Anda di halaman 1dari 18

PENDEKATAN METODOLOGI

DAN PROGRAM KERJA


5.1. UMUM
Dengan memahami lingkup pekerjaan yang ditetapkan dalam KAK, berikut ini akan diuraikan
metodologi yang disusun untuk dapat memenuhi segala persyaratan yang ada. Metodologi yang
digunakan ini akan menguraikan secara garis bersar pelaksanaan kerja yang akan dilaksanakan oleh
konsultan yang selanjutnya diuraikan dalam suatu rencana kerja. Kegagalan pemilihan dan
penerapan metodelogi perencanaan merupakan faktor penting dalam mencapai, memenuhi harapan
yang di tetapkan dalam KAK, Kegagalan Perencanaan tidak jarang terjadi jika hanya mengandalakan
perencanaan berdasarkan evaluasi kegagalan sebelumnya, tampa meminta tanggapan dari
pengguna, kurangnya data yang memadai dan banyaknya informasi yang terlewatkan, hal ini juga
tidak lepas dari akibat kegagalan pemilihan Metode perencanaan tradisional yang digunakan. Dalam
proses perencanaan tradisional sering terdapat perbedaan substansial terhadap proses perencanaan
yang diharapkan oleh perencana dan proses perencanaan yang sesunguhnya terjadi, hal ini
diakibatkan pada proses perencanaan yang hanya melibatkan peran utama dalam proses
pengambilan informasi dan pelibatannya, Pihak Pemilik, Arsitek, Pemerintah sebagai penentu
kebijakan. Seringkali pengguna bangunan belum dilibatkan sebagai partisipan dalam seluruh proses
perencanaan.

5.2. PENDEKATAN TEKNIS


1. Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai adalah daerah di permukaan bumi dimana seluruh air permukaan mengalir
masuk ke dalam aliran sungai yang dimaksudkan, dan biasanya dibatasi oleh suatu batas tofografi.
Sebuah DAS dapat merupakan badian dari DAS lain, dan dapat pula dibagi menjadi sub-DAS dengan
memperhatikan titik-titik kontrol pengukuran debit dan curah hujan di wilayah DAS tersebut. Debit
air yang melalui suatu DAS dipengaruhi oleh luas daerah tangkapan (catchment area), topografi
lahan, pemanfaatan dan tata guna lahan di sekitar DAS dan juga curah hujan

2. Analisa Hidrologi dan Debit Banjir


Perhitungan besaran debit aliran sungai dapat dilakukan melalui pengukuran di lapangan,
pendekatan empiris dan berdasarkan besaran curah hujan yang jatuh di daerah tangkapan sungai
(Daerah Aliran Sungai). Perhitungan debit sungai berdasar curah hujan dapat diperlihatkan dalam
rumus :

Dimana :
Q = Debit (m³/detik)
α = Koefisien pengaliran (run-off coefficient)
β = Koefisien reduksi
ϑt = Intensitas relatif hujan untuk jangka waktu t
t = Jangka waktu t
A = Luas daerah aliran sampai dengan 100 km²
Apabila R dambil maksimum, maka rumus dapat diubah menjadi :

Dimana :
Q = Debit (m³/detik)
α = Koefisien pengaliran (run-off coefficient)
β = Koefisien reduksi
qn = Luasan curah hujan dengan periode ulang n tahun
A = Luas daerah aliran sampai dengan 100 km²
Koefisien Pengaliran (α)
Besarnya koefisien pengaliran dipengaruhi antara lain oleh :
a. Bentuk dan luas daerah pematusan
b. Miring daerah pematusan dan miring palung sungai
c. Keadaan daerah pematusan yang terpenting ialah besarnya kemampuan
menghisap/menyerap air
d. Keadaan flora daerah pematusan
e. Daya tampung penampang sungai
f. Tinggi suhu, besarnya angin disertai tingkat penguapannya
g. Jatuhnya hujan yang mendahului hujan maksimum dalam persoalan

3. Analisa Hidrologi dan Debit Banjir


Curah Hujan Rencana di suatu Derah Aliran Sungai (DAS) dapat dihitung dengan metode rata-rata,
analisa poligon Thiessen atau dengan metode Isohyet. Sedang frekuensi curah hujan dapat dianalisa
dengan menggunakan metode Gumbel, Log Normal, atau dengan analisis sebaran Log-Pearson.
Untuk menghitung frekuensi curah hujan dengan Metode Gumbel, digunakan persamaan distribusi
empiris sebagai berikut :

