METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1. Umum
▪ Ketentuan teknis
______________________________________________ 29
▪ Pekerjaan Sipil
▪ Pekerjaan non-sipil
a. Prinsip Hidrologi
b. Prinsip Hidrolik
______________________________________________ 31
3.1.3. Pemilihan Sistem Dan Teknologi
Memilih out-fall yang baik dan tepat, baik dari segi hidrolik maupun
kesesuaian dengan sistem drainase perkotaan, tidaklah mudah. Seringkali
di dalam pemilihannya malah menimbulkan kesalahan fungsi.
Proporsi pembagian daerah aliran saluran yang sesuai dan tepat, berarti
bahwa pembagian daerah aliran saluran disesuaikan dengan kemampuan
dari out-fall yang dipilih.
Tata letak dari sistem akan menunjang O&P terhadap sistem drainase itu
sendiri. Mengingat bahwa pendanaan dan kelembagaan yang kurang
memadai untuk melakukan O&P drainase perkotaan yang ada, pada
umumnya masih harus dikembangkan lagi, maka sistem drainase sedapat
mungkin direncanakan sebagai maintenance free atau dengan O&P
minimal.
______________________________________________ 32
3.2. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan
• Pengumpulan Data
➢ Kondisi eksisting tata guna lahan
➢ Sistem tata air jaringan/saluran eksisting dan data daerah
genangan
➢ Inventarisasi sarana dan prasarana pengendalian banjir
➢ Data utilitas dari instansi yang terkait
➢ Data Penunjang lainnya
• Peninjauan lapangan serta pengumpulan data primer (catchment area,
system tata air, serta kondisi sarana dan prasarana)
• Pelaksanaan pengukuran topografi dan penyelidikan tanah:
➢ Pengukuran situasi, penampang memanjang dan melintang
kali/saluran berdasarkan PP
➢ Test sondir dan boring, pengambilan contoh tanah asli
➢ Melakukan test pit terhadap utilitas yang ada
▪ Gambar detail perencanaan
▪ Perencanaan detail
▪ Penyusunan volume dan scope pekerjaan
▪ Perhitungan biaya pelaksanaan dan penyusunan rencana kerja dan
syarat teknis
Dalam metode kerja dan metodologi, Konsultan sudah harus membagi dua
aspek besar, pertama aspek perencanaan Pengendalian banjir dan
kedua aspek perencanaan Tata ruang.
______________________________________________ 33
Secara detail lingkup konsep Perencanaan dapat dijabarkan sebagai
berikut:
______________________________________________ 34
genangan, ketinggian air banjir, kondisi geologi permukaan, bahaya
serta kerugian yang ditimbulkan dan manfaat untuk saat ini.
6. Melakukan diskusi dengan instansi yang terkait dengan pekerjaan
7. Pekerjaan Survey dan Investigasi
Kegiatan Survey dan Pengukuran
Survei Pengukuran Topografi,pekerjaan untuk sungai ini mengacu
kepada Standart perencanaan Irigasi (KP-02) dengan perincian
pekerjaan sbb :
a. Pemetakan rencana as Tanggul /check dam dengan jarak 100 m
ke arah hulu dan 100 m hilir check dam skala 1 : 200. dan untuk
keseluruhan dipetakan dengan skala 1 : 500.
b. Pengukuran tampang melintang dan memanjang sungai
c. Pemasangan patok tampang melintang kearah hilir as check
dam sepanjang 100 m setiap 400 m.
Sedangkan pengukuran untuk peta situasi waduk luasan diukur
sesuai kebutuhan desain.
Kegiatan Pekerjaan Pengukuran di Lapangan
A. Pekerjaan tak langsung :
Adalah pekerjaan meliputi, pekerjaan penyiapan base camp,
persiapan peralatan pengukuran, mempersiapkan bahan-bahan
material yang akan digunakan. Membuat rencana kerja yang
terinci sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang diminta dengan
mencantumkan personil yang memadai, mobilisasi alat tenaga,
yang akan melaksanakan ke lokasi pekerjaan dan lain-lain.
B. Spesifikasi khusus Pengukuran
Pemasangan Patok
a. Patok kayu ukran 5x7x60 cm dipasang jarak 10m dan 100 m
pada jalur poligon tertutup.
b. Patok BM ukuran 20x20x100 cm dipasang +/-500m pada jalur
poligon.
c. Lokasi semua patok tersebut hrus aman struktur tanah stabil
dan dipasangang berpasangan, dikiri dan kanan sungai.
d. Semua kayu dicat merah dan diberi nomor patok yang jelas.
______________________________________________ 35
e. Pengukuran Poligon
C. Kerangka dasar horizontal.
Kerangka dasar horizontal dibagi dalam beberapa seksi dan
setiap seksi kurang lebih 2.00 km atau sesuai dengan keadaan
distribusi titik referensi yang ada. Setiap seksi diawali dan diakhiri
pada titik referensi, sehingga titik kontrol horizontal merupakan
jaringan poligon terikat sempurna. Hasil ukuran poligon tersebut
dapat dikontrol dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Persyaratan poligon terikat sempurna :
______________________________________________ 36
◼ Koreksi linier ≤ 1 / 3.000.
Jaring Poligon Terikat Sempurna.
B
S4
(Xb,Yb) S0 S1
A 1 S2 S3 P Q
d1 d2 d4
(Xa,Ya) (Xp,Yp) (Xq,Yq)
2 d3 3
= Xp – Xa.
3. Ordinat : Y def = Y ap.def
= Yp – Ya.
