Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN

KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT

Dosen : Kusumadi, Drs., M.T

Diajukan Oleh :

ADITYA WIRADANA (2005131028)


KELOMPOK 2
TPJJ 4-B

PROGRAM STUDI TEKNIK PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


2022
JOB 6
KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT
PEMERIKSAAN INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN
AGREGAT
(Flakiness and Elongation Index)

A. Tujuan
Praktikum ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat
menentukan indeks kepipihan dan kelonjongan agregat.

B. Referensi
1. British Standard Intitution (1975)

C. Teori Singkat
Pada batuan alam maupun hasil crushing plant terdapat fraksi-fraksi agregat
yang memiliki berbagai macam bentuk. British Standar Institution, BSI (1975)
membagi benuk-bentuk agregat dalam enam kategori, yaitu: bulat (rounded), tidak
beraturan(irregular), bersudut (angular), pipih (Flaky), lonjong (elongated), pipih dan
lonjong (flaky and longated). Kategori bulat, tidak beraturan, dan bersudut untuk
keperluan tertentu dikelompokkan dalam satu kategori, yaitu berdimensi seragam
(equidimensial dan cuboidal). Suatu agregat dikatakan pipih, lonjong, pipih dan
lonjong, atau berdimensi seragam ditentukan berdasarkan perbandingan antara
diameter terpendek, terpanjang dan rata-ratanya. Sebagai ilustrasi untuk sebuah
agregat berbentuk balok maka diameter terpendek adalah tebalnya, diameter
terpanjang adalah panjangnya dan diameter rata-rata adalah lebaranya.
BSI menentukan jika perbandingan antara rata-rata diameter dengan diameter
terpanjang kurang dari 0,55 maka bentuk agregat tersebut adalah lonjong sedangkan
jika perbandingan antara diameter terpendek dengan rata-rata diameter kurang dari
0.60 maka bentuk agregat tersebut adalah pipih.
Collist (1985) mendefinisikan bahwa agregat berbentuk pipih jika agregat
tersebut lebih tipis minimal 60% dari diameter rata-rata. Sedanngkan agregat lonjong
jika ukuran terpanjangnya lebih panjang minimal 180 % diameter rata-rata. Diameter
rata-rata dihitung berdasarkan ukuran saringan. Misalnya untuk agregat yang lolos
saringan 14,0 mm dan tertahan di saringan 10.0 mm (14-10mm) maka diameter rata
ratanya adalah 11,125 mm.
Praktikum ini pada dasarnya adalah menentukan persentase jumlah agragat
yang pipih dan lonjong dan suatu sampel agregat. Prosedur kegiatan praktikum pada
modul ini mengikuti standar dari BSI (1975), yaitu BS 812, bagian 3.

D. Peralatan
1. Alat pengukur kepipihan dan kelonjongan yang sesuai dengan standar BSI
(1975)
2. Saringan dengan diameter saringan 63,0 mm, 50,0 mm, 37,5 mm, 20,0 mm,
10,0 mm, dan 6,3 mm.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram.
4. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan mampu memanasi sampai
(10±5)°C.
5. Wadah agregat sebanyak saringan ayang ada. Wadah ini sebaiknya terbuat dari
besi, seng atau aluminium atau materi yang lain yang cukup kuat untuk
dimasukkan dalam oven sampai (110±5)°C.

E. Bahan
1. Saring sebanyak kurang lebih 5000 gram sampel dalam urutan saringan yang
telah disediakan.
2. Pisahkan atau singkirkan sampel yang tertahan pada saringan 63,0 mm dan yang
lolos saringan 6,3 mm. Berat sisa sampel yang digunakan dinyatakan sebagai
MI gram.
3. Sampel yang tertahan pada setiap saringan dimasukkan kedalam masing-masing
wadah yang ditandai sesuai dengan diameter masing-masing saringan. 4. Cuci
masing-masing sampel dan keringkan dengan oven hingga beratnya tetap
yakinkan bahwa tidak ada agregat yang hilang. Kemudian timbang sampel yang
tertahan di tiap saringan dan hitung persentasenya terhadap MI.
4. Pengukuran kepipihan dan kelonjongan dilakukan per fraksi dan hanya fraksi
yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan 5 %. Jumlah berat
total fraksi yang memiliki persentase berat lebih besar atau sama dengan 5%
dinyatakan sebagai M2
F. Prosedur
Pengujian Kepipihan dan Pengujian Kelonjongan
a. Pengujian Kepipihan
1. Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat yaitu presentase tertahan
lebih besar atau sama dengan 5%
2. Lewatkan dengan tangan setiap butir agragat pada alat penguji kepipihan
sesuai dengan ukurannya.

(Gambar 1 : pemilahan agregat berbentuk pipih)

3. Butir agregat yang agak sulit lewat dapat dicoba dengan sisi lain, diputar atau
denngan sedikit paksaan.
4. Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yanng memiliki persentase berat
lebih besar atau sama dengan 5%.
5. Total jumlah sampel yang lewat dinyatakan dengan M3F.

b. Pengujian Kelonjongan
1. Ambil salah satu fraksi yang telah memenuhi syarat, yaitu presentasi tertahan
lebih besar atau sama dengan 5%.
2. Lewatkan dengan tangan setiap butir agreagat pada alat penguji kelonjongan
sesuai dengan ukurannya.

(Gambar 2 : pemilahan agregat berbentuk lonjong)

3. Butir agregat yang agak sulit lewat dapat di coba dengan sisi lain, diputar
atau dengan sedikit paksaan.
4. Pisahkan butiran yang dapat lewat dengan yang tidak dapat lewat dan masing
masing ditimbang.
5. Lakukan hal yang sama untuk fraksi lainnya yang memiliki presentase berat
lebih besar atau sama dengan 5%.
6. Total jumlah sampel yang tertahan dinyatakan sebagai M3E.

Anda mungkin juga menyukai