Anda di halaman 1dari 41

PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring berjalannya waktu yang begitu cepat mengakibatkan pesatnya
pembangunan di setiap wilayah, tidak hanya pembangunan gedung-gedung
pencakar langit tetapi pembangunan pemukiman pula. Dengan bertambahnya
pemukiman maka akan berpengaruh pada saluran air, karena debir air yang
melewati saluran air juga akan meningkat akibat berkurangnya daerah resapan air.
Sehingga dapat menimbulkan genangan air dengan volume tinggi. Oleh karena itu
drainase sangat dibutuhkan disetiap wilayah karena perubahan lingkungan yang
diakibatkan karena pembangunan yang semakin kompleks.

Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang melimpas pada suatu
daerah, serta penanggulangan yang ditimbulkan akibat kelebihan air tersebut.
Drainase yang kurang baik dapat mengakibatkan berbagai macam masalah yang
bisa merugikan manusia itu sendiri, salah satunya ialah banjir. Untuk
menanggulangi masalah tersebut maka dibuatlah sistem drainase yang menunjang
pengalihan air khususnya pada sistem jalan dan daerah sekitarnya ke tempat lain.
Karena teramat pentingnya drainase untuk kehidupan manusia maka haruslah
drainase direncanakan secara optimal dan dijaga penggunaanya sebagaimana
mestinya agar befungsi dengan baik dan maksimal.

Drainase yang kurang baik dapat mengakibatkan berbagai macam masalah yang
bisa merugikan manusia itu sendiri. Untuk menanggulangi itu maka dibuatlah
suatu sistem drainase yang menunjang pengalihan air khususnya pada sistem jalan
dan daerah sekitarnya ke tempat lain. Karena sangat pentingnya drainase untuk
kehidupan manusia maka haruslah drainase yang ingin direncanakan ataupun yang
telah ada dapat digunakan secara optimal dan dijaga penggunaanya agar drainase
dapat berfungsi secara baik. Serta selalu melakukan pembersihan dan perawatan
secara berkala agar drainase dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama.

Yossi Indra Pratama - 121210137 1


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Dalam perencanaan saluran drainase harus memperhatikan tata guna lahan daerah
tangkapan air saluran drainase, sehingga air permukaan tetap terkontrol dan tidak
mengganggu pengguna jalan. Kota Bandar Lampung yang memiliki curah hujan
yang cukup tinggi. Karena curah hujan yang tinggi tersebut membuat kota ini
sering terjadi banjir yang tentunya menimbulkan kerugian bagi warga masyarakat
yang terdampak.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari tugas besar kali ini sebagai berikut:
1. Dapat mengolah peta kontur, peta tata guna lahan, dan data administrasi
jalan.
2. Dapat menganalisis serta menghitung distribusi curah hujan dengan metode
Thiessen.
3. Dapat menghitung intensitas curah hujan.
4. Dapat menghitung dan menganalisis debit rencana pada kecamatan Bumi
Waras dalam kala ulang tertentu menggunakan metode Rasional.
5. Dapat merencanakan dan mendesain sebuah saluran drainase yang efisien
pada kecamatan Bumi Waras.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari tugas besar kali ini sebagai berikut:
1. Dapat menjadi referensi dalam merencanakan sebuah drainase.
2. Dapat menjadi bahan evaluasi dalam mendesain drainase
3. Dapat memahami perhitungan dalam merencanakan maupun mendesain
drainase
4. Dapat membantu dalam perancangan saluran drainase yang memadai untuk
mengatasi debit air yang diperkirakan
5. Dapat merancang infrastruktur pengelolaan air dengan baik

1.4. Batasan Masalah


Ruang lingkup yang digunakan dalam pembahasan laporan ini adalah:
1. Pengisian dari data curah hujan, jika datanya kurang baik atau tidak berisi.
2. Penentuan luasan DAS dan curah hujan rata-rata dari suatu daerah dengan
menggunakan metode Thiessen.

Yossi Indra Pratama - 121210137 2


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

3. Penentuan Distribusi Frekuensi curah hujan dengan metode Normal, Log


Normal, Log Person III, dan Gumbel.
4. Pengujian mengenai kesesuaian distribusi curah hujan dengan uji Chi-
Square dan uji Smirnov-Kolmogorov.
5. Penentuan Intensitas curah hujan dengan metode Mononobe.
6. Penentuan debit hujan yang terbagi dalam debit rencana dan debit saluran
dengan menggunakn metode Rasional.

1.5. Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan tugas besar Drainase ini sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
manfaat, ruang lingkup, serta sistematika penulisan pada laporan ini.
2. BAB II LANDASAN TEORI
Pada bagian ini berisi tentang teori-teori dasar yang digunakan. Adapun
teoriteori tersebut mencakup pengertian drainase, jenis-jenis saluran drainase,
pola jaringan drainase, curah hujan wilayah, analisis hidrologi, waktu
konsentrasi, intensitas hujan, tata guna lahan, debit banjir rencana, analisis
hidrolika, bentuk saluran drainase serta dimensi saluran.
3. BAB III METODOLOGI
Metodologi berisi data-data yang digunakan dalam pengerjaan tugas besar ini,
seperti lokasi, pengumpulan data, peta topografi, dan diagram alir.
4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini berisi perhitungan yang dihasilkan dari pengerjaan tugas
besar ini disertai dengan analisis yang diperoleh.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini berisi kesimpulan serta saran terkait pengerjaan tugas besar
ini.

Yossi Indra Pratama - 121210137 3


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Drainase


Drainase berasal dari bahasa Inggris drainage yang mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, sistem drainase dapat
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi
dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal.

Drainase adalah pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan
atau bawah permukaan dari suatu tempat. pembuangan ini dapat dilakukan dengan
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam lingkup teknik
sipil drainase dibatasi sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat difungsikan secara optimal sesuai dengan kepentingan. drainase
berperan penting untuk mengatur pasokan air demi pencegahan banjir

Drainase dibuat dengan tujuan untuk mengelola air permukaan dan air tanah
secara efisien dalam lingkungan agar dapat mengendalikan banjir, pemeliharaan
kualitas air, dan pengaturan ketersediaan air. Selain mengumpulkan air hujan
drainase juga berfungsi sebagai transportasi air, pembersihan air, dan berperan
sebagai pengelolaan air tanah. Pembuatan drainase dapat melindungi Kesehatan
Masyarakat, membantu pengelolaan saluran air dalam pertanian dan irigasi serta
dapat mencegah kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari genangan air dan
banjir.

