar
1/zp putaran (zp; jumlah gigi pinion ,misalnya 10). Putaran pinion
diteruskan menjadi putaran jarum penunjuk melalui pasangan roda gigi ini
sebesar Z2/Z1 (misalnya 50/10),dan satu putaran penuh jarum penunjuk
dinyatakan dengan n skala (misalnya 100), maka kecermatan jam ukur
ini dapat dirancang dengan rumus:
𝑃.𝑍𝑝 0.25.10
Kecermatan = = 50/10.100 = 0,005 mm
𝑍2/𝑍1.n
b) Gigi suatu roda gigi (atau batang gigi) tak mungkin dibuat dengan profil
involute ideal. Oleh sebab itu, tebal gigi umumnya dirancang dengan
toleransi minus yang berarti tebal gigi dibuat sedikit lebih kecil daripada
ketebalan gigi nominal. Bila pasangan roda gigi ini dirakit dengan jarak
senter nominal, pasangan gigi akan meneruskan putaran dengan hanya
74
salah satu sisi giginya yang saling berimpit (sisi gigi lainnya tak saling
bersinggungan, jadi ada celah di antaranya untuk menjaga jangan sampai
pasangan roda gigi macet gara-gara ada kesalahan profil yang berharga
positif). Bila putaran diubah arahnya, sementara roda gigi pemutar dan
yang diputar tetap fungsinya, roda gigi pemutar akan berbalik lebih dahulu
untuk sepanjang celah gigi sebelum berfungsi penuh memutar roda gigi
yang diputar. Kejadian ini dinamakan sebagai keterlambatan gerak balik
(back-lash). Back-lash yang tedadi pada pasangan roda gigi pemutar jarum
penunjuk akan mengganggu pembacaan skala karena posisi jarum
penunjuk yang berubah-ubah jika sensor sedikit berubah (bergetar). Untuk
mengurangi efek back-lash digunakan back-lash compensator yaitu roda
gigi pemutar untuk arah putaran kebalikan dengan arah putaran roda gigi
pemutar utama: Roda gigi pemutar utama berfungsi saat sensor bergerak
naik dengan daya dorong yang berasal dari sensor. Roda gigi pemutar arah
kebalikan berfungsi saat sensor bergerak turun dengan daya dorong pegas
spiral (energi disimpan oleh pegas spiral saat sensor bergerak naik).
c) Tekanan ringan yang diberikan sensor pada permukaan benda ukur
(tekanan pengukuran) berasal dan pegas penekan pada batang gigi.
terhadap lingkaran sempurna. Hal tersebut merupakan hal yang sangat esensial
dalam kontrol produksi mekanik.
2.8 Metode Pengukuran Kebulatan
2.8.1 Least Squares Circle
Least Squares Circle (LSC) adalah metode yang paling umum digunakan.
Luas daerah yang tertutup oleh profil sama dengarn luas daerah yang berada pada
luar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut ini.
77
78
2) Letakkan benda pada v-block, lalu aturlah hingga sensor menempel pada
benda kerja dan jam ukur menunjukkan angka nol dinomor 1.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, yaitu :
1. Dial indicator
2. V-block
Merupakan alat penempat benda kerja.
3. Meja Rata
Merupakan alas tempat dilakukannya pengukuran.
81
82
Merupakan data pengukuran dalam bentuk grafik koordinat polar dari data yang
didapatkan ketika pengukuran kebulatan dilakukan. Adapun data tersebut dapat
dilihat pada grafik berikut ini:
4.21 Grafik Kebulatan Rata-rata Pengamat A
5.1 Perhitungan
5.1.1 Pengamat A
a. Titik 1 ( 90 )
(15 1)
Average 7 m
2
Koordinat ( x1, y1)
x1 r1 cos 90 7 cos 90 0 m
y1 r1 sin 90 7 sin 90 7 m
b. Titik 2 ( 60 )
((28) 13)
Average 7,5 m
2
Koordinat ( x 2, y 2)
x 2 r 2 cos 60 7,5 cos 60 3, 75 m
y 2 r 2 sin 60 7,5 sin 60 6, 49 m
c. Titik 3 ( 30 )
(20 1)
Average 9,5 m
2
Koordinat ( x3, y3)
x3 r 3 cos 30 9,5 cos 30 8, 22 m
y3 r 3 sin 30 9,5 sin 30 4, 75 m
d. Titik 4 ( 0 )
((10) 2)
Average 4 m
2
Koordinat ( x 4, y 4)
x 4 r 4 cos 0 4 cos 0 4 m
84
85
y 4 r 4 sin 0 4 sin 0 0 m
e. Titik 5 ( 330 )
(6 1)
Average 2,5 m
2
Koordinat ( x5, y5)
x5 r 5 cos 330 2,5 cos 330 2,16 m
y5 r 5 sin 330 2,5 sin 330 1, 25 m
f. Titik 6 ( 300 )
(6 4)
Average 5 m
2
Koordinat ( x6, y 6)
x6 r 6 cos 300 5 cos 300 2,5 m
y 6 r 6 sin 300 5 sin 300 4,33 m
g. Titik 7 ( 270 )
(8 1)
Average 4,5 m
2
Koordinat ( x7, y 7)
x7 r 7 cos 270 4,5 cos 270 0 m
y 7 r 7 sin 270 4,5 sin 270 4,5 m
h. Titik 8 ( 240 )
(4 2)
Average 1 m
2
Koordinat ( x8, y8)
x8 r 8 cos 240 1 cos 240 0,5 m
y8 r 8 sin 240 1 sin 240 0,866 m
i. Titik 9 ( 210 )
(2 2)
Average 2 m
2
Koordinat ( x9, y9)
x9 r 9 cos 210 2 cos 210 0, 86 m
86
j. Titik 10 ( 180 )
(4 5)
Average 0,5 m
2
Koordinat ( x10, y10)
x10 r10 cos180 0,5 cos180 0,5 m
y10 r10 sin180 0, 5 sin 180 0 m
k. Titik 11 ( 150 )
(3 4)
Average 0,5 m
2
Koordinat ( x11, y11)
x11 r11 cos150 0,5 cos150 0, 43 m
y11 r11 sin150 0,5 sin150 0, 25 m
l. Titik 12 ( 120 )
(4 2)
Average 3 m
2
Koordinat ( x12, y12)
x12 r12 cos120 3 cos120 0,5 m
y12 r12 sin120 3 sin120 2,59 m
2 x 2 (11, 2)
a 1,86 m
n 12
2 y 2 (3,84)
b 0, 64 m
n 12
R
r 18 m 1,5 m
n 12
Sehingga untuk selisih dari jari-jari lingkaran rata-rata dari LSC (R)
dengan jari-jari profil kebulatan disetiap titik adalah (r1).
