Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN TUGAS BESAR SI-4231 BANGUNAN AIR

PERENCANAAN BENDUNG SUNGAPAN


DAERAH ALIRAN SUNGAI WALUH SUNGAPAN
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SI-4231 Bangunan Air

Dosen :
Ir. Hernawan Mahfudz M.T.
Dr. Ana Nurganah Chaidar S.T., M.T.

Asisten :
Akbar Rizaldi 25015317
Umar Faturokhman 15014149

Disusun Oleh :
Thifa Auliadewinta 15015152

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR SI-4231 BANGUNAN AIR

PERENCANAAN BENDUNG SUNGAPAN


DAERAH ALIRAN SUNGAI WALUH SUNGAPAN

Disusun Oleh :
Thifa Auliadewinta 15015152

Telah diperiksa dan disetujui serta memenuhi ketentuan layak untuk dinilai
sebagai syarat kelulusan mata kuliah SI-4231 Bangunan Air semester genap
tahun ajaran 2017/2018/

Bandung, 2018
Asisten Tugas Besar

Akbar Rizaldi (25015317) Umar Faturokhman (15014149)

Mengetahui dan Menyetujui,


Dosen Pembimbing

Ir. Hernawan Mahfudz M.T. Dr. Ana Nurganah Chaidar S.T., M.T.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia adalah air.
Keberadaan air bagi makhluk hidup sangat vital. Sungai adalah salah satu sumber
air yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Aliran air sungai
dapat berguna dalam sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat sehingga perlu
dilakukan penelitian atau penyelidikan masalah ketersediaan air sungai dan
kebutuhan area di sekelilingnya, agar pemanfaatan dapat digunakan secara efektif
dan efisien. Maka dari itu dibuat suatu bangunan bendung.
Dalam hal irigasi, jaringan irigasi menjadi suatu hal yang penting dalam
pengolahan lahan. Untuk memastikan jumlah air sungai masuk ke jaringan irigasi
maka diperlukan suatu bangunan air berupa bendung. Bendung digunakan untuk
meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan sehingga
air dapat dialirkan ke saluran irigasi hingga petak tersier.
Selain berfungsi untuk memenuhi kebutuhan irigasi, bendung juga dapat
digunakan untuk kebutuhan air minum, sebagai pembangkit energi, sebagai
pembagi atau pengendali banjir, dan sebagai pembilas pada berbagai keadaan debit
sungai.

1.2 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari Tugas Besar Bangunan Air adalah:
1. Merencanakan Dimensi Bendung Sungapan
2. Merencanakan dan Menganalisis Stabilitas Bendung Sungapan
3. Merencanakan Kolam Olak Bendung Sungapan

1.3 Lokasi Studi


 Sungai
Nama sungai yang ditinjau adalah Kali Waluh Sungapan
 Stasiun hujan
Stasiun hujan yang ditinjau adalah Stasiun Pulosari, Stasiun Karangsuci, dan
Stasiun Bumijawa.

 Koordinat
Letak geografis lokasi yang ditinjau berada pada 06°48’30’’ Lintang Selatan
109°18’38’’ Bujur Timur. Lokasi Sungai Waluh ini tepatnya berada di Provinsi
Jawa Tengah, Kabupaten Pemalang, Kecamatan Pemalang, Desa Sungapan.
Adapun lokasi stasiun sebagai berikut:
Koordinat Ketinggian
Stasiun
(Lintang Selatan) (Bujur Timur) (mdpl)
Bumijawa 109°07’41’’ 07°10’00’’ 941.224
Pulosari 109°15’59.4’’ 07°10’5.12’’ 918.972
Karangsuci 109°24’47.88’’ 06°56’51.04’’ 25.6032

 Luas Daerah Pengaliran


Luas pengaliran daerah stasiun yang ditinjau adalah:
- Stasiun Bumijawa = 46.6242663 km2
- Stasiun Pulosari = 59.5626682 km2
- Stasiun Karangsuci = 30.7408833 kms

 Gambar Lokasi

Gambar 1. 1 Lokasi Sungai


Gambar 1. 2 Daerah Aliran Sungai
BAB II
METODOLOGI

Gambar 2. 1 Flowchart Metodologi


2.1. Menentukan lokasi studi
Langkah pertama dalam perencanaan bendung adalah menentukan lokasi
dimana bendung akan dibuat, berupa sungai yang ditinjau, stasiun debit di
sekitarnya, serta tujuan dibuatnya bendung.

2.2. Pengambilan data hidrologi


Data hidrologi yang dibutuhkan adalah data curah hujan yang harus
dilengkapi untuk data curah hujan yang kosong. Dalam melengkapi data hujan,
dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode aritmatik, metode rasio
normal, dan metode kuadrat jarak (reciprocal).
Kemudian dilakukan perhitungan curah hujan regional (rata-rata) dengan
metode aritmatik, metode polygon thiessen, metode garis isohyet, metode garis
potongan antara, dan metode dalam elevasi (Depth Elevation Method). Setelah itu
dilakukans analisis frekuensi curah hujan, dan menghitung nilai curah hujan
rencana.

2.3. Pengambilan data DEM


Data DEM berupa data sesuai wilayah dan koordinat sungai. Setelah
pengambilan data berupa peta kontur dan peta lokasi sungai, dilakukan delineasi
DAS, serta menghitung luas DAS dan panjang sungai.

2.4. Analisis debit rencana


Analisis debit rencana dengan periode ulang 100 tahun dapat dilakukan
dengan metode Gumbel, Normal, maupun Log Person III.

2.5. Analisis debit banjir


Dilakukan analisis debit banjir untuk periode ulang 100 tahun. Analisis
debit banjir dapat dilakukan dengan metode Rasional, Weduwen, Haspers,
Mononobe, Melchior, maupun Hidrograf (Synder, SCS, dan lainnya).
2.6. Pemilihan lokasi bendung
Dalam tahap ini dijelaskan tahapan pemilihan lokasi bending serta alasan
pemilihan lokasi tersebut berdasarkan buku KP-02.

2.7. Perhitungan hidrolis bendung


Dalam perhitungan hidrolis, dilakukan perhitungan tinggi mercu bendung,
lebar efektif bendung, tinggi energi di hulu bendung, serta tinggi energi di hilir
bendung.

2.8. Perencanaan kolam olak


Dalam perencanaan kolam olak, dapat dilakukan dengan beberapa tope
yairu tipe Bucket, tipe USBR III, tipe Vlugter, maupun tipe USBR IV.

2.9. Perhitungan stabilitas bendung


Dilakukan perhitungan stabilitas bendung berupa gaya-gaya yang bekerja
pada bendung, perhitungan stabilitas bendung dalam kondisi debit rendah maupun
kondisi debit banjir.

2.10. Analisis stabilitas bendung


Hasil perhitungan stabilitas bendung dianalisis berdasarkan kontrol
stabilitas terhadap geser maupun terhadap guling. Dalam hal ini, bendung harus
stabil terhadap gaya horizontal maupun gaya vertikal. Apabila hasil perencanaan
bendung aman terhadap gaya-gaya luar yang bekerja, maka dimensi bendung
tersebut diterima. Namun apabila tidak terpenuhi, maka dilakukan perencanaan
hidrolis bendung dan kolam olak dengan dimensi yang berbeda hingga memenuhi
syarat yang berlaku.
BAB III
ANALISIS HIDROLOGI

3.1 Analisis Curah Hujan Rencana


3.1.1 Curah Hujan Regional
Curah hujan regional pada DAS Waluh Sungapan menggunakan data curah
hujan dari tiga stasiun yang berada di sekitar DAS, yaitu Stasiun Pulosari, Stasiun
Bumijawa dan Stasiun Karang Suci. Data curah hujan harian maksimum yang
diambil adalah data tahun 1993-2002.
Perlu dilakukan perhitungan curah hujan harian maksimum rata-rata dari
ketiga stasiun untuk menganalisis curah hujan harian maksimum dengan fungsi
distribusi. Perhitungan curah hujan harian maksimum rata-rata dilakukan dengan
metode yang memberikan nilai error lebih kecil berdasarkan perhitungan pada BAB
II, yaitu metode Aritmatik. Contoh perhitungannya untuk curah hujan maksimum
tahun 1993 adalah sebagai berikut.
𝐻1 + 𝐻2 + 𝐻3
𝐻𝑥 =
3
Keterangan:
H1 = Curah hujan maksimum Stasiun Bumijawa tahun 1993 = 135 mm
H2 = Curah hujan maksimum Stasiun Pulosari tahun 1993 = 256 mm
H3 = Curah hujan maksimum Stasiun Karang Suci tahun 1993 = 125 mm
135 + 256 + 125
𝐻𝑥 =
3
𝐻𝑥 = 172 𝑚𝑚
Dengan melakukan perhitungan yang sama seperti diatas untuk tahun 1994
hingga tahun 2002, maka didapat curah hujan maksimum rata-rata harian tiap tahun
sebagai berikut.
Tabel 3. 1 Curah Hujan Regional

3.1.2 Analisis Curah Hujan Rencana


Curah hujan rencana dihitung melalui metode log pearson III dan metode
gumbel. Adapun perhitungan curah hujan rencana adalah sebagai berikut. Kedua
metode tersebut kemudian dibandingkan. Metoda yang memberikan hasil dengan
nilai galat paling kecil akan digunakan untuk menentukan curah hujan rencana
dengan periode ulang 100 tahun.
a. Distribusi Log Pearson III
Contoh perhitungan untuk data tahun 1971 dengan metode Log Pearson III adalah
sebagai berikut.
1. Nilai Rmax diketahui dari perhitungan dengan metode aritmatik, kemudian
diurutkan dari terbesar ke terkecil.
2. Menghitung nilai probabilitas P, dengan contoh perhitungan data terbesar
𝑚 1
𝑃= = = 0.091
𝑛 + 1 10 + 1
3. Menghitung nilai Tr
1 1
𝑇𝑟 = = = 11
𝑃 0.091
4. Menghitung 𝜇log(𝑅𝑚𝑎𝑥)
1
𝜇log(𝑅𝑚𝑎𝑥) = × ∑ log 𝑅𝑚𝑎𝑥 = 2.136
𝑛
2
5. Menghitung besarnya( log(𝑅𝑚𝑎𝑥) − 𝜇log(𝑅𝑚𝑎𝑥) )
2
(log(𝑅𝑚𝑎𝑥) − 𝜇log(𝑅𝑚𝑎𝑥) ) = (2.297 − 2.136)2 = 0.026
6. Menghitung nilai simpangan baku 𝑆log 𝑅

2
√∑𝑛𝑖=1(log 𝑅𝑖 − ̅̅̅̅̅̅̅
log 𝑅 )
𝑆log 𝑅 = = 0.097548
𝑛−1
3
7. Menghitung besarnya (log(𝑅𝑚𝑎𝑥) − 𝜇log(𝑅𝑚𝑎𝑥) ) kemudian menjumlahkan
totalnya untuk perhitungan Cs
3
(log(𝑅𝑚𝑎𝑥) − 𝜇log(𝑅𝑚𝑎𝑥) ) = (2.297 − 2.136)3 = 0.0017
8. Menghitung nilai Cs (skewness coefficient)
𝑛
𝑛 3
𝐶𝑠 = ∑(log 𝑅𝑚𝑎𝑥 − 𝜇log(𝑅𝑚𝑎𝑥) ) = 0.25658
(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)𝑆log 𝑅 3 𝑖=1

9. Menghitung nilai w
Untuk data m=1, p < 0.5
1 0.5 1 0.5
𝑤 = [ln 2 ] = [ln ] = 2.190
𝑃 0.0912
10. Menghitung nilai z
Untuk data m=1, p < 0.5
2.515517 + 0.802853𝑤 + 0.010328𝑤 2
𝑧=𝑤−
1 + 1.432788𝑤 + 0.189269𝑤 2 + 0.001308𝑤 3
2.515517 + (0.802853 × 2.19) + (0.010328 × 2.192 )
𝑧=𝑤−
1 + (1.432788 × 2.19) + (0.189269 × 2.192 ) + (0.001308 × 2.193 )
𝑧 = 1.335
11. Menghitung nilai k
𝐶𝑠 0.25658
𝑘= = = 0.043
6 6
12. Menghitung nilai KT
1 1
𝐾𝑇 = 𝑧 + (𝑧 2 − 1)𝑘 + (𝑧 3 − 6𝑧)𝑘 2 − (𝑧 2 − 1)𝑘 3 + 𝑧𝑘 4 + 𝑘 5
3 5
1
𝐾𝑇 = 1.335 + (1.3352 − 1) × 0.043 + (1.3353 − 6 × 1.335) × 0.0432
3
1
− (1.3352 − 1) × 0.0433 + 1.335 × 0.0434 + 0.0435
5
𝐾𝑇 = 1.365
13. Menghitung nilai log 𝑅𝑇
log 𝑅𝑇 = ̅̅̅̅̅̅̅
log 𝑅 + (𝐾𝑇 × 𝑆log 𝑅 ) = 2.136 + (1.365 × 0.097) = 2.269
14. Menghitung nilai 𝑅𝑇
𝑅𝑇 = 10log 𝑅𝑇 = 102.269 = 185.727
Jadi dengan metode log pearson III untuk tahun 1972 nilai RT = 185.717. Untuk
perhitungan tahun-tahun berikutnya dapat dilihat nilainya pada tabel 3.1.

Tabel 3. 2 Curah Hujan Rencana Metode Log Pearson III

b. Distibusi Gumbel
Perhitungan untuk data tahun 1993 dengan metoda Gumbel adalah sebagai berikut.
1. Nilai Rmax diketahui dari perhitungan dengan metode aritmatik, kemudian
diurutkan dari terbesar ke terkecil.
2. Menghitung nilai probabilitas P, dengan contoh perhitungan data terbesar
𝑚 1
𝑃= = = 0.091
𝑛 + 1 10 + 1
3. Menghitung nilai Tr
1 1
𝑇𝑟 = = = 11
𝑃 0.091
4. Menghitung 𝜇𝑅𝑚𝑎𝑥
1
𝜇𝑅𝑚𝑎𝑥 = × ∑ 𝑅𝑚𝑎𝑥 = 139.867
𝑛
2
5. Menghitung besarnya (𝑅𝑚𝑎𝑥 − 𝜇𝑅𝑚𝑎𝑥) )
(𝑅𝑚𝑎𝑥 − 𝜇𝑅𝑚𝑎𝑥 )2 = (3418.351 − 139.867)2 = 3418.351
6. Menghitung nilai simpangan baku 𝑆𝑅𝑚𝑎𝑥

∑𝑛𝑖=1(𝑅𝑚𝑎𝑥 − 𝜇𝑅𝑚𝑎𝑥 )2
𝑆𝑅𝑚𝑎𝑥 =√ = 31.922
𝑛−1

7. Menghitung nilai KT
√6 𝑇𝑟
𝐾𝑇 = − {0.5772 + 𝑙𝑛 [𝑙𝑛 ( )]}
𝜋 𝑇𝑟 − 1
√6 11
𝐾𝑇 = − {0.5772 + 𝑙𝑛 [𝑙𝑛 ( )]}
𝜋 11 − 1
𝐾𝑇 = 1.382
8. Menghitung nilai 𝑅𝑇
𝑅𝑇 = 𝜇𝑅𝑚𝑎𝑥 + (𝐾𝑇 × 𝑆𝑅𝑚𝑎𝑥 ) = 139.867 + (1.382 × 31.922)
𝑅𝑇 = 183.989
Jadi analisis curah hujan rencana dengan metode Gumbel untuk tahun 1971
didapatkan RT = 183.989. Untuk perhitungan tahun-tahun berikutnya dapat dilihat
hasilnya pada Tabel 3.3.
Tabel 3. 3 Curah Hujan Rencana Metode Gumbel

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, metode Log Pearson


III memberikan nilai error sebesar 8.665, sedangkan metode Gumbel memiliki error
sebesar 9.427. Sehingga metode yang paling tepat untuk menganalisis curah hujan
rencana adalah metode Log Pearson III.
Selanjutnya dilakukan perhitungan curah hujan rencana periode ulang 100
tahun dengan metode Log Pearson III. Adapun perhitungan curah hujan rencana
sebagai berikut.

1. Menghitung nilai probabilitas P untuk setiap nilai log 𝑅. Nilai P dinyatakan


sebagai berikut.
1 1
𝑃= = = 0.01
𝑇 100

2. Menghitung nilai w sebagai berikut.


1 0.5
[ln 2 ] , 0 < 𝑃 ≤ 0.5
𝑃
𝑤 0.5
1
[ln ] , 0.5 < 𝑃 ≤ 1.0
{ (1 − 𝑃)2
Nilai P adalah 0.1
0 < 0.1 ≤ 0.5
Maka,
1 0.5
𝑤 = [ln ] = 3.035
0.012

3. Menghitung nilai z sebagai berikut.


2.515517 + 0.802853𝑤 + 0.010328𝑤 2
𝑤− , 0 < 𝑃 ≤ 0.5
1 + 1.432788𝑤 + 0.189269𝑤 2 + 0.001308𝑤 3
𝑧
2.515517 + 0.802853𝑤 + 0.010328𝑤 2
{(𝑤 − ) × −1} , 0.5 < 𝑃 ≤ 1.0
{ 1 + 1.432788𝑤 + 0.189269𝑤 2 + 0.001308𝑤 3
Nilai P adalah 0.1
0 < 0.1 ≤ 0.5
Maka,
2.515517 + 0.802853𝑤 + 0.010328𝑤 2
𝑧=𝑤−
1 + 1.432788𝑤 + 0.189269𝑤 2 + 0.001308𝑤 3
2.515517 + 0.802853(3.035) + 0.010328(3.035)2
𝑧 = 2.146 −
1 + 1.432788(3.035) + 0.189269(3.035)2 + 0.001308(3.035)3
𝑧 = 2.327

4. Menghitung nilai k
𝐶𝑠
𝑘=
6
Dengan Cs adalah skewness coefficient.
𝑁
𝑁
𝐶𝑠 = ∑(log 𝑅𝑖 − ̅̅̅̅̅̅̅
log 𝑅 )3 = 0.257
(𝑁 − 1)(𝑁 − 2)𝑆log 𝑅 3
𝑖=1

Maka nilai k adalah:


𝐶𝑠 0.257
𝑘= = = 0.043
6 6

5. Menghitung nilai KT sebagai berikut.


1 1
𝐾𝑇 = 𝑧 + (𝑧 2 − 1)𝑘 + (𝑧 3 − 6𝑧)𝑘 − (𝑧 2 − 1)𝑘 3 + 𝑧𝑘 4 + 𝑘 5
3 5
1
= 2.327 + (2.3272 − 1)(0.043) + (2.3273 − 6(1.282))(0.043)2
3
1
− (2.3272 − 1)(0.043)3 + 2.327(0.043)4 + (0.043)5
5
𝐾𝑇 = 2.514

6. Menghitung nilai log 𝑅𝑇 dengan persamaan berikut.


log 𝑅𝑇 = ̅̅̅̅̅̅̅
log 𝑅 + (𝐾𝑇 × 𝑆log 𝑅 ) = 2.136 + (2.514 × 0.097) = 2.538

7. Menghitung nilai 𝑅𝑇 sebagai berikut.


𝑅𝑇 = 10log 𝑅𝑇 = 102.538 = 240.373 𝑚𝑚
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh curah hujan rencana dengan
periode ulang 100 tahun untuk Sungai Waluh Sungapan setinggi 240.373 mm.
Berikut perhitungan curah hujan rencana untuk periode ulang 5,10,25,50, dan 100
tahun.
Tabel 3. 4 Perhitungan Curah Hujan Rencana

T p w z Cs k KT log RT RT
10 0.1 2.146 1.282 0.25659 0.0427646 1.306 2.263061608 183.2574
25 0.04 2.537 1.751 0.25659 0.0427646 1.836 2.314767141 206.4273
50 0.02 2.797 2.054 0.25659 0.0427646 2.189 2.34920451 223.4624
100 0.01 3.035 2.327 0.25659 0.0427646 2.514 2.380885214 240.3727

3.2 Analisa Debit Banjir


Hidrograf satuan adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh
hujan efektif (hujan netto) yang terjadi merata di seluruh DAS dan dengan intensitas
tetap selama satu satuan waktu yang ditetapkan, yang disebut hujan satuan. Tujuan
dari hidrograf satuan adalah untuk memperkirakan hubungan antara hujan efektif
dan aliran permukaan. Metode ini populer digunakan dan berperan penting dalam
banyak perencanaan di bidang sumber daya air khususnya dalam analisis debit
banjir DAS yang tidak terukur.

3.2.1 Perhitungan Debit Banjir


Debit banjir bisa didapat melalui beberapa metode, diantaranya, metode Snyder,
metode Soil Conversation Service (SCS), metode Nakayasu, dan lain sebagainya.
Perhitungan debit banjir dengan metode Snyder.
a. Metode Snyder

1. Menentukan L, Lc, A, dan S dengan menggunakan WMS


a. Buka file WMS sehingga diketahui luas DAS nya.
b. Klik menu Display -> Display Option -> Drainage Data
c. Pilih parameter max stream length (L), distance from centroid to stream
(Lc), show units, lalu klik OK.
d. Didapat nilai MSL(L) = 35.395, MSS(S) = 0.0604, STOSTR (Lc) = 0.64707
km.

Gambar 3. 1 Pengaturan Display Option WMS

Gambar 3. 2 Hasil Pengolahan nilai L, Lc, S dari WMS


2. Menentukan nilai parameter
a. C1 = 0.75
b. C2 = 2.75
c. C3 = 5.56
d. Ct =2
e. Cp = 0.65
Tabel 6. 1 Parameter Synder

3. Perhitungan parameter Synder


a. Menentukan UH duration (tR)
𝑡𝑅 = 1 𝑗𝑎𝑚

b. Tentukan time lag (tL)


𝑡𝐿= 𝐶1 × 𝐶𝑡 × (𝐿 × 𝐿𝑐 )0.3
𝑡𝐿= 0.75 × 2 × (35.395 × 0.65)0.3
𝑡𝐿= 3.8376 𝑗𝑎𝑚

c. Hitung durasi UH (tr)


𝑡𝐿 3.8376
𝑡𝑟 = = = 0.698
5.5 5.5

d. Menghitung tpl
Jika tR > tr, 𝑡𝑝𝑙 = 𝑡𝐿 + 0.25(𝑡𝑅 − 𝑡𝑟 )
Jika tR < tr, 𝑡𝑝𝑙 = 𝑡𝐿
𝑡𝑝𝑙 = 3.8376 + 0.25(1 − 0.698) = 3.913 𝑗𝑎𝑚

e. Menghitung debit puncak Qp


C2 × Cp
qp =
t pl
2.75 × 0.65 3
qp = = 0.457 𝑘𝑚 ⁄𝑗𝑎𝑚
3.913

𝑄𝑝 = q p × 𝐴 × 0.025 (𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑛𝑐ℎ 𝑘𝑒 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)


3
𝑄𝑝 = 0.456 × 136.93 × 0.025 = 1.564 𝑘𝑚 ⁄𝑗𝑎𝑚

f. Menghitung time base (tb)


𝐶3
𝑡𝑏 =
𝑞𝑝
5.56
𝑡𝑏 = = 12.172 𝑗𝑎𝑚
0.457

g. Lebar Unit Hidrograf


Saat 0,5Qp dan 0,75Qp
𝐶𝑤75
𝑊75 =
𝑞𝑝
Dengan Cw75 = 1.22
1.22 3
𝑊75 = = 2.844 𝑚 ⁄𝑠
0.457
𝐶𝑤50
𝑊50 =
𝑞𝑝
Dengan Cw50 = 2.14
2.14 3
𝑊50 = = 4.988 𝑚 ⁄𝑠
0.457

h. Menghitung waktu puncak (tp)


1
𝑡𝑝 = 𝑡𝑝𝑙 + 𝑡𝑟
2
1
𝑡𝑝 = 3.913 + × 0.698 = 4.262 𝑗𝑎𝑚
2
Tabel 3. 5 Perhitungan Parameter Synder

Tabel 3. 6 Data Debit dan Waktu


Debit vs Waktu
1.8
Garis 1
1.6
y = -0.2062x + 2.4426 Garis 2
1.4 y = 0.4124x - 0.1941 Garis 3
1.2 Garis 4
y = -0.2735x + 2.8567
Debit (m3/s)

y1= 0.5469x - 0.6398 Garis 5

0.8 Garis 6
Linear (Garis 1)
0.6
Linear (Garis 2)
0.4 y = -0.1705x + 2.0758
Linear (Garis 3)
y = 0.3008x
0.2 Linear (Garis 4)
0 Linear (Garis 5)
0 2 4 6 8 10 12 14 Linear (Garis 6)
-0.2
Waktu (jam)

Gambar 3. 3 Grafik Debit terhadap Waktu

Untuk mendapatkan hidrograf satuan sintesis per jam, dilakukan pendekatan


dengan kurva linear untuk mendapatkan persamaan linear antar titik. Kemudian
dengan memasukkan data waktu ke dalam persamaan yang sesuai, diperoleh data
debit berikut:
Tabel 3. 7 Data Debit dan Waktu

Unit Hidrograf
1.8
1.6
1.4
1.2
Debit (m3/s)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Waktu (jam)

Gambar 3. 4 Grafik Unit Hidrograf


3.2.2 Analisis Debit Rencana
Perhitungan hidrograf berdasarkan curah hujan rencana dilakukan dengan
langkah-langkah perhitungan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Data curah hujan rencana periode 100 tahun hasil
R100 = 240.373 mm
b. Mengubah Rmax tiap tahun (mm/bulan) menjadi (mm/4jam)
240.373
𝑅100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = = 40.062 𝑚𝑚⁄4 𝑗𝑎𝑚
6
c. Data evapotranspirasi rata-rata bulanan
Eto = 107.362 mm/bulan

d. Mengubah Eto (mm/bulan) menjadi (mm/4jam)


107.362
𝐸𝑡𝑜 = = 0.596 𝑚𝑚⁄4 𝑗𝑎𝑚
30 × 6

e. Nilai koefisien infiltrasi (if) yang sudah dirata-ratakan


if = 0.983

f. Menghitung WS pada periode ulang 100 tahun

𝑊𝑆100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = (𝑅100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 − 𝐸𝑡𝑜) (𝑚𝑚⁄4 𝑗𝑎𝑚)

𝑊𝑆100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 40.062 − 0.596 = 40.062 𝑚𝑚/4𝑗𝑎𝑚


g. Menghitung Infiltrasi (i)
𝑖100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 𝑖𝑓 × 𝑊𝑆100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑖100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 0.983 × 40.062 = 39.386
h. Menghitung R efektif
𝑅𝑒𝑓 100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 𝑊𝑆100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 – 𝑖100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑅𝑒𝑓 100 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 40.062 − 39.386 = 0.676
i. Menghitung 1/6 R efektif dan 2/6 R efektif
Untuk Tr = 10 tahun
1 1
𝑅 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = × 0.676 = 0.113
6 6
2 2
𝑅 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = × 0.676 = 0.225
6 6
Langkah-langkah perhitungan hidrograf berdasarkan curah hujan rencana 100
tahun adalah sebagai berikut:

a. Memasukkan data Q1 yang diperoleh dari perhitungan hidrograf pada tahap


sebelumnya
Sebagai contoh, saat t=1, Q1=0.3008
b. Menghitung Q1jam
Hasil perhitungan Q1jam (t=1) diletakkan di baris ke-2 kolom Q1jam.
1
𝑄1 𝑗𝑎𝑚 = 𝑄1 × 𝑅 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
6
= 0.3008 × 0.084 = 0.034
Untuk memperoleh nilai Q1jam selanjutnya dilakukan dengan men-drag ke
bawah nilai Q1jam saat t=1

c. Menghitung Q2jam
Hasil perhitungan Q2jam (t=1) diletakkan di baris ke-2 kolom Q2jam.
2
𝑄2 𝑗𝑎𝑚 = 𝑄1 × 𝑅 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
6
= 0 × 0.169 = 0.
Untuk memperoleh nilai Q2jam selanjutnya dilakukan dengan men-drag ke
bawah nilai Q2jam saat t=1.

d. Menghitung Q3jam
Hasil perhitungan Q3jam (t=2) diletakkan di baris ke-3 kolom Q3jam.
2
𝑄3 𝑗𝑎𝑚 = 𝑄1 × 𝑅 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
6
= 0 × 0.169 = 0
Untuk memperoleh nilai Q3jam selanjutnya dilakukan dengan men-drag ke
bawah nilai Q3jam saat t=2.

e. Menghitung Q4jam
Hasil perhitungan Q4jam (t=3) diletakkan di baris ke-4 kolom Q4jam.
1
𝑄 4𝑗𝑎𝑚 = 𝑄1 × 𝑅 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
6
= 0 × 0.084 = 0
Untuk memperoleh nilai Q4jam selanjutnya dilakukan dengan men-drag ke
bawah nilai Q4jam saat t=3.
f. Menghitung Qtotal
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑄1 𝑗𝑎𝑚 + 𝑄2 𝑗𝑎𝑚 + 𝑄3 𝑗𝑎𝑚 + 𝑄4 𝑗𝑎𝑚
= 0.301+0.034+0+0=0.335
Untuk memperoleh nilai Qtotal selanjutnya dilakukan dengan men-drag ke bawah
nilai Qtotal saat t=0.

Tabel 3. 8 Perhitungan Hidrograf berdasarkan Curah Hujan Rencana 100 Tahun


Hidrograf Curah Hujan Rencana 100 Tahun
3

2
Series1
Dabit (m3/s)

2
Series2
Series3
1
Series4

1 Series5

0
0 5 10 15 20
Waktu (s)

Gambar 3. 5 Grafik Hidrograf Curah Hujan Rencana 100 Tahun

Anda mungkin juga menyukai