Anda di halaman 1dari 54

Bab 3.

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1. Umum

Suatu perencanaan merupakan penjabaran suatu masalah dalam


menanggulangi kebutuhan dalam waktu tertentu dengan diberikan suatu
alternatif pemecahan. Oleh karena itulah dalam pemecahan masalah perlu
diberikan suatu bentuk dasar- dasar perhitungan atau landasan teori yang
berkaitan dengan masalah yang dipecahkan atau ditanggulangi.

Pekerjaan perencanaan teknik, untuk mendapatkan konsep perencanaan


dan detail design dalam gambar dan dokumen yang terpadu sehingga
dapat menjadi pegangan pada waktu pelaksanaan pembangunan
dilapangan.

Hasil dari perencanaan teknik, adalah mencakup kumpulan dokumen


teknik yang dapat memberikan gambaran produk yang ingin diwujudkan,
dengan memperhatikan :

▪ Ketentuan teknis

▪ Keadaan serta faktor pengaruh lingkungan dan menggambarkan


hasil optimal sesuai dengan kebutuhan pemakai serta
penghematan biaya.

Tugas konsultan sesuai dalam Kerangka Acuan mencakup pekerjaan


pokok, yaitu Perencanaan Pembangunan Saluran Drainase di
Kecamatan Menteng dan Sawah Besar Wilayah Kota Administrasi
Jakarta Pusat. Untuk mendapatkan suatu perencanaan yang baik
diperlukan suatu pendekatan/ pemahaman terhadap komponen
perencanaan dan pemahaman terhadap lokasi studi.

Perencanaan pengaman terhadap banjir disebut juga perencanaan


pengendalian banjir yang akan digunakan sebagai landasan yang penting
dalam menetapkan berbagai pekerjaan sipil yang harus dilaksanakan
dalam rangka usaha pengamanan banjir secara umum dapat dibagi
menjadi :

______________________________________________ 29
▪ Pekerjaan Sipil

▪ Pekerjaan non-sipil

Pekerjaan sipil adalah usaha pencegahan bahaya banjir dengan suatu


sistem pengamanan banjir yang terdiri dari tanggul, normalisasi alur
sungai termasuk sudetan dan lain-lain dan dengan suatu sistem
pengendalian banjir yang terdiri dari retarding basin, waduk pengendalian
banjir dan lain-lain. Kadang-kadang kedua sistem tersebut digabung
menjadi satu kesatuan. Sebaliknya pekerjaan non-sipil adalah usaha
pencegahan banjir dengan pengaturan-pengaturan yang dilandasi
undang-undang, guna mengurangi tingkat kerugian yang mungkin terjadi,
apabila terjadi banjir, antara lain pengaturan penggunaan tanah di daerah
bantaran sungai, mendirikan bangunan yang tahan terhadap genangan
air, asuransi banjir dan kegiatan pengamanan terhadap kemungkinan
adanya bencana banjir.

Pekerjaan sipil sepenuhnya akan mampu menjamin pencegahan bencana


banjir pada tingkat dibawah debit banjir rencananya, akan tetapi tidak
akan mampu mencegah banjir besar yang melampaui debit banjir rencana
tersebut, yang menyebabkan rusaknya sistem pengamanan dan
pengendalian banjir dan terjadilah banjir yang biasanya cukup besar.

Sebaliknya pekerjaan non-sipil adalah usaha-usaha guna mengurangi


kerusakan sampai pada tingkat yang minimum dengan mengarahkan
genang-genang pada daerah-daerah yang tidak penting, mengadakan
usaha-usaha pemberitahuan dini dan mencegah terjadinya tanah longsor.
Yang dimaksudkan dengan perencanaan pengamanan dan pengembalian
banjir umumnya adalah perencanaan yang hanya didasarkan atas
pekerjaan sipil dan apabila termasuk pula usaha-usaha non-sipil, maka
usaha-usaha ini disebut, “pengendalian banjir menyeluruh”.

3.1.1. Prinsip – Prinsip Utama

Kapasitas sistem drainase harus mencukupi, baik untuk menampung air


hujan yang akan dialirkan ke tempat pembuangan akhir (laut, sungai
besar) maupun yang diresapkan ke dalam tanah. Jika kapasitas ini tidak
mencukupi, maka sistem akan gagal dan terjadi banjir atau genangan.

Tata letak sistem harus memenuhi kriteria perkotaan dan memiliki


kemungkinan untuk perluasan sistem. Di dalam praktek harus
diperhitungkan segi hidrolik dan tata letak dalam kaitan mencegah
tumpang tindih dengan prasarana lain.
______________________________________________ 30
Stabilitas sistem harus terjamin, baik dari segi struktural maupun
keawetan sistem serta kemudahan O & P (Operasi dan
Pemeliharaannya). Didalam prakteknya diperlukan prinsip-prinsip
struktural yang harus dipenuhi termasuk bentuk struktur yang
memudahkan O & P.

3.1.2. Kapasitas Sistem Yang Memadai

Untuk mencapai kapasitas sistem yang diharapkan diperlukan prinsip


perencanaan yang telah banyak digunakan, yang sudah mengalami
koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi dalam upaya
mencapai kapasitas ini. Prinsip perencanaan yang lengkap mengandung 3
(tiga) unsur pokok, yaitu aspek hidrologi, hidrolik dan aspek kestabilan
sistem.

a. Prinsip Hidrologi

Ada 2 (dua) bagian pokok dalam prinsip hidrologi ini, yaitu :


Sistem harus sanggup melayani debit maksimum dan muka air
maksimum. Kedua bagian pokok ini memerlukan unsur utama
prinsip hidrologi, yaitu kurva intensitas hujan.

b. Prinsip Hidrolik

Prinsip ini mencakup karakteristik dari bagian sistem drainase


dalam upaya mencapai pelayanan penuh pada debit maksimum
dan muka air banjir maksimum yang terjadi pada sistem.

Disamping itu keawetan saluran dicapai dengan membatasi


kecepatan pengaliran dalam saluran, dan kemudahan O&P
dicapai dengan menetapkan kecepatan minimum untuk
mencegah terjadinya endapan.

c. Prinsip Stabilitas Sistem

Bangunan drainase merupakan bangunan skala besar, yaitu


bangunan dengan bentuk yang sama dalam volume yang besar.
Karena itu kesalahan dalam menentukan karakteristik dan prinsip
akan berisiko kegagalan besar.

Karakteristik dan prinsip stabilitas dipenuhi dengan menentukan


beban dan muatan yang harus ditanggung oleh sistem.

______________________________________________ 31
3.1.3. Pemilihan Sistem Dan Teknologi

Memilih out-fall yang baik dan tepat, baik dari segi hidrolik maupun
kesesuaian dengan sistem drainase perkotaan, tidaklah mudah. Seringkali
di dalam pemilihannya malah menimbulkan kesalahan fungsi.

Proporsi pembagian daerah aliran saluran yang sesuai dan tepat, berarti
bahwa pembagian daerah aliran saluran disesuaikan dengan kemampuan
dari out-fall yang dipilih.

Di dalam praktek, kawasan yang selalu kebanjiran karena lokasi daerah


yang rendah, akan diupayakan agar daerah aliran salurannya dipersempit
dengan mengadakan pengalihan aliran ke beberapa saluran, atau
menutup aliran ke daerah tersebut serta menyimpangkannya ke daerah
aliran saluran yang relatif tinggi elevasi daerahnya dan lebih baik out-
fallnya.

Tata letak dari sistem akan menunjang O&P terhadap sistem drainase itu
sendiri. Mengingat bahwa pendanaan dan kelembagaan yang kurang
memadai untuk melakukan O&P drainase perkotaan yang ada, pada
umumnya masih harus dikembangkan lagi, maka sistem drainase sedapat
mungkin direncanakan sebagai maintenance free atau dengan O&P
minimal.

Pemikiran untuk mengadakan perluasan di masa mendatang dari sistem


drainase yang dibangun secara bertahap, mengharuskan diadakannya
lahan cadangan dan pengaturan lahan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Kota. Hal ini perlu didukung peraturan perundang-undagan yang
menyangkut pengadaan lahan, seperti perundang-undangan mengenai
garis sempadan sungai atau saluran, yang ditentukan menurut besar
saluran atau sungai tersebut.

Apabila kapasitas sungai tersebut besar maka lahan yang harus


dicadangkan di tepi kiri dan kanan sungai juga lebih lebar, dibandingkan
dengan sungai yang kecil. Dengan demikian akan dapat dijamin
kemungkinan perluasan sistem saluran drainase di kemudian hari, apabila
debit bertambah seiring dengan pertumbuhan kawasan daerah perkotaan.

______________________________________________ 32
3.2. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan

Agar dapat mewujudkan dengan baik semua sasaran yang direncanakan,


suatu pekerjaan perlu memiliki metodologi pelaksanaan yang terencana
dengan baik.

Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan terbagi


menjadi beberapa tahap sebagai berikut :

• Pengumpulan Data
➢ Kondisi eksisting tata guna lahan
➢ Sistem tata air jaringan/saluran eksisting dan data daerah
genangan
➢ Inventarisasi sarana dan prasarana pengendalian banjir
➢ Data utilitas dari instansi yang terkait
➢ Data Penunjang lainnya
• Peninjauan lapangan serta pengumpulan data primer (catchment area,
system tata air, serta kondisi sarana dan prasarana)
• Pelaksanaan pengukuran topografi dan penyelidikan tanah:
➢ Pengukuran situasi, penampang memanjang dan melintang
kali/saluran berdasarkan PP
➢ Test sondir dan boring, pengambilan contoh tanah asli
➢ Melakukan test pit terhadap utilitas yang ada
▪ Gambar detail perencanaan
▪ Perencanaan detail
▪ Penyusunan volume dan scope pekerjaan
▪ Perhitungan biaya pelaksanaan dan penyusunan rencana kerja dan
syarat teknis

Secara umum Konsultan memahami maksud dan tujuan pekerjaan


perencanaan ini, di mana selain tujuan utama sebagai pengendalian banjir
juga ditekankan nilai tambah berbagai aspek bagi pengendalian banjir.

Dalam metode kerja dan metodologi, Konsultan sudah harus membagi dua
aspek besar, pertama aspek perencanaan Pengendalian banjir dan
kedua aspek perencanaan Tata ruang.

