Anda di halaman 1dari 3

Analisis Debit Banjir Maksimun

dengan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


DAS Pappa Sulawesi Selatan
I. PENDAHULUAN
Sebagian besar curah hujan yang terjadi
pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) akan
menjadi limpasan langsung, apabila DAS tersebut,
tidak dikelola dengan baik. Debit aliran atau
limpasan ini dapat dijadikan petunjuk mampu
tidaknya DAS berperan sebagai pengatur proses,
khususnya dari segi hidrologi. Secara hidrologi
pengelolaan DAS berupaya untuk mengelola kondisi
biofisik permukaan bumi, sedemikian rupa, sehingga
didapat suatu hasil air (water yiel) secara maksimum
serta memiliki regime aliran yang optimum, yaitu
terbistribusi merata sepanjang tahun. Jika suatu
DAS
tidak
dikelola
dengan
baik,
dapat
mengakibatkan daerah tangkapan air pada suatu
DAS tidak lagi dapat membendung air limpasan
hujan, sehingga limpasan air yang berlebihan
tersebut akan menimbulkan banjir. Perencanan
pengendalian banjir suatu DAS dapat dilakukan
dengan baik, apabila debit banjir rencana diketahui.
Perhitungan debit banjir rencana pada
suatu DAS merupakan dasar dalam merancang
bangunan-bangunan air. Pehitungan debit banjir
maksimum dapat dilakukan secara empiris, statistik
atau dengan hidrograf.
Hidrograf satuan sintetik (HSS) merupakan
hidrograf yang didasarkan atas sintetis dari
parameter-parameter daerah aliran sungai. HSS
adalah hidrograf limpasan langsung (tanpa aliran
dasar) yang tercatat di ujung hilir DAS, yang
ditimbulkan oleh hujan efektif sebesar satu satuan (1
mm) yang terjadi merata di seluruh DAS dengan
intensitas tetap dalam satu satuan waktu. Salah satu
hidrograf satuan sintetik yang dapat digunakan
adalah hidrograf satuan sintetik Nakayasu.
HSS Nakayasu merupakan suatu cara untuk
mendapatkan hidrograf banjir rencana dalam suatu
DAS, dengan mempertimbangkan karakteristik atau
parameter daerah aliran sungai tersebut. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menghitung debit banjir
maksimum DAS Pappa, Sulawesi Selatan dengan
menggunakan metode hidrograf satuan sintetik
Nakayasu.
II. METODE PENELITIAN

- Menghitung hujan rancangan dengan kala ulang 2,


5, 10, 25 dan 50 tahun berdasarkan model
distribusi yang sesuai.
2.2. Perhitungan Debit Banjir
-

Menghitung intensitas curah


persamaan dari Mononobe :

Rf =

hujan

dengan

R 24
24

1)

RT =T R f (T 1 ) RT 1

2)

dimana :
Rf = rerata hujan dari awal sampai jam ke T
T = waktu hujan maksimum dalam 24 jam.
RT = intensitas hujan pada jam ke T.
RT-1 = rerata hujan awal sampai jam ke T-1
-

Menghitung curah hujan


menggunkan persamaan :

efektif

Rn=f R

dengan
3)

dimana :
Rn = surah hujan efektif (mm)
f = koefisien pengaliran
R = curah hujan rencana (mm)
- Perhitungan debit banjir maksimum metode
hidrograf satuan Nakayasu dengan persamaan :

QP=

1
Ro
A
36
( 0,3Tp+T 0,3 )

4)
Tenggang waktu :

Tp=Tg+ 0,8Tr

Tr=Kt Tg
Kt=0,5 s d 1

2.1. Analisis Curah Hujan


- Menghitung curah hujan harian rerata maksimum
daerah

Tg=0,4+0,058 Ll>15 km

- Menghitung distribusi dengan model distribusi


Gumbel dan Log Pearson Type III berdasarkan
parameter statistik yang telah dihitung.

T 0,3 =Tg

- Memilih model distribusi yang sesuai dengan


metode Chi-Kuadrat.

dimana :
QP = debit banjir maksimum (m3/dtk)

5)

A = luas daerah aliran (km2)

Qd=Qp 0,3

Ro = curah hujan satuan = 1 mm


Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan
hingga puncak banjir

tT +1,5T 0,3
2 T 0,3

9)

T0,3 = waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan


debit puncak hingga 30% dari debit puncak
Tg

= waktu antara hujan hingga debit banjir


maksimum

9)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tr = satuan waktu hujan = 1mm

3.1. Daerah Aliran Sungai Pappa

L = panjang alur sungai

Sungai Pappa berada di bagian barat


Sulawesi Selatan, secara administrasi terletak di
Kabupaten Takalar, dengan panjang sungai 57 km
dan luas daerah pengaliran 389 km2

= parameter hidrograf

Gambar 1. Grafik Hidrograf Satuan Sintetik


Nakayasu
Persamaan kuva naik
Untuk

2,4

( Tp1 )

6)

Persamaan kurva turun


Untuk

Qd=Qp 0,3
Untuk

( Tp+T 0,3 ) <t < ( Tp+2,5 T 0,3 )

Qd=Qp 0,3

tT +0,5T 0,3
1,5T 0,3

8)
Untuk

t> ( Tp+2,5 T 0,3 )

Curah hujan harian maksimum rerata


daerah diperoleh dari 5 stasiiun yang berpengaruh
pada DAS Pappa, berdasarkan metode poligon
Thiessen, dengan luas dan koefisien Thiessen
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Koefisien Thiessen stasiun hujan DAS
Pappa

Tp<t< ( Tp+T 0,3 )


10Tp
T 0,3

Bagian hulu DAS Pappa berada pada


sungai Pamukkulu dengan ketinggian 750 dpl yang
terletak di Kab. Gowa.
3.2. Analisis Curah Hujan Rencana

0<t <Tp

Qa=Qp

Gambar. 1. Peta DAS Pappa

Luas (km2)

KT

214

0.55

Paleko

31

0.08

Malolo

66

0,17

Bontocinde

55

0,14

Pabentengan

23

0.06

Stasiun Hujan
7)

Pamukkulu

Curah hujan maksimum rerata daerah


342,15 mm dan curah hujan rerata minimum 53,75
mm, hal ini disebabkan oleh perbedaan intensitas
hujan yang terjadi.
Sedangkan analisis frekwensi curah hujan
DAS Pappa, menggunakan distribusi Gumbel dan

Log Pearson III. Hasil uji kesesuain distribusi


disajikan pada Tabel 2.

nilai debit pada titik puncak kurva pada hidrograf


satuan, yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 2. Kesesuaian distribusi frekwensi dengan uji


Chi-Kuadrat

Tabel 4. Debit banjir maksimum rencana

No.
1
2

Metode Distribusi
Gumbel
Log Pearson III

Peluang (%)
1,66
8,63

Hasil uji chi-kuadrat pada perhitungan


distribusi Gumbel dan Log Pearson Tipe III, maka
distribusi curah hujan yang paling sesuai untuk DAS
Pappa adalah distribusi Log Pearson III. Sehingga
curah hujan rencana berdasarkan distribusi Log
Pearson III disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Curah hujan rencana DAS Pappa
No
.
1
2
3
4
5

Periode ulang
(tahun)
2
5
10
25
50

Curah hujan rencana


(mm/hari)
98
154
201
273
339

3.3. Debit Banjir Maksimum


Hidrograf
Satuan
Sintetik
Nakayasu
merupakan metode yang didasarkan pada pola
distribusi hujan dan hujan efektif yang jatuh merata
dalam selang waktu 6 jam, menurut rasio
intensitasnya.
3000
2500
2000
Debit (m^3/dkt)

1500
1000

2 tahuan
5 tahunan

500

10 tahunan

25 tahunan
50 tahunan

Waktu (jam)

Gambar 3. Debit banjir maksimum DAS Pappa


Berdasarkan grafik Gambar 3., diketahui
bahwa waktu yang dibutuhkan dari permulaan hujan
hingga diperoleh banjir maksimum adalah 6,7 jam.
Besarnya debit banjir maksimum ditunjukan oleh

No
.
1
2
3
4
5

Periode ulang
(tahun)
2
5
10
25
50

Debit banjir maksimum


(m3/dkt)
726,79
1142,13
1490,55
2024.65
2514,14

Debit banjir maksimum dapat digunakan


untuk perencanaan bangunan air. Pemilihan periode
ulang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
jenis bangunan air yang direncanakan, karakteristik
sungai, jumlah penduduk, periode kejadian bencana
dan lain sebagainya.
IV. KESIMPULAN
Curah hujan harian rerata maksimum DAS
Pappa 342,15 mm dan minimum 53,75 mm.
Distribusi CH yang sesuai untuk menghitung CH
rencana adalah Log Person III. Debit banjir
maksimum untuk periode ulang 5, 10 dan 50
tahunan masing-masing 1142,13, 1490,55 dan
2514,14 m3/dtk, dengan waktu (Tp = time peak) 6,7
jam
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai. Gadjah
University Press,
Yogyakarta.
Irianto, G., 2006. Pengeloaan Sumberdaya Lahan
dan
Air.
Strategi
Pendekatan
dan
Pengayadunaannya. Papas Sinar Sinanti.
Jakarta.
Loebis, Joesron., 1984. Banjir Rencana untuk
Bendungan Air. Direktorat Penyelidikan
Masalah Air. Bandung.
Soemarto, CD. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga,
Jakarta.
Soewarno, 1995. Hidrologi. Pengukuran dan
Pengelolaan Data Aliran Sungai. Nova
Bandung
Sosrodarsono, S., Tominaga, M., 1994. Perbaikan
dan Pengaturan Sungai. PT. Pradnya
Pramita. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai