Disusun Oleh
KELOMPOK II
FAKULTAS TEKNIK
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI BETON
Laporan ini ditunjukan untuk melengkapi tugas mata kuliah Praktikum Teknologi
Beton Tahun Akademik 2022/2023, Program Studi Teknik Sipil, Universitas
Muhammadiyah Sorong.
Diperiksa Dikerjakan
Mengetahui,
Muhammad Rusmin, S.T., M.T. Ir. A. Didik Setyo P. S.T., M.T., IPM.
ii
LABORATORIUM BETON
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SORONG (UMS)
Jl. Pendidikan 27, Malaingkedi,Kota Sorong, Telp.(0951) 328775, 322382 Faks (0951) 326162
LEMBAR ASISTENSI
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia dan limpahan
rahmat-Nya sehingga laporan Praktikum yang merupakan tugas dari Mata Kuliah
Teknologi Beton ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari tugas yang kami buat ini terdapat banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun kami butuhkan agar laporan ini dapat disempurnakan menjadi lebih
baik.
Semoga laporan ini dapat memenuhi syarat guna melengkapi tugas teknologi
beton sebagaimana mestinya dan benfaat bagi seluruh pembacanya baik untuk saat
ini maupun masa yang akan datang.
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
DAFTAR ASISTENSI...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR PUSAKA...............................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup...............................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.4 Maksud dan Tujuan........................................................................................2
1.5 Metode Penulisan...........................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan.....................................................................................3
BAB II : LANDASAN TEORI................................................................................6
2.1 Pengertian Beton........................................................................................…6
2.2 Material Penyusun Beton...............................................................................7
2.3 Klasifikasi Beton..........................................................................................12
2.4 Keuntungan dan Kerugian Beton................................................................14
2.5 Mix Design...................................................................................................15
BAB III : DATA DAN PEMBAHASAN..............................................................16
3.1 Pemeriksaan Agregat Halus dan Kasar ( Uji Kandungan Lumpur )............16
3.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan kadar Air Pasir...............................................20
3.3 Pemeriksaan Berat Isi Padat Agregat Halus.................................................26
3.4 Pemeriksaan Berat Isi Gembur Agregat Halus.............................................30
3.5 Pemeriksaan Modulus Halus Butiran/Analisa Saringan Agregat Halus......34
3.6 Pemeriksaan Berat Jenis dan Kadar Air Kerikil..........................................38
3.7 Pemeriksaan Berat Isi Padat Agregat Kasar.................................................41
3.8 Pemeriksaan Berat Isi Gembur Agregat Kasar.............................................45
3.9 Pemeriksaan Modulus Halus Butir/ Analisa Saringan Agregat Kasar.........49
5
BAB IV : PERHITUNGAN MIX DESIGN METODE SNI.................................53
BAB V : PEMBUATAN DAN UJI DESAK BETON ..........................................63
5.2 Uji kuat Tekan/Desak Beton........................................................................64
5.3 Hasil Kuat Tekan/Desak Beton....................................................................64
BAB VI : PENUTUP.............................................................................................69
6.1 Kesimpulan...................................................................................................69
6.2 Saran.............................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................71
LAMPIRAN
- DOKUMENTASI
- METODE SNI
6
BAB I
PENDAHULUAN
Laporan ini memuat Mengenai hasi praktikum Teknologi Beton yang telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah di terapkan oleh
Dosen Pengajar. Praktikum ini merupakan penerapan dari teori yang telah
diberikan di dalam kuliah Teknologi Beton. Selain merupakan penerapan dari
teori yang dipelajari sebelumnya, pelaksaan praktikum ini juga didasarkan atas
pertimbangan-pertimbangan diatas, dengan begitu diharapkan kepada mahaiswa
untuk lebih mengetahui serta memahami bagaimana proses perencanaan
komposisi beton dan pembuatan beton, yang pada akhirnya dari hasil praktikum
ini mahasiswa mendapatkan ilmu yang lebih banyak untuk merencanakan beton
dengan nilai yang ekonomis serta mutu yang lebih baik terkait dengan teori yang
ada.
HALAMAN 1
1.2 Ruang Lingkup
7. Pencampuran beton.
8. Pengujian slump.
9. Pembukaan cetakan.
1. Sebagai penerapan teori yang telah diberikan dalam kuliah tatap muka
oleh dosen pengajar.
2. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memahami segala prosedur yang
dilaksankan dalam perencanaan dan pembuatan beton.
HALAMAN 2
3. Sebagai pedoman mahasiswa dalam merencanakan dan membuat beton
sesuai dengan ketentan-ketentuan yang telah diberikan terkait dengan teori
yang ada.
adalah :
1. Studi Literatur
2. Studi Laboratoium
HALAMAN 3
BAB III : DATA DAN PEMBAHASAN
1.1 Pemeriksaan Agregat Kasar dan Halus (Uji Kandungan Lumpur)
1.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Kadar Air pasir
1.3 Pemeriksaan Berat Isi Padat Agregat Halus
1.4 Pemeriksaan Berat Isi Gembur Agregat Halus
1.5 Pemeriksaan Modulus Halus Butir ( MHB ) /Analisa Saringan Agregat
Halus
1.6 Pemeriksaan Berat Jenis dan Air Kerikil
1.7 Pemeriksaan Berat Isi Padat Agregat Kasar
1.8 Pemeriksaan Berat Isi Gembur Agregat Kasar
1.9 Pemeriksaan Modulus Halus Butir ( MHB )/Analisa Saringan Agregat
kasar
BAB VI : PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Lampiran
-Dokumentasi
-Metode SNI
HALAMAN 4
Diagram Alir Praktikum Teknologi Beton
Mulai
Persiapan Praktikum
Pencampuran Beton
Pengujian Slump
Selesai
HALAMAN 5
BAB II
LANDASAN TEORI
Agregat sebagai salah satu komposisi bana beton ( baik agregat halus atau
agregat kasar ) bisa didapatkan dari alam ( alami : kerikil, pasir sungai ),
memenuhi syarat-syarat tertentu seperti kebersihan yang terjaga, gradasi yang
baik, dan kadar organic yang rendah sebelum digunakan sebagai campuran.
Begitu pula semen dan air. Harus disesuaikan dengan kebutuhan bahan beton
yang dipakai.
Beton sangat banyak digunakan sebagai bahan bangunan, karena dilihat dari
beberapa pertimbangan sebagai berikut :
HALAMAN 6
2.2 Material Penyusun Beton
2.2. 1 Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortal atau beton. Walaupun Namanya hanya sebagai bahan pengisi,
akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. Cara
membedakan jenis-jenis agregat yang paling banyak dilakukan didasarkan pada
ukuran butirannya. Agregat yang mempunyai ukuran butiran besar di sebut agregat
kasar, sedangkan yang berbutir kecil disebut agregat halus. Agregat yang butir-
butirannya lebih kecil dari 4,80 mm di sebut agregat halus.
Agregat Halus
1. Agregat halus terdiri dari butiran yang tajam dan keras. Butiran agregat halus
harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh
cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% ( ditentukan
terhadap berat kering ). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampui 5%,
maka agregat harus di cuci.
Sisa diatas ayakan 4 mm, minimum 2% berat-maximum 15% berat
Sisa diatas ayakan 1 mm, minimum 10% berat
Sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antar 80% hingga 95% berat
Agregat Kasar
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori,
agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila
jumlah butir-butir pipih tersebut tidak melampaui 20% dari berat agregat
seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari dari 1% (ditentukan
terhadap berat kering) Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1%
maka agregat kasar harus dicuci.
HALAMAN 7
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat-zat yang reaktif Alkali yaitu unsur golongan IA antar lain Hi, Li,
Na, Ka, Rb, Cd, Fr.
4. Kekerasan dari butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudeloff dengan beban penguji 20t, dimana harus dipenuhi syarat-syarat
berikut:
Tidak jadi pembubukan sampai fraksi 9,5-9 mm dari 24% berat
Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22%
5. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus memenuhi
syarat-syarat berikut :
Sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat
Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% hingga 98%
Selisih antar sisa-sisa komulatif diatas dua ayakan yang berurutan,
adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat
Gradasi agregat dapat mempengaruhi hal-hal sebagai berikut :
Jumlah pemakaian air
Bleeding dan Segregasi
Pengecoran Beton
Pemadaman beton
HALAMAN 8
2.2.2 Air
Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta untuk menjadi pelumas
antar butir-butir agregat agar mudah dikejarkan dan dipadatkan. Untuk
memperoleh beton dengan kekuatan maksimal maka penggunaan air harus
diperhatikan. Jika nilai kadar airnyaa besar dapat mempengaruhi kualitas beton.
Selain itu, nilai kadar air juga dipengaruhi oleh absorpsi material yang digunakan.
Adapun persyaratan air yang digunakan untuk campuran beton antara lain :
2.2.3 Semen
Semen Portland
HALAMAN 9
2. Semen Portland Type II
HALAMAN 10
5. Semen Portland Type V
HALAMAN 11
2.3 Klasifikasi Beton
walaupun ada yang menerapkan nilai 3.200 kg/m3 sebagai batas bawah
beton berat.
- Beton cast in-situ, yaitu beton yang dicor di tempat, dengan cetakan
atau acuan yang dipasang di lokasi elemen struktur pada bangunan atau
gedung atau infrastruktur.
- Beton pre-cast, yaitu beton yang dicor di lokasi pabrikasi khusus, dan
kemudian diangkut dan dirangkai untuk dipasang di lokasi elemen struktur
pada bangunan atau gedung atau infrastruktur.
HALAMAN 12
2.3.4 Berdasarkan Lingkungan
HALAMAN 13
2.4 Keuntungan dan Kerugian Beton
Keuntungan beton antara lain adalah :
HALAMAN 14
2. Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang
jika basah,sehingga dilatasi (contraction joint) perlu diadakan pada
beton yang panjang dan lebar untuk memberi tempat bagi susut
pengerasan dan pengembangan beton.
3. Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan
suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi (expantion joint) untuk mencegah
terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu
dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat
merusak beton.
5. Beton bersifat getas (tidak daktail), sehingga harus dihitung dan di
detail secara seksama agar setelah dikompositkan dengan baja
tulangan menjadi bersifat daktail.
HALAMAN 15
kimia tersebut
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
- Tujuan Penelitian
C. Ruang Lingkup
Metode pengujian ini dilakukan pada pasir agregat halus, hasil pengujian
ini selanjutnya dapat digunakan sebagai :
HALAMAN 16
- Benda Uji
Benda uji berupa pasir dengan ukuran butiran maksimum 4,8 mm
sebanyak 500 gram
Uraian Sampel 1
HALAMAN 17
- Perhitungan :
w 1−w 4
¿ x 100 %
w1
500−484,17
¿ x 100 %
500
= 3,17 %
Menurut SNI 03-4661-2002, Berat Bagian yang lewat ayakan no.200 (0.075) :
G. Pembahasan
Yang di maksud dengan :
a. Berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama dengan agregat dalam keadaan jenuh paada
suhu 25˚C
b. Berat jenis jenuh kering permukaan yaitu perbandingan antar berat agregat
kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama denga nisi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25˚C
c. Berat jenis semu ialah perbandingan antar berat agregat kering dan berat
air suling yang isinya sama denga nisi agregat dalam keadaan kering pada
suhu 25˚C
d. Penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap
berat agregat kering, dinyatakan dalam persen
HALAMAN 18
H. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan kita dapat mengetahui angka persen
kadar berat yang lewat ayakan no.200 sebesar 3,17 % sehingga material yang
digunakan telah memenuhi SNI.
I. Gambar Alat
TIMBANGAN OVEN
SARINGAN NO.200
HALAMAN 19
3.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Kadar Air pasir
- Tujuan Penelitian
Tujuan pengujian ini adalah untuk mendapatkan angka untuk berat jenis
curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis permukaan semu dan
penyerapan air pada agregat halus.
B. Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada jenis agregat halus, yaitu lolos saringan no. 4
(4,75 mm). Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan :
HALAMAN 20
(310± 15) gram.
8. Talam.
- Benda Uji
1. Keringkan benda uji pada oven dengan suhu (110± 5)°c sampai berat
tetap, dinginkan pada suhu kamar, kemudian rendam dalam air (12
± 4) Jam.
HALAMAN 21
5. Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk
menyesuaikan perhitungan kepada suhu standar 25°C.
6. Tambahkan air sampai tercapai tanda batas.
7. Timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai 0,1 gr (Bt).
8. Keringkan benda uji dengan suhu (110 ± 5)°c sampai berat tetap,
kemudian dinginkan benda uji dalam desikator.
9. Setelah itu benda uji dingin, timbanglah (Bk).
10. Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu standar 25°C (B').
Uraian Sampel
BK / (B+500+Bt)
500 / (B+Bk–Bt)
Bk / (B+Bk–Bt)
(500-Bk) / Bk x 100
HALAMAN 22
- Rumus
Bk
¿
( B+500−Bt )
500
¿
( B+500−Bt )
Bk
¿
( B+ Bk−Bt )
4. Penyerapan
(500−Bk )
¿ x 100 %
Bk
- Perhitungan
1. Berat Jenis Curah
498,2
¿ =2,30 gr /cm3
(697,91+500−991,54)
500
¿ =2,31 gr /cm 3
(697,91+500−981,54)
498,2
¿ =2,32 gr /cm3
(672,65+ 498,2−981,54)
HALAMAN 23
4. Penyerapan Air
(500−498,2)
¿ x 100 %=0,36 %
498,2
Keterangan :
F. Pembahasan
- Berat Jenis relative agregat berdasarkan data hasil pengujian
laboratorium.
- Jika data tersebut tidak ada, untuk agregat kasar diambil nilai 2.6 gr/cm 3
dan untuk agregat halus diambil nilai 2.7 gr/cm3·
- Nilai agregat gabungan diplotkan kedalam grafik untuk mendapatkan berat
jenis beton dalam keadaan basah.
- Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering dan
berat air suling sama dengan agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
25°C.
- Berat jenis jenuh kering permukaan yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C;
G. Kesimpulan
Dari hasil pengujian atau percobaan yang telah dilakukan, kita dapatkan :
HALAMAN 24
4. Penyerapan Air = 0,36 %
H. Gambar Alat
TIMBANGAN OVEN
HALAMAN 25
PIKNOMETER SARINGAN NO.4
- Tujuan Penelitian
B. Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada tanah atau pasir Jenis agregat halus. Hasil
pengujian ini selanjutnya digunakan dalam pekerjaan :
HALAMAN 26
D. Pelaksanaan praktikum atau Prosedur
1. Ukur berat dan volume silinder ukur.
2. Letakkan silinder ukur pada tempat yang rata.
3. Masukkan Contoh Uji ke dalam silinder sampai 1/3 bagian ratakan.
4. Masukkan Contoh Uji sebanyak 2/3 bagian dan ratakan
5. Masukkan contoh uji sehingga memenuhi silinder ukur sampai penuh,
kemudian ratakan.
6. Timbang Contoh dalam silinder ukur
Keterangan Sampel
- Rumus
1. Volume Tabung ( V )
V = ¼ π d2 h
Keterangan : d = diameter tabung ( cm )
h = tinggi tabung ( cm )
v = volume tabung ( m3 )
2. Berat isi Padat ( M )
W3
M=
V
Keterangan : W3 = berat agregat bersih
W3 = W2 – W1
W2 = berat tabung + agregat
W1 = berat tabung
HALAMAN 27
- Perhitungan
1. Volume Tabung ( V )
V = ¼ x 3.14 x 152 x 30
= 5310,44 cm3
2. Berat Isi Padat ( M )
M = (W3/V)
8925
M= =1,68 gr /cm3
5310
F. Pembahasaan
Berat isi padat adalah berat agregat bersih dibagi dengan volume tempat
agregat tersebut dipadatkan.
G. Kesimpulan
Bahwa berat isi padat agregat halus didapatkan sebesar = 1,68 gr/cm3
HALAMAN 28
H.
H. Gambar Alat
TIMBANGAN OVEN
HALAMAN 29
SILINDER UKUR BESI PENUMBUK
- Tujuan Penelitian
B. Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada tanah atau pasir Jenis agregat halus. Hasil
pengujian ini selanjutnya digunakan dalam pekerjaan :
HALAMAN 30
D. Pelaksanaan praktikum atau Prosedur
1. Ukur berat dan volume silinder ukur.
2. Letakkan silinder ukur pada tempat yang rata.
3. Masukkan Contoh Uji ke dalam silinder sampai 1/3 bagian ratakan,
4. Masukkan Contoh Uji sebanyak 2/3 bagian dan ratakan
5. Masukkan contoh uji sehingga memenuhi silinder ukur sampai penuh,
kemudian ratakan.
