FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI
TAHUN 2022
1
UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI
LABORATORIUM TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jl. Pagar Alam No. 257, Langkapura, Kota Bandar Lampung 35151 Telp:(0721) 265734 - Fax:(0721)257838
Bandar Lampung,
Asisten
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..........................................................................
BAB I .................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
1.1Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2 Ruang Lingkup ........................................................................................... 5
1.3Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 5
1.4 Persiapan Praktikum ................................................................................... 5
BAB II................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 7
BAB III ............................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN PERCOBAAN .............................................. 15
3.2 Hasil pemeriksaaan kadar lumpur Agregat ( pasir dan krikil) .................... 21
3.3 Pemeriksaaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus ........................ 22
3.5 Perencaaan Campuran Beton .................................................................... 27
3.6 Pencetakan beton ...................................................................................... 30
3.7 Pengujian Kuat Tekan Beton .................................................................... 37
BAB IV ............................................................................... 42
4.1 Kesimpulan .............................................................................................. 42
4.2 Saran ........................................................................................................ 43
LAMPIRAN ....................................................................... 45
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Ruang Lingkup
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1 Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan
pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton.
Cara membedakan jenis-jenis agregat yang paling banyak dilakukan
didasarkan pada ukuran butirnya. Agregat yang mempunyai ukuran butir
besar disebut agregat kasar, sedangkan yang berbutir kecil disebut agregat
halus. Agregat yang butir-butirnya lebih besar dari 4,80 mm disebut agregat
kasar dan agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 4,80 mm disebut agregat
halus.
Agregat Halus
1. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
agregat halus harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus memenuhi
syarat-syarat berikut:
- Sisa diatas ayakan 4 mm, minimum 2 % berat-maximum 15% berat
- Sisa diatas ayakan 1 mm, minimum 10% berat
- Sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% hingga 95 %
berat.
8
Agregat Kasar
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai,
apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat
agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik
matahari dan hujan.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering) Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar Lumpur
melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat-zat yang reaktif Alkali yaitu unsur golongan IA antara lain Hi,
Li, Na, Ka, Rb, Cd, Fr.
9
tidak tercakup dalam standar tersebut juga harus memenuhi
ketentuan ASTM (American Society for Testing Material) C33-86
untuk agregat normal, serta pada ASTM C33-80 untuk agregat
ringan agar mutu beton yang dihasilkan sesuai dengan keinginan.
Variasi-variasi dalam sifat agregat, dalam praktek sebagian besar
dapat diimbangi dengan mengatur jumlah penggunaan air yang
diisikan pada saat pencampuran. Dari beberapa persyaratan di atas,
susunan gradasi gabungan merupakan hal yang sangat penting.
Susunan gradasi agregat tersebut akan menentukan sifat dari beton
yaitu kemudahan pengerjaan dan nilai ekonomis dari campuran
beton.
10
sesudah dicampur tetapi belum terjadi pengikatan. Bleeding disebabkan oleh
partikel-partikel agregat dalam beton tidak mampu menahan air.
2.2 Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi pelumas
antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk
memperoleh beton dengan kekuatan yang maksimal maka penggunaan air
harus diperhatikan. Jika nilai kadar airnya besar dapat mempengaruhi kualitas
beton. Selain itu, nilai kadar air juga dipengaruhi oleh absorpsi material yang
digunakan. Adapun persyaratan air yang digunakan untuk campuran beton
antara lain :
a.Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gr/liter
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dsb) lebih dari 5 gr/liter
c. Tidak mengandung khlorida lebih dari 0,5 gr/liter
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter
Penggunaan air pada campuran beton yang dilakukan di laboratorium telah
dianggap layak karena menggunakan air PDAM. Sehingga tidak
dilakukan pengujian.
