Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisa lumpur pemboran adalah salah satu bagian dari berbagai


analisa yang dilakukan dalam operasi pemboran putar. Suatu pengeboran,
sepertinya hal yang mudah yaitu membuat lubang sumur yang menembus
lapisan yang kaya akan minyak. Namun, itu tidak semudah yang kita
bayangkan sebab pengeboran suatu sumur minyak dilakukan melalui operasi
yang khusus dan rumit yang diperoleh setelah melakukan studi di bidangnya,
melakukan eksperimen-eksperimen, dan menerapkan dalam praktek di
lapangan.
Lumpur pemboran dapat didefinisikan sebagai semua jenis fluida
yang dipergunakan untuk membantu operasi pemboran dengan
membersihkan dasar lubang bor dan serpih bor (cutting) dan mengangkatnya
ke permukaan dengan demikian pemboran dapat dilaksanakan dengan
terkendali. Lumpur pemboran diperkenalkan pertama kali dalam pemboran
putar pada sekitar awal tahun 1900. Pada mulanya orang hanya
menggunakan air saja untuk mengangkat serpih pemboran (cutting). Lalu
dengan berkembangnya pemboran, lumpur mulai digunakan. Untuk
memperbaiki sifat-sifat lumpur digunakan zat-zat kimia ditambahkan dan
akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran walaupun lumpur
tetap bertahan. Fungsi dari lumpur pemboran sendiri yaitu diantaranya
mengangkat cutting ke permukaan, mendinginkan dan melumasi bit serta
drill string, membersihkan dasar lubang bor, melindungi dinding lubang
bor agar tidak runtuh, menjaga atau mengimbangi tekanan formasi,
melindungi drill string dari korosi, mencegah fluida formasi masuk ke dalam
lubang sumur dengan membentuk mud cake, sebagai media mencari
informasi atau logging.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 1


Secara umum lumpur pemboran dapat dipandang mempunyai
empat komponen atau fasa, yaitu fasa cair (air atau minyak) ini dapat berupa
minyak atau air. 75% lumpur pemboran menggunakan air. Reactive Solid,
yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid (clay). Padatan
ini bereaksi dengan sekelilingnya membentuk koloid. Dalam hal ini clay air
tawar seperti bentonite menghisap air tawar dan membentuk lumpur. Inert
Solids (zat padat yang tidak bereaksi). Ini dapat berupa barite (BaSO4) yang
digunakan untuk menaikkan densitas lumpur, ataupun galena atau bijih besi.
Inert Solid dapat pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa
lumpur seperti chert, pasir, atau clay-clay non swelling. Fasa kimia, zat
kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk mengontrol sifat-
sifat lumpur.
Banyak masalah yang terjadi dalam suatu pemboran yang berkaitan
dengan tidak sesuainya lumpur yang digunakan dengan kondisi pemboran.
Masalah-masalah seperti laju pemboran menjadi kurang karena hidrolika
pahat menjadi rendah, kehilangan lumpur bor, pengembangan shale yang
menyebabkan pipa bor terjepit dan lain-lain.
Sebenarnya salah satu parameter untuk menilai keberhasilan suatu
pemboran adalah dengan melihat laju pemboran (penetration rate), yaitu
kemajuan pemboran dengan waktu yang telah ditentukan. Hal ini dapat
dimaklumi karena apabila terjadi hambatan selama proses pemboran
berlangsung maka biaya yang dikeluarkan akan semakin besar. Oleh karena
itu, masalah-masalah yang biasa terjadi dapat dihindari dengan pemilihan
lumpur yang sesuai.
Fluida pemboran merupakan suatu campuran (liquid) dari beberapa
komponen yang terdiri dari air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay),
bahan-bahan kimia (chemical additives), gas, udara, busa maupun detergent.
Di lapangan fluida pemboran dikenal sebagai “lumpur” (mud).
Komposisi lumpur pemboran ditentukan oleh kondisi lubang bor
dan jenis formasi yang ditembus bit. Ada tiga hal penting dalam penentuan

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 2


komposisi lumpur pemboran, yaitu pertama pressure hidrostatik bila
pressure hidrostatik dari lumpur terlalu besar maka akan terjadi loss pada
formasi yang sedang dikerjakan, akan tetapi pressure hidrostatik yang
rendah akan menyebabkan terjadinya kick pada pemboran. Kedua viskositas
menyatakan kekentalan dari lumpur bor, dimana viskositas memegang
peranan dalam pengangkatan serbuk bor ke permukaan. Ketiga yield point
sangat penting diketahui untuk perhitungan hidrolika lumpur, dimana yield
point mempengaruhi hilangnya tekanan diwaktu lumpur sirkulasi.
Walaupun ilmu pembuatan lumpur pemboran cukup sulit untuk
dipelajari, tapi untuk sedikit banyak tahu tentang ilmu pembuatan lumpur
pemboran, merupakan sesuatu yang penting bagi kita. Karena lumpur
pemboran merupakan bagian penting dalam suatu pemboran. Oleh karena
itu, Akamigas Balongan sebagai kampus menghadirkan program studi
Teknik Perminyakan yang mana didalamnya terdapat Mata Kuliah Teknik
Pemboran sehingga menginginkan para mahasiswanya tahu lebih banyak
tentang cara pembuatan lumpur pemboran dengan mengadakan Praktikum
Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran sebagai salah satu agenda
yang wajib diikuti para mahasiswanya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Untuk memenuhi syarat lulus praktikum Pembuatan dan Pengujian


Lumpur Pemboran dan Mata Kuliah Teknik Pemboran I.
2. Melatih Mahasiswa untuk bekerja sama dengan tim dalam kegiatan
praktikum.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 3


1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui alat apa saja yang akan digunakan dalam


praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran.
2. Mengetahui fungsi alat-alat yang digunakan pada laboratorium.
3. Mengamati alat-alat Pembuatan dan Pengujian lumpur
pemboran.
4. Mempelajari penggunaan alat-alat dengan baik dan benar.
5. Mengetahui jumlah alat yang akan digunakan dalam praktikum
analisa lumpur pemboran.
6. Menentukan densitas lumpur dengan menggunakan mud
balance.
7. Mengetahui pengertian densitas lumpur pemboran.
8. Mengetahui pengaruh densitas lumpur pemboran pada saat
proses pemboran.
9. Mengetahui sand content yang ada pada lumpur pemboran.
10. Mengetahui pengertian viskositas dan gel strength.
11. Menentukan viskositas relatif lumpur pemboran dengan
menggunakan marsh funnel.
12. Menentukan viskositas nyata (apparent viscosity), plastic
viscosity, yield point dan gel strength lumpur pemboran dengan
menggunakan rheometer (Fann VG Meter).
13. Menentukan nilai gel strength lumpur pemboran.
14. Mempelajari pengaruh komposisi lumpur bor terhadap
filtration loss dan mud cake.
15. Mengenal dan memahami alat-alat dan prinsip kerja API filter
press.
16. Mengetahui apa itu filtration loss.
17. Mengetahui apa itu mud cake.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 4


18. Mengetahui hasil filtrat yang didapat dan ketebalan mud
cakenya.
19. Menentukan nilai pH dalam lumpur pemboran.
20. Mengetahui prinsip-prinsip dalam analisa kadar minyak dan
pH penerapannya di lapangan.
21. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan.
22. Mengetahui cara menggunakan semua alat yang digunakan
pada praktikum ini.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Untuk Institut Teknologi petroleum Balongan

1. Dapat digunakan sebagai sarana dalam mengembangkan


pengetahuan secara teori.
2. Dapat digunakan sebagai sarana dalam membuktikan teori yang
diajarkan di Akamigas Balongan.
3. Memperbaiki system praktikum dari tahun sebelumnya.
1.3.2 Manfaat Untuk Asisten Praktikum

1. Dapat membantu dosen dalam memproses penilaian akademik.

2. Dapat menjadikan praktikum sebagai tolak ukur tentang

pengetahuan mahasiswa mendapatkan ilmu dari segi materi.