______________________________________________ 33
Secara detail lingkup konsep Perencanaan dapat dijabarkan sebagai
berikut:

Pekerjaan Identifikasi Awal dan Pengumpulan Data


1. Kegiatan persiapan.
Kegiatan ini meliputi :
Orientasi lapangan, memperkirakan hambatan-hambatan yang
mungkin timbul dan upaya penyelesaiannya.
Mengumpulkan menganalisa data serta informasi yang ada.
Melakukan persiapan untuk pekerjaan lapangan maupun kantor,
mobilisasi personil serta peralatan.
2. Kegiatan Pengkajian Studi Terdahulu
Review terhadap peta situasi terdahulu dan menyiapkan data
Menganalisa Laporan studi terdahulu baik bangunan, jaringan dan
lain sebagainya.
3. Kegiatan Pendahuluan.
Mengadakan dan menyiapkan segala hal yang diperlukan dalan hal
studi ini antara lain, Kantor, perumahan, kendaraan, peralatan
kantor, mobilisasi personil, perijinan dll.
Pengumpulan data-data penunjang, sepeti peta dan lain sebagainya
: Topografi, hidrologi, gambar turap dan bangunan lainnya.
Melakukan Survei Pendahuluan dilapangan
Kajian ulang rencana lokasi check dam,tinggi, lebar ambang serta
tipe dan dimensi bangunan penunjang lainnya.
Membuat rencana tata letak bangunan chek dam dan
pelengkapnya.
Program rencana pelaksanaan survei dan investigasi
Membuat Laporan Pendahuluan
4. Persiapan administrasi, mobilitas personil, bahan dan peralatan
kantor maupun peninjauan awal kelapangan
5. Inventarisasi dan pengumpulan data-data yang diperlukan berupa
Data ukur yang ada , luas das, Tata guna lahan, drainase, luas

______________________________________________ 34
genangan, ketinggian air banjir, kondisi geologi permukaan, bahaya
serta kerugian yang ditimbulkan dan manfaat untuk saat ini.
6. Melakukan diskusi dengan instansi yang terkait dengan pekerjaan
7. Pekerjaan Survey dan Investigasi
Kegiatan Survey dan Pengukuran
Survei Pengukuran Topografi,pekerjaan untuk sungai ini mengacu
kepada Standart perencanaan Irigasi (KP-02) dengan perincian
pekerjaan sbb :
a. Pemetakan rencana as Tanggul /check dam dengan jarak 100 m
ke arah hulu dan 100 m hilir check dam skala 1 : 200. dan untuk
keseluruhan dipetakan dengan skala 1 : 500.
b. Pengukuran tampang melintang dan memanjang sungai
c. Pemasangan patok tampang melintang kearah hilir as check
dam sepanjang 100 m setiap 400 m.
Sedangkan pengukuran untuk peta situasi waduk luasan diukur
sesuai kebutuhan desain.
Kegiatan Pekerjaan Pengukuran di Lapangan
A. Pekerjaan tak langsung :
Adalah pekerjaan meliputi, pekerjaan penyiapan base camp,
persiapan peralatan pengukuran, mempersiapkan bahan-bahan
material yang akan digunakan. Membuat rencana kerja yang
terinci sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang diminta dengan
mencantumkan personil yang memadai, mobilisasi alat tenaga,
yang akan melaksanakan ke lokasi pekerjaan dan lain-lain.
B. Spesifikasi khusus Pengukuran
Pemasangan Patok
a. Patok kayu ukran 5x7x60 cm dipasang jarak 10m dan 100 m
pada jalur poligon tertutup.
b. Patok BM ukuran 20x20x100 cm dipasang +/-500m pada jalur
poligon.
c. Lokasi semua patok tersebut hrus aman struktur tanah stabil
dan dipasangang berpasangan, dikiri dan kanan sungai.
d. Semua kayu dicat merah dan diberi nomor patok yang jelas.
______________________________________________ 35
e. Pengukuran Poligon
C. Kerangka dasar horizontal.
Kerangka dasar horizontal dibagi dalam beberapa seksi dan
setiap seksi kurang lebih 2.00 km atau sesuai dengan keadaan
distribusi titik referensi yang ada. Setiap seksi diawali dan diakhiri
pada titik referensi, sehingga titik kontrol horizontal merupakan
jaringan poligon terikat sempurna. Hasil ukuran poligon tersebut
dapat dikontrol dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Persyaratan poligon terikat sempurna :

◼  Sukuran = (Azakhir)def – (Azawal)def + n x 180 ,


◼ Az = azimuth (arah utara), S = sudut ukuran, n = jumlah titik poligon.
◼  Xukuran = (X akhir - X awal)def. = Xdef.
◼  Yukuran = (Y akhir - Y awal) def. = Ydef.

Apabila persyaratan-persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka


perbedaan hasil ukuran dengan hasil definitif merupakan
kesalahan pengukuran. Kesalahan tersebut harus dihilangkan
atau dieliminir dengan memberi koreksi hasil ukuran sebesar (-)
kesalahan.
Kesalahan tersebut tidak boleh melebihi dari toleransi yang
diberikan.

Kesalahan ukuran  toleransi

Apabila kesalahan ukuran > toleransi pengukuran, maka hasil


ukuran diteliti terlebih dahulu untuk mengetahui seksi mana yang
terdapat kesalahan.
Apabila terdapat kesalahan salah satu seksi maka seksi tersebut
yang perlu dilakukan pengukuran ulang, tidak semua seksi
dilakukan pengukuran ulang.
Toleransi pengukuran yang diberikan adalah sebagai berikut :

◼ Koreksi sudut ≤ 20n, n adalah jumlah titik poligon.

______________________________________________ 36
◼ Koreksi linier ≤ 1 / 3.000.
Jaring Poligon Terikat Sempurna.

B
S4
(Xb,Yb) S0 S1

A 1 S2 S3 P Q
d1 d2 d4
(Xa,Ya) (Xp,Yp) (Xq,Yq)
2 d3 3

Titik-titik : A ; B ; P ; Q adalah titik-titik referensi.

Gambar diatas menunjukkan jaring kerangka dasar horizontal


(jaring poligon terikat sempurna). Diawali dari titik tetap A (X a, Ya)
dan diakhiri di titik tetap P (Xp, Yp). Untuk menentukan Azimuth
awal dan akhir diperlukan titik tetap lain yaitu : titik B (X b, Yb) dan
titik Q (Xq, Yq) atau pengamatan Azimuth matahari di titik A dan P.
Data definitif sebagai kontrol data ukur poligon adalah :

1. Azimuth awal Az badef = Atan Xba / Yba

Azimuth akhir Az pq def = Atan Xpq / Ypq.


2. Absis :  X def =  X ap.def

= Xp – Xa.
3. Ordinat :  Y def =  Y ap.def

= Yp – Ya.
Data ukur poligon adalah sbb :
◼ 1, 2, 3 adalah titik-titik poligon yang akan ditentukan nilai
koordinatnya
Titik 1 : X1, Y1.
Titik 2 : X2, Y2.
Titik 3 : X3, Y3.
◼ Data sudut ukur yaitu :

 So : sudut ukur di titik A.

______________________________________________ 37
 S1 : sudut ukur di titik 1.
 S2 : sudut ukur di titik 2.
 S3 : sudut ukur di titik 3.
 S4 : sudut ukur di titik P.
◼ Data jarak poligon :

 d1 : jarak ukur dari titik A ke titik 1.


 d2 : jarak ukur dari titik 1 ke titik 2.
 d3 : jarak ukur dari titik 2 ke titik 3.
 d4 : jarak ukur dari titik 3 ke titik P.
Dari data definitif dan data ukur tersebut di atas kemudian
dihitung koordinat titik titik 1, 2 dan 3. Untuk memudahkan
hitungan dibuat daftar Hitungan Koordinat
Persyaratan yang harus dipenuhi sbb. :

 S ukur = Az akhir - Az awal + n x 180.


So + S 1 + S 2 + S 3 + S 4 = Az pq - Az ba + 5 x 180.

4.  d sin Az 1-I =  Xap


= d1 sin Aza-1 + d2 sin Az1-2 + d3 sin Az2-3 + d4 sin Az3-p

5.  d cos Az1-I =  Yap.


= d1 cos Aza-1 + d2 cos Az1-2 + d3 cos Az2-3 + d4 cos Az 3-p
Koreksi hasil ukuran poligon :
Koreksi sudut (Ks) = - kesalahan sudut ukur (ksu).
Ks = - ksu.
Ks ini dibagikan kepada suluruh sudut ukur secara merata, kalau
tidak habis dibagi, diberikan kepada sudut yang mempunyai sisi
poligon yang pendek.
Contoh :
Koreksi setiap sudut adalah : Ks 1 s/d 5 = -ksu / 5, 5 = jumlah
sudut ukur.

______________________________________________ 38
6. Koreksi arah sumbu X (Kx) = - kesalahan ukur arah
sumbu X
Kx = - kxu.
Kx ini dibagikan kepada hasil ukuran arah sumbu X sebanding
dengan panjang sisi-sisi poligon.
Distribusi koreksi arah sumbu X adalah sebagai berikut :

 Kx1 = (-kxu/ d1~4) d1.


 Kx2 = (-kxu/ d1~4) d2.
 Kx3 = (-kxu/ d1~4) d3.
 Kx4 = (-kxu/ d1~4) d4.,  d1~4 = jumlah jarak.
7. Koreksi arah sumbu Y (Ky) = - kesalahan ukur arah
sumbu Y.
Ky = - kyu.
Ky ini dibagikan kepada hasil ukuran arah sumbu Y sebanding
dengan masing-masing jarak poligon.
Distribusi koreksi arah sumbu Y adalah sebagai berikut :

 Ky1 = (-kyu/ d1~4) d1.


 Ky2 = (-kyu/ d1~4) d2.
 Ky3 = (-kyu/ d1~4) d3.
 Ky4 = (-kyu/ d1~4) d4
d. Kerangka dasar vertikal.
Kerangka dasar vertikal mengikuti jalur/route kerangka dasar
horizontal, sehingga setiap titik merupakan kerangka dasar
horizontal dan vertikal. Pengukuran jaringan kerangka vertikal
dibagi dalam beberapa seksi yang setiap seksinya diawali dan
diakhiri pada titik referensi (terikat sempurna).
Dengan system pengukuran terikat sempurna, maka hasil ukuran
dapat dikontrol dengan persyaratan sebagai berikut :

Persyaratan : Σukuran ha1i…….. = (Δhab.)def

______________________________________________ 39
B

Arah pengukuran 3

2
h3b
1 Δhab
h23
A
h12

ha1

A dan B titik referensi/acuan :


◼ Elevasi A = definitif = El. Adef
◼ Elevasi B = definitif = El. Bdef
◼ Δ hab = definitif = Δ habdef.
◼ Δ habdef = El. Bdef - El. Adef.
Persyaratan pengukuran waterpass terikat sempurna :
◼ Σukuran Δ hai……….. = (Δhab.)def
◼ ha1 + h12 + h23 + h3b = (Δhab)def

Apabila Σukuran Δ hai…≠ (Δhab)def, maka selisihnya merupakan


kesalahan pengukuran. Untuk mendapatkan hasil ukuran definitif
kesalahan ini harus dieliminir / dihilangkan.
Cara menghilangkan kesalahan tersebut dengan memberi koreksi
(ki) hasil ukuran sebesar (-) kesalahan (ks), ki = - ks.
Kesalahan = Σ Δ hai - Δhab.
= ks .
Koreksi = - kesalahan

e. Propil memanjang dan melintang.


Pengukuran propil memanjang dilakukan dengan alat waterpass
(sipat datar) untuk mendapatkan Elevasi setiap titik (patok). Titik-titik
tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai acuan untuk
pengukuran propil melintang dan detail topography.

