Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS HIDROGRAF SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN HSS DI DAERAH

ALIRAN SUNGAI SADDANG KABUPATEN PINRANG

ANALYSIS OF HYDROGRAPH RIVER USING SYNTHETIC UNIT HYDROGRAPH IN THE


SADDANG WATERSHED PINRANG DISTRICT

Awan Darmawan, Farouk Maricar, Riswal Karamma


Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi
Awan Darmawan
Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Hasanuddin Makassar, 90245
Hp : 082292273697
Email : aonek_92@yahoo.com
ANALISIS HIDROGRAF SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN HSS DI DAERAH
ALIRAN SUNGAI SADDANG KABUPATEN PINRANG
ANALYSIS OF HYDROGRAPH RIVER USING SYNTHETIC UNIT HYDROGRAPH IN THE
SADDANG WATERSHED PINRANG DISTRICT

Awan Darmawan1, Farouk Maricar2, Riswal Karamma2

ABSTRAK
Daerah Aliran Sungai (DAS) Saddang merupakan suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan
dan Provinsi Sulawesi Barat dimana bagian hulu terletak di Kabupaten Mamasa dan Kabupaten Toraja Utara, melintasi Kabupaten
Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang dan bermuara di Kabupaten Pinrang. Daerah rawan banjir berpotensi mencakup daerah muara
sungai. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pengumpulan dan analisa data. Pengumpulan data primer dan data sekunder,
merupakan langkah awal dalam penelitian ini. Kemudian dianalisa guna menjadi parameter untuk menentukan debit banjir dari
Metode Hidrograf Satuan Sintetik. Hasil debit puncak banjir HSS Snyder = 1075,09 m3/det pada t = 22 jam, HSS Nakayasu =
1949,12 m3/det pada t = 16 jam, HSS Gamma-I = 1558,70 m3/det pada t = 7 jam, HSS ITB-1 = 1832,96 m3/det pada t = 18 jam, HSS
ITB-2 = 2035,84 m3/det pada t = 18 jam dan HSS SCS (HEC-HMS) = 2276,10 m3/det pada t = 1 jam. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu menunjukkan hasil yang lebih mendekati data debit aktual sebesar
1902,87 m3/det dibandingkan dengan metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) yang lain. Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Nakayasu
adalah metode yang dapat digunakan untuk pengukuran debit di DAS Saddang.
Kata Kunci: Analisis, Banjir, Hidrograf

ABSTRACT
Saddang watershed is a watershed located in South Sulawesi and West Sulawesi province where the upstream part located in
Mamasa and North Toraja Regency, across the Tana Toraja and Enrekang and empties into Pinrang. Flood prone area potentially
covering the mouth of the river. The method used is the method of data collection and analysis. The collection of primary data and
secondary data, an initial step in this research. Then analyzed in order to be a parameter to determine the flood discharge of
Synthetic Unit Hydrograph method. The result of the flood peak discharge Snyder Synthetic Unit Hydrograph = 1075,09 m3/sec at
t = 22 hours, Nakayasu Synthetic Unit Hydrograph = 1949,12 m 3/sec at t = 16 hours, Gamma-I Synthetic Unit Hydrograph =
1558,70 m3/sec at t = 7 hours, ITB-1 Synthetic Unit Hydrograph = 1832,96 m3/sec at t = 18 hours, ITB-2 Synthetic Unit Hydrograph
= 2035,84 m3/sec at t = 18 hours and SCS Synthetic Unit Hydrograph (HEC-HMS) = 2276,10 m3/sec at t = 1 hour. The results
showed that the method of Nakayasu Synthetic Unit Hydrograph shows the results closer observation discharge data of 1902,87
m3/sec compared with Synthetic Unit Hydrograph method in the other. Nakayasu Synthetic Unit Hydrograph is a method that can
be used for discharge measurements in the Saddang watershed.
Keywords: Analysis, flood, hydrograph

PENDAHULUAN hidrograf banjir. Hidrograf Satuan Sintetik (HSS)


Latar Belakang yang telah dikembangkan oleh para pakar antara lain
Berdasarkan cara-cara untuk mendapatkan HSS Snyder, HSS Nakayasu, HSS SCS, HSS
hidrograf satuan pengamatan, diperlukan serangkaian Gamma-I, HSS Limantara dan lain-lain.
data antara lain data tinggi muka air, data pengukuran Sungai Saddang yang terletak di Kabupaten
debit, data hujan harian dan data hujan jam-jaman Mamasa, Toraja Utara, Tana Toraja, Enrekang dan
dari ARR. Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) ini Kabupaten Pinrang merupakan sungai terpanjang di
dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa Wilayah Sulawesi Selatan dan Barat. Sungai inilah
pengalihragaman hujan menjadi aliran baik akibat yang menjadi daerah tinjauan dalam penulisan skripsi
pengaruh translasi maupun tampungan, dipengaruhi ini. Daerah rawan banjir di wilayah perencanaan
oleh sistem daerah pengalirannya. Hidrograf Satuan mencakup daerah muara sungai, dataran banjir dan
Sintetik (HSS) merupakan suatu cara untuk dataran alluvial terutama di sepanjang Sungai
memperkirakan penggunaan konsep hidrograf satuan Saddang. Faktor-faktor penyebab banjir antara lain
dalam suatu perencanaan yang tidak tersedia adalah curah hujan yang tinggi, pentupan lahan di
pengukuran-pengukuran langsung mengenai daerah hulu berkurang dan kapasitas alur sungai

1 Mahasiswa Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.


2 Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
terutama di daerah hilir berkurang karena sedimentasi pengukuran yaitu, pengukuran central tendency,
dan topografi daerah. Untuk pengamanan bahaya pengukuran variabilitas, pengukuran kemencengan
banjir di sungai dapat diadakan perencanaan (skewness) dan pengukuran keruncingan (kurtosis).
pengamanan terhadap bencana banjir dengan Dan jenis-jenis distribusi yang digunakan adalah
merencanakan bangunan yang bertujuan untuk sebagai berikut:
mengurangi kerusakan yang terjadi akibat banjir 1. Distribusi Normal
sampai pada tingkat yang paling minimum. 2. Distribusi Log Normal
Perencanaan pengendalian tersebut dapat dilakukan 3. Distribusi Gumbel
dengan baik apabila data-data curah hujan di setiap 4. Distribusi Log Pearson III
stasiun hujan dapat diketahui dan dihitung debitnya Uji Kecocokan Distribusi
dengan menggunakan Hidrograf Satuan Sintetik Untuk menguji kecocokan distribusi frekuensi
(HSS) apabila data hidrograf terukur tidak tersedia. sampel data terhadap fungsi distribusi peluang yang
diperoleh, diperlukan suatu pengujian parameter.
LANDASAN TEORI Cara yang umum digunakan adalah Uji Chi-Kuadrat
Pemahaman dan penerapan ilmu hidrologi dan Uji Smirnov-Kolmogorov (Triatmodjo, 2008).
menyangkut pemahaman proses pengalihragaman Metode HSS Snyder
(transformation) dari satu set masukan menjadi satu Dengan unsur-unsur tersebut Snyder membuat
keluaran melalui satu proses dalam system hidrologi. rumus-rumusnya sebagai berikut:
Skema sederhana tersebut menyangkut pengukuran- = (. )0,3 [2]
pengukuran variabel dan parameter yang cukup
= 5,5 [3]
banyak, karena hanya dengan data dan informasi
.
yang terkumpul tersebut proses hidrologi dapat = 0,278 [4]

dipahami secara menyeluruh. Pemahaman secara
detail membutuhkan pengukuran dan pengamatan = 5,0 ( + 2 ) [5]
yang menyeluruh dan cermat. Kebutuhan ini Dengan:
didasarkan pada kebutuhan informasi, baik besaran tp = waktu kelambatan (jam)
maupun penyebarannya sebagai fungsi waktu dan Qp = debit puncak (m3/det)
ruang (time dan special distribution). Tb = waktu dasar (jam)
Liku Kalibrasi (Rating Curve) te = lama curah hujan efektif (jam)
Pembacaan rekaman AWLR diubah menjadi tr = lama standar curah hujan eff. (jam)
hidrograf aliran dengan liku kalibrasi (rating curve) Untuk mempercepat pekerjaan tersebut diberikan
yang merupakan grafik hubungan antara tinggi muka rumus Alexeyev, yang memberikan bentuk hidrograf
air dengan debit aliran sungai di suatu lokasi. Rating satuannya. Persamaan Alexeyev adalah sebagai
Curve DAS Saddang didapatkan dari hasil analisis berikut (Soemarto, 1995):
pengukuran lapangan tinggi muka air dan luas = . [6]
penampang di DAS Saddang yang dilakukan dalam
= [7]
rentan tahun 1995-2014, yang persamaannya dapat
(1)2
ditulis sebagai berikut: = 10 [8]
= 119,789 1,8741 [1] Dimana diperoleh dari persamaan berikut:
Dengan: = 1,322 + 0,15 + 0,045 [9]
Q = debit (m3/det) .
h = tinggi muka air (m) = . [10]
Parameter Statistik Setelah dan dihitung, maka nilai Y untuk
Analisis frekuensi data hidrologi bertujuan untuk masing-masing X dapat dihitung (dengan membuat
menentukan nilai dari besaran peristiwa-peristiwa tabel), dari nilai-nilai tersebut diperoleh: = .
ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi terjadinya dan = . , selanjutnya dibuat grafik hidrograf
melalui penerapan distribusi probabilitas. Analisis satuan.
frekuensi menggunakan variable-variabel acak dan Metode HSS Nakayasu
distribusi probabilitas merupakan bagian dari metode Rumus dari Hidrograf Satuan Sintetik (HSS)
statistik. Nakayasu adalah:
Dalam analisis statistic data, terdapat parameter- .0
= 3,6(0,3 + )
[11]
parameter yang dapat membantu dalam menentukan 0,3
jenis sebaran yang tepat. Parameter-parameter Dengan:
tersebut dibagi dalam 4 (empat) bagian besar Qp = debit puncak banjir (m3/det)
CA = luas daerah tangkapan (km2) L = panjang sungai (km)
Ro = hujan satuan (mm) SF = faktor sumber
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan SIM = faktor simetri
sampai puncak banjir (jam) WF = faktor lebar
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan JN = jumlah pertemuan sungai
debit, dari puncak sampai 30% dari debit TB = waktu dasar (jam)
puncak. S = landau sungai rata-rata
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan RUA = luas relatif DAS bagian hulu
pendekatan rumus sebagai berikut: D = kerapatan jaringan.
= + 0,8 [12] Metode HSS ITB-1 dan ITB-2
0,3 = . [13] HSS ITB-1 memiliki persamaan lengkung naik
= 0,75 dan lengkung turun seluruhnya yang dinyatakan
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai dengan satu persamaan yang sama, yaitu:
1
debit puncak banjir (jam). tg dihitung dengan () = {2 1} [25]
ketentuan sebagai berikut: HSS ITB-2 memiliki persamaan lengkung naik
Sungai dengan panjang alur L > 15 km; dan lengkung turun yang dinyatakan dengan dua
= 0,4 + 0,058 [14] persamaan yang berbeda yaitu:
Sungai dengan panjang alur L < 15 km; 1. Lengkung naik (0 t 1):
= 0,21 0,7 [15] () = [26]
Dengan: 2. Lengkung turun (t > 1 s/d ):
tr = satuan waktu hujan (jam)
() = {1 } [27]
= parameter hidrograf
a. Debit puncak dapat ditentukan dengan
1. Pada waktu naik: 0 t
2,4 persamaan berikut:

= ( ) [16] = 3,6 [28]

2. Pada kurva turun (decreasing limbi) Dengan:
a. Selang nilai: Tp t < (Tp + T0,3) Qp = debit puncak hidrograf (m3/det);

[
0,3
] R = curah hujan satuan (1 mm);
= . 0,3 [17] Tp = waktu puncak (jam);
b. Selang nilai: ( + 0,3 ) < ( + 0,3 + 1,50,3 ) ADAS = luas DAS (km2);
+0,50,3
[
1,50,3
] AHSS = luas HSS tak berdimensi (exact)
= . 0,3 [18]
b. Rumus standar untuk time lag yang digunakan
c. Selang nilai , > ( + 0,3 + 1,50,3 ) adalah penyederhanaan dari rumus Snyder
+0,50,3
[
2.0,3
] sebagai berikut:
= . 0,3 [19]
= 0,81225 0,6 [29]
Dimana: Dengan:
Qt = debit pada saat t jam (m3/det) TL = time lag (jam)
Metode HSS Gamma-I Ct = koefisien waktu
Satuan Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gamma- L = panjang sungai (km).
I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu naik c. Waktu puncak Tp didefenisikan sebagai
(tr), debit puncak (Qp), waktu dasar (Tb), dengan berikut:
uraian:
= + 0,5 [30]
1. Waktu puncak (TR) 2
d. Untuk DAS kecil (A<2 km ), menurut SCS
= 0,43(100 )3 + 1,0665 + 1,277 [20] 8
2. Debit puncak (Qp) harga Tb dihitung dengan = 3 . Untuk
= 0,1836 0,5884 0,2381 0,4008 [21] DAS berukuran sedang dan besar harga secara
3. Waktu dasar (Tb) teoritis Tb dapat berharga tak terhingga (sama
= 27,4132 0,1457 0,0986 0,73440,2574 [22] dengan cara Nakayasu), namun prakteknya Tb
4. Koefisien resesi dapat dibatasi sampai lengkung turun
= 0,5671 0,1798 0,1446 1,0897 0,0452 [23] mendekati nol, atau dapat juga menggunakan
5. Aliran dasar (Qb) harga berikut:
= 0,4751 0,6444 0,9430 [24] = (10 20) [31]
Dengan:
A = luas DAS (km2)
Metode SCS (HEC-HMS) curve. Kemudian mengumpulkan terlebih dahulu
Metode ini dikembangkan Victor Mockus tahun parameter yang akan digunakan dan menghitung
1950. Hidrograf ini menggunakan fungsi hidrograf menggunakan metode HSS Snyder, Nakayasu,
tanpa dimensi untuk menyediakan bentuk standar Gamma-I, ITB-1, ITB-2 dan SCS (HEC-HMS).
hidorgraf satuan. Dan juga koordinat hidrograf ini Menggambarkan hidrograf hasil perhitungan HSS
telah ditabelkan, sehingga mempersingkat waktu yang dipengaruhi oleh data hujan wilayah.
untuk perhitungan hidrograf. Dengan rumus-rumus Membandingkan grafik HSS yang dipengaruhi oleh
yang digunakan adalah sebagai berikut: hujan wilayah dengan hasil analisis frekuensi data
=
0,8 (254022,86 )0,7
[32] AWLR/Curve Debit. Data yang dibandingkan yakni

14,104 0,7 0,5 debit puncak dengan periode ulang yang sama.
= 2 + [33]
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Dan untuk persamaan debit puncak adalah Data curah hujan harian maksimum tahunan yang
sebagai berikut: diambil dari Sta. Bendung Benteng, Sta. Talangriaja,
2,08
= [34] Sta. Salubarani, Sta. Meteorologi Pongtiku, Sta.

Kalibrasi Model Mamasa, Sta. Sumarorong, Sta. Kalosi-losi dan Sta.
Model yang dikembangkan untuk perkiraan debit BPP Leang Tanduk/Rantepao, dimana stasiun
banjir pada suatu DAS, disusun untuk mensimulaikan tersebut adalah berada di dalam DAS Saddang.
proses aliran permukaan yang ada di alam. Keluaran Kemudian data tersebut dianalisis dengan
model diharapkan mampu mendekati kejadian banjir menggunakan metode Poligon Thiessen. Data yang
yang sebenarnya. Namun demikian, model hamper digunakan berjumlah 10 data dengan 10 tahun
tidak mungkin dapat mensimulasikan proses di alam pengamatan (2006-2015), berikut adalah rekapitulasi
dengan tepat. Oleh karena itu, akan selalu ada data curah hujan, dapat dilihat pada tabel berikut:
penyimpangan antara hasil keluaran dan pengamatan Tabel 1. Data Curah Hujan Harian Maksimum
lapangan. Tahunan
Tahun Rmax
2006 25,13
METODOLOGI PENELITIAN 2007 38,60
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses 2015 51,49
penelitian adalah sebagai berikut: 2009 54,79
Studi Literatur 2010 55,71
Studi literature adalah studi kepustakaan guna 2014 56,73
2011 57,54
mendapatkan teori-teori yang akan digunakan dalam 2012 57,86
penelitian. 2013 61,40
Survei dan Pengumpulan Data 2008 65,07
Survei ini dilakukan di Bendung Benteng guna Sumber: Hasil Pengolahan Data
mendapatkan data AWLR/Curve Debit dari tahun Parameter Statistik
1995-2014. Selain itu, untuk mendapatkan data-data Pemilihan tipe distribusi berdasarkan parameter
yang diperlukan dalam penelitian berupa data curah statistik sangat dipengaruhi oleh koefisien
hujan harian dari tahun 2006-2015, Peta DAS kemencengan, koefisien variable dan koefisien
Saddang, Data DAS dan Peta Zona Penggunaan kurtosis, tiap kumpulan data akan dicari jenis atau
Lahan didapatkan dari BMKG Wil. IV Makassar, pola sebaran yang paling memenuhi sehingga didapat
Sektor Pembangkitan Bakaru PLN dan Dinas PSDA keakuratan hasil analisis. Sehingga dapat ditentukan
Prov. Sulsel dan BBWS Pompengan-Jeneberang. jenis sebaran data sesuai syarat-syarat tiap tipe
Analisis dan Pembahasan sebaran (Triatmodjo, 2008).
Analisis yang dimaksud adalah yaitu menghitung Tabel 2. Perhitungan Uji Parameter Statistik
analisis hidrologi guna mencari curah hujan. Data Jenis Sebaran
Syarat Hasil
Keterangan
hitungan
hujan harian pada stasiun hujan dibuat pola distribusi
0 -1,65 Tidak Sesuai
hujan. Perhitungan data hujan wilayah menggunakan Normal
3 6,26 Tidak Sesuai
metode Poligon Thiessen dan setelah itu dilakukan
3 0,68 Tidak Sesuai
perhitungan curah hujan rencana berdasarkan Log Normal
Distribusi Probabilitas dan dilanjutkan dengan > 0 -1,65 Tidak Sesuai
menghitung intensitas curah hujan dengan Gumbel
1.139 -1,65 Tidak Sesuai
menggunakan metode Mononobe. Untuk menghitung 5.400 6,26 Tidak Sesuai
debit aktual dari data AWLR maka digunakan rating Log Pearson III Selain dari nilai di atas Sesuai
Sumber: B. Triatmodjo, 2008: 250 dan Hasil Perhitungan
Uji Kecocokan Distribusi Metode
Waktu Debit Debit
Qp
Uji kecocokan dengan metode Chi-Kuadrat dan Puncak Puncak Aktual
HSS (%)
(jam) (m3/det) (m3/det)
Smirnov-Kolmogorov merupakan uji kecocokan
SCS (HEC-
dengan melihat selisih peluang terbesar antara 1 2276,10 19,61
HMS)
distribusi data dengan distribusi teoritisnya, yang Sumber: Hasil Perhitungan
diperoleh dari hasil perhitungan masing-masing 2500,0
Reff
0,0

metode uji. ITB-1

ITB-2
50,0
Tabel 3. Perhitungan Uji Kecocokan 2000,0 SNYDER

NAKAYASU
Jenis Uji Hasil GAMMA-I
Syarat Ket. 100,0
Kecocokan Perhitungan 1500,0
SCS UH (HEC-HMS)

BASEFLOW
2
Uji Chi- X hitung < ANALISIS FREKUENSI DATA AWLR
X2hitung = 6,000 Memenuhi

Q (m3/s)

R (mm)
Kuadrat 7,378 150,0

Uji Smirnov- Dmax < 1000,0


Dmax = 0,20 Memenuhi
Kolmogorov 0,41 200,0

Sumber: Soewarno, 1995 dan Hasil Perhitungan


Distribusi Hujan Mononobe 500,0
250,0

Hasil perhitungan distribusi hujan jam-jaman


dengan metode Mononobe dapat dilihat pada tabel 0,0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170
300,0

sebagai berikut: T (Jam)

Tabel 4. Perhitungan Distribusi Hujan Jam-jaman Gambar 1. Perbandingan Lengkung Hidrograf


metode Mononobe Satuan Sintetik (HSS) Snyder,
Curah Hujan Nakayasu, Gamma-I, ITB-1, ITB-2 dan
Wkt Pola Hujan Jam-Jaman Rencana SCS (HEC-HMS)
(Jam) (mm)
Berdasarkan hasil analisis dari lima metode
Rt RT Periode 2 th
1 0,5503 R24 0,5503 R24 15,35
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) dengan
2 0,3467 R24 0,1430 R24 3,99 menggunakan data sungai yang sama diperoleh
3 0,2646 R24 0,1003 R24 2,80 bahwa Hidrograf Satuan Sintetik yang paling
4 0,2184 R24 0,0799 R24 2,23 mendekati debit aktual adalah Hidrograf Satuan
5 0,1882 R24 0,0675 R24 1,88 Sintetik Nakayasu, dimana debit banjir sebesar
6 0,1667 R24 0,0590 R24 1,64 1949,12 m3/det dan debit aktual sebesar 1902,87
Hujan Rencana 58,12
m3/det dengan persentase penyimpangan yakni
Koefisien Pengaliran 0,48
Hujan Efektif 27,90 sebesar 2,43%.
Sumber: Hasil Perhitungan
Analisis Model Hidrograf Satuan Sintetik PENUTUP
Lengkung hidrograf dihitung dengan masing- Kesimpulan
masing parameter dari setiap metode Hidrograf Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka
Satuan Sintetik (HSS) yang digunakan. Berikut kesimpulan hasil penelitian adalah Hidrograf Satuan
adalah grafik lengkung hidrograf perbandingan Sintetik (HSS) Nakayasu adalah Hidrograf Satuan
metode HSS Snyder, Nakayasu, Gamma-I, ITB-1, Sintetik (HSS) yang paling sesuai digunakan di DAS
ITB-2 dan SCS (HEC-HMS) dan hasil analisis Saddang.
frekuensi data AWLR/Curve Debit pada DAS Saran
Saddang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
Kalibrasi Model diusulkan beberapa saran sebagai berikut:
Kalibrasi diperlukan untuk mengetahui metode 1. Disarankan untuk pengukuran debit dengan
HSS mana yang paling sesuai jika digunakan di DAS metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) di DAS
Saddang. Data yang dikalibrasi adalah data debit Saddang sebaiknya menggunakan Hidrograf
puncak. Satuan Sintetik Nakayasu.
Tabel 5. Kalibrasi Model untuk Debit Puncak di 2. Dianjurkan minimal melakukan tiga kali
DAS Saddang pengukuran dalam menentukan parameter yang
Waktu Debit Debit akurat dalam menentukan parameter pendukung
Metode Qp
Puncak Puncak Aktual metode HSS untuk analisa peta yang terukur.
HSS (%)
(jam) (m3/det) (m3/det)
Snyder 22 1075,09 43,50
3. Disarankan pos curah hujan yang digunakan
Nakayasu 16 1949,12 2,43 datanya dalam menghitung debit menggunakan
Gama-I 7 1558,71 1902,87 18,09 HSS adalah pos curah hujan yang letak
ITB-1 18 1832,97 3,67 pengambilan datanya tersebar di wilayah daerah
ITB-2 18 2035,84 6,99 aliran sungai (DAS) sehingga data curah hujan
tersebut bisa benar-benar mewakili keseluruhan http://azanurfauzi.blogspot.com/2010/06/hujan.html.
hujan yang terjadi di daerah aliran sungai (DAS) Diakses tgl 2 Februari 2016
tersebut. http://laminer10science.blogspot.co.id/2013/01/morf
ometri-das-neraca-air-das-saddang.html.
UCAPAN TERIMA KASIH Diakses tgl 15 Februari 2016
Penulis mengucapkan terima kasih serta https://www.scribd.com/doc/239673692/Petunjuk-
penghormatan kepada pembimbing dalam penelitian Pemakaian-HEC-HMS-3-2. Diakses tgl 10
ini yaitu Bapak Dr. Eng Ir. H. Farouk Maricar, MT, Maret 2016.
dan Bapak Riswal Karamma, ST, MT.

DAFTAR PUSTAKA
Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Harto BR, Sri. 1993. Hidrograf Satuan Sintetik Gama
I. Badan Penerbit Pekerjaan Umum: Jakarta.
Limantara, Lily Montarcih. 2009. Hidrograf Satuan
Sintetik Limantara (Studi Kasus di sebagian
DAS di Indonesia. Jurnal Rekayasa Sipil
Universitas Brawijaya Vol. 3 No. 3-2009.
Madaming, A., Agil Mirsyah, M. 2014. Kajian Laju
Erosi dengan Metode Musle pada DAS
Saddang Provinsi Sulawesi Selatan. Jurusan
Sipil Pengairan Fak. Teknik Unismuh:
Makassar.
Natakusumah, D.K., Hatmoko, W., Harlan, D., 2011.
Prosedur Umum Perhitungan Hidrograf
Satuan Sintetis dengan cara ITB dan
Beberapa Contoh Penerapannya. Jurnal
Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, Vol.
18 No. 3.
Rahayu, S. dkk. 2009. Monitoring Air di Daerah
Aliran Sungai. World Agroforestry Center
ICRAF Asia Tenggara:Bogor.
Siddik Nst, Rahmad. 2014. Analisis Hidrograf
Satuan Sintetik di DAS Wampu Kab. Langkat.
Universitas Sumatra Utara: Medan.
Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Pengukuran dan
Pengolahan Data Aliran Sungai
Hidrometri. Penerbit Nova: Bandung.
Soewarno, 1995. Hidrologi Pengukuran dan
Pengolahan Data Aliran Sungai
(Hidrometrik). Nova: Bandung.
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Yang
Berkelanjutan. Andi Offset: Yogyakarta.
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1987. Hidrologi
Untuk Pengairan. PT. Pradanaya Paramita:
Jakarta.
Triatmojo, B. 2008. Hidrologi Terapan. Beta Offset:
Yogyakarta.
US Army Corps of Engineers, 2000. Hydrologic
Modeling System HEC-HMS : Technical
Reference Manual. Hydrologic Engineering
Center: Washington DC.

Anda mungkin juga menyukai