Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur patut kita persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena-Nya
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktunya. Tak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah dan assisten dosen yang turut
membantu mengarahkan dan membimbing kelompok kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Adapun laporam ini merupakan laporan praktikum dari Bahan Bangunan dan Pengganti
Material. Akhirkata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan kepada
pembaca. Adapun laporan ini masih memiliki kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

1
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 3
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 3
1.3 TUJUAN ......................................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 4
2.1 PENGERTIAN ............................................................................................................................. 4
2.2 KARAKTERISTIK BANGUNAN BERTINGKAT .................................................................... 4
2.3 LINGKUP PEKERJAAN ............................................................................................................. 5
2.3.1 Peralatan ............................................................................................................................... 6
2.3.2 Alat – alat Survey ................................................................................................................ 11
2.3.3 Alat – alat fabrikasi.............................................................................................................. 13
2.3.4 Alat – alat Pelaksanaan Pengecoran ................................................................................... 15
2.4 PELAKSANAAN ....................................................................................................................... 17
2.4.1 DEWATERING ...................................................................................................................... 17
2.4.2 PEKERJAAN GROUND ANCHOR ........................................................................................... 18
2.4.3 PEKERJAAN FONDASI .......................................................................................................... 19
2.5 PEKERJAAN FINISHING ......................................................................................................... 20
BAB III ....................................................................................................................................................... 21
PENUTUP .................................................................................................................................................. 21
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................................... 21

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana.Dalam


sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau
satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area.Secara ringkas konstruksi
didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari bagian-bagian struktur.Misal,
Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun secara keseluruhan dari struktur bangunan.
Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu bangunan
(jembatan, rumah, dan lain sebagainya). Walaupun kegiatan konstruksi dikenal sebagai satu
pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan satuan kegiatan yang terdiri dari
beberapa pekerjaan lain yang berbeda.
Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain, atau
arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan pengawasan lapangan
biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan
ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.
Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif sangatlah
penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan pelaksanaan) infrastruktur yang
mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan / AMDAL, metode penentukan besarnya
biaya yang diperlukan / anggaran, disertai dengan jadwal perencanaan yang baik,keselamatan
lingkungan kerja, ketersediaan material bangunan, logistik, ketidaknyamanan publik terkait
dengan yang disebabkan oleh keterlambatan persiapan tender dan penawaran, dll.

1.2 RUMUSAN MASALAH


 metode konstruksi pada bangunan bertingkat
 Apa yang dimaksud dengan metode bertingkat dan langkah pekerjaannya

1.3 TUJUAN
 Agar mahasiswa mampu dan memahami prosedur pekerjaan bangunan bertingkat
dan alat yang digunakan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai secara
vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di
perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan. Semakin
banyak jumlah lantai yang dibangun akan meningkatkan efisiensi lahan perkotaan sehingga daya
tampung suatu kota dapat ditingkatkan, namun di lain sisi juga diperlukan tingkat perencanaan
dan perancangan yang semakin rumit, yang harus melibatkan berbagai disiplin bidang tertentu.

2.2 KARAKTERISTIK BANGUNAN BERTINGKAT


Berbeda dengan bangunan yang lain , maka proyek gedung bertingkat memiliki
karakteristik yang spesifik, khususnya dalam teknologi pelaksanaannya.
Beberapa hal yang spesifik antara lain sebagai berikut :
1. Urutan pekerjaan
Tiap bagian pekerjaan sangat terkait dengan bagian pekerjaan yang lain , sehingga
perlu disusun urutan pelaksanaannya.
2. Jenis Pekerjaan
Bangunan gedung, dikenal memiliki banyak jenis kegiatan dan memerlukan banyak
jenis material dengan berbagai macam spesifikasi.
3. Kegiatan Pengangukan Vertikal
Angkutan vertikal ini merupakan jantungnya kegiatan dari proyek gedung
bertingkat dan sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran pelaksanaan.
4. Keselamatan kerja
Banyak kegiatan pekerjaan yang rawan terhadap kecelakaan , baik disebabkan oleh
manusia , alat , material, maupun desain dan metode yang tidak aman
5. Keterbatasan Lokasi
Pada umumnya letak lokasi proyek ada ditengah kota yang terbatas areal kerjanya
6. Air Tanah
Khususnya untuk bangunan bertingkat yang memiliki ruang basement yang dalam ,
kondisi air tanah setempat akan cukup berpengaruh pada proses pelaksanaan Dari
beberapa kondisi yang spesifik tersebut , maka proses pelaksanaan gedung

4
bertingkat tinggi sangat perlu didahului dengan pekerjaan – pekerjaan persiapan
untuk menjamin kelancaran dan keamanan proses tersebut .

