Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PERKERASAN JALAN


MODUL 4

PERIODE I (2021/2022)

Kelompok XI
Nama Mahasiswa/NIM : Muhamad Irfan Rizqilah/
104119042

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR
UNIVERSITAS PERTAMINA
2022
PERHITUNGAN INDEKS KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN
AGREGAT
Muhamad Irfan Rizqilah11,Mochammad Azzam Ar Rosyid11, Markus
Pandiangan11, Jovovich11, Bintang Rahman11
11
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas
Pertamina
*Corresponding author : irfanrizkillah12@gmail.com

Abstrak : Perkerasan jalan raya merupakan sebuah konstruksi yang mendukung proses
perkembangan jaringan raya, di mana dalam perkerasan jalan raya terdapat bahan penyusun yang
saling diperlukan, yaitu aspal dan agregat. Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian indeks
kepipihan dan kelonjongan yang berguna untuk acuan bahan penyusun perkerasan jalan, yang mana
dalam penyusun perkerasan jalan agregat yang miliki kepipihan dan kelonjongan berlebihan tidak
dapat digunakan karena sifatnya yang akan mudah hancur. Maka dengan adanya praktikum ini
diharapkan akan menghasilkan indeks kepipihan dan kelonjongan yang dapat di kategorikan masih
dapat digunakan atau cocok untuk bahan penyusun perkerasan aspal. Hasil dari pengujian ini
didapatkan nilai indeks pada agregat yang memenuhi syarat yang sesuai atau memiliki persentase
≥5 % yaitu sebesar 11,6% pada indeks kepipihan dan 11,6% pada indeks kelonjongan. Dari kedua
hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan spesifikasi British Standard BSI 812, bagian 3, tahun
1975 yang menyatakan bahwa indeks kepiphan dan kelonjongan maksimum yang diperbolehkan
adalah 25%. Maka kedua hasil pada pengujian tersebut adalah aman atau cocok sebagai bahan
penyusun perkerasan jalan raya karena nilai indeks yang diperoleh <25%.
Kata kunci : Agregat, Aspal, Indeks kepipihan, Indeks Kelonjongan, British Standard.

Abstract : : Highway pavement is a construction that supports the process of


developing the highway network, where in highway pavements there are mutually
required constituent materials, namely asphalt and aggregate. In this practicum,
we will test the flatness and elongation indices which are useful as a reference for
road pavement constituent materials, which in the aggregate road pavement
compilers that have excessive flatness and elongation cannot be used because they
are easily destroyed. So with this practicum, it is hoped that it will produce an index
of flatness and elongation that can be categorized as still usable or suitable for
asphalt pavement constituent materials. The results of this test obtained an index
value on the aggregate that meets the appropriate requirements or has a percentage
of 5%, which is 11,6% on the flatness index and 11,6% on the elongation index.
From the two results obtained, when compared with the specifications of the British
Standard BSI 812, part 3, 1975 which states that the maximum allowed flat and
tapered index is 25%. So the two results in the test are safe or suitable as a road
pavement constituent material because the index value obtained is <25%.
Keyword : Aggregate, Asphalt, Tha Flatness Index, The Elongation Index,
British Standard
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perkembangan jalan raya saat ini sedang dalam fase yang cukup
tinggi, beberapa daerah juga sedang gencar-gencarnya melakukan
perbaikan jalan raya bahkan pemerintah sekarang juga sedang melakukan
pembangunan ruas jalan yang cukup panjang dan banyak. Pembangunan
jalan ini didasari sebagai sarana pendukung terhadap kemajuan suatu
wilayah.
Dalam pembentukan perkerasan jalan terdapat bahan penyusun
yaitu aspal dan agregat, di mana kebutuhan bahan agregat yang akan
digunakan sebagai bahan pembentuk lapisan adalah 90-95% dari berat
campuran perkerasan jalan. Maka untuk mendapatkan hasil perkerasan jalan
yang memenuhi mutu kualitas yang diharapkan, diperlukan pengetahuan
tentang sifat-sifat dari agregat. Pengetahuan tentang sifat dari agregat ini
menjadi dasar dalam perencanaan perkerasan jalan. (Sukirman, 2003)
Sebagai bahan campuran dan pembentuk suatu perkerasan jalan,
maka suatu agregat harus memenuhi standar yang berlaku agar kualitas dari
aspal tetap terjaga. Pada penggunaan agregat pipih dan lonjong sebagai
bahan campuran pembentuk aspal, sebenarnya agregat tersebut tidak biasa
digunakan sebagai bahan campuran, karena sifatnya yang mudah hancur
dan mampu meningkatkan porositas. Namun, Bina Marga masih
membolehkan penggunaan agregat pipih dan lonjong dengan adanya
pembatasan penggunaan sebesar maksimal 25%. Agar kualitas dari
perkerasan aspal tetap baik dan mampu bertahan lama.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disusun, didapatkan rumusan
masalah berupa :
1. Bagaimana indeks kepipihan agregat bisa didapatkan ?
2. Bagaimana indeks kelonjongan agregat bisa diperoleh ?
1.3 Tujuan Penelitian
Pada praktikum modul IV yang berjudul “Perhitungan Indeks
Kepipihan dan Kelonjongan Agregat” memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Praktikan dapat menentukan berapa indeks kepipihan agregat
2. Dapat menentukan indeks kelonjongan agregat

1.4 Teori Dasar


Pada batuan yang tersedia di alam ataupun batuan hasil crushing
plant terdapat beberapa fraksi agregat yang memiliki berbagai macam
bentuk. Berdasarkan spesifikasi British Standard Institution (BSI-1975)
bentuk agregat terbagi kebeberapa kategori, yaitu :
1. Bulat (Rounded)
2. Tidak beraturan (Irreguler)
3. Bersudut (Angular)
4. Pipih (Flaky)
5. Lonjong (Elongated)

Dari ke 5 (lima) bentuk agregat yang tersedia, pada praktikum kali


ini akan dilakukan pengujian agregat yang berbentuk pipih dan lonjong.
Bentuk agregat pipih dan lonjong merupakan bentuk agregat yang memiliki
perbandingan ukuran antara diameter terpendek, terpanjang, dan diameter
rata-rata. (British Standard Institution, 1975)
Pada praktikum modul IV kali ini yang mengenai uji indeks
kepipihan dan kelonjongan agregat, digunakan spesifikasi dari
British Standard, BSI 812, bagian 3, tahun 1975. Yang mana
perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :
- Perhitungan indeks kepipihan agregat
Indeks kepipihan (%) = 𝑀𝑀3𝐸𝐸 𝑥𝑥 100 ................................... (1)
𝑀𝑀2

- Perhitungan indeks kelonjongan agregat


Indeks kelonjongan (%) = 𝑀𝑀3𝐸𝐸 𝑥𝑥 100 ................................... (2)
𝑀𝑀2

Dimana : M2 : berat total fraksi yang memenuhi syarat (gr)


M3E : berat totak yang lolos alat uji kepipihan (gr)
M3F : berat total yang lolos alat uji kelonjongan (gr)
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Alat dan Bahan
Pada praktikum modul IV yang berjudul “Perhitungan Indeks
Kepipihan dan Kelonjongan Agregat”, dapat diketahui bahwa alat yang
digunakan antara lain : alat pengukur kepipihan dan kelonjongan,
saringan dengan diameter 63.0 mm, 5.0 mm, 37.5 mm, 28.0 mm, 20.0 mm,
14.0 mm,10.0 mm, dan 6.3 mm, Timbangan, wadah agregat.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan antara lain, Agregat yang
tertahan saringan 63.0 mm, dan yang lolos saringan 6.3 mm.