6. Timbang Contoh dalam silinder ukur
Keterangan Sampel
- Rumus
1. Volume Tabung ( V )
V = ¼ π d2 h
h = tinggi tabung ( cm )
v = volume tabung ( m3 )
HALAMAN 31
W3 = W2 – W1
W1 = berat tabung
- Perhitungan
1. Volume Tabung ( V )
V = ¼ x 3.14 x 15² x 30
= 5301,44 cm3
8285
M= =1,56 gr /cm3
5.301
F. Pembahasan
Berat isi gembur adalah bersih agregat dibagi dengan volume tempat agregat
yang tidak dipadatkan.
G. Kesimpulan
Bahwa berat isi gembur agregat halus didapatkan sebesar = 1,56 gram/cm3
HALAMAN 32
H. Gambar Alat
TIMBANGAN
OVEN
HALAMAN 33
3.5 Pemeriksaan Modulus Halus Butir ( MHB ) / Analisa Saringan
Agregat Halus
B. Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada tanah atau pasir Jenis agregat halus. Hasil
pengujian ini selanjutnya digunakan dalam pekerjaan :
HALAMAN 34
4. Setelah itu siapkan kertas atau wadah untuk meletekkan pasir yang
tertinggal di masing – masing tingkat ayakan
5. Timbanglah pasir yang tertinggal dari masing – masing tingkat ayakan
HALAMAN 35
- Rumus
1. Berat Tertinggal ( % )
Berat Tinggal
¿ x 100
Jumlah total tertinggal
2. Berat Tertinggal Kumulatif ( % )
¿ Berat tertinggal ayakan+ berat kumulatif ayakan diatasnya
3. Berat Kumulatif lewat ayakan ( % )
¿ 100−berat kumulatif ayakan
F. Pembahasan
Pemeriksaan modulus halus pasir adalah cara untuk mengetahui kekerasan
dari suatu agregat halus.
G. Kesimpulan
Jadi hasil modulus halus butir agregat halus adalah 4,47 gram/cm3.
Agregat halus ini masuk dalam kategori pasir kasar (2.90-3.20 cm). Hasil dari
MHB yang begitu besar menunjukkan bahwa pasir ini kurang baik dalam
pembuatan beton.
HALAMAN 36
H. Gambar Alat
TIMBANGAN
HALAMAN 37
3.6 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Kadar Air Kerikil
B. Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat kasar atau kerikil. Hasil pengujian ini
selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan :
HALAMAN 38
D. Pelaksanaan Praktikum atau Prosedur
1. cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan bahan lain yang
melekat pada permukaan dengan memakai keranjang kawat yang
dicelupkan kedalam air lalu timbang
2. keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110±5)°c selama 24 jam
3. setelah diangkat dari oven dinginkan benda uji lalu timbang
Uraian Sampel
Bk / (Bk – Ba)
(Bj – Bk ) / Bk ) x 100
- Rumus
HALAMAN 39
Bj−Bk
¿ x 100
Bk
- Perhitungan
F. Pembahasan
- Berat jenis relative agregat berdasarkan data hasil pengujian Laboratorium.
- Nilai agregat gabungan diplotkan kedalam grafik untuk mendapatkan berat
jenis beton dalam keadaan basah.
- Berat jenis curah hujan adalah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
dengan agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25˚C
- Berat jenis jenuh kering permukaan yaitu perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama
denga nisi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25˚C.
G. Kesimpulan
Dari hasil pengujian atau percobaan yang telah dilakukan, kita dapatkan :
HALAMAN 40
3.7 Pemeriksaan Berat Isi Padat Agregat Kasar
B. Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat kasar atau kerikil. Hasil pengujian ini
selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan :
HALAMAN 41
4. Masukkan contoh uji sebanyak 2/3 bagian, ratakan dan lalu tumpuk 25 kali
merata keseluruh permukaan dengan batang penumbuk.
5. Masukan contoh uji hingga 3/3 memenuhi silinder ukur sampai penuh, rata
lalu tumbuk 25 kali kemudian ratakan.
6. Timbang contoh uji dalam silinder.
Keterangan Sampel
- Rumus
1. Volume Tabung ( V )
V = ¼ π d² h
Keterangan : d = diameter tabung ( cm )
h = tinggi tabung ( cm )
v = volume tabung ( m³ )
2. Berat isi Padat ( M )
M=W3/V
Keterangan : W3 = berat agregat bersih
W3 = W2 – W1
W2 = berat tabung + agregat
W1 = berat tabung
HALAMAN 42
- Perhitungan
1. Volume Tabung ( V )
V = ¼ x 3.14 x 15² x 30
= 5310,44 cm3
2. Berat Isi Padat ( M )
Dimana W3 = W2 – W1 = 1884 gram
1884
M= =1,68 gr /cm3
5301
F. Pembahasan
Berat isi padat adalah berat agregat bersih dibagi dengan volume tempat
agregat tersebut di padatkan.
G. Kesimpulan
Bahwa berat isi padat agregat kasar didapatkan sebesar = 1,68 gram/cm3
HALAMAN 43
H. Gambar Alat
TIMBANGAN OVEN
HALAMAN 44
SEKOP
B. Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat kasar atau kerikil. Hasil pengujian ini
selanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan :
HALAMAN 45
E. Rumus dan Perhitungan
Keterangan Sampel
- Rumus
1. Volume Tabung ( V )
V = ¼ π d² h
Keterangan : d = diameter tabung ( cm )
h = tinggi tabung ( cm )
v = volume tabung ( m³ )
2. Berat isi Padat ( M )
M=W3/V
Keterangan : W3 = berat agregat bersih
W3 = W2 – W1
W2 = berat tabung + agregat
W1 = berat tabung
HALAMAN 46
- Perhitungan
1. Volume Tabung ( V )
V = ¼ x 3.14 x 152 x 30
= 5301,44 cm3
2. Berat Isi Padat ( M )
Dimana W3 = W2 – W1 = 8285 gram
8285
M= =1,56 gr /cm3
5301
F. Pembahasan
Berat isi gembur adalah berat agregat bersih dibagi dengan volume tempat
agregat yang tidak di padatkan.
