MODUL 1
PENGGUNAAN DAN KALIBRASI MISTAR INGSUT
LABORATORIUM PENGUKURAN
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVESITAS RIAU
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas kasih dan karunia-Nya
penulis dapat menyusun Laporan Akhir “Penggunaan dan Kalibrasi Mistar
Ingsut” yang disusun dalam rangka melengkapi tugas matakuliah metrologi
industri Pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.
Dalam pembuatan laporan ini banyak sekali kendala yang kami temui
yang dapat menghambat penyelesaian laporan ini.Namun,berkat bantuan teman-
teman dan bimbingan dari dosen dan asisten maka laporan ini bisa terselesaika.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan laporan ini kedepannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR NOTASI.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujauan..............................................................................................................1
1.3 Manfaat.............................................................................................................1
1.4 Sistematika Penulisan.......................................................................................1
BAB II TEORI DASAR
2.1 Pengertian..........................................................................................................3
2.1.1 Fungsi Jangka Sorong....................................................................................4
2.1.2 Kalibrasi Mistar Ingsut...................................................................................5
2.2 Jenis –Jenis Mistar Ingsut.................................................................................6
2.3 Cara Kerja dan Prinsip Kerja..........................................................................10
2.5 Komponen Mistar Ingsut................................................................................12
BAB III METODOLOGI
3.1 Prosedur Praktikum Teoritis...........................................................................16
3.2 Prosedur Praktikum Aktual.............................................................................16
3.3 Alat dan Bahan.................................................................................................16
BAB IV DATA PENGAMATAN
4.1Data Pengamatan V-Block................................................................................19
4.2Data Pengamatan Meja Bertingkat...................................................................20
BAB V ANALISA DATA
5.1Pengolahan Data...............................................................................................22
5.1.1 V Block........................................................................................................22
5.1.2 Meja Bertingkat............................................................................................29
5.2 Analisa Data...................................................................................................35\
ii
BAB VI PENUTUP
6.1Kesimpulan.......................................................................................................36
6.2Saran..................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Y
Gambar 5. 1 Grafik % Error V-Block A..............................................................25
Gambar 5. 2 Grafik % Error V-Block B..............................................................29
Gambar 5. 3 Grafik % Error Meja Bertingkat A..................................................32
Gambar 5. 4 Grafik % Error Meja Bertingkat B..................................................34
iv
DAFTAR TABEL
YTabel 4. 1 Pengamatan V-Block............................................................................
Tabel 4. 2 Tabel pengamatan................................................................................21
v
DAFTAR NOTASI
L = Panjang ( mm)
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujauan
Tujuan dari praktikum kalibrasi dan penggunaan mistar ingsut yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian atau penggunaan mikrometer untuk suatu pengukuran.
2. Mampu mengkalibrasi mistar ingsut.
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum Kalibrasi dan penggunaan mistar ingsut adalah
sebagai berikut:
1. Praktikan dapat menggunakan mistar ingsut dengan benar
2. Praktikan dapat mengkalibrasi mistar ingsut dengan benar.
.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini adalah sebgai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1
Berisi tentang latar belakang,tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan.
BAB II TEORI DASAR
Bab ini berisikan tentang teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari
kutipan buku yang berkaitan dengan laporan praktikum ini.
2
2
2.1 Pengertian
Mistar ingsut adalah alat ukur linear langsung yang serupa dengan mistar
ukur. Yang memiliki skala utama pada batang dengan ujung ada berupa ekor
untuk mengukur ketinggian dari sebuah dimensi. Mistar ingsut (jangka sorong)
adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam,
dan kedalaman. Alat ukur ini memiliki ketelitian mencapai perseratus milimeter
(0,05 , 0,2 , dan 0,01 milimeter). Cara membaca alat ukur ini dengan cara melihat
skala utama dengan skala nonius (pada peluncur) atau jam ukur pada mistar ingsut
jam. Pada Digital dapat langsung dilihat pada display, pada jenis mistar ingsut ini
pembacaan ukuran lebih mudah daripada jenis lainnya. Sebelum menggunakan
alat menggunakan alat ukur kalibrasi terlebih dahulu. Mistar ingsut ini memiliki
banyak nama lain seperti sikmat, jangka sorong, vernier caliper maupun jangka
geser. Penamaan tersebut biasanya timbuk karena kebiasan dari sebuah wilayah
atau kelompok dan julukan dari sebuah daerah.