Data ukur poligon adalah sbb :
◼ 1, 2, 3 adalah titik-titik poligon yang akan ditentukan nilai
koordinatnya
Titik 1 : X1, Y1.
Titik 2 : X2, Y2.
Titik 3 : X3, Y3.
◼ Data sudut ukur yaitu :
______________________________________________ 37
S1 : sudut ukur di titik 1.
S2 : sudut ukur di titik 2.
S3 : sudut ukur di titik 3.
S4 : sudut ukur di titik P.
◼ Data jarak poligon :
______________________________________________ 38
6. Koreksi arah sumbu X (Kx) = - kesalahan ukur arah
sumbu X
Kx = - kxu.
Kx ini dibagikan kepada hasil ukuran arah sumbu X sebanding
dengan panjang sisi-sisi poligon.
Distribusi koreksi arah sumbu X adalah sebagai berikut :
______________________________________________ 39
B
Arah pengukuran 3
2
h3b
1 Δhab
h23
A
h12
ha1
______________________________________________ 40
Pengukuran propil melintang sekaligus merupakan pengukuran
detail tophography dilakukan di setiap titik. Lebar pengukuran
masing-masing 200 m kekiri dan kekanan dari lebar kebutuhan tanah
dan arah tegak lurus as Sungai.
f. Pengukuran trase.
Pengukuran trace atau detail topography Sungai dilakukan dengan
system tachimetry dengan menggunakan teodolit. Sebagai acuan
adalah kerangka dasar horizontal dan vertical. Data detail
topograghy semaksimum mungkin diukur untuk dapat
menggambarkan keadaan lapangan secara jelas dan mudah
dimengerti.
Bak ukur
a Alat theodolit
t v
b
P.2
hp1p2 ta
dh P.1
______________________________________________ 41
◼ Tinggi patok (tp).
◼ Keterangan.
◼ Sketsa lapangan.
g. Pengukuran detail tapak bangunan.
Pengukuran detail tapak bangunan dilakukan di lokasi rencana
bangunan sebagaimana yang disyaratkan dalam Kerangka Acuan
Kerja.
Methode pengukuran detail tapak bangunan dengan membuat
poligon dan waterpass cabang sebagai kerangka horizontal dan
vertikal dan system tachymetri untuk titik-titik detailnya.
8. Hidrologi, hidrometri
▪ Mengadakan review dan evaluasi terhadap kajian hidrologi dan
hidrometri yang telah dilakukan sebelumnya
▪ Menganalisis data limpasan dengan mempertimbangkan faktor-
faktor geologi, tata guna lahan, di mana analisis limpasan dapat
menggunakan model-model yang sudah umum digunakan.
▪ Pengumpulkan data hidrologi dan hidrometri diperlukan untuk
analisis tampungan, sistem pengoperasiannya.
▪ Seluruh data dan hasil analisa akan diserahkan dalam bentuk
hard dan soft copy
9. Penyelidikan dan Penelitian tanah
Maksud dan tujuan survey mekanika tanah adalah mengadakan
penyelidikan sifat-sifat mekanika tanah untuk mengetahui kondisi
tanah dasar pada rencana bangunan utama, saluran, tanggul,
bangunan-bangunan air, dermaga, jembatan, serta bangunan
pelengkap lainnya yang diperlukan.
Dari hasil survey ini diharapkan akan didapat :
______________________________________________ 42
• Penurunan (settlement), dalam perhitungan tanggul dan bangunan
• Permeability dalam perhitungan bangunan, rembesan dan
sebagainya.
• dapat memberikan saran dan rekomondasi metode yang
digunakan dalam perhitungan.
Pelaksanaan kegiatan survey diuraikan sebagai berikut :
1) Pekerjaan Lapangan :
◼ Pemboran
◼ Permeabilitas lapangan
◼ Penetration Test (sondir)
◼ Sondir
◼ Pekerjaan geologi dilakukan dengan standart Internasional
(ASTM) dan standart nasional (SNI)
Prosedur pelaksanaan :
Pemboran
______________________________________________ 43
Apabila pemboran menemui material lunak, peralatan bor
akan diupayakan dikerjakan dengan hati-hati. Jika akan
mengubah metode, metode baru ini akan dijelaskan caranya untuk
dimintakan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Segera setelah
core dikeluarkan dan dibersihkan akan segera disusun pada core
box. Semua core dari material lunak akan dikeluarkan dengan
core barrel khusus, disimpan pada suatu wadah tertutup oleh
parafin.
Sebelum disimpan core box akan diphoto (berwarna). Satu
kotak (5 lajur) akan dapat dilihat pada masing-masing photo.
Pencahayaan pemotretan akan sesuai agar setiap detail termasuk
perubahan warnanya dapat terlihat dengan jelas.
Muka air tanah di dalam lubang bor akan dicatat tiap hari,
pada awal dan akhir kegiatan. Pencatatan termasuk kedalaman
lubang bor, panjang casing dan waktu pencatatan. Jika mua air
merembes perlahan ke dalam lubang bor, letak rembesan akan
dicatat sebelum pekerjaan dilanjutkan.
Apabila air dalam lubang bor meningkat jumlahnya, maka
kegiatan pemboran akan ditangguhkan untuk mengamati gerakan
vertikal piezometris. Kenaikan muka air ini akan dicatat setiap 2
menit sampai 10 kali pencatatan untuk mendapatkan data
pengamatan yang cukup. Setelah selesai pengukuran,
pengeboran dapat dilanjutkan kembali. Jika muka air tanah terus
bergerak naik sesudah 10 kali pencatatan, Konsultan akan
berkonsultasi kepada Pengawas Pekerjaan untuk penanganan air
artesis ini.
