DOSEN PENGASUH:
YUNITA PANE, ST, MT
OLEH :
AGUNG PRASETIA
2007210059
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya penulis dapat
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai tepat
waktu.
penulis miliki, namun penulis juga berusaha menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
AGUNG PRASETIA
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB II ISI.................................................................................................... 5
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Pengantar
Pelaksanaan struktur basement saat ini ada dua cara, yaitu:
a) Sistem Bottom Up
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh
pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem
konvensional). Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulu
sehingga menjadi Raft foundation dengan metode papan catur,
kemudian basement diselesaikan dari bawah keatas, dengan
menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor ditempat (cast
in place). Pada sistem ini galian tanah dapat berupa open cut, sering
tidak menggunakan dewatering cut off, tetapi menggunakan
dewatering sistem predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya
menggunakan steel sheet pile yang bisa sementara maupun permanen
dengan perkuatan strutting, ground anchor atau free cantilever. Dalam
hal ini pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih
dahulu apakah struktur basement yang telah selesai dibangun mampu
menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar terjadi
deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur.
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada bab II, maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem Bottom Up merupakan metode pelakasaan konstruksi
pembuatan struktur basement yang dilaksanakan setelah seluruh
pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem
konvensional). Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulu
sehingga menjadi Raft foundation dengan metode papan catur,
kemudian basement diselesaikan dari bawah keatas, dengan
menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor ditempat
(cast in place).
2. Sistem Top Down merupakan metode pelakasaan konstruksi
pembuatan struktur basement yang dilaksanakan bersamaan dengan
pekerjaan galian basement, urutan penyelesaian balok dan pelat
lantainya dimulai dimulai dari atas kebawah, dan selama proses
pelaksanaan, struktur plat dan balok tersebut didukung oleh tiang
baja yang disebut King Post (yang dipasang bersamaan dengan
bored pile). Sedangkan dinding basement dicor lebih dulu dengan
sistem diaphragm wall, dan sekaligus diaphragm wall berfungsi
sebagai cut off dewatering.
3.2 Saran
Dari kedua metode pelaksanaan konstruksi untuk pembuatan struktur
basement yaitu metode bottom up dan top down, masing-masing metode
memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Khusus untuk metode
top down yang dapat dikatakan sebagai metode baru, memang masih perlu
banyak dilakukan penelitian lebih mendalam lagi tentang
pengaplikasiannya di lapangan. Sehingga dalam memilih kedua metode ini
diperlukan banyak pertimbangan dan analisis-analisis pendahuluan yang
cukup mendetail dari keadaan nyata dilapangan agar penggunaannya nanti
dapat seefisien dan seekonomis mungkin.
DAFTAR PUSTAKA