Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM JALAN RAYA

“INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN

(Flakiness and Elongation Index)”

Kelompok : 7
1 Saipranada (5193550036)
2 Sakkot Matua Goong Hasibuan (5193550046)
3 Ronal Stepan Harianja (5193550027)
4 Nurjannah Safitri (5192250002)
5 Emkhel Louis Roy Ginting (5193250027)
6 Roby Pranata Tarigan (5191250014)

Dosen Pengampu:
- Ir. Hamidun Batubara, MT
- Dody Sibuea, ST., MT

PRODI S1 TEKNIK SIPIL

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, atas berkat karunia-
Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan praktikum jalan raya ini tanpa
halangan yang berarti dan selesai tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan praktikum jalan raya ini, kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak dody sibuea S.T. dan Ir.
Hamidun Batubara, MT yang telah memberikan arahan dan bimbingan , sehingga
kami dapat memahami lebih jauh mengenai seperti apakah sebenarnya yang di
bahas dalam praktikum yang kami laksanakan oleh karena itu kami dapat
menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan baik.

Kami sadar laporan ini mungkin masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami berharap saran dan kritik dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis


sendiri dan seluruh pembaca pada umumnya.

Selasa, November 2022

Penulis
3

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Landasan Teori
Butiran agregat berbentuk lonjong merupakan butiran agregat yang
mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih besar dari nilai yang ditentukan
dalam spesifikasi, sedangkan butiran agregat berbentuk pipih merupakan butiran
agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal besar dari nilai yang ditntukan
dalam spesifikasi.
Butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong merupakan butiran agregat yang
mempunyai rasio panjang terhadap tebal besar dari nilai yang ditentukan dalam
spesifikasi. Berdasarkan SNI 03-4137-1996 untuk agregat pipih dan lonjong
maksimal dalam penggunaannya dibatasi yaitu 20 % :

1.2.Tujuan
- Menentukan indeks kepipihan secara manual dari suatu contoh agregat.
- Menentukan indeks kelonjongan secara manual dari suatu contoh agregat.

1.3.Manfaat

Untuk menghitung indeks kepipihan dan kelonjongan secara manual dari suatu contoh agregat
.
4

BAB II ALAT DAN BAHAN


2.1. Alat

No Nama Gambar
1 Alat pengukur kepipihan yang
sesuai dengan standar BS 812
(1975).

2 Alat pengukur kelonjongan yang


sesuai dengan standar BS 812
(1975).

3 Saringan dengan urutan diameter


saringan 63,0 mm, 50,0 mm,
37,5 mm, 28,0 mm,20,0 mm,
14,0 mm, 10,0 mm, dan 6,3 mm
(dikarekan kendala kelengkapan
alat, saringan yang digunakan:
38,1 mm, 19,1 mm, 13,2 mm,
9,6 mm, 6,35 mm).

4 Timbangan dengan ketelitian 0,1


gr.

5 Oven yang dilengkapi dengan


pengatur suhu dan mampu
memanasi sampai(110±5)˚C.
5

6 Wadah agregat sebanyak


saringan yang ada. Wadah ini
sebaiknya terbuat dari besi,seng
atau alumunium atau material
lain yang cukup kuat untuk
dimasukkan dalam oven sampai
(110±5)˚C.

2.2. Bahan
No Nama Gambar
1 Agregat

2.3. Prosedur Pengujian


2.3.1 Persiapan Sampel

No Prosedur Persiapan Sampel Gambar


1 Saring sebanyak kurang lebih
5000 gr sampel dalam urutan
saringan yang telahdisediakan
6

2 Pisahkan atau singkirkan sampel


yang tertahan pada saringan
paling atas dan yang lolos
saringan 6,35 mm. Berat sisa
sampel yang digunakan
dinyatakan sebagai M1 gram

3 Sampel yang tertahan pada


setiap saringan dimasukkan
dalam masing-masing wadah
yang di tandai sesuai dengan
diametar masing-masing
saringan

4 Cuci masing-masing sampel dan


keringkan dengan oven hingga
beratnya tetap. Yakinkan bahwa
tidak ada agregat yang hilang

5 Kemudian timbang sampel yang


tertahan di tiap saringan dan
hitung persentasenya terhadap
M1
6 Pengukuran kepipihan dan
kelonjongan dilakukan per fraksi
dan hanya fraksi yang memiliki
persentase berat lebih besar atau
sama dengan 5%. Jumlah berat
total fraksi yang memiliki
persentase berat lebih besar atau
sama dengan 5% dinyatakan
sebagai M2.

