Anda di halaman 1dari 11

EVALUASI KINERJA PERALATAN SOLID CONTROL

DILIHAT DARI NILAI EFFISENSI SOLID CONTROL


PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”
PERTAMINA EP ASSET 3

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

Indra Wibawa
14010070

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2019
EVALUASI KINERJA PERALATAN SOLID CONTROL
DILIHAT DARI NILAI EFFISENSI SOLID CONTROL
PADA SUMUR “X” LAPANGAN “Y”
PERTAMINA EP ASSET 3

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

Indra Wibawa
14010070

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pengeboran merupakan bagian yang tidak asing lagi di dunia


perminyakan. Dalam kegiatan pengeboran, lumpur merupakan peranan penting
guna mendukung keberhasilan kegiatan pengeboran tersebut. Salah satu masalah
umum dihadapi adalah banyaknya serpihan serbuk bor (cutting) di dalam lumpur
hal ini disebabkan oleh peralatan solid control pada cirulation system yang tidak
berjalan dengan baik.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengontrolan terhadap lumpur yang
mengandung padatan yang dikenal dengan kegiatan solid control. Pengontrolan
padatan dilakukan dengan menggunakan peralatan pada mud condittioning area.
Adapun keuntungan yang dapat dihasilkan dari kegiatan ini yaitu menghemat biaya
operasional lumpur yang digunakan dan memperkecil problem dalam sumur yang
ditimbulkan oleh peningkatan kandungan solid didalam lumpur.

1.2. Tema Tugas Akhir

Tema yang akan diambil dalam tugas akhir ini adalah. “Evaluasi Kinerja
Peralatan Solid Control dilihat dari Nilai Effisiensi Solid Control.

1.3. Tujuan Tugas Akhir

Adapun tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan pelaksanaan tugas


akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui peralatan dan fungsi pada solid control


2. Mengetahui cara kerja dari masing – masing peralatan solid control
3. Mengevaluasi effisensi solid control
1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Perusahaan

1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa tugas akhir dalam


membantu menyelesaikan tugas-tugas untuk kebutuhan di unit-unit
kerja yang relevan.
2. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada spesialisasi
yang ada pada perusahaan tersebut.
3. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat
antara perusahaan tempat tugas akhir dengan jurusan teknik
perminyakan AKAMIGAS BALONGAN.

1.4.2. Bagi Program D3 Jurusan Teknik Perminyakan Akamigas Balongan

1. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa dengan


mempraktekkan didunia kerja.
2. Sebagai sarana untuk membina network dan kerjasama dengan
perusahaan di bidang perminyakan.

1.4.3. Bagi Mahasiswa

1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi dilingkungan kerja.


2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik perminyakan yang
diperoleh dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja yang
sebenarnya.
3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan
tempat mahasiswa tugas akhir
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Solid Control

Solid control merupakan dasar dari setiap sistem lumpur pemboran semakin
sedikit kadar solid pada lumpur maka semakin fungsional sistem tersebut. Selain
itu penggunaan peralataan solid control yang tepat sangat penting untuk dilakukan
untuk menjaga agar rheology lumpur pemboran tetap sama seperti yang diinginkan
selama pemboran berlangsung. Selain itu rheology lumpur pemboran sangat
berpengaruh terhadap drilling speed, efficiency, safety dan drilling cost. Pada
banyak kasus sistem solid control yang baik dapat mengurangi potensi terjadinya
pipa bor terjepit, loss circulation, menghemat biaya lumpur pemboran. Pentingnya
menjaga agar setiap komponen solid control berkerja dengan baik salah satu
langkah yang bisa dilakukan dengan mengunakan adalah mud distributor yang
berguna untuk mengatur aliran lumpur kembali ke dalam sumur

2.1.1 Peralataan Solid Control

Berikut adalah penjelasan secara ringkas mengenai komponen peralatan


solid control sebagai berikut:

1. Shale shaker
Shale shaker merupakan peralatan yang umumnya digunakan untuk
memisahkan material padatan dari hasil pemboran dengan ukuran 160
mikron, menggunakan mekanisme getaran dan komponen berupa
saringn. Shale shaker bisa digunakan pada seluruh jenis lumpur
pemboran. Pemiliahan penggunaan screen dikontrol oleh laju alir
sirkulasi lumpur, shaker design, well-bore properties, dan drilling
fluid properties, kebanyakan operasi pemboran biasanya melibatkan
perencanaan yang didasarkan pada pengalaman dan design teknis
untuk konstruksi sumur. Perencanaan konfigurasi peralatan
diharapkan bisa dilihat dari grafik guna menetukan ukuran shale
shaker yang dibutuhkan untuk seluruh sumur didunia. Namun
kenyataanya terlalu banyak variabel yang mempengaruh selama
pemboran berlangsung salah satu faktor yang ditimbulkan mengikat
nya kadar solid (plastic viscosity) lumpur bemboran. Penigkatan
plastic viscosity menyebabkan permasalahan seperti :
a. Mengurangi kapasitas laju alir pada screen mash
b. Tidak ada perubahan cut point pada setiap kombiasi mesh yang
digunakan

