Anda di halaman 1dari 8

e-ISSN 2720-9199

p-ISSN 2541-0148

JURNAL TEKNIK SIPIL

Kajian Penanggulangan Banjir dengan Menggunakan Kolam Retensi


(Studi Kasus Sungai Lamasi Kabupaten Luwu)

Aisyah Madiana Ali 1, Ratna Musa2, Ali Mallombasi 3


1)Program Pascasarjana Magister Teknik Sipil, Universitas Muslim Indonesia

Jalan Urip Sumohardjo No. 225 Makassar (0411)454534


1)Email: aisyahmadiana@gmail.com
2,3)Program Studi Teknik Sipil Universitas Muslim Indonesia

Jl. Urip Sumoharjo KM 05 Makassar, 90231, Indonesia


2)Email: ratmus_tsipil@ymail.com; 3)alimallombasi@gmail.com

ABSTRAK
Banjir menjadi masalah ketika muncul kerugian banjir, mengingat pada umumnya sungai
lebih dahulu menempati ruang alurnya dibanding keberadaan manusia. Mengingat sejarah
banyak perkotaan terbentuk di dataran banjir, tak terkecuali di Kabupaten Luwu yang
merupakan daerah yang banyak menghadapi persoalan banjir karena khususnya sungai-
sungai yang berada dibagian utara. Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan
dengan berbagai cara, namun yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan
dicari sistem yang paling optimal dan sesuai dengan kondisi lapangan maka kolam retensi
ternyata menjadi metode yang cocok untuk dilapangan dengan pertimbangan kolam
retensi merupakan cara yang efektif dan dapat menghasilkan solusi optimal baik dari segi
biaya dan pengendalian banjir secara keseluruhan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisa debit banjir rencana sungai Lamasi kabupaten Luwu dan menganalisa volume
kolam retensi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah
maupun fenomena buatan manusia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa debit banjir yang
dihitung berdasarkan data pengamatan tinggi permukaan air di sungai sebesar Q10 = 64.79
m3/dt, sehingga tanggul kolam dengan elevasi + 11.50 m dengan tampungan 4,401,226.04
m3, tinggi air dimuka pintu 7 m dan luas permuakaan genangan 782,613.78 m 2.

Kata Kunci: Kolam Retensi, Banjir, Pengendalian Banjir

ABSTRACT
Flood becomes a problem when flood losses arise, given that rivers generally occupy their
channel space before humans. Given the history of many cities being formed on the
floodplain, this is no exception in Luwu Regency, which is an area that faces many
problems with flooding, especially the rivers in the northern part. Basically, flood control
can be carried out in various ways, but the important thing is to consider as a whole and to
find the most optimal system and according to field conditions, so that the retention pond
turns out to be a suitable method for the field considering that the retention pond is an
effective way and can produce a solution. optimal both in terms of costs and overall flood
control. This study aims to analyze the flood discharge plan for the Lamasi river in Luwu
Regency and analyze the volume of the retention pond. This study uses a descriptive
method, namely research aimed at describing existing phenomena, both natural phenomena
and man-made phenomena. The results show that the flood discharge calculated based on
observation data of water level in the river is Q10 = 64.79 m 3 / s, so that pond embankment
with an elevation of + 11.50 m with a reservoir of 4,401,226.04 m 3, a water level of 7 m in
front of the door and an inundation surface area of 782,613.78 m2.

Keywords: Retention Ponds, Floods, Flood Control

18 JURNAL TEKNIK SIPIL - MACCA


Kajian Penanggulangan Banjir Dengan Menggunakan Kolam Retensi
(Studi Kasus Sungai Lamasi Kabupaten Luwu)
(Aisyah Madiana Ali, Ratna Musa, Ali Mallombasi)

