Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS ELEMEN HINGGA PADA VAS BUNGA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE PENGECORAN


DI DESA LESENG, SUMBAWA

Tugas Besar Mata Kuliah Proses Manufaktur 2

Disusun Oleh :

RIFQI MUSTHAFA : (18.01.015.019)


PUPUT SRI UTAMI : (19.01.015.039)
SARTIKA : (19.01.015.037)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

I.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

I.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2

I.3 Tujuan Praktikum .............................................................................. 2

I.4 Manfaat Praktikum ............................................................................ 2

I.5 Batasan Masalah................................................................................ 2

I.6 Sistematika Penulisan ....................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

II.1 Pengertian Cetakan ........................................................................ 4

II.2 Jenis-Jenis Cetakan........................................................................ 4

II.3 Cetakan Karet Silicone .................................................................. 5

II.4 Pengertian Pengecoran .................................................................. 6

II.5 Autodesk Inventor 2017 ................................................................. 6

II.6 Analisis Elemen Hingga ................................................................ 7

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM ..................................................... 8

III.1 Pengertian Flowchart .................................................................... 8

III.2 Flowchart Praktikum ..................................................................... 9

BAB IV HASIL .......................................................................................... 10

IV.1 Waktu dan Tempat Praktikum ..................................................... 10

IV.2 Alat Praktikum ............................................................................ 10

i
IV.3 Bahan Praktikum ......................................................................... 12

IV.4 Metode Pengecoran ..................................................................... 14

BAB V PEMBAHASAN............................................................................ 16

V.1 Data Produk Hasil Pengecoran .................................................... 16

V.2 Analisis Elemen Hingga .............................................................. 16

V.3 Pembahasan ................................................................................. 17

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 19

VI.1 Kesimpulan .................................................................................. 19

VI.2 Saran ............................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 20

ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV.1 Cetakan Silicone .................................................................... 10
Gambar IV.2 Mangkok dan Sendok ............................................................ 11
Gambar IV.3 Laptop .................................................................................... 12
Gambar IV.4 Semen .................................................................................... 12
Gambar IV.5 Air .......................................................................................... 13
Gambar IV.6 Cat .......................................................................................... 13
Gambar IV.7 Proses mencampurkan semen dan air .................................... 14
Gambar IV.8 Adonan semen yang telah dimasukan ke dalam cetakan ....... 14
Gambar IV.9 Hasil coran yang telah dilepas dari cetakan........................... 15
Gambar IV.10 Proses pengecatan produk ................................................... 15
Gambar V.1 Analisis Elemen Hingga dengan beban 1 kg .......................... 16
Gambar V.2 Analisis Elemen Hingga dengan beban 5 kg .......................... 17
Gambar V.3 Analisis Elemen Hingga dengan beban 10 kg ........................ 17

iii
DAFTAR TABEL
Tabel V.1 Data Ukuran Produk ................................................................... 16

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Manufaktur adalah suatu proses merubah bahan baku menjadi produk. Pada
proses ini meliputi perancangan terhadap produk, pemilihan material yang
digunakan, dan berakhir pada tahap dimana produk tersebut dibuat. Pelibatan
pembuatan produk mulai dari bahan baku dengan bermacam-macam proses,
mesin juga operasi, mengikuti perencanaan yang terorganisasi dengan baik untuk
setiap aktivitas yang diperlukan merupakan konteks lebih modern pada
manufaktur. Terkait dengan definisi ini, manufaktur secara general merupakan
suatu kegiatan kompleks dimana mengaitkan berbagai variasi sumber daya juga
aktivitas perancangan desain produk, penggunaan mesin dan perkakas, processes
design, dan material pendukung (Sulistyarini, 2017).
Pengecoran merupakan salah satu metode yang dapat digunakan pada proses
manufaktur. Pengecoran dapat berupa pengecoran logam, plastik, atau beton.
Namun, dikarenakan sulitnya mendapatkan bahan-bahan untuk pengecoran logam
dan plastik, maka pada praktikum ini, mengambil metode pengecoran beton
dengan menggunakan bahan semen putih. Pada proses pengecoran, dibutuhkan
cetakan untuk membantu mempermudah dalam membentuk produk yang
diinginkan. Cetakan yang mudah digunakan dan bisa dipakai secara berulang
adalah cetakan dengan bahan dasar karet silicone. Setelah selesai dilakukan
pengecoran, maka langkah selanjutnya adalah menguji kekuatan hasil coran yang
telah dibuat. Dikarenakan keterbatasan alat untuk menguji kekuatan produk hasil
pengecoran, maka uji kekuatan pada praktikum ini dilakukan dengan
menggunakan aplikasi Autodesk Inventor 2017 dengan metode analisis elemen
hingga.

1
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah praktikum
sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menggunakan cetakan karet silicone pada proses
pengecoran?
2. Bagaimana tingkat kekuatan vas hasil pengecoran setelah dilakukan uji
analisis elemen hingga?

I.3 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilakukannya praktikum pengecoran adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara menggunakan cetakan karet silicone pada proses
pengecoran.
2. Mengetahui tingkat kekuatan vas hasil pengecoran setelah dilakukan uji
analisis elemen hingga.

I.4 Manfaat Praktikum


Adapun manfaat dilakukannya praktikum pengecoran adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui cara menggunakan cetakan karet silicone pada proses
pengecoran.
2. Mengetahui tingkat kekuatan vas hasil pengecoran dengan menggunakan
analisis elemen hingga.

I.5 Batasan Masalah


Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya membahas
tentang Vas bunga dan uji analisis elemen hingga.

I.6 Sistematika Penulisan


Penulisan sistematika memudahkan pemahaman atas materi-materi yang
dibahas dalam laporan praktikum ini. Berikut ini akan diuraikan secara garis besar
isi dari masing-masing bab sebagai berikut :

2
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang dilakukannya
praktikum, tujuan praktikum, rumusan masalah, manfaat
praktikum, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan tentang penjelasan tentang cetakan dan
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum pengecoran.
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM
Pada bab ini menguraikan tentang flowchart praktikum pengecoran
dan penjelasan flowchart.
BAB IV HASIL
Pada bab ini menguraikan tentang hasil praktikum.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil praktikum
yang telah disajikan dalam bab empat.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan atau rangkuman
yang menjelaskan tentang kandungan dari praktikum dan saran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Cetakan


Lentini (2016), mengungkapkan bahwa untuk menghasilkan hasil cor yang
berkualitas maka diperlukan pola yang berkualitas tinggi, baik dari segi
konstruksi, dimensi, material pola, dan kelengkapan lainnya. Pola digunakan
untuk memproduksi cetakan.
Cetakan adalah suatu benda untuk membentuk benda kerja sesuai yang
diinginkan dengan cara penuangan bahan dasar yang telah dicairkan kemudian
didinginkan. Setiap pembentukkan suatu benda harus berdasarkan gambar benda
yang diinginkan. Sebelum kita melakukan proses penuangan berlangsung harus
dibuat cetakan. Dengan demikian cetakan dapat didefinisikan suatu alat yang
bentuknya menyerupai benda yang dibuat. Cetakan ini sendiri terdiri dari cetakan
luar dan dalam. Sebelum cetakan ini dibuat kita harus melakukan beberapa
tahapan yang harus dilaksanakan, seperti mempersiapkan desain cetakan, bahan
yang digunakan dan cara pembuatan cetakan tersebut (Raja Gukguk, 2016).

II.2 Jenis-Jenis Cetakan


a. Cetakan Tidak Permanen (Expendable Mold)
Cetakan tidak permanen (Expendable mold) hanya dapat digunakan satu
kali saja. Contoh : Cetakan pasir (sand casting), cetakan kulit (shell mold
casting), dan cetakan presisi (precisian casting).
b. Cetakan Permanent (Permanent Mold)
Cetakan permanen (permanent mold) dapat digunakan berulang-ulang
(biasanya dibuat dari logam). Permanent mold casting adalah pembuatan
logam dengan cetakan yang dipadukan dengan tekanan hidrostastik. Cara
ini tidak praktis untuk pengecoran yang berukuran besar dan ketika
menggunakan logam dengan titik didih tinggi. Logam bukan baja seperti
alumunium, seng, timah, magnesium, perunggu bila dibuat dengan cara
ini hasilnya baik. Cetakan ini terdiri atas dua atau lebih bagian yang
digabung dengan sekrup, klam, plat atau alat lain yang dapat dilepas

