Hidrograf adalah kurva yang member hubungan antara parameter aliran dan waktu.Parameter
tersebut bias berupa kedalaman aliran (elevasi) atau debit aliran.
Terdapat 2 macam hidrograf yaitu : hidrograf muka air dan hidrograf debit. Hidrograf muka
air dapat ditransformasikan menjadi hidrograf debit dengan menggunakan ratingcurve.
Komponen Hidrograf
1. Aliran permukaan
2. Aliran antara
Hujan Efektif (effective rainfall) atau hujan lebihan (excess rainfall) adalah bagian darihujan
yang menjadi aliran langsung di sungai. Hujan efektif adalah sama dengan hujantotal yang
jatuh di permukaan tanah dikurangi dengan kehilangan air.
Penguapan
Hujan yang jatuh dipermukaan tanah merpakan fungsi waktu yang biasanya dinyatakandalam
bentuk Histogram. Histogram hujan efektif diperoleh dengan mengurangkankehilangan air
terhadap histogram hujan total.
Dengan :
S : retensi potensial maksimum air oleh tanah,yang sebaian besar adlah karena infiltrasi(mm)
Hidrograf Satuan ini membutuhkan data hujan dan debit aliran dalam proses pembuatannya,
namun jika tidak tersedinya data-data tersebut maka dapat digunakan secara sintetis yang
dikenal sebagai Hidrograf Satuan Sintetis (HSS).
Metode hidrograf sintetis ini dibuat untuk membuat hidrograf limpasan langsung yang
berdasarkan parameter-parameter dari Daerah Aliran Sungai yang telah dikembangkan.
Metode HSS ini sudah sering digunakan untuk menaksir banjir rancangan dan hasil dari
metode ini pun cukup teliti. Di Indonesia, metode perhitungan hidrograf satuan sintetis yang
umum digunakan adalah:
Metode Snyder
Metode SCS
Metode Nakayasu
Metode Gama-1
Metode ITB
1. HSS Snyder
Metode ini dikembangkan oleh pakar dari Amerika Serikat yang bernama Franklin F. Snyder
pada tahun 1938. Pada mulanya, metode ini dikembangkan berdasarkan karakteristik DAS di
daerah pegunungan Appalachian di Amerika Serikat.
Pada dasarnya, metode Snyder merupakan metode yang didasarkan pada rumus empiris dan
koefisien empiris yang menghubungkan antara unsur-unsur hidrograf (seperti waktu puncak,
debit puncak, waktu kelambatan dan waktu rencana) satuan dengan karaktersitik dari DAS
(seperti luas DAS, bentuk DAS, topografi, kemiringan saluran, kerapatan sungai dan daya
tampung saluran).
1. tp=0,75⋅Ct⋅(L⋅Lc)0,3
2. tr=tp/5,5
3. Qp=0,75⋅Cp.A/tp
4. T=72+3⋅tp atau T=5,56/QpR
Dimana,
Metode yang pertama kali dikembangkan oleh Victor Mockus pada tahun 1972 di Amerika
Serikat, Soil Conservation Service merupakan nama dari sebuah lembaga yang membawahi
Departemen Pertanian Amerika Serikat.
Hidrograf satuan SCS yang dikembangkan Victor Mockus ini didasarkan dari hasil
pengamatannya terhadap karakteristik hidrograf satuan dari berbagai DAS di Amerika Serikat
entah itu yang berukuran kecil ataupun yang berukuran besar.
HSS SCS ini adalah metode yang menggunakan fungsi hidrograf tanpa dimensi untuk
menyediakan bentuk standar hidrograf satuan. Selain itu, koordinat hidrograf metode ini
sudah ditabelkan, sehingga dapat memudahkan saat proses perhitungan hidrograf.
Dengan begitu, rumus-rumus yang digunakan pada HSS SCS adalah sebagai berikut:
1. tp=0,6⋅Tc
2. Tp=tr/2+tp
3. qp=C⋅A/Tp
Dimana,
3. HSS Nakayasu
Metode HSS Nakayasu dikembangkan oleh Dr. Nakayasu pada tahun 1940 di Jepang.
Hidrograf satuan Nakayasu dikembangkan berdasarkan sungai-sungai yang berada di Jepang
yang hingga saat ini masih banyak digunakan di Indonesia.
Penggunaan metode HSS Nakayasu memerlukan beberapa karakteristik parameter dari suatu
DAS seperti debit puncak, luas DAS, hujan efektif, waktu dari permulaan menuju puncak,
waktu konsentrasi, waktu satuan dari curah hujan dan panjang sungai utama.
Dalam hidrograf satuan sintetis dengan pendekatan Nakayasu dapat ditentukan dengan
persamaan dan rumus-rumus sebagai berikut
1. tg=0,21⋅L^0,7 (L<15)
2. tg=L0,058+0,4⋅L (L≥15)
3. tr=0,75⋅tg
4. Tp=tg+0,8⋅tr
5. T0,3=α⋅tg
6. Qp=C⋅A⋅R/3,6(0,3⋅Tp+T0,3)
Dengan kondisi kurva
4. HSS Gama-1
Metode ini dikembangkan berdasarkan riset dari Dr. Sri Harto terhadap perilaku hidrologi
pada 30 DAS yang terletak di Pulau Jawa pada dekade 1980-an yang menggabungkan antara
Metode Strahler dan pendekatan Kraijenhorr van der Leur.
Pada HSS Gama 1 ini, variabel yang digunakan dalam perhitungannya merupakan variabel
fisik DAS yaitu morfometri DAS. Hal tersebut membuat metode ini menjadi salah satu upaya
dalam mengatasi kesulitan pada analisis hidrologi terhadap sungai-sungai yang memiliki data
yang terbatas.
Komponen utama yang diperlukan dalam penggunaan metode GAMA-1 ada 3 komponen
dasar yaitu waktu naik, waktu dasar, debit puncak. Berikut uraiannya:
1. TR=0,43⋅(L/100⋅F)^3+1,0665⋅SIM+1,2775
1. TR= waktu naik (jam)
L= panjang sungai (km)
2.
SF= faktor sumber
3.
SIM= faktor simetri
4.
2. Qp=0,1836⋅A^0,5886⋅JN^0,2381⋅TR^−0,4008
1. Qp= debit puncak (m3/detik)
2. JN= jumlah pertemuan sungai
3. TB=27,4132⋅TR^0,1457⋅S^−0,0956⋅SN^0,7344⋅RU.A^0,2574
1. TB= waktu dasar (jam)
2. S= kemiringan sungai rata-rata
3. SN= frekuensi sumber
4. RUA= luas DAS sebelah hulu
Hujan efektif didapat dengan menggunakan metode ∅ indeks yang dipengaruhi fungsi luas
DAS dan frekuensi sumber SN, dirumuskan sebagai berikut :
∅=10,4903–3,859⋅10^−6⋅A2+1,6985⋅10^−13⋅(A/SN)^4
o ∅= indeks ∅ (mm/jam)
o A= luas DAS (km2)
o SN= frekuensi sumber
Aliran dasar dapat didekati sebagai fungsi luas DAS dan kerapatan jaringan sungai dengan
persamaan sebagai berikut:
QB=0,4751⋅A^0,6444⋅A⋅D^0,9430
o QB= aliran dasar (mm/jam)
o A= luas DAS (km2)
o D= kerapatan jaringan luas
Qt=Qp⋅e^(−t/K)
5. HSS LIMANTARA
HSS yang telah dikembangkan oleh para pakar antara lain:
HSS Snyder, HSS Nakayasu, HSS SCS, HSS Gama I, HSS
Limantara
HSS Limantara:
- Asal: Indonesia
- Penemu: Lily Montarcih Limantara, tahun 2006.
- Lokasi penelitian di sebagian Indonesia:
1. Jawa (6 DAS, 67 Sub DAS)
2. Bali (2 DAS, 13 Sub DAS)
3. Lombok (1 DAS, 5 Sub DAS)
4. Kalimantan Timur (1 DAS, 9 Sub DAS).
Hidrologi Terapan