Dimana :
Rt = Nilai hujan rencana dengan data ukur t tahun (mm)
Rrt = Nilai Rata-rata hujan (mm)
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi variasi (reduced mean) ditampilkan pada tabel 2.2
Sn = Deviasi standar dari reduksi variasi, ditampilkan pada tabel 2.3
YT = Nilai reduksi variasi (reducted variation), ditampilkan pada tabel 2.4
4. Turap (Sheet Piles)
Sheet pile yang saling terhubung sering digunakan dalam konstruksi penahan tanah yang
berhadapan dengan air, seperti pada pembangunan dinding saluran hingga konstruksi dermaga.
Keuntungan penggunaan sheet pile apabila dibandingkan dengan sistem penahan tanah lainnya
adalah tidak memerlukan pengeluaran air (dewatering). Material yang digunakan sebagai turap
antara lain kayu, baja dan beton bertulang pracetak, dan dapat diaplikasikan dalam metode turap
kantrilever konvensional maupun dengan jangkar. Dinding turap cantilever biasanya
direkomendasikan untuk dinding dengan ketinggian sedang, berkisar 6 m atau kurang di atas garis
galian. Pada dinding ini, turap berprilaku seperti sebuah balok lebar cantilever di atas garis galian.
Prinsip dasar untuk menghitung distribusi tekanan tanah lateral tiang turap cantilever dapat
dijelaskan dengan bantuan Gambar 2.1, yang menunjukkan prilaku leleh dinding cantilever yang
tertanam pada lapisan pasir di bawah garis galian. Dinding berputar pada titik O. Oleh karena adanya
tekanan hidrostatik pada masing-masing sisi dinding, maka tekanan ini akan saling menghilangkan,
dengan demikian yang diperhitungkan hanya tekanan tanah lateral efektif saja. Pada Zona A, tekanan
lateral hanyalah tekanan tanah aktif saja yang berasal dari tanah sebelah di atas garis galian.
Sementara pada Zona B, oleh karena pelenturan dinding di daerah ini, maka bekerja tekanan tanah
lateral aktif dari bagian tanah sebelah atas garis galian dan tekanan tanah pasif di bawah garis galian
di sebelah air. Kondisi pada Zona B ini akan berkebalikan dengan Zona C, yaitu di bawah titik rotasi
O. Distribusi tekanan tanah bersih ditunjukkan pada Gambar 2.1(b), namun untuk penyederhanaan
biasanya Gambar 2.1(c) akan digunakan dalam perencanaan.

Gambar 2.1 Tiang Turap yang Tertanam pada Lapisan Pasir

Untuk mengembangkan hubungan untuk kedalaman penanaman tiang turap yang dibutuhkan di
dalam tanah granular perhatikanlah Gambar 2.2(a). Tanah yang akan ditahan oleh dinding turap,
berada di atas garis galian, adalah juga tanah granular. Permukaan air tanah berada pada kedalaman
L1 dari puncak tiang. Ambillah sudut gesek pasir sebagai φ.

5.3. PENDEKATAN PERENCANAAN/PERANCANGAN


Metodelogi perencanaan yang biasanya digunakan dalam proses perencanaan dikelompokan
menjadi :
o Metode Deskriptif, yaitu Metode yang mengidentifikasikan aksi dan peristiwa suatu aktivitas
tertentu terjadi.
o Metode behavioral yaitu metode yang memakai hipotes mengapa aktivitas tertentu terjadi.
o Metode normative yaitu model perspektif yang menyatakan apa yang biasanya terjadi.
Dalam proses Perencanaan ini metodelogi yang akan kami gunakan dalam pencapaian perencanaan
adalah metode perencanaan normatif Perspektif yang memiliki beberapa tahapan dalam metodelogi
perencanaan sebagai brikut :
1. Metode pengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan dalam perencanaan merupakan bagian penting dalam proses
perencanaan, proses ini melibatkan beberapa tahap.
o Tahap Analisis; untuk mengidentifikasi dan memahami masalah yang ada
o Tahap Desain; atau pembuatan alternative dan evaluasi solusi desain
o Tahap Pilihan; pemilihan alternative desain
Metodelogi pengambilan keputusan tidak dianggap sepenuhnya proses perencanaan linier atau
sepenuhnya siklis, disetiap tahapan adanya interaksi antar tahapan yang menjadi pertimbangan
terhadap analisis, desain dan pemilihan, dalam setiap tahapan juga terjadi pengambilamn
keputusan.
ANALISA DESAIN PILIHAN IMPLEMENTASI EVALUASI
A

2. Metode Perancangan
Apabila disadari terjadinya masalah yang timbul pada proses desain yang dikibatkan oleh
kurangnya perhatian pada kebutuhan pengguna atau terlalu banyak pertimbangan ekspresi
perencana, diperlukan pendekatan komprehensif dalam proses analisis dan sintesa pada metode
proses desain ini, perlu adanya beberapa kelompok aktifitas dalam proses desain untuk
menghindari terjadinya kegagalan bangunan.
Skema Kelompok aktifitas proses desain ini meliputi tahapan proses perencanaan sebagai berikut
:

INTELEJENSIA DESAIN PILIHAN IMPLEMENTASI EVALUASI

Gambar Kerja, Evaluasi


Sketsa Seleksi
Pengembangan Spesifikasi Teknis, Penggunaan
Alternatif Alternatif
Program Konstruksi dan Proses
Solusi Terbaik
Arsitektural Pelaksanaan Desain

Koreksi
Kesalahan Perancangan
Dalam Mendatang
Desain
a. Tahap Intelijensia
Dimulai dengan persepsi akan sebuah kebutuhan yang diakhiri dengan kebutuhan fungsional
dan psikologikal yang harus dipenuhi oleh perencana. Persepsi kebutuhan akan bergantung
pada situasi lingkungan kerangka acuan kerja yang diharapkan. Pada tahap ini study
kontribusi, study perilaku lingkungan amatlah penting dalam memberikan masukan mengenai
masalah masalah yang sesungguhnya yang harus diselesaikan. Selain Obserfasi dan
pengumpulan data informasi perilaku pengguna pada tahap ini ditekankan adanya
pengetahuan data informasi pengetahuan tentang ekologi lingkungan tapak site, financial
Pendanaan, bahan material bangunan, teknologi peralatan dan kemungkinan adanya
pengembangan dimasa mendatang.
b. Tahap Desain
Adalah tahap Sintesis yang kompleks dan aktif. Suatu proses konseptualisasi. Pendekatan
desain pada tahap sintesis ini mengunakan dua cara; yaitu pendekatan desain berdasarkan
kebiasaan aturan dan pendekatan yang melibatkan usaha kreatifitas yang tetap menekankan
pada sasaran dan tujuan dari masing masing yang terkait. Tahap desain dimulai dengan
analisis sistim dan komponen kegiatan dan mengorganisasikannya dalam satu daftar hirarki
kepentingan untuk mencapai solusi.
c. Tahap Pemilihan
Tahap ini meliputi evaluasi solusi dan keputusan tentang alternative desain yang sesuai
dengan persyaratan dan yang tidak sesuai dengan kebutuhan, apabila alternative desain tidak
ada yang sesuai maka proses berikutnya akan kembali pada tahap analisis dan desain. Analisis
penampilan desain akan dilakukan dengan beberapa cara, secara tradisonal berdasarkan
logika, melalui experiment yang hanya berlaku untuk konstruksi, melalui simulasi berupa
potongan desain.
d. Tahap Implementasi
Biasanya tahap ini tidak begitu penting jika pada tahap analisis desain dan pilihan dijalankan
secara baik, namun komunikasi dangan pihak terkait dalam proses perencanaan tetap menjadi
penting untuk mendapatkan hasil desain.
e. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini yang dimaksudkan adalah evaluasi Pasca pelaksanaan konstruksi, Pada tahap
ini biasanya sering diabaikan hal ini menjadi penting dalam perkembangan perhatian terhadap
kepuasan pengguna dan menjadi titik tolak bagi perencanaan berikut untuk menghindari
terjadinya kesalahan.

3. Mobilisasi dan Persiapan Dilapangan


a. Persiapan di kantor sebagai penunjang kegiatan pengadaan peralatan dan perlengkapan yang
dipakai untuk survai.
b. Mobilisasi dari kantor ke lokasi menyangkut mobilisasi personil dan mobilisasi peralatan.
c. Mengecek ulang material untuk pembuatan patok.
d. Pengadaan tenaga untuk pembantu lapangan.
e. Mengatur dan mempersiapkan strategi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan posisinya masing-
masing dengan koordinator oleh Team Leader.

4. Survey Pendahuluan (Reconnaissaince Survey)


Survei pendahuluan atau Reconnaissance Survey meliputi kegiatan pengumpulan data primer,
penentuan rencana awal lokasi berdasarkan data primer dan melakukan survey lapangan untuk
menganalisa serta menentukan pendekatan trase definitif yang memenuhi syarat teknis, ekonomis
dan lingkungan. Adapun kegiatan-kegiatan survai pendahuluan adalah meliputi:
a. Mempersiapkan peta dasar berupa peta topografi skala 1 : 250.000 sampai dengan 1 : 25.000
dan peta-peta pendukung lainnya seperti peta geologi skala 1 : 250.000 sampai dengan 1 :
25.000, tata guna tanah dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan studi kelayakan dan
analisis mengenai dampak lingkungan.
b. Melaksanakan konfirmasi dan koordinasi dengan instansi terkait sehubungan akan
dilaksanakannya survey.
c. Mempersiapkan data penunjang berupa :
- Demografi, sosial ekonomi dan lingkungan
- Geografi, geoteknik dan hidrologi
d. Mengumpulkan informasi mengenai:
- Harga satuan upah/bahan
e. Pelaksanan survai pendahuluan:
- Penandaan/identifikasi trase.
Dalam identifikasi alternative lokasi di meja/di kantor ditentukan berdasarkan data-data yang
telah ditetapkan dalam butir a, b dan c diatas, selanjutnya dilakukan pematokan rencana lokasi
yang sudah fixed dengan patok kayu bernomor dengan interval 50 m dan untuk lokasi-lokasi
tertentu dipasang tanda-tanda khusus, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan tim berikutnya
dalam melaksanakan pengukuran. Melihat skala peta yang ada, barangkali masih akan terjadi
perubahan lokasi dari yang sudah dilakukan sebelumnya (direncanakan di kantor). Walaupun
begitu studi meja ini setidaknya-tidaknya akan sangat membantu untuk mempersempit persentase
kesalahan. Studi meja identifikasi alternative trase sedapat mungkin akan menggunakan peta
topografi skala terbesar yang ada.

