Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PKLI

TEKNIK PELAKSANAAN STRUKTUR KOLOM DAN BALOK LANTAI 1


PADA PEMBANGUNAN GEDUNG RUANG RAWAT INAP TOWER 1 RUMAH
SAKIT HAJI JL. RUMAH SAKIT HAJI, MEDAN ESTATE, SUMATERA
UTARA

OLEH :

Anggi Tri Rahmana Tamba

5193250024

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil alamin, puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah
SWT atas hidayah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan PKLI.
Laporan ini disusun berdasarkan observasi lapangan terhadap objek yang ditinjau.

Pada kesempatan ini saya menyampaikan kata terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu saya dalam kegiatan PKLI dan penyelesaian laporan
PKLI ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada :

Pada pembuatan laporan ini saya harap telah mencapai persyaratan yang telah
ditentukan dan saya menyadari bahwasannya laporan ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan pada
laporan selanjutnya.

Saya harap semoga laporan Praktik Kerja Lapangan Industri (PKLI) ini
bermanfaat untuk saya sebagai penulis dan juga para pembaca.

Medan, Januari 2022

Anggi Tri Rahmana Tamba

5193250024

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................................................. 2

1.3 Manfaat .............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 4

2.1 Struktur Organisasi Proyek ................................................................. 4

2.1.1 Macam Struktur Organisasi Proyek .......................................... 4

2.2 Peralatan ............................................................................................ 13

2.3 Bahan ................................................................................................ 19

2.4 Pelaksanaan ....................................................................................... 21

2.4.1 Metode Pekerjaan Balok ......................................................... 21

2.4.2 Metode Pekerjaan Kolom ....................................................... 24

2.5 Hubungan Elemen Kolom dan Balok ............................................... 27

2.5.1 Bengkokan Besi Pada Balok dan Sengkang ........................... 28

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN ................................................................ 30

ii
3.1 Struktur Organisasi Proyek ............................................................... 30

3.1.1 Lokasi Proyek ......................................................................... 30

3.1.3 Struktur Organisasi Proyek ..................................................... 31

3.2 Peralatan Pekerjaan Kolom dan Balok lantai 1 ................................. 33

3.3 Bahan Pekerjaan Kolom dan Balok Lantai 1 .................................... 39

3.4 Pelaksanaan Struktur Kolom dan Balok Lantai 1 ............................. 41

3.4.1 Balok Lantai 1 ......................................................................... 41

3.4.2 Kolom Lantai 1 ....................................................................... 46

3.5 Hubungan Elemen Kolom dan Balok Lantai 1 ................................. 53

BAB IV KESIMPULAN, KENDALA DAN SARAN ....................................... 55

4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 55

4.2 Kendala ............................................................................................. 56

4.3 Saran ................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 57

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Peralatan-peralatan Pekerjaan Proyek .................................................. 13

Tabel 2. 2 Bahan-bahan Pekerjaan Proyek Gedung .............................................. 19

Tabel 2. 3 Bengkokan Minimum Besi untuk Snegkang, Ikat Silang dan Sengkang
Pengekang ............................................................................................................. 28

Tabel 3. 1 Peralatan Pembangunan Gedung Rawat Inap Tower 1 Rumah Sakit Haji
............................................................................................................................... 33

Tabel 3. 2 Bahan Pekerjan Kolom dan Balok Lantai 1 ......................................... 39

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Tradisional.......................................................... 5

Gambar 2. 2 Stuktur Organisasi Swakelola ............................................................ 6

Gambar 2. 3 Contoh Bagan Struktur Organisasi ..................................................... 8

Gambar 2. 4 Pertemuan Balok dan Kolom ........................................................... 28

Gambar 3. 1 Lokasi Pembangunan Proyek ........................................................... 30

Gambar 3. 2 Struktur Organisasi KSO ADHI-PENTA ......................................... 32

Gambar 3. 3 Alur Pekerjaan Balok Lantai 1 ......................................................... 44

Gambar 3. 4 Pemasangan Scaffolding .................................................................. 45

Gambar 3. 5 Pemasangan Bekisting ..................................................................... 45

Gambar 3. 6 Alur Pekerjaan Kolom Lantai 1........................................................ 48

Gambar 3. 7 Pembesian Kolom ............................................................................ 49

Gambar 3. 8 Pemindahan Tulangan Besi Kolom .................................................. 50

Gambar 3. 9 Pemasangan Bekisting Kolom ......................................................... 51

Gambar 3. 10 Pengecoran Kolom ......................................................................... 52

Gambar 3. 11 Perlepasan Bekisting ...................................................................... 53

Gambar 3. 12 Hubungan Elemen Kolom dan Balok Lantai 1 .............................. 53

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktik kerja lapangan industri (PKLI) adalah mata kuliah wajib pada
program studi S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan untuk
mendukung kemampuan mahasiswa dalam pelajaran secara teori dan pekerjaan
di lapangan, serta menambah wawasan mahasiswa dalam bidang pembangunan
konstruksi.

Pembangunan proyek konstruksi gedung adalah pembangunan yang


berguna sebagai tempat hunian, tempat ibadah, tempat perbelanjaan, dan lain-
lainnya. Pembangunan suatu proyek gedung bertingkat terdiri dari elemen-
elemen atau komponen beton, dimana salah satunya adalah kolom.

Kolom merupakan elemen struktur beton yang menahan beban tekan


vertikal gedung dan akan disalurkan menuju ke pondasi (Gideon, 1993). Kolom
yang baik adalah kolom yang dapat berdiri dengan baik setelah bangunan
diatasnya telah dibangun. Kolom yang dibangun haruslah kokoh dan tidak
mengalami keretakan pada bagian-bagiannya, dikarenakan jika terjadi kegagalan
maka akan mengakibatkan kerugian yang besar.

Pada kolom terdapat sambungan elemen beton yaitu balok. Balok


merupakan bagian struktur atas yang digunakan untuk dudukan lantai dan
pengikat kolom lantai atas. Balok berfungsi sebagai rangka penguat horisontal
bangunan yang akan mendapat tumpuan muatan mati (berat sendiri, furnitur, dan
lain-lainnya) dan muatan hidup (pergerakan manusia) di lantai atas.

Pelaksanaan pekerjaan struktur kolom dan balok pada bangunan gedung


bertingkat haruslah dilakukan dengan memerhatikan tata cara pelaksanaannya
agar terciptanya sebuah gedung yang berkualitas baik agar bangunan gedung
tersebut tidak hancur saat dihuni.

1
Berdasarkan hal tersebut maka haruslah mengetahui teknik pelaksanaan
struktur kolom dan balok. Oleh karena itu pentingnya peninjauan pelaksanaan
pekerjaan struktur kolom dan balok ini sebagai media informasi untuk
mengetahui pelaksanaannya pada “TEKNIK PELAKSANAAN STRUKTUR
KOLOM DAN BALOK LANTAI 1 PADA PEMBANGUNAN GEDUNG
RUANG RAWAT INAP TOWER 1 RUMAH SAKIT HAJI JL. RUMAH
SAKIT HAJI, MEDAN ESTATE, SUMATERA UTARA” sesuai apa yang
dilihat pada pelaksanaan di lapangan.

1.2 Tujuan

Tujuan pada pelaksanaan PKLI ini yaitu :

1. Mengamati struktur organisasi proyek pada proyek pembangunan gedung


rawat inap tower 1 rumah sakit haji.
2. Mengamati penggunaan alat yang dipakai pada pembuatan kolom di proyek
pembangunan gedung rawat inap tower 1 rumah sakit haji.
3. Mengamati bahan yang digunakan pada pembuatan kolom di proyek
pembangunan gedung rawat inap tower 1 rumah sakit haji.
4. Mengamati teknik pelaksanaan pekerjaan kolom pada proyek pembangunan
gedung rawat inap tower 1 rumah sakit haji.
5. Mengamati hubungan antara elemen kolom dan balok

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat untuk penulis:

1. Mengetahui teknik pelaksanaan pekerjaan kolom yang terjadi


dilapangan.

1.3.2 Manfaat untuk Pembaca:

1. Memahami Struktur Organisasi pada proyek pembangunan gedung


rawat inap tower 1 rumah sakit haji.
2. Mengetahui penggunaan alat pada pembuatan kolom proyek
pembangunan gedung rawat inap tower 1 rumah sakit haji.

2
3. Mengetahui pemakaian bahan untuk membuat kolom proyek
pembangunan gedung rawat inap tower 1 rumah sakit haji.
4. Mengetahui pelaksanaan kolom dan balok lantai 1 rumah sakit haji
5. Mengetahui hubungan antara elemen kolom dan balok lantai 1 di rumah
sakit haji.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Struktur Organisasi Proyek

Organisasi suatu pekerjaan proyek pada umumnya ditentukan oleh owner


dalam menyusun serangkaian kebijaksanaan dan memilih bentuk organisasi
proyek yang tepat untuk proyek (Siswanto & Salim, 2019).

