16620122
Pengantar Rekayasa dan Desain
Kelas 26
1. Latar Belakang
Perkembangan perkotaan yang sangat cepat mulai tidak terkendali dan tidak
sesuai dengan tata ruang maupun konsep pembangunan yang berkelanjutan, hal
ini menyebabkan banyak kawasan-kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai
tempat penampungan air sementara (retarding pond) dan bantaran sungai berubah
menjadi tempat hunian penduduk.Hal ini disebut sebagai perubahan tata guna
lahan.
Perubahan tata guna lahan kini umum terjadi seiring dengan kebutuhan
pembangunan.Namun,hal ini berdampak terhadap banyak hal.Salah satunya,yaitu
menurunnya kapasitas penyerapan air hujan pada suatu kawasan,terutama kota-
kota besar sehingga terjadi peningkatan air limpasan/air yang mengalir di
permukaan tanah. Hal tersebut harus segera ditindaklanjuti untuk mencegah
terjadinya banjir.Terlebih, saat ini limpasan air permukaan dari daerah yang
diperkeras seperti lahan parkir,wilayah industri,wilayah perkantoran dan jalan raya
hanya dilimpaskan ke selokan sebelum akhirnya mengalir ke sungai. Apabila
hujan yang turun sangat deras saluran drainase tidak dapat menampung limpasan
dan mengakibatkan banjir.
Oleh karena itu,dibutuhkan sistem yang dapat mengelola air limpasan.Pengelolaan
air limpasan dengan mengalirkan air ke badan air ,menyebabkan umum terjadi
permasalahan banjir di area-area tersebut.Hal tersebut merupakan dampak dari
adanya pembangunan di hulu.
Secara umum,sistem drainase berkelanjutan ini mengelola air hujan yang jatuh di
suatu wilayah dengan menyerupai apa yang terjadi secara alami dan ramah
lingkungan. Sistem ini pun mengurangi dampak dari kuantitas air berlebih akibat
limpasan air di permukaan tanah.
Secara khusus, Sustainable Development Energy ini didukung oleh berbagai
struktur terbangun untuk mengontrol limpasan air tersebut.
Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan,yaitu terasering buatan,saluran
filtrasi,permukaan yang berdaya serap, kolam dan juga lahan basah. Pengontrol
tersebut sebaiknya diletakkan dekat agar dapat mempercepat penampungan dan
tidak menyebabkan banjir.berdasarkan
Namun,perlu diketahui bahwa pembuatan saluran drainase yang salah dan tidak
teratur akan memperbesar peluang banjir. Drainase di lingkungan tertentu
merupakan drainase yang mengalirkan air di permukaan tanah dalam kawasan
tersebut, ke saluran penampungan yang lebih besar atau yang biasa disebut
drainase tersier dan sekunder. Dampak dari perubahan tata guna lahan
mengakibatkan peningkatan banjir karena sistem pengendali banjir dan drainase
yang dikembangkan pun menjadi sangat kurang, ruang terbuka yang selama ini
berfungsi sebagai tempat untuk bersantai, bermain dan juga sebagai sumber
oksigen cenderung berkurang (Kodoatie, 2013). Oleh sebab itu, jika musim hujan,
adanya banjir atau genangan air sangat mungkin terjadi. Pada kenyataan pun
beberapa kawasan tertentu mengalami banjir dan hal itu juga dipengaruhi jaringan
drainase yang tidak berfungsi dengan baik.
Berbeda dengan sistem drainase konvensional, dimana fungsi drainase ini ialah
sebagai media pembuangan air di permukaan secara langsung dan cepat ke sungai.
Namun,metode ini menimbulkan berbagai permasalahan karena perbedaan siklus
dengan metode alami. Sedangkan pada Sustainable Drainage System, sistem
drainase menyerupai siklus alami.
Gambar 2.1. Tampak Samping Penataan Sumur Resapan
Konsepsi perancangan drainase air hujan yang berasaskan pada konservasi air
pada hakekatnya adalah perancangan suatu sistem drainase yang hanya
menampung air dari halaman bukan perkerasan/atap.
Sesuai dengan konsep sistem drainase yang berkelanjutan, maka alternatif struktur
yang dipilih adalah dengan pembuatan Sumur Resapan Air Hujan (SRAH).Sumur
resapan air hujan ini merupakan konsepsi perancangan drainase air hujan yang
berasaskan pada konservasi air tanah.Sumur resapan digali dengan kedalaman di
atas muka air tanah.
Berdasarkan aspek teknis pembuatan Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) sebagai
upaya dari penerapan konsep drainase yang berkelanjutan di suatu perumahan
mungkin tidak dapat dilaksanakan karena , serta berdasarkan aspek sosial
kesanggupan pembuatan sumur resapan air hujan oleh masyarakat pun rendah
menurut suatu penelitian,setelah sumur resapan air hujan tersebut diberikan ke
pemerintah setempat,terjadi penurunan kinerja jaringan drainase karena kurangnya
partisipasi masyarakat sehingga menimbulkan genangan sampai dengan banjir di
beberapa tempat.Maka disarankan untuk memilih alternatif tindakan struktural
yang tepat dan pendekatan sosial yang cukup baik kepada seluruh masyarakat
kawasan tersebut sehingga partisipasi masyarakat pun dapat berjalan dengan baik .
Alternatif tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada,seperti diberlakukan
tipe penyimpanan (in-storage). Penelitian lebih lanjut juga perlu dilakukan untuk
prediksi kedepan terhadap banjir yang luapannya bisa menggenangi kawasan-
kawasan tersebut.
Gambar 3.1 Contoh Sumur Resapan Air Hujan
Selain dari terdapat kurangnya partisipasi masyarakat dan aspek teknis yang
menyulitkan dalam penbuatan sumur resapan air hujan.
Terdapat beberapa faktor sendiri yang dapat menyebabkan konstruksi drainase
tidak berfungsi dengan baik, diantaranya timbunan sampah, endapan
lumpur/sedimen dan lain-lain.
Drainase sendiri dikategorikan gagal apabila drainase tersebut tidak dapat
melimpaskan genangan air hujan di permukaan tanah secara cepat, sehingga
menimbulkan luapan dan genangan yang berlebihan, yang mengakibatkan banjir.
“Banjir dipaksa menjadi daftar prioritas setelah Perdana Menteri Boris Johnson
dituduh oleh para korban banjir gagal menangani keadaan mereka dengan serius.
Pemerintah mengatakan langkah-langkah dalam rencana baru adalah yang paling
komprehensif dalam satu dekade, termasuk £ 5,2 miliar untuk banjir yang
diumumkan dalam Anggaran empat bulan lalu.
Dikatakan, uang tunai akan membantu melindungi sepertiga dari satu juta properti
di Inggris hingga 2027.
Akan ada uang untuk proyek inovatif seperti sistem drainase yang
berkelanjutan untuk menyediakan permukaan berpori dalam perkembangan baru
untuk mencegah limpasan air.”
Sumber: https://www.bbc.com/news/science-environment-53396977
Referensi
Dicky,Nursetiawan,dkk.2016,”Pemilihan Metode Sistem Drainase
Berkelanjutan Dalam Rangka Mitigasi Bencana Banjir di Kota Bandung”,
Jurnal Online Teknik Sipil Itenas.