3. Meningkatkan kinerja asisten praktikum dari yang sebelumnya.

1.3.3 Manfaat Untuk Praktikan

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan sidang yudisium.

2. Mendapatkan pelajaran nyata bukan hanya teori.

3. Mendapat pengalaman dalam menghargai setiap proses.

4. Dapat lebih bisa bekerja sama antar kelompok.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 5


1.4 Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan Praktikum Analisa Lumpur pemboran (ALP) ini yang


pertama dilakukannya Technical Meeting, Presentasi, Praktikum dan Praga.
Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran ini dilakukan oleh
Mahasiswa Teknik Perminyakan Akamigas Balongan Angkatan XI
Semester III yang dilaksanakan mulai tanggal 9 September 2023 sampai
dengan tanggal 16 September 2023 yang dilaksanakan di Laboratorium
Analisa Lumpur Pemboran. Technical meeting yang pertama dilaksanakan
pada tanggal 9 September 2023. Pretest dilaksanakan pada tanggal 14
September 2023 guna mengetahui kemampuan mahasiswa Institut
Teknologi Petroleum Balongan dalam menghadapi materi praktikum.
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 20 September 2023 di Laboratorium
Analisa Lumpur Pemboran dengan materi yaitu lumpur pemboran, rheology,
densitas, viskositas, mud cake dan mud filtrate. Dan Praga dilaksanakan
pada tanggal 21 September 2023 dan secara keseluruhan Praktikum
Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran berjalan dengan baik. Dengan
bantuan Asisten Laboratorium, literatur buku yang ada dan internet untuk
lebih memahami materi praktikum yang dilakukan.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 6


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Praktikum Pengukuran Densitas


Densitas lumpur adalah salah satu sifat dari lumpur yang sangat
penting karena peranannya yang langsung berhubungan dengan salah satu
fungsi lumpur yaitu sebagai penahan tekanan formasi. Densitas lumpur
pemboran atau berat lumpur didefinisikan sebagai perbandingan berat per
unit volum lumpur. Sifat ini berpengaruh terhadap pengontrolan tekanan sub
surface dari formasi, sehingga dalam operasi pemboran densitas lumpur
harus selalu dikontrol terhadap kondisi formasinya agar diperoleh
performance atau kelakuan lumpur yang sesuai dengan fungsi yang
diharapkan terhadap formasi yang dibor. Adanya densitas lumpur pemboran
yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost
circulation), sedangkan apabila terlalu kecil akan menyebabkan “kick”. Oleh
karena itu densitas lumpur bor harus disesuaikan dengan keadaan formasi
yang akan dibor.
Densitas fluida adalah berat fluida dibagi volumenya pada
temperatur dan tekanan tertentu. Satuan atau dimensi yang digunakan adalah
kg/l, gr/cc, dan lb/gal. Densitas lumpur adalah berat lumpur dibagi dengan
volume lumpur atau dapat dinyatakan dengan persamaan berikut
𝜌𝑚 . ............................................................................................
𝑆𝐺 = Persamaan 2.1
𝜌𝑎𝑖𝑟

Dimana: :
SG = Specific Gravity
ρm = Densitas Lumpur, ppg
ρair = Densitas air, ppg

Pengaturan densitas lumpur merupakan faktor penunjang


keberhasilan pemboran. Densitas lumpur yang relatif terlalu berat bagi

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 7


suatu formasi memungkinkan terjadinya lost circulation, sebaliknya
densitas lumpur yang relatif terlalu kecil akan menyebabkan terjadinya blow
out.
Cara untuk memperkecil densitas adalah dengan jalan pengurangan
kadar padatan lumpur di pemukaan. Penambahan densitas lumpur dilakukan
pada satu siklus sirkulasi viscositasnya harus kecil karena dengan
penambahan berat lumpur ini akan terjadi kenaikan viscositas. Densitas
lumpur dipengaruhi oleh temperatur, densitas akan turun jika temperaturnya
naik. Satuan densitas dapat pula dinyatakan dalam gradient tekanan dengan
satuan yang umum dipakai adalah pounds per gallon, pounds per cubic feet
lb/Cuft, psi per 100 feet depth psi/1000ft dan specific gravity (SG).
Densitas lumpur pemboran yang paling umum dinyatakan dalam
ppg. Pengukuran densitas lumpur dilakukan setiap ½ - 1 jam oleh mud
engineer. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
perubahan sifat-sifat lumpur dan karena adanya kehilangan cairan maupun
solid selama sirkulasi lumpur. Pengukuran densitas menggunakan alat yang
disebut mud balance.

Gambar 2.1 Mud Balance


(Sumber : Resume Analisa Lumpur Pemboran, 2020)

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 8


Densitas lumpur pemboran mempunyai pengaruh terhadap daya
apung (bouyant effect) partikel padatan. Semakin besar berat jenis lumpur,
semakin tinggi kemampuan pengangkatan cutting karena kecepatan slip
(tergelincir) partikel menjadi berkurang. Tekanan yang ditimbulkan oleh
formasi harus diimbangi oleh tekanan hidrostatik kolom lumpur dilubang
sumur. Tekanan hidrostatik lumpur didasar lubang akan mempengaruhi
kemampuan daripada formasi dibawahnya yang akan dibor. Semakin besar
tekanan hidrostatik lumpur maka lapisan akan semakin mampat dan hal ini
merupakan hambatan tambahan terhadap kemampatan pahat untuk
mengoreknya.
Tiga jenis denistas lumpur yang biasa digunakan dalam
perhitungan lumpur yaitu static, equivalent circulating dan annular. Static
atau densitas permukaan ditentukan pada kondisi permukaan dengan
peralatan mud balance. Sedangkan densitas equivalent circulating mengacu
pada berat kolom lumpur pada saat di sirkulasi. Densitas ini pada kedalaman
tertentu merupakan fungsi kehilangan tekanan di annular yang berkaitan
dengan faktor circulation rate dan kondisi lubang lumpur.
Lumpur di sirkulasikan harus mengalami proses pembersihan
terutama menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur
selama sirkulasi. Alat-alat ini biasanya disebut “Conditioning Equipment”,
yaitu : shale saker, degasser, desander dan desilter. Penggambaran sand
content dari lumpur pemboran adalah persen volume dari partikel-partikel
yang diameternya lebih besar dari 74 mikron. Shale shaker berfungsi untuk
membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau cutting yang berukuran
besar. Solid atau padatan yang memiliki jari-jari yang lebih besar dari jari-
jari screen akan tertinggal atau tersaring dan dibuang, sehingga jumlah solid
dalam lumpur bisa terminimalisasi. Jari-jari screen di set agar polimer
dalam lumpur tidak ikut terbuang. Kerusakan screen bisa diperbaiki dan
diganti.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 9


Gambar 2.2 Shale Shaker
(Sumber: AIPU,solide control )

Degassser berfungsi untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin


masuk ke lumpur pemboran. Peralatan ini sangat berfungsi pada saat
pemboran menembus zona permeable, yang ditandai dengan pemboran
menjadi lebih cepat, densitas lumpur berkurang dan volume lumpur
pada mud pit bertambah.

Gambar 2.3 Degasser


(Sumber:alibaba, indonesian.alibaba.com)

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 10


Desander berfungsi untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel
padatan yang berukuran kecil yang biasanya lolos dari shale shaker. Desilter
yang fungsinya sama dengan desander tetapi desilter dapat membersihkan
lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil. Penggunaan
desilter dan mud cleaner harus dioptimalkan oleh beberapa faktor seperti
berat lumpur, biaya fasa liquid, komposisi solid dalam lumpur, biaya fasa
liquid, biaya logistik yang berhubungan dengan bahan kimia dan lain-lain.
Selain itu penggunaan mud cleaner lebih praktis juga lebih murah.

2.2 Praktikum Pengukuran Viskositas dan Gel Strength

Viskositas di definisikan sebagai kemampuan lumpur untuk mengalir


dalam suatu media. Satuan viskositas adalah centipoise (cp). Peralatan yang
digunakan untuk menentukan viskositas adalah marsh funnel atau Fann VG
meter. Definisi lain dari viskositas yaitu tahanan lumpur pemboran untuk
mengalir saat dipompakan yakni perbandingan tegangan (shear stress)
dengan regangan (shear strain) yang diukur dengan marsh funnel atau
rational viscometer.
Viskositas merupakan sifat penting bagi lumpur karena berpengaruh
terhadap efisiensi kemampuan pengangkatan cutting. Viskositas adalah
tahanan fluida terhadap aliran atau gerakan yang disebabkan oleh adanya
gesekan antara partikel pada fluida yang mengalir, seperti pergeseran antara
partikel-partikel padatan itu sendiri, partikel padatan dengan molekul zat cair,
dan molekul-molekul zat cair.
Viskositas lumpur bertanda sebagai tahanan terhadap aliran lumpur
disaat melakukan sirkulasi, hal ini dapat terjadi karena adanya pergeseran
antara partikel-partikel dari lumpur bor tersebut. Temperatur berpengaruh
terhadap viskositas lumpur dasarnya, yaitu : minyak, air atau keduanya.
Disebabkan spasi ruang antar molekul kecil sedangkan kohesi molekul sangat
kuat, maka dengan adanya kenaikan temperatur, kohesi molekul

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 11


menurun sehingga menurunkan viskositas lumpur. Temperatur sangat
berpengaruh terhadap viskositas minyak dibandingkan dengan air yang
memiliki viskositas lebih rendah dari minyak. Besaran area kontak antara
partikel solid dengan fasa cair mempengaruhi plastic viscosity akibat friksi
mekanik. Plastik viscositas meningkat dengan naiknya daerah permukaan
yang dibasahi fasa cair. Total daerah yang dibasahi meningkat dengan
penurunan ukuran partikel, meningkatnya jumlah partikel solid per satuan
volum, dan perubahan bentuk partikel dari membulat menjadi flat.
Viscositas yang terlalu tinggi dan terlalu rendah dapat menyebabkan
gangguan pada proses pemboran. Jika viscositas terlalu tinggi maka lumpur
akan menjadi kental sehingga laju pemboran rendah dan kerja pompa terlalu
berat sehingga dapat menyebabkan kerusakan formasi. Dan jika lumpur
dengan viscositas yang terlau kecil lumpur akan terlalu encer sehingga cutting
tidak dapat terangkat dan akan cenderung mengendap pada dasar lubang
sumur, sehingga dapat menghambat proses pemboran.
Plastic viscosity digambarkan sebagai bagian dari resistensi untuk
mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik. Sedangkan yield point adalah
bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik menarik antar partikel.
Gaya tarik menarik ini disebabkan oleh muatan-muatan pada permukaan
partikel yang terdispersi dalam fasa fluida. Untuk tujuan lapangan, yield
point digunakan sebagai indikator gaya tarik antar padatan, atau jika tidak
ada gaya tarik, sebagai indikator penyimpangan lumpur dari perilaku
newtonian. Dalam praktek lapangan, yield point lebih sering digunakan
sebagai indikator kekentalan lumpur dibanding dengan plastic viscosity.
Pada lumpur tanpa pemberat yield point dijaga pada level yang cukup untuk
pembersihan dasar lubang. Pada lumpur yang diperberat yield point
diperlukan untuk menahan barite.
Gel strength merupakan gaya tarik menarik anntara partikel-
partikel lumpur pemboran. Gel strength disebut juga dengan daya agar atau
daya luput. Gel strength merupakan sifat dari lumpur yang berperan

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 12


menahan cutting dan material pemberat lumpur pemboran tidak turun di
waktu lumpur tidak bersirkulasi.
Viskositas berbanding lurus dengan densitas. Apabila viskositas
tinggi densitas juga tinggi, begitu pula sebaliknya, apabila densitas dari
lumpur pemboran kita terlalu tinggi maka dapat menyebabkan loss
circulation atau hilangnya lumpur pemboran kedalam formasi. Sehingga
kita harus membuat baru lagi. Cara untuk menanganinya yaitu dengan
menambahkan bentonite lagi atau menambahkan dengan lumpur yang
memiliki densitas rendah. Apabila densitas lumpur telalu rendah maka dapat
menyebabkan terjadinya kick atau masuknya fluida kedalam formasi.

2.3 Praktikum Pengukuran Filtration Loss dan Mud Cake

Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dan batuan porous,


batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida
dan partikel-partikel kecil melewatinya. Fluida yang hilang kedalam batuan
disebut “filtrat”. Sedangkan lapisan partikel-partikel besar bertahan
dipermukaan disebut “filter cake”. Proses filtrasi diatas hanya terjadi apabila
terdapat perbedaan tekanan positif kearah batuan. Pada dasranya ada 2 jenis
filtration yang terjadi selama pemboran yaitu static filtration dan dynamic
filtration. Static filtration terjadi jika lumpur pemboran dalam keadaan diam,
dan dynamic filtration terjadi ketika lumpur pemboran dalam keadaan di
sirkulasikan.
Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak dikontrol,
maka ia akan menimbulkan berbagai masalah, baik selama operasi pemboran
maupun dalam evaluasi formasi dan tahap produksi. Mud cake yang tipis akan
menjadi bantalan yang baik antara pipa dan permukaan lubang pemboran.
Mud cake yang tebal akan terjadi penyempitan lubang pemboran sehingga
sulit diangkat dan diputar, sedangkan filtratnya akan menyusup ke formasi
dan akan menyebabkan damage pada formasi.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 13


Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah 2 kejadian dalam
pemboran yang berhubungan erat, baik waktu kejadiannya maupun sebab dan
akibatnya. Kemampuan ini akan meningkat jika fraksi koloid dari lumpur
bertambah, misalnya dengan menambahkan bentonite atau zat kimia yang
dapat meningkatkan pendispersian padatan. Dapat pula dengan
menambahkan zat–zat polimer sehingga viskositas dari filtrat (air tapisan)
meningkat, dengan demikian mobilitas filtrat didalam filter cake dan formasi
akan berkurang.
Mud cake yang baik sebaiknya tipis agar tidak memperkecil lubang
bor dan mengurangi kemungkinan terjepitnya pipa bor, serta pada filtrat yang
masuk kedalam formasi tidak terlalu berlebihan. Selain itu mud cake harus
bersifat impermeable supaya invasi mud filtrat tidak berlangsung terus, untuk
itu mud cake juga harus cepat terbentuk dan harus tahan terhadap elektrolit.
Apabila sifat-sifat mud cake kurang baik (misalnya masih permeable), maka
filtrat akan menginvasi kedalam formasi akan semakin banyak.
Untuk menanggulangi mud cake yang terlalu tebal dan filtrat yang
terlalu banyak yaitu dengan menggunakan filtration loss control agent yaitu
bahan-bahan untuk mengurangi filtration loss yang menipiskan mud cake
seperti : pregelatinized, starch, sodium carboxy methyl cellulose, dll.
Peralatan untuk mendiagnosis filtration loss dan mud cake adalah HPHT
(High Pressure High Temperature).
Zat-zat untuk mengontrol laju tapisan atau filtrat yaitu :
• Bentonite
• Polymer
• Guar Gum
Pembentukan mud cake pada dinding lubang bor adalah fungsi utama
pemboran pada lapisan permeable pertama akan membentuk filtration cake or
mud cake tetapi pembentukan mud cake ini sangat membantu mengurangi
masuknya air filtrat secara berlebihan ke dalam formasi terutama dalam
formasi yang produktif, bila tidak dicegah dapat

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 14


menimbulkan masalah. Misalkan water blocking sehingga minyak tidak dapat
diproduksikan.
Proses terjadinya mud cake pada saat operasi pemboran
berlangsung yaitu pada proses sirkulasi lumpur menembus lapisan sekitar
zona formasi produktif yang banyak sekali terdapat batuan berporous, maka
lumpur pemboran tersebut akan menghasilkan padatan-padatan. Padatan
tersebut terbentuk juga karena adanya tekanan hidrostatik lumpur pemboran
dan tekanan dari reservoir, padatan-padatan tersebut akan menempel di
dinding formasi yang dikenal dengan mud cake. Ketebalan mud cake yang
diperbolehkan dalam operasi pemboran yaitu tidak boleh lebih dan kurang
diantara 1-2 mm. Dimana apabila mud cake terlalu tebal dapat
mengakibatkan problem di dalam operasi pemboran seperti terjepitnya pipa
pemboran. Jadinya pipa tidak bisa diangkat, diturunkan maupun diputar.
Filtration loss pun memiliki fungsi untuk membantu proses
cementing. Dimana apabila filtration loss tinggi maka akan mempercepat
proses thickening time. Thickening time itu sendiri ialah lamanya waktu
semen yang masih dalam keadaan bisa dipompakan, bubur semen atau slurry
harus tetap dalam keadaan fluida dalam waktu yang cukup sehingga semen
bisa ditempatkan pada interval kedalaman yang diinginkan. Pembentukan
mud cake dan filtration loss adalah dua kejadian dalam operasi pemboran
yang berhubungan erat dengan baik, baik waktu, kejadian-kejadiannya
maupun sebab dan akibatnya.
Proses terjadinya mud cake pada saat operasi pemboran berlangsung
yaitu pada proses sirkulasi lumpur menembus lapisan sekitar zona formasi
produktif yang banyak sekali terdapat batuan berporous, maka lumpur
pemboran tersebut akan menghasilkan padatan-padatan.
Filtration loss pun memiliki fungsi untuk membantu proses
cementing. Dimana apabila filtration loss tinggi maka akan mempercepat
proses thickening time. Thickening time itu sendiri ialah lamanya waktu
semen yang masih dalam keadaan bisa dipompakan, bubur semen atau

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 15


slurry harus tetap dalam keadaan fluida dalam waktu yang cukup sehingga
semen bisa ditempatkan pada interval kedalaman yang diinginkan.
Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah dua kejadian dalam
operasi pemboran yang berhubungan erat dengan baik, baik waktu, kejadian-
kejadiannya maupun sebab dan akibatnya.
Kerusakan formasi terjadi pada formasi produktif, terutama formasi
batu pasir yang didalamnya mengandung shale yang tersebar secara
struktural, dan dispersi akibat invasi filtrat lumpur. Formation damage
disebabkan oleh menggembangnya shale yang akan mengurangi volume
pori-pori batuan dan formation damage dapat juga disebabkan oleh migrasi
solid fine yang akan menutupi pore throat. Formation damage akan
menghambat laju aliran fluida produksi dari formasi ke lubang formasi atau
pemboran (skin effect).

2.4 Praktikum Pengukuran Kadar pH pada Lumpur Pemboran

pH adalah suatu ukuran yang menyatakan derajat keasaman dari


suatu cairan, pH dari lumpur perlu diketahui karena semua tahu bahwa kita
tidak menghendaki lumpur yang bersifat asam (korosif). Secara harfiah pH
merupakan salah satu pangkat ion dari hidrogen yang diambil dari kata
singkatan Power of Hydrogen. Kata ini diusulkan oleh Sorensen (1868 -
1939) demi menghindari penggunaan angka yang sangat kecil. Adapun
secara istilah pH adalah derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan,
menyatakan logaritma konsentrasi negatif ion H dengan bilangan pokok 10.
Larutan netral mempunyai pH tujuh, asam lebih kecil dari tujuh, basa lebih
besar dari tujuh. Di perairan yang tidak tercemar pH dikontrol oleh ion CO2,
carbonate dan bicarbonate. Menurut definisi asli Sorensen, pH
didefinisikan sebagai minus logaritma konsentrasi ion hidrogen. Definisi ini
telah lama ditinggalkan dan diganti dengan definisi pH. Mengukur
konsentrasi ion hidrogen bisa dilakukan secara langsung apabila elektrode
yang digunakan dikalibrasi sesuai dengan konsentrasi ion hidrogen. Salah

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 16


satu caranya adalah dengan mentitrasi larutan asam kuat yang
konsentrasinya diketahui dengan larutan alkali kuat yang konsentrasi
elektrolit latarnya relatif tinggi.
Jika konsentrasi asam dan alkali diketahui, maka akan mudah
menghitung ion hidrogen dan dikorelasikan dengan kosentrasi ion. Kalibrasi
ini biasanya dilakukan menggunakan plot Gran. Kalibrasi ini akan
menghasilkan nilai potensial elektrode standar, E0, dan faktor gradien, f,
sehingga persamaan Nerstnya berbentuk:

pH=-log (H+)......................................................................... Persamaan 2.2

Dengan analogi yang sama menentukan nilai konsentrasi OH- dalam larutan
dapat digunakan rumus nilai POH sebagaimana berikut:

pOH = -log (OH-).................................................................. Persamaan 2.3

Untuk mengetahui nilai pH suatu larutan dapat dilakukan dengan


menggunakan pH meter atau indikator asam-basa. pH meter merupakan alat
pengukur dalam bentuk rangkaian elektronik yang dilengkapi dengan
elektrode kaca. Bila elektrode ini dimasukkan dalam larutan akan muncul
beda potensial yang diakibatkan oleh adanya ion H+ di dalam larutan.
Besaran beda potensial ini ditunjukkan dengan angka yang menyatakan pH
larutan tersebut. Alat tersebut digunakan berdasarkan perbedaan relatif
konsentrasi ion H+. Oleh karenanya, setiap kali melakukan pengukuran pH
meter harus dikalibrasi dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui
pH-nya secara pasti. Untuk menggunakan alat ini cukup dengan
mencelupkan elektrodenya ke dalam larutan air yang diukur secara otomatis
oleh jarum penunjuk atau angka digital yang mana hasil akhirnya akan
menunjukkan pada nilai pH larutan yang diukur.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 17


Tabel 2.1
Hubungan Warna, Nilai pH dan Sifat Senyawa
Warna Nilai pH Sigat Asam-Basa
Merah 1-3 Asam Kuat
Oranye 4-5 Asam Lemah
Kuning 6 Asam Sangat Lemah
Hijau 7 Netral
Biru 8 Basa Sangat Lemah
Ungu 9-10 Basa Lemah
Violet 11-14 Basa Kuat

Nilai pH suatu garam bergantung pada nilai pH suatu asam dan basa
pembentuknya, garam netral diperoleh dari hasil reaksi antara asam kuat
dengan basa kuat atau asam lemah dengan basa lemah. Alat yang digunakan
untuk mengukur pH larutan adalah pH meter. Alat ini mengukur
konsentrasi ion H+ di dalam larutan sehingga nilai pH dapat ditentukan
secara tepat.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 18


BAB III
METODOLOGI

3.1. Metode Literatur

Melalui data-data yang diberikan pada saat melaksanakan


praktikum, resume mengenai penjelasan peralatan dan bahan yang
diperlukan yang diperoleh dari buku-buku sebagai bahan tambahan dalam
penyusunan laporan yang berkaitan dengan tema yang di ambil.

3.2. Metode Wawancara


Metode wawancara ini dilakukan melalui konsultasi langsung dan
tanya jawab dengan asisten praktikum laboratorium pada saat dan diluar
praktikum, wawancara ini bisa juga dengan sesama praktikan maupun
dengan operator-operator yang bersangkutan.

3.3. Metode Observasi


Metode observasi ini dilakukan pada saat praktek dilakukan
langsung dilaboratorium dengan mengikuti praktikum yang dilakukan dan
dimana data yang yang diperoleh dari penelitian secara langsung tentang
metode analisis sifat fisik dan analisis lumpur pemboran. Berdasarkan
penelitian itu lah penulis mendapatkan data-data yang akan menjadi sumber
data dalam pembuatan laporan analisa lumpur pemboran.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 19


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Percobaan Pengukuran Densitas


4.1.1 Alat dan Bahan
4.1.1.1 Alat
Tabel 4.1
Gambar Alat Pengukuran Densitas
No Gambar Alat Nama Alat

1. Mud Balance

Gambar 4.1

2.
Tissue

Gambar 4.2

4.1.1.2 Bahan
Tabel 4.2
Gambar Bahan Pengukuran Densitas

No Gambar Bahan Gambar Bahan

1.
Aquadest

Gambar 4.3

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 20


2.
Sample Lumpur

Gambar 4.4

4.1.2 Prosedur Percobaan


1. Ambil alat dan bahan yang diperlukan;
2. Buka kotak mud balance dan keluarin alatnya;
3. Masukan air atau aquadest ke cup mud balance lalu tutup
oleh penutup cup;
4. Bersihkan dan keringkan cup mud balance dari air yang
tertinggal di cupnya;
5. Simpan di neraca mud balance.
6. Geser skala pada hitungan pegangan mud balance;
7. Kalibrasi dengan air;
8. Jika sudah sesuai maka masukan lumpur pemboran dan
hitung berapa densitas lumpur yang diperoleh.
4.1.3 Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan dan sesuai prosedur
percobaan ditas kita dapat disimpulkan bahwa:

Tabel 4.3
Hasil Pengamatan Pengukuran Densistas
Densitas Lumpur Satuan
10,58 ppg

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 21


4.1.4 Pembahasan
4.1.4.1 Analisa Data
Pada percobaan densitas memiliki tujuan
untuk mengetahui pengertian densitas, mengetahui
persamaan densitas, mengetahui harga densitas
lumpur mengetahui pengaruh densitas terhadap
lumpur pemboran, dan mengetahui alat dan bahan
pada pengukuran densitas.
Dasar teori dari percobaan ini yaitu, Densitas
lumpur adalah salah satu sifat dari lumpur yang sangat
penting karena peranannya yang langsung
berhubungan dengan salah satu fungsi lumpur yaitu
sebagai penahan tekanan formasi. Densitas lumpur
pemboran atau berat lumpur didefinisikan sebagai
perbandingan berat per unit volum lumpur. Biasanya
dinyatakan dalam ppg (pound per gallon). Berat jenis
lumpur harus dikontrol agar dapat memberikan
tekanan hidrostatik yang cukup untuk mencegah
masuknya cairan formasi masuk kedalam lubang bor.
Tetapi tekanan tersebut tidak boleh terlalu besar
karena akan menyebabkan formasi pecah dan lumpur
akan hilang masuk ke formasi. Pengukuran densitas
menggunakan alat bernama mud balance. Bahan-
bahan untuk menambahkan densitas yaitu barite,
galena, biji besi, & limestone.
Alat yang digunakan pada percobaan ini
yaitu mud balance dan tissue. Bahan yang digunakan
yaitu aquadest dan sampel lumpur.
Prosedur percobaan yang dilakukan yaitu
pertama ambil alat dan bahan yang diperlukan, buka

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 22


kotak mud balance dan keluarin alatnya, masukan air
atau aquadest ke cup mud balance lalu tutup oleh
penutup cup, bersihkan dan keringkan cup mud
balance dari air yang tertinggal di cupnya, simpan di
neraca mud balance, geser skala pada hitungan
pegangan mud balance, kalibrasi dengan air. Jika
sudah sesuai maka masukan lumpur pemboran dan
hitung berapa densitas lumpur yang diperoleh,
terakhir membersihkan dan merapikan kembali alat
dan bahan yang telah digunakan.
Hasil pengamatan didapat skala yang terbaca
yaitu 10,58 ppg sebagai berat jenis lumpur.

4.2 Percobaan Pengukuran Viskositas dan Gel Strength

4.2.1 Alat dan Bahan


4.2.1.1 Alat
Tabel 4.4
Gambar Alat Pengukuran Viskositas dan Gel Strength
No Gambar Alat Nama Alat

Cup Marsh Funnel


1.

Gambar 4.5

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 23


2. Marsh Funnel

Gambar 4.6

Rheometer
4.

Gambar 4.7

Stopwatch

5.

Gambar 4.8

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 24


4.2.1.2 Bahan
Tabel 4.5
Gambar Bahan Pengukuran Viskositas dan Gel Strength

No Gambar Bahan Nama Bahan

Sampel Lumpur

1.