______________________________________________ 40
Pengukuran propil melintang sekaligus merupakan pengukuran
detail tophography dilakukan di setiap titik. Lebar pengukuran
masing-masing 200 m kekiri dan kekanan dari lebar kebutuhan tanah
dan arah tegak lurus as Sungai.

f. Pengukuran trase.
Pengukuran trace atau detail topography Sungai dilakukan dengan
system tachimetry dengan menggunakan teodolit. Sebagai acuan
adalah kerangka dasar horizontal dan vertical. Data detail
topograghy semaksimum mungkin diukur untuk dapat
menggambarkan keadaan lapangan secara jelas dan mudah
dimengerti.

Methoda pengukuran tachymetri

Bak ukur

a Alat theodolit
t v
b

Muka tanah asli

P.2
hp1p2 ta

dh P.1

Titik acuan : P1. dan P2.


Data yang diukur / dicatat :
◼ Titik-titik detail
◼ Sudut horizontal (s).
◼ Sudut vertical (v).
◼ Tinggi alat (ta).
◼ Bacaan benang atas (a).
◼ Bacaan benang tengah (t).
◼ Bacaan benang bawah (b).

______________________________________________ 41
◼ Tinggi patok (tp).
◼ Keterangan.
◼ Sketsa lapangan.
g. Pengukuran detail tapak bangunan.
Pengukuran detail tapak bangunan dilakukan di lokasi rencana
bangunan sebagaimana yang disyaratkan dalam Kerangka Acuan
Kerja.
Methode pengukuran detail tapak bangunan dengan membuat
poligon dan waterpass cabang sebagai kerangka horizontal dan
vertikal dan system tachymetri untuk titik-titik detailnya.

8. Hidrologi, hidrometri
▪ Mengadakan review dan evaluasi terhadap kajian hidrologi dan
hidrometri yang telah dilakukan sebelumnya
▪ Menganalisis data limpasan dengan mempertimbangkan faktor-
faktor geologi, tata guna lahan, di mana analisis limpasan dapat
menggunakan model-model yang sudah umum digunakan.
▪ Pengumpulkan data hidrologi dan hidrometri diperlukan untuk
analisis tampungan, sistem pengoperasiannya.
▪ Seluruh data dan hasil analisa akan diserahkan dalam bentuk
hard dan soft copy
9. Penyelidikan dan Penelitian tanah
Maksud dan tujuan survey mekanika tanah adalah mengadakan
penyelidikan sifat-sifat mekanika tanah untuk mengetahui kondisi
tanah dasar pada rencana bangunan utama, saluran, tanggul,
bangunan-bangunan air, dermaga, jembatan, serta bangunan
pelengkap lainnya yang diperlukan.
Dari hasil survey ini diharapkan akan didapat :

• Daya dukung tanah, dalam perhitungan pondasi bangunan dan


tanggul
• Kestabilan lereng dalam perhitungan tanggul dan saluran

______________________________________________ 42
• Penurunan (settlement), dalam perhitungan tanggul dan bangunan
• Permeability dalam perhitungan bangunan, rembesan dan
sebagainya.
• dapat memberikan saran dan rekomondasi metode yang
digunakan dalam perhitungan.
Pelaksanaan kegiatan survey diuraikan sebagai berikut :
1) Pekerjaan Lapangan :
◼ Pemboran
◼ Permeabilitas lapangan
◼ Penetration Test (sondir)
◼ Sondir
◼ Pekerjaan geologi dilakukan dengan standart Internasional
(ASTM) dan standart nasional (SNI)
Prosedur pelaksanaan :
Pemboran

Lokasi titik bor dan kedalamannya akan ditentukan oleh


Direksi Pekerjaan. Konsultan menyediakan seluruh perlengkapan
untuk operasi pemboran sehingga mesin bor dapat terpasang dan
tidak bergetar berlebihan pada saat beroperasi.
Fasilitas supply air akan dijaga agar selalu berfungsi secara
terus menerus (kontinue) dengan debit yang cukup selama mesin
beroperasi. Juga direncanakan agar juka terjadi kebocoran tidak
akan merusak kondisi lingkungan sekitar. Akan disediakan
tangki/kolam regulasi minimal 1 m3 pada akhir pipa ke arah titik
bor.
Kecepatan pemboran, tekanan air dan berat rods pada bit
atau core barrel akan dicatat secara otomatis.
Diameter dari inti tanah minimum 70 mm yang diperoleh
sepanjang lubang bor. Tiap run akan dibatasi dengan panjang
maksimum 1,50 meter.

______________________________________________ 43
Apabila pemboran menemui material lunak, peralatan bor
akan diupayakan dikerjakan dengan hati-hati. Jika akan
mengubah metode, metode baru ini akan dijelaskan caranya untuk
dimintakan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Segera setelah
core dikeluarkan dan dibersihkan akan segera disusun pada core
box. Semua core dari material lunak akan dikeluarkan dengan
core barrel khusus, disimpan pada suatu wadah tertutup oleh
parafin.
Sebelum disimpan core box akan diphoto (berwarna). Satu
kotak (5 lajur) akan dapat dilihat pada masing-masing photo.
Pencahayaan pemotretan akan sesuai agar setiap detail termasuk
perubahan warnanya dapat terlihat dengan jelas.
Muka air tanah di dalam lubang bor akan dicatat tiap hari,
pada awal dan akhir kegiatan. Pencatatan termasuk kedalaman
lubang bor, panjang casing dan waktu pencatatan. Jika mua air
merembes perlahan ke dalam lubang bor, letak rembesan akan
dicatat sebelum pekerjaan dilanjutkan.
Apabila air dalam lubang bor meningkat jumlahnya, maka
kegiatan pemboran akan ditangguhkan untuk mengamati gerakan
vertikal piezometris. Kenaikan muka air ini akan dicatat setiap 2
menit sampai 10 kali pencatatan untuk mendapatkan data
pengamatan yang cukup. Setelah selesai pengukuran,
pengeboran dapat dilanjutkan kembali. Jika muka air tanah terus
bergerak naik sesudah 10 kali pencatatan, Konsultan akan
berkonsultasi kepada Pengawas Pekerjaan untuk penanganan air
artesis ini.
Uji Permeabilitas

Tujuan dari uji permeabiltas adalah utuk menentukan


permeabilitas setiap lapis tanah atau batuan.
Uji permeabilitas boleh dilakukan dengan metode constan
head untuk tanah yang relatif impermeable ataupun falling head

______________________________________________ 44
untuk tanah yang relatif permeble dan akan dilakukan pada
interval yang akan ditentukan oleh Pengawas.
Setelah pekerjaan pemboran dan pengujian lapangan selesai
dilakukan, maka setiap lobang bor akan diberi casing yang
menyembul di atas permukaan tanah setinggi lebih kurang 50 cm,
diberi tutup, kunci dan fondasi yang cukup kuat. Panjang casing
yang berada di dalam tanah sekurang-kurangnya sampai
mencapai tanah keras.

Analisis Laboratorium
Contoh tanah tak terusik akan dilakukan penelitian laboratorium
untuk mengetahui karakteristik yang meliputi parameter-parameter
sebagai berikut :
Index Properties test :
◼ Grain Size Analysis lengkap dengan hidrometer
◼ Batas-batas konsistensi (Atterberg)
◼ Berat Jenis dan berat volume (Specific gravity & Volumetri)
◼ Density
◼ Porosity
◼ Permeability
Engineering properties test.
◼ Triaxial test
◼ Permeability test
◼ Consolidation
◼ Inconfined compression test
◼ Alat sondir
◼ Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan
konus (bearing qonus) dari suatu lapisan tanah dalam kondisi
keras/padat
◼ Yang digunakan berkapasitas sedang dimana alat tersebut
dapat membawanilaimaksimum perlawanan konus sebesar
250 kg/cm2 mata sondir yang digunakan adalah biconus

______________________________________________ 45
sehingga diperoleh hasil nilai perlawanan konus dan nilai
gesek (friction).
◼ Tujuan test ini untuk mengetahui struktur lapisan dan daya
dukung setiap lapisan tanah dengan kedalaman +/- 5 m
daripermukaan tanah atau telah mencapai batuan keras
sehingga dapat diketahui daya dukung tanah dasar pondasi
bangunan check dam.
◼ Ketentuan apabila pada saat diputar dengan pembebanan
100 kg qonus dan tangkal Swendish bisa masuk kedlam
lapisan tanah minimum sampai kedalaman dasar rencana
pondasi bangunan check dam atau sesuai dengan ketentuan
petunjuk direksi.
Cara Pelaksanaan:
Tangkai besi diameter 19 mm dengan panjang 80 cm
ujungnya dibuat seperti mata bo sejumlah 1 ( satu) buah dan
tangkal diameter 19 mm sepanjang 100 cm senbanyak 9
buah yang mana bisa saling menyambung.
Dilengkapi dengan sekrup ukuran diameter 33mm dan lebar
diameter 200 mm.
Beban pemberat terdiri dari :
◼ 10 kg sebanyak 2 buah
◼ 25 kg sebanyak 3 buah
◼ Dan dudukan beton sebanyak 1 buah.
◼ Pada saat operasional posisi tangkai dibuat dusahakan
tegak lurus permukaan tanah agar mudah dalam
operasionalnya.
◼ Tangkai tersebut mampu memuat beban pemberat 5 kg,
10kg, 75 kg dan 100 kg.
◼ Setelah perubahan beban sampai terakhir sampai 100
kg kemudian tangkai silang baru diputar, Setiap putaran
dilakukan sejauh ½ putaran 1800 dihitung satu kali.
Dilakukan putaran terus sehingga tangkai masuk

