Anda di halaman 1dari 6

Nama:Owen Jeandro

Mondigir kelas:3A TKJJ


Nim:22013022

Pengertian Drainase Perkotaan


Kata drainase berasal dari bahasa Inggris yaitu Drainage yang berarti sarana
pembuangan kelebihan air atau limbah. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, drainase mempunyai arti pengatusan atau penyaluran air. Dalam ilmu
teknik sipil sendiri drainase didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air pada suatu kawasan sehingga kawasan tersebut dapat
berfungsi dengan baik. Kelebihan air tersebut dapat berasal dari air hujan,
rembesan maupun kelebihan air irigasi. Cara pembuangan kelebihan air tersebut
dapat berupa saluran di permukaan tanah maupun saluran di bawah permukaan
tanah. Drainase perkotaan merupakan suatu bidang ilmu yang mengkhususkan
pengkajian drainase pada kawasan perkotaan, dimana kawasan perkotaan
merupakan kawasan yang kompleks secara lingkungan fisik, sosial budaya dan
ekonomi. Saat ini sistem drainase perkotaan merupakan salah satu infrastruktur
penting bagi suatu kawasan perkota-an. Sistem drianse yang baik akan dapat
menunjang peningkatan kualitas lingkungan karena masyarakat akan terhindar dari
kerugian akibat genangan. Dalam perencanaan drainase perkotaan tidak bisa lepas
dari tata guna lahan, rencana induk sistem drainase dan kondisi sosial budaya
masyarakat. Perencanaan sistem drainase seringkali dianggap pekerjaan yang
mudah, padahal 2 | Drainase Perkotaan kenyataannya perencanaan sistem drainase
pada suatu kota merupakan pekerjaan yang rumit sehingga membutuhkan banyak
biaya, tenaga dan waktu. Beberapa kasus penyelesaian masalah banjir atau
genangan suatu kota, peran serta masyarakat mempunyai arti yang sangat penting
dalam memelihara jaringan drainase yang ada.
Filosofi Perancangan :
Berdasarkan prinsip pengertian sistem drainase yang bertujaun agar tidak terjadi banjir di suatu
kawasan, air harus ecepatnya dibuang, namun air juga merupakan sumber kehidupan. Bertolak
dari hal tesebut, maka konsep dasar pengembangan sistem drainase yang berkelanjutan adalah
meningkatkan daya guna air, meminimalkan kerugian, serta memperbaiki dan konservasi
lingkungan. Untuk itu diperlukan usaha-usaha yang komprehensif dan integratif yang meliputi
seluruh proses, baik yang bersifat struktural maupun non struktural, untuk mencapai tujuan
tersebut. Sistem Drainase yang Berkelanjutan ini, prioritas utama kegiatan harus ditujukan untuk
mengelola limpasan permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan.
Berdasarkan fungsinya, fasilitas penahan air hujan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu
tipe penyimpanan dan tipe peresapan (Suripin, 2004). Sampai saat ini perancangan drainase
didasarkan pada filosofi bahwa air secepatnya mengalir dan seminimal mungkin menggenangi
daerah layanan. Tapi dengan semakin timpangnya perimbangan air (pemakaian dan ketersedian)
maka diperlukan suatu perancangan draianse yang berfilosofi bukan saja aman terhadap
genangan tapi juga sekaligus berasas pada konservasi air.
Zero ∆Q Policy :
Prinsip penerapan konsep kebijakan prinsipzero delta Q adalah adanya pertambahan bangunan
seharusnya tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau
sistem aliran sungai. Jika mengacu pada Peraturan Pemerintah penerapan prinsip zero delta Q
policy harus menjadi pertimbangan dalam penyusunan zonasikawasan imbuhan ataudaerah
tangkapan air hujan,termasuk daerah yang bukan merupakan kawasan imbuhan air tanah.
Penerapan konsep zero delta Q seharusnya dapat dilakukan untuk semua persil dari semua jenis
penggunaan lahan. Jika mengacupada prinsip ∆Q = 0 Policy ini, maka harus dapat diterapkan
pada kawasan-kawasankomersial.Pada kawasan yang ditetapkan bukansebagai kawasan resapan
penerapan ∆Q = 0 Policy harus dipahami sebagai kawasan yang menyebabkan atau ikut memicu
terjadinya banjirlokal. Dengan adanya pemahaman ini maka penerapan ∆Q = 0 Policy dapat
dilakukan baikdikawasan yang telah ditentukan sebagaikawasan resapan maupun pada kawasan
bukanmerupakan daerah resapan. Secara garis besar penerapan, dapat dimaksudkan sebagai
suatuupayayangmengarah padacara-cara menanggulangi banjir. Upaya penanggulangan banjir
dapat dilakukandengan langkah sebagai berikut:
1.Mengoptimalkan penampungan air.
2.Penerapan Sumur Resapan.
3.Penataan Lahan yang tepat, Penghijauan.

Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan jaringan drainase sistem tercampur antara air hujan dan air limbah adalah:
 perencanaan tata letak (layout) jaringan drainase yang terdiri atas saluran-saluran dan
bangunan-bangunan
 perhitungan debit banjir rancangan menggunakan analisa hidrologi
 perhitungan debit air limbah
 perencanaan dimensi saluran menggunakan analisa hidrolike
 perencanaan dimensi bangunan-bangunan drainase.
Data-data yang diperlukan untuk analisa tersebut adalah:
 Peta situasi daerah studi
 peta tata guna lahan dan perkembangannya
 peta jaringan fasilitas
 Inventarisasi data bangunan drainase (gorong-gorong, jembatan, dll.) eksisting meliputi lokasi,
dimensi, arah aliran pembuangan, kondisi. Data ini digunakan agar
 perancangan sistem drainase jalan tidak mengganggu sistem drainase yang telah ada.data
hidrologi berupa data pengamatan hujan harian maksimum tahunan dari minimal 3 stasiun
selama 10 tahun
 data kependudukan
 data kondisi tanah
Sumber data-data tersebut adalah sebagai berikut:
 Data klimatologi yang terdiri dari data hujan, angin, kelembaban dan temperatur dari stasiun
klimatologi atau Badan Meteorologi dan Geofisika terdekat;
 Data hidrologi terdiri dari data tinggi muka air, debit sungai, laju sedimentasi, pengaruh air
balik, peil banjir, karakteristik daerah aliran dan data pasang surut;
 Data sistem drainase yang ada, yaitu, data kuantitatif banjir/genangan berikut permasalahannya
dan hasil rencana induk pengendalian banjir di daerah tersebut;
 Data peta yang terdiri dari peta dasar (peta daerah kerja), peta sistem drainase dan sistem
jaringan jalan yang ada, peta tata guna lahan, peta topografi masing-masing berskala antara 1:
5.000 sampai dengan 1: 50.000 atau disesuaikan dengan tipologi kota;
 Data kependudukan yang terdiri dari jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan, penyebaran dan
data kepadatan bangunan
Perencanaan drainase jalan
Perencanaan Sistem Aliran
Sistem aliran pada saluran drainase Jalan Lingkar Luar Barat direncanakan untuk mengalirkan
debit pada saluran drainase tepi jalan raya menuju ke saluran pembuang yang dilewati oleh Jalan
Lingkar Luar Barat ini. Ada 6 sungai atau saluran pembuang yang dilewati oleh Jalan Lingkar
Luar Barat ini, maka diperlukan adanya perencanaan sistem aliran agar sistem drainase Jalan
Lingkar Luar Barat ini tidak membebani saluran pembuang yang ada.
Perencanaan Gorong-Gorong Gorong-gorong dibangun agar saluran tepi jalan dapat melintasi
jalan raya. Pada Jalan Lingkar Luar Barat direncanakan gorong-gorong yang melintasi jalan
dengan panjang gorong-gorong sebesar 55 meter. Karena L>20 meter, maka gorong-gorong
termasuk dalam gorong-gorong panjang. Untuk gorong-gorong panjang Saluran Gunungsari
direncanakan sebagai berikut
Perencanaan Elevasi untuk Saluran Tepi Jalan dan Saluran Pembuang
Analisa elevasi diperlukan untuk mengecek antara elevasi saluran tepi jalan dan saluran
pembuang. Elevasi di saluran tepi jalan harus lebih tinggi dari saluran pembuang agar tidak
terjadi backwater dari saluran pembuang, tetapi juga perbedaan elevasi tidak boleh terlalu tinggi
dikarenakan berdampak pada batas kecepatan dan debit yang harus dipenuhi.

Anda mungkin juga menyukai