Pada ujung mistar ingsut ini ada rahang yang berfungsi untuk sensor
dalam proses pengukuran. Rahang ini ada dua, yaitu rahang atas dan rahang
bawah yang memounyai fungsi yang berbeda-beda. Pada rahang atas berguna
untuk mengukur celah dari sebuah bidang dimensi. Sedangkan rahang bawah
berguna untuk mengukur panjang sebuah dimensi maupun untuk mengukur
diameter luar dari sebuah tabung. Rahang tetap adalah rahang yang bergabung
dengan batang dari mistar ingsut ini. Sedangkan rahang geser merupakan rahang
yang bagiannya terpisah dengan batang ukur, dan di rahang geser ini letak dari
skala nonius dari sebuah jangka sorong.
3
4
lubang tersebut dan tidak boleh menggantung atau tidak sampai pada dasar lubang
tersebut.
Namun, bahan dari rahang mistar ingsut ini di gunakan bahan yang sangat
keras sehingga hal-hal di atas bisa di minimalisirkan. Pembuatan sensor dari alat
ukur ini seharusnya di gunakan bahan yang keras sehingga tahan aus dan
dirancang dengan ketelitian geometrik yang tinggi. Kerataan masing-masing
bidang pembimbing dan kesejajaran di rancang dengan toleransi yang tinggi.
Guna dari toleransi tersebut agar permukaan kedua sensor tetap sejajar, dengan
demikian, meskipun tak segaris, garis ukur dan garis nonius dimensi di usahakan
harus sejajaruntuk mengurangi efek kesalahan dalam pembacaan
ukuran.Pembacaan garis skala linier dilakukan menggunakan garis indeks yang
terletak pada peluncur atau rahang geser. Dan posisinya relatif terhadap skala
interpolarisasikan dengan skala nonius mistar ingsut.Peraba atau sensor yang ada
pada mistar ingsut termasuk dalm sensor mekanik karena peraba pada mistar
ingsut kontak langsung dengan bahan yang sedang di ukur.
Cara pengukuran :
Cara pengukuran :
Putar pengunci berlawanan arah jarum jam
Buka rahang jangka sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar
benda
Putar pengunci searah jarum jam agar rahang tidak bergeser
Bacalah skala utama dan skala noniusnya
Mistar ingsut jam memakai jam ukur sebagai ganti skala nonius
dalam menginterpolasikan posisi garis indeks relatif terhadap skala pada
batang ukur. Gerakan translasi peluncur diubah menjadi gerakan putaran
jarum penunjuk dengan perantaraan roda gigi pada poros jam ukur dan
batang bergigi yang didekatkan di sepanjang batang ukur.
Kecermatan mistar ingsut jam serupa dengan kecermatan mistar
ingsut yaitu, 0,10 mm, 0,05mm, atau 0,02mm. Pada mistar ingsut dengan
kecermatan 0,10mm, satu putaran jarum jam penunjuk terbagi dalam 100
8
bagian skala yang berarti untuk satu kali putaran, sensor (rahang ukur
gerak) bergeser sejauh 100x0,10mm atau 10mm. Tiap sepuluh bagian
skala jam ukur diberi angka satuan mm, dengan demikian pembagian skala
utamanya (pada batang ukur) cukup dinyatakan 1cm, atau dikatakan
kecermatan skala batang ukur adalah 10 mm.
Suatu jenis mistar ingsut jam, sebagaimana yang diperlihatkan pada
gambar dibuat khusus yaitu selain sebagai mistar ingsut juga berfungsi sebagai
kaliber yang cocok dipakai dalam pengukuran produk berjumlah banyak
(produksi massa). Jam ukurnya terpasang pada bagian yang terpisah dari peluncur
(rahang ukur gerak).
