Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN KOLAM RETENSI GUNA PENGENDALIAN BANJIR DI

DAERAH PENGALIRAN SUNGAI (DPS) ANCAR KOTA MATARAM

Design Of Retarding Basin For Flood Control In Ancar Watershed, Mataram

ARTIKEL ILMIAH
Untuk mememuhi Sebagian Persayaratan
Mencapai Gelar Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh:

DINIATUL HAPIZAH

F1A 015 036

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

2020
PERENCANAAN KOLAM RETENSI GUNA PENGENDALIAN BANJIR DI DAERAH
PENGALIRAN SUNGAI (DPS) ANCAR KOTA MATARAM

Diniatul Hapizah1, Agustono Setiawan, ST., MSc.2, M. Bagus Budianto, ST., MT.3
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
2
Dosen Pembimbing Utama
3
Dosen Pembimbing Pendamping

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

ABSTRAK
Sungai Ancar di Kota Mataram merupakan salah satu sungai yang memiliki
masalah yang sangat komplek dan sangat sulit untuk menangani masalah banjir. Sungai
Ancar pernah meluap pada tanggal 13 Juni 2017 yang disebabkan oleh hujan dengan
intensitas cukup tinggi melanda Mataram dari sekitar pukul 14.00 hingga 17.45 WITA.
Akibatnya debit air Sungai Ancar mengalami peningkatan dan akhirnya meluap dan
mengakibatkan sejumlah besar pemukiman warga tergenang air. Untuk mengatasi masalah
banjir, salah satu alternatif yang disarankan adalah kolam retensi.
Debit banjir maksimum dihitung dengan metode HSS Nakayasu. Perhitungan
volume kolam retensi didapatkan dari pengolahan debit sungai dan routing waduk.
Dari perhitungan dihasilkan debit banjir maksimum kala ulang 25 tahun untuk
kolam retensi 1, 2, dan 3 adalah berturut-turut sebesar 250,33 m3/dt, 324,64 m3/dt, 396,84
m3/dt. .Untuk volume tampungan dan dimensi masing-masing kolam retensi berturut kolam
retensi 1 volume tampungan sebesar 110.250 m 3 dengan luas 24.500 m2 dan kedalaman 5
m, ntuk kolam retensi 2 didapatkan volume tampungan sebesar 168,970 m 3 dengan luas
33.794 m2 dan kedalaman 5,5 m. Untuk kolam retensi 3, dari analisis didapatkan volume
tampungan sebesar 52.676 m3 dengan luas 13.169 m2 dan kedalaman 4,5 m.