2.2 Cara Kerja


Untuk praktikum modul IV yang berjudul “Perhitungan Indeks
Kepipihan dan Kelonjongan Agregat” dilakukan penyiapan benda uji
terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian. Dalam penyiapan benda uji,
agregat sampel disaring sebanyak ± 5000 gr dalam urutan saringan yang
tersedia, kemudian sampel dipisahkan berdasarkan yang tertahan pada
saringan 63.0 mm dan yang lolos pada saringan ukuran 6.3 mm. sisa berat
dari sampel diberi nama M1 gr. Lalu setiap sampel yang tertahan pada
masing-masing saringan di letakan pada wadah yang tersedia dan diberi
label pada masing-masing ukuran saringan. Masing-masing sampel tadi
dicuci dan dikeringkan dengan menggunakan oven. Sampel yang tertahan
tadi di timbang dan dihitung persentase terhadap nilai M1. Kepipihan dan
kelonjongan diukur berdasarkan fraksi dan hanya fraksi yang sesuai atau
memiliki persentase ≥5 %. Berat total fraksi yang memiliki jumlah ≥5 %
dinyatakan sebagai M2.
Pengujian pada indeks kepipihan, satu fraksi yang telah memenuhi
syarat diambil dan diuji dengan dilewatkan dengan tangan pada tiap ukuran
alat pengukur kepipihan, untuk agregat yang butirannya sulit terlewat dapat
diukur pada sisi lainnya dengan didorong dan diputar. Butiran yang terlewat
dan tidak terlewat tadi dipisahkan lalu ditimbang. Dicatat jumlah total pada
sampel yang terlewat dan dinyatakan sebagai M3F. Dilakukan pengulangan
pengujian untuk fraksi yang sesuai syarat lainnya.
Pengujian pada indeks kelonjongan satu fraksi yang telah memenuhi syarat
diambil dan diuji dengan dilewatkan dengan tangan pada tiap ukuran alat
pengukur kelonjongan, untuk agregat yang butirannya sulit terlewat dapat
diukur pada sisi lainnya dengan didorong dan diputar. Butiran yang terlewat
dan tidak terlewat tadi dipisahkan lalu ditimbang. Dicatat jumlah total pada
sampel yang terlewat dan dinyatakan sebagai M3E. Dilakukan pengulangan
pengujian untuk fraksi yang sesuai syarat lainnya
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Kepipihan
Simbol Percobaan Satuan Nilai
Weight og aggregat retain
A sieve 3/8 before test Gram 500
Weight og aggregat retain
B sieve 3/8 after test Gram 442
Weight of flaky aggregat Gram 58
FIV Flakiness index value % 11,6

Tabel 3.2 Hasil Pengujian Kelonjongan


Simbol Percobaan Satuan Nilai
Weight og aggregat retain sieve
A 3/8 before test Gram 500
Weight og aggregat retain sieve
B 3/8 after test Gram 442
Weight of flaky aggregat Gram 58
FIV Flakiness index value % 11,6

3.2 Pembahasan
Pada praktikum modul IV kali ini dilakukan pengujian kepipihan
dan kelonjongan terhadap agregat yang lolos pada saringan 3/8 atau 9.8
mm, di mana hasil yang dicari adalah nilai dari indeks kepiphan dan
kelonjongan agregat. Maka dari pengujian tersebut diperoleh indeks
kepipihan agregat sebesar 11,6 % dan indeks kelonjongan sebesar 11,6 %.
Berdasarkan spesifikasi British Standard, BS 812, bagian 3, tahun 1975,
indeks kepipihan dan kelonjongan yang dapat digunakan sebagai bahan
campuran aspal adalah maksimal 25% dan menurut spesifikasi dari ASTM
D-4791-95 batas maksimal indeks kepipihan dan kelonjongan yang
diperbolehkan adalah ≤45%, sedangkan hasil yang diperoleh pada saat
praktikum adalah 11,6% pada uji kepipihan dan 11,6% pada uji
kelonjongan. Kedua hasil tersebut jauh dari batas maksimal yang
ditetapkan oleh kedua acuan yang digunakan. Maka hasil tersebut
menandakan bahwa agregat yang diujikan sangat cocok untuk digunakan
dalam bahan campuran aspal.
BAB IV
SIMPULAN

Pada praktikum modul IV kali ini disimpulkan bahwa agregat


yang disaring menggunakan nomor 3/8 (9.5 mm) diperoleh nilai indeks
kepipihan sebesar 11,6% dan indeks kelonjongan sebesar 11,6%, maka
agregat tersebut cocok digunaka sebagai bahan campuran aspal
dikarenakan nilai indeksnya <25% dari spesifikasi British Standard, BS
812, bagian 3, tahun 1975 dan <45% yang berdasarkan spesifikasi ASTM
D-4791-95.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. ASTM D-4791-95. (1995). Diambil kembali dari Flat Particles,


Elongated Particles, or Flat & Elongated Particles in Coarse
Aggregate.
2. koordinator. (2018). Modul Praktikum Rekayasa Jalan.
Jakarta: Universitas Pertamina.
3. Sukirman. (2003). Beton Aspal Campuran Panas. Bandung: Grafika
Yuana Marga

Anda mungkin juga menyukai