i ri R [a cos i b sin i ] (5.1)
5.1.2 Pengamat B
a. Titik 1 ( 90 )
(5 2)
Average 1 m
2
Koordinat ( x1, y1)
x1 r1 cos 90 1 cos 90 0 m
y1 r1 sin 90 1 sin 90 1 m
b. Titik 2 ( 60 )
(4 6)
Average 1 m
2
Koordinat ( x 2, y 2)
x 2 r 2 cos 60 1 cos 60 0,5 m
y 2 r 2 sin 60 1 sin 60 0,86 m
c. Titik 3 ( 30 )
((3) 8)
Average 2, 5 m
2
Koordinat ( x3, y3)
90
d. Titik 4 ( 0 )
((10) 2)
Average 4 m
2
Koordinat ( x 4, y 4)
x 4 r 4 cos 0 4 cos 0 4 m
y 4 r 4 sin 0 4 sin 0 0 m
e. Titik 5 ( 330 )
(4 8)
Average 2 m
2
Koordinat ( x5, y5)
x5 r 5 cos 330 2 cos 330 1, 73 m
y5 r 5 sin 330 2 sin 330 1 m
f. Titik 6 ( 300 )
(1 1)
Average 1 m
2
Koordinat ( x6, y 6)
x6 r 6 cos 300 1 cos 300 0,5 m
y 6 r 6 sin 300 1 sin 300 0,86 m
g. Titik 7 ( 270 )
((2) 3)
Average 0,5 m
2
Koordinat ( x7, y 7)
x7 r 7 cos 270 0,5 cos 270 0 m
y 7 r 7 sin 270 0, 5 sin 270 0, 5 m
h. Titik 8 ( 240 )
(3 3)
Average 3 m
2
Koordinat ( x8, y8)
x8 r 8 cos 240 3 cos 240 1,5 m
y8 r 8 sin 240 3 sin 240 0,866 m
91
i. Titik 9 ( 210 )
(5 1)
Average 3 m
2
Koordinat ( x9, y9)
x9 r 9 cos 210 3 cos 210 2,59 m
y9 r 9 sin 210 3 sin 210 1,5 m
j. Titik 10 ( 180 )
(4 1)
Average 2, 5 m
2
Koordinat ( x10, y10)
x10 r10 cos180 2,5 cos180 2,5 m
y10 r10 sin180 2,5 sin180 0 m
k. Titik 11 ( 150 )
(3 3)
Average 3 m
2
Koordinat ( x11, y11)
x11 r11 cos150 3 cos150 2,59 m
y11 r11 sin150 3 sin150 1,5 m
l. Titik 12 ( 120 )
(1 5)
Average 3 m
2
Koordinat ( x12, y12)
x12 r12 cos120 3 cos120 1,5 m
y12 r12 sin120 3 sin120 2,59 m
92
2 x 2 (4, 25)
a 0, 708 m
n 12
2 y 2 (0, 75)
b 0,125 m
n 12
R
r 10,5 m 0,875 m
n 12
Sehingga untuk selisih dari jari-jari lingkaran rata-rata dari LSC (R)
dengan jari-jari profil kebulatan disetiap titik adalah (r1).
i ri R [a cos i b sin i ] (5.2)
Dari data yang diperoleh selama proses praktikum yang kemudian diolah
kembali menjadi sebuah data yang dapat menentukan kebulatan dari benda ukur
sehingga menghasilkan grafik kebulatan sebagai berikut yang dilakukan oleh
pengamat A.
Pada tabel dijelaskan bahwa titik pusat LSC adalah titik koordinat dari
(a,b) yaitu (1,86;-0,64) dari titik nol profil kebulatan. Sehingga ketika dibuat
sebuah lingkaran kuadrat terkecil (MLA) yang memiliki radius 1,22 μm dapat
dilihat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari selisih antara jarak radius
profil kebulatan dengan radius yang dimiliki MLA (R) (Lingkaran kuning
digambar).
Penyimpangan-penyimpangan tersebut dijelaskan pada tabel 5.5 yaitu
dikolom Δi (μm). Akan tetapi dari kolom tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengukuran kebulatan yang dilakukan oleh pengamat A dengan arah pemeriksaan
searah dan sebalik arah jarum jam masih terbilang cukup besar karena
penyimpangan terbesar yang terjadi adalah 6,71 μm (merupakan tonjolan), dan -
9,38μm (merupakan lembah atau lekukan).
Penyimpangan tersebut dapat disebabkan karena permukaan benda ukur
yang kurang rata ataupun terdapatnya kotoran-kotoran dipermukaan benda ukur
tersebut. Sehingga dapat dipastikan dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
benda ukur berbentuk silindris tersebut masih bisa dikatakan balok.
Berbeda dengan pengamat A, pengamat B memperoleh data yang jauh
berbeda dari pengamat A. Hal ini karena pengukuran dilakukan ditempat yang
97
berbeda, yaitu posisi dial indikator berada ditengah nomor penanda. Berikut
merupakan grafik dari hasil pengolahan data dari pengamat B dengan metode
Least Squares Circle (LSC).