Gambar 4.9

4.2.2 Prosedur Percobaan


1. Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu;
2. Pertama siapkan alat untuk viskositas;
3. Ambil cup marsh funnel dan marsh funnel;
4. Siapkan sampel lumpur;
5. Masukan sampel lumpur ke marsh funnel dengan bagian
bawah alatnya itu di tutup pakai telunjuk tangan agar tidak
keluar lumpurnya;
6. Ketika sudah penuh siapkan stopwatch dan hitung waktu
berbarengan dengan dibukanya ujung marsh funnel tersebut;
7. Melepaskan jari dari ujung lubang bersamaan dengan
mulainya stopwatch, lumpur harus masuk ke cup marsh
funnel hingga batas cup marsh funnel 900 mL;
8. Menghentikan stopwatch saat lumpur di marsh funnel
habis;
9. Mencatat waktu yang ditunjukan stopwatch;

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 25


10. Membersikan dan merapikan alat dan bahan yang telah
digunakan;
11. Kedua siapkan alat untuk mengukur gel strength;
12. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan;
13. Menuangkan sampel lumpur ke dalam cup rheometer
sampai menyentuh garis batas;
14. Memasukan cup rheometer ke alat rheometer sampai garis
batas;
15. Mengatur alat rheometer kedalam mode high 600 RPM;
16. Melihat skala yang ditunjuk rheometer;
17. Menyalakan Rheometer pada 300 RPM dengan posisi knop
di mode low.
18. Melihat skala yang ditunjukan Rheometer.
19. Menyalakan rheometer pada 200 RPM dengan posisi knop
di mode high;
20. Melihat skala yang ditunjukan Rheometer;
21. Menyalakan rheometer pada 100 RPM dengan posisi knop
di mode low;
22. Melihat skala yang ditunjukan rheometer;
23. Menyalakan rheometer pada 6 RPM dengan posisi knop di
mode high;
24. Melihat skala yang ditunjukan rheometer;
25. Menyalakan rheometer pada 3 RPM dengan posisi knop di
mode low;
26. Melihat skala yang ditunjukan rheometer;
27. Mencatat hasil yang didapat dari pembacaan skala
rheometer;
28. Menyalakan rheometer pada 600 RPM dengan posisi knop
di mode high dan matikan rheometer tunggu selama 10
detik, kemudian angkat knop ke posisi 3 RPM mode low;
29. Melihat simpangan terjauh yang dibaca rheometer

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 26


30. Menyalakan rheometer pada 600 RPM dengan posisi knop
dimode high, kemudian matikan rheometer dan naikan knop
ke posisi 3 RPM kecepatan low tunggu selama 10 menit;
31. Melihat simpangan terjauh yang didapat dari skala
rheometer;
32. Mencatat hasil yang didapat dari skala rheometer;
33. Membersihkan dan merapikan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan.

4.2.3 Hasil Pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan dan sesuai prosedur
percobaan ditas kita dapat disimpulkan bahwa:
Tabel 4.6
Hasil Pengamatan Praktikum Viskositas Pada Lumpur
Pemboran
Konversi Dari Menit ke
Hasil Pengamatan
detik
9.14 Menit 554 detik

Tabel 4.7
Hasil Pengamatan Apparent Viscosity Pada Lumpur
Pemboran

Rheometer

RPM Hasil Pengamatan

600 104

300 64

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 27


200 49

100 34

6 8

3 6

Tabel 4.8
Hasil Pengamatan Gel Strength Pada Lumpur Pemboran

Rheometer
Rheology

RPM Hasil Pengamatan

AV 52

PV 40
3 Low

YP 24
GL 10
menit

10
600 high

GL 10
detik

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 28


4.2.3.1 Pengolahan Data
a. Mencari Viskositas
𝑇𝑖𝑚𝑒
𝑉𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠
554
=
10,58
= 52,36 𝑐𝑃
b. Mencari AV (Apparent Viscosity)
𝑅600
𝐴𝑉 =
2
104
=
2
= 52 cP
c. Mencari PV (Plastic Viscosity)
PV =R600 – R300
= 104 – 64
= 40 cP
d. Mencari YP (Yield Point)
YP =R300 – PV
= 64 – 40
= 24 cP
4.2.4 Pembahasan
4.2.4.1 Analisa Data

Pada percobaan viskositas ini memiliki


tujuan untuk mengetahui pengertian dari viskositas,
mengetahui persamaan viskositas, mengetahui alat
dan bahan yang digunakan untuk mengukur
viskositas, dan mengetahui pengaruh viskositas
terhadap lumpur pemboran.
Pada percobaan rheologi tujuannya yaitu
mengetahui pengertian rheologi, mengetahui sifat
sifat rheologi lumpur, mengetahui parameter

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 29


rheologi, dan mengetahui peralatan yang digunakan
untuk mengukur rheologi lumpur.
Viskositas dan gel strength merupakan
bagian penting dalam sifat-sifat rheology lumpur
pemboran, yaitu viskositas sebagai keefektifan
pengangkatan cutting dan gel strength digunakan
pada saat dilakukan round trip, viskositas dan gel
strength merupakan sebagai indikator bagus atau
tidaknya suatu lumpura pemboran. Viskositas itu
merupakan keengganan fluida untuk mengalir,
berfungsi untuk mengangkat cutting.
Rheology berasal dari bahasa Yunani, rheo
(aliran) dan logy (ilmu). Rheology dapat
didefinisikan sebagai ilmu mengenai perubahan dan
aliran dari benda padat, cair, dan gas. Bisa diartikan
juga sebagai ilmu yang mempelajari perubahan
bentuk dan aliran fluida serta bagaimana respon
fluida tersebut terhadap tekanan/tegangan. Sifat
rheologi lumpur ada apparent viscosity, plastic
viscosity, yield point, dan gel strength.
Viskositas adalah suatu sifat fisik cairan
yang menyatakan ukuran kekentalan cairan, yang
menyatakan besar kecilnya gesekan dalam cairan.
Makin besar viskositas maka fluida tersebut makin
sulit bergerak dan juga benda sulit bergerak
didalamnya. Pada lumpur pemboran, viskositas
merupakan suatu tahanan terhadap aliran yang
memegang peranan dalam pengangkatan serbuk bor
ke permukaan. Semakin kental lumpur pemboran
pengankatan cutting semakin baik. Apabila lumpur
tidak cukup kental maka

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 30


pengangkatan cutting kurang sempurna. Satuan
viskositas adalah cP (centipoice). Lumpur
merupakan fluida non-Newtonian karena memiliki
viskositas yang tidak konstan, tergantung pada
besarnya gesekan yang terjadi.
Alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah cup mud funnel, marsh funnel, rheometer dan
stopwatch. Untuk bahan yang digunakan adalah
sampel lumpur pemboran.
Prosedur percobaan yaitu pertama
menyiapkan alat dan bahan yang digunakan, untuk
menghitung viscositas siapkan cup marsh funnel,
dan marsh funnel. Masukan sampel lumpur ke
marsh funnel dengan bagian bawah alatnya itu di
tutup pakai telunjuk tangan agar tidak keluar
lumpurnya. Ketika sudah penuh siapkan stopwatch
dan hitung waktu berbarengan dengan dibukanya
ujung marsh funnel tersebut. Melepaskan jari dari
ujung lubang bersamaan dengan mulainya
stopwatch, dan catat waktunya. Sedangkan dalam
rheometer untuk mengukur gel strength, yield point
dan plastic viscosity, yaitu siapkan rheometer,
lumpur pemboran dan catat hasil datanya dengan
mengikuti prosedur yang diatas.
Hasil pengamatan didapatkan pada
percobaan Viscositas waktu 9,14 menit dikonversi
menjadi 554 detik, didapatlah hasil viskositas 52 cP.
Hasil pengamatan pengukuran gel strength,
yaitu didapat pengukuran apparent viscosity, yaitu
600 RPM=104, 300 RPM = 64, 200

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 31


RPM = 49, 100 RPM = 34 RPM =, 6 RPM = 8, dan
3 RPM = 6. Hasil pengukuran dan pengamatan gel
strength pada kecepatan 3 low RPM didapat AV=
52 cP, PV= 40 cP, YP= 24 cP, dan gel strength di 10
menit adalah 10. Pada kecepatan 600 RPM gel
strength 10 detik didapat nilai 7.
Pengolahan data dalam mencari AV
(apparent viscosity) yaitu dengan membagi
kecepatan 600 RPM dengan 2 dimana 104 dibagi 2
menjadi 52 cP. Untuk mencari PV (plastic viscosity)
dengan mengurangi RPM 600 dengan RPM 300
dimana 104 dikurangi 64 didapat 40 cP. Untuk
mecari YP (yield point) dengan mengurangi RPM
300 dengan hasil PV dimana 64 dikurangi 40
didapat 24 cP.