Pada bagan struktur organisasi proyek terdapat hubungan kerja antara


satu pihak dengan pihak lain dalam satu bagan organisasi yang terdiri dari 2
bagian yaitu:

1. Hubungan fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan sesuai fungsi masing-masing
pihak dan kontraktor.Misalnya ada tahap selain di mana konsultan perencana
berfungsi sebagai perencana, kontraktor belum berfungsi. Demikian pula
sebaliknya konsultan pada kontruksi terdapat masalah yang berkaitan dengan
perencanaan, penyelesaian masalah tergantung hubungan kerjasama (kontrak)
antara pemilik dengan konsultan perencana dan kontraktor
2. Hubungan Kontrak
Hubungan kerjasama (kontrak) adalah hubungan berdasarkan kontrak
antara 2 pihak atau lebih yang terlibat kerjasama. Kontrak merupakan
sepekatan (perjanjian) secara sukarela antara 2 pihak yang mempunyai
kekuatan hokum. Kesepakatan ini dicapai setelah satu pihak penerima
penawaran yang diajukan oleh pihak lain untuk melakukan sesuatu
sebagaimana yang tercantum dalam penawaran.

2.1.1 Macam Struktur Organisasi Proyek

a. Organisasi tradisional
Organisasi tradisional banyak/biasa digunakan pada proyek
kontruksi dengan kondisi biasa atau umum. Ide pembentukannya
didasarkan pada pendekatan pembentukan organisasi terpisah
(separation organkadon). Bentuk organisasi ini terdiri dari 3 pihak, yaitu

4
pemilik proyek yang bertindak sebagai manajemen proyek kontruksi,
konsultan desain sebagai perancang kontuksi dan di beberapa proyek
juga terdapat konsultan pengawas pelaksanaan kontruksi dan kontraktor
sebagai pelaksana kontruksi.
Pada organisasi tradisional, dikenal adanya kontraktor
utama.Pekerjaan kontruksi yang tidak dikerjakan untama disubkonkan
kepada kontraktor dapat melakukan pekerjaan spesialis tersebut dengan
lebih cepat, biaya yang lebih murah dan mutu yang lebih baik jika
dibandingkan dengan kontraktor utama.

Gambar 2. 1 Struktur Organisasi Tradisional


Sumber: (Siswanto & Salim, 2019).

b. Organisasi Swakelola (Owner-Bulder)


Bentuk organisasi swakelola mirip dengan organisasi
tradisional, hanya saja unit organisasi pemberi tugas (pemilik)
konsultan dan kontraktor merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan organisasi proyek meskipun telah selesai. Proyek-
proyek pemerintah bentuk organisasi swakelola hanya dilakukan untuk
proyek kecil atau proyek darurat (misalnya proyek penanggulangan
bencana alam). Tidak seperti organisasi tradisional, pelaksanaaan
tahapan kegiatan proyek pada organisasi semacam ini dapat dilakukan
secara overlapping karena pemilik proyek berfungsi sekaligus sebagai
konsultan dan kontraktor.

Ciri-ciri organisasi Swakelola:

5
 Pemilik proyek bertanggungjawab atas perencanaan dan pelaksanaan
proyek (bertindak juga sebagai konsultan sendiri perencana dan
kontraktor). Pekerjaan dapat dilakukan dengan kemampuan sendiri
secara fakultatif atau dilaksanakan kontrak atau subkontraktor
(optionalown forces uvnk, contractor and subcontractor).
 Jenis kontrak yang diterapkan biasanya, hacaga tetap, haraga catuan,
atau kontrak kontruksi yang dinegosasikan. (Uxedeprice, unit price,
or negotiated contruction contracts).

Gambar 2. 2 Stuktur Organisasi Swakelola


Sumber: (Siswanto & Salim, 2019).

c. Organisasi Manajemen Konstruksi (Professional Contruction


Management)
Perkembangan proyek kontruksi dengan dana yang semakin
besar menyebabkan kegiatan didalam proyek menjadi semakin banyak.
Hal ini mengakibatkan pihak-pihak yang telibat di dalam proyek
menjadi semakin banyak pula.
Oleh karena itu owner tidak cukup mampu untuk mengelola
proyeknya sendirian sehingga membutuhkan pihak lain yang membantu
dalam mengelola proyek yang disebut piha manajemen kontuksi.
Organisasi manajemen kontruksi berkaitan dengan tim manajemen
proyek terdiri dan manajer proyek (professional construction
manajemen) dan pihak-pihak lain (kontraktor, konsultan desain, dan

6
sebagainya), yang mempunyai tugas pengelola proyek secara terpadu
dari perencanaan proyek (project planning), desain dan pelaksanaan
kontruksi.
Manajemen kontruksi merupakan konsultan dan kontraktor
semacam ini disebut manajemen pendekatan paket pekerjaan.
Manajemen kontruksi merupakan suatu perusahaan atau organisasi
khusus yang melaksanakan praktek meanajemen kontruksi yaitu:
1. Bekerja bersama-sama pemilik proyek dan konsultan desain mulai
awal proyek dan membuat rekomendasi penyempurnaan desain.
2. Mengkonsultasikan alternative desain dan metode pelaksanaan
konstruksi yang tepat dan membuat analisa dampak alternatif
tersebut terhadap biaya dan jadwal kontruksi.
3. Memantau perkembangan proyek sedemikian rupa sehingga tidak
melampaui target yang telah ditetapkan pemilik proyek.
4. Koordinasi pengandaan peralatan,bahan dan seluruh kegiatan
kontraktor. Koordinasi hal-hal yang berkaitan dengan pembayaran
angsuran, perubahan, tuntutan, dan pemerikasaaan persyaratan
desain.
5. Melaksaakan dukungan atau pelayanan yang berkaitan dengan
proyek dan dibutuhkan pemilik proyek. Misalnya koordinasi
permohonan ijin seperti IMB.

d. Organisasi Turnkey
Pada proyek-proyek tertentu pemilik proyek memiliki
keterbatasan kemampuan teknis dan biaya untuk merealisasikan suatu
proyek, dan untuk mengatasi masalah tersebut pemilik proyek
menyerahkan tanggungjawab desain dan pelaksanaan kontruksi
(termasuk pembiayaan) pada suatu organisasi (investor, kontraktor)
pengaturan seperti hal dasar pembentukan organisasi turnkey
didasarkan pada organisasi terpadu yang menyerahkan semua kegiatan
(desain dan pelaksanaan kontruksi) pada suatu pihak. Di Indonesia telah

7
lama dilakukan proyek secara turnkey seperti proyek-proyek di industry
dan jalan tol.

Struktur Organisasi suatu proyek konstruksi dapat dilihat pada contoh


bagan berikut ini:

Gambar 2. 3 Contoh Bagan Struktur Organisasi


Sumber: https://google.co.id, Diakses pada Desember 2022

1. Owner (Pemilik Proyek)


Pemilik proyek adalah orang/badan yang memiliki proyek dan
memberikan pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya
pekerjaan tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan,
badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta (Ervianto, 2005). Tugas
pemilik proyek adalah :

8
a. Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).
b. Meminta laporan secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan oleh penyedia jasa.
c. Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan
oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
d. Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
e. Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan.
f. Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan.
g. Mengesahkan perubhaan dalam pekerjaan (bila terjadi).
h. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.

2. Konsultan Perencana
Konsultan Perencana adalah orang/badan yang membuat perencanaan
bangunan secara lengkap baik bidang arsitektur, bidang sipil dan bidang lain
yang melekat erat membentuk sebuah sistem bangunan (Mukomoko, 2003).
Adapun tugas dan fungsi perencanaan adalah sebagai berikut :
a. Membantu pemilik proyek dalam perencanaan dan persiapan dokumen
kontrak.
b. Mengatur dan menyelenggarakan pekerjaan-pekerjaan pengukuran,
penelitian dan perencanaan teknis dalam pelaksanaan proyek.
c. Membuat gambar konstruksi, spesifikasi, peraturan dan standar-standar
yang harus dipenuhi.
d. Membuat perhitungan mengenai biaya dari proyek yang akan di bangun.
e. Memberikan penjelasan pekerjaan dan pelaksaan konstruksi fisik.

3. Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas adalah orang/badan yang mempunyai tugas
untuk mengawasi pelaksana dalam melakukan pekerjaan, pelaksana perlu
diawasi pekerjaannya oleh konsultan pengawas. Pengawas merupakan
perorangan dan juga perusahaan/badan usaha jasa konstruksi yang

9
mempergunakan keahlian dan juga memenuhi syarat selama melakukan
pekerjaan dibidang pengawasan terhadap jalannya konstruksi. Dipohusodo
(dalam Irika & Lenggogeni, 2013) Tugas Kosultan Pengawas yang terutama
adalah mengawal pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan konstruksi dari segi
kualitas, kuantitas, serta laju pencapaian volume.

4. Kontraktor (Pelaksana)
Kontraktor adalah seseorang atau badan usaha yang melaksanakan
pekerjaan dalam bidang industri jasa konstruksi yang mempergunakan
keahliannya dalam memenuhi syarat dalam mewujudkan konstruksi fisik dan
akan menerima imbalan pembayaran jumlah tertentu sesuai dengan perjanjian
dalam kontrak (Mukomuko, 2003) Adapun tugas dan fungsi pelaksana adalah
sebagai berikut:
a. Melakasanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan
syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan (aanvullings) dan syarat-syarat
tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa.
b. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang telah disahkan oleh konsultan
pengawas sebagai wakil pengguna jasa.
c. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam
peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
d. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan,
mingguan dan bulanan.
e. Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikannya
sesuai ketetapan yang berlaku.

Adapun bagian-bagian dari kontraktor adalah sebagai berikut:

i. Project Manager (Manajer Proyek)


Project manager adalah orang/badan yang menjalankan fungsi
organisasi bidang pengawasan dan koordinasi dengan pihak konsultan yang
bertanggung jawab terhadap kelancaran proyek (Mukomoko, 2003). Tugas–
tugas dan tanggung jawab dari project manager adalah :
a. Mengatur jalannya fungsi organisasi bidang pengawasan.

10
b. Sebagai koordinasi dengan pihak-pihak konsultan yang terlibat dalam
proyek.
c. Bertanggung jawab terhadap kelancaran kegiatan pengendalian mutu dan
waktu pelaksanaan.

ii. Site Engineer (koordinator Pelaksana Proyek)


Koordinator pelaksana proyek adalah seorang tenaga ahli yang
mengkoordinir berbagai pekerjaan di lapangan dan bertanggung jawab
kepada Ketua tim teknis pembangunan atas kemajuan pelaksanaan pekerjaan.

iii. Site Manager


Site manager adalah orang/badan yang menerima tugas dari project
manager yang mengendalikan kegiatan pelaksanaan proyek dan bertanggung
jawab atas pekerjaan di lapangan (Mukomoko, 2003).

Berikut adalah tugas-tugas dan tanggung jawab dari site manager:


a. Memimpin kegiatan lapangan dengan memanfaatkan sumber daya
perusahaan secara optimal dan memenuhi, baik mutu, waktu, dan biaya
yang telah ditetapkan.
b. Memimpin pengendali kegiatan pelaksanaan di lapangan agar tercapai
proses dan hasil usaha maksimum.

iv. Administrasi
Administrasi/pembukuan berfungsi sebagai penanggung jawab
masalah-masalah keuangan, akutansi/pembukuan, unsur-unsur umum dan
Sumber Daya Manusia (SDM) Proyek, gaji tenaga kerja sampai biaya
operasional serta bertanggung jawab langsung kepada direktur atas
terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan (Mukomoko, 2003).

v. Pelaksana Struktur
Pelaksana struktur dalam bagan yaitu bawahan dari site manager yang
bekerja dan bertanggung jawab untuk mengurus pelaksanaan struktur
bangunan tiap harinya.

vi. Pelaksana Arsitektur

11
Pelaksana arsitektur memiliki tugas yang hampir sama dengan
pelaksana struktur, yaitu bekerja dan bertanggung jawab pada pelaksanaan
arsitektur bangunan tiap hari kerjanya.

vii. Quality Control (Kontrol kualitas)


Quality control adalah bagian dari pekerja proyek sebagai pengontrol
proses dari pekerjaan di lapangan (Mukomuko, 2003). Selain itu QC juga
dapat memberikan saran-saran perbaikan untuk kemajuan suatu proses
kegiatan agar sesuai dengan schedule kegiatan.

viii. Logistik
Logistik bertugas dalam pengadaan bahan-bahan dan peralatan yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek dan bertanggungjawab langsung
kepada direktur atas terlaksananya tugas yang diberikan dengan baik
(Mukomuko, 2003).

ix. K3 (Kesehatan, Keselamatan Kerja)


Peran dari K3 dalam konstruksi yaitu menyusun program K3 serta
penerapannya pada kegiatan di lapangan. Pada K3 sekarang sudah diganti
menjadi HSE yaitu Health, Safety, Environment yaitu kesehatan,
keselamatan, dan lingkungan. Pada HSE diberikan kehendak untuk mengelola
lingkungan kerja proyek untuk kenyamanan pekerja.

x. Drafter
Drafter adalah orag yang bekerja membuat gambar kerja, menyiapkan
gambar-gambar kerja teknik sehingga dapat dilihat dan dikerjakan oleh
pekerja. Pada umumnya drafter memakai gambar untuk memberi detail dan
spesifikasi suatu pekerjaan secara gambar.

xi. Surveyor
Surveyor adalah pekerja yang bertugas dalam pengukuran, pemetaan
dalam proyek maupun pada kawasan proyek sehingga menghasilkan berbagai
data yang diperlukan untuk kontrol kualitas dan proses perencanaan baik
berupa peta kontur tanah maupun bentuk dari kawasan yang ada diproyek.

12
2.2 Peralatan

Penggunaan peralatan di proyek untuk mempermudah pekerjaan dan


waktu dalam pelaksanaannya. Selain itu, penggunaan alat dalam pekerjaan suatu
proyek akan lebih efisien dan juga memberikan hasil yang maksimal.

Tabel 2. 1 Peralatan-peralatan Pekerjaan Proyek

No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

1 Alat Uji Slump Alat uji slump digunakan untuk


mewakili kualitas dari beton yang
dibawa oleh truk pengaduk beton.
Alat uji ini terdiri dari 2 bagian
yaitu kerucut Abraham dan juga
batang penusuk (alat perata)
beton cair.
Sumber: http://google.com

2. Bar Bender Bar bender merupakan alat yang


digunakan untuk
membengkokkan tulangan besi
agar sesuai dengan gambar kerja
hingga 180°. Cara kerja dari alat
ini adalah besi tulangan yang
dipakai dimasukkan diantara
Sumber: (Frick, 1990)
poros tekan dan poros
pembengkok, selanjutnya diatur
sesuai dengan gambar rencana,
Selanjutnya pedal ditekan hingga
membuat roda pembengkok
berputar sesuai dengan sudut
yang diharapkan. Pada
perusahaan-perusahaan yang
besar sering menggunakan mesin
pembentuk baja (Frick, 1990)

13
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

3. Bar Cutter Bar cutter merupakan sebuah


mesin atau alat pemotong
tulangan besi. Dalam proyek
berskala besar biasanya
menggunakan bar cutter listrik.
Bar Cutter listrik ini lebih mudah
untuk digunakan dibanding yang
manual selain menghemat energi
pekerja, bisa menghemat waktu Sumber: http://google.com
pengerjaan pemotongan besi.

4. Batching Plant Industri beton siap pakai atau


sering kita kenal dengan sebutan
ready mix concrete adalah
industri yang bergerak di bidang
jasa penyediaan beton segar siap
pakai. Dalam pembuatan beton
siap pakai (ready mix concrete)
menggunakan sarana pendukung
yang lebih modern yaitu dengan Sumber: http://google.com
alat yang sering disebut dengan
Batching Plant (Salim &
Santoso, 2018).

5. Concrete Concrete bucket adalah Tempat


bucket pengangkutan beton dari truck
mixer concrete sampai ke tempat
pengecoran (Mulatief,
Ratnayanti, & Firdaus, 2021).

Sumber: http://google.com

14
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

6. Concrete Vibrator adalah mesin yang


Vibrator mengalirkan getaran ke jarum
getar dari energi listrik (Frick,
1990)

Sumber: (Frick, 1990)

7. Concrete Concrete pump adalah alat untuk


Pump menuangkan beton basah dari
truck mixer ke tempat yang sudah
ditentukan (Mulatief, Ratnayanti,
& Firdaus, 2021).

Sumber: http://google.com

8. Flat Truck Flat Truck merupakan truk yang


mengangkut material-material
seperti besi, batu bata, dan juga
alat berat seperti section tower
crane, namun jika membawa
beban yang berat seperti itu Sumber: http://google.com
haruslah mengikatnya sesuai
ketentuan keamanan yang
dimiliki.