5. Pengukuran Topografi
Pengukuran topografi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data koordinat dan ketinggian
permukaan bumi didalam koridor yang telah ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan
skala 1 : 1000, yang akan digunakan untuk perencanaan. Langkah-langkah pengukuran topografi
yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan Perintisan Untuk Pengukuran
Hal ini dilakukan untuk merintis atau membuka sebagian daerah pengukuran yang masih tertutup
vegetasi (hutan, belukar), sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan baik dan benar.
Peralatan yang digunakan adalah peralatan perintisan konvensional (kampak dan parang) akan
tetapi dalam hal-hal tertentu konsultan akan meminta ijin untuk menggunakan gergaji mesin.
b. Pekerjaan Pengukuran
Pekerjaan pengukuran topografi dilakukan dalam koridor. Titik awal dan akhir pekerjaan
pengukuran dilengkapi dengan data/identitas yang mudah dikenal, aman dan diikatkan pada titik
ikat Bench Mark (BM) dan/atau titik poligon dari pengukuran sebelumnya.
c. Prosedur Pekerjaan Pengukuran
1) Pemeriksaan dan Koreksi Alat Ukur
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan diperiksa dan
dikoreksi antara lain :
Pemeriksaan theodolit :
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung
- Sumbu II tegak lurus sumbu I
- Garis bidik tegak lurus sumbu II
- Kesalahan kolimasi horisontal = 0
- Kesalahan indeks vertikal = 0
Semua pemeriksaan tersebut di atas dilakukan sejak awal (di kantor) sebelum peralatan
dibawa ke lapangan. Pengecekan di lapangan merupakan konfirmasi ulang.
2) Pemasangan Patok-patok
Patok-patok BM dibuat dari beton dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm atau pipa pralon ukuran
4 inci yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan
pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian
yang tampak diatas tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang PU, notasi dan
nomor BM dengan warna hitam. Untuk setiap titik poligon dan sipat datar digunakan patok
kayu yang cukup keras, lurus, dengan diameter diameter 5 cm, panjangnya kurang lebih 50
cm, sisi bawahnya diruncingkan, sisi atas diratakan dan diberi paku, ditanam dengan kuat
sedalam 40 cm, bagian yang masih tampak diberi nomor dan dicat warna kuning dan dalam
keadaan khusus, ditambahkan patok bantu.
Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, maka titik-titik poligon
dan sipat datar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.
3) Pengukuran Titik Kontrol Horisontal
Pengukuran titik kontrol horisontal dilakukan dengan sistem poligon, dan semua titik ikat
(BM) dijadikan sebagai titik poligon. Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum
100 meter, diukur dengan meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian baca dalam detik
dengan menggunakan Theodolit.
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik poligon.
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.
Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran dan untuk
setiap interval + 5 km disepanjang trase yang diukur. Setiap pengamatan matahari
dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar biasa).
4) Pengukuran Titik Kontrol Vertikal
Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri/pembacaan (double stand).
Pengukuran sipat datar mencakup semua titik-titik pengukuran poligon dan titik-titik
Bench Mark (BM).
Pengukuran sipat datar dilakukan dengan alat sipat datar orde II dengan ketelitian 10 mm
kali akar jumlah jarak (km).
Pada setiap pengukuran sipat datar dilakukan pembacaan ketiga benangnya, yaitu Benang
Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam satuan milimeter. Untuk
setiap pembacaan dipenuhi: 2 BT = BA + BB.
5) Pengukuran Situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem techimetri, yang mencakup semua obyek yang
dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada disepanjang jalur pengukuran.
- Dalam pengambilan data telah memperhatikan keseragaman penyebaran dan kerapatan
titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar.
- Untuk pengukuran situasi digunakan alat theodolit (To).
6) Pengukuran Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan:
Kondisi Lebar koridor (m) Interval (m)
- Datar, landai, dan lurus 75 + 75 50
- Pegunungan 75 + 75 25
- Tikungan 50 (luar) dan 100 (dalam) 25
Untuk pengukuran penampang melintang digunakan alat thodolit (To).
7) Hitungan sementara dan Penggambaran draft
Perhitungan hasil ukuran dilakukan pada setiap hari selesai pengukuran dan selanjutnya
dilakukan plotting draft sketsa situasi hasil perhitungan tersebut. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui secepatnya seandainya ada kesalahan pengambilan data sehingga dapat segera
dilakukan pengukuran ulang.
Untuk menghitung jaringan kerangka, baru bisa dilakukan setelah pengukuran kerangka
selesai. Gambar draft sketsa situasi yang umumnya dilakukan diatas kertas milimeter juga
diperlukan oleh geologist didalam melakukan pekerjaan geological mapping dan
identifikasi sumber-sumber material konstruksi.

6. Peraturan Perundangan-undangan
Peraturan perundang-undangan yang melandasi penyusunan dokumen pengelolaan dampak
lingkungan (UKL & UPL), antara lain :
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
4) Keppres 55 Tahun 1993, tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 Tahun 1994, tentang Ketentuan Pelaksanaan Keppres No. 55 tahun 1993.
5) Keputusan Menteri KLH Nomor 02/MENKLH/6/1988, tentang Pedoman Penetapan Baku
Mutu Lingkungan.
6) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-12/MENLH/3/94, tentang
Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
7) Keputusan Bappedal Nomor KEP-056 Tahun 1994, tentang Pedoman Mengenai Ukuran
Dampak Penting.
8) Keputusan Menteri PU Nomor 296/KPTS/1996, tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
UKL/UPL Proyek Bidang PU.
9) Peraturan Daerah, tentang Rencana Tata Ruang Daerah Kabupaten / Kota Setempat.
10) Peraturan lainnya yang terkait.

7. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data


Dalam upaya mengetahui rona lingkungan daerah tapak proyek dan sekitarnya dilakukan
pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Data primer untuk komponen fisik, kimia,
biologi, sosial ekonomi dan sosial budaya serta sarana dan prasarana umum dikumpulkan dari
lapangan pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan berdasarkan hasil pelingkupan disamping
informasi lain yang berkaitan dengan rencana pembangunan. Dalam pengumpulan data tersebut
bisa diperoleh dari berbagai sumber, terutama dari instansi-instansi pemerintah.

8. Metode Identifikasi Dampak


Langkah pertama dalam penyusunan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan adalah
mengidentifikasi dampak yang diakibatkan oleh suatu kegiatan. Komponen lingkungan dibuat
vertikal dan komponen tahapan kegiatan pekerjaan dibuat horizontal.

9. Metode Perkiraan Dampak Penting


Dampak adalah suatu perbedaan antara keadaan lingkungan yang diperkirakan akan ada tanpa
adanya proyek dengan keadaan lingkungan yang diperkirakan akan ada pada saat adanya proyek.
Perkiraan dampak yang dimaksud adalah untuk mengkaji perubahan kualitas lingkungan, dimana
besarnya perubahan kualitas lingkungan diungkapkan sebagai besaran dampak. Besar dampak
akan didekati dengan membandingkan kualitas lingkungan faktual dengan kualitas yang
diproyeksikan setelah aktivitas pembangunan. Beberapa pendekatan yang dipakai dalam
penelahan besar dampak, mempergunakan metode formal melalui model matematik dan metode
non formal melalui analogi serta penilaian para ahli. Penentuan arti penting perubahan kualitas
lingkungan yang diperkirakan di wilayah studi dengan mengacu pada pedoman mengenai ukuran
dampak penting. Perkiraan dampak penting harus mengacu pada KEPMEN KLH No. 02 Tahun 1988,
tentang Pedoman Penentuan Baku Mutu Lingkungan.

10. Metode Evaluasi Dampak Penting


Dari hasil perkiraan dampak penting di atas kemudian ditentukan nilai pentingnya. Penentuan
nilai penting ini dilakukan dengan metode informal sederhana, yaitu dengan pemberian nilai
verbal, yaitu penting dan tidak penting yang ditentukan berdasarkan hasil pendugaan dampak
penting tadi. Kriteria penilaian didasarkan atas Pedoman Pelaksanaan PP No. 51 Tahun 1993
pasal 3 ayat 1 dan Keputusan Kepala Bapedal No. 056 Tahun 1994, yaitu :
- Jumlah manusia yang terkena dampak,
- Luas wilayah persebaran dampak,
- Lamanya dampak berlangsung.
- Intensitas dampak.
- Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak,
- Sifat kumulatif dampak,
- Berbalik (reversible) atau tidak berbalik (irreversible) dampak tersebut.

11. Demobilisasi
a. Demobilisasi dari lokasi ke kantor meliputi demobilisasi personil dan demobilisasi peralatan.
Kegiatan dilakukan tidak serentak melainkan disesuaikan dengan jadwal penyelesaian
kegiatan personil.
b. Melapor kepulangan team beserta Program Kerjanya ke DPU Kabupaten/Kota Setempat
beserta jajarannya dan pejabat pemerintah setempat.
c. Mempersiapkan perlengkapan studio di kantor pusat.
d. Mengecek ulang kelengkapan peralatan
e. Pengadaan bahan-bahan di studio.

