Laporan Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Praktikum
Teknik Manufaktur III
Disusun Oleh :
Kelompok 19
BANDUNG
2021
LEMBAR PENGESAHAN
TEKNIK METALURGI
Teknik Manufaktur 3 di
Bandung, 28-02-2021
Mengetahui,
Kelompok 19
i
DAFTAR ISI
ii
2.7.1 Kesimpulan ............................................................................... 25
2.7.2 Saran ......................................................................................... 26
BAB III PELEBURAN DAN PENGECORAN LOGAM ............................... 27
3.1 Tujuan................................................................................................. 27
3.2 Teori Dasar ......................................................................................... 27
3.2.1 Prinsip Pencairan Muatan Pada Tungku Krusibel .................... 27
3.2.2 Peleburan Aluminium dan Paduannya ...................................... 28
3.3 Metodologi Penelitian ........................................................................ 32
3.3.1 Skema Proses ............................................................................ 32
3.3.2 Penjelasan Skema Proses .......................................................... 33
3.3.3 Gambar Proses .......................................................................... 34
3.4 Alat dan Bahan ................................................................................... 37
3.4.1 Alat ........................................................................................... 37
3.4.2 Bahan ........................................................................................ 37
3.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data ................................................... 37
3.5.1 Pengumpulan Data .................................................................... 37
3.6 Analisa dan Pembahasan .................................................................... 38
3.7 Kesimpulan dan Saran ........................................................................ 39
3.7.1 Kesimpulan ............................................................................... 39
3.7.2 Saran ......................................................................................... 39
BAB IV ANALISA CACAT CORAN ............................................................... 40
4.1 Tujuan................................................................................................. 40
4.2 Teori Dasar ......................................................................................... 40
4.2.1 Pembekuan Ingot dan Coran ..................................................... 40
4.2.2 Cacat Pada Pengecoran Logam ................................................ 41
4.2.3 Cacat Ekor Tikus ...................................................................... 42
4.2.4 Cacat Lubang-Lubang .............................................................. 43
4.2.5 Cacat Retakan ........................................................................... 47
4.2.6 Cacat Permukaan Kasar ............................................................ 48
4.3 Metodologi Penelitian ........................................................................ 53
4.3.1 Skema Proses ............................................................................ 53
4.3.2 Penjelasan Skema Proses .......................................................... 54
4.3.3 Gambar Proses .......................................................................... 55
4.4 Alat dan Bahan ................................................................................... 57
iii
4.4.1 Alat ........................................................................................... 57
4.4.2 Bahan ........................................................................................ 57
4.5 Pengumpulan Data ............................................................................. 58
4.6 Analisa dan Pembahasan .................................................................... 58
4.7 Kesimpulan dan Saran ........................................................................ 60
4.7.1 Kesimpulan ............................................................................... 60
LAMPIRAN ......................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II PEMBUATAN
CETAKAN DAN INTI
KELOMPOK 19
BAB II
PEMBUATAN CETAKAN DAN INTI
2.1 Tujuan
Tujuan dari pembuatan cetakan dan inti ini adalah :
1. Dapat membuat cetakan pasir untuk membuat coran dari logam
2. Dapat membuat inti untuk rongga cetakan untuk membuat produk
coran berongga.
Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flask) yang terdiri dari dua bagian,
bagian atas disebut cope dan bagian bawah disebut drag. Kedua bagian kotak
cetakan disatukan pada tempat tertentu dengan pengunci.
1. Sprue
Sprue adalah bagian yang pertama kali untuk mengalirkan logam cair
kedalam cetakan. Bentuk dari sprue biasanya berbentuk kerucut, karena untuk
menghindari adanya turbulensi didalam cetakan. Turbulensi ini harus dihindari
karena gas – gas akan terperangkap didalam cetakan sehingga akan menyebabkan
porositas.
2. Runner
Merupakan bagian yang berfungsi mengalirkan aliran logam dari sprue ke
dalam cetakan (mold) atau core (inti cetakan). Bentuk gate biasanya silinder
dengan diameter tertentu.
3. Riser
Merupakan bagian yang berfungsi untuk membuang gas gas yang terjebak
didalam cetakan sehingga akan bebas dari porosity.