______________________________________________ 46
kedalam permukaan tanah sedalam 25 cm kemudian
dibaca total berupa putaran.
◼ Test Swendish setiap titik bisa dilakukan dengan
kedalaman 10 m dalam memasukan tankai swendis
diharapkan sampai pada tanah keras yang mungkin bisa
memerlukan +/- 100 putaran untuk mencapai kedalaman
25 cm.
◼ Nilai N dan shear Streght test nilai untuk mencapai pada
kedalaman 25 m cm ada beberapa rumus :
◼ N = 0.03 x Wsw + 0.05 x Nsw ( for soil)
◼ N = 0.02 x Wsw + 0.05 x Nsw ( for sand)
◼ N = 0.045 x Wsw + 0.75 x Nsw ( kg/m2)
◼ Pengambilan Contoh tanah
◼ Untuk mengadakan penelian tanah laboratorium,
pengambilan contoh tanah ini sangat penting sekali,
selain untuk mengetahui sifat tanah ini sangat penting
sekali, selain untuk mengetahui sifat dan jenis tanahnya
juga untuk perkiraan alam evaluasi hasil penelitian
tanahnya juga untuk perkiraan dalam evaluasi hasil
penelitian tanahnya, sehingga pengambilan contoh tanah
ini mutlak harus dilakukan .
◼ Pengambilan contoh tanah asli (undistrubeb sample )
◼ Agar data paraneter dan sifat-sifat tanah dapat
digunakan maka perlu sekali diperhatikan pada sat
pengambilan, pengangkutan dan penyimpanan contoh
tanah
◼ Strukturnya tidak terlalu terganngu atau berubah sehinga
mendekati keadan yang sam dengan lapangan.
◼ Kadar asli masih dapat dianggap sesuai dengan
keadaan lapangan.
◼ Gunakan tube sample yang baik dengan mata tabung
yang tajam sserta memenuhi persyaratan yang ada,
diameter tabung minimal 68 mm dan panjang 50 cn.
______________________________________________ 47
◼ Sebelumpengambilan contoh tanah dilakukan dinding
tabung diberi pelumas agar mudah dalampengambilan
sample dari tabung.
◼ Agar kadar asli contoh tanah ini tidak banyak perubahan
maka kedua ujung ditutup dengan parafin cukup tebal
dan diberi simbol lokasi dan kedalaman contoh tanah.
◼ Pada saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan
dengan memberikan tekanan sentris berlaku untuk
struktur tanahnya yang berbeda atau pada kedalaman
tertentu.
◼ Pada waktu penganktn dan menyimpan tabung sample
supaya dihindarkan dari suhu yang terlalu panas.
◼ Uraian Pekerjaan Laboratorium
◼ Pada contoh tanah yang terambil, baik tanah asli
maupun contoh tanah terganggu akan dilakukan
beberapa macam percobaan di labortoriun, sehingga
data parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat diketahui
jenis dan macam-macam percobaan yang dilakukan

10. Analisa
Pengertian Teori
Siklus Hidrologi
Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari
masa ke masa. Air di bumi mengalami suatu siklus melalui
serangkaian peristiwa yang berlangsung terus menerus,dimana
kita tidak tahu kapan dan dari mana berawalnya dan kapan pula
akan berakhir. Serangkaian peristiwa tersebut dinamakan siklus
hidrologi.

______________________________________________ 48
Air menguap dari permukaan samudera akibat energi panas
matahari. Laju dan jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi
di dekat equator, dimana radiasi matahari lebih kuat. Uap air
adalah murni, karena pada waktu dibawa naik ke atmosfir
kandungan garam ditinggalkan. Uap air yang dihasilkan dibawa
udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan uap
tersebut mengalami kondensasi dan membentuk butir-butir air
yang akan jatuh di samudera, darat, dan sebagian langsung
menguap kembali sebelum mencapai permukaan bumi.

Presipitasi yang jatuh di permukaan bumi menyebar ke berbagai


arah dengan beberapa cara. Sebagaian akan tertahan sementara
di permukaan bumi sebagai es atau salju, atau genangan air,
yang dikenal dengan simpanan depresi. Sebagian air hujan atau
lelehan salju akan mengalir ke saluran atau sungai. Hal ini
disebut aliran / limpasan permukaan. Jika permukaan tanah
porous, maka sebagian air akan meresap ke dalam tanah melalui
peristiwa yang disebut infiltrasi. Sebagian lagi akan kembali ke
______________________________________________ 49
atmosfir melalui penguapan dan transpirasi oleh tanaman
(evapotranspirasi).

Di bawah permukaan tanah, pori-pori tanah berisi air dan udara.


Daerah ini dikenal sebagai zona kapiler (vadoze zone), atau zona
aerasi. Air yang tersimpan di zona ini disebut kelengasan tanah
(soil moisture), atau air kapiler. Pada kondisi tertentu air dapat
mengalir secara lateral pada zona kapiler, proses ini disebut
interflow. Uap air dalam zona kapiler dapat juga kembali ke
permukaan tanah, kemudian menguap.

Kelebihan kelengasan tanah akan ditarik masuk oleh gravitasi


dan proses ini disebut drainase gravitasi. Pada kedalaman
tertentu, pori-pori tanah atau batuan akan jenuh air.batas atas
zona jenuh air disebut muka air tanah (water table). Air yang
tersimpan dalam zona jenuh air disebut air tanah. Air tanah ini
bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan atau lapisan
tanah sampai akhirnya keluar ke permukaan sebagai sumber air
(spring) atau sebagai rembesan ke danau, waduk, sungai atau
laut.

Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari
aliran permukaan atau dari air tanah yang merembes di dasar
sungai. Kontribusi air tanah pada aliran tersebut disebut aliran
dasar (baseflow), sementara total aliran disebut debit (runoff). Air
yang tersimpan di waduk, danau dan sungai disebut air
permukaan (surface water).
Dalam kaitannya dengan permasalahan banjir, komponen dalam
siklus hidrooogi yang terpenting adalah aliran permukaan. Oleh
karena itu, komponen inillah yang ditangai secara baik untuk
menghindari berbagai bencana.

______________________________________________ 50
Presipitasi
Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang
mengkondesi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala
bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi. Jika air yang jatuh
berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berupa padat
disebut salju (snow).
Analisis dan desain hidrologi tidak hanya memerlukan volume
atau ketinggian hujan, tetapi juga distribusi hujan terhadap
tempat dan waktu. Distribusi hujan terhadap waktu disebut
hyterograph. Dengan kata lain hyterograph adalah grafik
intensitas hujan atau ketinggian hujan terhadap waktu.
Kejadian hujan dapat dipisahkan menjadi dua group, yaitu hujan
aktual dan hujan rencana. Kejadian hujan aktual adalah
rangkaian dan pengukuran di stasiun hujan selama periode
tertentu. Hujan rencana adalah hyterograph hujan yang
mempunyai karakteristik terpilih. Hujan rencana bukan kejadian
hujan yang diukur secara aktual dan kenyataannya hujan yang
identik dengan hujan rencana tidak pernah dan tidak akan pernah
terjadi. Namun demikian, kebanyakan hujan rencana mempunyai
karakteristik yang secara umum sama dengan karakteristik hujan
yang terjadi pada masa lalu. Dengan demikian menggambarkan
karakteristik hujan yang diharapkan terjadi pada masa
mendatang.
Karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisis dan
perencanaan hidrologi meliputi :
◼ Intensitas (i), adalah laju hujan = tinggi air persatuan waktu,
misalnya mm/menit, mm/jam atau mm/hari.
◼ Lama waktu / durasi (t), adalah panjang waktu di mana hujan
turun, dalam menit atau jam.

______________________________________________ 51
◼ Tinggi hujan (d), adalah jumlah atau kedalaman hujan yang
terjadi selama durasi hujan dan dinyatakan dalam ketebalan
air di atas permukaan datar, dalam mm.
◼ Frekwensi adalah frekwensi kejadian dan biasanya
dinyatakan dengan kala ulang / return period (T), misalnya
sekali dalam 2 tahun.
◼ Luas (A), adalah luas geografis daerah sebaran hujan.
Hubungan antara intensitas, durasi dan tinggi hujan
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
t t
d =  idt =  it
0 0

_
Sedangkan intensitas rata-rata ( i ) dapat diasumsikan sebagai
berikut :
_
d
i=
t
Secara kualitatif, intensitas curah hujan disebut juga derajat
curah hujan sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 1. Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan
Derajat curah Intensitas Kondisi
hujan curah hujan
(mm/jam)
Hujan sangat < 1,20 Tanah agak basah atau dibasahi
lemah sedikit
Hujan lemah 1,20 – 3,00 Tanah menjadi basah semuanya,
tetapi sulit membuat puddel
Hujan normal 3,00 – 18,0 Dapat membuat puddel dan bunyi
hujan kedengaran
Hujan deras 18,0 – 60,0 Air tergenang di seluruh
permukaan tanah dan bunyi keras
hujan terdengan berasal dari
genangan
Hujan sangat > 60,0 Hujan seperti ditumpahkan,
deras sehingga saluran dan drainase
meluap

Analisis Hujan
Hujan Kawasan (Daerah Tangkapan Air = DTA)

______________________________________________ 52
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan
hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point
rainfall). Mengingat hujan sangat bervariasi terhadap tempat
(space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan
belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal
ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata
curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam
dan/atau di sekitar kawasan tersebut.
Ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung
hujan rata-rata kawasan yaitu : (1) rata-rata aljabar, (2) poligon
Thiessen, (3) isohyet.
1. Rata-rata Aljabar

Merupakan metode yang paling sederhana dalam perhitungan


hujan kawasan. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa
semua penakar hujan mempunyai pengaruh yang setara.
Cara ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau
datar, alat penakar tersebut merata/hampir merata, dan harga
individual curah hujan tidak terlalu jauh dari harga rata-
ratanya. Hujan kawasan diperoeh dari persamaan :
n

P1 + P2 + P3 + ..... + Pn 
Pi
P= = i =1

n n
Di mana P1, P2, …., Pn adalah curah hujan yang tercatat di
pos penakar hujan 1, 2, …., n dan n adalah banyaknya pos
penakar hujan.

2. Metode Poligon Thiessen

Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang


(weighted mean). Cara ini memberikan proporsi luasan
daerah pengaruh pos penakar hujan untuk mengakomodasi
ketidakseragaman jarak. Daerah penakar dibentuk dengan
menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis
______________________________________________ 53
penghubung antara dua pos penakar terdekat. Diasumsikan
bahwa variasi hujan antara pos yang satu dengan lainnya
adalah linier dan bahwa sembarang pos dianggap dapat
mewakili kawasan terdekat.
Hasil metode poligon Thiessen lebih akurat dibandingkan
dengan metode rata-rata aljabar. Cara ini cocok untuk daerah
datar dengan luas 500 – 5.000 km2, dan jumlah penakar hujan
terbatas dibandingkan luasnya.
Prosedur penerapan metode ini meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Lokasi pos penakar hujan diplot pada peta DAS. Antar pos
penakar dibuat garis lurus penghubung.
b. Tarik garis tegak lurus ditengah-tengah tiap garis
penghubung sedemikian rupa, sehingga membentuk
poligon Thiessen. Semua titik dalam satu poligon akan
mempunyai jarak terdekat dengan pos penakar yang ada
di dalamnya dibandingkan dengan jarak terhadap pos
lainnya. Selanjutnya curah hujan pada pos tersebut
dianggap representasi hujan pada kawasan dalam poligon
yang bersangkutan.

P.2
Batas DPS

P.1
A2

A4 A3
A1
P.3
P.4

______________________________________________ 54
Luas areal pada tiap-tiap poligon dapat diukur dnegan
planimeter dan luas total DAS (A) dapat diketahui dengan
menjumlahkan semua luasan poligon.
hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
n

P A + P A + .... + Pn An 
Pi Ai
P= 1 1 2 2 = i =0n
A1 + A2 + .... + A3
A
i =0
i

Di mana P1, P2, …., Pn adalah curah hujan yang tercatat di


pos penakar hujan 1, 2, …., n. sedangkan A 1, A2, …., An
adalah luas areal poligon 1, 2, …., n. serta n adalah
banyaknya pos penakar hujan.
3. Metode Isohyet

Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk


menentukan hujan rata-rata, namun diperlukan keahlian dan
pengalaman. Cara ini memperhitungkan secara aktual
pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan. Dengan kata lain
asumsi metode Thiessen yang secara membabi buta
menganggap bahwa tiap-tiap pos penakar hujan mencatat
kedalaman yang sama untuk daerah sekitarnya dapat
dikoreksi.
Metode ini terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut :

 Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar


hujan pada peta.
 Gambar kontur kedalaman air hujan dengan
menghubungkan titik yang mempunyai kedalaman air
yang sama. Interval Isohyet yang umum dipakai adalah
10 mm.
 Hitung luas area antara dua garis Isohyet dengan
menggunakan planimeter. Kalikan masing-masing luas
areal dengan rata-rata hujan antara dua Isohyet yang
berdekatan.