4.3 Percobaan Pengukuran Filtration Loss dan Mud Cake


4.3.1 Alat dan Bahan
4.3.1.1 Alat
Tabel 4.9
Gambar Alat Pengukuran Filtration Loss dan Mud Cake
No Gambar Alat Nama Alat

1. API Filter Press

Gambar 4.10

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 32


2.
Gelas Ukur

Gambar 4.11

3. Kertas Filter

Gambar 4.12

4. Jangka Sorong

Gambar 4.13

5.
Stopwatch

Gambar 4.14

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 33


4.1.1.1 Bahan
Tabel 4.10
Gambar Bahan Pengukuran Filtration Loss dan
Mud Cake

No Gambar Bahan Nama Bahan

1. Sampel Lumpur

Gambar 4.15

4.1.2 Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan;


2. Memasang kertas filter kedalam silinder;
3. Meletakkan karet silinder diatas kertas filter;
4. Meletakan gelas ukur dibawah silinder untuk menampung
fluida filtrat;
5. Memasukkan lumpur kedalam silinder dan tutup
menggunakan penutup silinder;
6. Memasang gas bertekanan ke bagian tutup silinder;
7. Mengalirkan gas/udara dengan tekanan 100 psi;
8. Memutar ujung API Filter Press agar lumpur menjadi padat;
9. Menghitung waktu dengan menggunakan stopwatch;
10. Mencatat volume filtrat pada waktu menit 10 dan menit ke
30;
11. Mengukur pH filtrat lalu catat;
12. Menghentikan penekanan udara dan membuang udara
dengan dengan menutup choke tutup silinder;
13. Membuang lumpur dari silinder dan ambil kertas filter;
14. Menentukan tebal mud cake dengan jangka sorong setelah

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 34


dibersihkan dengan air mengalir;
15. Merapikan dan membersihkan alat dan bahan yang telah
digunakan.

4.1.3 Hasil Pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan dan sesuai prosedur
percobaan di atas kita dapat disimpulkan bahwa:
Tabel 4.11
Hasil Pengamatan Pengukuran Mud Cake

Hasil Filtrat PH
Hasil Mud Cake
Filtrat
(mL)
10 Menit 2,8 mL
20 Menit 4,4 mL 0,0247 inch 11
30 Menit 5,2 mL

4.1.1 Pembahasan
4.1.1.1 Analisa Data
Pada percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui pengertian mud cake dan mud filtrat,
mengetahui pengaruh mud cake dan mud filtrat
terhadap lumpur pemboran, mengetahui penyebab
mud cake dan mud filtrat mengetahui zat-zat apa
saja yang mengurangi mud cake.
Dasar teori percobaan ini yaitu mud filtrat
merupakan kehilangan sebagian fasa cair lumpur
pemboran karena masuk kedalam formasi yang
permeabel sedangkan fasa padat akan tersaring di
muka lapisan batuan dan membentuk lapisan yang
disebut mud cake. Ketebalan mud cake yang
diharapkan yaitu 0,1 mm-0,2 mm.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 35


Prosedur percobaannya yaitu pertama
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
memasang kertas filter kedalan silinder, meletakkan
karet silinder diatas kertas filter, meletakkan gelas
ukur di bawah silinder untuk menampung fluida
filtrat, memasukkan lumpur kedalam silinder dan
tutup menggunakan tutup silinder, memasang gas
bertekanan ke bagian tutup silinder, mengalirkan
gas/udara dengan tekanan
100 psi, memutas ujung API filter press agar lumpur
menjadi padat, menghitung waktu menggunakan
stopwatch, mencatat volume filtrat pada menit ke
10, menit ke 20, dan menit ke 30, mengukur pH
filtrat lalu catat, menghentikan penekanan udara
dengan menutup choke pada tutup silinder,
membuat lumpur dari silinder dan ambil kertas
filtrer, menentukan tebal mud cake pada kertas filter
dengan jangka sorong setelah dibersihkan dengan
air, merapikan alat dan bahan yang telah digunakan.
Hasil pengamatan didapat filtrat 2,8 mL di
menit ke 10, 4,4 mL di menit ke 20, dan 5,2 mL di
menit ke 30. Dengan mud cake sebesar 0,05 mm.
Fluida filtrat memiliki pH 11 yang berarti basa.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 36


4.2 Percobaan Pengukuran Kadar pH pada Lumpur Pemboran
4.2.1 Alat dan Bahan
4.2.1.1 Alat
Tabel 4.12

Gambar Alat Pengukuran pH pada Lumpur Pemboran

No. Gambar Alat Nama Alat

pH Indikator
1.

Gambar 4.16

Gelas Ukur
2.

Gambar 4.17

4.2.1.2 Bahan
Tabel 4.13
Gambar Bahan Pengukuran pH pada Lumpur Pemboran
No Gambar Bahan Nama Bahan

1.
Cairan Filtrat

Gambar 4.18

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 37


4.2.2 Prosedur Percobaan
1. Siapkan alat dan bahan;
2. Masukan pH indikator ke cairan filtrat;
3. Amati perubahan warna pada indikator pH;
4. Masukan data hasil dari perubahan indikator pH ke
hasil pengamatan.
4.2.3 Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan dan sesuai prosedur
percobaan ditas kita dapat disimpulkan bahwa:
Tabel 4.14
Hasil Pengamatan Pengukuran Filtration Loss
Hasil Filtrat
pH Filtrat
(mL)
10 Menit 2,8 mL
20 Menit 4,4 mL 11
30 Menit 5,2 mL

4.2.4 Pembahasan
4.2.4.1 Analisa Data
Pada percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui pengertian mud filtrat, mengetahui mud
filtrat terhadap lumpur pemboran, mengetahui
penyebab mud filtrat, mengetahui pH pada mud
filtrat.
pH adalah suatu ukuran yang menyatakan
derajat keasaman dari suatu cairan, pH dari lumpur
perlu diketahui karena semua tahu bahwa kita tidak
menghendaki lumpur yang bersifat asam (korosif).

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 38


Secara harfiah, pH merupakan salah satu pangkat
ion dari hidrogen yang diambil dari kata singkatan
power of hydrogen.
Untuk mengetahui nilai pH suatu larutan
dapat dilakukan dengan menggunakan pH meter
atau indikator asam-basa. pH meter merupakan alat
pengukur dalam bentuk rangkaian elektronik.
Nilai pH suatu garam bergantung pada
nilai pH suatu asam dan basa pembentuknya, Garam
netral diperoleh dari hasil reaksi antara asam kuat
dengan basa kuat atau asam lemah dengan basa
lemah. Alat yang digunakan untuk mengukur pH
larutan adalah pH meter. Alat ini mengukur
konsentrasi ion H+ di dalam larutan sehingga nilai
pH dapat ditentukan secara tepat.
Hasil pengamatan didapat fluida filtrat
memiliki pH 11 yang berarti memiliki sifat basa.