12. Gambar Perencanaan Akhir (Final Desain)


Pembuatan gambar rencana selengkapnya dilakukan setelah rancangan perencanaan disetujui
oleh Proyek dengan memperhatikan koreksi-koreksi dan saran-saran yang diberikan oleh Proyek.
Gambar perencanaan akhir terdiri dari gambar-gambar rancangan yang telah diperbaiki dan
dilengkapi dengan :
• Sampul luar (cover) dan sampul dalam
• Peta lokasi proyek
• Peta lokasi sumber bahan (quarry)
• Lembar simbol dan singkatan
• Lembar daftar volume pekerjaan
• Daftar bangunan pelengkap & volume pekerjaannya.

13. Perhitungan Volume & Biaya Pekerjaan Pelaksanaan Fisik dan Schedule Proyek
Berdasarkan pada data-data yang dikumpulkan dari lapangan maupun data-data analisa,
perhitungan dan desain yang dilakukan oleh Konsultan. Selanjutnya dihitung perkiraan jumlah
volume pekerjaan dan perkiraan biaya untuk pelaksanaan fisik pembangunan.

14. Perhitungan Volume Pekerjaan


Perhitungan volume pekerjaan meliputi semua jenis pekerjaan pembangunan beserta bangunan-
bangunan pelengkap lainnya. Volume pekerjaan galian dan timbunan dihitung berdasarkan pada
gambar penampang melintang.

15. Perhitungan Biaya Pelaksanaan Fisik


Perhitungan biaya pelaksanaan fisik meliputi perhitungan biaya setiap “pay item” pekerjaan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan tersebut dan Konsultan akan membuat harga
satuan dasar upah, bahan dan peralatan yang digunakan di lokasi pekerjaan sesuai dengan hasil
survey dari lapangan. Menyiapkan analisa harga satuan pekerjaan untuk semua mata pembayaran
yang mengacu pada Panduan Analisa Harga Satuan. Konsultan juga akan menyiapkan laporan
perkiraan kebutuhan biaya pekerjaan konstruksi.

16. Tentative Schedule Proyek


Tentative schedule proyek akan dibuat berdasarkan gambar-gambar disain yang sudah disetujui
oleh Direksi Pekerjaan dengan membagi paket-paket pekerjaan (kalau ada) akan dikonsultasikan
dulu dengan Direksi. Didalam membuat schedule proyek ini Konsultan akan memperhatikan :
- Kondisi medan dan ruang kerja yang ada,
- Metode konstruksi yang paling optimum,
- Kondisi / availabilitas sumber daya manusia (SDM) dan skill, peralatan dan perlengkapan yang
ada,
- Kendala dan tingkat kesulitan lainnya,
- Pendanaan,
- Pembebasan tanah,

5.4. ANALISA PERANCANGAN


5.4.1 Analisis Data
Dalam Proses Analisis dilakukan berbagai pendekatan yang merupakan satu tahapan kegiatan
yang terdiri dari rangkaian pengamatan terhadap kondisi tapak kawasan yang akan
direncanakan. Proses Analisis ini yaitu : Analisis Tapak dan lingkungan, Analisis Pelaku, Analisis
Aktifitas, Analisis Ruang dan Fasilitas, Analisis bangunan, Analisis Utilitas Mekanikal Elektrikal,
yang diharapkan dapat menjawab dari tema keinginan bangunan yang di inginkan.

5.4.2 Pemecahan Masalah


Pemecahan masalah disini diharapkan bisa mengatasi permasalahan saat ini maupun mendatang,
cakupan pemecahan masalaha disini hanya meliputi permasalahan yang berkaitan dengan
cakupan Desain perencanaan maupun cakupan Wilayah Perencanaan yang mampu mewadahi
aktivitas fungsi bangunan Pada proses kegiatan tahapan Perancangan sering kali terjadi beberapa
penambahan, pengurangan bahkan perubahan, tergantung dari masukan dan data yang
digunakan sebagai analisis, untuk mengantisipasi hal tersebut terhadap kesalahan perencanaan,
maka, unpan balik (Feed Back) dilakukan pada setiap lonpatan tahapan Kegitan sebagai langkah
Evalusai.
DIAGRAM POLA PIKIR PERENCANAAN

TEMA PERENCANAAN
umpan balik

Point-point yang dipergunakan untuk


menganalisis

ANALISA
Analisa Tapak
Analisa Aktivitas Pelaku
Analisa Program Ruang
Analisa Bangunan

KONSEP
Konsep Dasar
Konsep Tapak
Konsep Penzoningan
Konsep perwujudan Bangunan
Konsep Sistim Struktur
Konsep Sistim Utilitas

Sketsa PRA DESAIN

PRODUK DESAIN
5.4.3 Analisis Hidrologi
Sebelum melakukan analisis hidrologi, terlebih dahulu menentukan stasiun hujan, data hujan dan
luas catchment area. Dalam analisis hidrologi akan membahas langkah–langkah untuk
menentukan debit banjir rencana. Langkah –langkah untuk menentukan debit banjir rencana
adalah menghitung curah hujan rata – rata daerah, curah hujan rencana, melakukan uji
keselarasan untuk menentukan metode yang memenuhi uji sebaran, menghitung intensitas hujan
dan debit banjir rencana.