4
setelah produk mengeras. Pada umumnya, permanent molds dibuat dari
close-grain dan dijepit satu sama lain. Cetakan ini biasanya dilapisi
dengan bahan perekat tahan panas (heatresistingwet mixture) dan jelaga
yang akan menjaga cetakan agar tidak lengket dan mengurangi efek
dingin pada logam (Mandala, 2017).
Setelah cetakan disiapkan, kemudian ditutup dan seluruh bagian inti atau
bagian yang bebas dikunci ditempat. Kedua biji besi dan biji baja dapat
digunakan dalam cetakan jenis ini. Untuk mengantisipasi suhu logam
dilakukan dengan menuangkan air kedalam cetakan melalui pintu yang
terbuka. Setelah hasil cetakan cukup dingin, bagian yang bebas ditarik
dan cetakan dibuka dan hasil cetakan diangkat. Cetakan tersebut
kemudian dibersihkan dan susun kembali bagian-bagian cetakan, cetakan
pun siap dituangi lagi (digunakan lagi). Alat ini sebagian besar digunakan
untuk mencetak piston dan bagian-bagian mesin kendaraan, mesin disel
dan mesin kapal. Penerapan lainnya banyak ditemukan di industri yang
membuat beberapa materi seperti gear pada mesin cuci, bagian-bagian
pada vacum cleaner, tutup kipas angin, bagian untuk alat-alat portable,
perlengkapan lampu luar ruangan, dan lainlain.
Permanent mold casting mempunyai hasil ahir permukaan yang bagus
dan detail yang tajam. Diperoleh keseragaman hasil dengan berat 1 ons
sampai 50 pound. Toleransinya berkisar dari 0,0025 inchi sampai 0,010
inchi. Permanent mold casting termasuk otomatis, sehingga dapat
diperoleh produk yang cukup banyak (Raja Gukguk, 2016).

II.3 Cetakan Karet Silicone


Tingkat kepresisian produk sangat tergantung pada cetakan karet yang
digunakan. Cetakan karet yang baik adalah karet yang mempunyai sifat stabil atau
tidak mudah berubah ukuran saat digunakan dalam proses casting. Cetakan karet
jenis ini dapat dicapai oleh jenis silicone rubber dengan sistem vulkanisasi
pemanasan yang mempunyai sifat keras yaitu bernilai 50,6 pada skala durometer
shore-A, sehingga tidak mudah berubah ukuran. Harga karet jenis ini lebih mahal
dan membutuhkan mesin vulcanizer (Setiawan, 2017).

5
II.4 Pengertian Pengecoran
Pengecoran (casting) adalah suatu proses penuangan materi cair seperti
logam atau plastik yang dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian dibiarkan
membeku di dalam cetakan tersebut, dan kemudian dikeluarkan atau dipecah-
pecah untuk dijadikan komponen mesin. Pengecoran digunakan untuk membentuk
logam dalam kondisi panas sesuai dengan bentuk cetakan yang telah dibuat.
Pengecoran dapat berupa material logam cair atau plastik yang bisa meleleh
(termoplastik), juga material yang terlarut air misalnya beton atau gips, dan materi
lain yang dapat menjadi cair atau pasta ketika dalam kondisi basah seperti tanah
liat, dan lain-lain yang jika dalam kondisi kering akan berubah menjadi keras
dalam cetakan, dan terbakar dalam perapian. (Wijaya, 2017).
Untuk mendapatkan hasil pengecoran dengan tingkat kekasaran dan
kekerasan yang baik dengan proses pengecoran sand casting merupakan salah satu
tujuan utama. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil dari
proses pengerjaan tersebut. Seperti perbedaan komposisi bahan paduan dan waktu
peleburan aluminium serta waktu yang diperlukan untuk pendinginan benda kerja
pada proses pengecoran sand casting. Dari beberapa faktor yang ada, maka
muncul permasalahan bagaimana pengaruh komposisi bahan paduan dan waktu
proses peleburan aluminium serta waktu proses pendinginan aluminium terhadap
tingkat kekasaran dan kekerasan benda kerja pada proses pengecoran sand casting
(Apriliyanto, 2017).
Pengecoran gravitasi adalah teknik pengecoran yang biasa nya
menggunakan cetakan logam dimana logam cair dimasukan ke dalam cetakan
dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Hasil pengecoran dengan sistem ini
memiliki permukaan yang halus dan dimensi yang cukup akurat, selain itu juga
memiliki sifat mekanis dan ketahanan tekan yang sangat baik (Ruanto, 2020).