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penyimpangan yang terjadi sangat
besar yaitu mencapai 2,175 μm (tonjolan) dan -4,83 μm (lekukan). Penyimpangan
tersebut sudah lebih menjauhi R yang hanya 0,875. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kondisi dari daerah yang berada diantara dua titik ini memiliki bentuk yang
tidak bulat, atau dapat juga disebabkan karena kesalahan pengukuran seperti
posisi sensor (terlalu tertekan atau malah tidak menyentuh).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah didapat, dapat disimpulkan beberapa hal
yaitu sebagai berikut :
a. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, pengukuran kebulatan
merupakan pengukuran yang dilakukan untuk mencari nilai penyimpangan
(ketidakbulatan) suatu benda ukur supaya dapat ditentukan apakah benda
ukur tersebut bulat sempurna atau tidak. Dari data yang telah didapat,
dapat dilihat bahwa benda ukur tersebut tidak bulat sempurna karena ada
perbedaan simpangan disetiap titik dengan nilai yang cukup tinggi.
b. Pengukuran kebulatan dengan menggunakan dial indikator dimana benda
ukur diletakan pada v-block kemudian diukur pada setiap sisi bernomor
dengan ketentuan tertentu sampai 360°. Kemudian data yang didapat
diolah sedemikian rupa menggunakan metode least squares circle untuk
mengetahui berapa harga penyimpangan kebulatan dari benda tersebut.
c. Terjadinya perbedaan pengukuran oleh pengukur yang berbeda disebabkan
pergeserannya titik nomor pada benda ukur terhadap dial indikator.
Perubahan titik nomor menyebabkan perbedaan tempat pengukuran yang
tentu saja menjadikan nilai pengukuranya berbeda.
6.2 Saran
99
DAFTAR PUSTAKA
Dalam perkuliahan untuk memeahami suatu mata kuliah ada kalanya tidak
cukup dengan pemahaman teori saja. Maka di perlukan sebuah kegiatan yang
berupa praktik atau sering di sebut dengan praktikum. Praktikum metrologi
industri dapat digunakan sebagai sarana penunjang mata kuliah metrologi industri
dan kontrol kualitas.
Metrologi pengukuran sangat dibutuhkan dalam dunia industri, guna
mendapatkan dimensi yang baik dari komponen yang akan dibuat. Berbagai jenis
komponen yang dihasilkan oleh alat perkakas sangat beragam, dari jenis material,
bentuk profil, serta ukuran. Pada komponen dengan ukuran kecil akan sulit
mendapatkan dimensinya. Maka dibutuhkan alat ukur yang mampu mengukur
benda dengan dimensi kecil.
Profil proyektor memiliki prinsip kerja optikmekanik yang berguna untuk
melakukan pantulan cahaya ini akan tampak besar pada layar, dengan demikian
apabila ada benda yang menghalangi cahaya maka sebahagian cahaya akan tidak
tampak pada layar buram. Dan itu adalah bayangan dari benda tersebut. Bayangan
yang besar tersebut dapat dengan mudah diukur dengan perbandingan yang sesuai
dengan benda aslinya.
Pada profil proyektor ini besar pembesaran bayangan yang di tampilkan
pada layar bergantung pada lensa yang di gunakan. Lensa dari profil proyektor ini
ada beberapa jenis pembesaran, diantaranya adalah lensa dengan pembesaran
10X, 25X, 50X dan 100X.
100
101
2.1 Pengertian
Profil proyektor atau yang sering disebut komparator optik adalah sebuah
perangkat yang digunakan untuk mengukur benda-benda yang berukuran dimensi
kecil. Dalam prinsip kerjanya secara singkat yaitu dengan cara memperbesar
bayangan dari benda yang sedang diukur dengan memproyeksikan dalam skala
linier.
Profil proyektor memperbesar bayangan benda kerja menggunakan
perangkat optik berupa lensa pembesaran. Lensa ini ukurannya bermacam-
macam, diantaranya lensa 10 X pembesaran, 25X, 50X dan 100X pembesaran.
Besar benda kerja yang mampu diukur pada alat ini adalah setinggi 1-20 mm. Jika
hanya mengukur skala benda pada sumbu X maka senda kerja bisa di lakukan
pembalikan posisi dan mengukur bidang selanjutnya. Cara ini juga masih
memiliki keterbatasan, karena hanya dua kali dari 20mm saja yang mampu
diukur dalam alat ini. Benda kerja diberi sinar datang dari bagian depan benda
kerja. Sehingga bayangan dari benda kerja ditangkap oleh lensa pembesaran, dan
diteruskan menuju layar utama. Bayangan yang ditampilkan pada layar utama
merupakan hasil dari pembesaran bidang yang sedang dilakukan pengukuran.
Layar proyeksi ini menampilkan profil dari spesimen dan diperbesar untuk
baik kemudahan menghitung pengukuran linier. Sebuah tepi untuk memeriksa
spesimen dapat berbaris dengan kotak pada layar. Dari sana, pengukuran
sederhana dapat diambil untuk jarak ke titik lainnya. Metode khas untuk
pencahayaan adalah dengan pencahayaan diascopic, yang pencahayaan dari
belakang. Jenis pencahayaan ini juga disebut iluminasi ditularkan ketika spesimen
dan tembus cahaya dapat melewatinya. Jika spesimen buram, maka lampu tidak
akan pergi melalui, tapi akan membentuk profil dari spesimen. Mengukur sampel
dapat dilakukan pada layar proyeksi. Sebuah proyektor profil juga mungkin
103
104
memiliki iluminasi episcopic yang cahaya yang bersinar dari atas. Hal ini berguna
dalam menampilkan daerah internal yang mungkin perlu diukur.
Profil proyektor disebut juga komparator optik karena dalam proses
penbesaran bayangannya menggunaan lensa untuk melakukan pembesaran pada
bayangan benda kerja yang diukur. Pembesaran yang terjadi bergantung pada
lensa yang digunakan dalam proses pengukuran. Pada layar profil proyektor ini
memiliki grid dan dapat di putar sejauh 360o. Sehingga bisa sejajar lurus dari
bagian mesin untuk memeriksa ataupun measure. Layar profil proyektor ini
menampilkan hasil pembesaran dari benda kerja yang sedang diukur
menggunakan profil proyektor ini. Besar dari hasil pembesarannya tergantung
pada jenis lensa yang digunakan. Sebagaimana telah operator ketahui ada
beberapa jenis lensa profil proyektor ini. Semakin besar pembesaran yang
digunakan maka akan semakin detail pula bayangan yang ditampilkan pada layar
utama.