5.4.4 Analisis Hidrolika dan Perencanaan Normalisasi Sungai


Pada analisis hidrolika terdiri dari analisa penampang eksisting dengan menggunakan HEC-RAS
bertujuan untuk mengetahui kondisi dari Sungai Sengkarang saat ini (eksisting). Dengan
menggunakan HEC-RAS maka dapat diketahui profil dari muka air saat terjadi banjir. HEC-RAS
akan menampilkan model dari Sungai Sengkarang sesuai dengan input data yang diberikan.
Sedangkan dalam perencanaan dimensi dengan normalisasi sungai disini menggunakan rumus
Manning, diperlukan untuk mengetahui kapasitas alur sungai dan saluran terhadap banjir
rencana dan untuk menggambarkan profil muka air banjir rencana sepanjang sungai yang akan
ditinjau dari Sungai Sengkarang. Profil muka air yang dihasilkan merupakan dasar untuk
menentukan elevasi bangunan pengendali banjir.
5.4.5 Analisis Stabilitas Alur
Sungai akan stabil apabila tidak terjadi erosi pada dasar maupun tebing sungai. Tegangan geser
yang terjadi di dasar maupun tebing sungai disebabkan oleh aliran sungai. Apabila tegangan geser
yang terjadi di dasar sungai (τb) lebih besar dari tegangan kritis (τc), maka akan terjadi erosi.
Tegangan geser kritis yaitu tegangan geser yang terjadi pada saat butiran dasar /tebing sungai
mulai bergerak. Besarnya tegangan geser kritis (τc) tergantung dari diameter material dasar
/tebing sungai. Kecepatan aliran yang menimbulkan terjadinya tegangan geser kritis disebut
kecepatan kritis (Vcr). Apabila diameter butiran dasar /tebing sungai diketahui, maka tegangan
geser kritis (τc) dapat dilihat melalui diagram Shield’s pada gambar sebelumnya.

5.4.5 Analisis Stabilitas Tanggul


Pada analisis stabilitas tanggul biasanya terdiri dari material geoteknik, untuk menahan banjir
supaya tidak meluap. Beberapa analisis kestabilan tanggul adalah analisis terhadap bahaya
kelongsoran, kuat dukung dan geser. Bentuk penampang tanggul pada dasarnya harus aman
terhadap limpasan dan aman terhadap gaya yang bekerja. Maka bentuk tanggul perlu
mempertimbangkan terhadap muka air banjir, kondisi topografi, kondisi tanah dasar asli, bahan
timbunan tanggul, dan pelindung lereng tanggul.
5.5. PROGRAM KERJA
Program Kerja ini diuraikan dalam 5 sub pokok bahasan, yaitu :
• Pola Kerja
• Sistematika Pengumpulan Data
• Analisis Permasalahan dan Pemecahan Masalah
• Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
• Organisasi dan Personil
5.5.1 Pola Kerja
Berdasarkan pemahaman terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi, maka pola kerja yang
harus akan dilakukan guna menyusun rencana kegiatan / kerja antara lain:
1. Persiapan / mengumpulkan data meliputi :
- Studi Literatur Dasar dasar yang dipegunakan untuk menganalisa dan pegambilan
keputusan rancangan
- Studi Internal yang berkaitan dengan Pengumpulan data Sekunder
- Studi external yang berkaitan dengan Pengumpulan data Primer
2. Melakukan analisis Tapak (Site)
- Vegetasi
- Kondisi Iklim (lintasan angin / matahari.
- Pencapaian dan sirkulasi
- Tata masa bangunan
- Tata ruang dan perencanaan.
3. Melakukan Analisis aktivitas :
- Analis Pelaku
- Analisis Aktivitas Pelaku
4. Membuat Analisis Program Ruang :
- Kebutuhan Ruang
- Pengelompokan Ruang
- Persyaratan Ruang
- Basaran Ruang
- Hubungan Ruang
5. Menbuat Analisis Bangunan :
- Struktur Bangunan
- Utilitas Bangunan
6. Menbuat Konsep Perancangan :
- Dasar perencanaan
- Tapak Layout Plan
- Vegetasi Akustik lingkungan
- Penghawaan dan Pencahayaan
- Pencapaian dan sirkulasi
- Tata massa bangunan
- Perencanaan Ruang
- Penzoningan area
- Bentuk penampilan bangunan
- Sistim struktur
- Sistim jaringan Utilitas
7. Membuat gambar pradisain dan Desain :
- Gambar existing Peta lokasi
- Lay out
- Site Plan
- Gambar kerja