II.5 Autodesk Inventor 2017


Autodesk inventor adalah Perangkat pemodelan parametrik 3D. Istilah
parametrik mengacu pada penggunaan parameter desain untuk membangun dan
mengendalikan model 3D yang dibuat. Artinya, untuk memulai sebuah Desain
yaitu dengan membuat sketsa dasar untuk menentukan profile dari part. Dalam

6
sketsa ini dimensi digunakan sebagai parameter untuk mengontrol panjang dan
lebar sketsa. Parameter dimensi memungkinkan untuk menyusun sketsa dengan
masukan yang tepat. Hal ini sangat memudahkan kita ketika sedang dalam proses
desain suatu produk atau pancangan. Sebelum membuat model 3D yang Solid
atau surface, kita harus membuat sketsanya terlebih dahulu atau mengimport
gambar 2D dari Autodesk AutoCAD (Wibawa, 2018).
Autodeks Inventor digunakan untuk membuat desain produk atau teknik
permesinan yang memepunyai fasilitas yang lengkap untuk memvisualisasikan
model 3D seperti gambar animasi dari produk yang akan dibuat. Dokumen digital
membantu dalam memvisualisasikan, mensimulasikan dan menganalisasi suatu
produk sebelum dibuat. Autodesk Inventor memiliki beberapa kelebihan yang
memudahkan drafter dalam mendesain karena material telah disediakan sehingga
dapat diatur mirip material aslinya (Lasenta, 2019).

II.6 Analisis Elemen Hingga


Metode Analisis Elemen Hingga/Finite Element Analysis (FEA) merupakan
metode yang umum digunakan pada software analisis struktur. Finite Element
Analysis (FEA) adalah teknik numerik matematis untuk menghitung kekuatan
struktur komponen teknik dengan membagi obyek menjadi bentuk jala-jala (mesh)
(Wibawa, 2019).
Menurut Yosafat (2019), penggunaan Finite Element Analysis (FEA)
memberikan keuntungan serta kemudahan di dunia manufaktur seperti
mengurangi frekuensi uji coba produk berdampak pada pengurangan biaya untuk
pengembangan produk baru dan waktu yang digunakan untuk penelitian akan
lebih singkat. Sebagai salah satu contoh yang dapat dilihat adalah pengujian
kelayakan mobil penumpang adalah performa pada saat tabrakan. Apabila
pengujian ini dilakukan berkali-kali, maka biaya yang dibutuhkan untuk pengujian
ini sangat besar. Selain itu, untuk membuat satu prototipe memerlukan waktu
yang cukup lama, semakin banyak prototipe yang harus dibuat, maka waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk akan
memakan waktu yang lama.

7
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

III.1 Pengertian Flowchart


Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan
urut-urutan prosedur dari suatu program. Flowchart menolong analis dalam untuk
memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong
dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian. Flowchart
biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah khususnya masalah yang
perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut. Proses di lingkungan organisasi pada
umumnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berulang. Setiap siklus
kegiatan tersebut biasanya dapat dipecahkan ke dalam beberapa langkah kecil.
Dari uraian langkah-langkah tersebut, kita dapat mencari langkah mana saja yang
bisa kita perbaiki (improve) (Nassi, 1973).
Sedangakan menurut Rejeki (2013), flowchart merupakan penyajian yang
sistematis tentang proses dan logika dari kegiatan penanganan informasi atau
penggambaran secara grafik dari langkahlangkah dan urut-urutan prosedur dari
suatu program. Bagan alir (flowchart) adalah bagan (chart) yang menunjukkan
alir (flow) di dalam program atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir
digunakan terutama untuk alat bantu komunikasi dan untuk dokumentasi.
Flowchart merupakan salah satu alat terpenting bagi seorang ahli sistim yang
dipergunakan pada semua fase penyusunan sistim dan prosedur mulai dari survey
sampai follow-up. Flowchart mempunyai beberapa keunggulan misalnya beberapa
alternatif dapat sekaligus digambarkan, singkat, tidak bertele-tele sehingga sangat
menghemat waktu dan tenaga, sebagai penggambaran grafis, mengurangi
keperluan untuk deskripsi yang mendetail (Semendap, 2013).

8
III.2 Flowchart Praktikum

Mulai

Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Proses Pengecoran:
1. Persiapan alat dan bahan
2. Melakukan pengecoran
3. Menuangkan ke dalam cetakan
4. Proses pengeringan
5. Melepaskan dari cetakan
6. Pengecatan

Pengolahan Data
Menggunakan Metode Elemen Hingga

Kesimpulan dan Saran

Selesai

9
BAB IV
HASIL

IV.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan di Desa Leseng, Kecamatan Moyohulu,
Kabupaten Sumbawa yang dimulai pada tanggal 1 Maret 2021 sampai 31 Maret
2021.