4. Gate
Merupakan bagian yang menghubungkan riser dan core (inti)
(Sumber : https://ftkceria.wordpress.com/)
Gambar 2. 3 Bentonit
Gambar 2. 4 Air
Ukuran butir pasir yang kecil pada pasir silika akan menghasilkan
permukaan coran yang baik, tetapi ukuran butir pasir yang besar akan
menghasilkan permeabilitas yang tinggi, sehingga dapat mebebaskan gas gas pada
rongga cetak pada saat proses penuangan. Cetakan yang dibuat dari butiran yang
tidak beraturan akan menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan butiran yang bulat, akan tetapi memiliki permeabilitas yang kurang baik.
2.2.3 Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola dapat
dibuat dari kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola tergantung
pada bentuk dan ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk cor dan jenis
proses pengecoran yang digunakan.
Pola juga merupakan model benda cor dengan ukuran penuh dengan
memperhatikan penyusutan dan kelonggaran untuk pemesinan pada akhir
pengecoran. Bahan pola yang bisa digunakan antara lain kayu, plastik, dan logam.
Pada proses pengecoran ada beberapa kualifikasi jenis pola, antara lain :
1. Pola tunggal
Biasanya digunakan untuk bentuk produk yang sederhana dan jumlah
produk sedikit. Pola ini dibuat dari kayu dan tentunya tidak mahal.
2. Pola terpisah
Terdiri dari dua buah pola yang terpisah sehingga akan diperoleh rongga
cetak dari masing-masing pola. Dengan pola ini, bentuk produk yang dapat
dihasilkan rumit dari pola tunggal.
3. Pola cope dan drug
Pola ini hampir sama dengan pola dengan papan penyambung, tetapi pada
pola ini dua bagian dari pola belah masing-masing ditempelkan pada papan yang
terpisah. Pola ini biasanya juga dilengkapi dengan sistem saluran masuk dan riser.
(Sumber : http://mochamadnurman.blogspot.com/)
Pola yang dipakai pada saat praktikum adalah pola cope dan drag, pola ini
hampir sama dengan pola dengan papan penyambung, tetapi pada pola ini dua
bagian dari pola belah masing-masing ditempelkan pada papan yang terpisah. Pola
ini biasanya juga dilengkapi dengan sistem saluran masuk dan riser.
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembentukan pola atau model
cetakan pasir :
1. Ketepatan Ukuran Coran
Pada pembuatan pola harus diperhatikan beberapa hal antara lain:
pengaruh penyusutan logam cair, ketirusan, penyelesaian, distorsi dan
kelonggaran, sehingga kita dapat memperoleh benda cor yang benar-benar
sesuai dengan benda yang akan dibuat.
2. Penyusutan
Karena hampir semua jenis logam menyusut pada waktu pembekuan,
pada waktu membuat pola perlu ditambahkan ukuran penyusutan. Untuk
kemudahan, untuk besi cor dapat digunakan mister susut yang 1,04% atau
0,00104 mm/mm lebih panjang dari ukuran standar. Direncanakan suatu
roda gigi yang bila pemesinan telah selesai, mempunyai diameter luar 150
mm. Untuk brons perlu ditambah 1,56%, baja 2,08%, aluminium dan
magnesium 1,30%.
3. Tirus
Bila pola yang dapat diangkat dikeluarkan dari cetakan, kadang-kadang
tepi cetakan pasir yang bersentuhan dengan pola terangkat. Oleh karena itu
untuk memudahkan pengeluaran pola, maka sisi tegak pola dimiringkan.
Untuk permukaan luar, biasanya dipakai penambahan sebesar 1,04% hingga
2,08%. Untuk lubang di sebelah dalam dapat digunakan kemiringan sampai
6,25%.
4. Penyelesaian
Permukaan coran yang akan mengalami pemesinan biasanya diberi
tanda tertentu. Tanda tersebut berarti bahwa pola harus dipertebal, sehingga
cukup bahan untuk diselesaikan. Umumnya penambahan adalah 3,0 mm.
Untuk pola yang besar suaian tersebut harus ditambah karena ada
kemungkinan bahwa benda cor akan melengkung.