2.2. Jenis – Jenis Saluran Drainase


Jenis - jenis saluran drainase dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Menurut Cara Terbentuknya
Adapun jenis saluran drainase menurut cara terbentuknya, sebagai berikut:

Yossi Indra Pratama - 121210137 4


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

a. Drainase Alamiah (Natural Drainage)


Drainase alamiah terbentuk secara alami tidak terdapat bangunan-
bangunan penunjang, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain.
Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi
yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
b. Drainase Buatan (Artificial Drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan – bangunan penunjang khusus seperti selokan
pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
2. Menurut Letak Salurannya
Adapun jenis saluran drainase menurut letak salurannya, sebagai berikut:
a. Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi
untuk mengalirkan air limpasan permukaan. Analisis alirannya
merupakan analisis open channel flow (aliran saluran terbuka).
b. Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan untuk mengalirkan air limpasan
permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa)
dikarenakan alasan-alasan tertentu seperti tuntutan artistik, tuntutan
fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran
dipermukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman
dan lain-lain.
3. Menurut Fungsi
Adapun jenis saluran drainase menurut fungsinya, sebagai berikut:
a. Single Purpose
Saluran yang berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air
hujan saja atau jenis air buangan lain seperti limbah domestik, air limbah
industry dan lain sebagainya.
b. Multi Purpose
Saluran yang berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik
secara bercampur maupun bergantian.

Yossi Indra Pratama - 121210137 5


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

4. Menurut Konstruksi
Adapun jenis saluran drainase menurut konstruksinya, sebagai berikut:
a. Saluran Terbuka
Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah
yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non
hujan yang tidak membahayakan kesehatan atau mengganggu
lingkungan.
b. Saluran Tertutup
Saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk aliran air kotor (air
yang mengganggu Kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang
terletak di tengah kota.

2.3. Pola Jaringan Drainase


Jaringan drainase adalah saluran-saluran drainase yang saling berhubungan
membentuk suatu jaringan saluran drainase dan pola tersebut dibedakan menjadi:
1. Jaringan Drainase Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada
Sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah kota.

Gambar 2.1. Pola Jaringan Drainase Siku


Sumber: Yulianur, 2003

Yossi Indra Pratama - 121210137 6


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

2. Jaringan Drainase Paralel


Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran
cabang (sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi
perkembangan kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 2.2. Pola Jaringan Drainase Paralel


Sumber: Yulianur, 2003

3. Jaringan Drainase Grid Iron


Jaringan ini diperuntukkan untuk daerah dimana sungainya terletak pinggir
kota dengan skema pengumpulan pada drainase cabang sebelum masuk
kedalam saluran utama.

Gambar 2.3. Pola Jaringan Drainase Grid Iron


Sumber: Yulianur, 2003

Yossi Indra Pratama - 121210137 7


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

4. Jaringan Drainase Alamiah


Sama seperti jaringan drainase siku, hanya saja pada pola alamiah ini
beban sungainya lebih besar. Dimana sungai sebagai saluran utama
berada di tengah kota namun jaringan saluran cabang tidak selalu
berbentuk siku terhadap saluran utama.

Gambar 2.4. Pola Jaringan Drainase Alamiah


Sumber: Yulianur, 2003

5. Jaringan Drainase Radial


Jaringan ini memiliki pola menyebarkan aliran pada pusat saluran
menuju luar ke berbagai arah. Pola drainase ini untuk dibuat pada daerah
berbukit.

Gambar 2.5. Jaringan Drainase Radial


Sumber: Yulianur, 2003

Yossi Indra Pratama - 121210137 8


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

6. Jaringan Drainase Jaring- jaring


Mempunyai saluran-saluran pembuangan yang mengikuti arah jalan raya,
dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.

Gambar 2.6. Pola Jaringan Drainase Jaring – Jaring


Sumber: Yulianur, 2003
Keterangan:
a. Saluran utama merupakan saluran yang berfungsi sebagai pembawa air
buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus
membahayakan daerah yang dilaluinya.
b. Saluran cabang merupakan saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit
yang diperolah dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya dibuang
ke saluran utama.

2.4. Analisis Hidrologi


Hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan
kualitas air yang ada di bumi. Hidrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Hydro =
Air, Logia = Ilmu, yang berarti Ilmu Air. Singh (1992), menjelaskan pengertian
hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik kuantitas dan kualitas air di
bumi menurut ruang serta waktu, termasuk proses hidrologi, pergerakan,
penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan maupun manajemen.

Dalam kajian hidrologi meliputi potamalog, geohidrologi, hidrometeorologi,


limnologi, kriologi. Penerapan ilmu hidrologi dijumpai dalam beberapa kegiatan
seperti perencanaan dan operasi bangunan air, penyediaan air untuk berbagai
keperluan (air bersih, irigasi, perikanan, peternakan), pembangkit listrik tenaga
air, pengendalian banjir, pengendalian erosi dan sedimentasi, transportasi air,
drainase, pengendalian polusi, air limbah, dan sebagainya. Hidrologi juga

Yossi Indra Pratama - 121210137 9


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

mempelajari karakter hujan seperti periode ulang curah hujan, intensitas hujan,
dan kedalaman hujan, sebab berpengaruh dengan perhitungan banjir, dan
perencanaan bangunan teknik sipil seperti, jembatan, waduk, dan pengelolaan
sungai.

2.4.1. Pengisian Data Curah Hujan


Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Curah Hujan
(mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada
tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur
hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang
datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan
sebanyak satu liter. Penakar hujan merupakan alat pengukur jumlah curah hujan
yang turun ke atas permukaan tanah per satuan luas. Penakar hujan yang
umumnya digunakan bernama ombrometer. Prinsip alat ini adalah mengukur
tinggi jumlah air yang masuk ke alat tersebut. Sebagai contoh: Di satu lokasi
pengamatan memiliki curah hujan 20 mm, artinya lokasi tersebut digenangi oleh
air hujan setinggi 20 mm (millimeter).

Seringkali data hujan yang tercatat tidak lengkap di suatu stasiun penakar hujan,
oleh sebab itu diperlukan cara-cara untuk membangun data agar data yang ada
lengkap dan bisa digunakan. Perhitungan curah hujan yang hilang dapat dilakukan
dengan Metode Normal Ratio dan Inversed Square Distance.

1. Metode Normal Ratio


Salah satu metode yang digunakan untuk mencari data hujan yang hilang.
Metode perhitungan yang digunakan cukup sederhana yakni dengan
memperhitungkan besarnya hujan di stasiun hujan yang berdekatan untuk
mencari data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Variabel yang
diperhitungkan pada metode ini adalah daily rainfall (CH Harian) di stasiun
lain dan jumlah curah hujan satu tahun pada stasiun lain tersebut.
2. Metode Inversed Square Distance
Metode ini adalah satu metode yang digunakan untuk mencari data yang
hilang. Metode perhitungan yang digunakan hampir sama dengan Metode
Normal Ratio, yakni memperhitungkan stasiun yang berdekatan untuk

Yossi Indra Pratama - 121210137 10


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

mencari data curah hujan yang hilang di stasiun tersebut. Jika pada Metode
Normal Ratio yang digunakan adalah jumlah curah hujan dalam 1 tahun, pada
metode ini variabel yang digunakan adalah jarak stasiun terdekat dengan
stasiun yang akan dicari data CH yang hilang.

Metode normal ratio termasuk metode yang menghasilkan data yang teliti,
namun terdapat syarat yang harus dipenuhi ketika menggunakan metode ini,
yaitu apabila hujan tahunan normalnya pada masing-masing stasiun
pembanding lebih besar dari 10% terhadap stasiun yang hilang datanya
(Ashruri 2015).

2.4.2. Curah Hujan Wilayah


Hujan merupakan sebuah proses terjadinya kondensasi uap air, yang terjadi di
atmosfer menjadi butiran- butiran air yang kemudian jatuh ke permukaan tanah.
Hujan biasanya terjadi karena adanya pendinganan udara atau bertambahnya uap
air di udara. Indonesia memiliki daerah yang dilalui garis khatulistiwa dan
sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah tropis, walaupun demikian
beberapa daerah di Indonesia memiliki intensitas hujan yang cukup besar.

Curah hujan adalah jumlah jatuhnya air hujan dipermukaan tanah dalam periode
tertentu, yang diukur dengan satuan mm di atas permukaan horizontal. Dalam
penjelasan lain curah hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak
mengalir. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka curah hujan yang
bervariasi dikarenakan daerahnya yang berada pada ketinggian yang berbeda-
beda. Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi
pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter. Analisis data hujan dimaksudkan untuk mendapatkan besaran
curah hujan. Perlunya menghitung curah hujan wilayah adalah untuk penyusunan
suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir. Metode
yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rata-rata wilayah daerah aliran
sungai (DAS) yaitu Metode Aljabar, Thiessen dan Isohyet.

Yossi Indra Pratama - 121210137 11


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

1. Metode Aljabar
Metode ini paling sederhana, pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun
dalam waktu yang bersamaan dijumlahkan dan kemudian dibagi jumlah
stasiun. Stasiun hujan yang digunakan dalam hitungan adalah yang berada
dalam DAS, tetapi stasiun di luar DAS tangkapan yang masih berdekatan
juga bisa diperhitungkan.

Gambar 2.7. Metode Aljabar


Sumber: Triatmodjo, 2003

Rumus yang digunakan pada Metode Aljabar adalah sebagai berikut :

P1 + P2 +…+ P n
P= (2.1)
n

Keterangan:
P = Hujan rerata kawasan

P1 , P2,… , Pn = Hujan pada stasiun 1,2,…,n

n = Banyaknya stasiun hujan

Yossi Indra Pratama - 121210137 12


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

2. Metode Thiessen
Metode ini mempertimbangkan bobot dari masing-masing stasiun yang
mewakili luasan daerah di sekitarnya. Pada suatu luasan DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan dengan yang terjadi di stasiun terdekat
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili luasan tersebut.
Contoh pembentukan dari Metode Thiessen adalah sebagai berikut:

Gambar 2.8. Poligon Thiessen


Sumber: Triatmodjo, 2003

Rumus yang digunakan pada Metode Thiessen adalah sebagai berikut :

A1 P1 + A 2 P 2 +…+ A n Pn
P= (2.2)
A1 + A2 +…+ An

Keterangan:
P = Hujan rerata kawasan
P1 , P2,… , Pn = Hujan pada stasiun 1,2,…,n
A1 , A2,… , An = Luas daerah yang mewakili stasiun 1,2,…,n
3. Metode Isohyet
Isohyet adalah garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan
yang sama. Pada metode isohyet, dianggap bahwa hujan pada suatu daerah
diantara dua garis isohyet adalah merata dan sama dengan nilai rata-rata dari
dua garis tersebut. Perhitungan hujan rata-rata metode isohyet dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Yossi Indra Pratama - 121210137 13


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

a. Lokasi stasiun hujan dan curah hujan pada peta daerah yang ditinjau.
b. Dari nilai curah hujan, stasiun curah hujan yang berdekatan dibuat
interpolasi dengan pertambahan nilai yang ditetapkan.
c. Dibuat kurva yang menghubungkan titik-titik interpolasi yang
mempunyai curah hujan yang sama.
d. Diukur luas daerah antara dua ishoyet yang berurutan dan kemudian
dikalikan dengan nilai rerata dari kedua garis isohyet.

Jumlah dari perhitungan pada butir d untuk seluruh garis isohyet dibagi dengan
luas daerah yang ditinjau menghasilkan curah hujan rerata daerah tersebut.

Gambar 2.9. Metode Isohyet


Sumber: Triatmodjo, 2003

Rumus yang digunakan pada Metode Isohyet adalah sebagai berikut :

I1 +I 2 I2 + I3 I n + I n+1
A1 + A2 +…+ A n (2.3)
P= 2 2 2
A1 + A2 +…+ An

Keterangan:
P = Hujan rerata kawasan

I 1 , I 2,… ,I n = Garis isohyet ke 1,2,…,n

A1 , A2,… , An = Luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet ke 1,2,…,n

Yossi Indra Pratama - 121210137 14


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

2.4.3. Analisis Frekuensi


Ketika melakukan analisis hidrologi sering kali dihadapkan pada kejadian
ekstrim, seperti banjir dan kekeringan. Banjir dapat memengaruhi bangunan-
bangunan air seperti bendung, tanggul, jembatan, dan sebagainya. Bangunan-
bangunan tersebut harus direncanakan untuk dapat dilewati oleh debit banjir
maksimum yang mungkin terjadi. Untuk mengetahui hubungan antara besaran
kejadian ekstrem dan frekuensi kemungkinan terjadinya kejadian tersebut, maka
diperlukan suatu analisis frekuensi.

Terdapat beberapa metode untuk mendistribusikan data-data yang ada sehingga


diketahui besaran peluang terjadinya setiap nilai pada data hidrologi tersebut.
Analisis frekuensi digunakan untuk menentukan hujan rancangan dalam berbagai
kala ulang berdasarkan distribusi yang paling sesuai antara distribusi hujan secara
teoritis dengan distribusi hujan secara empiris.

Analisis frekuensi merupakan data kemungkinan untuk terjadinya suatu peristiwa


hidrologi dalam bentuk debit atau curah hujan rencana yang berfungsi sebagai
dasar perhitungan rencana hidrologi untuk antisipasi setiap kemungkinan yang
akan terjadi. Analisis frekuensi data curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa
metode antara lain:
1. Distribusi Normal
Dalam analisis hidrologi, distribusi normal sering digunakan untuk menga-
nalisis frekuensi curah hujan, serta menganalasis statistik dari distribusi
curah hujan tahunan, dan debit rata- rata tahunan. Distribusi normal, disebut
pula distribusi Gauss, adalah distribusi probabilitas yang paling banyak
digunakan dalam berbagai analisis statistika. Distribusi normal baku adalah
distribusi normal yang memiliki rata-rata nol dan simpangan baku satu.
Distribusi ini juga dijuluki kurva lonceng (bell curve) karena grafik fungsi
kepekatan probabilitasnya mirip dengan bentuk lonceng.

Yossi Indra Pratama - 121210137 15


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Distribusi normal memodelkan fenomena kuantitatif pada ilmu alam


maupun ilmu sosial. Beragam skor pengujian psikologi dan fenomena fisika
seperti jumlah foton dapat dihitung melalui pendekatan dengan mengikuti
distribusi normal. Distribusi normal banyak digunakan dalam berbagai
bidang statistika, misalnya distribusi sampling rata-rata akan mendekati
normal, meski distribusi populasi yang diambil tidak berdistribusi normal.
Distribusi normal juga banyak digunakan dalam berbagai distribusi dalam
statistika, dan kebanyakan pengujian hipotesis mengasumsikan normalitas
suatu data. Distribusi normal mempunyai koefisien kemencengan
(coefficient of skewness) atau CS = 0.
Adapun rumus yang digunakan yaitu :

XT = X + KT. S (2.4)

S=
√ ∑ (Xi- )2
n-1
(2.5)

Keterangan:
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T
X = Nilai rata-rata curah hujan
KT = Faktor frekuensi/ nilai variabel reduksi Gauss
S = Standar deviasi
Xi = Curah hujan pada tahun i
n = Jumlah data

Yossi Indra Pratama - 121210137 16


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Tabel 2.1. Nilai Faktor Frekuensi KT


Nomo Periode Ulang (T)
KT
r Tahun
1 1,001 -3,05
2 1,005 -2,58
3 1,010 -2,33
4 1,050 -1,64
5 1,110 -1,28
6 1,250 -0,84
7 1,330 -0,67
8 1,430 -0,52
9 1,670 -0,25
10 2,500 0,25
11 2,000 0
12 3,330 0,52
13 4,000 0,67
14 5,000 0,84
15 10,000 1,28
16 20,000 1.64
17 50,000 2.05
18 100,000 2.33
19 200,000 2,58
20 500,000 2,88
21 1000,000 3,09
Sumber: Suripin, 2004

2. Distribusi Log Normal


Distribusi Log Normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal,
yaitu dengan mengubah varian X menjadi nilai logaritmik varian X. Distrib-
usi ini dapat diperoleh juga dari distribusi Log Pearson III.

Log XT = Log X + k . S Log X (2.6)

XT = 10 Log XT (2.7)

Yossi Indra Pratama - 121210137 17


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

S Log X =
√ ∑ (Log Xi-Log
n-1
)2
(2.8)

Keterangan:
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T

Log X = Nilai rata-rata curah hujan


k = Faktor frekuensi/nilai variabel reduksi Gauss
S Log X = Standar deviasi
Log Xi = Curah hujan pada tahun i
n = Jumlah data

3. Distribusi Gumbel
Distribusi Gumbel digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya
untuk analisis frekuensi banjir. Distribusi Gumbel mempunyai koefisien
kecondongan (coefisien of skwennes) atau CS = 1,139 dan koefisien kurtosis
(coefficient curtosis) atau Ck < 4,002. Rumus dari distribusi Gumbel dapat
ditulis sebagai berikut:

XT = X + k . Sx (2.9)

Tr-1
Yt=−ln [ - ln ] (2.10)
Tr
Yt-Yn
k= (2.11)
Sn

Keterangan:

XT = Perkiraan curah hujan yang diharapkan terjadi dengan


periode ulang T
X = Nilai rata-rata curah hujan
K = Faktor frekuensi/nilai panjang reduksi Gauss
Sx = Standar deviasi
Yt = Reduced variated
Tr = Kala ulang
Yn = Nilai rata-rata reduced variate

Yossi Indra Pratama - 121210137 18


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Sn = Reduced standard deviation


Tabel 2.2. Reduced Mean (Yn)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
Sumber: Suripin, 2004

Tabel 2.3. Reduced Standart Deviation (Sn)


N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1044 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1898 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1973 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2038 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2066
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2084 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
Sumber: Suripin, 2004

Yossi Indra Pratama - 121210137 19


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

4. Distibusi Log Pearson III


Log Pearson III digunakan untuk analisis panjang hidrologi dengan nilai
varian minimum, misalnya analisis frekuensi distribusi dari debit minimum
(low flows). Distribusi Log Pearson III mempunyai koefisien kecondongan
(Coefficient of Skewness) atau Cs ≠ 0.

Log XT = Log X + KT. S Log X (2.12)

XT = 10 Log XT (2.13)
Keterangan:

XT = Perkiraan curah hujan yang diharapkan terjadi dengan


periode ulang T

Log X = Nilai rata-rata curah hujan


KT = Faktor frekuensi/nilai panjang reduksi Gauss
S Log = Standar deviasi

Penentuan jenis distribusi probabilitas disesuaikan dengan persyaratan


parameter statistik. Persyaratan parameter statistik dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.4. Karakteristik Distribus Frekuensi
Nomor Jenis Distribusi Frekuensi Syarat Distribusi
1 Cs ≈ 0
Distribusi Normal
Ck = 0
2 Distribusi Log Normal Cs ≈ 3cv + cv2 = 3
Ck =5,383
3 Distribusi Gumbel Cs ≤ 1,1396
Ck ≤ 5,4002
4 Distribusi Log Pearson III Cs ≠ 0
Sumber: Subarkah, 1980

Yossi Indra Pratama - 121210137 20


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

2.4.4. Uji Kecocokan Distribusi


Uji kecocokan distribusi digunakan untuk menentukan metode distribusi frekuensi
empiris yang mana sesuai dengan data yang ada, serta menentukan apakah
distribusi yang diamati telah sesuai dengan distribusi yang diharapkan. Pada
penelitian ini menggunakan dua metode yaitu Chi-Kuadrat dan Smirnov
Kolmogorov.
1. Uji Chi-Kuadrat
Uji chi kuadrat merupakan pengujian terhadap perbedaan antara data sampel
dan distribusi probabilitas. Pengujian ini didasarkan pada jumlah
pengamatan yang diharapkan pada pembagian keals dan penentuan terhadap
jumlah data pengamatan yang terbaca di dalam kelas tersebut. Uji chi
kuadrat dapat dihitung dengan rumus berikut :

N
(Oi-Ei) 2
X2 = ∑ (2.14)
i=1 Ei

Keterangan:
X2 = Nilai chi-kuadrat terhitung,

Ei = Frekuensi yang diharapkan sesuai pembagian kelasnya,

Oi = Frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama,

N = Jumlah sub kelompok dalam satu grup (jumlah kelas).

Suatu distribusi dapat dikatakan selaras apabila nilai X 2 hitung lebih kecil dari
nilai X2 kritis. Dari hasil pengamatan dapat dicari penyimpangannya dengan chi-
square kritis paling kecil. Untuk suatu nilai nyata tertentu yang sering diambil
adalah 5 %. Derajat kebebasan ini secara umum dapat dihitung dengan rumus
seperti berikut:

DK = K – (P + 1) (2.15)
K = 1 + 3,322 Log n (2.16)
n
E= (2.17)
K

Log Xi max - Log Xi min


∆ Xt = (2.18)
K-1

Yossi Indra Pratama - 121210137 21


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Maks tiap Kelas = Log Xi min + EF


(2.19)

Keterangan:
DK = Derajat kebebasan
K = Jumlah kelas
n = Jumlah data
E = Nilai yang diharapkan
P = Banyaknya parameter
Tabel 2.5. Tetapan Nilai X2
Derajat Peluang
Bebas 0,95 0,8 0,5 0,2 0,05 0,01 0,005
0,004 0,064 0,455 1,642 3,841 6,635 7.879
2 0,103 0,446 1,386 3,219 5,991 9,21 10,597
3 0,352 1,005 2,366 4,642 7,815 11,345 12,838
4 0,711 1,649 3,357 5,989 9,488 13,277 14,86
5 1,145 2,343 4 7,289 11,07 15,086 16,75
6 1,635 3,07 5,348 8,558 12,592 16,812 18,548
7 2,167 3,822 6,346 9,803 14,067 18,475 20,278
8 3 4,594 7,344 11,03 15,507 20,09 21,955
9 3,325 5,38 8,343 12,242 16,919 21,666 23,209
10 3,94 6,179 9,342 13,442 18,307 23,209 25,188
15 7,261 10,307 14,339 19,311 24,996 30,578 32,801
20 10,851 14,578 19,337 25,038 31,41 37,566 39,997
25 14,611 18,94 24,337 30,675 37,652 44,314 46,928
30 18,493 23,364 36,336 36,25 43,773 50,892 53,672
Sumber: Suripin (2004)

2. Smirnov-Kolmogorov
Uji Smirnov-kolmogorov merupakan pengujian normalitas yang banyak
dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar.
Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan
persepsi di antara satu pengamat dengan pengamat yang lain. Konsep dasar
dari uji normalitas Smirnov-kolmogorov adalah dengan membandingkan
distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal
baku.

Yossi Indra Pratama - 121210137 22


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Sebenarnya uji Smirnov-kolmogorov adalah uji beda antara data yang diuji
normalitasnya dengan data normal baku. Penerapan pada uji Smirnov-
kolmogorov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang
akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku,
berarti data tersebut tidak normal. Jadi sebenarnya uji Smirnov-kolmogorov
adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal
baku. Rumus-rumus yang digunakan dalam menghitung selisih antara
peluang pengamatan dengan peluang teoritis adalah sebagai berikut :

m
P (x) = (2.20)
n+1

P (x < ) = 1- P (x) (2.21)

m
P’ (x) = (2.22)
n–1

P’ (x < ) = 1- P’ (x) (2.23)

D = Maksimum |Pe-Pt| (2.24)

Tabel 2.6. Tabel Nilai Kritis


α
v
0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
1 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657 636.619
2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 31.598
3 1.638 2.353 3.128 4.541 5.841 12.941
4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 8.610
5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 6.859
6 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 5.959
7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 5.405
8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 5.041
9 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 4.781
10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 4.587
11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 4.437
12 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 4.318
13 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 4.221
14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 4.140
15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 4.073
16 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 4.015
17 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 3.965

Yossi Indra Pratama - 121210137 23


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

18 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 3.922


19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 3.883
20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 3.850
Sumber: Suripin (2004)

2.4.5. Intensitas Hujan


Menurut Suroso (2006) menyatakan bahwa intensitas curah hujan adalah
ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut
terkonsentrasi, dengan satuan mm/jam. Besarnya intensitas curah hujan sangat
diperlukan dalam perhitungan debit banjir rencana berdasar metode rasional
durasi adalah lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujan yang tinggi pada
umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak
sangat luas. Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas
tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari
intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi apabila
terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari langit.

Terdapat beberapa metode untuk menentukan nilai intensitas curah hujan di


antaranya adalah metode Mononobe, Sherman, Ishiguro, Van Breen, Hesper Der
Weduwen, dan Bell Tanimoto. Dari beberapa metode penentuan intensitas curah
hujan, akan digunakan tiga metode dalam pengerjaan laporan tugas besar kali ini
yakni metode Mononobe, Sherman dan Ishiguro

1. Metode Mononobe
Metode mononobe merupakan metode yang paling sederhana. Metode ini
digunakan apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia dan yang ada
hanya data hujan harian R24 (Hendri, 2016). Secara matematis, metode
monobe dapat dihitung dengan persamaan:

R 24 24 23
I= [ ] (2.25)
24 t c
Keterangan:
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R 24 = Curah hujan maksimum (mm)
tc = Waktu Konsentrasi (menit)

Yossi Indra Pratama - 121210137 24


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Tc=∁ ∙ L0.77 ∙ S−0.385


(2.26)
Keterangan:

Tc = Waktu Konsentrasi (menit).

∁ = Koefisien

L = Panjang aliran dari titik tertinggi ke titik pengukuran (meter).

S = Kemiringan rata-rata dari aliran permukaan (dalam persen).

2.4.6. Debit Banjir Rencana


Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran
puncak debit banjir atau debit rencana, yaitu Metode Rasional USSCS (1973).
Metode ini digunakan untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha.
Metode rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang
terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran
selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc). Persamaan matematik
metode rasional adalah sebagai berikut:

Q = 0.278 x C x I x A (2.27)

Ckomposit =
∑ (c x A) (2.28)
∑A
Keterangan:
Q = Debit (m3/detik),
C = Koefisien limpasan,
I = Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi,
A = Luas daerah aliran (km2)

Yossi Indra Pratama - 121210137 25


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Tabel 2.7. Koefisien Aliran Permukaan (C)


Nomor Jenis Daerah Koefisien C
1 Daerah Perdagangan
- Perkotaan 0,70 – 0,90
- Pinggiran 0,50 – 0,70
2 Permukiman
- Perumahan satu keluarga 0,30 – 0,50
- Perumahan yang berkelompok, terpisah - pisah 0,40 – 0,60
- Perumahan yang berkelompok, bersambungan 0,60 – 0,75
- Suburban 0,25 – 0,40
- Daerah apartemen 0,50 – 0,70
3 Industri
- Daerah industri ringan 0,50 – 0,80
- Daerah industri berat 0,60 – 0,90
4 Taman, pekuburan 0,10 – 0,25
5 Tempat bermain 0,20 – 0,35
6 Daerah stasiun kereta api 0,20 – 0,40
7 Daerah belum diperbaiki 0,10 – 0,30
8 Jalan 0,70 – 0,95
9 Bata
- Jalan, hamparan 0,75 – 0,85
- Atap 0,75 – 0,95
Sumber: Arsyad, 2006

2.5. Analisis Hidraulika


Hidraulika adalah cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari tentang perilaku zat
cair. Terdapat cabang ilmu yang hampir sama, namun berbeda yaitu illmu
hidrologi. Ilmu hidrologi mempelajari tentang air hujan, debit sungai, banjir, dan
sejenisnya. Pemanfaatan ilmu hidraulika ini antara lain untuk pembuatan
bangunan sebagai fasilitas hidup. Di antaranya adalah pembuatan gorong-gorong
yang letaknya perlu diperhitungkan sedemikian rupa sehingga setiap rumah dapat
teraliri dengan deras, serta bangunan penutup air pada bendungan yang dapat
diatur seberapa besar volume air yang akan ditahan dan dialirkan.

Zat cair bisa diangkut dari suatu tempat lain melalui saluran baik itu saluran
alamiah maupun saluran buatan manusia. Saluran alamiah ini dapat terbuka
maupun tertutup bagian atasnya. Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut
dengan saluran tertutup (closed conduits), sedangkan yang terbuka bagian atasnya
disebut dengan saluran terbuka (open channels). Pada sistem pengaliran saluran
terbuka terdapat permukaan air yang bebas (free surface) di mana permukaan

Yossi Indra Pratama - 121210137 26


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

bebas ini dipengaruhi oleh tekanan udara luar secara langsung, saluran terbuka
umumnya untuk lahan yang masih memungkinkan (luas), lalu lintas pejalan
kakinya relatif jarang, beban kiri dan kanan saluran relatif ringan. Pada sistem
pengaliran saluran tertutup (pipa flow), seluruh pipa diisi dengan air sehingga
tidak terdapat permukaan yang bebas, oleh karena itu permukaan tidak secara
langsung dipengaruhi oleh tekanan udara luar. Saluran tertutup biasanya
digunakan pada daerah yang lahannya terbatas seperti pasar, pertokoan, daerah
yang lalu lintas pejalan kakinya relatif padat, dan lahan yang dipakai untuk
lapangan parkir. Berdasarkan konsistensi bentuk penampang dan kemiringan
dasarnya saluran terbuka dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Saluran prismatik (prismatic channel) merupakan saluran yang bentuk
penampang melintang dan kemiringan dasarnya tetap. Contohnya saluran
drainase, saluran irigasi.
2. Saluran non prismatik (non prismatic channel) merupakan saluran yang
bentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya berubah-ubah.
Seperti sungai.
2.5.1. Geometri Saluran
Saluran drainase adalah pembuangan air alami ataupun buatan yang mengalir dari
permukaan maupun di bawah permukaan suatu tempat. Saluran drainase memiliki
beberapa fungsi yaitu mengeringkan bagian wilayah kota yang memiliki
permukaan lahan rendah ketimbang genangan, mengalirkan kelebihan air ke
permukaan badan air terdekat secara cepat, mengendalikan sebagiaan air
permukaan yang masuk karena guyuran hujan sehingga dapat dimanfaatkan untuk
persediaan air ataupun kehidupan akuatik.

Saluran drainase terbagi menjadi dua yaitu ada drainase alami dan drainase
buatan. Saluran drainase alamiah (natural drainage) merupakan drainase yang
terbentuk secara alami, tidak terdapat bangunan penunjang seperti bangunan
pelimpah, pasangan batu/ beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini
terbentuk oleh gerusan air yang bergerak yang lambat laun membentuk jalan air
yang permanen seperti sungai. Drainase buatan (artifical drainage) merupakan
drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan

Yossi Indra Pratama - 121210137 27


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/ beton, gorong-gorong,


pipa-pipa dan lain sebagainya.

Bentuk dari saluran drainase disesuaikan dengan kebutuhan daerahnya. Adapun


bentuk penampang dari saluran drainase sebagai berikut :
1. Trapesium
Bentuk trapesium berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan
air hujan dengan debit besar. Sifat aliran pada saluran ini terus menerut
dengan fluktuasi kecil. Bentuk saluran ini biasanya digunakan pada daerah
yang masih cukup tersedia lahan.

Rumus:
Luas penampang basah (A) = (B + m × h) h (2.29)

Luas keliling basah (P) = B + 2h (m2 + 1)0,5 (2.30)


Keterangan:
A = Luas penampang basah (m2)
B = Luas dasar saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
h = Tinggi muka air (m)
m = Kemiringan dinding saluran

Gambar 2.10. Bentuk Saluran Drainase Trapesium


Sumber: lppm.unila.ac.id, 2018

2. Persegi
Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Bentuk saluran ini tidak
memerlukan banyak ruang dan areal. Berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan serta air buangan domestik dengan debit
yang besar.

Yossi Indra Pratama - 121210137 28


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Rumus:
Luas penampang basah (A) = B × h (2.31)

Luas keliling basah (P) = B + 2 × h


(2.32)
Keterangan:
A = Luas penampang basah (m2)
B = Luas dasar saluran (m)
P = Keliling basah saluran (m)
h = Tinggi muka air (m)

Gambar 2.11. Bentuk Saluran Drainase Persegi


Sumber: lppm.unila.ac.id, 2018

3. Segitiga
Bentuk segitiga berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air
hujan untuk debit yang kecil. Bentuk saluran ini digunakan pada lahan yang
cukup terbatas.
Rumus:
Luas penampang basah (A) = z × h2 (2.33)

Luas keliling basah (P) = 2h√1+z2 (2.34)


Keterangan:
A = Luas penampang basah (m2)
h = Tinggi muka air (m)
P = Keliling basah saluran (m)

Yossi Indra Pratama - 121210137 29


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Gambar 2.12. Bentuk Saluran Drainase Segitiga


Sumber: lppm.unila.ac.id, 2018

4. Setengah lingkaran
Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton dengan cetakan yang
telah tersedia. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air
hujan serta air buangan domestik dengan debit yang kecil. Bentuk saluran
ini umumnya digunakan untuk saluran rumah penduduk dan pada sisi jalan
perumahan yang padat.
Menurut Chow (1992), dimensi saluran drainase dihitung dengan
pendekatan rumus-rumus aliran seragam dan mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut.
1. Dalam aliran, luas penampang lintasan, aliran kecepatan, serta debit
selalu tetap pada setiap penampang lintasan.
2. Garis energi dan dasar saluran selalu sejajar.
Untuk mengetahui kapasitas tampung saluran drainase eksisting, dilakukan
dengan memperhitungkan unsur-unsur geometris saluran drainase salah
satunya adalah dengan memperhitungkan dimensi saluran, Daerah
Tangkapan Air (DTA), koefisien limpasan dan kemiringan lahan (slope),
yang nantinya akan diperoleh debit kapasitas tampung saluran.

Yossi Indra Pratama - 121210137 30


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Gambar 2.13. Bentuk Penampang Setengah Lingkaran


Sumber: Lubis, 2016

Dalam merencanakan drainase saluran perlu dilakukan perhitungan sistematis,


untuk itu dalam perencanaan saluran drainase berbentuk setengah lingkaran
digunakan beberapa persamaan berikut:
3A
Lebar Puncak (B) = (2.35)
2H
1
Luas penampang basah (A) = ×B×Y (2.36)
2
8 H2
Keliling basah (P) = B + × (2.37)
3 B
A
Kedalaman hidraulik (D) = (2.38)
B
Keterangan:
A = Luas penampang basah
B = Lebar puncak
H = Kedalaman saluran
D = Kedalaman hidraulik
P = Keliling basah
Berdasarkan (Triatmojo, 1993), kecepatan rata-rata aliran di dalam suatu saluran
dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning seperti berikut:
1 2/3 1/2
V= .R .S (2.39)
n
A
R= (2.40)
P
Keterangan:
V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)
n = Koefisien kekasaran manning
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Kemiringan saluran
A = Luas penampang saluran tegak lurus aliran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Debit suatu penampang saluran (Qs) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
seperti di bawah ini:

Yossi Indra Pratama - 121210137 31


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Q = AxV (2.41)
Keterangan:
A = Luas penampang basah
V = Kecepatan rata-rata aliran di dalam saluran (m/det)
Q = Debit (m3/s)
Dengan nilai n (Koefisien manning) berdasarkan data yang disesuaikan dengan
tabel ketetapan. Sedangkan, untuk S (kemiringan saluran) menggunakan
ketetapan.

2.5.2. Kecepatan Aliran


Kecepatan aliran pada suatu saluran harus memenuhi syarat tidak kurang dari
kecepatan minimum dan tidak melebihi kecepatan maksimum yang diizinkan
sesuai dengan tipe dan bahan material saluran yang ditinjau, hal ini demi
mencegah terjadinya sedimentasi atau erosi di saluran.
1. Kecepatan minimum
Kecepatan minimum yang diizinkan ada- lah kecepatan terendah yang
tidak menyebab- kan pengendapan partikel (sedimentasi) maupun
tumbuhnya tumbuhan air. Kecepatan minimum ini biasanya diambil 0,75
m/det (Chow V.T. 1959).
2. Kecepatan Maksimum
Kecepatan maksimum yang diizinkan atau kecepatan tahan erosi adalah
kecepatan rata- rata terbesar yang tidak akan menimbulkan erosi pada
tubuh saluran. Kecepatan aliran dalam saluran harus dibatasi untuk
mencegah terjadinya erosi akibat kecepatan aliran yang besar.
Kualitas dari aliran dipengaruhi oleh kecepatan aliran yang akan melalui saluran
dan maksimum yang diperbolehkan. Kecepatan aliran tidak boleh lebih besar dari
kecepatan yang diperbolehkan karena dapat menyebabkan gerusan pada saluran
terbuka. Rangkuman kelayakan aliran pada saluran terbuka dapat dilihat dengan
menggunakan acuan kecepatan aliran maksimum dari USDA (2007) seperti pada
tabel berikut ini:
Tabel 2.8. Koefisien Aliran Permukaan (C)

Yossi Indra Pratama - 121210137 32


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Sumber: USDA, 2007

Debit saluran merupakan nilai saluran debit pada satu waktu di suatu bangunan
air. Terdapat 3 metode prhitungan kecepatan aliran yaitu:

 Metode Manning
1
V = × R2/3 × S1/2
n
(2.42)

 Metode Chezy

V = C √ R S0 (2.43)
 Metode Strickler
V = k × R2/3 × S1/2 (2.44)

Keterangan:
V = Kecepatan aliran (m/s)
n = Kekasaran manning untuk saluran
C = Koefisisen chezy
K = Koefisien strickler
R = Jari-jari hidrolis
S = Kemiringan saluran

Yossi Indra Pratama - 121210137 33


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

Tabel 2.9. Kekasaran Manning

Sumber : Darmadi, 2016

2.5.3. Material Penampang Saluran


Banyak bahan yang dipakai untuk pasangan saluran, tetapi pada prakteknya di
Indonesia hanya ada 3 (tiga) bahan yang dianjurkan pemakaiannya yaitu,
pasangan batu, beton, dan tanah. Pembuatan pasangan dari bahan-bahan lain tidak
dianjurkan dengan alasan sulitnya memperoleh persediaan bahan, teknik
pelaksanaan yang rumit dan kelemahan- kelemahan bahan itu sendiri. Pasangan
batu dan beton lebih cocok untuk semua keperluan, terutama untuk drainase di
kawasan perkotaan.

Selain itu drainase yang baik adalah drainase yang menggunakan material yang
sesuai dengan peruntukkannya. Misalnya, untuk pembuatan gorong-gorong pada
area yang luas dan membutuhkan daya tahan beban tinggi dipilih material beton
karena lebih kuat, bukan Polyvinyl Chlorida (PVC) yang lebih cocok digunakan
pada area sempit yang tidak membutuhkan beban yang besar.

Drainase yang baik juga bukan saja dapat mencegah terjadinya banjir, tapi juga
mampu mencegah erosi tanah dan mengendalikan permukaan air tanah. Selain itu
drainase tersebut dapat mencegah kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

Dan tentu saja, sebuah drainase yang baik harus tahan lama, setidaknya hingga
puluhan tahun. Untuk mendapatkan drainase yang tahan lama perencanaannya

Yossi Indra Pratama - 121210137 34


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

harus memperhatikan lingkungan, pertumbuhan masyarakat di tempat drainase


tersebut, dan bahan bangunan yang sesuai dengan spesifikasi teknis. Namun,
dalam perencanaan drainase, perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang
terkait dengan material penampang saluran, seperti:
1. Kemampuan Material Menahan Erosi: Material yang digunakan untuk
penampang saluran harus memiliki kemampuan untuk menahan erosi yang
disebabkan oleh aliran air. Jika material tidak tahan terhadap erosi, maka
dapat terjadi perubahan bentuk saluran atau bahkan kerusakan yang dapat
mengganggu fungsi drainase.
2. Permeabilitas: Permeabilitas material penampang saluran juga penting.
Beberapa saluran drainase dapat dirancang untuk mengizinkan air meresap
ke dalam tanah melalui dinding atau dasar saluran. Oleh karena itu,
material yang permeabel dapat digunakan dalam kasus-kasus tertentu.
3. Daya Tahan Terhadap Korosi: Jika saluran drainase akan terpapar dengan
air yang mengandung zat kimia atau bahan berbahaya, maka material yang
tahan terhadap korosi harus dipilih untuk menghindari kerusakan.
4. Biaya Konstruksi: Pemilihan material penampang saluran juga akan
memengaruhi biaya konstruksi. Beberapa material mungkin lebih mahal
daripada yang lain, jadi ini perlu dipertimbangkan dalam anggaran proyek
drainase.
5. Daya Tahan Terhadap Cuaca dan Iklim: Material penampang saluran juga
harus dipilih berdasarkan kondisi cuaca dan iklim setempat. Beberapa
material mungkin lebih tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, atau
faktor cuaca lainnya.
Adapun beberapa jenis material yang umumnya digunakan dalam perancangan
dan pembuatan drainase adalah:

1. Saluran Beton
Saluran beton biasanya digunakan dalam sistem drainase sebagai material
yang paling umum. Beton yang digunakan adalah beton pre cast U ditch
ataupun buis beton, biasa ditemukan di daerah perumahan ataupun
perkotaan karena memiliki ketahanan yang awet dan mudah untuk
dipasang, selain itu beton memiliki pori yang diharapkan dapat membuat

Yossi Indra Pratama - 121210137 35


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

air dapat meresap ke permukaan untuk menambah cadangan air tanah.


Koefisien kekasaran manning pada beton adalah 0.013.
2. Pasangan Batu
Merupakan salah satu material drainase yang umumnya ditemukan di
sawah untuk keperluan irigasi, pasangan batu secara harga lebih murah
daripada beton akan tetapi memakan lahan lebih banyak sifat batu yang
lebih padat daripada beton berguna untuk meningkatkan ketahanan drianase
terhadap aliran air dan mengurangi rembesan. Koefisien kekasaran
manning pada batu adalah 0.025
3. Batu Lapis Mortar
Batu lapis mortar merupakan saluran yang dibuat dengan campuran batu
serta mortar, mortar tersebut merupakan adukan semen, pasir dan bahan
perekat. Merupakan material yang memiliki ketahanan kuat, salah satu
kegunaannya adalah sekaligus untuk menahan tanah agar air yang
merembes tidak menyebabkan penurunan. Pasangan batulapis mortas
memiliki koefisien kekasaran manning sebesar 0.015.

Yossi Indra Pratama - 121210137 36


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

BAB III
METODOLOGI

3.1. Lokasi
Bumi Waras adalah sebuah kecamatan di Kota Bandar Lampung, Lampung,
Indonesia. Dahulu merupakan wilayah kecamatan Teluk Betung Selatan dan
mengalami pemekaran berdasarkan Perda Bandar Lampung No.4 tahun 2012.
Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Kedamaian di sebelah utara,
Kecamatan Teluk Betung Utara dan Teluk Betung Selatan di sebelah barat, Teluk
Lampung di sebelah Selatan, dan Kecamatan Panjang di sebelah timur.

Gambar 3.1. Peta Lokasi


Sumber: Google Earth

3.2. Pengumpulan Data


Dalam merencanakan suatu bangunan air di wilayah tersebut diperlukan data-data
yang tersedia sebagai berikut:
1. Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan dari 1 stasiun yang
tercatat dari tahun 2012 – 2021 dengan pos hujan (PH) yang digunakan
yaitu PH-004 SUMUR PUTRI.
2. Analisis curah hujan harian maksimum tahunan dengan metode Aljabar.

Yossi Indra Pratama - 121210137 37


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

3. Analisis Frekuensi menggunakan metode:


a. Normal
b. Log Normal
c. Gumbel
d. Log Pearson III
4. Uji kecocokan distribusi frekuensi:
a. Chi-Square
b. Smirnov-Kolmogorov
5. Analisis intensitas curah hujan berdasarkan distribusi yang cocok dengan
kala ulang R5.
6. Analisis debit banjir rencana menggunakan metode rasional.
7. Analisis hidrolika menggunakan penampang dimensi segitiga.

3.3. Peta Topografi


Adapun peta yang digunakan pada tugas besar ini adalah sebagai berikut.

1. Peta Thiessen

Gambar 3.2. Peta Thiessen


Sumber: ArcGIS

Yossi Indra Pratama - 121210137 38


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

2. Peta Jaringan Jalan

Gambar 3.3. Peta Jaringan Jalan


Sumber: ArcGIS
3. Peta Kontur

Gambar 3.4. Peta Kontur


Sumber: ArcGIS

Yossi Indra Pratama - 121210137 39


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

4. Peta Tata Guna Lahan

Gambar 3.5. Peta Tata Guna Lahan


Sumber: ArcGIS

Yossi Indra Pratama - 121210137 40


PROJECT BASED LEARNING DRAINASE | 2023

3.4. Diagram Alir

Pengumpulan Data Curah Hujan


dari Tahun 2012-2021

Uji Chi-Square dan


Smirnov- Kolmogorov

Gambar 3.6. Diagram Alir

Yossi Indra Pratama - 121210137 41

Anda mungkin juga menyukai