Penyinaran dilakukan oleh lampu utama dan diteruskan ke kondensor dan di
lanjutkan ke layar utama. Sehingga bayangan yang terbentuk sesuai benda kerja
yang diletakkan pada meja eretan yang di sinari lampu utama tersebut. Sehingga
letak dari benda kerja di antara lensa dan kondensor. Bayangan yang di tampilkan
pada layar jika garis tepi dari benda ukur tersebut tidak jelas maka operator bisa
mengatur fokus pada profil proyektor ini dengan cara mendekatkan lensa atau
menjauhkan dengan benda kerja yang diukur.
Prinsip kerja dari profil proyektor dapat lebih mudah diterangkan melalui
komponen utamanya, antara lain :
a. Sensor
Sensor adalah pengubah alat ukur, yaitu yang menghubungkan alat ukur
dengan objek. Profil proyektor menggunakan sensor yaitu berupa optik.
b. Pengubah
Adalah bagian terpenting dari alat ukur, melalui isyarat sensor diteruskan
kebagian alat ukur. Pada profil proyektor memiliki prinsip kerja pengubah
mekanik. Fungsi utama pengubah adalah menunjukkan bayangan benda
kerja dan memperjelas sensor agar cukup jelas pada bagian penunjuk alat
ukur.
c. Penunjuk dan pencatat
Isyarat yang telah diperbesar oleh bagian penunjuk yang akan menunjukkan
hasil pengukuran dapat melewati garis indeks atau jarum penunjuk dalam
halnya mesin profil proyektor, yang menunjuk dan mencatat berupa screen
yang terbentuk jajaran garis profil benda dengan orientasi pembacaa. Jarak
antar garis profil benda dapat dibaca dan kemudian diukur diwakili oleh
angka atau juga desimal.
d. Pengolah data pengukuran
Pengolah syarat sensor umumnya merupakan kegiatan dari integral dari
pengubah. Sementara itu, pengolah data pengukuran merupakan bagian
terpisah, dalam hal ini profil proyektor merupakan bagian pengolah data
secara digital.
Pemeriksaan bayangan benda ukur dilakukan dari balik kaca buram seperti
halnya pada mikroskop, benda ukur dilakukan atau diletakkan pada meja geser
(koordinat x,y) sehingga bayangan benda ukur dapat digerakkan relatif terhadap
garis silang yang terdapat pada layar. Jarak yang ditempuh oleh gerakan bayangan
dapat dibaca pada skala mikrometer kepala dengan meja posisi digerakkan arah x
dan arah y. Alat ukur profil proyektor jenis CNC dilengkapi dengan sistem
kontrol gerak meja. Bayangan digerakkan secara otomatis sesuai dengan program
109
pengukuran yang dibuat khusus untuk suatu benda ukur. Serupa dengan mesin
ukur CNC atau mesin perkakas CNC. Sistem gerak meja memanfaatkan motor
dan alat ukur jarak. Dalam hal ini, sensor jenis ini ditampilkan pada kaca buram
untuk mendeteksi saat pemulaian dan pengakhiran perhitugan jarak bayangan.
membedakan jenis Profil Proyektor CNC dan Konvensional dapat dilihat pada
gambar 2.4 dan gambar 2.5.
Pada gambar 2.4 di atas merupakan profil proyektor konvensional dan yang
berjenis sinar dhatangg dari bawah benda kerja atau di sebut episcopic.
Pada gambar 2.5 di atas terlihat perbedaan bentuk pada gambarnya, pada
sisi kanan mesin ada sebuah kontroler untuk memasukkan program CNC yang
akan di proses dalam pengolahan data.
111
b. Proyektor
Proyektor digunakan untuk memproyeksikan cahaya kecermin lalu
diteruskan kelayar. Proyektor ini juga merupakan komponen yanag sangat penting
jika tidak ada proyektor makan bayangan benda kerja tidak akan ada di layar
utama. Proyektor memiliki pembesaran yang beragam, yaitu 10X, 25X, 50X.
112
c. Layar
Layar adalah penerima cahaya yang telah diproyeksikan oleh proyektor atau
bosa juga disebut penerima hasil pemproyeksian. Pada layar terdapat garis silang
untuk memposisikan bayangan benda ukur. Piringan layar dapat diputar 360o
untuk dapat membaca sudut bayangan.
d. Eretan
Eretan ini terdapat pada meja, digunakan untuk menggerakkan meja searah
vertikal untuk eretan X, dan searah horizontal untuk eretan Y. Meja digunakan
sebagai dudukan benda ukur. Meja diposisikan di antara kondensor dengan
proyektor.
113
e. Alat ukur
Pada profil proyektor digunakan tiga alat ukur yang berjenis vernier digital
untuk membaca panjang, lebar, tinggi, dan sudut. Ketika operator menggeser
eretan maka dengan otomatis angka dari alat ukur ini berumah mengikuti besar
perubahan yang terjadi. Untuk mempermudah penghitungan operator sebaiknya
selalu mengkalibrasai alat ukur ini sebelum melakukan proses pengukuran.
Gambar diatas adalah alat ukur untuk mengukur bidang Y, dan gambar yang
ditunjukkan dibawah ini adalah untuk bidang X.
114
f. Switch
Terdapat tiga Switch pada profil proyektor, yaitu Switch lampu utama,
Switch angle vernier, dan Switch lampu sorot fleksibel.
Setelah dipastikan bahwa semua alat dalam kondisi yang baik, maka proses
pengukuran benda kerja bisa di lakukan. Pertama operator harus mencari sumber
arus terdekat guna untuk mengaliri listrik alat ini. Karena pada alat ini ada lampu
sebagai komponen utama yang bisa di gunakan jika menggunakan arus listrik
dalam operasinya. Karena pada prinsip kerjanya lampu ini mengubah Energi
listrik menjadi energi Cahaya.
Pilih lensa yang akan di gunakan dalam proses pwengukuran ini dan Benda
kerja yang di letakkan pada meja harus di posisi yang tidak terlalu jauh maupun
terlalu dekatr dengan lensa sebagai proyektor. Nyalakan smua Switch yang
digunakan. Yang terutama di gunakan adalah Switch lampu utama dan Switch alat
ukur. Setelah Switch di nyalakan maka bayangan dari benda kerja akan muncul
pada layar utama.
Setelah bayangan dari benda kerja muncul pada layar utama biasanya benda
berbayang atau gambar tidak jelas. Jika hal tersebut terjadi maka operator bisa
mengatur jarak lensa dengan benda kerja yang operator ukur. Operator bisa
mengatur fokus dari bayangan benda kerja yang terbentuk pada layar utama
tersebut. Jika tidak operator mengatur sisi bidang pada gambar akan sulit operator
menentukan sisi akhir dari benda ukur ini.
Saat gambar pada layar utama sudah jelas maka pengukuran akan bisa di
lakukan dengan menghasilkan hasil yang sesuai ukuran sebenarnya benda kerja
tersebut. Pada saat pengukuran mata operator harus lurus dengan garis yang ada
pada layar, karena jika tidak hasil pengukuran bisa menghasilkan hasil yang
116
berbeda. Ada dua cara untuk yang digunakan untuk mengukur sudut dan
bayangan kedua garis yang membentuk sisi sudut, diantaranya :
1. Dengan memakai garis silang dan skala piringan
Salah satu garis silang pada kaca buram dbuat berimpit dengan salah satu
tepi bayangan, dengan cara menggerakkan meja kekiri/kanan dan /atau
atas/bawah dan memutar piringan kaca buram (garis silang). Setelah garis
berimpit pada tepi bayangan ,kemiringan garis silang dibaca pada skala
piringan dengan bantuan skala nonius. Kemudian, proses diulang sampai
garis bersangkutan berimpit dengan tepi bayangan yang lain. Pembacaan
skala piringan dilakukan lagi. Dengan demikian sudut yang dicari adalah
selisih dari pembacaan yang pertama dan kedua.
2. Dengan memakai gambar beberapa harga sudut Dengan memakai pola
atau gambar beberapa harga sudut. Suatu pola transparan berupa kumpulan
beberapa sudut dengan harga tertentu dapat dipasang pada kaca buram.
Besar sudut objek ukur (kedua tepi bayangan) dapat ditentukan dengan
membandingkan pada gambar sudut tersebut sampai ditemukan sudut yang
paling cocok.
Biasanya cara yang pertama lebih mudah dilaksanakan sedangkan cara
kedua lebih sering dipakai untuk memeriksa toleransi sudut, yaitu dengan
membuat gambar transparan dari sudut beserta daerah toleransinya. (daerah
toleransi dapat diperjelas karena bayangan benda ukur telah diperbesar sesuai
dengan pembesaran yang dikehendaki, Misalnya : 25X, 50X, 10X).
Hasil pengukuran yang terbaik dapat dicapai dengan memilih alat ukur,
cara pengukuran yang sesuai serta ketentuan spesifikasi hasil pengukuran yang
diinginkan dan tentu saja tergantung dari kondisi benda ukur. Berdasarkan hal
itu, proses pengukuran pada bidang profil dapat diklasifikasikan kedalam
pengukuran jenis proses perbandingan dengan standar.
BAB III
METODOLOGI
117
118
d. Bidak catur
Dari gambar 4.1 bidak catur di atas hasil pengukurannya adalah sebagai
berikut.
120
121
Titik 1
9, 08 mm 8,93 mm
% Error 100% 1, 67 %
8,93 mm
Titik 2
8,31 mm 8, 41 mm
% Error 100% 1,18 %
8, 41 mm
Titik 3
7,30 mm 7,52 mm
% Error 100% 2,92 %
7,52 mm
Titik 4
5,12 mm 5,39 mm
% Error 100% 4, 08 %
5,39 mm
Titik 5
5,12 mm 5,39 mm
% Error 100% 4, 08 %
5,39 mm
Titik 6
9,56 mm 9, 43 mm
% Error 100% 1,37%
9, 43 mm
122
123
Titik 7
13, 45 mm 13,31 mm
% Error 100% 1, 05%
13,31 mm
`Titik 8
14, 46 mm 14, 29 mm
% Error 100% 1,18%
14, 29 mm
Titik 9
14, 46 mm 14, 29 mm
% Error 100% 1,18%
14, 29 mm
Titik 10
3,58 mm 4,17 mm
% Error 100% 14,14 %
4,17 mm
Titik 11
2,36 mm 1,97 mm
% Error 100% 19, 79 %
1,97 mm
Titik 12
2,87 mm 2,97 mm
% Error 100% 3,36%
2,97 mm
Titik 13
15,37 mm 15, 26 mm
% Error 100% 0, 72 %
15, 26 mm
Titik 14
0,90 mm 0,95 mm
% Error 100% 5, 26 %
0,95 mm
Titik 15
1,30 mm 1, 09 mm
% Error 100% 19, 26%
1, 09 mm
Titik 16
8,37 mm 8,53 mm
% Error 100% 2,34 %
8,53 mm
124
Titik 17
3, 61 mm 3, 71 mm
% Error 100% 2, 69 %
3, 71 mm
Titik 18
9,14 mm 9, 08 mm
% Error 100% 0, 66%
9, 08 mm
Titik 19
18,19 mm 18, 03 mm
% Error 100% 0,86%
18, 03 mm
Titik 20
9, 01 mm 9, 03 mm
% Error 100% 022%
9, 03 mm
Titik 21
48,59 mm 48, 66 mm
% Error 100% 0,14%
48, 66 mm
14.00
Mistar
12.00 Ingsut VS
10.00 Lensa
10X
8.00
5.26
6.00 4.08
4.00 2.93 3.37 2.70
1.68 1.38 2.34
2.00 1.19 0.39 1.05 1.19 0.72 0.66 0.89
0.23 0.22 0.14
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Titik 2
8,31 mm 8,32 mm
% Error 100% 0,12%
8,32 mm
Titik 3
7,30 mm 7,30 mm
% Error 100% 0%
7,30 mm
Titik 4
5, 61 mm 5, 25 mm
% Error 100% 6,82%
5, 25 mm
Titik 5
12,85 mm 12,89 mm
% Error 100% 0,31%
12,89 mm
Titik 6
9,56 mm 9,30 mm
% Error 100% 2, 79%
9,30 mm
Titik 7
13, 45 mm 13, 28 mm
% Error 100% 1, 28%
13, 28 mm
Titik 8
14, 48 mm 14,32 mm
% Error 100% 0,97%
14,32 mm
126
Titik 9
17,57 mm 17, 24 mm
% Error 100% 1,91%
17, 24 mm
Titik 10
3,58 mm 4,16 mm
% Error 100% 13,94%
4,16 mm
Titik 11
2,36 mm 2, 06 mm
% Error 100% 14,56%
2, 06 mm
Titik 12
2,87 mm 2,95 mm
% Error 100% 2, 71%
2,95 mm
Titik 13
15,37 mm 15, 22 mm
% Error 100% 0,98%
15, 22 mm
Titik 14
0,90 mm 1, 01 mm
% Error 100% 10,89%
1, 01 mm
Titik 15
1,30 mm 1, 21 mm
% Error 100% 7, 43%
1, 21 mm
Titik 16
8, 73 mm 8,17 mm
% Error 100% 6,85%
8,17 mm
Titik 17
3, 61 mm 3, 67 mm
% Error 100% 1, 63%
3, 67 mm
Titik 18
9,14 mm 9, 01 mm
% Error 100% 1, 44%
9, 01 mm
127
Titik 19
18,19 mm 18, 07 mm
% Error 100% 0, 66%
18, 07 mm
Titik 20
9, 01 mm 9,17 mm
% Error 100% 1, 74%
9,17 mm
Titik 21
48,59 mm 48, 24 mm
% Error 100% 0, 72%
48, 24 mm
Titik 2
8,31 mm 8,38 mm
% Error 100% 0,83%
8,38 mm
Titik 3
7,30 mm 7,32 mm
% Error 100% 0, 27%
7,32 mm
Titik 4
5, 61 mm 5,36 mm
% Error 100% 4, 66%
5,36 mm
Titik 5
12,85 mm 12,82 mm
% Error 100% 0, 23%
12,82 mm
Titik 6
9,56 mm 9, 43 mm
% Error 100% 1,37 %
9, 43 mm
Titik 7
13, 45 mm 13,35 mm
% Error 100% 0, 74%
13,35 mm
Titik 8
14, 46 mm 14, 46 mm
% Error 100% 0%
14, 46 mm
Titik 9
17,51 mm 17, 49 mm
% Error 100% 0,11%
17, 49 mm
Titik 10
3,58 mm 4, 20 mm
% Error 100% 14, 76%
4, 20 mm
Titik 11
2,36 mm 2,10 mm
% Error 100% 12,38%
2,10 mm
129
Titik 12
2,87 mm 2,85 mm
% Error 100% 0, 70%
2,85 mm
Titik 13
15,37 mm 15, 25 mm
% Error 100% 0,85%
15, 24 mm
Titik 14
0,90 mm 0,91 mm
% Error 100% 1, 09 %
0,91 mm
Titik 15
1,30 mm 1, 20 mm
% Error 100% 8,33%
1, 20 mm
Titik 16
8, 73 mm 8,30 mm
% Error 100% 5,18%
8,30 mm
Titik 17
3, 61 mm 3,54 mm
% Error 100% 1,97%
3,54 mm
Titik 18
9,14 mm 9, 04 mm
% Error 100% 1,10%
9, 04 mm
Titik 19
18,19 mm 18, 02 mm
% Error 100% 0,94%
18, 02 mm
Titik 20
9, 01 mm 9,84 mm
% Error 100% 8, 43%
9,84 mm
Titik 21
48,59 mm 48,51 mm
% Error 100% 0,16 %
48,51 mm
130
4.00
1.98
1.38 1.11
2.00 0.84 0.75 0.85 1.10
0.23 0.00 0.70 0.94
0.33 0.27 0.11 0.16
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Titik 4
5,39 mm 5, 25 mm
% Error 100% 2, 66%
5, 25 mm
131
Titik 5
12,9 mm 12,89 mm
% Error 100% 0, 07%
12,89 mm
Titik 6
9, 43 mm 9,30 mm
% Error 100% 1,39%
9,30 mm
Titik 7
13,31 mm 13, 28 mm
% Error 100% 0, 22%
13, 28 mm
Titik 8
14,39 mm 14,32 mm
% Error 100% 0, 20%
14,32 mm
Titik 9
17,55 mm 17, 24 mm
% Error 100% 1, 79%
17, 24 mm
Titik 10
4,17 mm 4,16 mm
% Error 100% 0, 24%
4,16 mm
Titik 11
1,97 mm 2, 06 mm
% Error 100% 4,36%
2, 06 mm
Titik 12
2,92 mm 2,95 mm
% Error 100% 1,01%
2,95 mm
Titik 13
15, 26 mm 15, 22 mm
% Error 100% 0, 26%
15, 22 mm
Titik 14
0,95 mm 1, 01 mm
% Error 100% 5,94%
1, 01 mm
132
Titik 15
1 , 09 mm 1, 21 mm
% Error 100% 9,91%
1, 21 mm
Titik 16
8,53 mm 8,17 mm
% Error 100% 4, 40%
8,17 mm
Titik 17
3, 71 mm 3, 67 mm