Uji Permeabilitas
______________________________________________ 44
untuk tanah yang relatif permeble dan akan dilakukan pada
interval yang akan ditentukan oleh Pengawas.
Setelah pekerjaan pemboran dan pengujian lapangan selesai
dilakukan, maka setiap lobang bor akan diberi casing yang
menyembul di atas permukaan tanah setinggi lebih kurang 50 cm,
diberi tutup, kunci dan fondasi yang cukup kuat. Panjang casing
yang berada di dalam tanah sekurang-kurangnya sampai
mencapai tanah keras.
Analisis Laboratorium
Contoh tanah tak terusik akan dilakukan penelitian laboratorium
untuk mengetahui karakteristik yang meliputi parameter-parameter
sebagai berikut :
Index Properties test :
◼ Grain Size Analysis lengkap dengan hidrometer
◼ Batas-batas konsistensi (Atterberg)
◼ Berat Jenis dan berat volume (Specific gravity & Volumetri)
◼ Density
◼ Porosity
◼ Permeability
Engineering properties test.
◼ Triaxial test
◼ Permeability test
◼ Consolidation
◼ Inconfined compression test
◼ Alat sondir
◼ Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui perlawanan
konus (bearing qonus) dari suatu lapisan tanah dalam kondisi
keras/padat
◼ Yang digunakan berkapasitas sedang dimana alat tersebut
dapat membawanilaimaksimum perlawanan konus sebesar
250 kg/cm2 mata sondir yang digunakan adalah biconus
______________________________________________ 45
sehingga diperoleh hasil nilai perlawanan konus dan nilai
gesek (friction).
◼ Tujuan test ini untuk mengetahui struktur lapisan dan daya
dukung setiap lapisan tanah dengan kedalaman +/- 5 m
daripermukaan tanah atau telah mencapai batuan keras
sehingga dapat diketahui daya dukung tanah dasar pondasi
bangunan check dam.
◼ Ketentuan apabila pada saat diputar dengan pembebanan
100 kg qonus dan tangkal Swendish bisa masuk kedlam
lapisan tanah minimum sampai kedalaman dasar rencana
pondasi bangunan check dam atau sesuai dengan ketentuan
petunjuk direksi.
Cara Pelaksanaan:
Tangkai besi diameter 19 mm dengan panjang 80 cm
ujungnya dibuat seperti mata bo sejumlah 1 ( satu) buah dan
tangkal diameter 19 mm sepanjang 100 cm senbanyak 9
buah yang mana bisa saling menyambung.
Dilengkapi dengan sekrup ukuran diameter 33mm dan lebar
diameter 200 mm.
Beban pemberat terdiri dari :
◼ 10 kg sebanyak 2 buah
◼ 25 kg sebanyak 3 buah
◼ Dan dudukan beton sebanyak 1 buah.
◼ Pada saat operasional posisi tangkai dibuat dusahakan
tegak lurus permukaan tanah agar mudah dalam
operasionalnya.
◼ Tangkai tersebut mampu memuat beban pemberat 5 kg,
10kg, 75 kg dan 100 kg.
◼ Setelah perubahan beban sampai terakhir sampai 100
kg kemudian tangkai silang baru diputar, Setiap putaran
dilakukan sejauh ½ putaran 1800 dihitung satu kali.
Dilakukan putaran terus sehingga tangkai masuk
______________________________________________ 46
kedalam permukaan tanah sedalam 25 cm kemudian
dibaca total berupa putaran.
◼ Test Swendish setiap titik bisa dilakukan dengan
kedalaman 10 m dalam memasukan tankai swendis
diharapkan sampai pada tanah keras yang mungkin bisa
memerlukan +/- 100 putaran untuk mencapai kedalaman
25 cm.
◼ Nilai N dan shear Streght test nilai untuk mencapai pada
kedalaman 25 m cm ada beberapa rumus :
◼ N = 0.03 x Wsw + 0.05 x Nsw ( for soil)
◼ N = 0.02 x Wsw + 0.05 x Nsw ( for sand)
◼ N = 0.045 x Wsw + 0.75 x Nsw ( kg/m2)
◼ Pengambilan Contoh tanah
◼ Untuk mengadakan penelian tanah laboratorium,
pengambilan contoh tanah ini sangat penting sekali,
selain untuk mengetahui sifat tanah ini sangat penting
sekali, selain untuk mengetahui sifat dan jenis tanahnya
juga untuk perkiraan alam evaluasi hasil penelitian
tanahnya juga untuk perkiraan dalam evaluasi hasil
penelitian tanahnya, sehingga pengambilan contoh tanah
ini mutlak harus dilakukan .
◼ Pengambilan contoh tanah asli (undistrubeb sample )
◼ Agar data paraneter dan sifat-sifat tanah dapat
digunakan maka perlu sekali diperhatikan pada sat
pengambilan, pengangkutan dan penyimpanan contoh
tanah
◼ Strukturnya tidak terlalu terganngu atau berubah sehinga
mendekati keadan yang sam dengan lapangan.
◼ Kadar asli masih dapat dianggap sesuai dengan
keadaan lapangan.
◼ Gunakan tube sample yang baik dengan mata tabung
yang tajam sserta memenuhi persyaratan yang ada,
diameter tabung minimal 68 mm dan panjang 50 cn.
______________________________________________ 47
◼ Sebelumpengambilan contoh tanah dilakukan dinding
tabung diberi pelumas agar mudah dalampengambilan
sample dari tabung.