2.3 Semen
Semen adalah hidrolik binder (perekat hidrolis) yaitu senyawa yang
terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi dengan air dan
membentuk zat baru yang bersifat sebagai perekat terhadap batuan. Semen
yang digunakan untuk bahan beton adalah semen Portland atau semen
Portland pozzolan. Penggunaan jenis semen disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.
Semen Portland
Sesuai dengan klasifikasi yang ditentukan oleh ASTM kita mengenal
adanya lima type semen Portland, yaitu :
11
1. Semen Portland Type I
Semen Portland standard digunakan untuk semua bangunan beton yang tidak akan
mengalami perubahan cuaca yang drastis atau dibangun dalam lingkungan yang
sangat korosif.
12
seperti pada waktu pembuatan Hoover Dam, akan tetapi telah diganti dengan semen
type II yang disebut “modified Portland cement”.
9.
13
Jenis semen yang sesuai
Beton
ideal tahan
lama
Kebutuhan Prinsipil
Kekuatan
Beton yang Baik II.I Ekonomi
14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PERCOBAAN
Cara kerja :
1. Pasir dalam keadaan lembab atau basah (bukan SSD) ditimbang.
2. Kerikil dalam keadaan lembab atau basah (bukan SSD) ditimbang.
3. Keringkan pasir dan kerikil tersebut dalam oven dengan temperatur 105°
C selama 1 x 24 jam sampai beratnya tetap.
15
4. Cawan dengan agregat pasir dan kerikil masing-masing didalamnya,
dikeluarkan dari oven dan ditimbang berat pasir dan kerikil yang sudah di
oven.
5. Dari pemeriksaan diatas diperoleh prosentase kandungan air pasir dan
kerikil.
Hasil :
16
Uraian :
Dari data hasil perhitungan di atas diperoleh, kadar air pasir adalah 4,22794 % ,
kadar air Agregat (10 – 20 ) adalah 0,874 % dan kadar air Agregat ( 20 : 30 ) adalah
0,434 %. Kadar air kerikil lebih kecil dibandingkan dengan kadar air pas3.2
Hasil pemeriksaaan kadar lumpur Agregat dan kadar air ( pasir dan krikil)
Tanggal : 21 Oktober 2021
Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil SABURAI
Tujuan : Untuk mengetahui kandungan lumpur dalam pasir, dimana
kandungan lumpur yang lebih dari 5% akan menyebabkan
mutu beton berkurang.
Catatan :
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kandungan lumpur sebesar 12,91 %
sedangkan syarat pasir untuk campuran beton yaitu memiliki kandungan
lumpur maksimum sebesar 5 %. Jadi, pasir tersebut memenuhi syarat sebagai
rancangan campuran beton.
III.V Tabel pemeriksaan kadar lumpur pada agregat krikil 10 :20
Nominal Size Range of Fine Aggregate Coarse Aggregate
Aggregate 1 2 1 2
1. Masimal Ukuran Agragrat (
mm )
2. Berat Agregat Sebelum 1865,5 2098,00
3. Berat Agregrat Sesudah 1835,5 2060,50
4. Persentase Lumpur ( 2 - 3 )
/ 2*100 1,61 1,79
5. Rata-Rata Lumpur 1,70
6. Clay Lump (gr) 31,7 35,62
18
Catatan :
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kandungan lumpur sebesar 1,70 % dan 1,30
%. sedangkan syarat untuk campuran beton , kerikil memiliki kandungan lumpur
maksimum 1 %. Jadi, kerikil Agregat 20 : 30 tersebut tidak memenuhi syarat, dan
harus melalui proses pencucian untuk mengurangi kadar lumpurnya.
19
HASIL:
III.V Tabel pemeriksaan kadar air pada pasir
Nominal Size Range of Fine Aggregate Coarse Aggregate
Aggregate 1 2 1 2
1. Berat Sample 1805,50 1915,50
2. Berat Sample Kering Oven 1679,5 1792,00
3. Berat Kandungan Air ( 1 -
2) 126,00 123,50
4. Kadar Air ( 3 / 2 ) x 100 7,50 6,89
5. Rata-Rata 7,196986939
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kandungan air sebesar 7,196986939
% dari hasil rata-rata
20
3.2 Pemeriksaaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus
21
Cara memadatkan pasir dalam bejana/container, yaitu :
Cara Rodding.
Dengan memasukkan pasir ke dalam container dalam tiga lapisan.
Lapisan I masukkan pasir setinggi 1/3 tinggi container, kemudian
ditumbuk sebanyak 25 kali. Lapisan II setinggi 2/3 tinggi container dan
ditumbuk sebanyak 25 kali. Lapisan III dengan mengisi container sampai
penuh dan ditumbuk sebanyak 25 kali, kemudian diratakan dengan mistar
perata. Hal serupa juga dilakukan pada semen dan kerikil. Pasir, kerikil,
dan semen yang sudah diratakan ditimbang beratnya (W1).
22
Cara Kerja :
1. Satu set ayakan disusun secara berurutan dengan diameter lubang terbesar
berada paling atas kemudian ayakan dengan diameter lubang yang lebih
kecil dibawahnya.
2. Timbang pasir kering (setelah dioven) lalu masukan keayakan teratas
(diameter 4,75 mm) dan ayakan tersebut ditutup.
3. Susunan ayakan diletakkan di atas mesin pengayak. Pengayakan
dilakukan selama ± 5 menit.
4. Pasir yang tertinggal di dalam masing-masing ayakan dipindahkan ke
tempat/bejana lain/di atas kertas. Agar tidak ada pasir yang tertinggal di
dalam ayakan, maka ayakan harus dibersihkan dengan sikat lembut.
5. Timbang masing-masing pasir tersebut. Penimbangan sebaiknya
dilakukan secara kumulatif, yaitu dari butir pasir yang kasar dahulu,
kemudian ditambahkan dengan butir pasir yang lebih halus sampai semua
pasir tertimbang. Catat berat pasir setiap kali penimbangan. Pada langkah
ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada butir pasir yang hilang.
Modulus kehalusan pasir = jumlah % tertinggal kumulatif dari butir-
butir agregat yang tertinggal di atas suatu
set ayakan dan kemudian dibagi seratus
23
Hasil :
Weight of
Sample (1): 1678,5 gr
Percent of
Comulative Comulative Percent of
Spec
Sieves Weight of Retained Sample Sample
Limit
Retained Sample Retained Passing
(gr) (gr) (%) (%)
No. (mm) ! 2 1 2 ! 2 ! 2 (%)
2½" 2,000
2" 50,000
1½" 37,000
1" 25,000 0 0,00 100 100,00
3/4" 19,000 0 0,00 100,00 100,00
1/2" 12,500 0 0,00 100,00 100,00
3/8" 9,500 0 0,00 100,00 100,00
1/4" 4,750
90-
#4 2,360 34 29,8 2,03 97,97 100
75-
#8 2,360 336,5 366,3 20,05 79,95 100
#10 1,180 523,5 889,8 31,19 68,81 55-90
#16 0,600
#30 0,420 1480 2369,8 88,17 11,83 35-59
#40 0,425
#50 0,300 1570,5 3940,3 93,57 6,43 8-30
#70 0,215
#100 0,150 1629,5 5569,8 97,08 2,92 0-10
#200 0,075 1654 7223,8 98,54 1,46 0-5
III.VIII Pemeriksaan Analisa Gradasi (Sieve Analysis) Pasir
Pemeriksaan Analisa Gradasi (Sieve Analysis) Kerikil
Tanggal : 21 Oktober 2021
Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil Universitas SABURAI
Tujuan : Untuk mengetahui dan menetapkan gradasi kerikil dan
modulus kehalusannya.
Bahan yang digunakan :
-Kerikil kering oven.