4.3 Analisa Kesalahan


Dalam praktikum Analisa Lumpur Pemboran yang telah
dilakukan, terdapat beberapa kesalahan diantaranya:
1. Kurang memahami penggunaan alat
2. Kurang menguasai materi
3. Salah memasukan bahan saat pencampuran bahan lumpur pemboran

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 39


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan praktikum ini, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Alat yang digunakan pada praktikum Pengujian dan Pembuatan Lumpur
Pemboran seperti API filter press, cup marsh funnel, gelas kimia, gelas
ukur, jangka sorong, kertas filter, marsh funnel, mud balance, multi
mixer, neraca digital, pengaduk gelas, indikator pH, rheometer,
stopwatch.
2. Fungsi dan bentuk dari masing-masing alat seperti API filter press
untuk mengukur banyaknya filtration loss, dan mud cake dari lumpur,
cup marsh funnel untuk tempat tertuangnya lumpur dari marsh funnel,
gelas kimia untuk melarutkan zat kimia, gelas ukur untuk menghitung
volume suatu fluida, kertas filter untuk menyaring padatan lumpur,
jangka sorong untuk mengukur ketebalan mud cake dalam satuan (mm),
marsh funnel untuk menentukan viskositas relatif lumpur pemboran,
mud balance untuk mengukur nilai densitas lumpur pemboran (ppg),
multi mixer sebagai pengaduk otomatis, putarannya meliputi low,
medium, dan high, tergantung setiap komponen material lumpurnya,
pengaduk gelas untuk mengaduk lumpur pemboran, Indikator pH untuk
mengetahui derajat kebasaan dan derajat keasaman lumpur, rheometer
untuk pengukuran nilai sifat reologi lumpur seperti apparent viscosity,
plastic viscosity, yeld point, dan gel strength dari lumpur pemboran,
Stopwatch untuk menghitung waktu dalam satuan detik.
3. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat lumpur pemboran pada
saat praktikum yaitu barite (115,4 gr), bentonite (6,0 gr), fresh water
(310 mL), KCl (25,6 gr), KOH (0,5 gr), PAC-LV (3,0 gr), PAC-R (1,0
gr), soda ash (0,3 gr), soltex (2,5 gr), dan XCD Polimer (0,3 gr).

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 40


4. Lumpur pemboran adalah fluida yang digunakan selama operasi
pemboran.
5. Sifat fisik lumpur pemboran yaitu densitas, viskositas, rheology lumpur
(apparent viscosity, plastic viscosity, yield point, dan gel strength), sand
content, pH, laju tapisan, dan resistivitas lumpur.
6. Fungsi lumpur pemboran yaitu untuk mengangkat serbuk bor ke
permukaan, mengontrol tekanan formasi, mendinginkan dan melumasi
drill string dan bit, membersihkan dasar lubang bor, memberi dinding
dengan mud cake, memberi suspensi pada cutting saat sirkulasi berhenti,
sebagai media informasi (mud log, sampel log), memberi bouyancy
effect pada drill string.
7. Jenis-jenis lumpur pemboran yaitu water base mud, oil base mud, dan
gaseuos drilling fluid.
8. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk dan aliran
fluida dari fluida serta bagaimana respon fluida tersebut terhadap
tekanan/tegangan.
9. Sifat rheologi lumpur seperti apparent viscosity, plastic viscosity, yield
point, dan gel strength.
10. Alat yang digunakan untuk mengukur rheology lumpur adalah
rheometer.
11. Sifat rheology lumpur digunakan untuk melihat perilaku lumpur
pemboran.
12. Dari praktikum yang dilakukan didapat AV 52 cP, PV 40 cP, YP 24
cP, GL 10 detik adalah 7, GL 10 menit adalah 10.
13. Densitas adalah berat jenis fluida sebagai berat persatuan volume dari
padatan atau cairan.
14. Material penambah densitas lumpur yaitu bentonite, galena, bji besi,
dan limestone.
15. Densitas lumpur dapat diukur dengan mud balance, dan pada
praktikum ini menghasilkan 10,58 ppg.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 41


16. Pengaruh densitas lumpur pemboran pada saat operasi pemboran adalah
apabila terlalu kecil dapat menyebabkan kick lalu jika tidak
terkendalikan dapat menyebabkan blow out, apabila densitas lumpur
pemboran terlalu besar dapat menyebabkan lost circulation, dan dapat
juga menyebabkan pipe sticking.
17. Viskositas relatif lumpur pemboran dengan menggunakan marsh funnel
adalah waktu yang diperlukan lumpur untuk melewati corong marsh
funnel dan mengisi cup marsh funnel yaitu sebesar 9,14 menit atau 554
detik. Sehingga didapat nilai viskositasnya yaitu sebesar 52 cP.
18. Viskositas adalah ukuran kekentalan suatu fluida yang menunjukkan
besar kecilnya gesekan. Dan merupakan suatu tahanan terhadap aliran.
Satuan viskositas adalah centi poice (cP).
19. Pengaruh viskositas pada lumpur bor adalah untuk mengangkat serbuk
bor ke permukaan.
20. Komposisi lumpur sangat berpengaruh terhadap filtration loss dan mud
cake, mud filtrate yang terlalu banyak masuk ke dalam pori menyebaban
water blocking sehingga nantinya minyak terhalangi untuk mengalir.
Selain itu, terlalu banyak padatan pada lumpur juga dapat menyebabkan
mud cake terlalu tebal dan memicu pipe stuck.
21. Filtration loss adalah peristiwa dimana filtrat atau fluida (fasa cair) dari
lumpur masuk ke formasi yang porous dan permeable.
22. Mud cake adalah fasa padat dari lumpur yang tertahan pada permukaan
batuan yang porous dan permeable akibat dari filtration losses.
23. Hasil filtrat yang didapat pada menit ke 10 sebesar 2,8 mL dan pada
menit ke 30 sebanyak 5,2 mL. Sedangkan hasil mud cake yang didapat
yaitu 0,05 mm atau 0,0247 inch.
24. pH (power of hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
mengatakan tingkatan keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu
larutan.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 42


25. Nilai pH dalam fluida filtrat adalah sebesar 11 yang berarti basa.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Praktikan
1. Agar pada praktikum selanjutnya dapat menciptakan suasana
yang kondusif saat praktikum berlangsung sehingga
pelaksanaan praktikum dapat berjalan dengan baik.
2. Agar selalu mengawasi apa saja yang dilakukan oleh para
praktikan selama kegiataan berlangsung.
3. Lebih kompak dalam berdiskusi sehingga proses belajar dapat
berjalan dengan baik.
5.2.2 Saran Untuk Institut Teknologi Petroleum Balongan
1. Agar menambah peralatan yang berkaitan dengan praktikum
penilaian formasi.
2. Agar menyediakan ruangan khusus untuk pelaksanaan
praktikum penilaian formasi.
3. Agar menyediakan data-data yang lengkap dalam pelaksanaan
praktikum dan juga data yang terbaru.
5.2.3 Saran Untuk Asisten Praktikum
1. Agar konsisten dalam memberikan informasi pada saat
praktikum.
2. Agar dapat lebih baik lagi untuk membimbing para praktikan
dalam melakukan praktikum.
3. Asisten praktikum lebih disiplin dalam pelaksanaan praktikum.

Laporan Resmi Praktikum Pembuatan dan Pengujian Lumpur Pemboran 43

Anda mungkin juga menyukai