% Error 100% 1, 08%
3, 67 mm
Titik 18
9, 08 mm 9, 01 mm
% Error 100% 0, 77%
9, 01 mm
Titik 19
18, 03 mm 18, 07 mm
% Error 100% 0, 22%
18, 07 mm
Titik 20
9, 03 mm 9,17 mm
% Error 100% 1,52%
9,17 mm
Titik 21
48, 66 mm 48, 24 mm
% Error 100% 0,87%
48, 24 mm
133
8
5.94 Lensa 10X
6 VS Lensa
4.37 4.41 25X
4
3.01 2.67
1.80
1.40
2 1.87 1.53
0.68
0.24 0.26 1.09 0.78
0.08
0 1.08 0.23 0.21 0.22
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Titik 2
8, 41 mm 8,38 mm
% Error 100% 0,35%
8,38 mm
Titik 3
7,52 mm 7,32 mm
% Error 100% 2, 73%
7,32 mm
Titik 4
5,39 mm 5,36 mm
% Error 100% 0,55%
5,36 mm
134
Titik 5
12,9 mm 12,82 mm
% Error 100% 0, 62%
12,82 mm
Titik 6
9, 43 mm 9, 43 mm
% Error 100% 0%
9, 43 mm
Titik 7
13,31 mm 13,35 mm
% Error 100% 0, 29%
13,35 mm
Titik 8
14, 29 mm 14, 46 mm
% Error 100% 1,17%
14, 46 mm
Titik 9
17,55 mm 17, 49 mm
% Error 100% 0,34%
17, 49 mm
Titik 10
4,17 mm 4, 20 mm
% Error 100% 0, 71%
4, 20 mm
Titik 11
1,97 mm 2,10 mm
% Error 100% 6,19%
2,10 mm
Titik 12
2,97 mm 2,95 mm
% Error 100% 4, 21%
2,95 mm
Titik 13
15, 26 mm 15, 24 mm
% Error 100% 0,13%
mm
Titik 14
0,95 mm 0,91 mm
% Error 100% 4,39%
0,91 mm
135
Titik 15
1, 09 mm 1, 20 mm
% Error 100% 9,16%
1, 20 mm
Titik 16
8,53 mm 8,30 mm
% Error 100% 2, 77%
8,30 mm
Titik 17
3, 71 mm 3,54 mm
% Error 100% 4,80%
3,54 mm
Titik 18
9, 08 mm 9, 04 mm
% Error 100% 0, 44%
9, 04 mm
Titik 19
18, 03 mm 18, 02 mm
% Error 100% 0, 05%
18, 02 mm
Titik 20
9, 03 mm 9,84 mm
% Error 100% 8, 23%
9,84 mm
Titik 21
48, 66 mm 48,51 mm
% Error 100% 0,30%
48,51 mm
136
9.00 8.23
8.00
7.00 6.19
Titik 2
8,32 mm 8,38 mm
% Error 100% 0, 71%
8,38 mm
Titik 3
7,30 mm 7,32 mm
% Error 100% 0, 27%
7,32 mm
Titik 4
5, 25 mm 5,36 mm
% Error 100% 2, 05%
5,36 mm
Titik 5
137
12,89 mm 12,82 mm
% Error 100% 0,54%
12,82 mm
Titik 6
9,30 mm 9, 43 mm
% Error 100% 1,37%
9, 43 mm
Titik 7
13, 28 mm 13,35 mm
% Error 100% 0,52%
13,35 mm
Titik 8
14,32 mm 14, 46 mm
% Error 100% 0,96%
14, 46 mm
Titik 9
17, 24 mm 17, 49 mm
% Error 100% 1, 42%
17, 49 mm
Titik 10
4,16 mm 4, 20 mm
% Error 100% 0,95%
4, 20 mm
Titik 11
2, 06 mm 2,10 mm
% Error 100% 1,90%
2,10 mm
Titik 12
2,95 mm 2,85 mm
% Error 100% 3,50%
2,85 mm
Titik 13
15, 22 mm 15, 24 mm
% Error 100% 0,52%
15, 24 mm
Titik 14
1, 01 mm 0,91 mm
% Error 100% 10,98%
0,91 mm
138
Titik 15
1, 21 mm 1, 20 mm
% Error 100% 0,83%
1, 20 mm
Titik 16
8,17 mm 8,30 mm
% Error 100% 1,56%
8,30 mm
Titik 17
3, 67 mm 3,54 mm
% Error 100% 3, 67%
3,54 mm
Titik 18
9, 01 mm 9, 04 mm
% Error 100% 0,33%
9, 04 mm
Titik 19
18, 07 mm 18, 02 mm
% Error 100% 0, 27%
18, 02 mm
Titik 20
9,17 mm 9,84 mm
% Error 100% 6,80%
9,84 mm
Titik 21
48, 24 mm 48,51 mm
% Error 100% 0,55%
48,51 mm
139
10.00 Lensa
25X VS
8.00 6.81 Lensa
100X
6.00
3.51 3.67
4.00
2.05 1.90
1.38 1.43 1.57
2.00 0.55 0.52
0.97 0.95 0.83
0.55 0.72 0.13 0.56
0.27 0.33 0.28
0.00
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Titik 3
7,30 mm 7,32 mm 7,30 mm 7,52 mm
Ra 7,36
4
Titik 4
5, 61 mm 6,36 mm 5, 25 mm 5,39 mm
Ra 5, 40
4
Titik 5
140
1,30 mm 1, 09 mm 1, 21 mm 1, 20 mm
Ra 1, 2
4
Titik 16
8, 79 mm 8,53 mm 8,17 mm 8,30 mm
Ra 8, 43
4
Titik 17
3, 61 mm 3, 71 mm 3, 67 mm 3,54 mm
Ra 3, 63
4
Titik 18
9,14 mm 9, 08 mm 9, 01 mm 9, 04 mm
Ra 9, 06
4
Titik 19
18,19 mm 18, 03 mm 18, 07 mm 18, 02 mm
Ra 18, 07
4
Titik 20
9, 01 mm 9, 03 mm 9,17 mm 9,84 mm
Ra 9, 26
4
Titik 21
48,59 mm 48, 66 mm 48, 24 mm 48,51 mm
Ra 48,5
4
Diameter Rata-Rata
60.00
48.50
50.00
40.00
Diameter
30.00 Rata-Rata
18.08
20.00 17.45 15.27
12.87
9.43 14.38
8.43 9.07
10.00 8.36 7.36 13.35
2.12
9.26
9.04 5.40 4.03 2.91 0.94
1.20 3.63
0.00
0 5 10 15 20 25
Titik 9
0,22mm + 1,56 mm + 0,11 mm + 1,79 mm + 0,34 mm + 1,42 mm
Ra % Error ×100% 0,91%
6
Titik 10
14,14 mm + 13,94 mm + 14,36 mm + 0,24 mm + 0,71 mm + 0,95 mm
Ra % Error = ×100% 7,45%
6