______________________________________________ 55
Hitung hujan rata-rata DAS dengan persamaan berikut :

P +P   P + P3  P +P 
A1  1 2  + A2  2  + .... + An−1  n−1 n 
P= 
2   2   2 
A1 + A2 + .... + An−1
Atau

  P1 + P2 
  A 2 

P= 
A
Metode Isohyet cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur
dengan luas lebih dari 5.000 km2.

P.2
110 Batas DPS
10
9 0
0
P.1 8
7 0 A
6 5
50 0 0
A3 A4
A2
95
A1 80
P.3
P.4

Kriteria Pemilihan Metode


Lepas dari kelebihan dan kelemahan ketiga metode di atas,
pemilihan metode mana yang cocok dipakai pada suatu DAS
dapat ditentukan dengan mempertimbangkan tiga faktor berikut :

 Jaring-jaring pos penakar hujan dalam DAS


 Luas DAS
 Topografi DAS

Jaring-jaring Pos Penakar Hujan


Jumlah pos penakar
hujan Metode Isohyet, Thiessen
cukup atau rata-rata Aljabar dapat
dipakai
Jumlah pos penakar hujan Metode rata-rata Aljabar
terbatas atau Thiessen
Pos penakar hujan tunggal Metode hujan titik

______________________________________________ 56
Luas DAS

DAS besar (> 5,000 km2) Metode Isohyet


DAS sedang (500 s/d 5.000 Metode Thiessen
km2)
DAS kecil (< 500 km2) Metode rata-rata Aljabar

Topografi DAS

Pegunungan Metode rata-rata Aljabar


Dataran Metode Thiessen
Berbukit dan tidak beraturan Metode Isohyet

Analisis Frekuensi dan Probabilitas


Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-
peristiwa yang luar biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir
dan kekeringan. Besaran peristiwa ekstrim berbanding terbalik
dengan frekuensi kejadiannya, peristiwa yang luar biasa ekstrim
kejadiannya sangat langka.
Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan
besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan
frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi
kemungkinan. Data hidrologi yang dianalisis diasumsikan tidak
bergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan
bersifat stokastik.
Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran
hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya kala ulang (retrun
period) adalah waktu hipotetik di mana hujan dengan suatu
besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Dalam hal ini
tidak terkandung pengertian bahwa kejadian tersebut akan
berulang secara teratur setiap kala ulang tersebut. Misalnya
hujan dengan kala ulang 10 tahunan, tidak berarti akan terjadi
setiap 10 tahun, akan tetapi ada kemungkinan dalam jangka
1000 tahun akan terjadi 100 kali kejadian hujan 10 tahunan. Ada
kungkinan selama kurun waktu 10 tahun terjadi hujan 10
tahunan lebih dari satu kali atau sebaliknya tidak terjadi sama
sekali.
Analisis frekuensi memerlukan seri data hujan yang diperoleh
dari pos penakar hujan. Analisis ini didasarkan pada sifat
statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan

______________________________________________ 57
anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang
masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.

Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam analisis


frekuensi, yaitu :
➢ Data maksimum tahunan

Tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang


dianggap berpengaruh pada analisis selanjutnya. Seri data
seperti ini dikenal dengan seri data maksimum (maximum
annual series). Jumlah data dalam seri akan sama dengan
panjang data yang tersedia. Dalam cara ini, besaran data
maksimum kedua dalam suatu tahun yang mungkin lebih
besar dari besaran data maksimum lam tahun yang lain tidak
diperhitungkan pengaruhnya dalam analisis. Hal ini oleh
beberapa pihak dianggap kurang realistis, apalagi jika diingat
bahwa perhitungan permulaan tahun hidrologi tidak selalu
seragam,ada yang berdasar musim ada pula yang mengikuti
kalender masehi. Oleh karena itu beberapa ahli menyarankan
menggunakan cara seri parsial.
Seri parsial
Dengan menetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas
bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besaer dari
batas bawah tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untu
kemudian dianalisis seperti biasa. Pengambilan batas bawah
dapat dilakukan dengan sistem peringkat, di mana semua
besaran data yang cukup besar diambil, kemudian diurutkan dari
besar ke kecil. Data yang diambil untuk analisis selanjutnya
adalah sesuai dengan panjang data dan diambil dari besaran
data yang paling besar. Dalam hal ini dimungkinkan dalam satu
tahun data yang diambil lebih dari satu data, sementara tahun
yang lain tidak ada data yang diambil.

______________________________________________ 58
Dalam analisis frekuensi hasil yang diperoleh tergantung pada
kualitas dan panjang data. Makin pendek data yang tersedia,
makin besar penyimpangan yang terjadi.
Parameter statistik yang penting dalam analisis hidrologi adalah :

 Nilai rata-rata
n

X i
X= i =1

 Simpangan baku (deviasi standar)

 (X )
n
2
i −X
s= i =1

n −1

 Koefisien variasi
s
CV =
X

 Koefisien Skewness
n
n ( X i − X )
3

G= i =1

(n − 1)(n − 2)s 3
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi
dan empat macam jenis distribusi yang banyak digunakan dalam
bidang hidrologi, yaitu :
Distribusi Normal
X T = X + KT S

XT − X
KT =
S
Di mana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode
ulang T-tahunan,
X = Nilai rata-rata hitung variat,
S = Deviasi standar nilai variat,

______________________________________________ 59
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau
periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang
yang digunakan untuk analisis peluang.
Nilai KT dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Nilai Variabel Reduksi Gauss
Periode Ulang Peluang KT
T (tahun)
1.001 0.999 -3.05
1.005 0.995 -2.58
1.010 0.990 -2.33
1.050 0.950 -1.64
1.110 0.900 -1.28
1.250 0.800 -0.84
1.330 0.750 -0.67
1.430 0.700 -0.52
1.670 0.600 -0.25
2.000 0.500 0
2.500 0.400 0.25
3.330 0.300 0.52
4.000 0.250 0.67
5.000 0.200 0.84
10.000 0.100 1.28
20.000 0.050 1.64
50.000 0.020 2.05
100.000 0.010 2.33
200.000 0.005 2.58
500.000 0.002 2.88
1000.000 0.001 3.09

Distribusi Log Normal

YT = Y + K T S

YT − Y
KT =
S
Di mana :
YT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode
ulang T-tahunan,
Y = Nilai rata-rata hitung variat,
S = Deviasi standar nilai variat,

______________________________________________ 60
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau
periode ulang dan tipe model matematik distribusi
peluang yang digunakan untuk analisis peluang.

Distribusi Log-Person III


Tiga parameter penting dalam LP III yaitu :
1) Harga rata-rata
Untuk memperoleh harga rata-rata dilaksanakan dengan
mengubah data terlebih dahulu ke dalam bentuk logaritmis,
X=log X
n

 log X i
log X = i =1

n
2) Simpangan baku

 (log X )
n
2
i − log X
s= i =1

n −1
3) Koefisien Kemencengan

( )
n
n log X i − log X
3

G= i =1

(n − 1)(n − 2)s 3
Dari nilai-nilai tersebut logaritma hujan atau banjir dengan
periode ulang T dapat dihitung dengan rumus :
log X T = log X + K  s
Di mana K adalah variabel standar (standardized variable)
untuk X yang besarnya tergantung koefisien kemencengan G,
yang nilainya dapat dilihat pada tabel berikut :

______________________________________________ 61
Tabel Nilai K untuk distribusi Log-Person III
Interval kajadian (Recurrence interval ), tahun (periode ulang)
1.0101 1.25 2 5 10 25 50 100
Koef G Persentase peluang terlampaui (Percent chance of being exceeded )
99 80 50 20 10 4 2 1
3.0 -0.667 -0.636 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051
2.8 -0.714 -0.666 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973
2.6 -0.769 -0.696 -0.368 0.499 1.238 2.267 3.071 2.889
2.4 -0.832 -0.725 -0.351 0.537 1.262 2.256 3.023 3.800
2.2 -0.905 -0.752 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705
2.0 -0.990 -0.777 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.192 3.605
1.8 -1.087 -0.799 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499
1.6 -1.197 -0.817 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388
1.4 -1.318 -0.832 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271
1.2 -1.449 -0.844 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149
1.0 -1.588 -0.852 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022
0.8 -1.733 -0.856 -0.132 0.780 1.336 1.993 2.453 2.891
0.6 -1.880 -0.857 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755
0.4 -2.029 -0.855 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615
0.2 -2.178 -0.850 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472
0.0 -2.326 -0.842 0.000 0.842 1.282 1.751 2.051 2.326
-0.2 -2.472 -0.830 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178
-0.4 -2.615 -0.816 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029
-0.6 -2.755 -0.800 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880
-0.8 -2.891 -0.780 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733
-1.0 -3.022 -0.758 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588
-1.2 -3.149 -0.732 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449
-1.4 -3.271 -0.705 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318
-1.6 -3.388 -0.675 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197
-1.8 -3.499 -0.643 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087
-2.0 -3.605 -0.609 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990
-2.2 -3.705 -0.574 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905
-2.4 -3.800 -0.537 0.351 0.725 0.795 0.823 0.830 0.832
-2.6 -3.889 -0.490 0.368 0.696 0.747 0.764 0.768 0.769
-2.8 -3.973 -0.469 0.384 0.666 0.702 0.712 0.714 0.714
-3.0 -7.051 -0.420 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667

Distribusi Gumbel.
YTr − Yn
X Tr = X + KS → K =
Sn
YTr − Yn YS Y S
X Tr = X + S = X − n + Tr
Sn Sn Sn
1 S YS
atau X Tr = b + YTr → a = n dan b = X − n
a S Sn
Di mana :
Yn = reduce mean yang tergantung jumlah sampel/data n,
Sn = reduce standard deviation yang juga tergantung pada
jumlah sampel/data n,

______________________________________________ 62
YTr = reduce variate yang dapat dihitung dengan rumus
berikut :
 T − 1
YTr = − ln − ln r 
 Tr 

Nilai Yn dan Sn serta YTr dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

Tabel Reduce Mean Yn


n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.4952 0.4996 0.5035 0.5070 0.5100 0.5128 0.5157 0.5181 0.5202 0.5220
20 0.5236 0.5252 0.5268 0.5283 0.5296 0.5300 0.5820 0.5882 0.5343 0.5353
30 0.5362 0.5371 0.5380 0.5388 0.5396 0.5400 0.5410 0.5418 0.5424 0.5430
40 0.5436 0.5442 0.5448 0.5530 0.5458 0.5468 0.5468 0.5473 0.5477 0.5481
50 0.5485 0.5489 0.5493 0.5497 0.5501 0.5504 0.5508 0.5511 0.5515 0.5518

