PERIODE I (2021/2022)
Kelompok XI
Nama Mahasiswa/NIM : Muhamad Irfan Rizqilah/
104119042
Abstrak : Perkerasan jalan raya merupakan sebuah konstruksi yang mendukung proses
perkembangan jaringan raya, di mana dalam perkerasan jalan raya terdapat bahan penyusun yang
saling diperlukan, yaitu aspal dan agregat. Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian indeks
kepipihan dan kelonjongan yang berguna untuk acuan bahan penyusun perkerasan jalan, yang mana
dalam penyusun perkerasan jalan agregat yang miliki kepipihan dan kelonjongan berlebihan tidak
dapat digunakan karena sifatnya yang akan mudah hancur. Maka dengan adanya praktikum ini
diharapkan akan menghasilkan indeks kepipihan dan kelonjongan yang dapat di kategorikan masih
dapat digunakan atau cocok untuk bahan penyusun perkerasan aspal. Hasil dari pengujian ini
didapatkan nilai indeks pada agregat yang memenuhi syarat yang sesuai atau memiliki persentase
≥5 % yaitu sebesar 11,6% pada indeks kepipihan dan 11,6% pada indeks kelonjongan. Dari kedua
hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan spesifikasi British Standard BSI 812, bagian 3, tahun
1975 yang menyatakan bahwa indeks kepiphan dan kelonjongan maksimum yang diperbolehkan
adalah 25%. Maka kedua hasil pada pengujian tersebut adalah aman atau cocok sebagai bahan
penyusun perkerasan jalan raya karena nilai indeks yang diperoleh <25%.
Kata kunci : Agregat, Aspal, Indeks kepipihan, Indeks Kelonjongan, British Standard.
Perkembangan jalan raya saat ini sedang dalam fase yang cukup
tinggi, beberapa daerah juga sedang gencar-gencarnya melakukan
perbaikan jalan raya bahkan pemerintah sekarang juga sedang melakukan
pembangunan ruas jalan yang cukup panjang dan banyak. Pembangunan
jalan ini didasari sebagai sarana pendukung terhadap kemajuan suatu
wilayah.
Dalam pembentukan perkerasan jalan terdapat bahan penyusun
yaitu aspal dan agregat, di mana kebutuhan bahan agregat yang akan
digunakan sebagai bahan pembentuk lapisan adalah 90-95% dari berat
campuran perkerasan jalan. Maka untuk mendapatkan hasil perkerasan jalan
yang memenuhi mutu kualitas yang diharapkan, diperlukan pengetahuan
tentang sifat-sifat dari agregat. Pengetahuan tentang sifat dari agregat ini
menjadi dasar dalam perencanaan perkerasan jalan. (Sukirman, 2003)
Sebagai bahan campuran dan pembentuk suatu perkerasan jalan,
maka suatu agregat harus memenuhi standar yang berlaku agar kualitas dari
aspal tetap terjaga. Pada penggunaan agregat pipih dan lonjong sebagai
bahan campuran pembentuk aspal, sebenarnya agregat tersebut tidak biasa
digunakan sebagai bahan campuran, karena sifatnya yang mudah hancur
dan mampu meningkatkan porositas. Namun, Bina Marga masih
membolehkan penggunaan agregat pipih dan lonjong dengan adanya
pembatasan penggunaan sebesar maksimal 25%. Agar kualitas dari
perkerasan aspal tetap baik dan mampu bertahan lama.
3.2 Pembahasan
Pada praktikum modul IV kali ini dilakukan pengujian kepipihan
dan kelonjongan terhadap agregat yang lolos pada saringan 3/8 atau 9.8
mm, di mana hasil yang dicari adalah nilai dari indeks kepiphan dan
kelonjongan agregat. Maka dari pengujian tersebut diperoleh indeks
kepipihan agregat sebesar 11,6 % dan indeks kelonjongan sebesar 11,6 %.
Berdasarkan spesifikasi British Standard, BS 812, bagian 3, tahun 1975,
indeks kepipihan dan kelonjongan yang dapat digunakan sebagai bahan
campuran aspal adalah maksimal 25% dan menurut spesifikasi dari ASTM
D-4791-95 batas maksimal indeks kepipihan dan kelonjongan yang
diperbolehkan adalah ≤45%, sedangkan hasil yang diperoleh pada saat
praktikum adalah 11,6% pada uji kepipihan dan 11,6% pada uji
kelonjongan. Kedua hasil tersebut jauh dari batas maksimal yang
ditetapkan oleh kedua acuan yang digunakan. Maka hasil tersebut
menandakan bahwa agregat yang diujikan sangat cocok untuk digunakan
dalam bahan campuran aspal.
BAB IV
SIMPULAN