Segala puji syukur patut kita persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena-Nya
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktunya. Tak lupa juga kami
ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah dan assisten dosen yang turut
membantu mengarahkan dan membimbing kelompok kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Adapun laporam ini merupakan laporan praktikum dari Bahan Bangunan dan Pengganti
Material. Akhirkata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan kepada
pembaca. Adapun laporan ini masih memiliki kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini.
1
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................................. 3
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................... 3
1.3 TUJUAN ......................................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 4
2.1 PENGERTIAN ............................................................................................................................. 4
2.2 KARAKTERISTIK BANGUNAN BERTINGKAT .................................................................... 4
2.3 LINGKUP PEKERJAAN ............................................................................................................. 5
2.3.1 Peralatan ............................................................................................................................... 6
2.3.2 Alat – alat Survey ................................................................................................................ 11
2.3.3 Alat – alat fabrikasi.............................................................................................................. 13
2.3.4 Alat – alat Pelaksanaan Pengecoran ................................................................................... 15
2.4 PELAKSANAAN ....................................................................................................................... 17
2.4.1 DEWATERING ...................................................................................................................... 17
2.4.2 PEKERJAAN GROUND ANCHOR ........................................................................................... 18
2.4.3 PEKERJAAN FONDASI .......................................................................................................... 19
2.5 PEKERJAAN FINISHING ......................................................................................................... 20
BAB III ....................................................................................................................................................... 21
PENUTUP .................................................................................................................................................. 21
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................................... 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Agar mahasiswa mampu dan memahami prosedur pekerjaan bangunan bertingkat
dan alat yang digunakan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai secara
vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di
perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan. Semakin
banyak jumlah lantai yang dibangun akan meningkatkan efisiensi lahan perkotaan sehingga daya
tampung suatu kota dapat ditingkatkan, namun di lain sisi juga diperlukan tingkat perencanaan
dan perancangan yang semakin rumit, yang harus melibatkan berbagai disiplin bidang tertentu.
4
bertingkat tinggi sangat perlu didahului dengan pekerjaan – pekerjaan persiapan
untuk menjamin kelancaran dan keamanan proses tersebut .
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak
terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat
koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat
koordinasi dihadiri oleh :
Konsultan proyek
Koordinator dan para pelaksana
Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
Pihak perencana / arsitek jika diperlukan
5
Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengikuti rencana yang
telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain gambar rencana dan segala detailnya, jenis
material, dan dokumen lainnya. Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai
gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit kemudian untuk tahap
akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai gambar akhir sesuai dengan yang ada di
lapangan yang digunakan sebagai laporan akhir
2.3.1 Peralatan
Suatu proyek agar lancar dan memenuhi targer mutu dan waktu harus didukung oleh
peralatan yang memadai. Supaya dalam penyediaan alat bias berfungsi secara optimal perlu
adanya manajem peralatan yang tertib. Dalam manajemen ini diperhatikan masalah
pengolahan peralatan proyek terdiri dari penyewaan, pembelian dan masalah perawatan alat.
Hal ini untuk mengefektifkan keberadaan alat dilapangan.
6
Gambar 4.1 Backhoe
b. Conrete Pump Truk
Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran.
Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu
pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai.
Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi
dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa berdiameter 15 cm serta nenerapa
alat tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil
masih efisien untuk ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk
pompa besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar
efisiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.
7
Gambar 4.2 Concrete Pump Truck
c. Tower Crane
Tower rane diperlukan terutama sebagai pengangkut vetikal bahan-bahan untuk pekerjaan
struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, pengangkutan material/bekas, dan material
lainnya. Penempatan tower crane harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek
konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang.
Penggunaan tower crane tersebut juga harus memperhitungkan beban maksimal yang mampu
diangkatnya. Dalam proyek ini digunakan 3 TC dengan beban maksimal yang dapat diangkut 2
ton.
8
Gambar 4.3.Tower Crane
d. Concrete Mixer Truck
Merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran.
Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi waktu
pengecoran. Alat ini digunakan untuk pengecoran balok dan plat lantai.
Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi
dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa berdiameter 15 cm serta nenerapa
alat tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Penggunaan mesin pompa kecil
masih efisien untuk ketinggian 4-5 lantai, selebihnya menggunakan tower crane. Dan untuk
pompa besar dapat menjangkau lebih dari itu, dan biasa digunakan di lantai 15 ke atas agar
efisiensi biaya berkaitan dengan harga borongan sewanya.
9
Gambar 4.4. Concrete Mixer Truck
e. Dum Truck
Dum Truck merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk memindahkan atau membuang suatu
material hasil galian dari lokasi proyek ke lokasi proyek yang telah ditetapkan kemana material
tersebut itu dibuang / dijual. Pada saat membawa material hasil galian, bagian belakang dum
truck ditutup dengan terpal dengan tujuan agar material tidak terjatuh dijalan raya dan debunya
tidak menggangu pengguna jalan lain.
10
Gambar 4.5. Dum Truck
Dalam proyek ini kurang lebih dari 20 dum truck yang digunakan pada saat pekerjaan galian dan
mobilisasinya pada saat malam hari dengan tujuan agar proses pemindahan / pengiriman material
dapat lebih cepat dan lancar.
a. Theodolith
Theodolith merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan as bangunan dan titik-titik as
kolom pada tiap-tiap lantai agar bangunan yang dibuat tidak miring. Alat ini dipergunakan juga
untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Cara operasionalnya adalah
dengan mengatur nuvo dan unting-unting di bawah theodolith. Kemudian menetapkan salah satu
titik sebagai acuan. Setelah itu, menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang
ditetapkan tadi.
11
Gambar 4.6 Theodolith
b. Waterpass
Waterpass adalah alat yang digunakan untuk menetukan elevasi / peil lantai, balok, lain –
lain yang membutuhkan elvasi. Alat ini sanagt berguna untuk mengecek ketebalan lantai saat
pengecoran, sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar. Selain itu, waterpass juga dapat
digunakan untuk pengecekan bekisting pada kolom.
12
Gambar 4.7 waterpass
c. Sipatan ( Marker )
Sipatan merupakan alat yang digunakan untuk memberi tanda setelah pengukuran untuk marking
setelah dilakukan. Bahan untuk sipatan ini adalah tinta yang seing disebut tinta Cina. Tinta ini
dapat bertahan dalam waktu yang lamadan tidak mudah hilang atau luntur.
a. Bar Bender
Bar bender Merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan berdiameter besar,
seperti pada pembengkokan tulangan sengkang, pembengkokan pada sambungan/overlap
tulangan kolom, juga pada tulangan balok, plat, dan dinding geser. Bar bender dab bar cutter
haruslah ada dalam suatu proyek besar karena untuk memenuhi kebutuhan pembesian baik itu
precast atau pasang di tempat.
13
Gambar 4.9. Bar Bander
b. Bar Cutter
Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standart. Untuk keperluan tulangan
yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang ada. Untuk itu
diperlukan suatu alat pemotong tulangan, yaitu gunting tulangan yang dioperasikan secara
manual dengan menggunakan tenaga manusia.
Bar cutter merupakan alat pemotong besi tulangan sesuai ukuran yangdiinginkan. Menurut
tenaga penggeraknya, bar cutter ada 2 jenis :
1) Bar Cutter manual
Bar Cutter manual adalah alat pemotong baja beton menggunakan penggerak tenaga manusia
dengan kapasitas maksimum diameter 16 mm.
2) Bar Cutter listrik
Keuntungan dari Bar Cutter listrik dibandingkan Bar Cutter manual adalah Bar Cutter listrik
dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dengan mutu baja cukup tinggi disamping
dapat mempersingkat waktu pengerjaan. Kemampuannya memotong dapat dilakukan sekaligus
seperti tulangan diameter 10 mm dapat dilakukan pemotongan 6 buah sekaligus, 4 buah
tulangan diameter 16 mm, 2 buah tulangan diameter 19 mm, 1 buah tulangan diameter 25 mm
14
2.3.4 Alat – alat Pelaksanaan Pengecoran
a. Vibrator
Pada pengecoran beton dibutuhkan kepadatan yang utuh sehingga tidak terdapat rongga dalam
adukan beton, karena rongga tersebut dapat mengurangi mutu dan kekuatan beton. Dalam
pelaksanaan pengecoran dibutuhkan vibrator yang fungsinya untuk memadatkan adukan beton
pada saat setelah pengecoran.
Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton
yang belum mengeras agar menghilangkan rongga-rongga udara, sehingga beton menjadi lebih
padat. Cara operasionalnya dengan cara memasukkan selang penggetar ke dalam adukan beton
yang telah dituang ke dalam bekisting.
Gambar 4.11.Vibrator
Yang perlu diperhatikan dalam penggunaan alat ini adalah :
Ujung belalai vibrator dimasukkan dalam adukan beton dengna posisi vertikal
Ujung vibrator diusahakan untuk tidak mengenai tulangan baja.
Penggetaran dilakukan sekitas 10-15 detik untuk datu posisi titik.
15
Penggetaran dilakukan selapis demi selapis untuk mendapatkan pemadatan yang diinginkan.
Ujung vibrator dicabut perlahan-lahan secara perlahan-lahan dari adukan sehingga bekasnya dapat
meutup kembali.
b. Concrete Mixer
Concrete Mixer atau yang sering disebut molen berguna untuk mencampur dan mengaduk
material beton agar lebih homogen. Adanya sirip – sirip pada bagian dalam drum,
memungkinkan teraduknya material dari adukan beton secara merata pada waktu berputar. Alat
ini digunakan khusus untuk volume pekerjaan yang relatif kecil dan non struktural seperti
pembuatan lantai kerja, pmasangan batako, plesteran dan lain – lain. Drum pengaduk
mempunyai dua macam kecepatan gerak, yaiti gerak untuk mengatur posisi drum dan gerak
untuk mencampur adukan.
c. Trowel
Trowel adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan permukaa beton pada plat lantai yang
menggunakan floor hardener pada lapisan permukaannya. Permukaan beton yang telah
ditaburi flour hardener diratakan dengan ruskam, kemudian trowel digunakan untuk
menghaluskan permukaan tersebut.
16
Gambar 4.13. Trowel.
2.4 PELAKSANAAN
2.4.1 DEWATERING
Dewatering merupakan suatu pekerjaan yang diperlukan untuk mengeringkan lahan galian di
bawah muka air tanah dan untuk mengatasi gaya uplift selama masa konstruksi basement
17
Pembuatan pit dan saluran dilakukan di dalam pelaksanaan galian. Dalam hal ini, melihat kondisi
lapangan pada prinsipnya saluran dan pit berguna untuk melokalisir air agar tidak menggenang
sehingga tidak mengganggu kontraktor galian dalam bekerja atau pekerjaan lantai kerja. Saluran
dibuat disepanjang tepi galian di dalam area galian oleh kontraktor galian. Kemudian setiap jarak
± 40 meter dibuatkan pit dan standby pompa permukaan.
4) Sistem Saluran Pembuangan
Ground Anchor adalah bangunan yang berfungsi sebagai penahan tanah agar tidak mengalami
longsor atau sliding akibat adanya beban yang bekerja di sekitar tanah tersebut.
b. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan ground anchor dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Penentuan Elevasi dan Marking
Proses ini dilakukan untuk menentukan ground anchor dan posisi capping beam pada posisi yang
sesuai dengan gambar shop drawing.
2) Pengecoran Capping Beam
Pengecoran capping beam dilakukan setelah didapat elevasi, marking, dan pemasangan bekisting
3) Pekerjaan Persiapan
18
Persiapan yang dilakukan adalah menyediakan alat – alat yang digunakan untuk proses drilling,
grouting, maupun stressing.
Untuk gedung bertingkat pada umumnya menggunakan Fondasi Dalam, hingga mencapai
kedalamaan dimana daya dukung tanah sudah cukup tinggi. Fondasi dalam , biasanya
berbentung tiang dan ada tiga jenis , yaitu
1. Tiang Pancang
Ditinjau dari jenis material , tiang pancang dapat dibuat dari beton bertulang, baja ( pipa , Baja
profil )
2. Tiang bor ( Bored Pile )
Tiang bor dibuat dari beton bertulang, dan jenis tiang bor inimemiliki daya dukung yang jauh
lebih besar dibanding tiang pancang .
19
2.5 PEKERJAAN FINISHING
Bersihkan permukaan dinding dari debu , kotoran dan bekas percikan
plesteran dengan kainlap.
Lindungi bahan
bahan / pekerjaan lain yang berbatasan dengan dinding yang akan dicatdengan kertas semen /
koran dan lakban.
Gunakan skrap untuk memperbaiki bagian bagian dinding yang retak & kurang rata
dengan plamir, kemudian tunggu sampai kering
Jika permukaan sudah rata, maka lakukan pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang
yangluas & dengan kwas untuk bidang yang sempit ( sulit )
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bangunan bertingkat adalah bangunan yang mempunyai lebih dari satu lantai secara
vertikal. Bangunan bertingkat ini dibangun berdasarkan keterbatasan tanah yang mahal di
perkotaan dan tingginya tingkat permintaan ruang untuk berbagai macam kegiatan
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-masalah yang tidak
terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja. Untuk itulah diperlukan adanya rapat
koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat
koordinasi dihadiri oleh :
Konsultan proyek
Koordinator dan para pelaksana
Pihak pemilik (owner) jika diperlukan
Pihak perencana / arsitek jika diperlukan
21