G. Kesimpulan
Bahwa berat isi gembur agregat kasar didapatkan sebesar = 1,56 gram/cm3
HALAMAN 47
H. Gambar Alat
TIMBANGAN OVEN
HALAMAN 48
1.1 Pemeriksaan Modulus Halus Butir ( MHB ) /Analisa Saringan
Agregat Kasar
B. Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada kerikil atau agregat kasar. Hasil pengujian ini
selanjutnya digunakan dalam pekerjaan :
HALAMAN 49
4. Setelah itu siapkan kertas atau wadah untuk meletekkan pasir yang
tertinggal di masing – masing tingkat ayakan
5. Timbanglah pasir yang tertinggal dari masing – masing tingkat ayakan
1 (25,4) 0 0 0 100,00
HALAMAN 50
- Rumus
1. Berat Tertinggal ( % )
Berat Tinggal
¿ x 100
Jumlah total tertinggal
2. Berat Tertinggal Kumulatif ( % )
¿ Berat tertinggal ayakan+ berat kumulatif ayakan diatasnya
3. Berat Kumulatif lewat ayakan ( % )
¿ 100−berat kumulatif ayakan
F. Pembahasan
Pemeriksaan modulus halus kerikil adalah cara untuk mengetahui kekerasan
dari suatu agregat kasar.
G. Kesimpulan
Jadi hasil modulus halus butir agregat kasar adalah 4,41 gram/cm3.
HALAMAN 51
H. Gambar Alat
TIMBANGAN
SEKOP
SARINGAN NO.4 EMBER
HALAMAN 52
BAB IV
HALAMAN 53
f’cr = f’c + M
= 27 +10
f’cr = 37 MPa
HALAMAN 54
4. Jenis semen yang telah ditetapkan adalah semen portland komposit
(PCC) yang penggunaannya tidak memakai persyaratan khusus, jadi sama
seperti semen tipe I.
5. Jenis agregat halus yang digunakan yaitu alami, menggunakan pasir kasar,
quary Km.10 Sorong
6. Jenis agregat kasar yang digunakan yaitu batu pecah ukuran maksimal
20 mm.
7. Menentukan nilai faktor air semen dengan cara menggunakan grafik
“hubungan antara kuat tekan rata-rata dan faktor air semen berdasarkan
umur benda uji dan jenis semen” sebagai berikut ini.
a. Perkiraan kekuatan tekan dari Tabel 3.5 dapat diketahui dari jenis
semen, jenis agregat, bentuk benda uji yang digunakan dan umur
beton pada kekuatan tekan.
Tabel 3.5 Perkiraan Kekuatan Tekan (MPa) beton dengan faktor air semen
0,5 dan agregat kasar yang biasa dipakai di Indonesia
Kekuatan Tekan (MPa)
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar Pada Umur (hari) Bentuk
Benda
3 7 28 91 Uji
Semen Portland Batu tidak dipecahkan 17 23 33 40
Tipe 1 Batu pecah 19 27 37 45 Silinder
Semen Tahan Batu tidak dipecahkan 20 28 40 48
Kubus
Sulfat Tipe II, V Batu pecah 23 32 45 54
Batu tidak dipecahkan 21 28 38 44
Silinder
Semen Portland Batu pecah 25 33 44 48
Tipe III Batu tidak dipecahkan 25 31 46 53
Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
HALAMAN 55
menyentuh garis warna merah.
HALAMAN 56
d. Lalu buat garis lengkung melalui titik perpotongan dari sub. Butir b
secara proporsional.
e. Kemudian buat garis lurus ke kanan dari angka fcr sebesar 37 MPa
sampai menyentuh garis lengkung (kurva baru) yang sudah dibuat
atau ditentukan dari sub butir c, diatas .
f. Selanjutnya buat garis lurus ke bawah melalui titik perpotongan
tersebut. Kemudian dari garis tersebut didapatkan nilai fas sebesar
0,50 dan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6 Hubungan Antara Kuat Tekan Rata-Rata dan Faktor Air
Semen (Benda Uji Berbentuk Silinder Diameter 150 mm tinggi 300 mm)
(Sumber: SNI 03-2834-2000)
HALAMAN 57
8. Menentukan nilai faktor air semen maksmimumSetelah ditentukan nilai fas dari
gambar diatas, kemudian dilanjutkan dengan menentukan faktor air semen (fas)
maksimum yang dapat ditentukan dari Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Persyaratan fas dan Jumlah Semen Minimum Untuk
Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus
Jumlah Semen Minimum Nilai fas
3
Jenis Pembetonan per m beton (Kg) Maksimum
Beton di dalam ruang bangunan
a. keadaan keliling non-korosif 275 0,6
b. keadaan keliling korosif
disebabkan oleh kondensasi atau 325 0,52
uap korosif
Beton di luar ruangan bangunan
a. tidak terlindung dari hujan
danterik matahari langsung 325 0,6
b.terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung 275 0,6
Beton masuk ke dalam tanah
a. mengalami keadaan basah dan
kering berganti-ganti 325 0,55
b. mendapat pengaruh sulfat dan
alkali dari tanah Tabel 3.10
Beton yang kontinu berhubungan
dengan air tawar dan air laut Tabel 3.11
Nilai faktor air semen maksimum yang didapat dari Tabel 3.6 adalah sebesar
0,6 yaitu jenis pembetonan di dalam ruang bangunan dengan keadaan keliling
non korosif. Sehingga, digunakan nilai fas terkecil yaitu 0,50
9. Menetapkan nilai slump
Tinggi slump perencanaan yang ditetapkan adalah sebesar 60-180 mm.
HALAMAN 58
10. Menetapkan ukuran besar butir agregat maksmimum
Ukuran besar butir agregat maksimum yang digunakan yaitu sebesar 20 mm.
80
70 60
60
50
40
30 30
20 10
10 0
0 0 0
4.75 9.5 19.1 38.1
No. Ayakan (mm)
Batas Bawah Batas Atas
HALAMAN 59
W = Wh + Wk = 195 + 225= 205 kg/m3
Dari perhitungan diatas didapatkan nilai kadar air bebasnya adalah
sebesar 205 kg / m3
12. Menghitung kebutuhan semen
Jumlah kebutuhan semen dihitung berdasarkan persamaan 3.7.
= 205/0,50
Wsemen = 410 kg / m3
HALAMAN 60
Grafik 4 : Grafik agregat halus No. 2 (Pasir sedang)
90 87.25 90 100.00
80 82 75
60 59 55
48.50
40
35
30 29.25
20
10 7 8
0 0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
No. Ayakan (mm)
Batas Atas Batas Bawah
a. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen yang
sudah didapatkan sebelumnya sebesar 0,50 sampai memotong
kurva bagian atas pada daerah gradasi no 2.
b. Kemudian dari titik perpotongan batas lengkung kurva atas dan
batas lengkung kurva bawah pada daerah gradasi nomor 2,
ditarik garis mendatar ke kiri sampai memotong sumbu tegak.
c. Dari penarikan garis atas dan garis bawah tersebut didapatkan
angka yaitu sebesar 46,2 dan 36,7.
HALAMAN 61
46,2
36,7
0,5
= 100% - 41,6%
%AK = 58,4%
HALAMAN 62
sebesar 41,6% dan agregat kasar (%AK) sebesar 58,4%.
agregat kasar (BJAK) yaitu sebesar 2,57. Setelah didapatkan berat jenis kedua
agregat tersebut, kemudian berat jenis agregat gabungan dapat dihitung
menggunakan persamaan 3.5.
BJgabungan = AH% x BJAH + %AK x BJAK
HALAMAN 63
Dari penarikan garis tersebut didapatkan nilai berat isi beton adalah
2250
2,46
205
HALAMAN 64
3 3
680,16 kg/m dan berat agregat kasar (WAK) adalah sebesar 954,84 kg/m .
Maka proporsi campuran yang akan digunakan untuk benda uji setiap 0,020 m3
adalah :
Semen Portland = 410 kg / m3 x 0,020 m3 = 8,20 kg
Air seluruh = 205 kg / m3 x 0,020 m3 = 4,10 kg
Agregat pasir = 680,16 kg / m3 x 0,020 m3 = 13,60 kg
Agregat kerikil = 954,84 kg/ m3 x 0,020 m3 = 19,09 kg
HALAMAN 65
Tabel 6 : Perencanaan Campuran Beton Dengan σ 'c = 27 Mpa
Tabel/Grafik/
No Uraian Nilai
Hitungan
Kuat desak yang disyaratkan σ 'c
1 27 Mpa Di tetapkan
(benda uji silinder & kubus)
2 Deviasi standar (Sd) 5,6 Mpa Di tetapkan
3 Nilai tambah (M) 10 Mpa Di tetapkan
4 Kuat desak yang ditargetkan f'c 37 Mpa Di tetapkan
5 Jenis semen PCC Tipe 1 Di tetapkan
6 Jenis agregat :
Kerikil
Kasar
(Batu Pecah)
Halus Pasir Kuning
7 Faktor air semen (FAS) 0.5 Gambar 3.6
8 Faktor air semen maksimum 0.6 Di tetapkan
9 Slump 60 - 180 mm Di tetapkan
10 Ukuran agregat maksimum 20 mm Di tetapkan
11 Kadar air bebas 205 kg/m³ Hitungan
12 Jumlah semen 410 kg/m³ Hitungan
13 Jumlah semen maksimum - Tidak di tetapkan
14 Jumlah semen minimum 275 kg/m³ Tabel 4
15 Jumlah semen dipakai 410 kg/m³ Hitungan
16 Faktor air semen yang disesuaikan 0,5
17 Susunan butir agregat halus Gradasi 2 Grafik 2
Susunan butir agregat kasar atau
18
gabungan
19 Persen agregat halus 41 % Grafik 4
20 Berat jenis relatif agregat SSD 2,46 gr/m³ Hitungan
21 Berat isi beton 2250 kg/m³ Grafik 5
22 Kadar Agregat Gabungan 1635 kg/m³ Hitungan
23 Kadar Agregat Halus 680,16 kg/m³ Hitungan
24 Kadar Agregat Kasar 954,84 kg/m³ Hitungan
25 Proporsi Campuran
Air Agregat (Kg)
Jumlah Bahan Semen (Kg)
(Kg) Halus Kasar
Tiap m³ 410 205 680,16 1010,81
Tiap Campuran Uji 0.020 8,20 4,10 13,60 19,09
Di Periksa Di Sahkan Di Kerjakan
HALAMAN 66
ASISTEN LAB. BETON MUHAMMAD ARIF, S.T KELOMPOK II
BAB IV
PEMBUATAN DAN UJI DESAK BETON
Setelah semua material penyusun beton telah di uji maka kita di tuntut
untuk menghitung Mix Design sesuai metode SNI untuk mengetahui proporsi
campuran dan setelah itu kita mulai membuat/mencetak beton, tetapi sebelum itu
ada Langkah – langkahnya adalah sebagai sebagai berikut :
HALAMAN 67
- Penurunan permukaan beton diukur dari puncak kerucut besarnya
penurunan lebih kurang sama dengan nilai slump yang dikehandaki.