◼ Agar kadar asli contoh tanah ini tidak banyak perubahan
maka kedua ujung ditutup dengan parafin cukup tebal
dan diberi simbol lokasi dan kedalaman contoh tanah.
◼ Pada saat pengambilan contoh tanah ini diusahakan
dengan memberikan tekanan sentris berlaku untuk
struktur tanahnya yang berbeda atau pada kedalaman
tertentu.
◼ Pada waktu penganktn dan menyimpan tabung sample
supaya dihindarkan dari suhu yang terlalu panas.
◼ Uraian Pekerjaan Laboratorium
◼ Pada contoh tanah yang terambil, baik tanah asli
maupun contoh tanah terganggu akan dilakukan
beberapa macam percobaan di labortoriun, sehingga
data parameter dan sifat-sifat tanahnya dapat diketahui
jenis dan macam-macam percobaan yang dilakukan
10. Analisa
Pengertian Teori
Siklus Hidrologi
Secara keseluruhan jumlah air di planet bumi ini relatif tetap dari
masa ke masa. Air di bumi mengalami suatu siklus melalui
serangkaian peristiwa yang berlangsung terus menerus,dimana
kita tidak tahu kapan dan dari mana berawalnya dan kapan pula
akan berakhir. Serangkaian peristiwa tersebut dinamakan siklus
hidrologi.
______________________________________________ 48
Air menguap dari permukaan samudera akibat energi panas
matahari. Laju dan jumlah penguapan bervariasi, terbesar terjadi
di dekat equator, dimana radiasi matahari lebih kuat. Uap air
adalah murni, karena pada waktu dibawa naik ke atmosfir
kandungan garam ditinggalkan. Uap air yang dihasilkan dibawa
udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan uap
tersebut mengalami kondensasi dan membentuk butir-butir air
yang akan jatuh di samudera, darat, dan sebagian langsung
menguap kembali sebelum mencapai permukaan bumi.
Air yang mengalir dalam saluran atau sungai dapat berasal dari
aliran permukaan atau dari air tanah yang merembes di dasar
sungai. Kontribusi air tanah pada aliran tersebut disebut aliran
dasar (baseflow), sementara total aliran disebut debit (runoff). Air
yang tersimpan di waduk, danau dan sungai disebut air
permukaan (surface water).
Dalam kaitannya dengan permasalahan banjir, komponen dalam
siklus hidrooogi yang terpenting adalah aliran permukaan. Oleh
karena itu, komponen inillah yang ditangai secara baik untuk
menghindari berbagai bencana.
______________________________________________ 50
Presipitasi
Presipitasi adalah istilah umum untuk menyatakan uap air yang
mengkondesi dan jatuh dari atmosfir ke bumi dalam segala
bentuknya dalam rangkaian siklus hidrologi. Jika air yang jatuh
berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berupa padat
disebut salju (snow).
Analisis dan desain hidrologi tidak hanya memerlukan volume
atau ketinggian hujan, tetapi juga distribusi hujan terhadap
tempat dan waktu. Distribusi hujan terhadap waktu disebut
hyterograph. Dengan kata lain hyterograph adalah grafik
intensitas hujan atau ketinggian hujan terhadap waktu.
Kejadian hujan dapat dipisahkan menjadi dua group, yaitu hujan
aktual dan hujan rencana. Kejadian hujan aktual adalah
rangkaian dan pengukuran di stasiun hujan selama periode
tertentu. Hujan rencana adalah hyterograph hujan yang
mempunyai karakteristik terpilih. Hujan rencana bukan kejadian
hujan yang diukur secara aktual dan kenyataannya hujan yang
identik dengan hujan rencana tidak pernah dan tidak akan pernah
terjadi. Namun demikian, kebanyakan hujan rencana mempunyai
karakteristik yang secara umum sama dengan karakteristik hujan
yang terjadi pada masa lalu. Dengan demikian menggambarkan
karakteristik hujan yang diharapkan terjadi pada masa
mendatang.
Karakteristik hujan yang perlu ditinjau dalam analisis dan
perencanaan hidrologi meliputi :
◼ Intensitas (i), adalah laju hujan = tinggi air persatuan waktu,
misalnya mm/menit, mm/jam atau mm/hari.
◼ Lama waktu / durasi (t), adalah panjang waktu di mana hujan
turun, dalam menit atau jam.
______________________________________________ 51
◼ Tinggi hujan (d), adalah jumlah atau kedalaman hujan yang
terjadi selama durasi hujan dan dinyatakan dalam ketebalan
air di atas permukaan datar, dalam mm.
◼ Frekwensi adalah frekwensi kejadian dan biasanya
dinyatakan dengan kala ulang / return period (T), misalnya
sekali dalam 2 tahun.
◼ Luas (A), adalah luas geografis daerah sebaran hujan.
Hubungan antara intensitas, durasi dan tinggi hujan
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
t t
d = idt = it
0 0
_
Sedangkan intensitas rata-rata ( i ) dapat diasumsikan sebagai
berikut :
_
d
i=
t
Secara kualitatif, intensitas curah hujan disebut juga derajat
curah hujan sebagaimana diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 1. Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan
Derajat curah Intensitas Kondisi
hujan curah hujan
(mm/jam)
Hujan sangat < 1,20 Tanah agak basah atau dibasahi
lemah sedikit
Hujan lemah 1,20 – 3,00 Tanah menjadi basah semuanya,
tetapi sulit membuat puddel
Hujan normal 3,00 – 18,0 Dapat membuat puddel dan bunyi
hujan kedengaran
Hujan deras 18,0 – 60,0 Air tergenang di seluruh
permukaan tanah dan bunyi keras
hujan terdengan berasal dari
genangan
Hujan sangat > 60,0 Hujan seperti ditumpahkan,
deras sehingga saluran dan drainase
meluap
Analisis Hujan
Hujan Kawasan (Daerah Tangkapan Air = DTA)
______________________________________________ 52
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan
hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point
rainfall). Mengingat hujan sangat bervariasi terhadap tempat
(space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan
belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal
ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata
curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam
dan/atau di sekitar kawasan tersebut.
Ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung
hujan rata-rata kawasan yaitu : (1) rata-rata aljabar, (2) poligon
Thiessen, (3) isohyet.
1. Rata-rata Aljabar
P1 + P2 + P3 + ..... + Pn
Pi
P= = i =1
n n
Di mana P1, P2, …., Pn adalah curah hujan yang tercatat di
pos penakar hujan 1, 2, …., n dan n adalah banyaknya pos
penakar hujan.
P.2
Batas DPS
P.1
A2
A4 A3
A1
P.3
P.4
______________________________________________ 54
Luas areal pada tiap-tiap poligon dapat diukur dnegan
planimeter dan luas total DAS (A) dapat diketahui dengan
menjumlahkan semua luasan poligon.
hujan rata-rata DAS dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
n
P A + P A + .... + Pn An
Pi Ai
P= 1 1 2 2 = i =0n
A1 + A2 + .... + A3
A
i =0
i
______________________________________________ 55
Hitung hujan rata-rata DAS dengan persamaan berikut :
P +P P + P3 P +P
A1 1 2 + A2 2 + .... + An−1 n−1 n
P=
2 2 2
A1 + A2 + .... + An−1
Atau
P1 + P2
A 2
P=
A
Metode Isohyet cocok untuk daerah berbukit dan tidak teratur
dengan luas lebih dari 5.000 km2.
P.2
110 Batas DPS
10
9 0
0
P.1 8
7 0 A
6 5
50 0 0
A3 A4
A2
95
A1 80
P.3
P.4
______________________________________________ 56
Luas DAS
Topografi DAS
______________________________________________ 57
anggapan bahwa sifat statistik kejadian hujan yang akan datang
masih sama dengan sifat statistik kejadian hujan masa lalu.
______________________________________________ 58
Dalam analisis frekuensi hasil yang diperoleh tergantung pada
kualitas dan panjang data. Makin pendek data yang tersedia,
makin besar penyimpangan yang terjadi.
Parameter statistik yang penting dalam analisis hidrologi adalah :
Nilai rata-rata
n
X i
X= i =1
(X )
n
2
i −X
s= i =1
n −1
Koefisien variasi
s
CV =
X
Koefisien Skewness
n
n ( X i − X )
3
G= i =1
(n − 1)(n − 2)s 3
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi
dan empat macam jenis distribusi yang banyak digunakan dalam
bidang hidrologi, yaitu :
Distribusi Normal
X T = X + KT S
XT − X
KT =
S
Di mana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode
ulang T-tahunan,
X = Nilai rata-rata hitung variat,
S = Deviasi standar nilai variat,
______________________________________________ 59
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau
periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang
yang digunakan untuk analisis peluang.
Nilai KT dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Nilai Variabel Reduksi Gauss
Periode Ulang Peluang KT
T (tahun)
1.001 0.999 -3.05
1.005 0.995 -2.58
1.010 0.990 -2.33
1.050 0.950 -1.64
1.110 0.900 -1.28
1.250 0.800 -0.84
1.330 0.750 -0.67
1.430 0.700 -0.52
1.670 0.600 -0.25
2.000 0.500 0
2.500 0.400 0.25
3.330 0.300 0.52
4.000 0.250 0.67
5.000 0.200 0.84
10.000 0.100 1.28
20.000 0.050 1.64
50.000 0.020 2.05
100.000 0.010 2.33
200.000 0.005 2.58
500.000 0.002 2.88
1000.000 0.001 3.09
YT = Y + K T S
YT − Y
KT =
S
Di mana :
YT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode
ulang T-tahunan,
Y = Nilai rata-rata hitung variat,
S = Deviasi standar nilai variat,
______________________________________________ 60
KT = Faktor frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau
periode ulang dan tipe model matematik distribusi
peluang yang digunakan untuk analisis peluang.