5. Distorsi
Distorsi terjadi pada benda coran dengan bentuk yang tidak teratur
karena sewaktu membeku terjadi penyusutan yang tidak merata.
Kemungkinan ini perlu diperhitungkan sewaktu membuat pola.
6. Kelonggaran
Bila pasir di sekitar pola ditumbuk-tumbuk kemudian pola dilepaskan,
pada umumnya ruangan pola akan lebih besar sedikit. Pada benda cor yang
besar atau benda cor yang tidak mengalami penyelesaian, hal ini dapat
diatasi dengan membuat pola yang kecil sedikit.
2.2.4 Inti
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin
kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam
rongga cetak sebelum penuangan untuk membentuk permukaan bagian dalam
produk dan akan dibongkar setelah cetakan membeku dan dingin. Seperti cetakan,
inti harus kuat, permeabilitas baik, tahan panas dan tidak mudah hancur (tidak
rapuh).
Pemasangan inti didalam rongga cetak kadang-kadang memerlukan
pendukung agar posisinya tidak berubah. Pendukung tersebut disebut chaplet,
yang dibuat dari logam yang memiliki titik lebur yang lebih tinggi dari pada titik
lebur benda cor. Sebagai contoh, chaplet baja digunakan pada penuangan besi
tuang, setelah penuangan dan pembekuan chaplet akan melekat ke dalam benda
cor. bagian chaplet yang menonjol ke luar dari benda cor selajutnya dipotong.
Inti digunakan bila benda cor tersebut memiliki permukaan dalam. Inti
merupakan model dengan skala penuh dari permukaan, dalam benda cor, yang
diletakan dalam rongga cetak sebelum permukaan logam cair dilakukan, sehingga
logam cair akan mengalir membeku diantara rongga cetak dan inti, untuk
membentuk permukaan bagian luar dan dalam dari benda cor.
Inti biasanya dibuat dari pasir yang dipadatkan sesuai dengan bentuk yang
diinginkan. Seperti pada pola, ukuran inti harus mempertimbangkan penyusutan
dan pemesinan.
Pemasangan inti didalam rongga cetak kadang – kadang memerlukan
pendukung agar posisinya tidak berubah. Pendukung tersebut disebut chaplet,
yang dibuat dari logam yang memiliki titik lebur yang lebih tinggi dari pada titik
lebur benda cor. Sebagai contoh, chaplet baja digunakan pada penuangan besi
tuang, setelah penuangan dan pembekuan chaplet akan melekat ke dalam benda
cor bagian chaplet yang menonjol ke luar dari benda cor selanjutnya dipotong.
Ada lebih dari satu jenis cetakan pengecoran yang digunakan dalam
pengecoran logam. Masing-masing jenis cetakan digunakan oleh satu atau lebih
metode pengecoran logam. Ini kombinasi dari cetakan dan metode memungkinkan
untuk berbagai ukuran casting, jumlah dan sifat.
1. Grafit cetakan - Aluminium pengecoran sentrifugal sering menggunakan
cetakan grafit dan inti. Proses ini juga menggunakan pendinginan cepat
menghasilkan casting dengan kualitas tidak direproduksi oleh metode lain.
Grafit, sebagaimana berlian, adalah bentuk alotrop karbon, karena kedua
senyawa ini mirip namun struktur atomnya mempengaruhi sifat kimiawi dan
fisikanya. Grafit terdiri atas lapisan atom karbon, yang dapat menggelincir
dengan mudah. Artinya, grafit amat lembut, dan dapat digunakan sebagai
minyak pelumas untuk membuat peralatan mekanis bekerja lebih lancar.
Grafit sekarang umum digunakan sebagai "timbal" pada pensil. Grafit
berwarna kelabu. Akibat delokalisasi elektron antar-permukannya, grafit dapat
berfungsi sebagai konduktor listrik. Secara alamiah, grafit ditemukan di Sri
Lanka, Kanada dan Amerika Serikat. Grafit juga disebut sebagai timbal hitam.
Grafit dinamai oleh Abraham Gottlob Werner pada tahun 1789 dengan
mengambil kata dari bahasa Yunani. Grafit juga bisa dibuat menjadi isi pensil.
2. Cetakan pasir - Jenis cetakan pengecoran dibuat dari ditekan kering atau pasir
"hijau" yang terkandung dalam "botol" atau kotak. Menggunakan pola logam
atau kayu yang menciptakan rongga di pasir di mana logam cair dituangkan.
5. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan sistem saluran dilepaskan
dari cetakan
6. Cope dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
Pemasangan cope dan drag harus benar benar diperhatikan kesimetrisan dan
ketepatannya untuk menghindari kegagalan saat penuangan logam cair ke
rangka cetakan.
7. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor
dibersihkan dari sisa - sisa pasir cetakan.
8. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan
produk cor siap untuk diperlakukan lebih lanjut.
2.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan cetakan dan inti ini adalah
sebagai berikut :
1. Papan kayu 1 Set
2. Paku 4 Pcs
3. Talk 1 Pcs
4. Pasir silika baru 7,4 Kg
5. Pasir silika bekas 11,1 Kg
6. Bentonit 1,85 Kg
7. Gula tetes 0,37 Kg
8. Air 0,74 Kg
11,1 kg
Bentomit 10
18,5 x 100 = 1,85 kg
(10%)
Air (4%) 4
18,5 x 100 = 0,74 kg
Gula tetes 2
18,5 x 100 = 0,37 kg
(2%)
Temperature Pouring (C) 787C
Temperature Tapping (C) 740C
Waktu Pouring (s) 42 Detik
2.7.2 Saran
1. Perbandingan komposisi bahan pasir cetakan harus sesuai.
2. Sebelum pasir di tuangkan di atas pola terlebih dahulu pola harus di
beri white powder agar licin atau pengangkatan pasir cetakan tidak
menempel pada sudut – sudut pola.
3. Pasir yang akan dituangkan pada pola harus di haluskan dahulu
dengan cara di ayak untuk mengurangi resiko cacat permukaan pada
benda coran.
4. Penekanan pasir pada pola harus merata agar kepadatan pasir lebih
rapat dan kuat pada saat logam cair di tuangkan pada cetakan.
3.1 Tujuan
Tujuan utama dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mempelajari cara kerja tungku peleburan krusibel untuk logam –
logam non-ferro.
2. Mengetahui cara operasi untuk berbagai proses peleburan dan
pengecoran logam – logam non-ferro
27
BAB III PELEBURAN DAN
PENGECORAN LOGAM
KELOMPOK 19
Prinsip kerja pencairan muatan pada tungku jenis krusibel dengan sumber
panas dari bahan bakar minyak (cair) atau arang (padat) adalah dengan cara
bahan bakar dimasukan kedalam ruang reaksi (buner) sehingga akan
menimbulkan panas dialirkan secara radiasi kedinding krusibel. Selanjutnya
energi panas ini dipindahkan secara konduksi kedalam muatan melalui dinding
krusibel. Reaksi pembakaran antara bahan bakar dengan oksigen (O2) dalam udara
menghasilkan gas CO2 dan H2O serta energi panas. Energi panas tersebut yang
diperlukan untuk mencairkan muatan dalam krusibel hingga mencair.
Proses pencampuran antara bahan bakar dan oksigen dalam udara,
berlangsung sangat pendek. Pemanasan bahan bakar dan bara dilakukan sangat
cepat, karena pemanasan inilah senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut terurai
menjadi senyawa-senyawa yang lebih ringan dengan unsur dasar karbon dan
hidrogen. Sebagai hasil dekomposisi thermal ini, sebagian besar pembakaran
terjadi antara hidrogen dan karbon elemental. Unsur hidrogen terbakar dengan
nyala api yang tidak terlihat (luminous flame). Sementara unsur karbon terbakar
dengan nyala api kuning yang khas (yellow flame).