- Jika campuran lebih terlalu kental atau cair maka harus di campur ulang.
e) Sebelum campuran di masukan ke dalam tabung silinder dan kubus maka
dilapisi dengan pasta semen dan kemudian dilapisi minyak pelumas.
f) Masukankan campurannya ke dalam tabung silinder dan kubus : caranya
masukkan 1/3 bagian dan tumbuk 25 kali ( hal ini tersebut di lakukan
sebanyak 3 kali setelah itu ratakan ).
g) Setelah lebih kurang 24 jam, beton dikeluarkan dari cetakan kemudian di
timbang dan disimpan dalam udara lembab atau dalam air.
h) Setelah umur 28 hari betonnya di angkat dan di uji kekuatan tekannya dengan
alat tekan beton.
Setelah 7 dan 14 hari beton di angkat dari rendamannya ( perawatan beton ) maka
di lakukan uji tekan.
- Masukkan satu persatu benda uji ( silinder dan kubus ) ke dalam mesin
desak untuk di desak
- Pembebanan dihentikan apabila jarum pada mesin Kembali k enol
- Lihat dan catat hasil desak dari masing – masing benda uji ( silinder dan
kubus )
- Perhatikan bentuk beton yang hancur ( apakah bentonnya terbelah menjadi
dua bagian atau hancur lebih dari ½ bagian, perhatikan juga kerikilnya
apakah banyak yang pecah atau terlepas.
Kuat Uji Hasil Uji Berat Uji Berat Akhir Konversi ke Mpa
Kubus 1 425 KN 7,840 kg 7,855 kg 24,10 MPa
Kubus 2 430 KN 7,895 kg 7,945 kg 20,69 MPa
Silinder 1 240 KN 12,215 kg 12,235 kg 23,09 MPa
Silinder 2 300 KN 12,250 kg 12,460 kg 19,68 MPa
HALAMAN 68
Hitungan :
- Benda Uji 1 kubus ( Umur 7 Hari )
Hasil Kuat Tekan Kubus :
1. Kubus = 350 KN
2. Silindr = 240 KN
Maka dapat dihitung dengan sbb :
1. Kubus = 350
425 x 102 = 43,350 kg (P)
15 x 15 = 225 cm2 (A)
P 43,350
σ= = =192,66 kg /cm2
A 225
Hasil Uji 7 hari :
192,66
¿ =296,41 kg/cm 2
0,65
Konversi ke MPa :
1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm3
296,41
¿ x 0,83 atau 296,41 x 0,083
10
= 24,60 MPa
Jadi, Hasil Uji Kubus 7 hari adalah 24,60MPa
Keterangan :
F = Gaya
A = Luas Preasure
1 KN = 101,97 kg
= 102 kg
7hari = 65 %
HALAMAN 69
2. Silinder = 440 KN
400 x 102 = 40,800 kg (P)
1/4 x 3,14 x 152 = 176,625 kg ( A )
P 40,800
σ= = =230,99 kg /cm2
A 176,625
230,99
¿ =278,30 kg/cm 2
0,83
Hasil Uji 7 hari
278,30
¿ =2878,30 kg/cm 2
1,00
Konversi ke MPa :
1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm3
278,30
¿ x 0,83 atau 278,30 x 0,083
10
= 23,09 MPa
Jadi, Hasil Uji Silinder 7 hari adalah 23,09 MPa
Keterangan :
F = Gaya
A = Luas Preasure
1 KN = 101,97 kg
= 102 kg
7 hari = 65 %
HALAMAN 70
- Benda Uji 2 kubus dan Silinder ( Umur 14 Hari )
3. Kubus = 550 KN
4. Silinder = 400 KN
HALAMAN 71
4. Silinder = 440 KN
400 x 102 = 40,800 kg (P)
1/4 x 3,14 x 152 = 176,625 kg ( A )
P 40,800
σ= = =230,99 kg /cm2
A 176,625
230,99
¿ =278,30 kg/cm 2
0,83
Hasil Uji 14 hari
278,30
¿ =2878,30 kg/cm 2
1,00
Konversi ke MPa :
1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm3
278,30
¿ x 0,83 atau 278,30 x 0,083
10
= 23,09 MPa
Jadi, Hasil Uji Silinder 14 hari adalah 23,09 MPa
Keterangan :
F = Gaya
A = Luas Preasure
1 KN = 101,97 kg
= 102 kg
14 hari = 90 %
HALAMAN 72
Setelah Melihat Hasil Tekan, Ternyata Kuat Desak yang Direncanakan
yakni Sebesar 37 MPa tidak tercapai, Dalam hal ini tentunya ada factor –
factor yang kemungkinan besar mempengaruhi pada saaat praktikum antara
lain :
1. Kualitas dari masing – masing Agregat ( agregat kasar dan halus ) kurang
begitu bagus.
4. Kemungkinan pada saat tes slump campurannya kurang air, karena ujinya
hanya mengalami penurunan 9 cm, setelah di beri air tambah 400 ml.
Jika bentuk betonnya hancur terbelah dua dan kerikil - kerikilnya banyak
yang pecah buka terlepas maka proporsi campuran bagus, Jika sebaliknya
maka campurannya tidak mengikat ( campurannya jelek ).
Hasil uji desak membuktikan bahwa antara agregat kasar dengan pasta
semen kurang mengikat karena pada saat uji tekan agregat kasar (kerikil)
tidak pecah, ini membuktikan bahwa kualitas agregat kasarnya (baik) tetapi
antara semen agregat kasar dan halus kurang mengikat hingga
mengakibatkan hasil uji tekan betonnya menjadi sangat kecil.
HALAMAN 73
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam Hasil percobaan maka kami dapat sampaikan beberapa kesimpulan yaitu,
sebagai berikut :
1. Dari percobaan hasil uji yang telah kami lakukan dapat diketahui bahwa
angka atau persen kadar berat lewat ayakan No.200 Sebesar 2,57 % sedangkan
ketetapan SNI Maksimal 5%. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa Hasil Uji
memenuhi Standar SNI Karena hasil Uji tidak melewati Nilai 5% .
2. Untuk pengujian berat jenis Curah = 2,30 gr/cm3, Berat jenis jenuh kering
muka = 2,31 gr/cm 3, Berat Jenis Semu = 2,32 gr/cm3 , dan Penyerapan air =
0,36 %
3. Bahwa Berat Isi Padat agregat halus adalah 1,68 gr/cm3.
4. Bahwa Berat isi Gembur Agregat halus adalah 1,56 gr/cm 3.
5. Hasil dari MHB agregat halus ayakan adalah 4,37 gr/cm3. Agregat halus ini
masuk dalam kategori pasir sedang atau (gradasi zona 2) hasil dari MHB
menunjukan bahwa pasir ini kurang bagus untuk pembuatan Beton.
6. Bahwa Berat isi padat agregat kasar sebesar = 1,41 gr/cm3
7. Bahwa Berat isi gembur agregat kasar sebesar = 1,28 gr/cm3
8. Berat Jenis curah sebesar = 2,54 gr/cm3, Berat jenis jenuh kering muka = 2,57
gr/cm3, Berat jenis Semu = 2,62 gr/cm 3, Penyerapan air =1,20 %.
9. Pemerikasaan Data Modulus halus Butiran (MHB) / analisa agregat kasar
adalah 4,41 gr/cm3
10. Setelah melihat hasil uji tekan ternyata kuat tekan/desak yang di rencanakan
yakni 27 Mpa tidak tercapai. Dalam hal ini tentunya ada faktor-faktor yang
mempengaruhi praktikum antara lain :
1. Kualitas dari masing-masing agregat tidak bagus terutama pasir nya
2. Karena faktor air yang tidak bagus mengandung kapur.
HALAMAN 74
11. Setelah melakukan uji tekan dapat dilihat bahwa kerikil pada sample uji ikut
terpecah bisa di simpulkan bahwa daya ikat antara kerikil dan pasta campuran
kurang bagus.
5.2 Saran
1. Untuk mempermudah dan memperlancar praktikum di laboratorium maka
persiapan yang maximal sangat di perlukan demi kelancaran praktikum dari
awal hingga akhir.
2. perlu adanya penjelasan yang lebih detail oleh asisten laboratorium selama
pelaksanaan praktikum.
3. Dalam membuat perencanaan beton atau mix desain harus teliti dan
memahami konsep-konsep dan grafik pada prosedurnya.
4. Perlu adanya pengawasan yang baik oleh pembimbing praktikum atau asisten
laboratorium agar kesalahan yang fatal tidak terjadi selama praktikum
berlangsung.
5. Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin akan terjadi pada
praktek-praktek berikutnya maka kritik dan saran yang membangun sangat
kami butuhkan demi perbaikan laporan maupun praktikum selanjutnya.
HALAMAN 75
DAFTAR PUSAKA
Samekto, wuryati, dr. M.pd. Dan candra rahmadiyanto s.t2001. Teknologi Beton
yogyakarta; kanisius.
HALAMAN 76
LAMPIRAN
HALAMAN 77
HALAMAN 78
Dokumentasi Pengujian Agregat Halus
HALAMAN 79
Dokumentasi Pengujian Agregat Kasar
HALAMAN 80
Dokumentasi Pencampuran Beton
HALAMAN 81
Metode SNI 03-2834-2000
Tabel dan Grafik
- Tabel
Tabel 1a : Faktor Penggali (k) Deviasi Standar
Catatan : Bila Jumlah data hasil uji dari 15, maka nilai tambah (m) diambil tidak
kurang dari 12 MPa.
HALAMAN 82
Tabel 2 : Perkiraan Kuat Tekan Beton ( MPa ) dengan Fas = 0,5
Catatan :
Agregat tak dipecah atau agregat pecah, digunakan nilai-nilai pada table 3
Untuk agregat campuran (tak dipecah dan dipecah), hitung dengan
menggunakan rumus
2 1
= wh+ wk
3 3
Wh : perkiraan jumlah air untuk agregat halus ( table 3 )
HALAMAN 83
Wk : perkiraan jumlah air untuk agregat kasar ( table 3 )
Tabel 4 : Persyaratan Fas dan jumlah semen minimum untuk berbagai
pembetonan dan lingkungan khusus.
Tabel 5 : Fas maksimum untuk Beton yang berhubungan air tanah yang
mengandung sulfat
HALAMAN 84
0
1,0 - 2,5 - 0,4
4 2,0 3,1 - 5,6 5,0 Tipe II atau Tipe V 330 370 420 5
Tipe II atau Tipe V dan 0,4
5 > 2,0 > 5,6 > 5,0 330 370 420
lapisan pelindung 5
HALAMAN 85
- Grafik 1
-
Grafik 1 : Hubungan antara kuat tekan dan factor air semen (fas)
(benda uji berbentuk silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm)
HALAMAN 86
Grafik 2 : Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat yang
Dianjurkan Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm
(Sumber: SNI 03-2834-2000)
HALAMAN 87
Grafik 3 : Batas Gradasi Pasir ( kasar ) no 1
HALAMAN 88
HALAMAN 89
Grafik 5 : Batas Gradasi Pasir ( agak halus ) no 3
HALAMAN 90
Grafik 7 : Gradasi Agregat Ukuran 10 mm
HALAMAN 91
Grafik 9 : Gradasi Agregat Ukuran 40 mm
HALAMAN 92