log X i
log X = i =1
n
2) Simpangan baku
(log X )
n
2
i − log X
s= i =1
n −1
3) Koefisien Kemencengan
( )
n
n log X i − log X
3
G= i =1
(n − 1)(n − 2)s 3
Dari nilai-nilai tersebut logaritma hujan atau banjir dengan
periode ulang T dapat dihitung dengan rumus :
log X T = log X + K s
Di mana K adalah variabel standar (standardized variable)
untuk X yang besarnya tergantung koefisien kemencengan G,
yang nilainya dapat dilihat pada tabel berikut :
______________________________________________ 61
Tabel Nilai K untuk distribusi Log-Person III
Interval kajadian (Recurrence interval ), tahun (periode ulang)
1.0101 1.25 2 5 10 25 50 100
Koef G Persentase peluang terlampaui (Percent chance of being exceeded )
99 80 50 20 10 4 2 1
3.0 -0.667 -0.636 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051
2.8 -0.714 -0.666 -0.384 0.460 1.210 2.275 3.114 3.973
2.6 -0.769 -0.696 -0.368 0.499 1.238 2.267 3.071 2.889
2.4 -0.832 -0.725 -0.351 0.537 1.262 2.256 3.023 3.800
2.2 -0.905 -0.752 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705
2.0 -0.990 -0.777 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.192 3.605
1.8 -1.087 -0.799 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499
1.6 -1.197 -0.817 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388
1.4 -1.318 -0.832 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271
1.2 -1.449 -0.844 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149
1.0 -1.588 -0.852 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022
0.8 -1.733 -0.856 -0.132 0.780 1.336 1.993 2.453 2.891
0.6 -1.880 -0.857 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755
0.4 -2.029 -0.855 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615
0.2 -2.178 -0.850 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472
0.0 -2.326 -0.842 0.000 0.842 1.282 1.751 2.051 2.326
-0.2 -2.472 -0.830 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178
-0.4 -2.615 -0.816 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029
-0.6 -2.755 -0.800 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880
-0.8 -2.891 -0.780 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733
-1.0 -3.022 -0.758 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588
-1.2 -3.149 -0.732 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449
-1.4 -3.271 -0.705 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318
-1.6 -3.388 -0.675 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197
-1.8 -3.499 -0.643 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087
-2.0 -3.605 -0.609 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990
-2.2 -3.705 -0.574 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905
-2.4 -3.800 -0.537 0.351 0.725 0.795 0.823 0.830 0.832
-2.6 -3.889 -0.490 0.368 0.696 0.747 0.764 0.768 0.769
-2.8 -3.973 -0.469 0.384 0.666 0.702 0.712 0.714 0.714
-3.0 -7.051 -0.420 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667
Distribusi Gumbel.
YTr − Yn
X Tr = X + KS → K =
Sn
YTr − Yn YS Y S
X Tr = X + S = X − n + Tr
Sn Sn Sn
1 S YS
atau X Tr = b + YTr → a = n dan b = X − n
a S Sn
Di mana :
Yn = reduce mean yang tergantung jumlah sampel/data n,
Sn = reduce standard deviation yang juga tergantung pada
jumlah sampel/data n,
______________________________________________ 62
YTr = reduce variate yang dapat dihitung dengan rumus
berikut :
T − 1
YTr = − ln − ln r
Tr
60 0.5521 0.5524 0.5527 0.5530 0.5533 0.5535 0.5538 0.5540 0.5543 0.5545
70 0.5548 0.5550 0.5552 0.5555 0.5557 0.5559 0.5561 0.5563 0.5565 0.5567
80 0.5569 0.5570 0.5572 0.5574 0.5576 0.5578 0.5580 0.5581 0.5583 0.5585
90 0.5586 0.5587 0.5589 0.5591 0.5592 0.5593 0.5595 0.5596 0.5598 0.5599
100 0.5600
60 1.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.1824 1.1834 1.1844
70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.1915 1.1923 1.1930
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1973 1.1980 1.1987 1.1994 1.2001
90 1.2007 1.2013 1.2026 1.2032 1.2038 1.2044 1.2044 1.2049 1.2055 1.2060
100 1.2065
______________________________________________ 63
Tabel Reduce Variate YTr
Return Period Reduce Variate Return Period Reduce Variate
Years Years
2 0.3668 100 4.6012
5 1.5004 200 5.2969
10 2.2510 250 5.5206
20 2.9709 500 6.2149
25 3.1993 1000 6.9087
50 3.9028 5000 8.5188
75 4.3117 10000 9.2121
Uji Kecocokan
Untuk menguji kecocokan (the goodness of fittest test) distribusi
frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang
diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi
frekuensi diperlukan penguji parameter. Dalam hal ini pengujian
parameter yang sering dipakai adalah chi-kuadrat dan Smirnov-
Kolmogorov, dengan uraian sebagai berikut :
- Chi-kuadrat
Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah
persamaan distribusi yang telah dipilih dapat mewakili
distibusi statistik sample data yang dianalisis. Pengambilan
keputusan uji ini menggunakan parameter 2, yang dapat
dihitung dengan rumus :
=
2
G
(Oi − Ei )2
h
i =1 Ei
Di mana :
______________________________________________ 64
Parameter h2 merupakan variabel acak. Peluang untuk
mencapai nilai h2 sama atau lebih besar dari nilai chi-kuadrat
sebenarnya (2) dapat dilihat pada tabel berikut :
______________________________________________ 65
- Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji kecocokan Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga uji
kecocokan non parametrik, karena pengujiannya tidak
menggunakan fungsi distribusi tertentu.
Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata
Perhitungan data hujan maksimum harian rata-rata DAS harus
dilakukan secara benar untuk analisis frekuensi data hujan.
Dalam praktek sering dijumpai perhitungan yang kurang pas,
yaitu dengan cara mencari hujan maksimum harian setiap pos
hujan dalam satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk
mendapatkan hujan DAS. Cara ini tidak logis karena rata-rata
hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing pos hujan yang
terjadi pada hari yang berlainan. Hasilnya akan jauh
menyimpang dari yang seharusnya.
Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan pe
satuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan
berlangsung intensitasnya cendering makin tinggi dan makin
besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya.