9. Kawat Bendrat Kawat bendrat merupakan kawat


yang berfungsi sebagai pengikat
tulangan besi. Serat bendrat
memiliki kekuatan serta modulus
elastisitas yang relatif tinggi.
Disamping itu serat kawat
bendrat tidak mengalami
Sumber: http://google.com
perubahan bentuk terhadap

15
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

pengaruh alkali semen, dan


lekatannya pada beton dapat
meningkat karena penjangkaran
secara meknanika (Widodo,
2012).

10. Bekisting Bekisting adalah suatu konstruksi


pembantu yang berfungsi sebagai
cetakan atau pembentuk dari
bangun beton bertulang yang
dikehendaki (Sobur & Rukiah,
2012). Jika pada kolom ada
perbedaan yaitu terdapat papan,
dan balok penguat horizontal,
balok penguat vertikal, klem Sumber: (Sobur & Rukiah,
pengatur dan balok penunjang. 2012)

11. Total Station Total station merupakan alat yang


berfungsi untuk mengukur sudut
pada bidang horisontal dan juga
vertikal secara presisi.

Sumber: http://google.com

16
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

12. Tower Crane Tower crane atau keran angkat


adalah alat yang digunakan
sebagai pengangkat material atau
bahan bangunan yang berat
(Frick, 1990).

Sumber: (Frick, 1990)

13. Truck Mixer Truck mixer atau truk pengaduk


merupakan truk yang membawa
beton ready mix. beton yang
dibawa oleh truk pengaduk jika
terlalu lama akan mengalami
penurunan kualitas, oleh karena
itu kecepatan dan waktu tempuh
oleh truk haruslah sesuai dengan Sumber: http://google.com
rekomendasi dari pabrik
pembuatannya (PBI, 1989).

14. Waterpass Waterpass digunakan untuk


mengukur elevasi dari suatu
dataran tanah.

Sumber: http://google.com

17
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

15. Mesin Bor Mesin bor tangan merupakan


mesin bor yang metode
pengoperasiannya dengan
memakai tangan dan wujudnya
seperti pistol (Supriyono &
Mulyanto, 2020). Mesin bor
digunakan untuk melubangi
sebuah benda seperti kayu, Sumber: http://google.com
tembok, baja, bahkan beton.

16. Palu/Martil Palu atau martil merupakan alat


pemukul yang biasanya berguna
untuk menanam benda seperti
paku dan bisa berguna juga untuk
memecahkan suatu benda keras
seperti batu. Sumber: http://google.com

17. Meteran Meteran gulung berfungsi untuk


mengukur suatu panjang benda
dan juga suatu jarak.

Sumber: http://google.com

18. Linggis Linggis adalah alat berbahan baja


yang berguna sebagai pencabut
paku, pengungkit dari suatu
permukaan.

18
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

Sumber: http://google.com

19. Kakatua Nama alat kakatua diambil dari


bentuknya seperti paruh burung
kakatua. Alat ini berfungsi
menggunting kawat dengan
mudah dan cepat.

Sumber: http://google.com

20. Alat Pelindung Penggunaan APD secara benar


Diri merupakan tindakan bekerja
aman yang akan mengurangi
resiko kecelakaan dalam bekerja.

Sumber: http://google.com

2.3 Bahan

Kekuatan suatu bangunan ditentukan dari bahan-bahan bangunan yang


akan digunakan pada proses pembangunan suatu bangunan (Schodek, Struktur,
1998). Adapun bahan-bahan yang biasa digunakan pada proyek adalah sebagai
berikut:

Tabel 2. 2 Bahan-bahan Pekerjaan Proyek Gedung

No. Bahan Fungsi/penjelasan Gambar

19
1. Agregat Agregat merupakan butir-
butiran batu pecah, kerikil,
pasir, atau bentuk mineral
lainnya (SNI 1737-1989-F).

Sumber: http://google.com

2. Semen Semen portland harus sesuai


Portland dengan Standar Nasional
Indonesia pada SNI 15-2049-
1994. Menurut (mulyono Tri,
2003) semen portland
merupakan bahan campuran
kimiawi aktif setelah Sumber: http://google.com
bercampur dengan air.

3. Air Air merupakan bahan penting


sebagai bahan pencampur
untuk beton. Air dan semen
jika dicampurkan akan
menjadi pasta pengikat
agregat. Air juga harus Sumber: http://google.com
diperhatikan jika dalam proses
pembuatan beton, jika terlalu
banyak air maka mutu dari
beton akan berkurang.

4. Zat Zat tambahan bertujuan untuk


Tambahan mengubah sifat adukan atau
beton (Spesifikasi Bahan
Tambahan untuk beton pada
SK SNI S-18-1990-03)
Sumber: http://google.com

20
5. Kayu Lapis Kayu lapis merupakan
gabungan dari papan-papan
yang dipadatkan menjadi satu
kesatuan. Kayu lapis ini
digunakan pada bekisting.
Sumber: http://google.com

6. Tulangan Tulangan Besi merupakan


Besi bagian dari beton bertulang
sebagai penahan gaya tarik.

Sumber: http://google.com

2.4 Pelaksanaan

2.4.1 Metode Pekerjaan Balok

Pekerjaan Balok merupakan perkerjaan beton bertulang yang


direncanakan untuk menahan tegangan tekan dan tegangan tarik yang
diakibatkan oleh beban lentur (Tunas, Tjakra, & Inkiriwang, 2020).
Berikut adalah tata cara pelaksanaan pekerjaan balok menurut (Tunas,
Tjakra, & Inkiriwang, 2020):

1. Pekerjaan Pemasangan bekisting


Tahapan pemasangan bekisting:
a. Pembuatan marking sebagai acuan bekisting dasar
b. Menyetel perancah pada sepanjang lokasi sebagai penahan bekisting.
c. Membersihkan permukaan bekisting dari sampah atau kotoran
lainnya.
d. Melapisi permukaan bagian dalam bekisting dengan minyak secara
merata diseluruh permukaan.

21
e. Memasang bekisting dengan acuan marking yang telah dibuat
sebelumnya.

2. Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan pembesian balok mengacu pada shop drawing yang
diberikan. Berikut adalah tahapan pekerjaan pembesian:
a. Pabrikasi Proses pabrikasi merupakan tahap pekerjaan pembesian
yang pertama, dan merupakan proses perakitan tulangan di suatu
tempat yang telah ditentukan, dan meliputi proses pemotongan,
pembengkokan dan penyambungan. Peralatan yang digunakan pada
saat pabrikasi:
 Mesin pembengkok besi (bar bender)
 Mesin pemotong besi (bar cutter)
b. Pemasangan Tulangan Tahapan pelaksanaan pekerjaan pembesian
harus mengacu pada instruksi yang diberikan, diantaranya membuat
dan melaksanakan pekerjaan pembesian harus sesuai dengan daftar
pemotongan dan pembengkokan besi tulangan dan tidak boleh
menyimpang dari gambar kerja yang sudah dibuat. Pembesian balok
dirangkai bersamaan dengan pemasangan bekisting, dan untuk
pembengkokan besi dilakukan di tempat pabrikasi besi.

3. Pekerjaan Pengecekan
Setelah selesai pemasangan bekisting serta penulangan pada
balok dilakukan pemeriksaan atau pengecekan tulangan agar tidak
terjadi kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan balok. Pengecekkan
balok dilakukan dengan menempatkan alat waterpass dimana tinggi alat
adalah setinggi marking pada kolom.

4. Pekerjaan Pembersihan
Setelah tahapan pengecekan oleh pengawas, dilakukan
pembersihan pada balok yang akan dicor dengan menggunakan
compressor udara. Hal ini dilakukan agar saat pengecoran tidak terdapat
material atau bahanbahan yang dapat mengurangi kekuatan beton.

22
5. Pekerjaan Pengecoran
Tahapan pengecoran adalah sebagai berikut:
a. Pihak kontraktor akan dapat melaksanakan pengecoran jika telah
mendapatkan persetujuan dari pihak manajemen konstruksi, jika
pekerjaan pembesian, pekerjaan bekisting, pekerjaan mekanikal dan
elektrikal telah selesai.
b. Semua pekerjaan pembesian yang dipasang harus sesuai dengan
gambar rencana, termasuk semua ikatan-ikatan dan sengkang yang
sudah dipasang.
c. Semua lantai pengecoran dibersihkan dari segala macam kotoran
dengan cara disemprotkan menggunakan compressor udara.
d. Beton jadi yang digunakan dalam pekerjaan pengecoran, setelah tiba
di lokasi proyek, dilakukan pengujian slump test dengan standar uji
yang berlaku yakni (12 + 2) cm.
e. Pada beton ready mix, dicampurkan bahan adiktif untuk
mempercepat pengerasan beton. Komposisinya yaitu, tiap 1m3 beton
ditambahkan 1800 ml bahan adiktif.
f. Untuk memadatkan beton pada proyek ini, menggunakan alat
penggetar (vibrator), yang berfungsi untuk menghindari terjadinya
keropos pada betonakibat timbulnya rongga-rongga pada beton.
g. Pengecoran balok dilakukan bersamaan dengan pengecoran plat
lantai.
h. Beton yang akan dituang, ditempatkan sedekat mungkin pada lokasi
pengecoran.
i. Untuk mendistribusikan beton keatas (balok), pada proyek ini
menggunakan alat yaitu pompa beton (Concrete pump)
j. Setelah beton dituangkan ke lokasi pengecoran, beton disebarkan
pada area balok, kemudian permukaan lantai diratakan, setelah
diratakan, permukaan balok kemudian dihaluskan menggunakan
kayu perata, setelah itu beton disebarkan di area plat lantai.