Pertama-tama rahang ukur distel, yakni dimatikan (peluncur di klem) pada
posisi sesuai dengan angka acuan yang direncanakan berdasarkan ukuran nominal
dan toleransi obyek ukur (biasanya pada batas atas toleransi). Kemudian, bagian
dengan jam ukur digeser pada batang ukur sampai poros jam ukur menekan
peluncur dann jarum jam ukur terputar sekitar satu kali putaran. Pada posisi ini
bagian dengan jam ukur dimatikan (diklem pada batang ukur) dan jarum ukur
distel nol dengan memutar piringan skala jam ukur sampai angka acuan berimpit
dengan jarum penunjuk.
Pada saat dipakai, jam ukur masih tetap diklem dan dijaga jangan sampai
kendor, sementara itu klem peluncur dikendorkan sehingga rahang ukur gerak
dapat bergerak bebas. Ketika benda ukur dijepitkan diantara rahang ukur, poros
jam ukur akan lebih atau kurang tertekan dibandingkan dengan posisinya semula
saat penyetelan nol. Akibatnya, gerakan jarum penunjuk akan terhenti pada suatu
angka tertentu yang menggambarkan ukuran sebenarnya dari obyek ukur (angka
relatif terhadap harga acuan saat dilakukan penyetelan nol). Kadang pada piringan
skala jam ukur dipasangakan dua penanda yang dapat diatur posisinya sehingga
menggambarkan batas bawah dan atas toleransi obyek ukur.
perhitungan hasil pengukuran misanya dalam hal penentuan jarak dua permukaan
seperti yang dibahas diatas. Berarti bagi jenis dengan posisi skala yang bisa distel,
ketinggian sensor tidak lagi ditunjukkan relatif terhadap permukaan benda rata,
namun berubah-ubah. Sesuai dengan penyetelan posisi batang skala, atau
dikatakan memiliki titik nol yang mengambang. Jenis yang lain dilengkapi dengan
jam ukur beserta penunjuk berangka mekanik atau elektronik yang pada umumnya
memiliki kemampuan untuk mengubah posisi nol.
Pada jenis mistar ingsut Digital dan jam ukur cara pembacaannya lebih
mudah. kita hanya cukup melihat angka yang di tunjukkan dari jam ukur maupun
led tyang menunjukkan hasil pengukuran yang di lakukan. Mistar ingsut biasa di
sebut juga dengan alat ukur langsung karena hasil dari pengukuran yang
dilakukan dapat di ketahui secara langsung.
Untuk pengukuran kedalam dari sebuah lubang atau sebuah celah kita
hanya cukup mengeluarkan ekor dari jangka sorong lalu kita masukkan kedalam
lubang yang ingin di hitung kedalmannya. Setelah kita ketahui kedalamannya kita
dapat membaca skala yang di tunjukkan pada alat ukur tersebut. Jika pada saat
akan membaca skala ukur posisi pembaca di rasa sangat sulit untuk melakukan
11
pembacaan skala, maka di anjurkan agar mengunci rahang geser setelah itu
membacanya pada tempat yang lebih mudah untuk dilakukan pembacaan.
2. Rahang Luar
3. Ekor
Gambar 2. 10 Ekor
(www.prmpramono.wordpress.com/pkrln.html, diakses18 November 2016)
4. Skala Utama
5. Skala Nonius
6. Pengunci
Pengunci ini berguna untuk menahan pergeseran dari skala nonius dengan
skala utama.