60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600

Tabel Reduce Standard Deviation Sn


n 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.0411 1.0493 1.0565
20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0811 1.0864 1.0915 1.0961 1.1004 1.1047 1.1080
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 1.1339 1.1363 1.1388
40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1538 1.1557 1.1574 1.1590
50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.1708 1.1721 1.1734

60 1.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844
70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.1915 1.1923 1.1930
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1973 1.1980 1.1987 1.1994 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.2026 1.2032 1.2038 1.2044 1.2044 1.2049 1.2055 1.2060
100 1.2065

______________________________________________ 63
Tabel Reduce Variate YTr
Return Period Reduce Variate Return Period Reduce Variate
Years Years
2 0.3668 100 4.6012
5 1.5004 200 5.2969
10 2.2510 250 5.5206
20 2.9709 500 6.2149
25 3.1993 1000 6.9087
50 3.9028 5000 8.5188
75 4.3117 10000 9.2121

Uji Kecocokan
Untuk menguji kecocokan (the goodness of fittest test) distribusi
frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang
diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi
frekuensi diperlukan penguji parameter. Dalam hal ini pengujian
parameter yang sering dipakai adalah chi-kuadrat dan Smirnov-
Kolmogorov, dengan uraian sebagai berikut :

- Chi-kuadrat
Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah
persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili
distibusi statistik sample data yang dianalisis. Pengambilan
keputusan uji ini menggunakan parameter 2, yang dapat
dihitung dengan rumus :

 =
2
G
(Oi − Ei )2
h
i =1 Ei

Di mana :

h2 = parameter chikuadrat terhitung,

G = jumlah sub kelompok,


Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i.

______________________________________________ 64
Parameter h2 merupakan variabel acak. Peluang untuk
mencapai nilai h2 sama atau lebih besar dari nilai chi-kuadrat
sebenarnya (2) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Nilai Kritis untuk distribusi Chi-Kuadrat (uji satu sisi)


a derajat kepercayaan
dk 0.995 0.99 0.975 0.95 0.05 0.025 0.01 0.005
1 0.0000393 0.000157 0.000982 0.00393 3.841 5.024 6.635 7.879
2 0.010 0.0201 0.0506 0.103 5.991 7.378 9.210 10.597
3 0.0717 0.150 0.216 0.352 7.815 9.348 11.345 12.838
4 0.207 0.297 0.484 0.711 9.488 11.143 13.277 14.860
5 0.412 0.554 0.831 1.145 11.070 12.832 15.086 16.750
6 0.676 0.872 1.237 1.635 12.592 14.449 16.812 18.548
7 0.989 1.239 1.690 2.167 14.067 16.013 18.475 20.278
8 1.344 1.646 2.180 2.733 15.507 17.535 20.090 21.955
9 1.735 2.088 2.700 3.325 16.919 19.023 21.666 23.589
10 2.156 2.558 3.247 3.940 18.307 20.483 23.209 25.188

11 2.603 3.053 3.816 4.575 19.675 21.920 24.725 26.757


12 3.074 3.571 4.404 5.226 21.026 23.337 26.712 28.300
13 3.565 4.107 5.009 5.892 22.362 24.736 27.688 29.819
14 4.075 4.660 5.629 6.571 23.685 26.119 29.141 31.319
15 4.601 5.229 6.262 7.261 24.996 27.488 30.578 32.801
16 5.142 5.812 6.908 7.962 26.296 28.850 32.000 34.267
17 5.697 6.408 7.564 8.672 27.587 30.191 33.409 35.718
18 6.265 7.015 8.231 9.390 28.869 31.526 34.805 37.156
19 6.844 7.633 8.907 10.117 30.144 32.852 36.191 38.582
20 7.434 8.260 9.591 10.851 31.410 34.170 37.566 39.997

21 8.034 8.897 10.283 11.591 32.671 35.479 38.932 41.401


22 8.643 9.542 10.982 12.338 33.924 36.781 40.289 42.796
23 9.260 10.196 11.689 13.091 36.172 38.076 41.638 44.181
24 9.886 10.856 12.401 13.848 36.415 39.364 42.980 45.558
25 10.520 11.524 13.120 14.611 37.652 40.464 44.314 46.928
26 11.160 12.198 13.844 15.379 38.885 41.923 45.642 48.290
27 11.808 12.879 14.573 16.151 40.113 43.194 46.963 49.645
28 12.461 13.565 15.308 16.928 41.337 44.461 48.278 50.993
29 13.121 14.256 16.047 17.708 42.557 45.722 49.588 52.336
30 13.787 14.953 16.791 18.493 43.773 46.979 40.892 53.672

Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut :

 Apabila peluang lebih dari 5%, maka persamaan distribusi


yang digunakan dapat diterima,
 Apabila peluang kurang dari 1%, maka persamaan
distribusi yang digunakan tidak dapat diterima,
 Apabila peluang berada di antara 1 – 5%, maka tidak
mungkin mengambil keputusan, perlu data tambahan.

______________________________________________ 65
- Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga uji
kecocokan non parametrik, karena pengujiannya tidak
menggunakan fungsi distribusi tertentu.
Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata
Perhitungan data hujan maksimum harian rata-rata DAS harus
dilakukan secara benar untuk analisis frekuensi data hujan.
Dalam praktek sering dijumpai perhitungan yang kurang pas,
yaitu dengan cara mencari hujan maksimum harian setiap pos
hujan dalam satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk
mendapatkan hujan DAS. Cara ini tidak logis karena rata-rata
hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing pos hujan yang
terjadi pada hari yang berlainan. Hasilnya akan jauh
menyimpang dari yang seharusnya.

Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan pe
satuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan
berlangsung intensitasnya cendering makin tinggi dan makin
besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya.
Hubungan antara intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan
biasnya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi
(IDF=Intensity-Duration-Frequency Curve). Diperlukan data
hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60
menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung IDF. Data
hujan jenis ini hanya dapat diperoleh dari pos penakar hujan
otomatis. Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek
tersebut lengkung IDF dapat dibuat dengan salah satu dari
beberapa persamaan berikut :
Rumus Talbot :

______________________________________________ 66
1
I=
t +b

a=
I .t I 2 − I 2 .t I  b=
I I .t  − N I 2 .t 
N I 2 − I I  N I 2 − I I 
Rumus Sherman
a
I=
tn
log I (log t ) − log t. log I log t 
2
log a =
N (log t ) − log t log t 
2

n=
log I log t  − N log t.log I 
N (log t ) − log t log t 
2

Rumus Ishiguro
a
I=
t +b

a=
I t I − I t I 
2 2
b=
I I  
t −N I2 t 
 
N I − I I 
2
 
N I 2 − I I 
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada
hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung
dengan :
Rumus Mononobe
2
R  24  3
I = 24  
24  t 
Di mana
I = Intensitas hujan (mm/jam)
T = lama hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)
(mm)

Limpasan (runoff)
Sebagaimana telah diuraikan da1am siklus hidrologi, bahwa air
hujan yang turun dari atmosfir jika tidak ditangkap oleb vegetasi
atau oleh permukaan-permukaan buatan seperti atap bangunan

______________________________________________ 67
atau lapisan kedap air lainnya, maka akan jatuh ke perrnukaan
bumi dan sebagian akan rnenguap, berinfiltrasi, atau tersimpan
dalam cekungan-cekungan. Bila kehilangan seperti cara-cara
tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan akan mengalir
langsung di atas permukaan tanah menuju alur aliran terdekat.
Dalam perencanaan drainase, bagian air hujan yang menjadi
perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff), sedangkan
untuk pengendalian banjir tidak hanya aliran permukaan, tetapi
limpasan (runoff). Limpasan merupakan gabungan antara aliran
perrnukaan, aliranaliran yang tertunda pada cekungan-
cekungan, dan aliran bawah permukaan (subsurface flow).

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Limpasan


Aliran pada saluran atau sungai tergantung dan berbagai faktor
secara bersamaan. Dalam kaitannya dengan limpasan, faktor
yang berpengaruh secara umurn dapat dikelompokkan menjadi
2 kelompok, yaitu faktor meteorologi dan karakteristik daerah
tangkapan saluran atau daerah aliran sungai (DAS).
Faktor Meteorologi
Faktor-faktor meteorologi yang berpengaruh pada limpasan
terutama adalah karakteristik hujan, yang meliputi :
1) Intensitas hujan
Pengaruh intensitas hujan terhadap limpasan permukaan
sangat tergantung pada laju infiltrasi. Jika intensitas hujan
melebihi laju infiltrasi, maka akan terjadi limpasan permukaan
sejalan dengan peningkatan intensitas curah hujan. Namun
demikian, peningkatan limpasan permukaan tidak selalu
sebanding dengan peningkatan intensitas hujan karena
adanya penggenangan di perrnukaan tanah. Intensitas hujan
berpengaruh pada debit maupun volume limpasan.
2) Durasi hujan
Total limpasan dari suatu hujan berkaitan langsung dengan
durasi hujan dengan intensitas tertentu. Setiap DAS
mempunyai satuan durasi hujan atau lama hujan kritis. Jika
hujan yang terjadi lamanya kurang dari lama hujan kritis,

______________________________________________ 68
maka lamanya limpasan akan sama dan tidak tergantung
pada intensitas hujan.
3) Distribusi curah hujan
Laju dan volume limpasan dipengaruhi oleh distribusi dan
intensitas hujan di seluruh DAS. Secara umum, laju dan
volume limpasan maksimum terjadi jika seluruh DAS telah
memberi konstribusi aliran. Namun demikian, hujan dengan
intensitas tinggi pada sebagian DAS dapat menghasilkan
limpasan yang lebih besar dibandingkan dengan hujan biasa
yang meliputi seluruh DAS.
Jika kondisi topografi, tanah, dan lain-lain di seluruh DAS
seragam, untuk jumlah hujan yang sama, maka curah hujan
yang distribusinya merata menghasilkan debit puncak yang
paling minimum. Karakteristik distribusi hujan dinyatakan
dalam “koefisien distribusi”, yaitu nisbah antara hujan tertinggi
di suatu titik dengan hujan rata-rata DAS.
Karakteristik DAS
Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran
permukaan meliputi (1) luas dan bentuk DAS, (2) topografi, dan
(3) tata guna lahan.
Luas dan bentuk DAS
Laju dan volume aliran permukaan makin bentambah besar
dengan bertambahnya luas DAS. Tetapi, apabila aliran
permukaan tidak dinyatakan sebagai jumlah total dari DAS,
rnelainkan sebagai laju dan volume per satuan luas, besarnya
akan berkurang dengan bertambah luasnya DAS. Ini berkaitan
dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik
terjauh sampai ke titik kontrol (waktu konsentrasi) dan juga
penyebaran atau intensitas hujan.
Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran dalam
sungai. Pengaruh bentuk DAS terhadap aliran permukaan dapat
ditunjukkan dengan memperhatikan hidrograf-hidrograf yang
tenjadi pada dua buah DAS yang bentuknya berbeda namun
mempunyai luas yang sama dan menerima hujan dengati

______________________________________________ 69
intensitas yang sama, sebagaimana terlihat pada gambar berikut
:
Gambar Pengaruh bentuk DAS pada aliran permukaan

Bentuk DAS memanjang dan sempit cenderung menghasilkan


laju aliran permukaan yang lehih kecil dibandingkan dengan DAS
yang berbentuk melebar atau melingkar. Hal ini terjadi karena
waktu konsentrasi DAS yang memanjang lebih lama
dibandingkan dengan DAS melebar, sehingga terjadinya
konsentrasi air di titik kontrol lebih lambat yang berpengaruh
pada laju dan volume aliran permukaan. Faktor bentuk juga dapat
berpengaruh pada aliran permukaan apabila hujan yang terjadi
tidak serentak di seluruh DAS, tetapi bergerak dari ujung yang
satu ke ujung lainnya. misalnya dari hilir ke hulu DAS. Pada DAS
memanjang laju aliran akan lebih kecil karena aliran permukaan
akibat hujan di hulu belum memberikan konstribusi pada titik
kontrol ketika aliran permukaan dan hujan di hilir telah habis, atau
mengecil. Sebaliknya pada DAS melebar, datangnya aliran
permukaan dari semua titik di DAS tidak terpaut banyak, artinya
air dari hulu sudah tiba sebelum aliran dari hilir mengecil/habis.