6. Pembongkaran Bekisting

23
Pembongkaran bekisting balok, dilakukan 7 hari setelah
pengecoran. Untuk pembongkaran bekisting, cara yang digunakan yaitu
dengan cara membuka papan bekisting dengan palu dan lingis.

7. Pekerjaan Perawatan Beton


Selesai pengecoran dan pembongkaran bekisting, diadakan
perawatan beton (curing) dengan cara disiram air satu minggu 2 kali.
Perawatan beton (curing) ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

a. Mencegah penguapan air pada permukaan beton yang terbuka.


b. Mencegah hilangnya air dari beton yang akan berakibat retak-retak.
c. Mencegah perubahan suhu secara mendadak.
d. Mencegah retak plastis akibat tegangan tarik beton yang terjadi
beberapa jam setelah proses pengecoran selesai.
e. Agar mutu beton tetap terjaga.

2.4.2 Metode Pekerjaan Kolom

Berikut adalah tahapan atau metode pekerjaan dari pelaksanaan


pekerjaan kolom menurut (Soleh, Anwar, & Kurniawan, 2018).

1. Menentukan As Kolom
Titik-titik dari as kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan
pematokan. Hal ini disesuaikan dengan gambar yang telah
direncanakan. Cara menentukan as kolom membutuhkan alat-alat
seperti: theodolit, meteran, tinta, sipatan dll.

2. Proses Pelaksanaan
 Penentuan as kolom dengan Theodolit dan waterpass berdasarkan
shop drawing dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan
bersama dari titik BM (Bench Mark) terdekat.
 Buat as kolom dari garis bantu.
 Pemasangan patokas bangunan/kolom (tanda berupa garis dari
sipatan).

24
3. Pembesian Kolom
 Pembesian atau perakitan tulangan kolom dikerjakan di tempat.
 Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja.
 Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama. Sebelum
pemasangan sengkang, terlebih dahulu dibuat tanda pada tulangan
utama dengan kapur.
 Pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan utama dan
sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang.
 Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku, lalu dipasang
beton deking sesuai ketentuan. Beton deking ini berfungsi sebagai
selimut beton.

4. Melakukan Kontrol Kualitas


Terdapat 2 Kontrol kualitas yaitu:
 Kontrol kualitas pertama yaitu Kontrol Kualitas Sebelum dilakukan
pengecoran meliputi kontrol kualitas terhadap posisi dan kondisi
bekisting, posisi dan penempatatan pembesian, jarak antar tulangan,
panjang penjangkaran, ketebalan beton decking (Beton tahu), ukuran
baja tulangan yang digunakan, posisi penempatan water stop.
 Kontrol Kualitas kedua yaitu Kontrol kualitas saat pengecoran. Pada
saat berlangsungnya pengecoran, campuran dari Concrete mixer
Truck diambil sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan yang
tercantum dalam spesifikasi. Pekerjaan Kontrol kualitas ini akan
dilakukan bersama-sama dengan konsultan pengawas untuk
selanjutnya dibuat berita acara pengesahan kontrol kualitas.

5. Pemasangan Bekisting Kolom


Pemasangan bekisting kolom hanya dapat dilakukan jika
pembesian kolom telah selesai dilaksanakan. Berikut adalah uraian
singkat mengenai pembuatan bekisting kolom.

 Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom.

25
 Membuat garis pinjaman dengan menggunakan sipatan dari as
kolom sebelumnya sampai dengan kolom berikutnya dengan
berjarak sesuai gambar dari masing-masing as kolom.
 Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda kolom pada lantai
sesuai dengan dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi
sebagai acuan dalam penempatan bekisting kolom.
 Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting Pasang sepatu
kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang.
 Pasang sepatu kolom dengan marking yang ada.
 Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull.
 Setelah tahapan diatas telah dikerjakan, maka kolom tersebut siap
dicor.

6. Pengecoran Kolom
Langkah Kerja pada pekerjaan pengecoran kolom sebagai berikut:
 Persiapan pengecoran
Sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang akan dicor
harus benar-benar bersih dari kotoran agar tidak membahayakan
konstruksi dan menghindari kerusakan beton.
 Pelaksanaan pengecoran
Pengecoran dilakukan dengan Ready Mix truck yang
dibantu dengan penggunaan Concrete Pump. Dalam hal ini
pengecoran dilakukan secara sekaligus balok dan pelat seluruh
lantai. Untuk mempercepat proses pengecoran dipakai Concrete
Pump. Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan
agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Selama proses
pengecoran berlangsung, pemadatan beton menggunakan vibrator.
Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara
serta untuk mencapai pemadatan yang maksimal. Selanjutnya
finishing lantai cor ini adalah rata namun dibiarkan kasar karena
selanjutnya akan dilakukan pekerjaan lantai.

26
7. Pembongkaran Bekisting Kolom
Setelah dilakukannya pengecoran kolom maka pembongkaran
bekisting akan dilakukan, berikut adalah proses pembongkaran
bekisting:
 Setelah beton berumur 8 jam, maka bekisting kolom sudah dapat
dibongkar.
 Pertama-tama, plywood dipukul-pukul dengan menggunakan palu
agar lekatan beton pada plywood dapat terlepas.
 Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull.
 Kendorkan baut-baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga
rangkaian/panel bekisting terlepas.
 Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera
diangkat dengan tower crane ke lokasi pabrikasi awal.

8. Perawatan Kolom
Perawatan beton kolom setelah pengecoran adalah dengan
sistem kompon, yaitu dengan disiram 3 kali sehari selama 3 hari.
Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi
beton 2 kali sehari selama 1 minggu.

2.5 Hubungan Elemen Kolom dan Balok

Bentuk pembesian pada pertemuan balok dengan kolom menurut


(Matondang & Mulyana, 2012) adalah sebagai berikut:

27
Gambar 2. 4 Pertemuan Balok dan Kolom
Sumber: (Matondang & Mulyana, 2012)

Pembesian pada konstruksi ini sangat penting diperhatikan karena pada


konstruksi tersebut terjadi momen positif. Lebih lanjut konstruksi tersebut
merupakan sarana untuk menyalurkan beban yang ada diatas balok atau lantai ke
kolom suatu bangunan. Pembesian antara balok dan kolom harus menyatu, agar
beban dapat disalurkan dengan baik. Dalam setiap ujung besi suatu balok atau
kolom harus dibengkokkan (Matondang & Mulyana, 2012).

2.5.1 Bengkokan Besi Pada Balok dan Sengkang

Pada bengkokan tulangan besi terdapat pada peraturan SNI 2847-


2019 mengenai bengkokan minimum besi untuk sengkang, ikat silang dan
sengkang pengekang sebagai berikut:

Tabel 2. 3 Bengkokan Minimum Besi untuk Snegkang, Ikat Silang dan


Sengkang Pengekang

Tipe Kait ukuran batang Diameter sisi Perpanjangan Tipe kait standar
standar dalam lurus,mm
bengkokan
minimum

Kait 90 D10 - D16 4db Terbesar dari


derajat 6db dan 75
mm

D19 - D25 6db 12db

Kait 135 D10 - D16 4db Terbesar dari


derajat 6db dan 75
D19 - D25 6db mm

Kait 180 D10 - D16 4db Terbesar dari


derajat 4db dan 65
D19 - D25 6db mm

28
29
BAB III
TEKNIK PELAKSANAAN

3.1 Struktur Organisasi Proyek

3.1.1 Lokasi Proyek

Gambar 3. 1 Lokasi Pembangunan Proyek


Sumber: http://google.com, Diakses Desember 2022

3.1.2 Data Proyek

Secara umum data proyek pembangunan kolom K2A pada lantai 1


rumah sakit haji di jalan rumah sakit haji, medan estate, sumatera utara,
sebagai berikut :

a. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Rawat Inap Tower 1


b. Pengguna Jasa : Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya
dan Tata Ruang Provinsi Sumatera Utara
c. No. Kontrak : 600/38/SP/CK/VIII/2022 tanggal 23 Agustus
2022
d. Nilai Kontrak : Rp. 169.253.164.800,- (Include PPN)