Gambar 2. 13 Pengunci
(www.prmpramono.wordpress.com/pkrln.html, diakses18 November 2016)
7. Penggeser
Gambar 2. 14 Penggeser
(www.prmpramono.wordpress.com/pkrln.html, diakses18 November 2016)
16
BAB III
METODOLOGI
16
Gambar 3. 1 Mistar Ingsut Nonius
17
17
2. Blok V
Gambar 3. 4 Blok V
3. Meja Bertingkat
17
18
18
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Pengamat A Pengamat B
Hasil Pengukuran Dengan Hasil Pengukuran Dengan
No Ukuran Digita Digita
Nonius Jam Ukur Nonius Jam Ukur
l l
(mm) (mm) (mm) (mm)
(mm) (mm)
1 A 6.4 6.48 6.22 6.4 6.45 6.2
2 B 13.44 13.45 13.68 13.6 13.4 13.2
3 C 5 5.05 5.06 5 5.05 5.02
4 D 13.1 13.15 13.83 13.1 13.2 13.5
5 E 6.4 6.55 6.89 6.4 6.5 6.5
6 F 14.77 14.75 14.86 14.8 14.75 14.72
19
7 G 4.35 4.3 4.94 4.3 4.4 4.35
20
20
Pengamat A Pengamat B
Jam
n Nonius Digital Nonius Jam Ukur Digital
Ukur
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
(mm)
5.1.1 V Block
Pengamat A
a. Mistar Ingsut Nonius Dengan Mistar Ingsut Digital
Nonius Digital
% E X1 00 %
Digital
(5.1)
5 mm 5, 06 mm
00 % 1,18 %
X 1
C 5, 06 mm
13,1 mm 13,83 mm
X 100 % 5, 27 %
D 13,83 mm
6, 4 mm 6,89 mm
00 % 7,11 %
X 1
E 6,89 mm
14.77 mm 14,86 mm
X 1 00 % 0, 60 %
F 14,86 mm
4,35 mm 4,94 mm
X 1 00 % 11,94 %
G 4,94 mm
5.16 mm 4,9 mm
00 % 5,31 %
X 1
H 4, 9 mm
22
1 4,87 mm 14.9 mm
X 1 00 % 0.2 %
I 14.9 mm
23
23
11,94 mm 11,94 mm
X 1 00 % 0 %
J 11,94 mm
6,56 mm 6, 26 mm
00 % 4, 79 %
X 1
K 6, 26 mm
5.20 mm 4, 97 mm
X 1 00 % 4, 62 %
L 4, 97 mm
15.3 mm 15.25 mm
00 % 6, 63 %
X 1
O 15.25 mm
5,56 mm 5, 26 mm
00 % 5, 7 %
X 1
P 5, 26 mm
3,92 mm 3, 76 mm
X 1 00 % 4, 25 %
Q 3, 76 mm
70,16 mm 70,1 mm
X 1 00 % 0, 086 %
S 70,1 mm
34,8 mm 33,53 mm
X 1 00 % 3, 78 %
T 33,53 mm
% E= |Jam Ukur−Digital
Digital |X 100 %
(5.2)
5, 05 mm 5, 06 mm
00 % 0,19 %
X 1
C 5, 06 mm
13,15 mm 13,83 mm
X 1 00 % 4,91 %
D 13,83 mm
6, 55 mm 6,89 mm
00 % 4, 93 %
X 1
E 6,89 mm
14.75 mm 14,86 mm
X 1 00 % 0, 74 %
F 14,86 mm
4, 3 mm 4, 94 mm
00 % 12, 95 %
X 1
G 4, 94 mm
5, 05 mm 4, 9 mm
00 % 3, 06 %
X 1
H 4, 9 mm
1 4,95 mm 14.9 mm
X 1 00 % 0.34 %
I 14.9 mm
11,95 mm 11,94 mm
X 1 00 % 0, 084 %
J 11,94 mm
6,55 mm 6, 26 mm
X 1 00 % 4, 63 %
K 6, 26 mm
25
5 mm 4, 97 mm
00 % 0, 6 %
X 1
L 4, 97 mm
11,15 mm 11,91 mm
X 1 00 % 6, 4 %
N 11,91 mm
5, 6 mm 5, 26 mm
00 % 6, 46 %
X 1
P 5, 26 mm
3, 9 mm 3, 76 mm
00 % 3, 72 %
X 1
Q 3, 76 mm
70,15 mm 70,1 mm
00 % 0, 071 %
X 1
S 70,1 mm
34,8 mm 33,53 mm
X 1 00 % 3, 78 %
T 33,53 mm
26
Pengamat B
% E= | Nonius−Digital
Digital |X 100 %
(5.3)
5 mm 5, 02 mm
00 % 0, 4 %
X 1
C 5, 02 mm
27
13,1 mm 13,5 mm
X 1 00 % 2,96 %
D 13,5 mm
4,3 mm 4, 35 mm
X 1 00 % 1,14 %
G 4,35 mm
5,18 mm 5,1 mm
00 % 1,56 %
X 1
H 5,1 mm
5 mm 15 mm
1
00 % 0 %
X 1
I 15 mm
12 mm 11,8 mm
00 % 1, 7 %
X 1
J 11,8 mm
12 mm 11,8 mm
00 % 1, 7 %
X 1
K 11,8 mm
11,12 mm 12 mm
00 % 7,33 %
X 1
N 12 mm
14,8 mm 14,52 mm
X 1 00 % 1,92 %
O 14,52 mm
28
5, 6 mm 5,31 mm
X 1 00 % 5, 46 %
P 5,31 mm
3, 9 mm 3, 72 mm
00 % 4,83 %
X 1
Q 3, 72 mm
11,86 mm 14,8 mm
X 1 00 % 19,86 %
R 14,8 mm
70,18 mm 70,12 mm
X 1 00 % 0, 086 %
S 70,12 mm
Jam Ukur Digital
% E x1 00 %
Digital (5.4)
6, 45 mm 6,5 mm
00 % 4, 03 %
X 1
A 6, 5 mm
5, 05 mm 5, 02 mm
00 % 0, 6 %
X 1
C 5, 02 mm
4, 4 mm 4,35 mm
00 % 1,15 %
X 1
G 4,35 mm
5 mm 5,1 mm
00 % 1, 96 %
X 1
H 5,1 mm
4,9 mm 15 mm
1
00 % 0.67 %
X 1
I 15 mm
11,19 mm 11,8 mm
X 1 00 % 0,84 %
J 11,8 mm
5 mm 5,1 mm
00 % 1, 96 %
X 1
L 5,1 mm
11,15 mm 12 mm
00 % 7, 08 %
X 1
N 12 mm
14,7 mm 14,52 mm
X 1 00 % 1, 23 %
O 14,52 mm
5,35 mm 5, 31 mm
X 1 00 % 0, 75 %
P 5, 31 mm
3,85 mm 3, 72 mm
X 1 00 % 3,5 %
Q 3, 72 mm
70,1 mm 70,12 mm
X 1 00 % 0,02 %
S 70,12 mm
33,5 mm 34,1 mm
X 1 00 % 1, 75 %
T 34,1 mm
5.00
0.00
A B C D E F G H I J K L MN O P Q R S T
Posisi
% E= | Nonius−Digital
Digital |X 100 %
11,9 mm 1 1, 7 mm
00 % 1, 7 %
X 1
A 11, 7 mm
91 mm 91 mm
00 % 0 %
X 1
C 91 mm
1,18 mm 11,11 mm
1
00 % 0, 63 %
X 1
I 11,11 mm
% E= |Jam Ukur−Digital
Digital |X 100 %
11, 95 mm 1 1, 7 mm
00 % 2,13 %
X 1
A 11, 7 mm
1,3 mm 11,11 mm
1
00 % 1, 7 %
X 1
I 11,11 mm
1.00
0.00
A B C D E F G H I J K L M
Posisi
Pengamat B
Nonius Digital
% E x1 00 %
Digital
(5.5)
11,8 mm 1 1,8 mm
X 1 00 % 0 %
A 11,18 mm
94,8 mm 94,5 mm
X 1 00 % 0, 25 %
B 94,5 mm
90,9 mm 90,7 mm
X 1 00 % 0, 22 %
C 90, 7 mm
19,5 mm 19,5 mm
X 1 00 % 0 %
D 19,5 mm
1 1,84 mm 11,84 mm
X 1 00 % 0 %
I 11,84 mm
1 1,84 mm 11,84 mm
X 1 00 % 0 %
L 11,84 mm
54,1 mm 54,1 mm
X 1 00 % 0 %
M 54,1 mm
Jam Ukur Digital
% E x1 00 %
Digital 5.3
11,17 mm 1 1,8 mm
X 1 00 % 0,85 %
A 11,8 mm
94,35 mm 94,56 mm
X 1 00 % 0, 22 %
B 94,56 mm
1,8 mm 11,84 mm
1
00 % 0,34 %
X 1
I 11,84 mm
1 1,8 mm 11,84 mm
X 1 00 % 0,34 %
L 11,84 mm
3.00
Jam Ukur vs digital
2.00
1.00
0.00
A B C D E F G H I J K L M
Posisi
36
DAFTAR PUSTAKA
Rochim, Taufiq. 2006. Spesifikasi & Kontrol Kualitas Geometrik. Bandung: ITB