2.3.2 Pengujian Kepipihan

No Prosedur Pengujian Kepipihan Gambar


1 Ambil salah satu fraksi yang
telah memenuhi syarat, yaitu
persentase tertahan lebihbesar
atau sama dengan 5%.
7

2 Lewatkan dengan tangan setiap


butir agregat pada Alat Penguji
Kepipihan sesuaidengan
ukurannya

3 Butir agregat yang agak sulit


lewat dapat dicoba dengan sisi
lain, diputar ataudengan sedikit
paksaan
4 Pisahkan butiran yang dapat
lewat dengan yang tidak dapat
lewat dan masing-masing
ditimbang

5 Lakukan hal yang sama untuk


fraksi lainnya yang memiliki
persentase berat lebihbesar atau
sama dengan 5%
6 Total jumlah sampel yang
LEWAT dinyatakan sebagai
M3F

2.3.1 Pengujian Kelonjongan

No Prosedur Pengujian Kelonjongan Gambar


1 Ambil salah satu fraksi yang
telah memenuhi syarat, yaitu
persentase tertahan lebihbesar
atau sama dengan 5%.
2 Lewatkan dengan tangan setiap
butir agregat pada Alat Penguji
Kelonjongan sesuaidengan
ukurannya
8

3 Butir agregat yang agak sulit


lewat dapat dicoba dengan sisi
lain, diputar ataudengan sedikit
paksaan
4 Pisahkan butiran yang dapat
lewat dengan yang tidak dapat
lewat dan masing-masing
ditimbang

5 Lakukan hal yang sama untuk


fraksi lainnya yang memiliki
persentase berat lebihbesar atau
sama dengan 5%
6 Total jumlah sampel yang
TERTAHAN dinyatakan sebagai
M3E
9

BAB III DATA HASIL PERCOBAAN


3.1 Data Hasil Percobaan dan Analisis Data

 Berat Tertahan
1 Saringan 3/4 (19,1 mm) = 1890 gr
2 Saringan 1/2 (13,2 mm) = 2274 gr
3 Saringan 3/8 (9,6 mm) = 744 gr
4 Saringan No.4 (6,35 mm) = 85 gr
= 4993 gr
 Persentase Tertahan
1890
1 Saringan 3/4 (19,1 mm) 𝑥100 37,8 %
5000
2274
2 Saringan 1/2 (13,2 mm) 5000
𝑥100 45,48 %
744
3 Saringan 3/8 (9,6 mm) 𝑥100 14,88 %
5000
85
4 Saringan No.4 (6,35 mm) 5000
𝑥100 1,7 %

 Berat total sampel lebih dari 5%


M2 = 1890+2274+744 gr
= 4908 gr
 UJI KEPIPIHAN
1 Berat lolos uji kepipihan
=
a Saringan 3/4 (19,1 mm) 1754 gr
b Saringan 1/2 (13,2 mm) = 1919 gr
c Saringan 3/8 (9,6 mm) = 480 gr
d Berat total yang lolos (M3F) = 1754+1919+480
= 4153 gr
=
4153
2 Indeks Kepipihan (%) 4908
𝑥100 84,61695 %

 Uji Kelonjongan
1 Berat tertahan uji kelonjongan
a Saringan 3/4 (19,1 mm) = 850 gr
b Saringan 1/2 (13,2 mm) = 66 gr
c Saringan 3/8 (9,6 mm) = 1 gr
d Berat total yang lolos (M3E) = 850+66+1 917 gr

= 917
2 Indeks Kelonjongan (%) 4908
𝑥100
18,68378%
10

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan data yang didapat dalam praktikum, bahwa nilai Indeks
Kepipihan adalah 84,6%, dan Indeks Kelonjongan 18,16 %. Sehingga,mengacu
kepada standar spesifikasi British Standard ,BS 812, bagian 3, tahun1975,agregat
yang dipakai termasuk agregat yang tidak dapat digunakan sebgai bahan campuran
perkerasan jalankarena nilai maksimal untuk agregat pipih 25% dan lonjong adalah
40 %.
11

LABORATORIUM BAHAN JALAN


RAYA PRODI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan Estate – Kotak Pos No. 1589 Medan
20221Telepon: (061) 66253971, 6618754 Fax. (061) 6614002 -
6613319
Laman: http://www.unimed.ac.id Email: ft@unimed.ac.id

Karakteristik Batas Maksimal


Kepipihan 25 %
Kelonjongan 40 %
INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN

Kelompok :7 Tanggal : 21/10/2022


Jurusan : Pendidikan Teknik Bangunan Asistensi :
Universitas : Universitas Negeri Medan

Ukuran Saringan Berat LOLOS TERTAHAN


%
Tertahan(gr) Uji Uji
mm Inch Tertahan
Kepipihan Kelonjongan
(gr) (gr)
63,5 2,5”
50,8 2”
38,1 1,5”
25,4 1”
19,1 3/4” 1890 37,8 1754 850
13,2 1/2” 2274 45,48 1919 66
9,6 3/8” 744 14,88 480 1
6,35 No.4 1,7
M1= 5000 M2 = 4908
M3F= 4153
M3E = 917
Indeks Kepipihan (%) M3F/M2 = 84,61695 %
Indeks Kelonjongan (%) M3E/M2 = 18,68378 %

Persetujuan Asistensi

( )

Anda mungkin juga menyukai