30
e. Lingkup Pekerjaan : Struktur, Arsitektur, MEEP
f. Sumber Dana : APBD Provinsi Sumatera Utara TA 2022-2023
g. Penyedia Jasa : KSO ADHI – PENTA
h. Konsultan MK : PT. ARTEFAK ARKINDO
i. Waktu Pelaksanaan : 450 (Empat Ratus Lima Puluh) hari kalender
j. Waktu Pemeliharaan : 365 (Tiga Ratus Enam Puluh Lima) hari
kalender

3.1.3 Struktur Organisasi Proyek

Struktur organisasi yang digunakan dalam pembangunan gedung


ruang rawat inap tower 1 Rumah Sakit Haji, Medan Estate adalah sebagai
berikut :

31
Gambar 3. 2 Struktur Organisasi KSO ADHI-PENTA
Sumber: Dokumentasi Pribadi

32
3.2 Peralatan Pekerjaan Kolom dan Balok lantai 1

Berikut adalah peralatan-peralatan yang digunakan pada pembangunan


gedung rawat inap tower 1 rumah sakit haji:

Tabel 3. 1 Peralatan Pembangunan Gedung Rawat Inap Tower 1 Rumah


Sakit Haji

No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

1 Alat Uji Penggunaan alat uji slump


Slump yaitu untuk mengetahui apakah
beton ready mix yang telah
dibawa dari batching plant
milik PT. Kraton sesuai dengan
pesanan yang telah diminta
oleh pihak KSO
ADHI- Sumber: Gambar Dokumentasi
PENTA. Dari hasil pengujian Lapangan
slump dengan mutu fc’35 MPa
dan 30 MPa, didapatkan hasil
rata-rata 12,7 cm.

2. Bar Bender Bar bender yang digunakan


pada pembuatan kolom yaitu
menggunakan bar bender
menggunakan mesin, namun
tetap juga harus membutuhkan
2 tenaga pekerja untuk Sumber: Gambar Dokumentasi
melakukan kegiatan Lapangan
pembengkokan besi.

3. Bar Cutter Bar cutter yang digunakan


pada pembuatan Kolom dan

33
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

balok yaitu menggunakan tipe


mesin yang cutternya berada
dibagian bawah mesin, untuk
pemotongan besi ini bisa hanya
membutuhkan 1 orang saja
untuk pemotongan tulangan
besi Sengkang, namun
Sumber: Gambar Dokumentasi
dibutuhkan 2 orang pekerja
Lapangan
untuk memotong tulangan
longitudinal dikarenakan lebih
Panjang dan lebih berat
dibanding Sengkang.

4. Batching Batching plant yang digunakan


Plant untuk proses pekerjaan kolom
dan balok lantai 1 dari PT.
Kraton

5. Concrete Concrete bucket yang


bucket digunakan untuk mengecor
kolom adalah bucket cor yang
berkapasitas 1500 liter.

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

34
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

6. Concrete Vibrator adalah mesin yang


Vibrator mengalirkan getaran ke jarum
getar dari energi listrik (Frick,
1990)

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

7. Concrete Concrete pump adalah alat


Pump untuk menuangkan beton basah
dari truck mixer ke tempat
yang sudah ditentukan
(Mulatief, Ratnayanti, &
Firdaus, 2021).

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

8. Flat Truck Flat Truck digunakan untuk


membawa tower crane,
tulangan besi, bar cutter,
hingga tiang pancang.

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

35
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

9. Kawat Kawat bendrat digunakan


Bendrat untuk mengikat tulangan
tulangan besi agar pada saat
pengecoran tidak mengalami
pergeseran dan nantinya akan
membuat kondisi dilapangan
akan berbeda pada gambar Sumber: Gambar Dokumentasi
kerja yang telah diberikan. Lapangan

10. Bekisting Bekisting pada kolom lantai 1


dibuat ukuran 0,8 meter x 0,8
meter dengan tinggi bervariasi
yaitu ukuran 3,2 meter, 3,3
meter dll.

Pada Balok lantai 1 terdapat


variasi ukuran 0,5 meter x 0,7
meter, dll.

Bekisting kolom dan balok


harus mencapai ketinggian 4
meter sesuai dengan tinggi
Sumber: Gambar Dokumentasi
pelat lantai diatasnya.
Lapangan

11. Total Station Total station digunakan untuk


menentukan perletakan (As)
dari kolom sesuai dengan titik
dari gambar kerja yang telah
diberikan.

36
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

12. Tower Crane Tower crane Sebagai alat


pengangkut tulangan besi,
bucket cor, dan material
lainnya sebagai alat atau bahan
pendukung pembuatan kolom
dan balok lantai 1.

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

13. Truck Mixer Truk pengaduk beton atau


truck mixer membawa beton
cair yang dibuat oleh batching
plant. Truk pengaduk beton ini
dari PT yang sama dari
batching plant yaitu PT.
Kraton. Beton yang dibawa Sumber: Gambar Dokumentasi
oleh truk pengaduk sudah Lapangan
sesuai dengan persetujuan dari
PT. Kraton dengan kecepatan
putaran mesin dan jarak
tempuh untuk ke lokasi proyek.

14. Waterpass Waterpass digunakan untuk


mengetahui elevasi dari kolom
yang akan dibangun, agar
mengetahui batasan tinggi
pengecoran yang dilakukan
nanti, ataupun untuk elevasi
dari elemen-elemen beton

37
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

lainnya.
Sumber: Gambar Dokumentasi
Lapangan

15. Mesin Bor Mesin bor digunakan untuk


memberi lubang pada
bekisting, pada beton dll, yang
nantinya digunakan untuk
memasukkan suatu benda.

16. Palu/ Martil Alat ini digunakan untuk


membuka bekisting ataupun
memaku bekisting

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

17. Meteran Meteran digunakan untuk


mengukur suatu benda dan
menandai suatu daerah.

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

38
No. Alat Fungsi/Penjelasan Gambar

18. Linggis Linggis berguna sebagai alat


pencabut paku pada bekisting.

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

19 Kakatua Kakatua berguna untuk


memasang dan memotong
kawat bendrat pada tulangan
besi.

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

20 Alat Alat pelindung diri berupa


Pelindung Diri sepatu, helm, rompi, sarung
tangan dll.

3.3 Bahan Pekerjaan Kolom dan Balok Lantai 1

Bahan yang digunakan pada pekerjaan pembangunan gedung ruang rawat


inap tower 1 rumah sakit haji adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 2 Bahan Pekerjan Kolom dan Balok Lantai 1

39
No. Bahan Fungsi/penjelasan Gambar

1. Beton Ready Beton Ready Mix yang


Mix digunakan pada pembuatan
kolom dan balok lantai 1
adalah dari PT. Kreasi Beton
Nusa Persada. Pada kolom
memakai fc’ 35 MPa dan Sumber: Gambar Dokumentasi
balok memakai f’ 30MPa Lapangan
(Sama dengan pelat lantai).

2. Tulangan Tulangan besi untuk pekerjaan


Besi kolom menggunakan besi
utama D22, sedangkan untuk
pekerjaan balok menggunakan
besi utama D19. Untuk
sengkang kolom dan balok
memakai besi D13.

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

3. Kayu Lapis Kayu Lapis yang digunakan


pada bekisting kolom dan
balok memiliki ketebalan
17 mm

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

4. Mould oil Mould digunakan sebagai


minyak agar beton tidak
lengket ke papan bekisting

40
No. Bahan Fungsi/penjelasan Gambar

5. Sika Sika diberikan untuk


menggabungkan beton yang
lama dengan beton yang
mau ditambahkan.

Sumber: Gambar Dokumentasi


Lapangan

3.4 Pelaksanaan Struktur Kolom dan Balok Lantai 1

3.4.1 Balok Lantai 1

Tipe-tipe balok lantai 1 ada beberapa ukuran dan beda jumlah


tulangan sesuai dengan yang diminta oleh perencana struktur. Dibawah ini
adalah gambar dari struktur balok horisontal dan vertikal dari balok lantai
1.