Kata kunci: sungai, pengendalian banjir, kolam retensi


menjadi tidak mencukupi. Selain itu
PENDAHULUAN upaya pengendalian banjir yang
Banjir dipicu oleh kurangnya daerah dilakukan umumnya masih secara
resapan air atau dataran rendah akibat konvensional, yaitu memperbesar dan
banyaknya pembangunan bangunan memperbaiki saluran drainase yang ada
gedung dan jalan dari peningkatan sehingga air hujan dapat segera
jumlah penduduk, dan kebutuhan lahan, tersalurkan. Padahal konsep drainase
baik untuk pemukiman maupun kegiatan konvensional memiliki kekurangan yaitu
ekonomi. Dengan perubahan tata guna tidak memberikan kesempatan untuk air
lahan tersebut mengakibatkan air meresap ke dalam tanah. Selama ini
limpasan permukaan meningkat. Di sisi konsep drainase konvensional
lain kemampuan sungai dalam menimbulkan masalah lain yaitu
menampung debit air limpasan berkurangnya pasokan air tanah karena
permukaan cenderung tetap bahkan air tidak diresapkan ke tanah.
menjadi berkurang dengan adanya Permasalahan di Sungai Ancar
pendangkalan (sedimentasi). Sehingga sangat komplek dan sangat sulit untuk
air sungai meluap dan memicu terjadinya menangani masalah banjir. Upaya-upaya
banjir, hal inilah yang terjadi di seperti meninggikan tanggul, mengeruk
Kelurahan Kekalik Jaya Kota Mataram. dasar sungai, dan memperlebar sungai
Berdasarkan berita di koran Suara sudah tidak bisa dilakukan. Oleh karena
NTB tanggal 14 Juni 2017, pada tanggal itu diperlukan sistem pengendalian banjir
13 Juni 2017 hujan dengan intensitas yang berwawasan lingkungan untuk
cukup tinggi melanda Mataram dari mengoptimalkan resapan. Salah satu
sekitar pukul 14.00 hingga 17.45 WITA. upaya yang dapat dilakukan adalah
Akibatnya debit air Sungai Ancar dengan pembuatan kolam retensi di
mengalami peningkatan dan akhirnya beberapa lokasi sekitar Sungai Ancar.
meluap dan mengakibatkan sejumlah
besar pemukiman warga tergenang air. METODOLOGI
Banjir bisa memberikan berbagai Lokasi studi dilakukan di
dampak, baik kesehatan ataupun sepanjang aliran Sungai Ancar pada DAS
terhadap lingkungan. Banjir yang terjadi Ancar. Wilayah DAS tidak dibatasi oleh
umumnya bisa menimbulkan masalah wilayah administrasi pemerintahan, akan
kesehatan, masalah kesehatan yang tetapi mengikuti batas-batas alam seperti
terjadi biasanya masyarakat yang terkena punggung-punggung pegunungan dan
dampak banjir akan terkena berbagai bukit. DAS Ancar wilayahnya melintasi
macam penyakit. Selain itu bencana Lingsar Kabupaten Lombok Barat dan
banjir juga bisa menyebabkan kerusakan Kota Mataram (Gambar 3.1). DAS Ancar
infrastruktur dan tentu hal ini akan memiliki luas DAS ±23,89 km2.
semakin merugikan. Banjir juga akan data-data yang dibutuhkan dalam
berdampak terhadap lingkungan, tidak penelitian ini diantaranya
sedikit masalah lingkungan yang timbul 1. Data hujan Stasiun Hujan Bertais,
akibat terjadinya banjir, antara lain Stasiun Hujan Monjok, pada tahun 2009-
kerusakan sarana dan prasarana; 2018 yang diperoleh dari Balai Wilayah
melumpuhkan jalur transportasi; dan Sungai Nusa Tenggara I.
pencemaran lingkungan. 2. Peta topografi Kota Mataram yang
Upaya untuk mengatasi masalah diperoleh dari Balai Wilayah Sungai
banjir telah dilakukan. Namun seiring Nusa Tenggara I.
dengan pesatnya pertumbuhan penduduk 3. Peta sebaran stasiun hujan wilayah
dan perkembangan wilayah, ketersediaan sungai Lombok yang diperoleh dari Balai
fasilitas pengendalian banjir yang ada Wilayah Sungai Nusa Tenggara I.
4. Data pengukuran penampang Sungai yaitu Stasiun Hujan Bertais, Stasiun
Ancar yang diperoleh dari Balai Wilayah Hujan Monjok, dan Stasiun Hujan
Sungai Nusa Tenggara I. Sesaot. Metode Poligon Thiessen dipilih
karena metode ini digunakan apabila
penyebaran stasiun hujan tidak merata
pada daerah yang ditinjau. Poligon
Thiessen DAS Ancar dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 1. Lokasi penelitian

Langkah-langkah satudi:
Adapun langkah-langkah studi adalah
sebagai berikut:
1. Menguji data stasiun hujan yang
digunakan
2. Mengisi data yang hilang apabila ada Gambar 2. Pembagian luasan pengaruh
3. Menganalisa curah hujan rerata daerah stasiun hujan dengan meyode poligon
menggunakan metode poligon thiessen thiessen
4. Menghitung curah hujan rencana
menggunakan metode distribusi yang Adapun contoh perhitungan polygon
sesuai thiessen menggunakan rumus (2-2).
5. Menghitung distribusi hujan jam- Perhitungan hujan rerata:
𝐴1 × 𝑃1 + 𝐴2 × 𝑃2 + 𝐴3 × 𝑃3
jaman 𝑝̅ =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3
6. Menghitung debit banjir rancangan
menggunakan metode HSS Nakayasu Analisa Frekuensi
7. Menganalisa volume inflow kolam Ada 4 jenis distribusi frekuensi yang
retensi sering digunakan dalam analisis
8. Mendesain kolam retensi, yang hidrologi yaitu distribusi normal, Log
meliputi luas tampungan, pelimpah Normal, Gumbel dan Log Pearson Tipe
samping, dan pintu pengeluaran. III. Dari data curah hujan harian
9. Menganalisa stabilitas dinding kolam maksimum rata-rata, selanjutnya
retensi. dihitung parameter statistik untuk
memilih sebaran yang cocok.
Analisa hidrologi
Analisa hidrologi merupakan analisa Uji Kecocokan Distribusi
awal yang dilakukan untuk mendapatkan Uji kecocokan distribusi digunakan
debit rencana sebagai input dalam analisa untuk mengetahui apakah distribusi
hidraulika kolam retensi. Analisa frekuensi yang dipilih dapat mewakili
hidrologi mencakup pengolahan data distribusi stastistik sampel data yang
curah hujan hingga mendapatkan debit dianalisis. Uji kecocokan distribusi yang
banjir rencana. digunakan dalam analisis adalah Uji Chi-
Kuadrat.
Analisa data curah hujan rerata
daerah dengan metode poligon Analisa Debit Banjir Rencana
thiessen Curah hujan rancangan atau curah hujan
Dalam analisa curah hujan rerata daerah, rencana merupakan besaran hujan
metode yang digunakan adalah metode dengan kala ulang tertentu, misal X5
Poligon Thiessen dengan 3 stasiun hujan, merupakan besaran hujan dengan kala
ulang 5 tahun dengan pengertian bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN
hujan sebesar itu atau lebih akan terjadi Analisa Debit Bnnjir Rencana
sekali selama kurun waktu 5 tahun. Berdasarkan hasil dari perhitungan
pemilihan metode distribusi frekuensi
Analisa koefisien limpasan dipilih metode distribusi frekuensi
Untuk mendapatkan koefisien limpasan dengan menggunakan metode Gumbel.
dari catchment area masing-masing Berikut disajikan hasil perhitungan
kolam retensi, diperlukan tata guna lahan menggunakan Gumbel untuk setiap
dari Google Earth Pro. lokasi kolam retensi. Berikut ditampilkan
hasil nilai curah hujan rancangan metode
Gumbel.
Tabel 1. Hasil perhitungan distribusi
Gumbel
Gambar 3. Tata guna lahan pada DAS
Ancar
Keterangan:
Warna merah muda = sawah
Warna Hijau = hutan
Tidak berwarna = perumahan

Analisa Debit Banjir Rencana Metode


HSS Nakayasu Selanjutnya dilakukan pengujia pada
Triatmodjo (2014), hidrograf adalah masing-masing distribusi menggunakan
kurva yang memberi hubungan antara metode uji chi kuadrat dengan hasil
parameter aliran dan waktu. Parameter sebaai berikut:
tersebut bisa bisa berupa kedalam aliran Tabel 2. Uji Chi Kuadrat dengan sebaran
(elevasi) atau debit aliran, sehingga Gumbel
terdapat dua macam hidrograf yaitu
hidrograf muka air dan hidrograf debit.

Pada derajat kebebasan = 2


didapatkan nilai D Kritis sebesar 5,991
dan dari perhitungan didapatkan nilai X2
hitung sebesar 3,6. Nilai X2 hitung < D
kritis berarti besarnya peluang lebih
Gambar 4. HSS Nakayasu
besar dari 5%, maka distribusi Gumbel
dapat diterima.
Perencanaan Kolam Retensi
Kolam retensi adalah prasarana drainase Analisa Debit Banjir Rencana
yang berfungsi untuk menampung dan Untuk mengetahui debit banjir setiap
meresapkan air hujan di suatu wilayah. lokasi kolam retensi, perlu dilakukan
Kolam retensi merupakan pilihan yang analisis debit banjir rencana pada
baik bila ketersediaan lahan yang besar masing-masing kolam retensi. Analisa
dan kebutuhan untuk menampung debit banjir rencana dalam penelitian ini
limpasan air. menggunakan metode Hidrograf Satuan
Sintetik Nakayasu.
Tabel 3. Hidrograf banjir kolam retensi 1 Tabel 5 Hidrograf banjir kolam retensi 3

Berdasarkan tabel diatas, debit


maksimum dengan metode hidrograf
Berdasarkan tabel diatas, debit satuan sintetik nakayasu kala ulang 25
maksimum dengan metode hidrograf tahun adalah sebesar 396,84 m3/dt untuk
satuan sintetik nakayasu kala ulang 25 kolam retensi 3.
tahun adalah sebesar 250,33 m3/dt untuk
kolam retensi 1. Debit dari hidrograf Penentuan Lokasi Kolam retensi
satuan sintetik nakayasu digunakan
untuk analisa volume kolam retensi.
Tabel 4. Hidrograf banjir kolam retensi 2

Gambar 5. Lokasi kolam retensi 1

Lokasi kolam retensi 1 ini berada


pada koordinat
8°35′ 15,66"S 116°8'59,26"𝑇, tepatnya
di Jl. Ahmad Yani, Bertais. Panjang dan
lebar dari kolam retensi 1 ini berturut-
turut 175 m dan 140 m , dengan
kedalaman yang direncanakan dari
kolam retensi 1 adalah sebesar 4,5 m.

Berdasarkan tabel diatas, debit


maksimum dengan metode hidrograf
satuan sintetik nakayasu kala ulang 25
tahun adalah sebesar 324,64 m3/dt untuk
kolam retensi 2.
Gambar 6. Lokasi kolam retensi 2
Lokasi kolam retensi 2 secara geografis
berada pada koordinat
8°35′ 9,47"S 116°8'21,32"𝑇, tepatnya masuk ke kolam retensi dan debit yang
sekitar ±50 m ke hulu dari tubuh tidak masuk ke kolam retensi.
Bendung Pamotan. Tabel 5. Penentuan volume inflow kolam
retensi 1

Gambar 7. Lokasi kolam retensi 3


Lokasi kolam retensi 3 ini secara
geografis 8°34′ 56,27"S 116°7'31,28"𝑇
dan secara geologis terletak di Jl.
Transmigrasi, Pejanggik, belakang dari
SMPN 16 Mataram.
Volume total yang dapat ditampung oleh
kolam retensi adalah sebesar 110,904 m3.
Penentuan Debit Kapasitas Sungai
Debit kapasitas sungai dihitung
Tabel 7. Penentuan volume inflow kolam
untuk menentukan tinggi muka air banjir
retensi 2
yang terjadi.

Gambar 8. Penampang sungai pada


lokasi 1
Dari penampang sungai diatas kemudian
dihitung debit kapasitas sungai. Debit
kapsitas sungai dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini.

Total volume yang masuk ke dalam


Tabel 6. Perhitungan debit kapasitas
kolam retensi 2 adalah 385.665,91 m3
sungai
Tabel 8 Penentuan volume inflow kolam
retensi 2

Penentuan Debit Inflow Kolam retensi


1
Debit inflow pada kolam retensi
bertujuan untuk menentuka debit yang
Total volume yang dapat ditampung
kolam retensi 3 adalah 73.596,89 m3.

Penelusuran Banjir Melalui Waduk


Penulusuran ini bertujuan untuk
mendapatkan debit yang keluar dari
kolam retensi.
Tabel 9. Penulusaran Qoutflow dengan Qtotal yang didapatkan dari
routing waduk analisa diatas digunakan sebagai
tambahan debit yang melewati sungai
pada kolam retensi 3. Qtotal maksimum
yang melewati kolam retensi 3 adalah
sebesar 362,91 m3/dt.
Selanjutnya untuk mengetahui total debit
Analisa Stabilitas Lereng
yang tidak tertampung pada kolam
Pada kolam retensi 1,
retensi 2, dihitung dengan cara sebagai
direncanakan tinggi dinding kolam
berikut:
retensi adalah 4,5 m, dengan tinggi
Qtotal = Qlolos jam ke-3 + Qoutflow
jagaan adalah 0,5 m. Untuk dimensi
jam ke-3
dinding kolam retensi yang lengkap
= 95,52 + 0,34
dapat dilihat pada Gambar dibawah.
= 95,85 m3/dt
Perhitungan selanjutnya ditabelkan.

Tabel 10. Total debit setelah adanya


kolam retensi 3

Gambar 9. Dimensi dinding kolam


retensi 1
Setelah memperoleh dimensi kolam
retensi maka perencanaan dinding kolam
retensi harus aman terhadap beberapa hal (𝑓 × ∑ 𝑃𝑉 ) + (𝑐 × 𝐵)
yaitu: 𝑆𝐹 =
∑ 𝑃𝐻
a. Stabilitas terhadap gaya guling (0,4×36,29+(0×2,75)
b. Stabilitas terhadap gaya geser 𝑆𝐹 = =
4,93
Untuk mengatahui gaya-gaya
2,94 ≥ 1,25 (OK)
yang bekerja pada dinding kolam
retensi perlu digambarkan gaya-gaya Karena nilai stabilitas terhadap
yang bekerja seperti pada gambar guling dan geser lebih besar dari nilai
dibawah ini. syarat stabilitas yang diijinkan, maka
dinding kolam retensi yang telah
direncanakan aman.

Pada kolam retensi 2, direncanakan


tinggi dinding kolam retensi adalah 5,0
m, dengan tinggi jagaan adalah 0,5 m.
Untuk dimensi dinding kolam retensi
yang lengkap dapat dilihat pada gambar
dibawah.
Gambar 10. Gaya-gaya yang bekerja
pada dinding kolam retensi 1

Kemudian dari Gambar diatas, dihitung


besar gaya-gayanya dan hasilnya di
tampilkan seperti pada tabel dibawah.

Tabel 11. Gaya pembebanan pada


dinding kolam retensi 1

Gambar 11. Dimensi dinding kolam


retensi 2

Untuk mengatahui gaya-gaya


yang bekerja pada dinding kolam
retensi perlu digambarkan gaya-gaya
Setelah didapatkan total gaya-gaya yang yang bekerja seperti pada gambar
bekerja, dihitung stabilitas terhadap dibawah ini.
guling dan geser.
Stabilitas terhadap guling
1. Stabilitas terhadap guling
∑ 𝑀𝑉
𝑆𝐹 = ∑
𝑀𝐻
48,53
𝑆𝐹 = = 1,34 ≥ 1,25
36,29

(OK)
2. Stabilitas terhadap geser
Gambar 12. Gaya-gaya yang bekerja
pada dinding kolam retensi 2
Kemudian dari Gambar diatas, dihitung
besar gaya-gayanya dan hasilnya di
tampilkan seperti pada tabel dibawah.
Tabel 12. Gaya pembebanan pada
dinding kolam retensi 2

Gambar 13. Dimensi dinding kolam


retensi 3

Untuk mengatahui gaya-gaya


yang bekerja pada dinding kolam
retensi perlu digambarkan gaya-gaya
Setelah didapatkan total gaya-gaya yang yang bekerja seperti pada gambar
bekerja, dihitung stabilitas terhadap dibawah ini.
guling dan geser.
Stabilitas terhadap guling
1. Stabilitas terhadap guling
∑𝑀
𝑆𝐹 = ∑ 𝑉
𝑀𝐻
80,28
𝑆𝐹 = = 1,46 ≥ 1,25
54,88
(OK)
2. Stabilitas terhadap geser
(𝑓 × ∑ 𝑃𝑉 ) + (𝑐 × 𝐵)
𝑆𝐹 =
∑ 𝑃𝐻
(0,4×54,88)+(0×3)
𝑆𝐹 = = 2,40 ≥ Gambar 14. Gaya-gaya yang bekerja
9,19
pada dinding kolam retensi 3
1,25 (OK)
Karena nilai stabilitas terhadap guling
Kemudian dari Gambar diatas, dihitung
dan geser lebih besar dari nilai syarat
besar gaya-gayanya dan hasilnya di
stabilitas yang diijinkan, maka dinding
tampilkan seperti pada tabel dibawah.
kolam retensi yang telah direncanakan
Tabel 13. Gaya pembebanan pada
aman.
dinding kolam retensi 3
Pada kolam retensi 3, direncanakan
tinggi dinding kolam retensi adalah 4,0
m, dengan tinggi jagaan adalah 0,5 m.
Untuk dimensi dinding kolam retensi
yang lengkap dapat dilihat pada Gambar.

Setelah didapatkan total gaya-gaya yang


bekerja, dihitung stabilitas terhadap
guling dan geser.
Stabilitas terhadap guling
1. Stabilitas terhadap guling 8°35′ 9,47"S 116°8'21,32"𝑇,
∑𝑀 tepatnya sekitar ±50 m ke hulu
𝑆𝐹 = ∑ 𝑉
𝑀𝐻 dari tubuh Bendung Pamotan
152,43
𝑆𝐹 = = 1,72 ≥ 1,25 c. Kolam retensi 3 secara
88,61
(OK) geografis
2. Stabilitas terhadap geser 8°34′ 56,27"S 116°7'31,28"𝑇
(𝑓 × ∑ 𝑃𝑉 ) + (𝑐 × 𝐵) dan secara geologis terletak di
𝑆𝐹 = Jl. Transmigrasi, Pejanggik,
∑ 𝑃𝐻
(0,4×88,61)+(0×3,54) belakang dari SMPN 16
𝑆𝐹 = = Mataram
28,13
1,26 ≥ 1,25 (OK) 3. Upaya pengendalian banjir yang
Karena nilai stabilitas terhadap guling direncanakan adalah dengan
dan geser lebih besar dari nilai syarat tampungan sementara yaitu kolam
stabilitas yang diijinkan, maka dinding retensi untuk mereduksi banjir
kolam retensi yang telah direncanakan Sungai Ancar. Berikut volume
aman. tampungan masing-masing kolam
retensi:
KESIMPULAN DAN SARAN a. Untuk kolam retensi 1
Berdasarkan hasil analisis dan didapatkan volume tampungan
perhitungan yang telah dilakukan, maka sebesar 110.250 m3 dengan luas
didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 24.500 m2 dan kedalaman 4,5 m.
1. Debit banjir maksimum yang terjadi b. Untuk kolam retensi 2, dari
Debit banjir maksimum yang terjadi analisis didapatkan volume
di Sungai Ancar berdasarkan tampungan sebesar 384,98 m3
perhitungan dengan metode HSS dengan luas 96,245 m2 dan
Nakayasu dengan kala ulang 25 kedalaman 4 m.
tahun pada masing-masing c. Untuk kolam retensi 3, dari
catchment area kolam retensi analisis didapatkan volume
adalah sebagai berikut: tampungan sebesar 52.676 m3
a. Pada catchment area kolam dengan luas 13.169 m2 dan
retensi 1, debit banjir kedalaman 4,0 m.
maksimum yang terjadi adalah 4. Pengurangan debit banjir setelah
sebesar 250,33 m3/dt adanya masing-masing kolam
b. Pada catchment area kolam retensi adalah sebagai berikut:
retensi 2, debit banjir a. Dengan adanya kolam retensi 1,
maksimum yang terjadi adalah pengurangan debit banjir adalah
sebesar 324,64 m3/dt sebesar 25,29 m3/dt dari 250,33
c. Pada catchment area kolam m3/dt menjadi 225,04m3/dt.
retensi 3, debit banjir b. Dengan adanya kolam retensi 2,
maksimum yang terjadi adalah pengurangan debit banjir adalah
sebesar 396,84 m3/dt 12,42 m3/dt dari 324,64 m3/dt
2. Lokasi masing-masing dari kolam menjadi 312,22 m3/dt.
retensi adalah c. Dengan adanya kolam retensi 3,
a. Kolam retensi 1 terletak pada pengurangan debit banjir adalah
koordinat 45,97m3/dt dari 396,84 m3/dt
8°35′ 15,66"S 116°8'59,26"𝑇, menjadi 350,87 m3/dt.
tepatnya di Jl. Ahmad Yani,
Bertais 5.2 Saran
b. Kolam retensi 2 terletak pada Saran yang dapat diberikan dari
koordinat penelitian ini antara lain:
1. Perlu dilakukan analisis kapasitas Cipta Karya Departemen
infiltrasi pada kolam retensi Pekerjaan Umum.
sehingga bisa diperhitungkan Florince. 2015. Studi Kolam Retensi
volume air yang meresap ke dalam sebagai Upaya Pengendalian
tanah untuk mengoptimalkan fungsi Banjir Sungai Way Simpur
kolam retensi sebagai sarana Kelurahan Palapa Kecamatan
konservasi air. Tanjung Karang Pusat. Vol. 3
2. Penelusuran banjir sebaiknya No. 3. Universitas Lampung:
dilakukan menggunakan HEC-RAS Lampung
agar hasil yang didapatkan lebih Hardiyatmo, Hary C. 2014. Mekanika
mendekati kenyataan di lapangan. Tanah 2. Yogyakarta: Gadjah
3. Analisa debit yang masuk ke kolam Mada University Press
retensi bisa dilakukan dengan Harto, S. 2009. Hidrologi. Yogyakarta:
analisa hidrolika yaitu dengan Nafri Offset
rumus energi kinetik. https://rupaka.wordpress.com/2012/03/1
9/kolam-retensi/
DAFTAR PUSTAKA Husnan, B.2013. Analisis Keseimbangan
Aryani, D. 2014. Ketelitian Estimasi Air Sungai Raba Baka Untuk
Banjir Berdasarkan Data Curah Memenuhi Kebutuhan Air di
Hujan DAS (Walane – Cenrana). Daerah Irigasi Raba Baka
Tugas Akhir Jurusan Teknik Komplek Kabupaten Dompu.
Sipil Universitas Hasanuddin: Skripsi S! Jurusan Teknik Sipil
Makasar Universitas Mataram: Mataram
Astuti, D, dkk. 2016. Analisis Kolam Husnan, Budi. Tugas Akhir S1 Teknik
Retensi Sebagai Pengendalian Sipil Universitas Mataram. 2013.
Banjir Genangan Di Kecamatan Analisis Keseimbangan Air
Payung Sekaki. Jurnal Sungai Raba Baka Untuk
FTEKNIK, Volume 2 dan 3. Memenuhi Kebutuhan Air di
2016 Daerah Irigasi Raba Baka
Audina, M. 2019. Perbandingan Biaya Komplek Kabupaten Dompu.
Pembuatan Sumur Resapan Mataram
Air Hujan dengan Metode Kamiana, I Made. 2012. Teknik
Sunjoto dan SNI 03-2453-2002 Perhitungan Debit Rencana
di Perumahan Griya Citra Bangunan Air. Yogyakarta:
Agung Mataram. Tugas Akhir Graha Ilmu
Jurusan Teknik Sipil Universitas Nugroho, A. 2017. Analisis Perencanaan
Mataram: Mataram Lahan Kolam Retensi Di
Awan, Novi, 2016, Perencanaan Kolam Kawasan Semanggi Kota
Retensi Pada Perumahan Surakarta. Jurnal Teknik Sipil.
Mutiara Witayu Kecamatan Nomor 1147. 2017
Rumbai Kota Pekanbaru, Tugas Soemarto. 1999. Hidrologi Teknik.
Akhir Jurusan Teknik Surabaya: Usaha Nasional
Lingkungan Universitas Riau : Soewarno. 1995. Hidrologi. Bandung:
Pekan Baru NOVA
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Sosrodarsono, Suyono. 2006. Hidrologi
Departemen Pekerjaan Umum. Untuk Pengairan. Jakarta: PT.
2010. Tata Cara Pembuatan Pradnya Paramita.
Kolam Retensi dan Polder Suripin. 2004. Sistem Drainase
dengan Saluran-Saluran Utama. Perkotaan yang Berkelanjutan.
Jakarta: Direktorat Jenderal Yogyakarta: Andi Offset
Triatmodjo, B. 2014. Hidrologi Terapan.
Yogyakarta: Beta Offset
Wahyuni, Melyana. 2012. Perencanaan
Kolam Retensi Pada Sistem
Drainase Mapak. Skripsi S1
Jurusan Teknik Sipil Universitas
Mataram: Mataram.

Anda mungkin juga menyukai