5.5.2 Sistematika Pengumpulan Data


1. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari instansi yang berwenang.
Data sekunder yang diperlukan adalah :
- Rencana tata Ruang Kota RTRW
- Persyaratan dan dimensi tata ruang.
- Dokumen/hasil studi terkait :
1. Hasil studi atau perencanaan yang terkait
2. Hasil studi atau perencanaan sektor-sektor lain yang terkait dengan bangunan
3. Pemeriksaan Daya Dukung Tanah pada lahan.
2. Pengamatan di Lapangan
Ada beberapa macam survey dilapangan :
- Vegetsai
- Kondisi iklim dan lingkungan
- Luas lahan dan topografi
- Tata massa bangunan
- Pecapaian dan sirkulasi
- Kebisingan
- Perencanaan Ruang
- Sarana pendukung lingkungan
- Utilitas

5.5.3 Analisis Permasalahan Dan Pemecahan Masalah


1. Materi Yang Harus Dijabarkan Dalam Penyusunan Analisa Adalah
- Analisa Tapak (Site)
- Analisa Aktivitas Pelaku
- Analisa Program Ruang
- Analisa Analisa Bangunan
2. Penyusunan Konsep Desain Perencanaan
- Konsep Dasar Rancangan
- Konsep Perencanaan Tapak Perletakan Bangunan
- Konsep Penzoningan Area
- Konsep Perwujudan Bangunan
- Konsep Sistim Struktur
- Konsep Sistim Utilitas
3. Pembuatan Gambar Desain dan Pembiayaan :
- Gambar existing Peta lokasi
- Lay out
- Site Plan
- Gambar kerja, Denah, Tampak, Potongan, gambar rencana, Detail dan detail
arsitektural
- Estimasi Rencana Anggaran Biaya.
- Spesikasi Teknik dan persyaratanya.
4. Presentasi/Seminar Jika menmungkinkan
- Presentasi / Seminar Awal Penggalian Gagasan
- Presentasi / Seminar Hasil Perencanaan.
- Presentasi / Konsultasi Desain Hasil Desain

5.5.4 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


- Menyusun Jadwal Pelaksanaan dan tahapan kegiatan Perencanaan berdasarkan target
waktu yang di tetapkan yaitu 30 Hari Kalender.
- Menyusun rencana kerja mobolisasi personil.
5.6 KONSEP DASAR
Konsep Dasar dari Kegiatan Perencanaan ini mengacu pada Motto INDAH , KOKOH, KUAT, RAMAH
LINGKUNGAN DAN EKONOMIS. yaitu :
• KONSEP DASAR STRUKTUR/KONSTRUKSI BANGUNAN PAGAR DAN INSTALASI LIMBAH , dalam hal
ini berkaitan erat dengan kekuatan bangunan dengan prinsip kokoh, kuat dan ekonomis.
Berbicara tentang konstruksi tidak lepas dengan wilayah Sulawesi Utara merupakan Jalur
gempa Zone 1. Sudah tentu ketahanan konstruksi bangunan yang dilandasi karakteristik beton ,
berat jenis batu pasangan, clay lump pada pasir, campuran cemen pada spesi dan dimensi
bangunan yang direncanakan.
• KONSEP DASAR ARSITEKTUR, mengacu pada Juknis Pendidikan
• KONSEP DASAR ORGANISASI RUANG, mengacu pada Juknis pendidikan
• KONSEP DASAR MEKANIKA TANAH, yaitu jenis dan struktur tanah dilokasi rencana bangunan .
Guna menjadi dasar perencanaan Konstruksi Bangunan.
• KONSEP DASAR EFFISIENSI, dimana pepatah mengatakan bahwa Kuat dan Indah itu tidak harus
mahal. Antara lain ditempuh dengan cara menggunakan Produduct Lokal yang mutu dan
keindahannya tidak kalah dengan non lokal.
• KONSEP DASAR KEAMANAN, selain fasilitas penerangan yang imbang , tentu pertimbangan
keamanan terutama untuk gedung dan dokumen yang tersimpan misalnya kebutuhan hidrant
ataupun water sprading/fire protector.

5.7. ORGANISASI DAN PESONIL


5.7.1 Organisasi Pelaksana Proyek
Salah satu penunjang untuk mendapatkan hasil pekerjaan Perencanaan Teknis yang baik
adalah kejelasan jalur instruksi dan koordinasi antara Pihak Perusahan Konsultan dan
Pelaksana Kegiatan, yaitu fungsi dan tugas dari masing-masing pihak telah diatur sesuai
dengan Struktur Organisasi. Sedangkan tugas sehari-hari Team Kerja Konsultan akan
bertanggung jawab dan menerima instruksi secara teknis dan operasional dari Pelaksana
Kegiatan.

5.7.2 Organisasi Pelaksana Konsultan


Team konsultan akan dipimpin oleh Team Leader bertanggung jawab atas dasar segala aspek
pekerjaan Pendampingan terhadap pelaksanaan dilapangan.
Dalam melaksanakan tugasnya di lapangan Team Leader akan dibantu oleh Tenaga Pendukung
seperti : Surveyor 2 Orang, Juru Gambar 1 Orang. Dalam pengendalian pekerjaan perencanaan
yang dilaksanakan oleh konsultan harus sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang
dikeluarkan Pemberi Tugas.

Anda mungkin juga menyukai