2.3 LINGKUP PEKERJAAN

Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap rencana yang


dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat penting
dan membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh
hasil yang baik, tepat pada waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan
sebelumnya.Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang menentukan berhasil
tidaknya suatu proyek, oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dengan teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga ahli yang
profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik serta dapat mengambil keputusan-
keputusan mengenai masalah-masalah yang ditemui di lapangan.

Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak
terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat
koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat
koordinasi dihadiri oleh :

 Konsultan proyek
 Koordinator dan para pelaksana
 Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
 Pihak perencana / arsitek jika diperlukan

Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :


 Kemajuan ( progress) pekerjaan di lapangan
 Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan
 Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai dibandingkan dengan time schedule yang
telah direncanakan
 Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak
 Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan

5
Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana yang
telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala detailnya, jenis
material, dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai
gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian untuk tahap
akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di
lapangan yang digunakan sebagai laporan akhir

2.3.1 Peralatan

Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus didukung oleh
peralatan yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bias berfungsi secara optimal perlu
adanya manajem peralatan yang tertib. Dalam manajemen ini diperhatikan masalah
pengolahan peralatan proyek terdiri dari penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat.
Hal ini untuk mengefektifkan keberadaan alat dilapangan.

1. Alat – alat Berat


a. Backhoe
Backhoe merupakan suatu alat yang digunakan untuk pekerjaan tanah khususnya
galian. Backhoe termasuk dalam jenis kendaraan excavator , karena badannya dapat berputar
360o. Keuntungan dari penggunaan Backhoe adalah dapat melakukan pekerjaan penggalian
dengan lebih cepat dan lebih efisien. Kinrja Backhoe biasanya di kombinasikan
dengan Dump Truck pada saat galian tanah. Pada proyek ini digunakan Backhoe dengan
tipe Crawel, yang mempunyai tenaga 100 HP dengan mengguanakan bahan bakar solar.

6
Gambar 4.1 Backhoe
b. Conrete Pump Truk
Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran.
Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu
pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai.

Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi
dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa berdiameter 15 cm serta nenerapa
alat tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil
masih efisien untuk ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk
pompa besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar
efisiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.

7
Gambar 4.2 Concrete Pump Truck

c. Tower Crane
Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan untuk pekerjaan
struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, pengangkutan material/bekas, dan material
lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek
konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang.
Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu
diangkatnya. Dalam proyek ini digunakan 3 TC dengan beban maksimal yang dapat diangkut 2
ton.

8
Gambar 4.3.Tower Crane
d. Concrete Mixer Truck
Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran.
Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu
pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai.

Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi
dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa berdiameter 15 cm serta nenerapa
alat tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil
masih efisien untuk ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk
pompa besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar
efisiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.

9
Gambar 4.4. Concrete Mixer Truck
e. Dum Truck
Dum Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk memindahkan atau membuang suatu
material hasil galian dari lokasi proyek ke lokasi proyek yang telah ditetapkan kemana material
tersebut itu dibuang / dijual. Pada saat membawa material hasil galian, bagian belakang dum
truck ditutup dengan terpal dengan tujuan agar material tidak terjatuh dijalan raya dan debunya
tidak menggangu pengguna jalan lain.

10
Gambar 4.5. Dum Truck

Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang digunakan pada saat pekerjaan galian dan
mobilisasinya pada saat malam hari dengan tujuan agar proses pemindahan / pengiriman material
dapat lebih cepat dan lancar.

2.3.2 Alat – alat Survey

a. Theodolith
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as
kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga
untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah
dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolith. Kemudian menetapkan salah satu
titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang
ditetapkan tadi.