IV.2 Alat Praktikum


1. Cetakan
Cetakan digunakan untuk mencetak semen yang telah melalui proses
pengecoran. Cetakan yang digunakan pada praktikum ini adalah
cetakan berbahan karet silicone.

Gambar IV.1 Cetakan Silicone


2. Mangkok
Mangkok digunakan sebagai wadah semen saat proses pengecoran.

10
3. Sendok
Sendok sebagai pengaduk semen dan juga untuk membantu proses
penuangan semen kedalam cetakan.

Gambar IV.2 Mangkok dan Sendok


4. Laptop
Laptop digunakan untuk melakukan uji analisis elemen hingga
menggunakan Autodesk Inventor 2017.

11
Gambar IV.3 Laptop
IV.3 Bahan Praktikum
1. Semen
Semen sebagai bahan utama dalam praktikum ini. Semen yang kami
gunakan pada praktikum ini adalah semen putih.

Gambar IV.4 Semen

12
2. Air
Air digunakan sebagai campuran semen yang membantu proses
pengecoran.

Gambar IV.5 Air


3. Cat
Cat digunakna untuk mewarnai hasil cetakan sehingga terlihat lebih
menarik.

Gambar IV.6 Cat

13
IV.4 Metode Pengecoran
Langkah-langkah metode pengecoran pada praktikum ini adalah:
1. Mempersiapkan alat dan bahan untuk melakukan pengecoran.
2. Mencampurkan air dan semen dan mengaduknya hingga tercampur rata.

Gambar IV.7 Proses mencampurkan semen dan air


3. Memasukan semen yang telah tercampur dengan air ke dalam cetakan.

Gambar IV.8 Adonan semen yang telah dimasukan ke dalam cetakan


4. Menjemur cetakan hingga semen memadat dan dapat dilepaskan dari
cetakan.

14
5. Melepaskan hasil pengecoran dari cetakan.

Gambar IV.9 Hasil coran yang telah dilepas dari cetakan


6. Melakukan pengecatan pada produk hasil pengecoran.

Gambar IV.10 Proses pengecatan produk

15
BAB V
PEMBAHASAN

V.1 Data Produk Hasil Pengecoran


1. Nama Produk
Produk yang dihasilkan pada praktikum pengecoran ini adalah vas
bunga.
2. Data Ukuran Produk
Tabel V.1 Data Ukuran Produk
No Keterangan Produk Ukuran (cm)
1 Tinggi 4,7
2 Kedalaman 3
3 Diameter bagian luar 6
4 Diameter bagian luar 4,2

V.2 Analisis Elemen Hingga


Analisis elemen hingga dilakukan sebanyak 3 kali dengan memberikan
beban yang berbeda pada tiap pengujian. Hasil dari analisi elemen hingga adalah
sebagai berikut:
1. Dengan beban 1 kg.

Gambar V.1 Analisis Elemen Hingga dengan beban 1 kg


Gambar V.1 menunjukan bahwa vas bunga hanya mendapatkan sedikit
takanan pada bagian atasnya dan kemungkinan terjadi kerusakannya
adalah kecil.

16
2. Dengan beban 5 kg.

Gambar V.2 Analisis Elemen Hingga dengan beban 5 kg


Gambar V.2 menunjukan bahwa vas bunga mengalami tekanan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan saat mendapatkan beban 1 kg dan saat
diberikan beban 5 kg, vas akan mengalami sedikit kerusakan pada
bagian atasnya.
3. Dengan beban 10 kg.

Gambar V.3 Analisis Elemen Hingga dengan beban 10 kg


Gambar IV.3 menunjukan bahwa nilai tekanan bebannya semakin
tinggi dibandingkan dengan Gambar IV.2.

V.3 Pembahasan
Pada proses pengecoran vas bunga tidak mengalami kesulitan, produk yang
dihasilkan juga sesuai dengan cetakan silicone yang digunakan. Cetakan ini sangat
membantu dalam proses pengecoran karena mudahnya penggunaan dan

17
memberikan hasil yang memiliki tingkat kemiripan yang tinggi antara produk
dengan cetakan.
Hasil analisis elemen hingga yang menunjukkan bahwa tekanan beban
cukup tinggi dan cukup berpotensi kerusakan pada vas bunga hasil pengecoran
adalah dikarenakan dimensi ukuran dinding vas yang terlalu tipis sehingga tidak
mampu untuk menerima beban yang berat.
Solusi dari masalah di atas adalah dengan tidak memberikan beban yang
berat pada vas bunga, cukup dengan menaruh benda-benda ringan sebagai
pelengkap vas bunga. Contohnya adalah kaktus dengan media tanam tanah atau
bunga plastic dengan media batu-batu kecil sebagai penahannya.