41
Sumber: File Autocad Pekerjaan Struktur Balok Lantai 1

42
Sumber: File Autocad Pekerjaan Struktur Balok Lantai 1

43
Berikut adalah alur pekerjaan pembangunan struktur balok lantai 1
Rumah Sakit Haji, Medan Estate:

Pemasangan
Pemasangan Pemasangan
Scaffolding
Bekisting Balok Besi Balok
(Perancah)

Pemberian
Pengecoran Pembersihan
minyak mould

Pelepasan Perawatan
Bekisting Balok Balok

Gambar 3. 3 Alur Pekerjaan Balok Lantai 1


3.4.1.1 Pemasangan Scaffolding
Scaffolding dipasang untuk memikul bekisting dari balok
agar tetap stabil nantinya. Scaffolding dirakit kaki dan bagian
atasnya (U-head) lalu di berikan besi bresing menyilang untuk
memperkokoh bentukan dari main frame scaffolding bekisting
balok. Setelah rata, scaffolding diberikan besi hollow atau suri-
suri sebagai penyeimbang bondeman (bekisting bawah balok).

44
Gambar 3. 4 Pemasangan Scaffolding
Sumber: Gambar Dokumentasi Lapangan

3.4.1.2 Pemasangan Bekisting Balok


Pada Bekisting Balok terdapat 2 bagian yaitu bagian
bawah (bondeman) dan bagian samping (tembereng). Bondeman
dipikul oleh scaffolding, sedangkan untuk tembereng diberikan
besi siku atau tiroid agar bekisting tidak lepas atau berubah pada
saat pengecoran.

Gambar 3. 5 Pemasangan Bekisting


Sumber: Gambar Dokumentasi Lapangan

45
3.4.1.3 Pemasangan Besi Balok
Tulangan Balok menggunakan D19 dan sengkang D13.
Pada dimensi balok dengan tinggi 600mm atau diatasnya wajib
menggunakan tulangan bagi D10 di sebelah kiri dan kanan balok.
Bagian bawah tulangan balok diberikan beton decking agar
tulangan besi tidak mengalami penurunan.

3.4.1.4 Pembersihan
Pembersihan balok berguna untuk mengambil sisa sisa
potongan kawat bendrat yang dipotong saat pemberian sengkang
balok dengan tongkat yang di ujungnya diberikan magnet.

3.4.1.5 Pemberian minyak mould


Bekisting balok diberikan minyak mould agar tidak
lengket saat pelepasan bekisting balok. Pemberian minyak
menggunakan kuas dengan cara dioles.

3.4.1.6 Pengecoran
Pada pengecoran balok dilaksanakan berbarengan dengan
pelat lantai dengan mutu beton fc’ 30 MPa. Mesin vibrator
digunakan untuk mengeluarkan gelembung gelembung udara
yang ada pada beton hingga ke bagian dalamnya, agar beton tidak
keropos saat diberikan pembebanan.

3.4.1.7 Pelepasan Bekisting Balok


Bekisting balok dilepas pada saat usia beton mencapai 14 hari.

3.4.1.8 Perawatan Balok


Teknik curring beton dengan cara disiram menggunakan
air 3 kali dalam sehari selama seminggu.

3.4.2 Kolom Lantai 1

46
Pada tinggi kolom lantai 1 disesuaikan dengan dimensi balok yang
berada diatas kolom, yang mana tinggi tiap lantai bangunan adalah 4000
mm. Berikut adalah gambar denah struktur kolom lantai 1 :

47
Sumber: File Autocad Pekerjaan Struktur Kolom Lantai 1

Berikut adalah gambar alur pekerjaan pada pembangunan struktur


kolom lantai 1 pada pembangunan gedung rawat inap tower 1 Rumah
Sakit Haji, Medan Estate:

Pemindahan
Pembesian Marking
Tulangan Besi
Kolom Kolom
Kolom

Perlepasan Pemasangan
Pengecoran
Bekisting Bekisting
Kolom
Kolom Kolom

Perawatan
Kolom

Gambar 3. 6 Alur Pekerjaan Kolom Lantai 1


3.4.2.1 Pembesian Kolom
Fabrikasi kolom dilakukan di tempat proyek namun tidak
dipasang secara langsung. Tulangan besi dilakukan dekat bar
bender dan bat cutter agar mempermudah perakitan. Pekerjaan
pembesian dilakukan oleh 2 tukang. Besi tulangan kolom K2A
menggunakan 38D22 dengan sengkang D13-130mm pada
lapangan dan D13-100mm pada tumpuan. Pada overlap kolom
diberikan 120 mm atau setara dengan 54db dan sedikit
dibengkokkan agar dapat masuk ke dalam besi kolom yang lama.
Untuk tulangan besi K1 menggunakan 48D22 dan untuk
sengkang sama seperti K2A.

48
Gambar 3. 7 Pembesian Kolom
Sumber: Gambar Dokumentasi Lapangan

Tulangan untuk balok penunjang bekisting dicor pada saat


pengecoran lantai dan balok.

3.4.2.2 Pemindahan Tulangan Besi Kolom


Tulangan besi kolom yang sudah difabrikasi akan diangkat
menggunakan tower crane satu persatu dan sesuai dengan titik
kolom yang mau ditambah tulangannya.

49
Gambar 3. 8 Pemindahan Tulangan Besi Kolom
Sumber: Gambar Dokumentasi Lapangan

3.4.2.3 Marking Kolom


Marking kolom dilakukan dengan menggunakan benang,
lalu diberikan sepatu kolom ditiap sisi kolom yang mau diberikan
bekisting dengan cara dibor. Setelah pemberian sepatu kolom,
area kolom akan dibersihkan dari kotoran agar tidak mengurangi
mutu kolom nantinya.

3.4.2.3 Pemasangan Bekisting Kolom


Bekisting yang sudah dirakit dan diberikan minyak akan
diangkat menggunakan tower crane. Pada saat lokasi perletakan
bekisting di lapangan, tower crane menurunkan bekisting secara
perlahan-lahan dengan dengan bantuan tukang menggunakan alat
komunikasi. Pada penurunan bekisting, terdapat 2 pekerja sebagai
pengatur turunnya kolom sesuai dengan sepatu kolom yang sudah
di bor. Setelah bekisting kolom dimasukkan, selanjutnya adalah
setting klem dan balok penunjang. Pada akhir pemasangan
bekisting haruslah mengecek vertikal dari bekisting menggunakan
unting-unting.

50
Gambar 3. 9 Pemasangan Bekisting Kolom
Sumber: Gambar Dokumentasi Lapangan

3.4.2.4 Pengecoran Kolom


Pengecoran kolom dilakukan dengan menggunakan bucket
cor beton yang diangkat menggunakan tower crane. Bucket cor
diberikan pipa kremi untuk mempermudah mengarahkan beton
cair menuju ke dalam bekisting kolom. Pada saat pengecoran,
terdapat 3 pekerja yang bekerja yaitu 1 pekerja pada bucket cor, 1
pekerja mengarahkan pipa kremi, dan 1 pekerja lainnya
menggunakan vibrator mesin.

51
Gambar 3. 10 Pengecoran Kolom
Sumber: Gambar Dokumentasi Lapangan

3.4.2.5 Perlepasan Bekisting


Perlepasan bekisting dilakukan pada saat 9 jam setelah
pengecoran kolom siap dilaksanakan. Perlepasan bekisting
dengan cara pengenduran baut klem dan balok penunjang. Setelah
itu bekisting akan diangkat kembali ke tempat logistik untuk
dibersihkan dan diberikan minyak untuk pembuatan kolom
selanjutnya.

52
Gambar 3. 11 Perlepasan Bekisting
Sumber: Gambar Dokumentasi Lapangan

3.4.2.6 Perawatan Kolom


Pada pelaksanaan kolom lantai 1 dilaksanakan di bulan
Desember 2022, dimana sering terjadi hujan saat pelaksanaan
pekerjaan kolom dan balok, sehingga perawatan kolom
menggunakan air hujan.

3.5 Hubungan Elemen Kolom dan Balok Lantai 1

Sambungan kolom dan balok yaitu sambungan menerus dan untuk ujung
balok sudah sesuai dengan teori yang ada di SNI 2847 dan juga buku yaitu
bagian tulangan atas dibengkokkan kebawah dan tulangan bawah dibenggkokkan
ke atas. Pada sengkang balok di dalam kolom tidak ada diberikan.