Alat-alat yang digunakan :
-Timbangan dengan ketelitian dibawah 0,1% dari berat benda yang ditimbang
24
-Satu set ayakan ASTM E-11, USA Standart Testing Sieve dengan saringan
no #1, #3/4, #3/8, #4, #8, #10, pan.
-Mesin penggetar ayakan.
-Tempat menampung kerikil dan sikat untuk membersihkan ayakan.
Cara Kerja :
1. Satu set ayakan disusun secara berurutan dengan diameter lubang terbesar
berada paling atas kemudian ayakan dengan diameter lubang yang lebih
kecil dibawahnya.
2. Masukkan kerikil ke dalam ayakan yang paling atas. Susunan ayakan
diletakkan diatas mesin penggetar ayakan. Pengayakan dilakukan selama
± 5 menit sampai tidak ada lagi kerikil yang lolos pada masing-masing
ayakan.
3. Timbang masing-masing kerikil tersebut. Penimbangan sebaiknya
dilakukan secara kumulatif, yaitu dari butir kerikil yang kasar dahulu,
kemudian ditambahkan dengan butir pasir yang lebih halus sampai semua
kerikil tertimbang. Catat berat kerikil setiap kali penimbangan. Pada
langkah ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada butir kerikil
yang hilang.
Modulus kehalusan kerikil = jumlah % tertinggal kumulatif dari butir-
butir agregat yang tertinggal di atas suatu
set ayakan dan kemudian dibagi seratus
25
Hasil
III.IX Tabel Pemeriksaan gradasi kerikil 10 : 20
Weight of
Sample (1): 1886
Weight of
Sample (2): 1819
Percent of Percent of
Comulative Comulative Sample Sample Spec
Sieves
Retained Sample Retained Passing AVERAGE Limit
(gr) (%) (%)
No. (mm) 1 2 1 2 2 2 (%)
1" 25,000 0 0 0,00 0,00 100 100 100 100,00
90 -
3/4" 19,000 364,5 15 19,33 0,80 80,67 99,20 89,94 100
20 -
3/8" 9,500 1674,5 1620 88,79 89,06 11,21 10,94 11,08 55
#4 4,750 1850 1780,5 98,09 97,88 1,91 2,12 2,01 0 - 10
#8 2,360 1865 1796 98,89 98,74 1,11 1,26 1,19 0-5
#10 1,180 1866,5 1798 98,97 98,85 1,03 1,15 1,09 0,00
#16 0,600 0 0 100,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00
#50 0,300 0 0 100,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00
#100 0,150 0 0 100,00 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00
#200 0,075
26
3.4 Perencaaan Campuran Beton
27
Perhitungan Campuran Beton
Langkah-langkah perencanaan campuran beton menurut SK SNI 03-2847-
2002
1. Kuat tekan yang diisyaratkan
Kuat tekan yang diisyaratkan sudah ditetapkan 25 MPa untuk umur 28
hari
2. Deviasi standar (s)
Deviasi standar diketahui sebesar 55.000 kg/cm²
3. Nilai Margin = 65.600 kg/cm
4. Kekuatan Rata-rata yang ditargetkan
Jadi, f’u = fc’ + 9.84
= 25 + 9.84
= 34.84 MPa
5. Jenis Semen → Batu Raja
6. Jenis agregat halus dan kasar
Jenis agregat halus yang dipergunakan adalah batu tak dipecahkan (alami)
Jenis agregat kasar yang dipergunakan adalah batu tak dipecahkan (alami)
7. Faktor air semen hitung
nilai FAS 0,543
8. Faktor air semen maksimum
Faktor air semen maksimum ditentukan sebesar 178 ltr
( Asumsi beton di luar ruangan bangunan dan terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung )
9. Slump
Tinggi slump ditentukan antara 60 – 180 mm
28
Tabel Rancangan Campuran Beton (Mix Design) III.XI
Bahan Tambahan 0 0
Lain
29
3.5 Pencetakan beton
Cara kerja :
Cara Penimbangan
a. Sebelum ditimbang, agregat harus dalam keadaan jenuh-kering-
permukaan. Timbang agregat dengan timbangan yang mempunyai ketelitian
0,1 kg. Aggregat diisikan kedalam sebuah bejana atau tempat lain yang
volumenya cukup untuk setengah atau semua agregat (pasir dan kerikil).
