Anda di halaman 1dari 10

STUDI PERENCANAAN EMBUNG TEGALDLIMO

KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

Indah Tri Pujiastuti1, Runi Asmaranto2, Andre Primantyo Hendrawan2


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
e-mail: indah.wre@gmail.com

ABSTRAK
Daerah Kecamatan Tegaldlimo di Kabupaten Banyuwangi ini memiliki daerah pertanian yang
cukup luas, dengan komoditas tanaman utamanya adalah padi. Namun, petani di daerah ini belum
maksimal dalam mengelola pertaniannya. Kendala utamanya adalah kurangnya suplay air untuk
kebutuhan irigasi. Tujuan dari penelitian ini adalah merencanakan sebuah embung yang dapat
menampung air ketika musim hujan dan dapat dipergunakan untuk menambah suplay air irigasi.
Tahap awal perencanaan embung ini adalah analisis hidrologi untuk menentukan debit banjir
rancangan. Selanjutnya menganalisis terjadinya erosi dan sedimentasi yang mengendap di waduk untuk
menentukan tampungan mati dan simulasi tampungan waduk untuk menentukan tampungan efektif.
Dari hasil analisis debit banjir rencana selanjutnya digunakan untuk perencanaan konstruksi embung
yang meliputi perencanaan dimensi embung. Selanjutnya dilakukan kontrol stabilitas tubuh embung
terhadap rembesan dan longsoran. Dan tahap terakhir menganalisis ekonomi embung.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh besarnya volume tampungan mati 3.093,86 m3 dan
tampungan efektif sebesar 34.125,17 m3. Area yang dapat diairi embung sebesar 15,5 ha (80%) dan
17,5 ha (50%). Data teknis mengenai dimensi embung didapatkan: tinggi embung 5,8 m; elevasi puncak
+19,8; lebar puncak embung 3m; panjang embung 103,09 m; kemiringan hulu 1:3; kemiringan hilir
1:2,5; lebar pelimpah 8m; tinggi pelimpah 4,5 m; elevasi puncak pelimpah +18,5. Hasil analisis
ekonomi pada keadaan tanpa biaya pembebasan lahan menghasilkan BCR sebesar 1,82, NPV sebesar
Rp. 1.150.699.677dan IRR sebesar 16,41%, keadaan ada biaya pembebasan lahan menghasilkan BCR
sebesar 1,06, NPV sebesar Rp. 278.099.677 dan IRR sebesar 7,18%.

Kata kunci: embung, dimensi embung, analisa ekonomi, BCR, NVP, IRR

ABSTRACT
The location of Tegaldlimo in Banyuwangi District has agricultural fields very wide, the main
commodity is paddy. Furthermore, the farmers have not been maximal manage agricultural fields. The
main reason is water supply problem for cover irrigation. The aim from this study is planning a
reservoir that can be used to store water in the rainy season which considered to add water supply in
the irrigation fields.
The first step to build reservoir is hydrological analysis. The aim is to determine design flood.
After that, erosion and sedimentation are calculated to determine the dead storage of reservoir, and
simulation of reservoir storage to determine useful storage of reservoir. From the result, the next stage
is planning the dimension physics of a retention basin. After finish, the stabilities of retention basin must
be calculated for seepage and sliding problems. The final stage is economic analysis.
The result of this study, the retention basin has volume of dead storage about 3.093,86 m3. The
effective storage is 34.125,17 m3. The irrigation area from Tegaldlimo reservoir is 15,5 hectares (80%)
and 17,5 hectares (50%). The data of dam physics is obtained as follows: 5,8 m for height; +19,8 for
peak elevation; 3 m for width; 103,09 m for length; 1:3 for upstream slope; 1:2,5 for downstream slope;
8 m for width of spillway; 4,5 m for height of spillway; +18,5 for peak elevation of spillway. The first
result of economicl analysis condition without land acquisition costs, BCR values obtained 1,82; Rp.
1.150.699.677 for NPV and 16,41% for IRR. The second condition with land acquisition costs obtained
1,06 for BCR; Rp. 278.099.677 for NPV and 7.18% for IRR.

Keywords: retention basin, dimension physics of retention basin, economic analysis, BCR, NVP, IRR
1. PENDAHULUAN n = jumlah titik pengamatan
Kabupaten Banyuwangi merupakan R1,R2,..Rn = curah hujan di tiap titik
daerah lumbung padi di daerah Jawa pengamatan (mm/hari)
Timur. Pertumbuhan di sektor pertanian
di daerah ini di harapkan hasilnya dapat b. Analisa Frekuensi metode Log
meningkat dari tahun ke tahun. Namun, Pearson III
ketersediaan air irigasi tersebut menjadi Nilai rerata data dapat di hitung
permasalahan utama atau masih belum dengan persamaan :
maksimal. Sehingga, potensi pertanian di log X = log X + G . S d (2)
daerah ini menjadi terhambat. dimana :
Untuk mengatasi permasalahan X = data
diatas, diperlukan suatu kajian lebih G = koefisien Log Pearson III
lanjut dalam hal perencanaan bangunan Sd = Standar deviasi data
keairan yang mempunyai fungsi sebagai c. Uji Kesesuaian Distribusi
tampungan atau penyedia air untuk Hal ini digunakan untuk mengetahui
irigasi. Perencanaan pembangunan yang apakah uji frekuensi Log Perason III
dimaksudkan yaitu dengan merencanakan dapat deterima secara statistika data
suatu bangunan embung di wilayah atau tidak.
Tegaldlimo. d. Debit Banjir Rancangan Nakayasu
Maksud dari penelitian ini adalah Rumus dasar hidrograf satuan
merencanakan sebuah embung yang Nakayasu adalah :
secara teknis layak untuk di bangun, A Ro
sesuai tujuannya untuk mengairi area Qp = (3)
irigasi.
3,6 (0,3 Tp T0,3 )
Tujuan dari penelitian ini adalah dimana :
untuk mendesain embung Tegaldlimo Qp = debit puncak banjir (m3/det)
sebagai penampung air selama musim Ro = hujan satuan (mm)
hujan dan musim kemarau. Sehingga Tp = tenggang waktu dari permulaan
keberadaan embung ini diharapkan dapat hujan sampai puncak banjir
mewujudkan peningkatan kesejahteraan (jam)
masyarakat sekitar embung di bidang T0,3= waktu yang diperlukan oleh
pertanian khususnya. penurunan debit, dari puncak
sampai 30% dari debit puncak
2. METODE PENELITIAN A = luas daerah pengaliran sampai
2.1. Analisa Hidrologi outlet (km2)
Analisis hidrologi adalah kegiatan e. Debit Banjir Rancangan Rasional
melakukan analisa hidroklimatologi Rumus dasar debit rancangan Rasional
dengan teknis analisa secara kuantitatif adalah:
yang mengacu pada berbagai metode Q = 0,278.C.I.A (4)
yang relevan. Dimana:
a. Analisa Curah Hujan Rancangan Q = Debit banjir rencana (m3/dt)
Analisa ini digunakan untuk C = Koefisien run off
menghitung curah hujan rerata daerah I = Intensitas maksimum selama waktu
dan maksimum tahunannya. kosentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah aliran (km2)
R
1
R1 R2 ..... Rn (1)
n 2.2. Analisa Ketersediaan Air Sungai
dimana : Mengingat pada daerah kajian tidak
R = curah hujan rerata daerah terdapat data debit aliran untuk
(mm/hari) melakukan analisa potensi air (debit
andalan), maka debit aliran sungai akan
dihitung menggunakan data hujan dan SDR = nisbah pelepasan sedimen,
karakteristik DPS dengan model hujan nilainya 0 < SDR < 1
limpasan. Model yang akan digunakan, A = luas daerah aliran sungai (ha)
yaitu MOCK. S = kemiringan lereng rata-rata
permukaan DAS (%)
2.3. Analisa Erosi dan Sedimentasi n = koefisien kekasaran Manning
Analisis erosi dan sedimentasi untuk Pendugaan laju sedimen potensial
perencanaan sebuah embung adalah dihitung dengan persamaan Weischmeier
untuk mengetahui besarnya degradasi dan Smith, 1958 sebagai berikut :
tanah lereng akibat air hujan yang jatuh Spot = Ea x SDR (8)
di sepanjang daerah pengaliran sampai dimana :
daerah genangan waduk. SDR = Sediment Delivery Ratio
a. Erosi Potensial dan Aktual Spot = sedimentasi potensial
Pendugaan besarnya erosi potensial Ea = erosi aktual
dilakukan dengan menggunakan
metode USLE. 2.4. Analisa Neraca Air
Ep = R . K . LS (5) Analisis neraca air dalam
Sedangan, untuk erosi aktual perencanaan sebuah waduk kali ini di
rumusnya sebagai berikut. hitung dengan menggunakan metode
Ea = R . K . LS . CP (6) simulasi waduk. Persamaan yang
dimana : digunakan adalah kontinuitas tampungan
Ep = erosi potensial (ton/ha) yang memberi hubungan antara masukan,
Ea = erosi aktual (ton/ha) keluaran dan perubahan tampungan.
R = indeks erosivitas limpasan St + 1 = St + Qt Dt Et Lt (9)
permukaan I = O S (10)
K = indeks erodibilitas tanah Dengan kendala 0 St + 1 C
LS = faktor panjang dan kemiringan dimna :
lereng t = interval waktu yang digunakan
CP = faktor tanaman / faktor vegetasi St =tampungan waduk pada awal
penutup tanah interval waktu
b. Sedimentasi Potensial St+1=tampungan waktu pada akhir
Sedimentasi potensial adalah proses interval waktu
pengangkutan sedimen hasil dari proses Qt = aliran masuk selama interval waktu
erosi potensial untuk diendapkan di Dt = lepasan air selama interval waktu
jaringan irigasi dan lahan persawahan Et = evaporasi selama interval waktu
atau tempat-tempat tertentu. Tidak semua Lt = kehilangan-kehilangan air lain dari
sedimen yang dihasilkan erosi aktual waduk selama interval waktu t,
menjadi sedimen, dan ini tergantung dari mempunyai harga yang kecil dan
nisbah antara volume sedimen hasil erosi dapat diabaikan
aktual yang mampu mencapai aliran C = tampungan aktif (tampungan
sungai dengan volume sedimen yang bisa efektif)
diendapkan dari lahan di atasnya (SDR = Kapasitas tampungan harus dapat
Sediment Delivery Ratio). Nilai SDR ini menjamin pasokan air irigasi dengan
tergantung dari luas DAS, yang erat keandalan pemenuhan 80 %.
hubungannya dengan pola penggunaan
lahan dan dapat dirumuskan dalam suatu 2.5. Perencanaan Tubuh embung
hubungan fungsional. Dalam hal ini, embung Tegaldlimo
0,2018
S (1 0,8683 A ) 0,2018 direncanakan dengan metode timbunan
SDR 0,08683 A
2 (S 50n) (7) dengan menggunakan inti atau zonal
dimana : tegak kedap air.
a. Tinggi Embung
SF = C . l N . tan (15)
Tinggi embung adalah perbedaan
antara elevasi permukaan pondasi dan
T
elevasi mercu embung. Untuk SF = C . l ( N N U ) . tan
e

menentukan tinggi embung secara (T T ) e (16)


optimal harus memperhatikan tinggi dimana :
ruang bebas dan tinggi air untuk operasi SF = angka keamanan
waduk (Soedibyo, 1993). C = nilai kohesi (t/m2)
Hd = Hk + Hb + Hf + 0,25 (11) l = lebar per cosinus
dimana : N = beban vertikal (t/m)
Hd = tinggi tubuh embung desain (m) = Sudut yang dibentuk pias (o)
Hk = tinggi muka air kondisi penuh (m) T = beban tangensial (t/m)
Hb = tinggi tampungan banjir (m) Ne = beban vertikal seismis (t/m)
Hf = tinggi jagaan (m) U = tekanan uplift (t/m)
b. Lebar Mercu Embung Te = beban tangensial seismis (t/m)
Guna memperoleh lebar minimum b. Stabilitas Rembesan Casagrande
mercu embung, biasanya dihitung dengan Tubuh embung beserta pondasinya
rumus sebagai berikut (Thomas, 1976) : diharuskan mampu menahan gaya-gaya
B = 3,6 . H1/3 3 (12) yang ditimbulkan oleh adanya air fitrasi
dimana : yang mengalir melalui celah-celah
B = lebar mercu embung (m) butiran tanah pembentuk embung dan
H = tinggi embung (m) pondasi tersebut (Sosrodarsono,1989).
c. Kemiringan Tubuh Embung Besarnya debit rembesan dihitung
Pada tubuh embung urugan dengan rumus berikut.
mampunyai kemiringan lereng tertentu, Nf
untuk merencanakannya, kemiringan Qf = .k .h.L (17)
Np
tersebuut dapat ditentukan melalui
dimana :
persamaan: Qf = kapasitas aliran filtrasi
mk .
FShulu = . tg 1,1 (13) Nf = angka pembagi dari garis trayektori
1 k . . m aliran filtrasi
nk Np = angka pembagi dari garis equipotensial
FShilir = . tg 1,1 (14) K = koefisien filtrasi
1 k . n
H = tinggi tekanan air total (m)
dimana : L = panjang melintang tubuh embung (m)
FShulu = faktor keamanan lereng hulu 2.7. Analisa Ekonomi
FShilir = faktor keamanan lereng hilir Dalam perencanaan sebuah embung,
m = kemiringan lereng hulu diperlukan analisa ekonomi yang
n = kemiringan lereng hilir digunakan untuk menentukan nilai
k = koefisien gempa kelayakan dari kegiatan tersebut. Adapun
analisa ekonomi meliputi :
= sudut geser dalam
1. Benefit Cost Ratio (BCR)
2. Net Present Value (NPV)
2.6. Stabilitas Embung 3. Internal Rate of Return (IRR)
a. Stabilitas Lereng Metode Fellenius
Perhitungan stabilitas lereng metode 3. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Fellenius adalah dengan menggunakan Perhitungan hidrologi untuk
pendekatan irisan pada tubuh embung. menentukan besarnya debit banjir
Dalam perhitungan, digunakan dua rancangan kala ulang 1000 (Q1000). Data
perhitungan. Kondisi lereng tanpa gempa curah hujan yang digunakan diambil dari
dan kondisi gempa. Rumus dasar metode dua stasiun yaitu stasiun Tegaldlimo dan
ini sebagai berikut.
stasiun Grajagan. Hasilnya ditunjukkan 3.2. Ketersediaan Air F.J Mock
pada Tabel 1. Selanjutnya dilakukan Data debit bulanan yang akan
perhitungan parameter statistik dari data dianalisa dari tahun 2005-2014 dengan
tersebut. periode 10 harian. Debit ini nantinya
Tabel 1.Curah Hujan Maksimum akan dijadikan input untuk simulasi
Curah Hujan waduk untuk memenuhi kebutuhan air
Tahun
Max (mm) irigasi. Adapun hasil dari perhitungan F.J
2005 57,00 Mock disajikan dalam Gambar 1.
2006 67,00 Sedangkan untuk nilai kebutuhan irigasi,
2007 37,50 digunakan data dari Dinas Pertanian
Kabupaten Banyuwangi. Data tersut
2008 57,00
dianggap mewakili dan dapat
2009 63,00 menggambarkan kondisi sebenarnya
2010 71,00 daerah studi.
2011 68,50 3.3. Analisa Erosi dan Sedimentasi
2012 63,50 a. Erosi Aktual (Ea)
2013 36,00 Untuk menentukan besarnya erosi
2014 27,00 aktual pada lahan sekitar DAS
Sumber: hasil perhitungan, 2016 diperlukan data penunjang yakni
topografi dan kemiringan lahan serta
3.1. Hasil Perhitungan Debit Banjir kondisi DAS. Perhitungannya melalui
Rancangan tahap seperti berikut :
Dibawah ini adalah rekapitulasi Besarnya nilai Ea daerah sawah (0
perhitungan debit rancangan metode 4%) dapat dihitung menggunakan
Nakayasu dan Metode Rasional sesuai persamaan (6):
dengan kala Ulang yang telah ditetapkan. Ea = R . K . LS . CP
Dalam penelitian ini, debit banjir = 1052,43 . 0,40 . 0,40 . 0,43
rancangan dihitung dengan menggunakan = 72,407 ton / ha / th
dua metode. Hal itu dikarenakan untuk Dengan luas lahan sebesar 24,89 ha
membandingkan keabsahan dari kedua (data), didapatkan :
metode tersebut. Namun, akhirnya untuk Ea = 24,89 . 72,407
perhitungan selanjutnya ditetapkan = 1802,215 ton / th
menggunakan metode Nakayasu. Alasan b. Analisa Sedimen Potensial (Spot)
utama nya adalah, metode tersebut lebih Analisis ini untuk menduga besarnya
komplek dalam memasukkan parameter- sedimen yang mengendap pada waduk
parameter DAS Tegaldlimo. tiap tahunnya. Untuk itu, harus diketahui
Tabel 2. Debit Banjir Rancangan terlebih dahulu nilai SDR dengan
Q (m3/detik) menggunakan persamaan (7) sebagai
Tr berikut :
Nakayasu Rasional
S (1 0,8683 A 0, 2018 )
2 5,084 5,041 SDR 0,08683 A 0, 2018
2 ( S 50 n)
5 5,600 5,546
1. (1 0,8683 . 24,89 0, 2018)
10 5,830 5,771 0,08683 . 24,89 0, 2018
2 (1 50 . 0,03)
25 6,037 5,973
= 0,155
50 6,147 6,081 Berdasarkan persamaan (8) maka nilai
100 6,231 6,164 sedimentasi potensial, dihitung seperti
200 6,296 6,227 dibawah ini:
1000 6,442 6,370 Spot = Ea x SDR
Sumber: hasil perhitungan, 2016 = 1802,215 . 0,155
= 278,642 ton / tahun
Gambar 1. Hubungan Debit F.J Mock dengan Curah Hujan Dalam Periode 10 Tahun
Sumber : hasil perhitungan, 2016

Untuk hasil keseluruhan atau total Tabel 4. Tampungan dan luas genangan
pada DAS Tegaldlimo (79,8 ha) dapat Elevasi Luas Genangan V Volume
2 3
dilihat pada Tabel 3. Perhitungan (m) (m ) (m ) (m3)
Sedimen Potensial Embung Tegaldlimo
14,0 0 0 0
dibawah ini.
Tabel 3. (Spot) Embung Tegaldlimo 15,0 1.984,95 992,48 992,48
Luas Sedimentasi 16,0 4.850,53 3.417,74 4.410,22
Keterangan Unit (ha) Potensial 17,0 9.389,16 7.119,85 11.530,06
Lahan (ton/thn) 18,0 18.588,90 13.989,03 25.519,09
A Spot 19,0 28.210,88 23.399,89 48.918,98
Sawah 0 - 4 % 24,89 278,642 20,0 35.986,54 32.098,71 81.017,69
Sawah 4 - 8 % Sumber : hasil perhitungan, 2016
54,25 47,755
Pemukiman 4 - 8 % 0,66 0,255
3.5. Dimensi Tubuh Embung
Total 79,8 326,652 a. Tinggi embung
Sumber : hasil perhitungan, 2016 Tinggi total embung dihitung dengan
menggunakan persamaan (11) sebagai
3.4. Kapasitas Tampungan Waduk berikut.
Analisis ini menghasilkan suatu Tinggi embung (hd) = hk + hb + hf + 0,25
kurva yang menunjukkan hubungan = 4,5 + 0,55 + 0,5 + 0,25
antara elevasi, volume waduk, serta luas = 5,8 m
genangan pada sekitar daerah Jadi, tinggi tubuh embung Tegaldlimo
perencanaan. Perhitungan selengkapnya adalah 5,8 m dengan elevasi dasar +19,8.
ditampilkan pada Tabel 4. serta b. Lebar embung
digambarkan pada Gambar 2. Lengkung B = 3,6 . H1/3 3
kapasitas dan letak pelimpah embung = 3,6 . 5,81/3 3
Tegaldlimo. = 3,96 m 4 m
Di dalam Gambar 2. juga dapat c. Kemiringan Lereng
diketahui besarnya tampungan mati serta sat = 1,46 ton / m3
tampungan efektif dari embung
Tegaldlimo. Selain itu, tinggi dari sub = 0,835 ton / m3
pelimpah (spillway) juga telah k = 0,1
digambarkan. = 30o
sat 1,46
' = = = 1,75 ton / m3
sub 0,835
Puncak Bendung + 19,80

Q1000 th FWL + 19,05


Puncak Spillway NWL + 18,50

Tinggi Pelimpah = 4,5 m


MOL + 16,30

Flood Control
7.502,09 m3

Dead Storage Effective Storage


4.792,77 m3 29.179,05 m3

Gambar 2. Lengkung Kapasitas dan Letak Pelimpah Embung Tegaldlimo


Sumber : hasil perhitungan, 2016

mk . 3.7. Stabilitas Lereng Metode Fellenius


FShulu = . tg 1,1
1 k . . m Analisis dilakukan dengan
menggunakan metode irisan bidang
m 0,1 . 1,75
1,1 = . tg 30o luncur bundar Fellenius, atau dengan
1 0,1 . 1,75 . m menggunakan rumus (15) dan (16)
m = 3 sebagai berikut :
n 0,1 Sebagai contoh kondisi kosong (normal) :
1,1 = . tg 30o
1 0,1 . n A = 3,625 m2
n = 2,5 W = A.
= 3,625 . 1,78 = 6,457 ton / m
3.6. Simulasi Waduk Tegaldlimo T = W. sin
Dalam penelitian ini, besarnya = 6,475 . sin -19,15
tampungan efektif waduk adalah sebesar = -2,118 ton / m
34.125,17 m3. Nilai tersebut akan N = N . tan
disimulasikan sesuai rumus (10). N = W. cos
Sehingga akan didapatkan besarnya luas = 6,457 . cos -19,.15
lahan irigasi dengan keandalan 80% dan = 6,100 ton / m
50%. N = 6,100. tan 36
Dari hasil simulasi, kemampuan = 4,432 ton / m
embung Tegaldlimo dalam memenuhi C = C.l
kebutuhan irigasi dengan kendalan 80% b
= C.
adalah seluas 15,5 ha (kesuksesan cos
80,57%). Sedangkan untuk keandalan
50% didapatkan luasan irigasi sebesar = 1,059 ton / m2
17,5 ha (kesuksesan 80,57%). SF =
C . l N . tan
Kesuksesan disini adalah nilai T
keberhasilan dari simulasi. Kesuksesan 368,110 18,809
simulasi yang baik berada diatas nilai = = 1,804
80% tingkat keberhasilan. 214,478
Sehingga, didapat nilai > 1,5; maka dapat
dikatakan Aman.
Selanjutnya kondisi kosong (gempa). 7
Wtot = Aw . sat + Ad . = x 7,0.10-8 x 5,050 x 103,09
13
= 3,625 . 2,28 + 0,00 . 1,78 = 1,0 . 10-6 m3/det
= 8,265 ton / m = 0,105 m3/hari
U =Aw. h . l Gs = 2,59
= 1 . 0,463 . 1,059 l = 3,82 m
= 0,490 ton / m e = 0,905
Ne = e . W. sin h = 5,050 a . sin 21,80
= 0,1 . 8,265 . sin -19,15 = 4,726 4,189 . 0,371
= -0,271 ton / m = 3,494 m
Te = e . W. cos h 3,494
= 0,1 . 8,265 . cos -19,15 Maka, i = = = 0,915
= 0,781 ton / m l 3,82
SF = C . l ( N N U ) . tan
e
ic
G 1
= s =
2,59 1
= 2,495
(T T ) e 1 e 1 0,905
480,001 (18,809) Oleh karena i = 0,915 < ic,= 2,495 maka
= = 1,940
257,063 bendungan aman terhadap bahaya
Sehingga, didapat nilai > 1,5; maka dapat piping.
dikatakan Aman untuk kondisi gempa.
Tabel 5. Hasil stabilitas lereng 3.9. Analisa Ekonomi
Normal Gempa Adapun analisa ekonomi seperti yang
Kondisi dijelaskan pada landasan teori, serta
> 1,5 > 1,2
terdapat dua kondisi yaitu tanpa
Kosong Hulu 1,804 1,830
pembebasan lahan serta adanya
FWL Hulu 1,917 1,940
pembebasan lahan untuk area embung.
Drawdown Hulu 1,755 1,808 Hasil perhitungannya sebagai berikut.
Kosong Hilir 2,326 2,399 1. Benefit Cost Ratio (BCR)
FWL Hilir 2,466 2,546 Metode Benefit Cost Ratio (BCR)
Sumber : hasil perhitungan, 2016 pada studi ini menggunakan
perbandingan terhadap nilai tahunan
3.8. Stabilitas Terhadap Rembesan pada aspek manfaat yang akan
(Filtrasi) diperoleh dengan nilai tahunan aspek
Kapasitas aliran filtrasi adalah biaya dan kerugian yang akan
kapsitas rembesan air yang mengalir ke ditanggung dengan adanya investasi
hilir melauli tubuh dan pondasi embung. tersebut.
Memperkirakan besarnya kapasitas 2. Net Present Value (NPV)
filtrasi yang mengalir melalui tubuh dan Net Present Value (NPV) merupakan
pondasi embung yang didasarkan pada selisih antara present value dari
jaringan trayektori aliran filtrasi, dapat manfaat dan present value dari biaya.
dihitung dengan rumus (17) : 3. Internal Rate of Return (IRR)
Nf = 7 , Np = 13 Tingkat Pengembalian Bunga
Data lain yang terkait, merupakan tingkat suku bunga yang
H = 5,050 m membuat manfaat dan biaya bernilai
L = 103,09 m yang sama B-C = 0 atau tingkat suku
k = 7,0 . 10-6cm/det bunga yang membuat B/C = 1
= 7,0 . 10-8 m/det (Kodoatie,1995:112).
Nf Seluruh hasil analisa ekonomi disajikan
Qf = .k .h.L
Np dalam Gambar 3. dan 4.
Lebar pelimpah : 8m
Elevasi puncak pelimpah : +18,5
3. Hasil analisis stabilitas menghasilkan
nilai sebagai berikut:
a) Keamanan terhadap rembesan dan
piping
3
Kapasitas aliran filtrasi : 0,105 m /hari
Kecepatan rembesan :6,41.10-8 m/det
Kecepatan kritis:
0,0102 m/dt (v<vc aman)
Gambar 3. Grafik Hubungan Suku Gradien hyraulic (i) : 0,915

Bunga dengan BCR Gradien hyraulic (ic) :

(tanpa biaya pembebasan lahan) 2,495 ( i < ic aman)


Sumber : hasil perhitungan, 2016 b) Keamanan terhadap keruntuhan lereng
atau sliding
Hulu (Kondisi Kosong) : Normal
(1,804) Aman; Gempa (1,830) Aman
Hulu (Kondisi FWL) : Normal
(1,917) Aman; Gempa (1,940) Aman
Hulu (Rapid Drawdown) : Normal
(1,755) Aman; Gempa (1,808) Aman
Hilir (Kondisi Kosong) : Normal
(2,326) Aman; Gempa (2,399) Aman
Hilir (Kondisi FWL) : Normal (2,466)
Aman; Gempa (2,546) Aman
Gambar 4. Grafik Hubungan Suku
4. Hasil analisis ekonomi embung
Bunga dengan BCR
Tegaldlimo ditinjau dari parameter-
(ada biaya pembebasan lahan)
parameter kelayakan investasi dengan
Sumber : hasil perhitungan, 2016
suku bunga 6,75% adalah sebagai
berikut:
4. KESIMPULAN
Keadaan Tanpa Biaya Pembebasan
Dari analisa yang telah dilakukan,
lahan menghasilkan BCR sebesar
maka kesimpulannya adalah sebagai
1,82;NPV sebesar Rp. 1.150.699.677,-
berikut :
dan IRR sebesar 16,41%.
1. Volume efektif embung Tegaldlimo
Keadaan Ada Biaya Pembebasan
adalah 34.125,17 m3, dengan luas area
lahan menghasilkan BCR sebesar
layanan irigasi embung Tegaldlimo
1,06; NPV sebesar Rp. 278.099.677,-
melalui simulasi keandalan 80%
dan IRR sebesar 7,18%.
sebesar 15,5 ha, sedangkan untuk
keandalan 50% dapat mengairi seluas
DAFTAR PUSTAKA
17,5 ha.
Anonim . 1994 . Pedoman Kriteria
2. Data teknis mengenai dimensi embung
Desain Embung Kecil untuk Daerah
Tegaldlimo adalah sebagai berikut:
Semi Kering di Indonesia . SNI.
Tinggi embung : 5,8 m
Anonim.2000. Panduan Penulisan
Elevasi puncak embung : +19,8
Skripsi. Malang: UPT. Penerbit
Elevasi dasar embung : +14,0
Fakultas Teknik Universitas
Lebar puncak embung : 3m
Brawijaya
Kemiringan hulu : 1:3
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan
Kemiringan hilir : 1 : 2,5
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Panjang embung : 103,09 m
Tinggi pelimpah : 4,5 m
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Christady, Hari . 1992 . Mekanika Tanah
I . Erlangga. Jakarta.
Limantara. L.M. 2010 . Hidrologi Praktis
. Bandung : Lubuk Agung.
Kasiro, dkk. Pedoman Kriteria Desain
Embung Kecil untuk Daerah Semi
Kering di Indonesia. Bandung: Pusat
Litbang Pengairan Badan Litbang
Pekerjaan Umum Departemen
Pekerjaan Umum.
Kementerian Pekerjaan Umum, 2012.
Analisis Harga Satuan Pekerjaan
(AHSP) Bidang Pekerjaan Umum.
Bandung
:http://balitbang.pu.go.id/w/wp
content/uploads/2012/12/Indeks.pdf
(diakses 30 Agustus 2015).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
11/PRT/M/2013, 2013. Pedoman
Analisis Harga Satuan Pekerjaan
Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta:
http://litbang.pu.go.id/sni/index.php/
sni/detail_sni_dl/002392 (diakses 15
September 2015)
Soemarto, CD . 1994 . Hidrologi Teknik .
Erlangga. Jakarta.
Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 2003 .
Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta:
Paradnya Paramita.
Sosrodarsono, S . 1977 . Bendungan Type
Urugan . PT. Pradnya Paramita .
Jakarta.
Suyanto, Adhie, Trie M. Sunaryo,
dan Roestam Sjarief. 2001.
Ekonomi Teknik Proyek Sumber
Daya Air. Jakarta: MHI.

Anda mungkin juga menyukai