Gambar 3. 12 Hubungan Elemen Kolom dan Balok Lantai 1


Sumber: Gambar Dokumentasi Lapangan

53
54
BAB IV

KESIMPULAN, KENDALA DAN SARAN

11.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan pengamatan penulis selama Praktik


Kerja Lapangan Industri (PKLI) di proyek pembangunan struktur kolom gedung
ruang rawat inap tower 1 Rumah Sakit Haji, Medan Estate dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

11.1.1 Struktur organisasi dari proyek pembangunan struktur kolom gedung


rawat inap tower 1 rumah sakit haji sudah terorganisisr dengan baik yang
dipimpin oleh PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. Departemen Gedung, serta
PT. Penta Architecture sebagai pihak perencana, PT. Artefak Arkindo
sebagai pengawas
11.1.2 Alat-alat berat yang digunakan dalam pembangunan struktur kolom
gedung rawat inap tower 1 rumah sakit haji yaitu batching plant, flat
truck, tower crane, truck mixer.
11.1.3 Bahan-bahan untuk pembuatan kolom gedung rawat inap tower 1 rumaah
sakit haji yaitu beton ready mix, tulangan besi longitudinal diameter D-
25mm dan sengkang besi D-13mm, dan kayu lapis dengan ketebalan
2cm.
11.1.4 Teknik Pelaksanaan stuktur kolom lantai 1 pada pembangunan gedung
rawat inap tower 1 rumah sakit haji sudah sesuai dengan ketentuan dari
QHSE. Tahapan dari pelaksanaan struktur kolom yaitu fabrikasi tulangan
kolom sesuai dengan gambar kerja; marking kolom seluas 800mm x
800mm; pemasangan bekisting dengan tinggi 3,2 meter dan luas dari
kolom yang telah dimarking; pengecoran dilakukan menggunakan bucket
cor dengan bantuan 3 orang yaitu satu pekerja di bucket cor sebagai
pembuka dan penutup bucket cor, satu orang sebagai pemakai concrete
vibrator, dan satu pekerja lainnya sebagai pemberi arahan kepada pekerja
di bucket cor; Pelepasan bekisting kolom setelah ±24 jam pengecoran
kolom dilakukan; dan tahapan terakhir yaitu masa perawatan beton,

55
dikarenakan pada bulan November 2022 sering terjadinya hujan maka
perawatan beton memakai air hujan namun tetap mengawasi kelembaban
dari kolom tersebut untuk berjaga-jaga jika beton mengalami
kekeringan(butuh diberi air).
11.1.5 Hubungan Kolom Lantai 1 dengan lantai 1 sudah sesuai dengan SNI
2847-2019 dan buku-buku pedoman.

4.2 Kendala

Beberapa kendala dalam pembuatan kolom dan balok pada lantai 1 yaitu
sebagai berikut:

4.2.1 Sering terjadi hujan deras pada pembangunan balok lantai 1. Pekerjaan
pengecoran harus dihentikan karena pada pekerjaan pelat belum ada
penambalan pada bekisting yang tidak rata (bolong).
4.2.2 Truck mixer sering dipesan terlalu cepat oleh pihak logistik hingga ada
membuat jumlah slump test beberapa truck mixer menyentuh angka yang
cukup tinggi sehingga pada saat pengecoran pompa kodok harus diberi
sedikit air agar mampu mendorong beton ready mix

4.3 Saran

4.3.1 Pada saat jadwal pengecoran harus mengetahui estimasi durasi dari
pekerjaan tukang setting pipa pompa, durasi pengecoran dan durasi
waktu truck mixer datang ke lokasi proyek.

56
DAFTAR PUSTAKA

Almufid. (2015). Beton Mutu Tinggi dengan bahan Tambahan. Fondasi, 81-87.

Badan Standarisasi Nasional (2019). SNI 2847:2019 Persyaratan Beton Struktural


untuk Bangunan Gedung dan Pejelasan. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional

Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.
(1971). Peraturan Beton Bertulang Indonesia. bandung: Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan.

Hendra, & Dkk. (2021). Analisis Struktur Gedung Tahan Gempa dengan Metode
Sistem Ganda (Dual System). Construction and Material Journal, 189-196.

Karaini, A. A. (1987). Pengantar Manajemen Proyek. Jakarta: Gunadarma.

Karaini, A. A. (1994). Pengantar Manajemen Proyek. jakarta: Gunadarma.

Kusuma, M. E., & Muta'ali, L. (2015). Hubungan Pembangunan Infrastruktur dan


Perkembangan Ekonomi Wilayah Indonesia. Bumi Indonesia, 1-14.

Nasional, B. S. (2019). SNI 2847:2019 Persyaratan beton struktural untuk bangunan


gedung dan penjelasan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Onibala, C. E., Inkiriwang, R., & Sibi, M. (2018). Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Dalam Proyek Pembangunan Sekolah SMK Santa Fimilia Kota
Tomohon. Sipil Statik, 11.

Prayuda, H., & Pujianto, A. (2018). Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi Menggunakan
Komparasi Agregat Gamalama, Agregay Merapi dan Agregat Kali Progo.
Jurnal Riset Rekayasa Sipil, 1-10.

Rostiyanti, S. F. (2008). Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi Edisi Kedua. Jakarta:
PT Rineka Cipta.

57
Rostiyanti, S. F. (2008). Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi Edisi Kedua. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Sinaga, J. G., Siallagan, A. N., & Suhairiani. (2020). Teknik Pelaksanaan Pekerjaan
PILE CAP pada Pondasi Gedung Rumah Sakit Grand Mitra Medika di Jalan
S.Parman Medan. IJCEE, 27-33.

Frick, H. (1990). PERALATAN PEMBANGUNAN KONSTRUKSI PENGGUNAAN


dan PEMELIHARAAN. Yogyakarta: KANISIUS.

Hendra, & Dkk. (2021). Analisis Struktur Gedung Tahan Gempa dengan Metode
Sistem Ganda (Dual System). Construction and Material Journal, 189-196.

Karaini, A. A. (1987). Pengantar Manajemen Proyek. Jakarta: Gunadarma.

Karaini, A. A. (1994). Pengantar Manajemen Proyek. jakarta: Gunadarma.

Kusuma, M. E., & Muta'ali, L. (2015). Hubungan Pembangunan Infrastruktur dan


Perkembangan Ekonomi Wilayah Indonesia. Bumi Indonesia, 1-14.

Matondang, Z., & Mulyana, R. (2012). KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG.


Medan: UNIMED PRESS.

Mulatief, R. L., Ratnayanti, R. K., & Firdaus, A. (2021). Perbandingan Waktu dan
Biaya Concrete Pump dan Concrete Bucket pada Proyek Gedung Telkom
University Landmark Tower. Teknik Sipil Itenas, 1-13.

Nasional, B. S. (2019). SNI 2847:2019 Persyaratan beton struktural untuk bangunan


gedung dan penjelasan. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Onibala, C. E., Inkiriwang, R., & Sibi, M. (2018). Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Dalam Proyek Pembangunan Sekolah SMK Santa Fimilia Kota
Tomohon. Sipil Statik, 11.

Prayuda, H., & Pujianto, A. (2018). Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi Menggunakan
Komparasi Agregat Gamalama, Agregay Merapi dan Agregat Kali Progo.
Jurnal Riset Rekayasa Sipil, 1-10.

58
Rostiyanti, S. F. (2008). Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi Edisi Kedua. Jakarta:
PT Rineka Cipta.

Rostiyanti, S. F. (2008). Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi Edisi Kedua. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Salim, A., & Santoso, I. (2018). OPTIMASI PRODUKSI BETON READY MIX
DENGAN METODE LINEAR PROGRAMMING. Mitra Teknik Sipil, 65-71.

Schodek. (1998). Struktur. Bandung: PT. Refika Aditama.

Schodek. (1998). Struktur. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sinaga, J. G., Siallagan, A. N., & Suhairiani. (2020). Teknik Pelaksanaan Pekerjaan
PILE CAP pada Pondasi Gedung Rumah Sakit Grand Mitra Medika di Jalan
S.Parman Medan. IJCEE, 27-33.

Siswanto, A., & Salim, A. (2019). MANAJEMEN PROYEK. Semarang: CV. Pilar
Nusantara.

Sobur, A., & Rukiah. (2012). BAHAN DAN PERALATAN FASILITAS KONSTRUKSI.
Jakarta: Pusat Pendidikan Administrasi Lembaga Pendidikan Polri.

Soleh, Anwar, S., & Kurniawan, H. (2018). ANALISIS MANAJEMEN


KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG PRABU SILIWANGI
RAWAT INAP KELAS III RSUD GUNUNG JATI CIREBON. Jurnal
Konstruksi, 345-362.

Tunas, F., Tjakra, J., & Inkiriwang, R. (2020). METODE PELAKSANAAN


PEKERJAAN BALOK DAN PLAT LANTAI DUA PADA
PEMBANGUNAN MALL PELAYANAN PUBLIK (MPP) MANADO.
Jurnal Sipil Statik, 901-910.

Widodo, A. (2012). PENGARUH PENGGUNAAN POTONGAN KAWAT


BENDRAT PADA CAMPURAN BETON DENGAN KONSENTRASI
SERAT PANJANG 4 CM BERAT SEMEN 350 KG/M3 DAN FAS 0,5.
TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, 131-140.

59
(Mukomuko, 2003)

60
61
62

Anda mungkin juga menyukai