Oleh:
Vincentius Soviantoro
NIM. 1910811310016
Dosen Pengampu:
Abdul Karim S.T.,M.T.
NIP. 19950519 202203 1 013
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah Metode Pelaksanaan Konstruksi sebagai tugas Mata Kuliah Metode Pelaksanaan
Konstruksi.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Karim
ST.,MT sebagai dosen pembimbing pada mata kuliah Metode Pelaksanaan Konstruksi, juga
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga tugas besar ini dapat selesai tepat waktu.
Penulis juga menyadari akan adanya keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki,
namun penulis juga berusaha menyelesaikan tugas besar ini dengan sebaik-baiknya. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan tugas
besar ini.
Akhir kata dengan segala kekurangan dan kerendahan hati penulis mengharapkan tugas
Vincentius Soviantoro
NIM : 1910811310016
Contents
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................................3
BAB 1.............................................................................................................................................................................6
PENDAHULUAN.........................................................................................................................................................6
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................................................6
1.2 TUJUAN PENULISAN...................................................................................................................................7
BAB 2.............................................................................................................................................................................8
METODE PELAKSANAAN.......................................................................................................................................8
2.1 METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN GALIAN.................................................................................................8
2.2 METODE DEWATERING...................................................................................................................................14
2.2.1 Dewatering Open Pumping...................................................................................................................15
2.2.2 Dewatering Predrainage........................................................................................................................17
2.2.3 Dewatering Cut Off...............................................................................................................................19
2.3 METODE PONDASI...........................................................................................................................................26
2.3.1 Pondasi Dangkal...................................................................................................................................30
A. Pondasi Setempat (Single Footing).........................................................................................................................33
B. Pondasi menerus (Continuous Footing)..................................................................................................................37
C. Pondasi Rakit (Plate Foundation)...........................................................................................................................39
Metode pelaksanaan konstruksi merupakan metode yang dibuat secara teknis yang
menggambarkan proses penyelesaian pekerjaan yang sistematis dari awal hingga akhir.
Dalam metode ini terdapat tahapan atau urutan dan uraian cara kerja dari masing-masing
jenis kegiatan pekerjaan. Selain itu, dalam metode pelaksaaan konstruksi juga terdapat
jadwal atau jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan analisa teknis satuan
pekerjaan.Tujuannya agar pekerjaan dapat selesai dengan baik serta waktu yang
dibutuhkan tepat sesuai dengan rencana kerja. Dalam pelaksanaan konstruksi
membutuhkan metode – metode pelaksanaan yang tepat guna menunjang proses untuk
dapat menyelesaikan konstruksi tersebut dengan efektif dan efisien terhadap waktu, biaya
dan sumber daya yang digunakan.
Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk
mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan waktu. Aspek teknologi, sangat
berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak
diterapkan dalam metode-metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode
yang tepat, praktis, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan
pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana
ditetapkan akan dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, adakalanya juga diperlukan suatu metode
terobosan untuk menyelesaikan pekerjaan di lapangan. Khususnya pada saat menghadapi
kendala-kendala yang diakibatkan oleh kondisi lapangan yang tidak sesuai dengan
dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai
kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek konstruksi
bersangkutan.
Penerapan metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan
di mana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung pada jenis proyek yang
dikerjakan. Metode pelaksanaan pekerjaan untuk bangunan gedung berbeda dengan
metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, konstruksi dermaga
maupun konstruksi jalan dan jembatan.
Semua tahapan pekerjaan gedung mempunyai metode pelaksanaan yang disesuaikan
dengan disain dari konsultan perencana. Perencanaan metode pelaksanaan pekerjaan
struktur didasarkan atas design, situasi dan kondisi proyek serta site yang ada dalam data-
data proyek. Data-data tersebut merupakan data yang mempengaruhi dalam menentukan
dan merencanakan metode pelaksanaan gedung.