18
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan
1. Pengecoran dilakukan dengan menyiapkan alat dan bahan terlebih
dahulu, kemudian mencampurkan semen dengan air dan mengaduknya.
Langkah selanjutnya adalah memasukkan adonan ke dalam cetakan
silicone, mengeringkannya, dan melepaskan hasil pengecoran secara
perlahan.
2. Setelah dilakukan uji analisis elemen hingga, hasilnya menunjukkan
bahwa vas tidak mampu untuk menahan beban yang terlalu berat,
dengan maksimum ketahanan beban sebesar + 5 kg.

VI.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah agar dalam membuat suatu produk
pengecoran untuk ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Apriliyanto, P. (2014). Analisis Variabel Proses Produk Pengecoran Logam


Menggunakan Cetakan Sand Casting. Jurnal Teknik Mesin, 2(02).
Harneleo, A. D. (2016). Rancang Bangun Cetakan Permanen Karet Penyangga
Tongkat (Biaya Produksi) (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri
Sriwijaya).
Lentini, G. V. S. (2016). Rancang Bangun Cetakan Permanen Mangkok Penadah
Getah Karet (Biaya Produksi) (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri
Sriwijaya).
Mandala, M., Siradj, E., & Djamil, S. (2017). Struktur Mikro Dan Sifat Mekanis
Aluminium (Al-Si) Pada Proses Pengecoran Menggunakan Cetakan
Logam, Cetakan Pasir Dan Cetakan Castable. Poros, 14(2), 88-98.
N. W. Lasenta. (2019): Desain Dan Analisis Tegangan Alat Pengangkat Roket
Kapasitas 10 Ton Menggunakan Metode Elemen Hingga. Lembaga
Penerbangan Dan Antariksa Nasional (Lapan).
Nassi, I., & Shneiderman, B. (1973). Flowchart Techniques For Structured
Programming. Acm Sigplan Notices, 8(8), 12-26.
Raja Gukguk, J. A. S. (2016). Rancang Bangun Cetakan Permanen Mangkok
Penadah Getah Karet (Proses Pembuatan) (Doctoral Dissertation,
Politeknik Negeri Sriwijaya).
Rejeki, M. S., & Tarmuji, A. (2013). Membangun Aplikasi Autogenerate Script
Ke Flowchart Untuk Mendukung Business Process
Reengineering (Doctoral Dissertation, Universitas Ahmad Dahlan).
Ruanto, Y., Seprianto, D., & Arnoldi, D. (2020). Pengaruh Parameter Pembuatan
Objek Dari Bahan Timah (Sn) Metode Gravity Casting Dengan Cetakan
Silicone Terhadap Nilai Kekerasan. Machinery: Jurnal Teknologi
Terapan, 1(1).
Setiawan, J., Prasetyo, A., & Risdiyono, R. (2017). Pengaruh Penambahan Talc
Terhadap Peningkatan Nilai Kekerasan Cetakan Rtv Silicone Rubber
Pada Proses Spin Casting. Dinamika Kerajinan Dan Batik, 34(1), 1-10.

20
Sulistyarini, D. H., Novareza, O., & Darmawan, Z. (2018). Pengantar Proses
Manufaktur Untuk Teknik Industri. Universitas Brawijaya Press.
Sumendap, W. (2013). Penggunaan Flowchart Dalam Penyusunan Organisasi
Administrasi Pembelian Dan Pembayaran Pada Pt Jaya Kencana Di
Surabaya (Doctoral Dissertation, Universitas Airlangga).
Wibawa, L. A. N. (2018). Simulasi Kekuatan Komponen Sarana Pengujian Roket
Menggunakan Autodesk Inventor Professional 2017. Buku Katta.
Wibawa, L. A. N. (2019). Desain Dan Analisis Tegangan Alat Pengangkat Roket
Kapasitas 10 Ton Menggunakan Metode Elemen Hingga. Jurnal Energi
Dan Teknologi Manufaktur (Jetm), 2(01), 23-26.
Wijaya, M. T. (2017). Pengaruh Variasi Temperatur Tuang Terhadap
Ketangguhan Impak Dan Struktur Mikro Pada Pengecoran
Aluminium. Simetris: Jurnal Teknik Mesin, Elektro Dan Ilmu
Komputer, 8(1), 219-224.

21

Anda mungkin juga menyukai