Junus bothmir
Abstrak
Wilayah Papua merupakan zona banjir yang cukup tinggi, sementara itu sejalan dengan Otsus ,
maka di Kota Jayapura mulai banyak dibangun daearah-daerah pemukiman , maupun ruko-ruko
yang merupakan daerah pertokoan.Tetapi banyak terjadi kasus kegagalan sistem drainase yang
terjadi pada daerah-daerah tersebut. Kasus yang akan dikaji lebih lanjut disini adalah
berkurangnya luasan aliran pada drainase di beberapa daerah pemukiman yang ada di Kota
Jayapura, sehingga menyebabkan kurang berfungsinya sistem drainase sesuai fungsi semula.
Hasil analisa menunjukkan bahwa kegagalan sistem drainase ini diakibatkan tidak akuratnya data
perencanaan sistem aliran drainase dimana daerah pembangunan pemukiman itu akan dibangun.
Umumnya para perencana kurang memperhatikan kondisi geografi dan topografi di Kota
Jayapura yang masuk dalam katagori tanah pasir yang mudah lepas, sehingga apabila terkena
atau tertimpah air hujan dan akibat gusuran untuk pembangunan pemukiman sehingga
menyebabkan tanah mudah lepas. Kondisi tanah pasir yang mudah lepas ini, maka pada kondisi
ini memerlukan suatu sistem perencanaan pembangunan pemukiman yang memperhatikan pola
aliran air pada drainase yang akan direncanakan secara baik dan akurat.
2. Rumusan Masalah
Beberapa sistem drainase di Kota Jayapura tidak berfungsi seperti tujuan semula atau
berfungsi tetapi tidak optimal yang diakibatkan adanya kegagalan sistem drainase,
khususnya fungsi drainase, karena itu akan dilakukan kajian lebih lanjut terhadap faktor
penyebab kegagalan fungsi drainase ini.
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengindetifikasi penyebab kegagalan beberapa fungsi
drainase yang dibangun di Kota Jayapura, dimana kegagalan fungsi drainase ini adalah
berupa terjadinya penumpukan sampah, sedimentasi, dan berkurangnya luasan aliran air
pada drainase-drainase tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem, guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan
infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase : Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng,
(2004), drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air.
Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal.
Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan sanitasi. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara-cara penanggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
tersebut, (Suhardjono, 1948). Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari
prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang
aman, nyaman, bersih dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air
permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah), dan atau
bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan
tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini adalah sebagai berikut :
- Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah
- Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang idial.
Drainase secara umum merupakan prasarana yang berfungsi untuk mengendalikan limpasan air
hujan yang berlebihan dengan tujuan agar tidak terjadi genangan air pada kawasan tersebut, agar
tiddak terjadi banjir pada kawasan tersebut. Bila tidak berfungsinya saluran drainase dikawasan
tersebut, maka dapat mengakibatkan genagan dan banjir dan juga menurunkan kuawalitas
lingkungan hidup, masalah kesehatan,masyarakat, pengrusahkan infrastruktur, kemacetan
lalulintas dan beresiko pada kecelakaan.
Fungsi drainase
Fungsi drainase dari sistem air buangan yang dapat diperhatikan ada dua macam, yaitu air hujan
dan air kotor. Cara atau sistem air buangan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian
sebagai berikut :
a. Sistem terpisah
Kebanyakan kota-kota besar di dunia memiliki sistem saluran drinase terpisah, dimana salah satu
saluran mengumpulkan air limbah rumah tangga, serta limbah indutri, dan saluran drinase
lainnya mengumpulkan aliran air dari limpasan permukaan.
Pada sistem ini air hujan dan air kotor masing-masing dapat disalurkan secara terpisah sehingga
dapat melihat bahwa : Periode musim hujan dan musim kemarau yang terlalu lama, Kuantitas
yang jahu berbeda antara aliran air buangan dan air hujan, air buangan yang memerlukan
pengolahan terlebih dahulu, dan air hujan tidak perlu tetapi segera dibuang.
b. Sistem campuran
Untuk drainase sistem campuran yang menerima air hujan maupun air kotor dapat disalurkan
melalui satu saluran drainase, Sistem ini dapat didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu :
Debit masing-masing buangan relative kecil sehingga dapat disatukan, Kuantitas air buangan dan
air hujan tidak jahu berbeda, Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahaun relative kecil.
c. Sistem kombinasi
Sistem drainase kombinasi merupakan perpaduan antara saluran drainase air buangan dan
saluran drainase air hujan. Dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan
bercampur dalam saluran drainase air buangan dan air hujan berfungsi sebagai pengecer.
Ada beberapa faktor yang dapat digunakan dalam menentukan pemilihan sistem perencanaan
drainase meliputi :
1. Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan disalurkan melalui jaringan
penyalur air buangan dan kuantitas curah hujan pada daerah pelayanan.
2. Umumnya dalam kota dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya dibuang ke
dalam sungai.
3. Periode musim hujan dan musim kemarau yang cukup lama dan fluktuasi air hujan yang
tidak tetap.
Klasifikasi drainase
Drainase dapat diklasifikasikan dalam dua bagian besar yaitu :
a. Drainase Alamiah (Natural Drainage), yaitu drainase yang terbentuk secara alamiah dan
tidak ada unsure campur tangan manusia.
b. Drainase buatan (Artificial Drainage), yaitu drinase yang terbentuk berdasarkan analisis
ilmu drainase melalui pemikiran manusia, untuk menentukan besarnya debit aliran air
hujan yang berhubungan dengan ukuran dimensi saluran drainase yang di rencanakan dan
yang di buat.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Langkah pertama yang dilakukan adalah menginventarisir sistem drainase di Kota Jayapura yang
mengalami kegagalan fungsi saluran drainase khususnya pada pola sistem aliran air pada
drainase. Kemudian menentukan posisi sistem drainase yang bermasalah tersebut terhadap peta
topografi dan luas tangkapan air hujan yang akan mengalir melalui drainase di Jayapura-Papua.
Peta topografi dan luas tangkapan air hujan ini memuat perkiraan karakteristik pola aliran air dan
luas tangkapan air hujan pada suatu daerah pemukiman Jayapura, sehingga disini dapat dianalisa
lebih lanjut sifat topografi dan luas tangkapan air hujan pada suatu daerah pemukiman secara
umum sistem drainase yang berada pada daerah tersebut. Ini merupakan kajian awal dalam
menetukan sistem aliran drainase dan sistem drainase yang sesuai dengan kondisi setempat.
Analisa lebih lanjut tentang dimensi saluran drainase dan luas aliran pada drainase yang
diperlukan baru dapat dilakukan setelah dilakukan kajian lebih dalam tentang topografi dan
luasan tangkapan air hujan pada lokasi pembangunan sistem drainase tersebut berada.
Beberapa sistem drainase bermasalah yang ada di Kota Jayapura adakah sistem drainase di
wilayah pusat perbelanjaan pasar Yotefa, di Lokasi Pusat perbelanjaan Pasar PTC Entrop Kota
Jayapura, pada titik simpul jalan Raja Kotaraja dan jalan masuk Kantor Otonom Propinsi Papua,
dan di wilayah APO Kota Jayapura. Lokasi-lokasi tersebut selain mengalami genangan air dan
banjir, juga mengalami penimbunan sedimentasi dan sampah, lihat gambar. 4.1, Gambar 4.2,
Gambar 4.3. Gambar 4.4, Gambar 4.5, Gambar 4.6, dan Gambar 4.7, Gambar 4.8 di bawah ini.
Gambar. 4.1. Drainase pasar Yotefa yang tertimbun sampah dan sedimentasi
Gambar. 4.2. Drainase pasar Yotefa yang tertimbun sampah dan sedimentasi
Gambar. 4.3. Drainase jalan raya daerah APO Kota Jayapura Propinsi Papua
Terserang banjir, sedimentasi dan sampah yang disaksikan oleh masyarakat setempat.
Gambar 4.4. Drainase jalan raya tertimbun sedimentasi dan sampah
di Lokasi Pusat perbelanjaan Pasar PTC Entrop Kota Jayapura.
Pembangunan Kota Jayapura yang semakin pesat dewasa ini tentunya disertai dengan berbagai
macam persoalan yang kompleks. Salah satu masalah serius yang saat ini sedang dihadapi oleh
Pemerintah Kota Jayapura adalah masalah penanganan dan pengolahan sistem drainase. Dilihat
dari kondisi geografi alam Papua khususnya Kota Jayapura yang terdiri dari dataran tinggi dan
rendah, yang meliputi pegunungan, perbukitan, lembah, maupun rawa.
Seorang Ahli hidro (Pengairan) harus dapat menghitung dan mendisain kemampuan drainase
yang akan dibangun. Ahli ini harus dapat menentukan kebutuhan-kebutuhan data curah hujan
dan sifat fisik dari topografi yang selanjutnya akan digunakan untuk merencanakan sistem
drainase. Kebutuhan akan data tersebut tergantung dari jenis drainasenya, apakah drainase untuk
luasan pemukiman yang besar atau yang tidak terlalu besar, dan juga dana yang disediakan oleh
pemberi pekerjaan, namun demikian harus ada batasan minimal yang akan digunakan sebagai
dasar perencanaan. Secara umum data-data yang diperlukan tersebut meliputi :
Masalah di Jayapura dan sekitarnya yang penting diketahui adalah kondisi topografi dan
intensitas curah hujan yang sangat berbeda dari daerah lain di Indonesia.
Topgrafi di daerah Abepura, Entrop dan Jayapura Kota terdiri dari dataran tinggi dan rendah
yang meliputi pegunungan, perbukitan, lembah maupun daerah rawa. Ahli-ahli Hidro yang
merencanakan sistem drainase di Jayapura biasanya merupakan lulusan dari luar Jayapura,
dengan pengalaman menghadapi kondisi topografi yang berbeda dan umumnya yang datang
hanya Ahli dibidang struktur, dan data topografi, curah hujan, penduduk perlu dianalisa dan
direncanakan pula. Keterbatasan informasi inilah yang menyulitkan pemilihan sisten drainase
yang terbaik dan akurat. Dilain pihak, apabila semua kebutuhan akan data tersebut di sediakan,
akan memerlukan biaya yang cukup mahal, karena antara lain akan ada pengukuran di lapangan,
seperti pengukuran luasan tangkapan pada daerah perencanaan. Akan dibedakan daerah Jayapura
menjadi daerah lembah, daerah perbukitan, dan daerah rawa. Permasalahan saat ini ada pada
daerah di lembah dimana banyak sistem drainase yang mengalami kerusakan/longsor secara
tidak terkendali. Daerah perbukitan sebenarnya juga satu saat akan menjadi masalah terutama
bila sistem drainase akan terakumulasi dengan alam pemukiman sehingga kestabilan lereng bisa
terganggu. Untuk daerah pemukiman dengan tingginya wilayah, Intensitas curah hujan, maka
penelitian luas wilayah tangkapan minimal dilakukan pengukuran. Pengukuran diperlukan untuk
mengetahui luas tangkapan air hujan yang akan mengalir masuk kedalam sistem drainase yang
direncanakan atau dibangun. Diperhatikan pula pemanfaatan lahan untuk pemukiman dan ladang
pindah-pindah yang secara langsung akan mengurangi resapan air kedalam tanah melalui akar
tanaman, sehingga akan memudahkan terjadi aliran permukaan.
5.1. Kesimpulan
a. Kondisi geografi dan topografi Kota Jayapura berbeda dengan sebagian kota-kota besar di
Jawa dan sumatera sehingga perlakuan untuk perencanaan sistem drainasenya juga berbeda.
b. Perencanaan sistem drainase pada daerah pertokoan, daerah pertokoan dan tempat-tempat
pasilitas umum lainnya harus didasarkan data penelitian geografi dan topografi daerah setempat
minimal.
5.2. Saran
a. Daerah rendah (lembah) seperti Entrop, Abepura dan Jayapura disarankan untuk melakukan
pengukuran luasan tangkapan air hujan untuk memperoleh data tentang luasan tangkapan air
hujan.
b. Untuk daerah atas perbukitan perencanaan sistem drainase sebaiknya diperhatikan kemiringan
yang ada pada daerah perencanaan agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
Surupin Andi, Dr. Ir. M. Eng, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Yogyakarta
Dr. Junus Bothmir, ST. MT, adalah Staf Pengajar pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Sains dan Teknologi Jayapura – Propinsi Papua