Topografi
Tampakan rupa muka bumi atau topografi seperti kemiringan
lahan, keadaan dan kerapatan parit dan/atau saluran, dan
bentuk-bentuk cekungan lainnya mempunyai pengaruh pada laju
dan volume aliran permukaan. DAS dengan kemiringan curam
disertai parit/saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan

______________________________________________ 70
volume aliran permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
DAS yang landai dengan parit yang jarang dan adanya
cekungan-cekungan. Pengaruh kerapatan parit, yaitu panjang
parit per satuan luas DAS, pada aliran permukaan adalah
memperpendek waktu konsentrasi, sehingga memperbesar laju
aliran permukaan.

Tata guna lahan


Pengaruh tata guna lahan pada aliran permukaan dinyatakan
dalam koefisien aliran permukaan (C), yaitu bilangan yang
menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran permukaan
dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran permukaan ini
merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik
suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0 sampai 1. Nilai C = 0
menunjukkan bahwa semua air hujan terintersepsi dan
terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk nilai C = 1
menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir sebagai aliran
permukaan. Pada DAS yang masih baik, harga C mendekati nol
dan semakin rusak suatu DAS, maka harga C makin mendekati
satu.

Memperkirakan Laju Aliran Puncak


Ada beberapa metode untuk memperkirakan laju aliran puncak
(debit banjir). Metode yang dipakai pada suatu lokasi lebih
banyak ditentukan oleh ketersediaan data. Dalam praktek,
perkiraan debit banjir dilakukan dengan beberapa metoda dan
debit banjir rencana ditentukan berdasarkan pertimbangan
teknis (engineering judgement). Secara umum, metode yang
umum dipakai adalah (1) metode rasional dan (2) metode
hidrograf banjir.
1. Metode Rasional
Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan puncak
yang umum dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973).
Metode ini sangat simpel dan mudah penggunaannya, namun
______________________________________________ 71
penggunaannya terbatas untuk DAS-DAS dengan ukuran
kecil, yaitu kurang dan 300 ha (Goldman et.al., 1986). Karena
model ini merupakan model kotak hitam, maka tidak dapat
menerangkan hubungan curah hujan dan aliran permukaan
dalam bentuk hidrograf. Persamaan matematik metode
Rasional dinyatakan dalam bentuk :
QP = 0,002778CIA
di mana Qp adalah laju aliran permukaan (debit) puncak
dalam m3/detik. C adalah koefisien aliran permukaan (0 < C <
1), I adalah intensitas hujan dalam mm/jam, dan A adalah luas
DAS dalam hektar.
Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa
hujan yang terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata
di selunuh DAS selama paling sedikit sama dengan waktu
konsentrasi (tc) DAS. Jika hujan yang terjadi lamanya kurang
dan tc. maka debit puncak yang terjadi lebih kecil dan Qq
karena seluruh DAS tidak dapat memberikan konstribusi
aliran secara bersama pada titik kontrol (outlet). Sebaliknya,
jika hujan yang terjadi lebih lama dan tc, maka debit puncak
aliran permukaan akan tetap sama dengan Qp.
Koefisien aliran permukaan (C). Koefisien C didefinisikan
sebagai nisbah antara puncak aliran permukaan terhadap
intensitas hujan. Fakton ini merupakan variabel yang paling
menentukan hasil perhitungan debit banjir. Pemilihan harga C
yang tepat memerlukan pengalaman hidrologi yang luas.
Faktor utama yang mempengaruhi C adalah laju infiltrasi
tanah atau prosentase lahan kedap air, kemiringan lahan,
tanaman penutup tanah, dan intensitas hujan. Permukaan
kedap air, seperti perkerasan aspal dan atap bangunan, akan
menghasilkan aliran hampir 100% setelah permukaan menjadi
basah, seberapa pun kemiringannya.
Koefisien limpasan juga tergantung pada sifat dan kondisi
tanah. Laju infiltrasi menurun pada hujan yang terus menerus
dan juga dipengaruhi oleh kondisi kejenuhan air sebelumnya.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai C adalah air tanah,
derajad kepadatan tanah, porositas tanah, dan simpanan
depresi. Harga C untuk berbagai tipe tanah dan penggunaan
lahan di sajikan dalam Tabel berikut :

______________________________________________ 72
Tabel Koefisien limpasan untuk metode Rasional (McGuen,
1989)
Diskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien aliran, C
Business
perkotaan 0,70 - 0,95
pinggiran 0,50 - 0,70
Perumahan
rumah tunggal 0,30 - 0,50
multiunit, terpisah 0,40 - 0,60
multiunit, tergabung 0,60 - 0,75
perkampungan 0,75 - 0,40
apartemen 0,50 - 0,70
Industri
ringan 0,50 - 0,80
berat 0,60 - 0,90
Perkerasan
aspal dan beton 0 70 - 0,95
batu bata, paving 0,50 - 0,70
Atap 0,75 - 0,95
Halaman, tanah berpasir
datar 2% 0,05 - 0,10
rata-rata, 2 - 7% 0,10 - 0,15
curam 7% 0,15 - 0,20
Halaman, tanah berat
datar 2% 0,13 - 0.17
rata-rata, 2 - 7% 0,18 - 0,22
curam, 7% 0,25 - 0,35
Halaman kereta api 0,10 - 0,35
Taman tempat bermain 0,20 - 0,35
Taman, pekuburan 0,10 - 0,25
Hutan
datar, 0 - 5% 0,10 - 0,40
bergelombang, 5 - 10% 0,25 - 0,50
berbukit, 10 - 30% 0,30 - 0,60

Harga C yang ditampilkan pada tabel tersebut belum


memberikan rincian masing-masing faktor yang berpengaruh
terhadap besarnya nilai C. Oleh karena itu, Hassing (1995)
menyajikan cara penentuan faktor C yang mengintegrasikan
nilai yang merepresentasikan beberapa faktor yang
mempengaruhi hubungan antara hujan dan aliran, yaitu
topografi, permeabilitas tanah, penutup lahan, dan tata guna
tanah. Nilai koefisien C merupakan kombinasi dan beberapa
faktor yang dapat dihitung berdasarkan tabel berikut.
Tabel Koefisien aliran untuk metode Rasional (Hassing, 1995)
Koefisien aliran C = C1 + C2 + C3
Topografi, C1 Tanah, C2 Vegetasi, C3
Datar (< 1%) 0.03 Pasir dan gravel 0.04 Hutan 0.04
Bergelombang (1 - 10%) 0.08 Lempung berpasir 0.08 Pertanian 0.11
Perbukitan (10 - 20%) 0.16 Lempung dan lanau 0.16 Padang rumput 0.21
Pegunungan (> 20%) 0.26 Lapisan batu 0.26 Tanpa tanaman 0.28

Table-tabel tersebut menggambarkan nilai C untuk


penggunaan lahan yang seragam, di mana kondisi ini sangat

______________________________________________ 73
jarang dijumpai untuk lahan yang relatif luas. Jika DAS tendiri
dari berbagai macam penggunaan lahan dengan koefisien
aliran permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai adalah
koefisien DAS yang dapat dihitung dengan persamaan berikut
:
n

C A i i
C DAS = i =1
n

A
i =1
i

Di mana
Ai = luas lahan dengan jenis penutup tanah i,
Ci = koefisien aliran permukaan jenis penutup i,
n = jumlah jenis penutup lahan.
Cara lain penggunaan rumus Rasional untuk DAS dengan
tata guna lahan tidak homogen adalah dengan substitusi
persamaan-persamaan tersebut yang hasilnya sebagai
berikut :
n
QP = 0,002778I  Ci Ai
i =1

Waktu konsentrasi (tv). Waktu konsentrasi suatu DAS


adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk
mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik
kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil
terpenuhi. Dalam hal ini diasumsikan bahwa jika durasi hujan
sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap bagian DAS
secara serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik
kontrol. Salah satu metode untuk memperkirakan waktu
konsentrasi adalah dengan menggunakan rumus yang
dikembangkan oleh Kirpich (1940), yang dapat ditulis sebagai
berikut :
0 , 385
 0,87 xL2 
t c =  
 1000 xS 
di mana tc adalah waktu konsentrasi dalam jam, L panjang
saluran utama dari hulu sampai penguras dalam km, dan S
kemiringan rata-rata saluran utama dalam m/m.
Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan
membedakannya menjadi dua komponen, yaitu (1) waktu
yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan
______________________________________________ 74
sampai saluran terdekat t0 dan (2) waktu perjalanan dan
pertama masuk saluran sampai titik keluaran td, sehingga :
tc = t0 + t d

2 n 
t 0 =   3,28  L   menit
3 S
LS
td = menit
60V
Di mana :
n = angka kekasaran Manning,
S = kemiringan lahan,
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m),
LS = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m),
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik).

Intensitas hujan (I). Intensitas hujan untuk tc tertentu dapat


dihitung dengan rumus Mononobe atau lengkung Intensitas-
Durasi-Frekuensi Hujan.