11
Gambar 4.6 Theodolith
b. Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk menetukan elevasi / peil lantai, balok, lain –
lain yang membutuhkan elvasi. Alat ini sanagt berguna untuk mengecek ketebalan lantai saat
pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar. Selain itu, waterpass juga dapat
digunakan untuk pengecekan bekisting pada kolom.

12
Gambar 4.7 waterpass
c. Sipatan ( Marker )
Sipatan merupakan alat yang digunakan untuk memberi tanda setelah pengukuran untuk marking
setelah dilakukan. Bahan untuk sipatan ini adalah tinta yang seing disebut tinta Cina. Tinta ini
dapat bertahan dalam waktu yang lamadan tidak mudah hilang atau luntur.

Gambar 4.8 Hasil Sipatan

2.3.3 Alat – alat fabrikasi

a. Bar Bender
Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan berdiameter besar,
seperti pada pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan pada sambungan/overlap
tulangan kolom, juga pada tulangan balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dab bar cutter
haruslah ada dalam suatu proyek besar karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu
precast atau pasang di tempat.

13
Gambar 4.9. Bar Bander
b. Bar Cutter
Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart. Untuk keperluan tulangan
yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang ada. Untuk itu
diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu gunting tulangan yang dioperasikan secara
manual dengan menggunakan tenaga manusia.

Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yangdiinginkan. Menurut
tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis :
1) Bar Cutter manual
Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan penggerak tenaga manusia
dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.
2) Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah Bar Cutter listrik
dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping
dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus
seperti tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah
tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm

14
2.3.4 Alat – alat Pelaksanaan Pengecoran

a. Vibrator
Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak terdapat rongga dalam
adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi mutu dan kekuatan beton. Dalam
pelaksanaan pengecoran dibutuhkan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan adukan beton
pada saat setelah pengecoran.

Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton
yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara, sehingga beton menjadi lebih
padat. Cara operasionalnya dengan cara memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton
yang telah dituang ke dalam bekisting.

Gambar 4.11.Vibrator
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :

 Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengna posisi vertikal
 Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja.
 Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik.

15
 Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan.
 Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara perlahan-lahan dari adukan sehingga bekasnya dapat
meutup kembali.
b. Concrete Mixer
Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna untuk mencampur dan mengaduk
material beton agar lebih homogen. Adanya sirip – sirip pada bagian dalam drum,
memungkinkan teraduknya material dari adukan beton secara merata pada waktu berputar. Alat
ini digunakan khusus untuk volume pekerjaan yang relatif kecil dan non struktural seperti
pembuatan lantai kerja, pmasangan batako, plesteran dan lain – lain. Drum pengaduk
mempunyai dua macam kecepatan gerak, yaiti gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak
untuk mencampur adukan.

Gambar.4.12. Concrete Mixer

c. Trowel
Trowel adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan permukaa beton pada plat lantai yang
menggunakan floor hardener pada lapisan permukaannya. Permukaan beton yang telah
ditaburi flour hardener diratakan dengan ruskam, kemudian trowel digunakan untuk
menghaluskan permukaan tersebut.

16
Gambar 4.13. Trowel.

2.4 PELAKSANAAN

2.4.1 DEWATERING

Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan untuk mengeringkan lahan galian di
bawah muka air tanah dan untuk mengatasi gaya uplift selama masa konstruksi basement

b. Metode Pelaksanaan Dewatering


Metode pelaksanaan dan pekerjaan persiapan dewatering system well pointdapat dijelaskan
sebagai berikut :
1) Penentuan Titik Dewatering
Semua titik dewatering dibuat berada di dalam area galian, di mana titik – titik tersebut
ditentukan oleh pemberi tugas dengan dibantu team surveyor agar letak sumur dewatering tidak
berada pada posisi pondasi atau pile cap.
2) Penentuan Titik Piezometer
Titik piezometer dipasang pada sisi rencana bangunan proyek.
3) Pembuatan Pit dan Saluran

17
Pembuatan pit dan saluran dilakukan di dalam pelaksanaan galian. Dalam hal ini, melihat kondisi
lapangan pada prinsipnya saluran dan pit berguna untuk melokalisir air agar tidak menggenang
sehingga tidak mengganggu kontraktor galian dalam bekerja atau pekerjaan lantai kerja. Saluran
dibuat disepanjang tepi galian di dalam area galian oleh kontraktor galian. Kemudian setiap jarak
± 40 meter dibuatkan pit dan standby pompa permukaan.
4) Sistem Saluran Pembuangan