2. Galian tahap-2, lereng hasil penggalian tahap-1 harus diproteksi dari gerusan air hujan
dgn menggunakan terpal plastik (plastik sheet) dan galian tahap kedua dapat dilaksanakan
dengan metode yang sama pada tahap-1
Buat ramp masuk /keluar untuk alat berat dan DT dengan kemiringan maximim 15 %
3. Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian di bawah muka air
tanah dilakukan pekerjaan dewatering.
4. Hasil galian tanah dibuang ke lokasi disposal area, diusahakan jarak disposal dicari jarak
terdekat dan yang perlu diperhatikan diusahakan tanah galian tidak berjatuhan di jalan
dengan cara menutup bak dump truck dengan terpal.
2.2 Metode Dewatering
Istilah dewatering merujuk pada suatu cara yang dilakukan untuk membebaskan
area konstruksi dari aliran air tanah. Tujuannya tak lain untuk menjaga kestabilan lereng
galian dan menjaga area galian proyek tetap kering selama proses konstruksi. Lebih luas
lagi, dewatering memberi banyak manfaat untuk pengerjaan proyek antara lain,
memperbaiki kestabilan tanah, mencegah pengembungan tanah, mencegah perembesan,
mencegah erosi buluh, dan mencegah resiko sand boil. Adapun 3 metode yang digunakan
dalam sistem dewatering ialah: (1) Dewatering Open Pumping (2) Dewatering
Predrainage (3) Dewatering Cut Off.
2.2.1 Dewatering Open Pumping
Pada metode dewatering open pumping ini yang dilakukan adalah dengan
membuat saluran (sump pit) yang memiliki permukaan lebih rendah dari daerah galian
sekitarnya.
Siapkan saluran untuk mengalirkan air tanah yang dipompa, sejak sebelum
penggalian dimulai.
Pada setiap tahapan galian dibuat sumur kecil/ selokan tandon air untuk
tempat pompa isap.
Pada sumur/ selokan tandon air tersebut, dipasang pompa untuk pengeringan
(pompa submersible lebih baik dibanding pompa biasa).
Bila kedalaman galian melebihi kemampuan isap pompa (suction lift), maka
pemompaan dapat diturunkan
Bila galian sangat luas, dapat dilakukan secara bertahap. Dan membuat sumur/
selokan di beberapa tempat.
Galian dengan areal yang sangat luas, maka dilakukan tahapan sebagai berikut:
Tanah digali sebatas muka air tanah pada seluruh luasan galian dengan Bulldozer/
Excavator.
Disekeliling tepi galian dibuat galian selokan dengan kedalaman lebih dari
elevasi dasar galian, dengan menggunakan excavator atau clampshell.
Karakteristik tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak dengan
banyak celah.
Dibuat sumur tes untuk mengetahui lapisan tanah dan tinggi muka air tanah, guna
meyakinkan perencanaan yang ada.
Dipersiapkan saluran untuk mengalirkan air buangan dari pompa ke dalam saluran
drainase yang ada. Hal ini perlu menjadi perhatian karena debit air yang dibuang
kadang-kadang cukup besar.
Dipasang wellpoint dengan kedalaman dan jarak tertentu dan bagian pengisapnya
(bagian atas) dihubungkan dengan header (pipa penghubung wellpoint).
Kemudian header pipe dihubungkan dengan pompa dengan pipa buangnya
disambung dan diarahkan ke saluran pembuang.
Pada pemilihan system predrainage ini harus diperhatikan benar
ketersediaan saluran drainase yang dapat menampung debit air yang harus dibuang per
menitnya. Bila tidak tersedia saluran drainase yang cukup, akan timbul masalah baru,
dalam rangka proses pengeringan (dewatering) dengan sistem predrainage ini. Untuk
mengatasi masalah tersebut, biasanya air buangan dimasukkan kembali ke dalam tanah
dengan membuat sumur-sumur resapan.
Pada titik kedudukan wellpoint dibor sampai kedalaman tempat bagian atas
saringan wellpoint terletak minimum 100 cm di bawah elevasi dasar galian (untuk tanah
yang tidak UNIFORM). Bila dasar galian terletak pada tanah lempung (clay), maka
bagian atas saringan berjarak kurang lebih 15 cm dari permukaan clay. Bila lapisan tanah
terdiri dari pasir halus, maka saringan harus diletakkan sampai pada lapisan butir kasar.
Hal ini untuk mencegah agar partikel halus dari tanah tidak ikut tersedot oleh pompa.
Dalam hal ini installasi pipa-pipa yang ada tidak boleh terjadi kebocoran, karana
akan mengurangi efektifitas pompa yang digunakan. Bila elevasi dasar galian sangat
dalam dari muka air tanah, sedang maximum suction lift hanya 5-7 meter, maka dapat
dipergunakan dua cara:
1. Multy Stage Wellpoint system
2. Kombinasi deep well dengan single stage wellpoint.
a. Karakteristik tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak dengan
banyak celah.
b. Gedung sebelah yang ada, sensitif terhadap penurunan muka air tanah.
c. Tidak tersedia saluran pembuangan.
Prinsip metode dewatering cut off ini adalah memotong aliran air dengan dinding
pembatas, sehingga daerah yang dikehendaki dapat terbebas dari air tanah. Ditinjau dari
pergerakan air tanah, metode dewatering cut off ini paling baik, karena tidak terjadi aliran
air tanah dan tidak terjadi penurunan muka air tanah di sekeliling luar daerah galian.
Namun pengerjaan dewatering dengan metode cut off ini akan banyak melibatkan alat
berat dalam pengerjaan dinding cut off, sehingga cost biaya yang dikeluarkan cukup
tinggi.
Gambar 2.3 Potongan Metode Cut Off
Jenis dinding yang digunakan beserta urut – urutan kerjanya dapat dijelaskan
sebagai berikut :
.
Dilakukan galian tanah untuk diaphragm wall, panel demi panel (panel
female) berselang seling dengan menggunakan clampshell, selebar dan
sedalam desain. Bila perlu dengan bantuan lumpur bentonite untuk
mencegah keruntuhan dinding galian.
Lubang tanah yang telah selesai digali secara selang-seling kemudian
dipasang pembesian dan pipa, untuk pengecoran panel female.
Panel-panel antara galian yang sudah dicor beton, digali seperti panel yang
terdahulu (panel male).
Kemudian panel-panel tersebut dicor beton, sehingga membentuk dinding
beton yang menerus.
3. Secant Piles
Dewatering dengan Metode Cut Off dapat dilakukan dengan
menggunakan Secant Piles, yaitu tiang yang saling bepotongan sehingga
membentuk dinding yang rapat. Prosesnya sama dengan diaphragm wall, tetapi
materialnya menggunakan tiang beton bertulang dantiang dari semen bentonite,
yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Di titik yang telah ditetapkan, tanah di bor sedalam desain, kemudian di
cor semen bentonite.
Di sebelahnya, sesuai dengan arah (line) diaphragm wall yang
direncanakan, dibor lagi sedalam desain, dengan jarak as lebih kecil dari
2x diameter lubang, kemudian di cor semen bentonite. Begitu seterusnya
hingga seluruh line diaphragm wall dicapai.
Bila struktur secant pile ini diperlukan juga sebagai struktur penahan
tanah selama proses penggalian, maka untuk tiang yang tahap kedua di cor
beton bertulang (sebagai struktur penahan).
Semen bentonite yang ada di pasaran ada beberapa macam antara
lain Indobent (produksi dalam negeri), dan produksi luar negeri (impor).
Sedangkan campuran semen bentonite dari beberapa trial mix yang pernah
dilakukan, telah didapatkan hasil test laboratorium untuk Unconfined
Compressive Strength pada umur 7 hari.
4. Slurry Trenches
Dewatering dengan metode Cut Off bisa juga menggunakan Slurry
Trenches, Slurry Trenches ini sering digunakan untuk :
A. Untuk Construction Dewatering
Pondasi merupakan suatu komponen struktur yang sangat penting karena semua
beban yang timbul akan diterima oleh pondasi. Kestabilan berdirinya suatu bangunan
ditentukan atau tergantung pada kekuatan konstruksi pondasinya. Sebuah bangunan tidak
dapat begitu saja didirikan langsung diatas tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur
bangunan bawah yang disebut pondasi, jadi pondasi adalah bangunan sub struktur
dibawah tanah yang berfungsi sebagai pendukung seluruh berat dari bangunan dan
meneruskan beban yang didukung ke tanah dibawahnya sekaligus menstabilkan beban.
Suatu sistem pondasi harus dihitung untuk menjamin keamanan, kestabilan bangunan
diatasnya, tidak boleh terjadi penurunan sebagian atau seluruhnya melebihi batas-batas
yang diijinkan. Hal yang juga penting berkaitan dengan pondasi adalah apa yang disebut
soil investigation, atau penyelidikan tanah. Pondasi harus diletakkan pada lapisan tanah
yang cukup keras dan padat. Untuk membuat pondasi maka diperlukan adanya pekerjaan
galian tanah, hal ini dilakukan karena pada umumnya lapisan tanah dipermukaan setebal
+/- 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai daya
dukung yang baik, oleh karena itu pada dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan
tanah humus ini. Untuk menjaga kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah
yang besar, dasar pondasi harus diletakkan lebih dari 50 cm di dalam permukaan tanah
sampai mencapai lapisan yang keras. Lebar galian tanah pondasi dibuat secukupnya asal
bisa untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah terusik akan berubah sifat
maupun kekuatannya. Secara garis besar Kondisi tanah dikelompokkan menjadi 2 tipe :
Tanah dikatakan stabil apabila tanah tersebut tidak mengalami perubahan dalam
musim kemarau maupun musim penghujan. Maksud tidak mengalami perubahan ini
adalah tidak terjadinya gerakan-gerakan tanah ke atas, ke bawah dan ke samping. Tanah
dikatakan labil atau tidak stabil, bila terjadi perubahan yang sangat besar atau mencolok
antara musim panas dan musim penghujan. Apabila ditemukan tanah yang dikategorikan
labil, sebaiknya dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sebelum dilaksanakan
pekerjaan pondasi. Sebagai contoh untuk pondasi dangkal, tanah diperbaiki dengan
memakai cerucuk bambu atau kayu dan kemudian ditambah lapisan pasir agar lebih
stabil. Kestabilan suatu pondasi selain ditentukan di atas, masih ada hal-hal lain yang
perlu diperhatikan antara lain ketebalan lapisan tanah keras serta kondisi lapisan tanah
apakah 6 merupakan bidang datar atau miring. Untuk jenis pondasi dangkal sangat
menguntungkan apabila lapisan tanah kerasnya mencapai ketebalan minimum 2 m dan
dalam keadaan datar. Sebaliknya sangat berbahaya bila lapisan tanah merupakan suatu
bidang miring yang memungkinkan akan terjadi pergeseran. Daya dukung suatu pondasi
salah satunya ditentukan oleh luas penampang pondasi. Prinsip kerja dari pondasi adalah
seperti ujung pensil, kalau ujungnya lancip ditekan pada telapak tangan akan terasa sakit,
dan lebih mudah masuk kedalam daging, sedangkan jika ujungnya tumpul akan terjadi
sebaliknya.