______________________________________________ 75
DAS dengan tata guna lahan
tidak seragam

Dibagi-bagi menjadi sub-


DAS sesuai dengan tata
guna lahan (koef. C
homogen) Koef. C Gambungan
n

Ukur luas tiap-tiap sub-DAS AC i i


C DAS = i =1
n

A
i =1
i

n
Luas DAS A =  Ai (ha)
i =1

to = waktu limpas permukaan


(dari titik terjauh, P ke
saluran terdekat, titik Q)
td = waktu limpas saluran (dari

Hitung debit di titik kontrol :


titik Q ke titik P)

Q = 0.002778 CIA
Ukur jarak limpas Ukur jarak limpas permukaan
permukaan PQ (m) PQ (m)

Ukur panjang saluran QR Hitung waktu limpas


(m) permukaan to

Perkirakan kecepatan aliran


tc = to = td (menit)
dalam saluran =V dan hitung
td = (PQ/60V) (menit)

Pakai kurva intensitas Hujan,


diperoleh I

Gambar Langkah-langkah pemakaian rumus rasional

______________________________________________ 76
Mulai

Data
Hidrologi

Metode Perlu Analisis


Hidrograf Satuan Hidrograf ? Frekuensi

Data hujan
Ada data
dan aliran
debit ?
tersedia ?

Turunkan Turunkan
Hidrograf Hidrograf
Satuan Satuan Sintetis Perkirakan hujan
Data cukup
panjang ? DAS rencana
Konversi dengan
hujan rencana

Plot data dan Perkirakan


sesuaikan Qrencana dari Hitung Qtr dengan
Hidrograf aliran dengan distribusi rekaman data rumus Rasional**
permukaan GEV*

Perkirakan Qtr Hitung Qtr dari


Tambah aliran dari grafik Qrencana
dasar distibusi GEV

Hidrograf satuan Bandingkan hasil


sintetis perkiraan Qtr

Catatan :
* GEV = Gumbell Extreem Value
Qtr ** Berlaku untuk luas DAS yang kecil
atau Qtr dan
hidrograf

Selesai

Gambar Metode yang digunakan dalam memperkirakan debit


banjir berdasarkan ketersediaan data

______________________________________________ 77
2. Metode Hidrograf
Hidrograf dapat didefinisikan sebagai hubungan antara salah
satu unsur aliran terhadap waktu. Berdasarkan definisi
tersebut dikenal ada dua macam hidrograf, yaitu hidrograf
muka air dan hidrograf debit.
Hidrograf muka air tidak lain adalah data atau grafik hasil
rekaman AWLR (Automatic Water Level Recorder),
sedangkan hidrograf debit yang dalam pengertian sehari-hari
disebut hidrograf diperoleh dari hidrograf muka air dan
lengkung debit.
Hidrograf tersusun dari dua komponen yaitu aliran
permukaan, yang berasal dari aluran langsung air hujan dan
aliran dasar (base flow). Aliran dasar berasal dari air tanah
yang pada umumnya tidak memberikan respon yang cepat
terhadap hujan. Hujan juga dapat dianggap terbagi dalam dua
komponen, yaitu hujan efektif dan kehilangan (losses). Hujan
efektif adalah bagian hujan yang menyebabkan terjadinya
aliran permukaan. Kehilangan hujan merupakan bagian hujan
yang menguap, masuk ke dalam tanah, kelembaban tanah
dan simpanan air tanah.
Hidrograf aliran langsung dapat diperoleh dengan
memisahkan hidrograf dari aliran dasarnya. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan diantaranya adalah metode garis
lurus (straight line method), metode panjang dasar tetap (fixed
base method) dan ketode kemiringan berbeda (variable slope
method).
Metode garis lurus merupakan metode yang paling
sederhana. Garis lurus ditarik dari titik terendah sisi resesi
hidrograf sebelumnya (A), sampai titik di sisi resesi hidrograf
yang ditinjau (B). Titik B didapat dari penggambaran sisi
resesi tersebut dalam kertas berskala semi logaritmis. Titik B
merupakan titik penyimpangan terendah garis tersebut
terhadap garis lurus yang dianggap mewakili saat terjadinya
aliran dasar.
Metode panjang dasar tetap hampir sama dengan metode
sebelumnya. Dalam metode ini diperhatikan adanya
perbedaan kecepatan respon antara air permukaan dan air
bawah permukaan. Oleh sebab itu pada saat air permukaan
naik, aliran dasar turun terus sampai dianggap mencapai titik

______________________________________________ 78
terendah di bawah titik puncak aliran permukaan, selanjutnya
titik diperoleh dari persamaan (Linsley, 1988) :
T = A0.2
Di mana
T = waktu dalam hari,
A = luas DAS dalam mil persegi.

Aliran
langsung Aliran
langsung

Aliran dasar Aliran dasar

(a) Metode Garis Lurus (a) Metode Panjang Dasar Tetap

Aliran
langsung
(a) Metode Kemiringan Berbeda

Aliran dasar

Gambar Berbagai metode pemisahan aliran langsung


Metode kemiringan berbeda dianggap sebagai metode yang
paling teliti di antara ketiga metode. Metode ini merupakan
penggabungan dari kedua metode terdahulu.
Hidrograf Satuan
Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang
dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi merata di seluruh DAS
dan dengan intensitas tetap selama satu satuan waktu yang
ditetapkannya, yang disebut hujan satuan. Hujan satuan adalah
curah hujan yang lamanya sedemikian rupa sehingga lamanya
limpasan permukaan tidak menjadi pendek, meskipun curah hujan
itu menjadi pendek. Jadi hujan satuan yang dipilih adalah yang
______________________________________________ 79
lamanya sama atau lebih pendek dari periode naik hidrograf
(waktu dari titik permulaan aliran permukaan sampai puncak).
Periode limpasan dari hujan satuan semuanya adalah kira-kira
sama dan tidak ada sangkut pautnya dengan intensitas hujan.
Hidrograf satuan merupakan model sederhana yang menyatakan
respon DAS terhadap hujan. Tujuan dari hirograf satuan adalah
untuk memperkirakan hubungan antara hujan efektif dan aliran
permukaan. Konsep hidrograf satuan pertama kali dikemukakan
oleh Sherman pada tahun 1932, yang menyatakan bahwa suatu
sistem DAS mempunyai sifat khas yang menytakan respon DAS
terhadap suatu masukan tertentu.

Hidrograf Satuan Sintetis


Untuk menurunkan hidrograf satuan diperlukan rekaman data
limpasan dan data hujan, padahal sering kita jumpai ada beberapa
DAS tidak memiliki catatan limpasan. Dalam kasus ini hidrograf
satuan diturunkan berdasarkan data-data dari sungai pada DAS
yang sama atau DAS terdekat yang mempunyai karakteristik
sama. Hasil dari penurunan hidrograf satuan ini dinamakan
hidrograf satan sintetis, yang mencakup tiga jenis, yaitu :
o HSS yang mengkaitkan karakteristik hidrograf(debit puncak,
waktu dasar, dsb) dengan karakteristik DAS (Snyder, 1938;
Gray, 1961)
o HSS berdasarkan hidrograf satuan tak berdimensi (SCS,
1972)
o HSS berdasarkan model simpanan DAS (Clark, 1943).

HSS Snyder
Ada tiga parameter hidrograf yaitu : lebar dasar hidrograf, debit
puncak dan kelambatan DAS (basin lag).
Snyder beranggapan bahwa karakteristik DAS yang mempunyai
pengaruh kuat terhadap hidrograf satuan sintetik adalah luas DAS,
bentuk DAS, topografi, kemiringan saluran, kerapatan sungai dan
daya tampung saluran. Rumus-rumus yang dipakai adalah :

1) Keterlambatan DAS (basin lag)


t p = 5,5t r

t p = C1Ct (LLc )
0,3

______________________________________________ 80
Di mana
tp = keterlambatan DAS (jam),
L = panjang sungai utama dari outlet ke batas hulu (km),
Lc = jarak antara outlet ke titik pada sungai yang terdekat
dengan titik pusat (centriod) DAS,
C1 = 0,75 (C1 = untuk sistem Inggris)
Ct = koefisien yang diturunkan dari DAS yang memiliki data
pada daerah yang sama,
tr = durasi hujan.

2) Debit puncak per satuan luas dari hidrograf satuan standar


C2C p
qp =
tp
Di mana
C2 = 2,75 (640 untuk sistem Inggris)
Cp = koefisien yang diturunkan dari DAS yang memiliki
data pada daerah yang sama.

HSS tak berdimensi SCS


Hidrograf tak berdimensi SCS (Soil Conservation Services)
adalah hidrograf satuan sintetis, di mana debit dinyatakan
sebagai nisbah debit (q) terhadap debit puncak (qp) dan waktu
dalam nisbah waktu (t) terhadap waktu naik dari hidrograf satuan
(Tp). jika debit puncak dan waktu kelambatan dari suatu durasi
hujan efektif diketahui, maka hidrograf satuan dapat diestimasi
dari hidrograf sintetis tak berdimensi untuk suatu DAS.
3.3 Pelaporan

Setiap laporan yang disusun dibuat dalam standar Bahasa Indonesia


baku, dan dibuat pada kertas HVS ukuran F4. Untuk evaluasi dan
monitoring terhadap kemajuan dan hasil pekerjaan, jenis laporan yang
harus dibuat sesuai yang dipersyaratkan dalam dokumen Rencana
anggaran Biayadan dilengkapi dengan dokumentasi pelaksanaan,
beberapa jenis laporan yang wajib dibuat antara lain :
A. Laporan Pendahuluan (Preliminary Report),
Laporan Pendahuluan (Preliminary Report), berisi :
______________________________________________ 81
1. Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh;
2. Jadwal kegiatan penyedia jasa;
3. Gambaran umum wilayah pekerjaan;
4. Keluaran yang akan dihasilkan;
5. Metodologi pekerjaan;
6. Hasil survey pendahuluan;
7. Kriteria perencanaan

B. Laporan Akhir (Final Report)


Laporan ini setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Menyajikan hasil analisis dan evaluasi profil hidrologi wilayah
studi;
2. Menyajikan hasil analisis dan evaluasi kondisi sosial ekonomi
masyarakat;
3. Menyajikan hasil identifikasi permasalahan banjir dan genangan;
4. Menyajikan hasil analisis terhadap sistem kelembagaan pengelola
sistem drainase di Kota Administrasi Jakarta Pusat;
5. Menyajikan hasil kajian mengenai potensi dan permasalahan
yang ada;
6. Menyajikan rencana indikasi program penanganan masalah banjir
dan genangan di Wilayah Jakarta Pusat;
7. Menyajikan Detail Engineering Desain lengkap dengan Rencana
Anggaran Biaya dan Gambar Teknis/ Gambar Rencana Saluran
Drainase Kota di Wilaya Jakarta Pusat dan penataan kali/saluran
pengendali banjir di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat
dengan konsep Naturalisasi/ Restorasi;
8. Menyajikan seluruh hasil pelaksanaan pekerjaan termasuk
dokumentasi, peta, album gambar dan CD dalam format yang
dapat diolah (MS Word, Excel, Power Point, Autocad, dsb.).
9. Gambar Desain dan peta-peta. Gambar desain dan peta-peta
yang akan ditampilkan dibuat sebagai master dalam format
kertas A3. Laporan berupa Gambar desain dan peta ini harus
diserahkan sebanyak 1 buku ukuran A3.
______________________________________________ 82

Anda mungkin juga menyukai