Hubungan antara intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan
biasnya dinyatakan dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi
(IDF=Intensity-Duration-Frequency Curve). Diperlukan data
hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60
menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung IDF. Data
hujan jenis ini hanya dapat diperoleh dari pos penakar hujan
otomatis. Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek
tersebut lengkung IDF dapat dibuat dengan salah satu dari
beberapa persamaan berikut :
Rumus Talbot :
______________________________________________ 66
1
I=
t +b
a=
I .t I 2 − I 2 .t I b=
I I .t − N I 2 .t
N I 2 − I I N I 2 − I I
Rumus Sherman
a
I=
tn
log I (log t ) − log t. log I log t
2
log a =
N (log t ) − log t log t
2
n=
log I log t − N log t.log I
N (log t ) − log t log t
2
Rumus Ishiguro
a
I=
t +b
a=
I t I − I t I
2 2
b=
I I
t −N I2 t
N I − I I
2
N I 2 − I I
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada
hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung
dengan :
Rumus Mononobe
2
R 24 3
I = 24
24 t
Di mana
I = Intensitas hujan (mm/jam)
T = lama hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)
(mm)
Limpasan (runoff)
Sebagaimana telah diuraikan da1am siklus hidrologi, bahwa air
hujan yang turun dari atmosfir jika tidak ditangkap oleb vegetasi
atau oleh permukaan-permukaan buatan seperti atap bangunan
______________________________________________ 67
atau lapisan kedap air lainnya, maka akan jatuh ke perrnukaan
bumi dan sebagian akan rnenguap, berinfiltrasi, atau tersimpan
dalam cekungan-cekungan. Bila kehilangan seperti cara-cara
tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan akan mengalir
langsung di atas permukaan tanah menuju alur aliran terdekat.
Dalam perencanaan drainase, bagian air hujan yang menjadi
perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff), sedangkan
untuk pengendalian banjir tidak hanya aliran permukaan, tetapi
limpasan (runoff). Limpasan merupakan gabungan antara aliran
perrnukaan, aliranaliran yang tertunda pada cekungan-
cekungan, dan aliran bawah permukaan (subsurface flow).
______________________________________________ 68
maka lamanya limpasan akan sama dan tidak tergantung
pada intensitas hujan.
3) Distribusi curah hujan
Laju dan volume limpasan dipengaruhi oleh distribusi dan
intensitas hujan di seluruh DAS. Secara umum, laju dan
volume limpasan maksimum terjadi jika seluruh DAS telah
memberi konstribusi aliran. Namun demikian, hujan dengan
intensitas tinggi pada sebagian DAS dapat menghasilkan
limpasan yang lebih besar dibandingkan dengan hujan biasa
yang meliputi seluruh DAS.
Jika kondisi topografi, tanah, dan lain-lain di seluruh DAS
seragam, untuk jumlah hujan yang sama, maka curah hujan
yang distribusinya merata menghasilkan debit puncak yang
paling minimum. Karakteristik distribusi hujan dinyatakan
dalam “koefisien distribusi”, yaitu nisbah antara hujan tertinggi
di suatu titik dengan hujan rata-rata DAS.
Karakteristik DAS
Karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran
permukaan meliputi (1) luas dan bentuk DAS, (2) topografi, dan
(3) tata guna lahan.
Luas dan bentuk DAS
Laju dan volume aliran permukaan makin bentambah besar
dengan bertambahnya luas DAS. Tetapi, apabila aliran
permukaan tidak dinyatakan sebagai jumlah total dari DAS,
rnelainkan sebagai laju dan volume per satuan luas, besarnya
akan berkurang dengan bertambah luasnya DAS. Ini berkaitan
dengan waktu yang diperlukan air untuk mengalir dari titik
terjauh sampai ke titik kontrol (waktu konsentrasi) dan juga
penyebaran atau intensitas hujan.
Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran dalam
sungai. Pengaruh bentuk DAS terhadap aliran permukaan dapat
ditunjukkan dengan memperhatikan hidrograf-hidrograf yang
tenjadi pada dua buah DAS yang bentuknya berbeda namun
mempunyai luas yang sama dan menerima hujan dengati
______________________________________________ 69
intensitas yang sama, sebagaimana terlihat pada gambar berikut
:
Gambar Pengaruh bentuk DAS pada aliran permukaan
Topografi
Tampakan rupa muka bumi atau topografi seperti kemiringan
lahan, keadaan dan kerapatan parit dan/atau saluran, dan
bentuk-bentuk cekungan lainnya mempunyai pengaruh pada laju
dan volume aliran permukaan. DAS dengan kemiringan curam
disertai parit/saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan
______________________________________________ 70
volume aliran permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
DAS yang landai dengan parit yang jarang dan adanya
cekungan-cekungan. Pengaruh kerapatan parit, yaitu panjang
parit per satuan luas DAS, pada aliran permukaan adalah
memperpendek waktu konsentrasi, sehingga memperbesar laju
aliran permukaan.
______________________________________________ 72
Tabel Koefisien limpasan untuk metode Rasional (McGuen,
1989)
Diskripsi lahan/karakter permukaan Koefisien aliran, C
Business
perkotaan 0,70 - 0,95
pinggiran 0,50 - 0,70
Perumahan
rumah tunggal 0,30 - 0,50
multiunit, terpisah 0,40 - 0,60
multiunit, tergabung 0,60 - 0,75
perkampungan 0,75 - 0,40
apartemen 0,50 - 0,70
Industri
ringan 0,50 - 0,80
berat 0,60 - 0,90
Perkerasan
aspal dan beton 0 70 - 0,95
batu bata, paving 0,50 - 0,70
Atap 0,75 - 0,95
Halaman, tanah berpasir
datar 2% 0,05 - 0,10
rata-rata, 2 - 7% 0,10 - 0,15
curam 7% 0,15 - 0,20
Halaman, tanah berat
datar 2% 0,13 - 0.17
rata-rata, 2 - 7% 0,18 - 0,22
curam, 7% 0,25 - 0,35
Halaman kereta api 0,10 - 0,35
Taman tempat bermain 0,20 - 0,35
Taman, pekuburan 0,10 - 0,25
Hutan
datar, 0 - 5% 0,10 - 0,40
bergelombang, 5 - 10% 0,25 - 0,50
berbukit, 10 - 30% 0,30 - 0,60
______________________________________________ 73
jarang dijumpai untuk lahan yang relatif luas. Jika DAS tendiri
dari berbagai macam penggunaan lahan dengan koefisien
aliran permukaan yang berbeda, maka C yang dipakai adalah
koefisien DAS yang dapat dihitung dengan persamaan berikut
:
n
C A i i
C DAS = i =1
n
A
i =1
i
Di mana
Ai = luas lahan dengan jenis penutup tanah i,
Ci = koefisien aliran permukaan jenis penutup i,
n = jumlah jenis penutup lahan.
Cara lain penggunaan rumus Rasional untuk DAS dengan
tata guna lahan tidak homogen adalah dengan substitusi
persamaan-persamaan tersebut yang hasilnya sebagai
berikut :
n
QP = 0,002778I Ci Ai
i =1
2 n
t 0 = 3,28 L menit
3 S
LS
td = menit
60V
Di mana :
n = angka kekasaran Manning,
S = kemiringan lahan,
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m),
LS = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m),
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik).
______________________________________________ 75
DAS dengan tata guna lahan
tidak seragam
A
i =1
i
n
Luas DAS A = Ai (ha)
i =1
Q = 0.002778 CIA
Ukur jarak limpas Ukur jarak limpas permukaan
permukaan PQ (m) PQ (m)
______________________________________________ 76
Mulai
Data
Hidrologi
Data hujan
Ada data
dan aliran
debit ?
tersedia ?
Turunkan Turunkan
Hidrograf Hidrograf
Satuan Satuan Sintetis Perkirakan hujan
Data cukup
panjang ? DAS rencana
Konversi dengan
hujan rencana
Catatan :
* GEV = Gumbell Extreem Value
Qtr ** Berlaku untuk luas DAS yang kecil
atau Qtr dan
hidrograf
Selesai
______________________________________________ 77
2. Metode Hidrograf
Hidrograf dapat didefinisikan sebagai hubungan antara salah
satu unsur aliran terhadap waktu. Berdasarkan definisi
tersebut dikenal ada dua macam hidrograf, yaitu hidrograf
muka air dan hidrograf debit.
Hidrograf muka air tidak lain adalah data atau grafik hasil
rekaman AWLR (Automatic Water Level Recorder),
sedangkan hidrograf debit yang dalam pengertian sehari-hari
disebut hidrograf diperoleh dari hidrograf muka air dan
lengkung debit.
Hidrograf tersusun dari dua komponen yaitu aliran
permukaan, yang berasal dari aluran langsung air hujan dan
aliran dasar (base flow). Aliran dasar berasal dari air tanah
yang pada umumnya tidak memberikan respon yang cepat
terhadap hujan. Hujan juga dapat dianggap terbagi dalam dua
komponen, yaitu hujan efektif dan kehilangan (losses). Hujan
efektif adalah bagian hujan yang menyebabkan terjadinya
aliran permukaan. Kehilangan hujan merupakan bagian hujan
yang menguap, masuk ke dalam tanah, kelembaban tanah
dan simpanan air tanah.
Hidrograf aliran langsung dapat diperoleh dengan
memisahkan hidrograf dari aliran dasarnya. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan diantaranya adalah metode garis
lurus (straight line method), metode panjang dasar tetap (fixed
base method) dan ketode kemiringan berbeda (variable slope
method).
Metode garis lurus merupakan metode yang paling
sederhana. Garis lurus ditarik dari titik terendah sisi resesi
hidrograf sebelumnya (A), sampai titik di sisi resesi hidrograf
yang ditinjau (B). Titik B didapat dari penggambaran sisi
resesi tersebut dalam kertas berskala semi logaritmis. Titik B
merupakan titik penyimpangan terendah garis tersebut
terhadap garis lurus yang dianggap mewakili saat terjadinya
aliran dasar.
Metode panjang dasar tetap hampir sama dengan metode
sebelumnya. Dalam metode ini diperhatikan adanya
perbedaan kecepatan respon antara air permukaan dan air
bawah permukaan. Oleh sebab itu pada saat air permukaan
naik, aliran dasar turun terus sampai dianggap mencapai titik
______________________________________________ 78
terendah di bawah titik puncak aliran permukaan, selanjutnya
titik diperoleh dari persamaan (Linsley, 1988) :
T = A0.2
Di mana
T = waktu dalam hari,
A = luas DAS dalam mil persegi.
Aliran
langsung Aliran
langsung
Aliran
langsung
(a) Metode Kemiringan Berbeda
Aliran dasar
HSS Snyder
Ada tiga parameter hidrograf yaitu : lebar dasar hidrograf, debit
puncak dan kelambatan DAS (basin lag).
Snyder beranggapan bahwa karakteristik DAS yang mempunyai
pengaruh kuat terhadap hidrograf satuan sintetik adalah luas DAS,
bentuk DAS, topografi, kemiringan saluran, kerapatan sungai dan
daya tampung saluran. Rumus-rumus yang dipakai adalah :
t p = C1Ct (LLc )
0,3
______________________________________________ 80
Di mana
tp = keterlambatan DAS (jam),
L = panjang sungai utama dari outlet ke batas hulu (km),
Lc = jarak antara outlet ke titik pada sungai yang terdekat
dengan titik pusat (centriod) DAS,
C1 = 0,75 (C1 = untuk sistem Inggris)
Ct = koefisien yang diturunkan dari DAS yang memiliki data
pada daerah yang sama,
tr = durasi hujan.