8 Koefisien Pengaliran
Salah satu konsep penting dalam upaya mengendalikan banjir adalah koefisien
aliran permukaan (runoff) yang biasa dilambangkan dengan C. Koefisien aliran
dapat didefinisikan sebagai nisbah antara aliran dan curah hujan pada selang
waktu tertentu dan pada kondisi fisik DAS tertentu. Untuk mengukur besarnya
koefisien aliran dapat dilakukan dengan dua cara:
Q=CxIxA
Keterangan ;
C (Koefisien Aliran)
Q= Debit Aliran
I=Intensitas
A= Luas DAS
Dengan ;
Qp = Debit Puncak Banjir
A = Luas DAS (km2)
Re = Curah Hujan efektif biasanya dipakai 1
Tp = Waktu permukaan sampai puncak hidrograf (jam)
T0,3 = Waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit puncak (jam)
Tg = Waktu Konsentrasi (Jam)
Tr = Satuan waktu dari curah hujan
α = Koefisien karakteristik DAS biasanya diambil 2
L = Panjang sungai utama (km)
2.11 Evapotransparasi
Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan
transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah dan
badan-badan air (abiotik), sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya air dari
tanaman (boitik) akibat proses respirasi dan fotosistesis. Kombinasi dua proses
yang saling terpisah dimana kehilangan air dari permukaan tanah melalui proses
evaporasi dan kehilangan air dari tanaman melalui proses transpirasi disebut
sebagai evapotranspirasi (ET). Proses hilangnya air akibat evapotranspirasi
merupakan salah satu komponen penting dalam hidrologi karena proses tersebut
dapat mengurangi simpanan air dalam badan-badan air, tanah, dan tanaman.
Untuk kepentingan sumber daya air, data ini untuk menghitung kesetimbangan air
dan lebih khusus untuk keperluan penentuan kebutuhan air bagi tanaman
(pertanian) dalam periode pertumbuhan atau periode produksi. Oleh karena itu
data evapotranspirasi sangat dibutuhkan untuk tujuan irigasi atau pemberian air,
perencanaan irigasi atau untuk konservasi air.
Evapotranspirasi ditentukan oleh banyak faktor yakni:
a. Radiasi surya (Rd) :
Komponen sumber energi dalam memanaskan badanbadan air, tanah dan
tanaman. Radiasi potensial sangat ditentukan oleh posisi geografis lokasi.
b. Kecepatan angin (v) :
Angin merupakan faktor yang menyebabkan terdistribusinya air yang telah
diuapkan ke atmosfir, sehingga proses penguapan dapat berlangsung terus
sebelum terjadinya keejenuhan kandungan uap di udara.
c. Kelembaban relatif (RH) :
Parameter iklim ini memegang peranan karena udara memiliki
kemampuan untuk menyerap air sesuai kondisinya termasuk temperatur udara dan
tekanan udara atmosfit.
d. Temperatur :
Suhu merupakan komponen tak terpisah dari RH dan Radiasi. Suhu ini
dapat berupa suhu badan air, tanah, dan tanaman ataupun juga suhu atmosfir.
Proses terjadinya evaporasi dan transpirasi pada dasarnya akibat adanya energi
yang disuplai oleh matahari baik yang diterima oleh air, tanah dan tanaman.
Salah satu metode untuk menghitung evapotranspirasi yang paling akurat adalah
dengan menggunakan lysimeter. Alat ukur ini nantinya akan ditempatkan pada
stasiun-stasiun cuaca untuk memonitor evapotranspirasi di wilayah tersebut.
Evapotranspirasi yang diukur adalah evapotranspirasi potensial. Alat ukur ini akan
mengukur laju evapotranspirasi pada suatu wilayah yang terbatas saja. Dengan
penyebaran wilayah yang terbatas maka diperlukan lysimeter dalam jumlah
banyak untuk menghitung evapotranspirasi di suatu wilayah. Laju
evapotranspirasi dari suatu wilayah dapat dihitung dengan menggunakan rumus ;
EP = H+S–Pk–P
Keterangan :
EP = Evapotranspirasi (Potensial)
H = Curah Hujan
S = Air Siraman
Pk = Air Perkolasi
P = Jumlah air untuk penjenuhan tanah sampai tercapai kapasitas lapang
Dalam prakteknya P diisi = 0, karenanya nilai EP yang diperoleh
merupakan nilai evapotranspirasi potensial (ETp). Jika nilai P diisi dengan nilai
tertentu maka EP yang dihasilkan menjadi nilai evaporasi aktual (ETa).
Untuk menentukan besarnya evapotranspirasi acuan dapat digunakan
metode atau rumus empiris seperti metode Radiasi, metode Penman, metode
Blaney-Criddle, metode Thornthwaite, dan metode Panci Evaporasi. Dari metode
di atas metode yang umum dipakai adalah metode Penman yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
ETo = c x [w x Rn + (1-w) x f(u) x (ea-ed)
Dimana:
ETo : Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
w : Faktor berat antara temperatur dan penyinaran matahari
Rn : Radiasi matahari
f(u) : Fungsi dari kecepatan angin
ea-ed : Perbedaan antara tekanan uap air jenuh pada suhu udara rata-rata
dengan tekanan uap air rata-rata di udara
c : Faktor pengganti kondisi cuaca akibat siang dan malam