Logam yang kita lebur adalah logam aluminium. Aluminium saat ini ialah
logam kedua terbanyak setelah besi karbon (cast iron) yang dipakai untuk
komponen mesin, contoh dalam bidang otomotif. Juga dipakai pada alat-alat
rumah tangga seperti panci dll. Kelebihan dari alumunium ialah logam ini ringan,
kuat, konduktor panas dan listrik yang baik setelah emas dan tembaga. Titik cair
dari alumunium murni + 6500C. Tetapi alumunium jika dipadukan oleh unsur
paduan maka titik cairnya akan bertambah. Unsur-unsur paduan yang biasanya
dipakai sebagai paduan aluminium adalah silikon, tembaga, magnesium, timah dan
lain-lain. Alumunium cair sangat reaktif sekali terhadap gas hidrogen (H). gas
hidrogen dapat membuat gelembung udara terikat didalam alumunium cair yang
mengakibatkan porositas pada produk coran nantinya.
Pemanasan tungku
Peleburan aluminium
Buka cetakan
Kesimpulan
ar 3.3
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada proses peleburan dan penuangan logam ini
adalah sebagai berikut :
1. Alumunium
2. Garam
3.7.2 Saran
1. Proses pemanasan dan pencairan logam (aluminium) sebaiknya
dilakukan pada saat sbelum praktikum di mulai agar mempersingkat
waktu praktikum dikarenakan untuk mencairkan logam membutuh
waktu yang lama.
2. Pada proses penuangan logam alminium cair haruslah konstan. Agar
cairan mengalir secara laminer dan tidak terjadi turbulensi.
3. Utamakan keselamatan kerja pada saat proses penuangan logam cair
atau aluminium cair sesuai dengan standar yang digunakan.
4.1 Tujuan
1. Praktikan mengetahui cara-cara pada pengecoran logam.
2. Mengetahui alur kerja dan proses pengecoran logam.
3. Mengetahui hasil pengecoran pada media sand casting.
4. Mengetahui peleburan pada logam aluminium pada tungku.
40
BAB IV ANALISA
CACAT CORAN
KELOMPOK 19
Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh :
1. Kecepatan penuangan terlalu lambat.
2. Temperatur penuangan terlalu tinggi.
3. Ketahanan panas pasir cetak rendah.
4. Terjadi pemanasan setempat.
5. Pasir cetak banyak mengandung unsur kental atau lumpur.
6. Perbaikan cetakan yang tidak sempurna.
7. Pelapisan cetakan yang terlalu tebal.
8. Kepadatan cetakan pasir yang kurang.
9. Lubang angin pada cetakan kurang.
Untuk mencegah timbulnya cacat di atas dapat dilakukan dengan
merencanakan pembuatan cetakan, peleburan dan penuangan yang baik. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan adalah :
1. Menggunakan pasir cetak yang berkualitas, tahan panas dan tidak benyak
mengandung unsur lumpur.
2. Pembuatan cetakan yang teliti baik pemadatan yang cukup, lubang angin
yang cukup dan pelapisan tipis yang merata.
3. Membuat saluran turun yang tepat, sesuai bentuk coran.
Rongga udara seperti yang ditunjukaan dalam gambar, adalah cacat yang
paling banyak terjadi dalam berbagai bentuk. Rongga udara dapat muncul sebagai
lubang pada permukaan atau dalam coran, terutama sedikit dibawah permukaan
yang merupakan rongga- rongga bulat. Mereka mempunyai warna-warna yang
berbeda-beda sesuai dengan sebab terjadinya cacat, yaitu warna karna oksidasi
atau warna karna tidak teroksidasi. Pada besi cor dan baja cor, berwarna hitam
ataupun biru, pada paduan tembaga, berwarna coklat atau kuning. Secara garis
besar cacat rongga udara digolongkan menjadi dua secara kasar yaitu disebabkan
dari logam cair dan disebabkan gas dari cetakan, dan sebab lainnya ialah:
1. Logam cair yang dioksidasi
2. Tidak cukup keringnya saluran cerat dan ladel, logam cair membawa gas
3. Temperatur dalam penuangan yang rendah
4. Penuangan logam yang terlalu lambat
5. Cawan tuang dan saluran tuang yang basah
6. Lubang angin yang tidak memadai pada inti
7. Permeabilitas yang kurang sempurna
8. Terlalu banyaknya gas yang timbul dalam cetakan dan tidak dihiraukan
9. Rongga udara oleh penyangga, cil atau cil dalam
Untuk mencegah sebab-sebabab atas maka dapat dilakukan dengan
mengikuti cara pencegahan sebagai berikut:
1. Dalam peleburan dengan kupola, perlu mendapat cairan logam yang bersih
yaitu dengan menjaga tingginya alas kokas, dengan menghidari tiupan yang
terlalu tinggi, dengan menghilangkan kelembapan pada dasar dan dinding
oleh pemanasan mula dan dengan mempergunakan zat penghalang oksid.