1. Pendahuluan air yang tidak berfungsi dengan baik,


Sungai Lamasi adalah salah satu sungai dan tidak tersedianya pompa banjir.
dikabupaten Luwu yang mengalami
Harmani & Soemantoro, (2017),
banjir setiap tahun dan menimbulkan
meneliti dengan menggunakan Urban
dampak kerusakan lingkungan. Badan
Drainage System (SUDS) yaitu suatu
Penanggulangan Bencana daerah pola drainase pemukiman atau perkotaan
Kabupaten Luwu memberikan data yang berbasis lingkungan. Hasil
bahwa kecamatan Lamasi timur dengan penelitian dengan analisa terhadap
9 desa terkena dampak banjir dari sungai beberapa hidrograf banjir, maka terlihat
Lamasi, desa tersebut adalah desa bahwa pembuatan atau pengembangan
Pelalan, To’lemo, Pompengan, Kolam Retensi dapat menjadi alternative
Pompengan utara, Pompengan tengah, pengendali banjir yag efektif.
Pompengan Pantai, Pompengan Timur,
Salo Pao dan Bololondong. Scholz & Yang, (2010), meneliti
menggunakan metode survei SFRB
Kerugian yang dialami oleh masyarakat didasarkan pada penyelesaian survei
terdampak banjir di sungai Lamasi dapat lokasi template, yang berisi total 40
dikurangi dengan melakukan variabel. Hasil penelitian ini tentang
pengendelalian banjir sehingga sehingga pengendalian banjir akibat kemungkinan
luapan air sungai dapat dikurangi atau perubahan iklim yang kemungkinannya
dihilangkan sama sekali. meningkatkan frekuensi kejadian banjir,
sehingga meningkatkan bahaya terkait.
Hal ini dapat mengancam beberapa
Pengendalian banjir pada dasarnya dapat
pengendali banjir yang ada, yang
dilakukan dengan berbagai cara, namun
dirancang dan dibangun sebelum
yang penting adalah dipertimbangkan perubahan iklim diidentifikasi.
secara keseluruhan dan dicari sistem
yang paling optimal dan sesuai dengan Siswoyo et al., (2011), melakukan
kondisi lapangan maka berdasarkan penelitian dengan model hidrograf
pengamatan kami dilapangan metode satuan sintetis (HSS) Snyder untuk
pengendalian banjir yang cocok daerah aliran sungai di Jawa Timur,
dilapangan adalah pengendalian banjir Pemodelan dalam penelitian ini
secara stuktural yaitu dipilih dikaji dilakukan dengan menggunakan model
adalah penggunaan kolam retensi. statistika regresi yang mencari hubungan
Perencanaan kolam retensi dalam antara unsur-unsur hidrograf satuan
penanggulangan bajir sangat ditentukan dengan karakteristik DAS yang diteliti.
oleh debit sungai yang akan Dari hasil pemodelan diperoleh Model
ditanggulangi. Besarnya volume akan HSS Snyder dengan menggunakan
digunakan dalam merencanakan dimensi koefisien-koefisien regresi yang sesuai
dari kolam yaitu luas genangan dan dan lebih mendekati karakteristik
tinggi tanggul. Penelitian ini bertujuan hidrograf satuan untuk DAS di Jawa
untuk: Timur.
a. Menganalisa debit banjir rencana
sungai Lamasi kabupaten Luwu 2. Metode Penelitian
b. Menganalisa volume kolam retensi 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di sungai Lamasi
Al Amin, (2016), melakukan penelitian kabupaten Luwu Utara Provinsi
Penelusuran banjir menggunakan Sulawesi Selatan, lokasi ini dapat
pemodelan hidrologi dengan bantuan mewakili sungai-sungai berada di
perangkat lunak HEC-HMS. hasil kabupaten Luwu Utara dan Timur
analisa Banjir di kawasan sekitar kolam karena mempunyai karakteristik.
retensi disebabkan oleh kapasitas kolam
retensi yang tidak mencukupi, pintu

VOL.6 NO.1, FEBRUARI 2021 19


Kajian Penanggulangan Banjir Dengan Menggunakan Kolam Retensi
(Studi Kasus Sungai Lamasi Kabupaten Luwu)
(Aisyah Madiana Ali, Ratna Musa, Ali Mallombasi)

2.2 Metode Penelitian serta informasi dari masyarakat


Metode yang digunakan dalam sekitar daerah studi (sungai
penelitian ini adalah metode deskriptif Lamasi)
yaitu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena 2) Anlisa Perencanaan Kolam Retensi
yang ada, baik fenomena alamiah Tahapan perencanaan kolam retensi
maupun fenomena buatan manusia. dapat dilihat berikut ini:
a) Pemilhan lokasi penempatan
2.3 Tahapan Penelitian kolam berdasar peta topografi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam b) Optimalisasi volume dan luas
beberapa tahapan: genangan berdasar Q rencana.
1) Pengumpulan Data c) Perencanaan pelimpah, berfungsi
Dalam penelitian ini ada dua sumber mengalirkan air yeng melampaui
data yaitu: tinggi muka air rencana sehingga
a) Data primer berupa observasi alian air tidak melimpas diatas
lapangan. tanggul dihulu pelimpah.
b) Data sekunder yang dikumpulkan
adalah data yang diperoleh dari 3. Hasil dan Pembahasan
instansi pemerintah yaitu 3.1 Analisis Hidrolika
pemerintah kabupaten luwu, Analisis hidrolika dimaksud adalah
Dinas Pengembangan Sumber menghitung kapasitas panampang
Daya Air Provinsi Sulawesi sungai mengalirkan debit, dalam hal ini
Selatan dan Balai Besar Wilayah dilakukan pada alur sungai yang berada
Sungai Pompengan Jeneberang dihlir pintu kolam retensi.

Tabel 1. Hasil perhitungan kapasitas sungai


A D Z P R V Q
STA. S n
m2 m m m m m/dt m3
P.387 35.432 2.531 0.0011 22.000 0.621 0.030 0.797 28.235
P.389 48.073 117.270 0.0011 23.213 0.483 0.030 0.674 32.396
P.391 101.071 129.960 0.0011 40.221 0.398 0.030 0.592 59.871
P.393 122.503 161.890 0.0011 46.899 0.383 0.030 0.577 70.718
P.395 73.416 184.070 3.171 0.0011 34.579 0.471 0.030 0.663 48.661
Jumlah 593.190 Qmin 28.235

Keterangan: 3.2 Kolam Retensi


A = luas penampang melintang Bangunan kolam retensi meliputi
D = jarak antara sta. tampungan, pelimpah dan pintu outlet,
dari ketiga bagian ini pintu outlet
Z = elevasi dasar sungai
dimensi tidak dihitung hanya ditentukan
S = kelandain memanjang sungai kapasitas bukaannya sebesar dengan
P = keliling penampang basah debit kapasitas saluran dihilir pintu.
R = jari jari hidrolis
3.2.1. Volume Tampungan
n = koefisien Manning
Perhitungan volume tampungan yang
V = kecepatan aliran berdasarkan peta topografi dan hasil
Q = kapasitas sungai hitungan dapat dilihat pada gambar
Kapasitas atau debit pengaliran dipilih berikut:
yang paling kecil yaitu sebesar
28.235m/dt.

20 JURNAL TEKNIK SIPIL - MACCA


Kajian Penanggulangan Banjir Dengan Menggunakan Kolam Retensi
(Studi Kasus Sungai Lamasi Kabupaten Luwu)
(Aisyah Madiana Ali, Ratna Musa, Ali Mallombasi)

Tabel 2. Kapasitas tampungan kolam


Luas Volume (m3)
No Elevasi
m2 Perelev Total
1 4.00 0.00 0.00 0.00
2 4.50 1,370.73 685.37 685.37
3 5.00 8,217.24 4,793.99 5,479.35
4 5.50 37,397.35 22,807.30 28,286.65
5 6.00 46,195.60 41,796.48 70,083.12
6 6.50 91,431.62 68,813.61 138,896.73
7 7.00 153,462.45 122,447.04 261,343.77
8 7.50 197,415.83 175,439.14 436,782.91
9 8.00 249,449.60 223,432.72 660,215.62
10 8.50 315,423.31 282,436.46 942,652.08
11 9.00 391,032.85 353,228.08 1,295,880.16
12 9.50 512,387.53 451,710.19 1,747,590.35
13 10.00 595,300.23 553,843.88 2,301,434.23
14 10.50 680,667.78 637,984.01 2,939,418.23
15 11.00 730,167.03 705,417.41 3,644,835.64
16 11.50 782,613.78 756,390.41 4,401,226.04
17 12.00 796,705.46 789,659.62 5,190,885.66

Kapasitas tampungan dipengaruhi oleh mendapatkan tampungan yang optimal


tinggi dan luas genangan, maka untuk maka digunakan lengkung kapasitas.

Gambar 1. Hidrograf Qmasuk dan keluar

Gambar lengkung kapasitas kolam 3.2.2 Kapasitas Kolam Retensi


retensi mempunyai tampungan yang Kapasitas kolam retensi dianalisis
optimal pada kedalaman 10 m dan luas dengan debit jam jaman dari hasil
genangan 595,300.23 m2 dengan volume hitungan HSS ITB2, selanjutnya
tampungan 2,301,434.23 m3. dihitung berapa debit yang dapat
ditampung dan apabila debit maksimum
yang sesuai kapasitas sungai dihilir
kolam yaitu sebesar 28,23 m3.

VOL.6 NO.1, FEBRUARI 2021 21


Kajian Penanggulangan Banjir Dengan Menggunakan Kolam Retensi
(Studi Kasus Sungai Lamasi Kabupaten Luwu)
(Aisyah Madiana Ali, Ratna Musa, Ali Mallombasi)

Gambar 2. Hidrograf Qmasuk dan keluar

Dari hasil analisa, Besarnya debit yang Jumlah pilar (n) = 2.000 buah
harus tampung kolam dengan debit
kalang ulang 10 tahun adalah sebesar Tinggi mercu (p) = 7.500 m
4,059,795.50 m3, sedang kapasitas yang
ideal tampungan kolam adalah Lebar pilar (bp) = 1.000 m
2,301,434.23 m3 dengan kedalaman
kolam 10 m. Karena volume tampungan Lebar Pintu 2 x 5 m = 10.000 m
dari pada kedalaman 10 m volumenya
tidak mencukpi sehingga kedalaman Tinggi jagaan = 1.000 m
kolam ditambah sampai kapasitasnya
lebih besar atau sama dengan Konstruksi/type
4,059,795.50 m3,untuk maksud tersebut
maka kedalaman kolam dijadikan 11.50 Konstruksi/type : Mercu bulat dari
m dengan volume tampungan sebesar pasangan batu kali
4,401,226.04 m3 lebih besar dari debit
yang masuk. kemiringan hulu 1 : 0

3.2.3 Pelimpah kemiringan hilir 1 : 1


Bangunan pelimpah direncanakan untuk
melimpaskan air pada saat deibit banjir jari-jari mercu 1.000
lebih besar debit banjir rencana, dalam
Perhitungan
penelitian ini debit rencana digunakan
debit dengan kalaulang 50 tahun (Q50)
Dicoba h = 1.172 m
dengan data untuk perencanaan
pelimpah sebagai berikut : Lebar Efektif (Beff) = 23.000 m
Elevasi dasar sungai: 4.000m Penentuan koefisien debit :
Tinggi Mercu diirencanakan: 7.500 m
H1/r = 1.172 ----> C0 = 1.207 Grafik
Elevasi mercu rencana: 11.500 m
p/H1 = 6.401 ----> C1 = 1.000 Grafik
Q50 = 88.935 m³/dtk kemiringan hulu tegak: ----> C2 = 1.000
Grafik
Lebar ren. (B) = 35.000 m
Sehingga besarnya Cd = C0 C1 C2 =

22 JURNAL TEKNIK SIPIL - MACCA


Kajian Penanggulangan Banjir Dengan Menggunakan Kolam Retensi
(Studi Kasus Sungai Lamasi Kabupaten Luwu)
(Aisyah Madiana Ali, Ratna Musa, Ali Mallombasi)

1.207 1) Waduk adalah salah satu metode


pengendailan banjir yang baik
Debit coba = Cd 2/3 (√(2/3) g).b.h^1.5 = karena dapat berfungsi seperti
60.000 m³/dtk motede perbaikan dan pemeliharaan
DAS. Kelemahannya adalah butuh
Jadi air lewat Pintu = 28.934 m³/dtk waktu yang lama dalam
pembangunannya diperlukan biaya
Elevasi muka air banjir = 12.672 m yang besar dan juga dibutuhkan
pemebasan lahan, serta diperlukan
Tinggi jagaan = 1.000 m banyak tenaga ahli yang dibutuhkan
dalam merencanakan sampai
Elevasi deck shear = 13.672 m pelaksanaannya
2) Tanggul adalah penanngulan banjir
3.3 Pembahasan dengan memperbesar kapasitas
1. Kajian Pemilihan Kolam Retensi sungai dengan jalan meninggikan
Metode pengendalian banjir telah tepi sungai kiri dan kanan.
Keutungan dari metode ini adalah
diuraikan pada bab sebelumnya yaitu
pembangunan terlalu maha apalagi
secara struktural dan non struktural. terbuat dari tanah dibanding dengan
Penelitan ini mengkaji pengendalian pembangunan waduk, tenaga ahli
banjir secara struktural dengan yang dibutuhkan tidak terlalu
menggunakan kolam retensi. Pemilihan banyak, pelaksanaanya mudah,
kolam retensi sebagai pengendali banjir biaya pembesahan lahan kecil
dipilih setelah mengkaji keuntungan dan karena beberpa tempat tidak
kerugian masing-masing metode diperlukan biaya pembesan.
pengendalian banjir, disamping itu pula Kelemahannya adalah bila terjadi
dipertimbangkan kesesuaian dengan banjir akan menyebabkan erosi
lokasi yang akan ditanggulangi pada sisi tebing karena kecepatan
banjirnya. Metode pengendalian lahanan aliran bertambah besar, sering
banjir seperti disebutkan didepan, terjadi tanggul jebol bila terjadi
berikut ini keuntungan dan kerugian dari overtoping untuk tanggul tanah.
metode pengendalian banjir tersebut Apabila dibangun pad tepi sungai
antara laian. maka keruntuhan tebing mudah
terjadi karena adanya gerusan oleh
a) Secara Non Struktural arus, kemudian jika dibangun
Metode ini adalah melakukan perbaikan dibantaran maka sering dirusak
DAS berupa rebisasi yaitu pemeliharaan oleh masyarakat yang bertani atau
dan perbaikan vegitasi, tetapi hal ini berkebun didalam bantaran sunga
sebagai jalan keluar masuk.
sulit dilkukan karena adanya
3) Groundsill, Retarding basin dan
pembangunan berbagai sektor seperti Check danm tidak berfungsi
pembukaan lahan untuk pertanian, maksimal jika diandalkan menjadi
perkebunan maupun perumahan. penanggulangan banjir.Bangunan
Kelemahan lain adalah membutuhkan groundsill dan chek dam fungsi
waktu yang lama pekerjaannya untuk utamanya menahan sedimen dari
mendapatkan hasil memadai sedangkan hulu dan memperbaiki kelandaian
keutungannya dapat mengurangi banjir, dasar sungai dan retarding basin
erosi dan juga memperbaiki lingkungan hanya memperkuat tebing sungai
utamanya pada bantaran sungai. yang ada sehinnga kuat menahan
grerusan..
b) Secara Struktural 4) Polder dan Kolam retensi fungsinya
Pengendalian banjir secara struktural sebagai pengendali banjir sama
cukup banyak jenis konstruksi antara yang dilengkapi dengan bangunan
lain yang sering dijumpai dilapangan inlet, outlet dan pelimpah.
adalah: Perbedaan dari kedua metode ini

VOL.6 NO.1, FEBRUARI 2021 23


Kajian Penanggulangan Banjir Dengan Menggunakan Kolam Retensi
(Studi Kasus Sungai Lamasi Kabupaten Luwu)
(Aisyah Madiana Ali, Ratna Musa, Ali Mallombasi)

dari perletakan bangunan, kalau kemampuan kolam secara optimal


polder dibangun dibagian hilir (lengkung debit)) menampung sebesar
sungai atau ditengah pemukiman 2,301,434.23 m3 dengan dalam 10 m dan
karena fungsi selain untuk luas permukaan air 595,300.23 m2, jadi
pengendali banjir juga dapat debit banjir tidak dapat ditampung.
difungsikan sebagai sumber air Tampungan kolam optimun tidak dapat
baku. Kolam retensi karena tidak menampung debit bajir yang masuk
diletakkan pada hilir melainkan sehingga dalam kolam perlu ditambah
pada hulu atau bagian tengah
dengan menaikkan tinggi tanggul
sungai yang kurang penduduk
sampai elevasi + 11,50 m. Pada elevasi
sehingga peruntukannya
diutamakan untuk pengendalian muka air + 11.50 m dan dasar kolam
banjir. Kedua bangunan pengendali pada pintu + 4.00 m, dengan kedalam
banjir ini juga berfungsi sebagai kolam 7 m dan luas permukaan air
sebagai sarana pariwisata air; (genangan) 782,613.78 m2, dapat
sebagai konservasi air, karena menampung air sebesar 4,401,226.04 m3
mampu meningkatkan cadangan air lebih besar dari tampungan yang
tanah setempat. Kelemahan dari dibutuhkan yaitu sebesar 4,059,795.50
metode oni adalah masalah m3. Debit yang tertampung dikolam
pembesa lahan dan lokasi bangunan sebesar 4,059,795.50 m3 pada Q10
harus datar sehingga kecil hanya dapat dicapai apabila outlet
kemungkinan dibangun dihulu mengalirkan air sebesar kapasitas sungai
sungai seperti sungai Lamasi yaitu 28.23 m3/dt. secara konstan.
karena topografinya berbukit. Tampungan optimal akan maksimal bila
lebar dan panjang seimbang, sedang
Berdasar uraian diatas dapat pada penelitian ini kolam berbentuk
disimpulkan bahwa pemilihan metode empat persegi panjang.
pengendalian banjir untuk sungai
Lamasi yang paling sesuai adalah kolam 4. Penutup
retensi karena lahan rencana bangunan
4.1. Kesimpulan
tersedia yaitu di daerah bekas sungai 1) Debit banjir kala 10 tahun dihitung
yang berpindah pindah sehingga baiay dengan dua metode yaitu metode
pembebasan tanah dapat diabaikan. HSS Snyder dengan hasil Q10 =
49.91 m3/dt dan Metode HSS ITB2
2. Hasil Analisis sebesar Q10 = 63.12 m3/dt dan debit
Perhitungan denit banjir digunakan dua banjir yang dihitung berdasarkan data
metode yaitu metode HSS Snyder dan pengamatan tinggi permukaan air di
Metode HSS ITB2, dari kedua metode sungai sebesar Q10 = 64.79 m3/dt,
tersebut, hasil yang mendekati dengan sehingga yang digunakan dalam
debit pengukuran lapangan adalah perencanaan kapasitas kolam adalah
metode HSS ITB2. Kedua metode metode HSS ITB2.
perhitungan debit terjadi perbedaan 2) Kapasitas kolam berdasar lengkung
hasil. Hal ini disebabkan pengambilan debit sebesar 2,301,434.23 m3, pada
koefisien secara empiris, karena pada elevasi tanggul + 10 m dan besarnya
penelitian ini koefisien tersebut tidak debit banjir dengan Q10 sebesar
diteliti sesuai dengan kondisi setempat 4,059,795.50 m3, sehingga tanggul
hanya digunakan berdasar dengan kolam dinaikkan ke + 11.50 m
literatur, hasil hitungan debit banjir dengan tampungan 4,401,226.04 m3,
dengan kala ulang 10 tahun dapat dilihat tinggi air dumuka pintu 7 m dan luas
permuakaan genangan 782,613.78
pada tabel 3 di atas.
m2.
Debit banjir yang harus ditampung oleh
kolam retensi berdasar analisis diatas
sebesar 4,059,795.50 m3 dan

24 JURNAL TEKNIK SIPIL - MACCA


Kajian Penanggulangan Banjir Dengan Menggunakan Kolam Retensi
(Studi Kasus Sungai Lamasi Kabupaten Luwu)
(Aisyah Madiana Ali, Ratna Musa, Ali Mallombasi)

4.2. Saran Kolam Retensi Sebagai Alternatif


1) Perlu dilakukan penelitian tentang Pengendali Banjir. 71–80.
koefisien yang digunakan dalam
metode HSS. Snyder dan HSS ITB. Mallombasi, Ali, 2017, Pemodelan Pola
pada lokasi penelitian, sehingga hasil Operasi Pintu Sorong Pada Kolam
yang didapat sesuai dengan debit Retensi Untuk Mengurangi
aktual dilapangan. Dampak Lingkungan Akibat
2) Perencanaan kolam bila lahan Banjir. Malang. Universitas
tersedia maka diusahakan ukuran Brawijaya.
kolam lebar dan panjangnya
seimbang. Scholz, M., & Yang, Q. (2010).
Guidance on variables
Daftar Pustaka characterising water bodies
including sustainable flood
Al Amin, M. B. (2016). Analisis retention basins. Landscape and
Genangan Banjir di Kawasan Urban Planning, 98(3–4), 190–
Sekitar Kolam Retensi dan 199.
Rencana Pengendaliannya, Studi https://doi.org/10.1016/j.landurbpl
Kasus: Kolam Retensi Siti an.2010.08.002
Khadijah Palembang. Jurnal
Perencanaan Wilayah Dan Kota, Siswoyo, H., Pengairan, J., Teknik, F.,
27(2), 69. & Brawijaya, U. (2011).
https://doi.org/10.5614/jrcp.2016.2 Pengembangan Model Hidrograf
7.2.1 Satuan Sintetis. Jurnal Pengairan,
2, 42–54.
Direktorat Jenderal Pengairan, 1986. http://jurnalpengairan.ub.ac.id/inde
Standar Perencanaan Irigasi KP- x.php/jtp/article/view/119
02. Departemen Pekerjaan Umum,
Republik Indonesia Triadmojo, Bambang, 2008, Hidrologi
Terapan, Penerbit Beta Offset,
Harmani, E., & Soemantoro, M. (2017). Yogyakarta

VOL.6 NO.1, FEBRUARI 2021 25

Anda mungkin juga menyukai