Bejana ini kemudian ditimbang. Apabila aggregat tidak dalam keadaan jenuh-
kering- peremukaan.
Maka :
1. Jika agregat dalam keadaan basah,maka berat agregat yang akan
ditimbang harus dikurangi dengan berat air kelebihan yang
terkandung dalam agregat.
2. Jika dalam keadaan kering, maka berat agregat yang ditimbang harus
ditambah dengan berat air kekurangannya akan diserap untuk
dijadikan agregat jenuh-kering-permukaan.
3. Jumlah air yang dipakai harus disesuaikan dengan perhitungan pada
butir (1) dan (2) diatas.
30
b. Timbang semen dengan timbangan yang ketelitiannya sampai 0,005 kg.
Cara Pengadukan
a.Masukkan agregat (pasir dan kerikil) ke dalam mesin aduk dan masukkan
pula semen diatas agregat tersebut.
b. Sambil mesin aduk diputar, masukkan air sebanyak sekitar 0,80 kali yang
direncanakan.
c. (1) Bila nilai slump yang ditetapkan dan nilai faktor air semen (f.a.s) boleh
dirubah, maka selanjutnya masukkan air sedikit demi sedikit sampai
adukan mencapai kekentalan yang diinginkan.
(2) Bila nilai slump dan nilai faktor air semen keduanya ditetapkan (tidak
boleh dirubah), maka selanjutrnya seluruh sisa air (yaitu 0,20 kali yang
direncanakan) dimasukkan kedalam mesin aduk. Apabila ternyata
nilai slump kurang dari yang ditetapkan maka dilanjutkan dengan
membuat pasta tambahan dengan langkah berikut :
(a) Campurkan semen dan air (dengan nilai faktor air semen yang
sudah ditetapkan) diluar mesin pengaduk secukupnya sampai rata.
(b) Kemudian masukkan campuran tersebut kedalam mesin pengaduk
sedikit demi sedikit sampai kelecakan mencapai nilai slump yang
diinginkan.
d. Waktu pengadukan sebaiknya tidak kurang dari tiga menit.
e. Adukan beton segar kemudian dikeluarkan dari mesin pengaduk dan
ditampung dalam bejana yang cukup besar. Bejana tersebut harus
sedemikian sehingga tidak menimbulkan pemisahan kerikil bila adukan
nantinya dituangkan kedalam cetakan.
f. Bila hasil adukan ini akan digunakan untuk pengujian beton, maka
pengujian harus segera dilakukan setelah selesai pengadukan.
31
Cara Pencetakan
1) Cetakan silinder
Cetakan silinder berukuran ( ø15 x 30) cm, terbuat dari besi baja.
Silinder tersebut terdiri atas dan bagian dasar yang dapat dilekatkan
maupun dilepas dengan sekerup. Perhatian harus diberikan dengan
sungguh-sungguh agar pada waktu pencetakan tidak terjadi
pengeluaran air dari tempat sambungan tersebut. Sebelum dipakai,
bagian dalam cetakan diberi minyak atau Vaseline atau oli agar beton
yang dicetak tidak melekat pada cetakan (memudahkan pada saat
melepas cetakan).
32
Pengujian Nilai Slump Adukan Beton
Tanggal : 20 November 2021
Tempat : Laboratorium Beton Teknik Sipil Universitas SABURAI
Tujuan : Untuk memperoleh nilai slump dari campuran beton yang
telah diaduk.