Selanjutnya perlu mendapat logam cair bertemperatur tinggi dengan
mengatur jumlah kokas, secara sempurna. Saluran dan ladel harus
dikeringkan sampai kering sekali.
2. Rongga udara bisa terjadi dengan mudah terutama pada temperatur
penuangan yang rendah. Apabila letak saluran turun tidak baik dan waktu
penuangan terlalu lama, maka rongga udara akan mudah terjadi. Oleh karna
itu perlu memasang saluran turun pada tempat yang benar dan menuangkan
logam cair bertemperatur cocok dengan kecepatan yang cukup cepat.
3. Rongga udara bisa disebabkan oleh permeabilitas, cetakan yang tidak baik,
oleh uap air setempat, dan oleh bahan-bahan yang berbentuk gas. Oleh
karna itu jumlah gas harus diusahkan sekecil mungkin.
4. Pada pengeluaran gas yang tidak sempurna, terutamauntuk inti yang
terselubungi logam cair, maka rongga udara akan memmbentuk cacat yang
tak dapat dihindarkan. Sesuai dengan ukuran inti, jalan untuk membuat gas
dengan lubang angin atau dengan mencampur sinder kokas atau dengan
mengeluarkan gas dari telapak inti
5. Kalau tinggi penuangan terlalu rendah, tekanan logam cair akan menjadi
lebih kecil dari pada tekanan gas dalam cetakan. Oleh karana itu tinggi
penuangan yang rendah dapat menyebabkan rongga udara.
Cacat lubang jarum ialah dimana permukaan dalamnya halus dan berbentuk
bola. Ukuran cacat ini ialah dibawah 1 sampai 2 mm sangat kecil dan berbentuk
seperti bekas tusukan jarum. Dalam banyak kejadian lubang jarum tersebar pada
permukaan dalamnya berwana perak atau berwarna biru karena oksidasi. Sebab
utamanya ialah sama halnya akibat dari hal yang terjadi pada cacat rongga dan
cara pencegahannya juga sama dengan pencegahan cacat rongga udara.
Rongga gas adalah bentuk lain dari rongga udara, yang timbbul disekitar
rongga udara atau cil dalam. Bagian dalamnya halus dan ukurannya berbeda.
Sebabnya ialah kalau permukaan cil, pennyangga dan sebagainya yang
bersentuhan dengan logam cair, berkarat atau terdapat bahan yang bisa menguap,
maka hal ini akan menyebabkan rongga gas. Sebab lainnya ialah uap air dari
cetakan mengembun pada permukaan cil yang kemudian karena panasnya logam
cair akan tebentuk gas.
Untuk pencegahannya ialah cil atau penyangga yang berkarat, harus dipolis
daahulu sebelum di pasang. Untuk mencegah karat, cil harus dilapisi dengan
menggunakan timah. Pelapisan dengan menggunakan solder akan mengakibatkan
rongga udara. Pada permukaan yang bersentuhan dengan logam cair sering dibuat
lubang-lubang untuk dapat mengelurakan gas dengan mudah. Rongga udara yang
disebabkan penyangga dapatmengakibatakan kebocoran bagi coran yang harus
kedap terhadap tekanan, sehingga akhirnya coran harus ditolak. Jika temperatur
inti dan cetakan berebeda pada waktu pemasangan, maka uap air akan
mengembun pada bagian yang lebih dingin dandisini akan terjadi rongga udara.
Penyusutan luar memberikan lubang pada permukaan luar dari coran, yang
disebabkan karna penyusutan pada pembekuan logam cair.
4. Sudut-sudut tajam dari coran harus dihindarkan. Tiap sudut harus dibulatkan
sengan jari-jari lengkungan yang telh ditentukan.
5. Perubahan mendadak dari irisan harus dihindarkan sebanyak mungkin.
Kalau perlu perubahan irisan dibuat secara berngsur angsur.
Cara-cara penceghan retakan oleh tegangan sisa adalah sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan, tiap bagian dari coran harus dibuat seragam pada
ketebalan dindingnya.
2. Kalau perubahan tebal dinding pada konstruksi tak dapat dihindarkan atau
rencana penuangan harus dirubah.
3. Bagian persilngan harus dibulatkan.
4. Harus dipergunakan rusuk-rusuk penguat.
5. Setelah operasi penuangan selesai, besi inti harus dipotong dan dipecahkan
agar penyusutan lebih mudah.
6. Pasir yang menutupi besi inti dari coran yang berukuran besar tebalnya
harus diatas 50 mm.
7. Satu lubang harus dibuat di bagian tengah inti. Atau sinder kokas, dan lain
sebagainya dicampurkan untuk membuat sifat empuk.
8. Setelah penuangan, coran harus didinginkan perlahan-lahan dalam cetakan.
Ciri utamanya ialah bentuk bengkakan yang tak menentu yang disebabkan
oleh pecahnya cetakan dan pecahnya pasir ini menyebabkan inklusi pasir di
tempat lain.
Penyebab utamanya ialah karna beberapa hal yaitu:
1. Penumbukan yang tidak cukup karena kecerobohan pada pembuatan
cetakan dan cara penguatan dengan jarum-jarum adlah tidak baik. Bagian
yang lemah dari cetakan yang pecah karena penarikan pola yang tidak hati-
hati, atau kemiringan pola yang tidak cukup.
2. Kekuatan pasir yang tidak cukup tinggi
3. Saat memegang cetakan terlalu kasar
Kebanyakan dari sebab-sebab diatas pada dasarnya diakibatkan karna
kecerobohan dalam proses pengerjaan, maka harus di usahan lebih hati-hati dan
lebih teliti dalam bekerja.
Ciri khas dari pemasangan cope dan drag, sebagian dari cetakan mungkin
rontok dan jatuh di dalam cetakan. Akibatnya pembengkakan terjadi disana, dan
pecahan pasir menyebabkan ingklusi pada pasir tempat jatuh tadi. Kalau
pembuatan cetakan dari bagian-bagian yang harus cocok tidak dilakukan dengan
baik, maka bagian cetakan yang cembung mungkin akan rontok dan pecahan pasir
akan jatuh kedalam cetakan. Oleh karena itu inklusi pasir dapat terjadi didalam
cope. Untuk melakukan pencegahan maka permukaan pisah harus dibuat rata
dengan mengggunakan papan, atau cetakan harus diapasang setelah dilakukan
pemeriksaan dilakukan terhadap ketidak teraturan permukaan pisah dan
pemeriksaan bagian dalam cetakan dengan menggandakan pemasangan mula.
Gambar 4. 11 Pelekat
Pada penarikan pola, sebagian besar muka dari cetakan mungkin melekat
pada pola, sehingga bisa terbentuk berbagai macam gumpalan melekat pad
permukaan coran, hal ini mengakibatkan permuakaan coran menjadi kelihatan
buruk.
Gambar 4. 12 Penyinteran
Cacat penyinteran merupakan campuran halus antara logam dan pasir yang
disebabkan sebagian pasir muka dari cetakan bercampur dan melekat pada
permukaan coran. Sebab lain dari cacat ini ialah:
1. Tegangan permukaan yang kecil dari logam yang cair.
2. Tekanan statik dan dinamik yang berlebihan dari logam cair.
3. Temperatur saat penuangan yang terlalu tinggi.
4. Pasir terlalu kasar dan penumbukan yang tidak cukup.
5. Pasir mempunyai tahanan panas yang kurang.
6. Pengikat yang terlalu banyak.
7. Permukaan cetakan mempunyai sifat-sifat yang buruk.
Untuk mencegah hal tersebut, bisa dilakukan cara-cara atau metode berikut:
1. Harus digunakan pasir yang mempunyai tahanan panas yang tinggi.
2. Oksida besi harus dicampurkan dengan baik kedalam pasir.
3. Pasir yang digunakan harus ditumbuk dengan baik.
4. Harus menggunakan pasir yang mempunyai daerah distribusi yang luas.
Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga
cetakan. Umumnya terjadi penyumbatan akibat logam cair terburu membeku
sebelum mengisi rongga cetak secara keseluruhan. Bentuk cacat salah alir dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Penyebab cacat salah alir yaitu :
1. Coran terlalu tipis temperature penuangan terlalu rendah.
2. Laju penuangan terlalu lambat.
3. Aliran logam cair tidak seragam akibat sistim saluran yang jelek.
4. Lubang angin pada cetakan kurang.
5. Sistim penambah yang tidak sempurna.
Pencegahannya adalah sebagai berikut :
1. Temperatur tuang harus cukup tinggi
2. Kecepatan penuangan harus cukup tinggi
3. Perencanaan sistim saluran yang baik
4. Lubang angin harus ditambah
5. Menyempurnakan sistim penambah
Menyalakan tungku
Preheat
Peleburan aluminium
Penambahan flux
Pembongkaran cetakan
Analisa
Kesimpulan
Pembongkaran cetakan
4.4.2 Bahan
1. Logam aluminium : secukupnya.
2. Air : 1 botol
Penuangan logam cair dilakukan pada pouring basin yang akan mengalirkan
logam cair tersebut ke sprue, melewati runner lalu akan mengisi bagian cetakan
dari gearbox speedometer. Waktu yang diperlukan untuk penuangan adalah 42
detik saja. Temperatur saat penuangan adalah sebesar 787°C. Namun pada saat
penuangan, terjadi letupan-letupan dari logam cair dikarenakan cetakan sudah
dipenuhi oleh logam dan sebagian ada yang menguap secara cepat dikarenakan
cetakan pasir yang cukup basah. Pembekuan pada logam cair pun tergolong
sangat cepat sehingga cetakan tidak seluruhnya terisi oleh logam cair.
Terjadi cacat-cacat yang cukup besar pada hasil coran. Salah satu
penyebabnya seperti yang sudah dibahas diatas. Logam cair yang terlalu cepat
menjadi solid mengakibatkan tidak sempurnanya hasil coran. Cetakan pasir
seharusnya tidak boleh terlalu basah dan terlalu kering karena bisa menyebabkan
cacat-cacat dari hasil pengecoran.
Pada saat logam cair diangkat dari tungku krusibel, temperatur logam cair
turun sangat cepat ditambah dengan lamanya waktu penuangan. Hal tersebut juga
menjadi faktor yang bisa menyebabkan cacat.
Fungsi dari preheat adalah untuk menghindari timbulnya keretakan pada
sebuah logam cair karena ketegangan akibat kontraksi. Fungsi dari flux pada
proses casting adalah untuk menghalangi oksidasi yang terjadi pada permukaan
aluminium. Flux juga dapat membersihkan gas-gas yang ikut larut pada logam
cair.
Perpindahan panas yang terjadi saat pengecoran adalah konduksi, dan
konveksi. Adapun radiasi yaitu energi panas yang tersebar ke udara luar dan
radiasi panas bisa dirasakan oleh praktikan. Range temperatur tapping harus lebih
tinggi dibandingkan dengan temperatur titik lebur aluminium, agar pada saat
pouring logam cair tidak kembali ke fasa solid.
4.7.1 Saran
Pada penuangan logam cair sebaiknya agar lebih singkat dan cepat untuk
mengatasi gagalnya proses pengecoran yang mengakibatkan cacat-cacat pada
coran seperti logam cair tidak mengisi seluruh cetakan. Lalu, lebih diperhatikan
kembali saat membuat cetakan sehingga pasir yang digunakan tepat tidak terlalu
basah maupun terlalu kering karena kondisi tersebut dapat mempengaruhi hasil
coran.
61
BAB IV ANALISA
CACAT CORAN
KELOMPOK 19
DAFTAR PUSTAKA
1. Tata surdia., Prof. Ir, M.Sc.Met dan Kenji Chijiiwa, Prof. Dr, Teknik
pengecoran logam, Jakarta, 1982.