Pada pondasi hal demikian juga berlaku, jika lebar dasar pondasi kecil maka daya
dukung pondasi akan kecil pula sehingga bangunan lebih mudah ambles. Sebaliknya jika
dasar pondasi mempunyai lebar yang besar maka daya dukungnya juga besar sehingga
bangunan tidak mudah ambles ke dalam tanah. Jadi dapat dikatakan semakin berat
bangunan yang didukung, maka semakin besar pula daya dukung tanah yang diperlukan
dan lebar dasar pondasi juga semakin besar. Beberapa syarat untuk pekerjaan pondasi
yang harus diperhatikan, yaitu secara fungsional mampu mendukung dan menyalurkan
dengan baik beban-beban diatasnya dan secara struktural pondasi tidak ambles dan tidak
berubah bentuk. Untuk memenuhi syarat tersebut perlu diperhatikan beberapa hal dalam
pekerjaan pondasi antara lain :
1. Dasar pondasi harus mempunyai lebar yang cukup dan harus diletakkan pada
lapisan tanah yang keras.
2. Harus dihindarkan memasang pondasi sebagian pada tanah keras, sebagian pada
tanah lembek.
3. Pondasi harus dipasng menerus di bawah seluruh dinding bangunan dan dibawah
kolom-kolom pendukung yang berdiri bebas.
4. Apabila digunakan pondasi setempat, pondasi itu harus dirangkai satu dengan
balok pengikat (balok sloof).
5. Pondasi harus dibuat dari bahan yang awet berada didalam tanah dan kuat
menahan gaya-gaya yang bekerja padanya terutama gaya desak.
a. Pemboran (drilling) : dari lubang hasil pemboran (bore holes), diketahui contoh-
contoh lapisan tanah yang kemudian dikirim ke laboraturium mekanika tanah.
b. Percobaan penetrasi (penetration test) : yaitu dengan menggunakan alat yang
disebut sondir static penetrometer. Ujungnya berupa conus yang ditekan masuk
kedalam tanah, dan secara otomatis dapat dibaca hasil sondir tegangan tanah
(kg/cm2 ).
Apabila lapisan tanah keras tidak sama dalamnya, tapi untuk seluruh panjang
pondasi harus diletakkan pada kedalaman yang sama. Dalam proses pengadaannya, jenis
pondasi rumah atau bangunan dibedakan menjadi dua, yakni dangkal dan dalam.
Perbedaan ini dibedakan berdasarkan kemungkinan seberapa besar bangunan yang akan
didirikan nantinya. Karena selain menahan beban sendiri, bagian dasar ini juga bertugas
menahan seluruh beban total bangunan. Pengerjaan yang tepat akan membuat bagian ini
kuat, sehingga bangunan berdiri kokoh hingga puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun
lamanya.
Secara umum, yang dinamakan pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai
perbandingan antara kedalaman dengan lebar pondasi sekitar kurang dari 4 (Df/B < 4) seperti
pada Gambar 2.5
2. Penurunan (settlement) :
Bangunan lainnya yang dikategorikan sebagai konstruksi yang erat hubungannya dengan
pondasi dangkal, seperti :
- Bentuk segi-empat
- Bentuk Trapesium
b) Penulangan pondasi
Tahap-tahap pekerjaan penulangan pondasi setempat, yaitu :
Perakitan Tulangan
Untuk pondasi setempat ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat
pengecoran di lokasi lain agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan
proses pembuatan pondasi dapat berjalan lebih cepat. Proses perakitan
tulangan adalah sebagai :
- Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang dapat
diketahui dari ukuran pondasi setempat.
- Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi setempat,
dengan memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang ada pada
pondasi setempat tersebut.
- Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan kawat
pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas.
Pemasangan Tulangan
- Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan diletakkan
tegak turus permukaan tanah dengan bantuan waterpass.
- Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan dengan
dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah 40 mm, yaitu
dengan menggunakan pengganjal yang di buat dari batu kali disetiap
ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada jarak antara tulangan dan
permukaan dasar tanah untuk melindungi/melapisi tulangan dengan
beton (selimut beton) dan tulangan tidak menjadi karat.
- Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka dapat
langsung melakukan pengecoran.
c) Pekerjaan bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan
untuk mencetak beton yang akan di cor di dalamnya atau diatasnya. Tahap-tahap
pekerjaan bekisting, yaitu :
Diasumsikan yang akan dibuat bekisting adalah bagian tiangnya untuk
penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya diratakan dengan
cetok (sendok spesi).
Supaya balok beton yang dihasilkan tidak melengkung maka waktu membuat
bekisting, jarak sumbu tumpuan bekistingnya harus memenuhi persaratan
tertentu.
Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang akan di
cor.
Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar tegak
lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
Papan cetakan tidak boleh bocor
Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
Paku diantara papan secara berselang-seling dan tidak segaris agar tidak
terjadi retak.
d) Pengecoran
Bahan-bahan pokok dalam pembuatan beton adalah : semen, pasir, kerikil/split
serta air. Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton
dan perbandingannya. Bahan-bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat
beton dengan maksud menguji apakah syarat-syarat mutu dipenuhi. Tahap-tahap
pekerjan pengecoran pondasi setempat, yaitu:
Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari kayu dan
juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran perbandingan.
Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari
kayu atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x panjang adalah 22 cm
x 100 cm x 160 cm dapat juga dibuat dari pelat baja dengan ukuran tebal 3
mm x 60 cm x 100 cm.
Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk pengecoran seperti:
semen, pasir, split, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan untuk
pengecoran.
Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer) dengan
perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen berbanding 2 volume
pasir berbanding 3 volune split serta air secukupnya.
Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan urutan: pertama
masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga split dan biarkan tercampur
kering dahulu dan baru kemudian ditambahkan air secukupnya
Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10
menit tabung mollen (mixer) dibalikan dan tungkan kedalam kotak spesi.
Hasil dari pengecoran dimasukkan/dituangkan kedalam lubang galian
tanah yang sudah diletakan tulangan dengan bantuan alat sendok spesi
centong/ dan dilakukan/dikerjakan bertahap sedikit demi sedikit agar tidak
ada ruangan yang kosong dan kerikil/split yang berukuran kecil sampai
yang besar dapat masuk kecelah-celah tulangan.
Setelah melakukan pengecoran, maka pondasi setempat tersebut dibiarkan
mengering dan setelah mengering pondasi diurug dengan tanah urugan
serta disisakan beberapa cm untuk sambungan kolom.
B. Pondasi menerus (Continuous Footing)
Pondasi menerus yang juga disebut pondasi langsung adalah jenis pondasi yang
banyak dipakai untuk bangunan rumah yang tidak bertingkat. Untuk seluruh panjang,
jenis pondasi ini mempunyai ukuran yang sama besar dan terletak pada kedalaman yang
sama. Oleh karena itu untuk memasang pondasi menerus lebih dahulu harus dibuatkan
galian tanahnya dengan kedalaman yang sama, yang kemudian dipasang profil – profil
untuk memasang pondasi sehingga diperoleh bentuk yang direncanakan.
Pondasi menerus dapat dibuat dari pasangan batu bata dengan lebar dasar 2-3 kali
tebal pasangan bata dan pondasi dinding setengah bata cukup diletakan pada kedalaman
60 - 80 cm. Selain itu bahan pondasi yang mendukung beban bangunan yang lebih besar
dan banyak yang dipakai adalah pasangan batu kali. Lebar dasar pondasi umumnya tidak
kurang dari dua setengah kali tebal.
Diatas pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang berfungsi
sebagai balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang
memikul beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil digunakan pondasi jalur
pelat beton. Untuk menambah ketahanan bangunan terhadap gempa, pondasi sebaiknya
dibuat menerus pada sekeliling bangunan tanpa terputus.
Batu kali ini diikat menjadi satu kesatuan yang erat dan kuat dengan adukan
perekat dari campuran 1 kp : 1 pc : 5 ps. Sebelum pasangan batu kali dibuat bangunan
bawahnya diberi pasir urug setebal 20 cm dan batu kosong satu lapis. Kemudian setelah
pasangan batu kali selesai dikerjakan, lubang sisa di kanan kiri diurug dengan pasir.
c) Harus dihindarkan penempatan pondasi pada sebagian tanah keras dan sebagian tanah
lunak.
Gambar 2.9 Pondasi Menerus yang Diletakkan pada Sebagian Tanah Keras dan
Sebagian Tanah Lunak
d) Sangat disarankan menggunakan pondasi menerus, mengikuti panjang denah
bangunan.
f) Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding
penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batu kali maka perlu dipasang
pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.
.
Syarat-syarat Perencanaan Pondasi Dangkal.
Di dalam merencanakan suatu pondasi harus memperhatikan beberapa persayaratan di bawah ini:
1. Syarat yang berhubungan dengan konstruksi dan beban yang diterima oleh pondasi,
adalah :
Beban maksimum yang diterima.
Muatan sedapat mungkin merata.
Tanah dasar pondasi terlindung dari penggerusan air.
2. Syarat yang berhubungan dengan perencanaan dan perluasan pondasi, adalah :
Galian tanah sekecil-kecilnya.
Lubang pondasi harus dapat dikeringkan.
Menghindari kemungkinan terjadinya kebocoran dari air tanah.
Pondasi yang terbuat dari kayu harus terletak pada muka air tanah terendah.
3. Syarat yang berhubungan dengan stabilitas dan deformasi, adalah :
Kedalaman pondasi harus cukup untuk menghindari kerusakan tanah dalam arah
lateral di bawah pondasi.
Kedalaman pondasi harus di bawah daerah yang mempunyai sifat kompresibilitas
yang tinggi.
Konstruksi harus aman terhadap guling, geser, rotasi dan keruntuhan geser tanah.
Konstruksi harus aman terhadap korosi atau kegagalan akibat bahan-bahan kimia
yang ada di dalam tanah.
Konstruksi diharapkan mudah untuk dimodifikasi jika terdapat perubahan
geometri konstruksi.
Pondasi harus dapat memberikan toleransi terhadap pergerakan diferensial akibat
pergerakan tanah.
Pondasi harus memenuhi persyaratan standar.
Pondasi harus ekonomis dalam pelaksanaan.
2.3.2 Pondasi Dalam
Pondasi dalam merupakan struktur bawah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah keras yang berada jauh dari permukaan
tanah. Suatu pondasi dapat dikategorikan sebagai pondasi dalam apabila perbandingan
antara kedalaman dengan lebar pondasi lebih dari sepuluh (Df/B >10). Material pondasi
dalam bisa dari kayu, baja, beton bertulang, dan beton pratekan. Pondasi dalam dapat
dibedakan menjadi:
Proses Pemancangan
bahan yang digunakan untuk tipe pondasi ini adalah beton bertulang yang di cor di
tempat (in situ). Pelaksanaan pondasi tipe ini membutuhkan peralatan bor baik secara
manual (diameter lubang bor max 30 Cm) maupun menggunakan mesin bor untuk
membuat lubang dengan kedalaman rencana.
Pondasi caisson,
tipe pondasi ini berbentuk sumuran dengan diameter yang relatif lebih besar.
Ada banyak alasan seorang ahli geoteknik merekomendasikan penggunaan
pondasi dalam ke pondasi dangkal, tetapi beberapa alasan umum adalah beban desain
yang sangat besar, tanah yang buruk pada kedalaman dangkal, atau kendala situs (seperti
garis properti). Ada istilah yang berbeda digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis
pondasi yang mendalam, termasuk tumpukan (yang analog dengan tiang), tiang jembatan
(yang analog dengan kolom), poros dibor, dan caisson. Tumpukan umumnya didorong ke
dalam tanah di situ; pondasi mendalam lainnya biasanya diletakkan di tempat dengan
menggunakan penggalian dan pengeboran.