Gambar 2.1 Shale shaker (Merrill&Robinson, 2005)

2. Desander
Desander juga merupakan alat pemisah padatan dari lumpur
pemboran dengan ukuran (40-50) mikron dengan diameter dasar
desander 12”, (30-35) mikron dengan diameter bawah desander 8”
dengan menggunakan gaya sentrifugal dimana lumpur pemboran
masuk ke dalam kerucut desander pada sisi dekat puncak lalu lumpur
berputar menuruni bagian dalam kerucut yang menciptakan gaya
sentrifugal. Gaya sentrifugel ini memisahkan padatan yang lebih
berat dari lumpur dan padatan tersebut keluar dari dasar kerucut dan
lumpur diteruskan pada puncak kerucut ke rig tank untuk diproses
lebih lanjut.
Gambar 2.2 Desander/Desilter
(http://www.shaleshakerdc.com 2013)

3. Desilter
Desilter sama dengan desander seperti bentuk yang kerucut dan cara
pemisahaan padatan dengan lumpur juga menggunakan gaya
sentrifugal hanya saja yang membedakan desilter dengan desandar
adalah kemampuan pemisah ukuran padatan desilter lebih kecil lagi
ukuran yang dipisahkan dengan ukuran (10-20)mikron dengan
diameter dasar kerucut 4”.

4. Mud cleaner
Mud cleaner adalah kombinasi antara kerucut desilter/desander
dengan screen shaker. mud cleaner digunakan untuk
mengoptimalkan padatan basah yang dikeluarkan oleh
desander/desliter untuk disaring kembali dengan tujuan untuk
mendapatkan lumpur yang masih menempel pada padatan basah
tersebut yang bisa menghemat biaya.
Gambar 2.3 Mud Cleaner (http://gnsolidseurope.com 2013)

5. Centrifuge
Centrifuge digunakan untuk membagi fluida pemboran menjadi dua
jenis aliran fluida yaitu aliran high-density dan aliran low-density.
Umunya centrifuge pada unweighted mud memisahkan padatan yang
tidak diingingkan dari lumpur yang keluar dari underflow desander
dan desilter, sedangkan centrifuge pada weighted mud untuk
memproses lumpur yang diperberat pada active system dan
mengurangi kekentalan lumpur dengan membuang padatan yang
sangat halus sedangkan padatan yang besar seperti barite drill solid
yang seukuran barite kembali kelumpur. Terdapat dua tipe
centrifuge, yaitu :
- Decanting solid bowl centrifuge
- Perforated rotor centrifuge separator

Dan centrifuge dapat memisahkan partikel-partikel 5 mikron untuk


conical bowl centrifuge dan 2 mikron untuk contour bowl centrifuge.
Gambar 2.4 Centrifuge (Bouse E. 2005)

2.1.2 Menghitung Tolat Efficiency of Solid Control System

API merekomedasikan metode lapangan untuk mengevaluasi efisensi total drill


fluid processing system untuk sistem mud seperti halnya analisa performa suatu
sistem, prosedur ini bergantung pada kekuatan informasi dillution volume. Adapun
prosedur yang digunakan sebagai berikut :
1. Parameter yang digunakan adalah data retort dan data volume air yang
ditambah
2. Dari data retort, tentukan nilai average drilled solid concentration (ks) dan nilai
average water fraction (kw)
3. Hitung nilai volume of mud bulit (Vm)
𝑣
𝑣𝑚 = 𝑘𝑤 ................................................................................................... (1)
𝑤

Dimana :
- Vm : Volume of mud bulid, bbls
- Vw : Water add volume, bbls
- Kw : Average water fraction, fraction
4. Hitung nilai volume drilled solids (Vc)
𝑣𝑐 = 0,000971 × 𝐷 2 × 𝐿 × 𝑊 ............................................................... (2)
Dimana :
- Vc : Volume of drilled solid generatet, bbls
- D2 : Hole diameter, in
- L : Section lenght, ft
- W : Washout, fraction
5. Hitung nilai dilution volume required jika ada solid yang dibuang (Vd)
𝑣
𝑣𝑑 = 𝑘𝑐 .................................................................................................... (3)
𝑠

Dimana :
- Vd : Volume of addition/delution fluid required, bbls
- Vc : Volume of drilled solid generated, bbls
- Ks : Average water fraction, fraction

6. Hitung nilai dilution factor(DF)


𝑉𝑚
𝐷𝐹 = 𝑉𝑑
.................................................................................................. (4)

Dimana :
- DF : Dilution factor, fraction
- Vm : Volume of mud bulid, bbls
- Vd : Volume of addition/delution fluid required, bbls

7. Hitung nilai solid removel performance(SP)


𝑆𝑃 = (1 − 𝐷𝐹) × 100 ............................................................................ (5)
Dimana :
- SP : Total effisiency of solid system, fraction
- DF : Dilution factor, fraction

Anda mungkin juga menyukai