Titik 11
19,79 mm + 14,56 mm + 12,38 mm + 4,36 mm + 6,19mm + 1,90mm
Ra % Error ×100% 9,86%
6
Titik 12
3,36 mm + 2,71 mm + 0,70 mm + 0,67 mm + 4,21 mm + 3,50 mm
Ra % Error ×100% 2,52%
6
Titik 13
0,72mm + 0,98 mm + 0,85 mm + 0,26 mm + 0,13 mm + 0,13 mm
Ra % Error ×100% 0,51%
6
Titik 14
5,26 mm +10,89 mm + 1,09 mm + 5,94 mm + 4,39 mm + 10,98 mm
Ra % Error ×100% 6,42%
6
Titik 15
19,26 mm + 7,43 mm + 8,33 mm + 9,91 mm + 9,16 mm + 0,83 mm
Ra % Error ×100% 9,15%
6
Titik 16
2,34 mm + 6,85 mm + 5,18 mm + 4,40 mm + 2,72 mm + 1,56 mm
Ra % Error ×100% 3,85%
6
Titik 17
0,69 mm + 1,63 mm + 1,97 mm + 1,08 mm + 4,80 mm + 3,67 mm
Ra % Error ×100% 2,64%
6
Titik 18
0,66 mm + 1,44 mm + 1,10 mm + 0,77 mm + 0,44 mm + 0,33 mm
Ra % Error ×100% 0,74%
6
144
Titik 19
0,88 mm + 0,66 mm + 0,94 mm + 0,22 mm + 0,05 mm + 0,27 mm
Ra % Error ×100% 0,50%
6
Titik 20
0,22 mm + 1,74 mm + 8,43 mm + 1,52 mm + 8,23 mm + 6,80 mm
Ra % Error ×100% 4,49%
6
Titik 21
0,14 mm + 0,72 mm + 0,16 mm + 0,67 mm + 0,30 mm + 0,55 mm
Ra % Error ×100% 0,36%
6
7.46
8.00
6.43
saat pengukuran, posisi sumbu pada layar tidak pas dikarenakan sangat sulit untuk
menempatkannya pada titik awal bayangan yang akan diukur.
Dari hasil pengukuran yang dilakukan, semakin besar lensa yang dipakai
maka hasil akan semakin teliti. Ini terbukti bahwa error yang dibawah 1%
terbanyak adalah lensa 100x yaitu 11 error kemudian lensa 25x yaitu 8 dan lensa
10x 7 error.
Pada perhitungan mistar ingsut vs lensa 10x terdapat error tertinggi di titik
11 yaitu 19,80% dan terendah yaitu dititik 21 dengan error 0,14%. Penyebab
terjadinya error yang melebihi 1 % ini mungkin dikarenakan tidak telitinya mata
saat memposisikan letak bayangan.
Pada perhitungan mistar ingsut vs lensa 25x persentase error tertinggi ada
dititik 11 yaitu 14,56% dan terendah yaitu dititik 3 dengan error 0%. Jika diambil
selisih dititik 11 yaitu sebesar 0,3, artinya lensa 25x lebih teliti 0,3 mm daripada
lensa 10x dikarenakan bayangan semakin diperbesar dan jelas terlihat.
Pada perhitungan mistar ingsut vs lensa 100x persentase error tertinggi ada
dititik 10 yaitu 14,76% dan terendah dititik 12 yaitu 0,70%. Selisih dari titik 10
didapat sebesar 0,62 yang artinya lensa 100x lebih teliti 0,62 mm dari pada mistar
ingsut. Alasannya dikarenakan bayangan semakin diperbesar dan terlihat jelas.
Pada perhitungan lensa 10x vs lensa 25x persentase error tertinggi ada
dititik 15 yaitu 9,91% dan terendah dititik 3 yaitu 0,07%. Selisih pada titik 15
sebesar 0,12 yang artinya lensa 25x lebih teliti 0,12 mm dari lensa 10x karena
lensa 25x lebih memperbesar bayangan.
Pada perhitungan lensa 10x vs lensa 100x persentase error tertinggi ada
dititik 15 yaitu 9,16% dan terendah ada dititik 6 yaitu 0%. Jika diselisihkan dititik
15 di dapat sebesar 0,11 yang artinya lensa 100x lebih teliti 0,21 mm dari lensa
10x dikarenakan lensa 100 dapat memperbesar bayangan lebih besar dari pada
lensa 10x.
Pada perhitugan lensa 25x vs lensa 100x persentase error tertinggi ada
dititik 14 sebesar 10,98% dan terendah dititik 19 yaitu 0,27%. Jika diambil selisih
dititik 14 sebesar 0,1 yang artinya lensa 100x lebih teliti 0,1 mm dari pada lensa
146
25x. Alasannya dikarenakan lensa 100x memperbesar bayangan lebih besar dan
lebih jelas dari pada lensa 25x.
Pada pengukuran diameter rata-rata pengukuran tertinggi ada dititik 21 yaitu
48,5 karena titik 21 merupakan panjang dari keseluruhan benda ukur dan pada
titik 14 merupakan diameter terkecil yaitu 0,94.
Pada perhitungan persentase error rata-rata titik 11 dengan error 9,86% dan
terendah ada pada titik 21 yaitu 0,36%. Ini disebabkan oleh tidak telitinya mata
pengamat pada saat pengukuran kebulatan pada benda ukur tengah dilakukan .
147
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran