Anda di halaman 1dari 17

PERENCANAAN BENDUNG SARINGAN BAWAH SUNGAI SALIDO

KECIL KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Fitratun Wilda Annisa, Mawardi Samah, Lusi Utama


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta, Padang
Email : Fitratunannisa@yahoo.co.id , mawardi_samah@yahoo.com,
lusi_utamaindo115@yahoo.co.id

Abstrak

Kondisi geologi Sungai Salido Kecil relatif muda atau belum dapat dikatakan stabil, sehingga
mengakibat sungai beraliran deras dan mengangkut banyak sedimen, maka direncanakan
sebuah bendung. Bendung yang tepat dibangun adalah bendung saringan bawah. Bendung
saringan bawah adalah tipe bendung pelimpah yang dilengkapi dengan saluran penangkap dan
saringan. Bendung ini meloloskan air lewat saringan dengan membuat bak penampung air
berupa saluran penangkap melintang sungai dan mengalirkan airnya ketepi sungai untuk
dibawa ke jaringan irigasi. Data yang dibutuhkan untuk merencanakan bendung adalah peta
topografi berskala 1:50.000, data curah hujan 10 tahun dari Tahun 2005-2014 dan data
klimatologi. Perhitungan perencanaan berupa analisa hidrologi, menghitung curah hujan rata-
rata menggunakan Metode Thiessen. Dengan Metode Gumbel, Hasper dan Wedwen didapat
curah hujan rencana. Perhitungan debit banjir rencana menggunakan Metode Wedwen didapat
(Q100)= 451,15 m3/detik. Bendung direncanakan dengan lebar 20 m dengan elevasi ambang
bendung +507,166 dengan luas daerah irigasi 358 Ha. Dari hasil analisa didapat dimensi
bendung : tinggi bendung 6,9m, panjang bendung 13,14m, panjang kolam olak 4,1m, lebar
bak penampung 2,5m, lebar pintu intake 1,1m dengan tinggi 0,6. Stabilitas bendung dalam
keadaan air normal terhadap guling 8,63 dan geser 3,453. Pada saat keadaan banjir terhadap
guling 2,61 dan geser 2,166. Maka didapat kontruksi bendung stabil.

Kata Kunci : Bendung Saringan Bawah, Saringan, Saluran Penangkap

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Mawardi Samah, Dipl.HE Ir. Lusi Utama, M.T


.
PLANNING OF TIROLLER SALIDO KECIL RIVER KECAMATAN IV
JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Fitratun Wilda Annisa, Mawardi Samah, Lusi Utama


Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning,
Bung Hatta University, Padang
Email : Fitratunannisa@yahoo.co.id , mawardi_samah@yahoo.com,
lusi_utamaindo115@yahoo.co.id

Abstract
Salido Kecil River geological conditions are relatively young or can not be said to be stable,
so that the river resulted in heavy homage and carry a lot of sediment, then planned a weir.
Weir is a weir built right under the Tiroller. Tiroller spillway weir is the type that is equipped
with a catcher and filter channels. This dam water passes through the filter to make the water
reservoir in the form of cross river channels and stream catcher river water to be brought to
the irrigation network. The data needed to plan the weir is a topographical map scale of 1:
50.000, 10 years of rainfall data from 2005 to 2014 Years and climatological data. Calculation
of hydrological analysis in the form of planning, calculating the average rainfall using
Thiessen method. Method Gumbel, Hasper and Wedwen obtained precipitation plans. The
calculation of flood discharge plan Wedwen obtained using Method (Q100) = 451.15 m3 /
sec. Weir is planned with a width of 20 m with elevation threshold +507.166 weir with
irrigation area of 358 hectares. From the analysis results obtained weir dimensions: 6,9m high
weir, weir length 13,14m, megrim pool 4,1m long, 2.5 m wide container vessel, the width of
the door with a 1,1m high intake of 0.6. The stability of the dam in a state of normal water
against rolling and sliding 8.63 3.453. At the time of the flood situation against rolling and
sliding 2,61 2,166. The importance of the construction of the dam is stable.

Keyword : Tiroller, Filter, catcher channel

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Mawardi Samah, Dipl.HE Ir. Lusi Utama, M.T


PENDAHULUAN jiwa.(Sumber: BPS & Data olahan
Air merupakan sumber penting Bappeda Kab.Pesisir Selatan, 2014).
kehidupan yang semakin lama semakin Kabupaten Pesisir Selatan merupakan
meningkat sejalan dengan meningkatnya daerah agraris dimana 55.51% dari
kebutuhan hidup manusia. Namun seiring penduduknya bekerja pada sektor pertanian,
dengan begitu besarnya kebutuhan air yang khususnya menggarap lahan
harus dioptimalkan sebaik-baiknya, dampak persawahan.(Badan Pusat Statistik
dan kendala pun muncul. Sebagai contoh Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2009).
dalam upaya ketersediaan sumber air baku. Dalam rangka pengelolaan sawah ini perlu
Apabila tidak ada usaha pengendalian air didukung sarana dan prasarana irigasi yang
pada musim hujan maka akan memadai, agar para petani dapat mengolah
mengakibatkan erosi dan banjir. Sedangkan lahan persawahannya. Salah satu usaha
pada musim kemarau yang akan terjadi untuk mencapai program tersebut, adalah
adalah kekeringan dan kesulitan pengembangan suatu areal pertanian
mendapatkan sumber air baku. Hal tersebut khususnya Daerah Irigasi di Sungai Salido
merupakan salah satu permasalahan yang Kecil di Kecamatan IV Jurai dengan luas
timbul dalam usaha pengembangan dan daerah irigasi 1.239 Ha.(Badan Pusat
pengendalian sumber daya air. Statistik Kabupaten Pesisir Selatan Tahun
Permasalahan tersebut perlu secepatnya 2015).
diatasi. Kondisi geologi daerah Irigasi
Pengelolaan sumber daya air yang Batang Salido Kecil relatif muda atau
baik akan berdampak pada kelestarian dan belum dapat dikatakan stabil , sehingga
keseimbangan lingkungan hidup baik masih banyak ditemukan lapisan – lapisan
sekarang maupun akan datang. Kegiatan- permukaan bebatuan yang terdiri dari
kegiatan yang dapat dilakukan dengan endapan – endapan vukanik. Kondisi ini
menggunakan sistem teknis seperti mengakibatkan sungai – sungai di daerah
penghijauan, perkuatan tebing, bendung, ini dengan kemiringan dasar yang cukup
bendungan, embung dan sebagainya tajam dan beraliran deras umumnya
maupun dengan sistem non teknis seperti mengangkut material berupa kerikil, batuan
membuat perundang – undangan. berbagai ukuran, batang kayu, daun –
Pesisir selatan adalah salah satu daunan dan sampah. Dengan keadaan ini
kabupaten yang ada di provinsi Sumatera maka untuk mengurangi sedimentasi pada
Barat dengan luas 5.794,95 Km2 dengan sungai Salido Kecil tersebut maka yang
jumlah penduduk sebanyak 446.480
harus dilakukan adalah dengan membangun Pada analisa ini, data curah hujan yang
bendung. akan digunakan adalah data curah
Bendung dapat didefinisikan sebagai hujan rata – rata maksimum yang
“suatu konstruksi yang dibangun melintang diperoleh dengan menghitung data
sungai atau saluran yang memiliki fungsi curah hujan 10 tahun dari 3 stasiun
antara lain untuk menaikkan elevasi muka dengan menggunakan Metode
air”. Dan berdasarkan kondosi geologi Thiessen.
Sungai Salido Kecil yang mana sungai 2) Curah hujan rencana
tersebut masih terbilang muda sehingga Untuk menghitung curah hujan rencana
mengakibatkan terjadinya sedimentasi penulis menggunakan 3 metode yaitu,
maka untuk mengurangi sedimentasi metode Gumbel, Hasper dan Wedwen.
tersebut penulis merencanakan 3) Analisa Debit Banjir Rencana
“Perencanaan Bendung Saringan Bawah Untuk perhitungan Debit Banjir
Sungai Salido Kecil Kecamatan IV Jurai Rencana dilakukan dengan metode
Kabupaten Pesisir Selatan”. Wedwen. Data untuk metode tersebut
METODE di ambil dari nilai curah hujan
Penulis melakukan studi literatur dan rencana. Perhitungan debit rencana
pegumpulan data. Kegiatan yang akan dengan metode ini, tinggi hujan yang
dilakukan secara garis besar dibedakan atas: diperhitungkan adalah tinggi hujan
a. Studi literatur pada titik pengamatan.
Dalam studi literatur didapatkan teori- 4) Perhitungan Dimensi Bendung.
teori yang diperoleh melalui buku – Perhitungan dimensi bendung berguna
buku untuk analisa hidrologi yang untuk mengetahui seberapa besar debit
berhubungan dengan penulisan tugas yang mampu ditahan oleh bendung
akhir ini. dengan menggunakan data dimensi
b. Pengumpulan data yang ada dilapangan pada saat ini.
Data yang dibutuhkan adalah peta Selanjutnya hasil perhitungan akan
topografi, data curah hujan 10 tahun digunakan untuk menentukan dimensi
(tahun 2005 sampai tahun 2014) yang bendung.
berasal dari 3 Stasiun yaitu Stasiun ANALISA DAN PEMBAHASAN
Surantih, Stasiun Tarusan dan Stasiun a. Perhitungan Curah Hujan
Batang Kapas. Didalam perhitungan curah hujan
c. Analisa dan perhitungan. maksimum metode yang digunakan
1) Curah hujan maksimum adalah Metode Thiessen
Curah Hujan 5 146,22 52,43 179,78
Tahun 10 146,22 52,43 212,28
Rata-rata 25 146,22 52,43 256,32
50 146,22 52,43 290,40
2005 110,92 100 146,22 52,43 326,05
Tabel 3. Curah Hujan Metode Hasper
2006 98,6
3) Metode Wedwen
2007 98,4
T mn/mp Rp (mm) RT (mm)
2008 235,3
2 0,498 205,54 145,19
2009 107,7 5 0,602 205,54 175,51
10 0,705 205,54 205,54
2010 130,1 25 0,845 205,54 246,36
50 0,948 205,54 276,39
2011 168,6 100 1,05 205,54 306,13
Tabel 4. Curah Hujan Metode Wedwen
2012 135
Dari perhitungan curah hujan rencana
2013 136,7 dengan 3 metode diatas, maka akan didapat

2014 124,95 curah hujan rencana rata-rata yaitu :

Tabel 1. Curah Hujan Maksimum


Meto Rn (mm)
b. Curah Hujan rencana de R2 R5 R10 R25 R50 R100
Untuk curah hujan rencana penulis Gum 140, 188, 219, 259, 288, 317,
bel 83 25 65 32 75 96
menggunakan 3 metode yaitu
Hasp 134, 179, 212, 256, 290, 326,
metode Gumbel, Hasper dan er 69 78 28 32 4 05
Wed 145, 175, 205, 246, 276, 306,
Wedwen wen 19 51 54 36 39 13
1) Metode Gumbel Rata- 140, 181, 212, 285, 316,
254
rata 24 18 49 18 71
Xn
n Yn Sn Sx Yt Tabel 5. Curah Hujan Rata-rata
(mm)
2 0,4952 0,9496 39,73 0,3665 140,83 c. Perhitungan Debit Banjir Rencana
5 0,4952 0,9496 39,73 1,4999 188,25
Untuk perhitungan debit banjir
10 0,4952 0,9496 39,73 2,2502 219,65
25 0,4952 0,9496 39,73 3,1985 259,32 rencana penulis menggunakan metode
50 0,4952 0,9496 39,73 3,9019 288,75 Wedwen.
100 0,4952 0,9496 39,73 4,6001 317,96
Tabel 2. Curah Hujan Metode Gumbel
2) Metode Hasper T Rn Qn
Qmaks
(Tahun) (mm) (m3/dt)
T R̅ Sd RT 2 140,24 341,88 199,77
5 181,18 341,88 258,09
2 146,22 52,43 134,69
10 212,49 341,88 302,69 sama dengan elevasi dasar sungai,
25 254 341,88 361,82 sehingga
50 285,18 341,88 406,24
Di dapat :
100 316,71 341,88 451,15
Tabel 6. Perhitungan Debit Banjir - Elevasi sawah tertinggi = +500,50 m
Jadi besarnya debit banjir rencana (design - Kedalaman air disawah = 0,1 m
flood) diambil harga Q100 hasil perhitungan - Kehilangan tekanan dari tersier
= 451,15 m3/dtk. kesawah = 0,1 m
d. Debit Andalan - Kehilangan tekanan dari sekunder ke
Setelah mengetahui debit banjir tersier = 0,1 m
rencana, kemudian mencari debit andalan - Kehilangan tekanan dari primer ke
dengan menggunakan cara analisis water sekunder = 0,1 m
balance dari Dr. F. J. Mock berdasarkan - Kehilangan tekanan karena kemiringan
data curah hujan bulanan, jumlah hari saluran = 0,15 m
hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik - Kehilangan tekanan dari alat alat ukur
hidrologi daerah pengaliran. = 0,40 m
m = (0,2 x n) - Kehilangan tekanan dari sungai
= 0,2 x 10 keprimer = 0,20 m
=2 - Kehilangan tekanan karena eksplotasi
Sehingga didapat debit andalan pada = 0,10 m
Januari 2014 adalah 833,204 liter/detik. - Persediaan untuk bangunan lain =
e. Perhitungan Bendung 0,25m
1) Data-data - Elevasi ambang pintu intake= + 502
Untuk perhitungan bendung saringan Di dapat :
bawah diambil data data sebagai berikut : - Elevasi ambang bendung = + 507,166
- Debit banjir rencana = 451,15 m3/dt - Elevasi dasar sungai = + 506,666
- Lebar dasar sungai rata- rata = 20 m
- Elevasi dasar sungai = + 506,666
- Elevasi sawah tertinggi = + 500,5
- Luas daerah yang akan di aliri=358 Ha
2) Tinggi Puncak Ambang
Ambang bendung direncanakan dari
pasangan batu kali, untuk merencanakan
elevasi mercu bendung saringan bawah
Gambar 1. Tinggi ambang bendung
3) Lebar total Bendung z = Beda tingi muka air hulu dan hilir(½h)
Adalah jarak antara tembok v = kecepatan pengaliran penguras (m/dtk)
sebelah dalam kiri dan kanan bendung, C = koefesien sedimen di ambil ( 5,5 )
untuk menentukan lebar total bendung D = diameter yang terbilas ( m )
dapat di hitung dengan memakai rumus Maka :
Bbendung = Brata-rata sungai z = 1/2 * h = 1/2 * 1,5 = 0,75 m
20 m = 20 m Q = 0,75 * 0,5 * 1,5 * 2 ∗ 9,81 ∗ 0,75
4) Lebar Pintu Penguras = 2,15 m/dtk
Lebar pintu penguras di ambil A = b* h = 0,5 * 1,5 = 0,75 𝑚2
1/10 dari lebar total bendung yang 𝑄 2,15
V= = = 1,075 𝑚3 /dtk
𝐴 2
direncanakan , maka :
𝑉 1,075
- Lebar pintu penguras ( Bp ) = 1/10 * V = 1,5 * C* 𝐷 = =
1,5∗𝐶 1,5∗5,5

20 = 2, m = 0,13 m
- Lebar bersih pintu = 60 % 2,0=1,2 m Jadi dengan kecepatan 1,075 m3/dtk
- Lebar pintu penguras di buat sedimen yang dapat di kuras berdiameter
sebanyak 2 buah, dengan tebal pilar 0,13 m
0,5 m. 5) Perhitungan Kolam Olak
Pintu penguras di rencanakan pada Adapun rumus yang digunakan adalah
kondisi air setinggi pintu intake 1,5 m
V1 = 2. 𝑔 0,5 𝐻𝐼 + 𝑍
dan besarnya debit yang di keluarkan
Dimana :
dari pintu penguras dapat di hitung
V1= Kecepatan awal loncatan (m/dt)
dengan memakai rumus :
g = Percepatan gravitasi (9,81 m/dt)
Q = ù*b*h 2∗𝑔∗𝑧
HI = Tinggi energi diatas mercu
Dan untuk menghitung diameter Z = Tinggi jatuh
sedimentasi maksimum yang terbilas d Elev
pakai rumus Elev asi
asi V1
V = 1,5 * C 𝐷 Z Y1 Fr Y2 Air
Dasa (m/
r (m) (m) (m) (m) Lonc
Dimana : dt)
at
Q = Debit pembilas / penguras ( m/dtk ) (m)
Ù = Koefisien pengaliran ( 0,75 ) 3,1 10,1 2,2 2,1 5,9 509,
504 66 93 12 87 35 935
b = Lebar pintu penguras ( 0,5 m) 4,1 11,1 2,0 2,4 6,2 509,
h = Tinggi bukaan pintu ( 1,5 m ) 503 66 14 29 9 21 822
502, 4,4 11,3 1,9 2,5 6,2 509,
g = percepatan grafitasi ( 9,81 m/𝑑𝑡 2 ) 726 4 53 86 71 93 01
Maka diambil elevasi kolam olak + 502,726 n = tinggi ambang ujung (m)
. Y2 = kadalaman air diatas ambang (m)
Elevasi air loncat lebih rendah dari elevasi Lj = 5 ( 0,2 + 0,606 )
muka air hilir bendung, sehingga memenuhi = 4,1 m
syarat.

3 𝑞2
hc =
𝑔

Dimana :
hc = Kedalaman air kritis (m)
q = Debit per lebar satuan
Gambar 2. Kolam Olak
= Qrencana / Beff (m3/dt/m)
Jadi : 6) Debit Intake
a. Debit satuan (Q100) Rumus yang di pakai :
Q 𝐶 ∗𝑁𝐹𝑅 ∗𝐴
q = Q = ( Sumber data KP.03 hal 4 )
𝑒
B eff
Dimana :
451,15
= = 19,489 m3/dt/m - Koefisien tanaman ( C ) = 1,24
23,148
- Efisiensi saluran primer ( ep )= 0,80
b. Kedalaman kritis (hc)
- Efisiensi saluran sekunder ( es ) = 0,90
3 𝑞2
hc = - Kebutuhan air di sawah ( NFR )=1,3
𝑔
l/dtk/ha
3 19,489 2 - Luas areal irigasi ( A )= 358 Ha
hc = = 3,383 m
9,81 Debit kebutuhan untuk irigasi ( 𝑄𝑛 ) :
c. Tinggi energi dihulu 1,24∗1,31∗358
𝑄𝑛 = = 897,43/dtk
0,8∗0,9∗0,9
= Elevasi ambang + H1
= 0,897 𝑚3 /dtk
= (+ 507,166) + 4,26
Qrencana = Qn * 1,20
= 511,426
= 0,897 * 1,2
d. Tinggi energi dihilir
= 1,076 𝑚3 /dtk
∆H = (+ 513,926) – (+513,626)
7) Pintu Intake
= 0,3 m.
Dimensi bangunan pintu intake di
Panjang Kolam Olak :
hitung dengan rumus :
Lj = 5 ( n+Y2 )
Qrencana = 𝜇 ∗ 𝑏 ∗ 𝑕 2𝑔𝑧
Dimana =
Direncanakan lebar pintu intake
Lj = Panjang kolam (m)
(b)=2*h Kedalaman air kritis diatas mercu
Maka : bendung (m)
Q rencana = 𝜇 ∗ 𝑏 ∗ 𝑕 2𝑔𝑧 hc =
3 1 𝑄𝑜
𝑥 ( 𝐵′ )2
𝑔
1,076=0,80*(2 * h ) * 2 ∗ 9,81 ∗ 0,3
3 1 1,076
1,076 = 0,80 * 2𝑕2 * 2,426 = 𝑥 (20,02 )2
9

1,076 = 1,941 * 2𝑕2 = 0,068 m


2 1,076 2
2𝑕 = 1,941 = 0,554 𝑚 Eo = 1,5 . hc
0,554 = 1,5 . 0,068
𝑕2 = = 0,277 𝑚2
2
= 0,102 m
h = 0,277𝑚2 = 0,526 m
Panjang efektif batang kisi-kisi
b = 2* h= 2 * 0,526
(panjang batang saringan yang dipelukan
= 1,052 m ~ 1,10 m
untuk memenuhi kapasitas penyadapan)
Kontrol :
= Lo (m)
Qrencana=0,80*1,1*0,626 𝑄𝑜
Lo =
2 ∗ 9,81 ∗ 0,3 > 1,076 𝑚3 /dtk µ𝜓 𝐵 ′ 2𝑔𝐸𝑜
1,076
= 1,278 𝑚3 /dtk > 1,076… ..Oke = 0,55 .0,165 .20,02 . 2.9,81 .0,102
8) Dimensi Saringan
= 4,1 m
Jumlah kisi–kisi yang dibutuhkan : Jika sudut pemasangan kisi – kisi θ = 50o

N100 =
𝐵 ~ 60o , koefesien aliran masuk µ = 0,55 ~
𝜙+𝑎 𝑥 10 −3 ( batang)
0,50.
20
= 100+20 𝑥10 −3

= 166,66 ~ 167 batang


B’100 = (𝜙 x N + a x (N-1))x10-3
= (100x167+20 (167–1)x10-3
= 20,02 m
Perbandingan antara luas lubang Gambar 3. Saringan Bendung
dengan lebar saringan (ψ) dalam % 9) Saluran Pengumpul
menjadi : Pertama-tama diperkirakan lebar
𝑎𝑥 10 −3
Ψ100 = x 100% penampang saluran pengumpul b ( b ≥
𝐵′
0,02 𝑥 166
panjang horizontal efektif kisi – kisi),
= x 100%
20,02 kemiringan dasar saluran pengumpul s dan
= 16,583 % koefesien kekasaran n. Kemudian dihitung
kedalaman aliran seragam (uniform flow) ho
pada penampang saluran pengumpul bagian d = diameter butir (m)
hilir dengan cara coba-coba (trial and q = v.h (m3/dtm)
error) sesuai debit pengambilan rencana Qo = 10,032 . 3,383
menggunakan rumus Manning. = 33,938 (m3/dtm)
q=
𝑄 I =0,2 (1.07 9/7) / (33,938 6/7) = 0,010
𝐵𝑒𝑓𝑓
10) Kedalaman Gerusan Local
Kedalaman air seragam/uniform flow (ho) :
𝑛𝑥𝑞 2𝑕 0,4
Untuk mengecek pengaruh dihilir
h = ( 𝑠 1/2 )0,6 𝑥 (1 + )
𝑏 lantai bendung, data – data yang di
2𝑕 0,4
h = h* (1 + ) perlukan:
𝑏

Dimana : Debit banjir rencana 𝑄100 = 451,15 m3/dtk


Qo = Debit Pengambil rencana Diameter butiran tanah rata – rata= 0,50 m
(1,076 m3/dtk) Kedalam gerusan dapat di hitung secara
b = Lebar Saluran Pengumpul teoritis dengan memakai rumus :
(2,50 m) (ditetapkan) 𝑄100 1/3
D = 0,47 𝑓
s = Kemiringan Saluran Pengumpul
F = 1,76 * 𝑑
(1/20)
Dimana :
n = Koefesien kekasaran (0,015)
D =Diameter butiran tanah dasar rata – rata
q = 0,43 (m3/dtk/m1)
𝑛𝑥𝑞 0,015 𝑥 0,43 0,6 di hilir bendung ( m )
h*=( 𝑠 1/2 )0,6 =( ) =1,174m
1/201/2
F = Faktor lumpur lacey
2𝑕1 0,4
h2=h*(1 + ) = 1,530 m d = Diameter butiran tanah dasar
𝑏

h3=h*(1 +
2𝑕2 0,4
) = 1,616 m rata – rata ( m )
𝑏
2𝑕3 0,4
dari perhitungan di dapat :
h4=h*(1 + ) = 1,636 m
𝑏
F = 1,76 * 0,5 = 12,44
2𝑕4 0,4
h5= h*(1 + ) = 1,640 m
𝑏 451,15 1/3
D = 0,47 = 3,310 m
2𝑕5 0,4 12,44
h6=h*(1 + ) = 1,641 m
𝑏
Karena kedalaman menurut Lacey adalah
2𝑕6 0,4
h7=h*(1 + ) = 1,641 m empiris, maka dalam penggerusan bisa di
𝑏

Dengan demikian ditentukan nilai gunakan suatu faktor sebagai angka


ho= 1,641 m. keamanan yaitu 1,50 jadi panjang lindung
Kemiringan saluran pengumpul : dari batu kosong = 4 kali kedalaman
9/7 6/7
I = 0,20 (d ) / (q ) gerusan
Dimana : L = 4 * 3,310 m = 13,24 m = 14 m
I = Kemiringan Energi (m/m) D = 3,310 * 1,50 = 4,965 m
h dihilir bendung = 3,76 m 1 1−sin 30 𝑜
P1 = 2 0,6 . 0,52 1+sin 30 𝑜
D>h
Maka di ujung lantai kolam olakan perlu di
= 0,025 ton
beri batu kosong untuk pelindung.
P2 = ½ . 0,6 . 0,5 . 0,5
Untuk mencari butiran yang melindungi
= 0,075 ton
ujung lantai dipakai rumus :
2) Tekanan Air
𝑞 2
d = 0,04 a). Waktu Air Normal
𝑕
𝑄
q = 𝐵𝑒𝑓𝑓 γair = 1.000 t/m3
W1 = ½ . 6,92 . 1
dimana :
= 23,805 ton
d = Diameter butiran yang akan di
W2 = ½ . 0,752 . 1
pakai
= 0,281 ton
q = Debit persatuan lebar
b). Waktu Air Banjir
(𝑚3 /dtk/m )
W3 = ½ . 6,9 . 1 . 1
𝐵𝑒𝑓𝑓 = Lebar efektif bendung ( 23,148
= 3,45 ton
m)
W4 = 0,5 . 0,75 . 1
𝑕1 = Tinggi air di atas mercu
= 0,375 ton
bendung ( 3,76 m )
W5 = 0,8 . 0,5 . 1
𝑕2 = Tinggi air di hilir bendung ( 0,5
= 0,4 ton
m)
W6 = ½ . 0,5 . 0,8 . 1
= 0,2 ton
𝑄 451,15 3
q= = 23,148 = 19,489 𝑚 /dtk/m 3) Tekanan Tanah Kontak Vertikal
𝐵𝑒𝑓𝑓

19,489 2 Tanah besar bendung diperkirakan


d = 0,04 3,76
dari tanah lempung campur pasir dan
= 1,07 m
kerikil, dengan :
f. Stabilitas Bendung
- Sudut geser dalam (𝜙) = 30o
1) Tekanan Lumpur
- γtanah = 1,8 t/m3
Lumpur dianggap setinggi ambang.
- γsub = 1,8 – 1
γLumpur = 1,6 t/m3
= 0,8 t/m3
γs = 1,6 – 1 𝜙
3 - λa = tg2 (45o - 𝑎 )
= 0,6 t/m
𝜙 = 30o = tg2 (45o – 15o)
= 0,333
𝜙
- λp = tg2(45o + 𝑎 )
= tg2 (45o + 15o) Lengan momen UA1-A2
=3 = (1/2) + 3,5 + 1,0 + 4,0 + 0,5
F1 = ½ . 0,8 . 42 . 0,333 = 9,5 m
= 2,131 ton Lengan Momen UA1-A2
2
F2 =½.3 .3 =(1 . 2/3)+ 3,5 + 1,0 + 4,0 + 0,5
= 13,5 ton = 9,667 m
4) Uplift Preassure Gaya = 1 . 4,880
Yang dimaksud dengan uplift pressure = 4,880 t
ialah tekanan keatas yang diakibatkan oleh Momen = 4,880 x 9,5
air terhadap bidang bawah bendung. Dalam = 46,36 tm
mencari besarnya tekanan ini kita harus Uplift Pressure diperhitungkan sebesar
menghitung besarnya tekanan ditiap – tiap 70% .
titik pada bidang bawah bendung. Titik ∑V = 70% . 42,012 = 29,408 ton
yang dihitung tersebut adalah mulai dari ∑M = 70% . 220,069 = 154,048 ton
titik 1 sampai ke titik 10. Rumus yang Jarak garis kerja Uplift Pressure vertikal
digunakan untuk menghitung adalah ke titik A :
sebagai berikut : 𝑀 154,048
X = = = 5,238 m
𝑉 29,408
Ux = (𝐻𝑥− 𝐿 𝑥 ∆𝐻) 𝛾𝑊
𝐿𝑡 Uplift Pressure Horizontal
Dimana : Lengan Momen UA2-A3
Ux= Uplift Pressure pada titik x (ton) = (1/2 . 3,5) – 0,66 = 1,75 m
Hx=Tinggi titik x terhadap air dimuka Lengan Momen UA2-A3
bendung (m) = (1/3 . 3,5) – 0,66 = 0,506 m
Lx=Panjang creep line sampai ketitik x Gaya = 3,5 . 4,560
(ton) = 15,96 t
ΔH= Perbedaan tekanan air (m) Momen = 15,96 . 1,75

γw = Berat jenis air (ton) = 27,93 tm

Lt = Panjang total creep line (m) Uplift Pressure diperhitungkan sebesar 70%
∑H = 70% . 40,053 = 28,037 ton
a) Uplift Pressure Waktu Air Normal ∑M = 70% . 39,214 = 27,449 ton
ΔH = 507,166 – 504,066 Jarak garis kerja Uplift Pressure horizontal
= 3,1 m ketitik A :
Lt = 25,94 m 𝑀 27,449
Y = 𝑉
= 28,037 = 0,979 m
Uplift Preasure Vertikal
b) Uplift Preassure Air Banjir ∑M = 70% . 41,224 = 28,856 ton
ΔH = 509,666 – 503,406 Jarak garis kerja Uplift Pressure vertikal

= 6,26 m ketitik A :
𝑀 28,856
Lt = 26,87 m Y = = 29,868 = 0,966 m
𝑉
Uplift Pressure Vertikal g. Kontrol Stabilitas Bendung
Lengan momen UA1-A2 1) Keadaan Air Normal
= (1/2) + 3,5 + 1,0 + 4,0 + 0,5 a). Gaya Horizontal dan Garis Kerjanya
= 9,5 m Jarak garis kerja gaya horizontal ketitik A
Lengan Momen UA1-A2 𝑀 9,981
- Tanpa Uplift = Y1 = = 7,351 = 1,35m
𝐻
= (1 . 2/3) + 3,5 + 1,0 + 4,0 + 0,5
𝑀 −88,149
= 9,667 m - Dengan Uplift =Y2= = =-2,49 m
𝐻 35,388

Gaya = 1 . 5,043 b). Gaya Vertikal dan Garis Kerjanya


= 5,043 t 𝑀 107,060
- Tanpa Uplift=X1= = =2,434 m
𝑉 43,97
Momen = 5,043 . 9,5
𝑀 171,170
- Dengan Uplift =X2= = 73,378 = 2,33 m
= 47,908 tm 𝑉

Uplift Pressure diperhitungkan sebesar c). Kontrol Resultan Gaya Tanpa Uplift
70% Pressure
∑V = 70% . 48,729 = 34,110 ton 𝑌1 . 𝐻−
1
2
𝐵 − 𝑋1 𝑉
e =
∑M = 70% . 283,409 = 198,386 ton 𝑉
1,357 .7,351− 6,57−2,434 .43,97
Jarak garis kerja Uplift Pressure vertikal = 43,97
ketitik A : 1 1
= - 3,228 < 6 𝑏 = 6 . 13,14
𝑀 198,386
X = = = 5,816 m
𝑉 34,110 = 2,19 m ... (oke)
Uplift Pressure Horizontal d). Kontrol Terhadap Tegangan Tanah
Lengan Momen UA2-A3 Diambil perhitungan 1 meter lebar
= (1/2 . 3,5) – 0,66 = 1,09 m bendung
Lengan Momen UA2-A3 Rumus :
= (1/3 . 3,5) – 0,66 = 0,507 m 𝜎12 =
𝑉
+
𝑀
𝑓 𝑤
Gaya = 3,5 . 4,662
Dimana :
= 16,317 t
f = 13,14 . 1 = 13,14 m2
Momen = 16,317 . 1,09
∑V = 43,97 ton . 1,00 m
= 17,789 tm
= 43,97 tm
Uplift Pressure diperhitungkan sebesar 70%
∑M = -3,228 ton . 1,00 m
∑H = 70% . 42,669 = 29,868 ton
= -3,228 tm
w = 1/6 . 13,142 = 28,776m3 = tg 𝜙 = tg 30o
43,97 −3,228
𝜎12 = + = 3,222 ± 0,004 = 0,5773
13,14 26,041
43,97 .0,5773
𝜎1 = 3,222 + 0,004 = 3,226 ton/m2 FK = =3,453>1,5 ..(oke)
7,351

= 0,3226 kg/cm2 2) Keadaan Air Banjir


2
𝜎2 = 3,222 – 0,004 = 3,218 ton/m a). Gaya Horizontal dan Garis Kerjanya
= 0,3218 kg/cm2 Jarak garis kerja gaya horizontal ketitik A
e).Kontrol Resultan Gaya Dengan Uplift 𝑀 −12,407
- Tanpa Uplift = Y1 = =
𝐻 27,276
Pressure
= -0,454 m
1
𝑌2 . 𝐻− 𝐵 − 𝑋2 𝑉 𝑀 −45,262
2
e = - Dengan Uplift = Y2 = =
𝑉 𝐻 57,144
−2,49 . 35,388− 6,57−2,33 . 73,378 = -0,792 m
= 73,378
1 1 b). Gaya Vertikal dan Garis Kerjanya
= - 5,12 < 6 𝑏 = 6 . 13,14
Jarak garis kerja gaya vertikal ketitik A
= 2,19 m ... (oke) 𝑀 204,135
- Tanpa Uplift = X1 = =
𝑉 68,285
f). Kontrol Terhadap Guling
Titik Guling adalah titik 10. = 2,989 m
𝑀 278,494
- Momen Guling (mg) - Dengan Uplift = X2 = = 102,359
𝑉
Mg= ∑H ( 503,226 – 500,626 + Y2) = 2,72 m
= 35,388 ( 3,1 + (-2,49)) c) Kontrol Resultan Gaya Tanpa Uplift
= 21,586 tm Pressure
- Momen Tanah ( MT ) 𝑌1 . 𝐻−
1
𝐵 − 𝑋1 𝑉
2
Mt= ∑V (B – X2) e = 𝑉

= 43,97 ( 6,57 – 2,33 )


= 186,432tm −0,454 . 27,276− 6,57−2,989 . 68,285
= 68,285
- Faktor Keamanan ( FK ) 1 1
𝑀𝑇 186,432
= -3,762 < 6 𝑏 = 6 . 13,14
FK= 𝑀𝐺 = 21,586 =8,63 >1,5 ...( oke )
= 2,19 m ... (oke)
g).Kontrol Tehadap Geser
d). Kontrol Terhadap Tegangan Tanah
- Faktor Keamanan ( FK )
Diambil perhitungan 1 meter lebar
𝑉 .𝑓
FK = > 1,5 bendung :
𝐻
𝑉 𝑀
Dimana : Rumus : 𝜎12 = +
𝑓 𝑤
∑V = Total Gaya Vertikal
Dimana :
∑H = Total Gaya Horizontal
f = 13,14 . 1 = 13,14 m2
f = Koefesien Geser Tanah
∑V = 68,285 ton . 1,00 m
= 68,285 tm Dimana :
∑M = 148,784 ton . 1,00 m ∑V = Total Gaya Vertikal
= 148,784 tm ∑H =Total Gaya Horizontal
w = 1/6 . 13,142 = 28,776 m3 f = Koefesien Geser Tanah
𝜎12 =
68,285
+
148,784
= 10,367 ± 0,004 = tg 𝜙 = tg 30o = 0,5773
13,14 28,776
102,359 .0,5773
𝜎1 = 10,367+ 0,004 = 10,371 ton/m2 FK = 27,276

= 1,037 kg/cm2 = 2,166 > 1,5 ....... (oke)


𝜎2 = 10,367 – 0,004 = 10,363 ton/m2 h. Menghitung Tegangan Tanah Yang
= 1,036 kg/cm2 Diizinkan
e).Kontrol Resultan Gaya dengan Uplift Untuk menghitung tegangan tanah
Pressure yang diizinkan pada pondasi dihitung
1 dengan rumus tersaghi sebagai berikut :
𝑌2 . 𝐻− 𝐵 − 𝑋2 𝑉
2
e = 𝑉 q = C. Nc + γ . D . Nq + ½ . γ . B . Nγ
Dimana :
−0,792 . 57,144− 6,57−2,72 . 102,359
= q = Daya dukung keseimbangan (ton/m2)
102,359
1 1 B = Lebar pondasi,dalam hal ini b = 20 m
= -4,29 < 6 𝑏 = 6 . 13,14
D = dalam pondasi, dalam hal ini d = 1 m
= 2,19 m ... (oke)
γ = berat jenis tanah, γ = 1,8 t/m3
f). Kontrol Terhadap Guling
C = kohesi, dalam hal ini C = 0
Titik guling adalah titik 10
Nc, Nq, Nγ= faktor daya dukung tanah yang
- Momen Guling (mg)
tergantung pada sudut
Mg = ∑H ( 504,4 – 500,4 + Y2)
perlawanan geser tanah, dalam
= 57,144 ( 4,17 + (-0,792))
hal ini 𝜙 = 30o
= 193,032 tm
Dari grafik didapat faktor daya dukung Nq
- Momen Tanah ( MT )
dan Nγ = 20.
Mt = ∑V (B – X2)
Karena harga C = 0, maka rumus q menjadi
= 68,825 ( 7,322 )
:
= 503,936 tm
q = γ . D . Nq + ½ . γ . B . Nγ
- Faktor Keamanan ( FK )
= 1,8 . 1 . 20 + ½ . 1,8 . 13,14 . 20
𝑀𝑇 503,936
FK =𝑀𝐺 =193,032=2,61>1,5(oke ) = 272,52 ton
g). Kontrol Tehadap Geser Tegangan tanah yang diizinkan :
- Faktor Keamanan ( FK )
𝑉 .𝑓
FK = > 1,5
𝐻
𝑞 ∆ Kecil Puncak Ambang Bendung
σt = n angka keamanan, dalam hal ini
𝑛
272,52
terletak pada elevasi +507,166.
n=5 = = 54,504 t/m2 = 5,45 kg/m2
5 4. Pembangunan Bendung Saringan
Dari perhitungan-perhitungan yang Bawah Sungai Salido Kecil ini
telah dilakukan, kemudian dikontrol berguna untuk menangkap air
terhadap geser, guling baik dalam keadaan kemudian air tersebut masuk
air nomal maupun air banjir dan juga kesaluran pengumpul dan akan
memperhitungkan uplift pressure maupun dialirkan untuk kebutuhan irigasi
tidak diperhitungkan, ternyata kontruksi dengan areal persawahan seluas 358
bendung cukup aman. Ha
Terhadap tegangan tanah yang 5. Tipe kolam olak yang digunakan
timbul, dengan tegangan tanah timbul σt = dalam perencanaan yaitu tipe
2
1,064 kg/m lebih kecil daripda tegangan vlugter, karena sebagai batasan tipe
2
yang diizinkan σt = 5,45 kg/m , dengan ini dalam lantai olakan dari ambang
demikian tanah dasar pondasi cukup kuat bendung ≤ 8,00 m sedangkan dalam
menahan beban pondasi tanpa terjadi lantai olakan dari ambang bendung
penurunan. pada perencanaan adalah 4,406 m.
KESIMPULAN 6. Pada perhitungan Stabilitas bendung
Dari pembahasan analisa dalam keadaan air normal didapat
perencanaan yang dilakukan pada Bendung angka keamanan terhadap guling
Saringan Bawah Sungai Salido Kecil, 8,63 dan terhadap geser 3,453. Pada
didapat kesimpulan sebagai berikut : saat air dalam keadaan banjir
1. Dari peta topografi didapat luas didapat angka keamanan terhadap
catchment area yang mempengaruhi guling 2,61 dan terhadap geser
debit Sungai Salido Kecil sekitar 30 2,166. Dari hasil perhitungan yang
2
km . didapat maka konstruksi bendung
2. Dalam perhitungan debit banjir stabil.
rencana periode ulang 100 tahun SARAN
pada perencanaan Bendung 1. Untuk mempertahankan banyak air
Saringan Bawah Sungai Salido di Sungai Salido Kecil guna
Kecil ini didapat Q100 = 451,15 memenuhi kebutuhan irigasi
3
m /dt. sebaiknya petani melakukan
3. Pada perencanaan Bendung pengaturan pola tanam.
Saringan Bawah Sungai Salido
2. Pada perencanaan jaringan pembagi
harus disesuaikan dengan luas
kebutuhan daerah irigasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asiyanto. 2011. Metode Konstruksi
Bendungan.Jakarta : UI-Press
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen
Pekerjaan Umum, Standar Perencanaan
Irigasi Bangunan KP-02, Cetakan Pertama,
Bandung, 1986.
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen
Pekerjaan Umum, Standar Perencanaan
Irigasi Bangunan KP-04, Cetakan Pertama,
Bandung, 1986.
Direktorat Jenderal Pengairan Departemen
Pekerjaan Umum, Standar Perencanaan
Irigasi Bangunan KP-06, Cetakan Pertama,
Bandung, 1986.
Kamiana, I Made. 2011. Teknik
Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mawardi, Erman. 2010. Desain Hidraulik
Bangunan Irigasi. Bandung: Alfabeta.
Mawardi, Erman. Memed, Moch. 2006.
Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk
Irigasi Teknis. Bandung: Alfabeta.
Soedibyo. 2003. Teknik Bendungan.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Sosrodarsono, Suyono. Takeda, Kensaku.
1983. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Utama, Lusi. 2013. Hidrologi Teknik.
Padang: Universitas Bung Hatta
Zainuddin, Ripiali. Prihono, Bambang.
2001. Bendung Saringan Pada Sungai
Beraliran Deras. Jakarta: PT. Meditama
Saptakarya.

Anda mungkin juga menyukai