Sistem saluran pembuangan dibuang sebagian ke sumur recharging dan air


pemompaan piezometer akan diendapkan di bak penampungan air.
5) Monitoring
Monitoring dilakukan selama 24 jam setiap pagi dan sore, dan dicatat ketinggian air
tanahnya. Monitoring dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ketinggian air tanah, sehingga
dapat diketahui apakah terjadi penurunan tanah atau tidak. Selain itu, staff dewatering juga
mengikuti aktifitas pekerjaan galian untuk memindahkan jalur listrik dan jalur pemipaan / selang
yang dapat rusak atau mengganggu kegiatan operasional galian, dan membantu sepenuhnya
pekerjaan galian agar tidak terhenti oleh gangguan air tanah.

2.4.2 PEKERJAAN GROUND ANCHOR

Ground Anchor adalah bangunan yang berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak mengalami
longsor atau sliding akibat adanya beban yang bekerja di sekitar tanah tersebut.
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan ground anchor dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Penentuan Elevasi dan Marking
Proses ini dilakukan untuk menentukan ground anchor dan posisi capping beam pada posisi yang
sesuai dengan gambar shop drawing.
2) Pengecoran Capping Beam
Pengecoran capping beam dilakukan setelah didapat elevasi, marking, dan pemasangan bekisting
3) Pekerjaan Persiapan

18
Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan alat – alat yang digunakan untuk proses drilling,
grouting, maupun stressing.

4) Pekerjaan Drilling Tanah


Jenis pengeboran yang digunakan pada proyek ini adalah rotary drilling, di mana mesin bor
tersebut duduk di atas tanah / platform. Kotoran atau Lumpur hasil pengeboran dari lubang bor
dengan menyemprotkan air ke dalam lubang bor.
5) Instalasi Tendon Anchor
Strand yang digunakan adalah 7 – wire strand berdiameter 12,7 mm. perakitan tendon
dilakukan di proyek. Tendon dimasukkan ke dalam lubang dengan cara manual
6) Grouting Tendon Anchor
Pekerjaan grouting dilakukan setelah pengeboran selesai dan dilakukan pada hari yang sama atau
dalam kurun waktu paling lambat satu hari setelah pengeboran selesai.
7) Stressing Tendon Anchor
Alat yang digunakan untuk penarikan tendon anchor adalah satu unit hydraulic pump dan satu
unit Jack Freyssinet, yang sesuai dengan tipe tendon anchor dan gaya yang bekerja pada tendon
tersebut

2.4.3 PEKERJAAN FONDASI

Untuk gedung bertingkat pada umumnya menggunakan Fondasi Dalam, hingga mencapai
kedalamaan dimana daya dukung tanah sudah cukup tinggi. Fondasi dalam , biasanya
berbentung tiang dan ada tiga jenis , yaitu
1. Tiang Pancang
Ditinjau dari jenis material , tiang pancang dapat dibuat dari beton bertulang, baja ( pipa , Baja
profil )
2. Tiang bor ( Bored Pile )
Tiang bor dibuat dari beton bertulang, dan jenis tiang bor inimemiliki daya dukung yang jauh
lebih besar dibanding tiang pancang .

19
2.5 PEKERJAAN FINISHING
 Bersihkan permukaan dinding dari debu , kotoran dan bekas percikan
plesteran dengan kainlap.
 Lindungi bahan
bahan / pekerjaan lain yang berbatasan dengan dinding yang akan dicatdengan kertas semen /
koran dan lakban.
 Gunakan skrap untuk memperbaiki bagian bagian dinding yang retak & kurang rata
dengan plamir, kemudian tunggu sampai kering

 Haluskan plamir yang telah kering dengan amplas hingga rata.

 Cek, kerataan permukaan dinding.

 Jika permukaan sudah rata, maka lakukan pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang
yangluas & dengan kwas untuk bidang yang sempit ( sulit )

20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai secara
vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di
perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan

Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak
terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat
koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat
koordinasi dihadiri oleh :

 Konsultan proyek
 Koordinator dan para pelaksana
 Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
 Pihak perencana / arsitek jika diperlukan

21

Anda mungkin juga menyukai