33
6 Corong kerucut terpancung
10 cm
Kerucut
Terpancung
30 cm
20 cm
34
9. Percobaan dilakukan hanya 1 kali pada pengadukan tahap pertama karena
komposisi campuran beton pada masing-masing tahap tidak terjadi
penambahan air.
Beton yang memiliki perbandingan campuran yang baik mempunyai
kelecakan yang baik akan penampakan penurunan bagian atas secara
perlahan-lahan dan bentuk kerucutnya tidak hilang, seperti tampak pada
gambar dibawah ini.
Alat Bantu
Kerucut
Terpancung
Penggaris Nilai Slump
Beton Segar
35
Diperoleh hasil :
- Campuran dengan slump 7 cm = 70 mm
Hal ini sesuai dengan data perencanaan, yaitu nilai slump 60- 180 mm.
Perawatan Beton
Beton yang sudah padat setelah didiamkan selama 24 jam, kemudian dikeluarkan
dari cetakan dan selanjutnya diletakkan di tempat yang lembab (laboratorium)
dengan alas karung goni yang telah direndam. Beton juga diselimuti dengan karung
goni yang sudah direndam dengan air agar tetap lembab. Setiap 2 hari sekali karung
goni tersebut disiram auntuk menjaga beton tetap lembam dengan tujuan agar beton
tidak mengalami pengertingan terlalu cepat karena akan mengurangi kekuatan.
Setelah beton berusia 28 hari baru dilakukan pengujian kuat tekan dan pengujian
kuat lentur beton
36
3.6 Pengujian Kuat Tekan Beton
Cara pengujian :
1. Setelah benda uji berumur 7 hari, maka benda uji ditimbang beratnya
dan dites kuat tekannya. Benda uji diletakkan pada tempat yang telah
tersedia pada mesin tekan.
2. Didapat berat dan daya tahan untuk masing-masing benda uji yang telah
dicantumkan pada tabel berikut :
37
Perhitungan kuat tekan beton
σ = P x 10/ A
a) Beton 1
b) Beton 2
Gaya yang diberikan P = 265 kN
Kuat tekan beton (f’c2) = P/A = 265 x 10/0176,625 = 15,00 Mpa
3. Perhitungan VOLUME SILINDER
Volume silinder beton
V = r².t / π
= 0,000537 m3
b) Beton 2
Berat 12,270
Berat Jenis (2) = Volume = 0,000537 = 2,313 𝑘𝑔/𝑚3
a). Beton 1
14,95
Estimation of 28 days = = 23,0 𝑀𝑝𝑎
0,65
b). Beton 2
15,00
Estimation of 28 days = = 23,08 𝑀𝑝𝑎
0,65
a) Beton 1
14,95 𝑥 10
Estimation of 28 days = 0,83 = 277,1 K
b).Beton 2
15,00 𝑥 10
Estimation of 28 days = 0,83 = 278,1 K
39
II I No
Rata – Rata =
12-11-2021 12-11-2021 Test
6. Average
𝟐
Umur
Rata – Rata =
7 7
( hari )
𝟐𝟕𝟕,𝟏+𝟐𝟕𝟖,𝟏
II
I
265 264 load (kN)
= 277,6
176,625 Density
176,625
0,65
0,65
2
(m³)
40
Strength
15,00 14,95 ( Mpa )
Weight
𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑦𝑠 1+𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑑𝑎𝑦𝑠 2
No Corection of Age ( % )
Tabel Kuat Tekan Masing-Masing Benda Uji III.XII
41
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan
2. Dalam pembuatan beton selalu harus ada perencanaan terlebih dahulu baik
itu menentukan kekuatan yang ingin dicapai dan kriteria bahan yang akan
digunakan, dan pada pencampuran harus sesuai dengan prosedur sehingga
didapat hasil yang sesuai dengan yang direncanakan.
42
4.2 Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
44
LAMPIRAN
45
46