Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI SOMBE PALU, SULAWESI

TENGAH

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S2


pada Program Studi S2 Teknik Sipil

Disusun oleh:
MUHAMMAD IQBAL PRATAMA
17/419811/PTK/11921

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018

1
2. Bagaimana Proses dan besaran angkutan sedimen
yang terjadi di Sungai Sombe.
1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan Penelitian
1.1 Latar Belakang Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini
Sungai Sombe merupakan salah satu anak adalah dapat mengidentifikasi karakteristik dari Sungai
Sungai Palu yang terletak di Kota Palu, Sulawesi Sombe serta mengetahui proses dan memperkirakan
Tengah. Sungai Sombe termasuk dalam sub DAS Sombe besaran angkutan sedimen yang terjadi di Sungai Sombe.
yang berada di sebelah kiri DAS Sombe-Lewara
sedangkan Sub Das Lewara berada di sebelah kanan 1.4 Batasan Masalah
DAS Sombe-Lewara. Kedua sungai tersebut bertemu di Untuk membatasai ruang lingkup permasalahan
bagian hilir kemudian mengalir hingga menyatu dengan agari pembahasan tidak melenceng dari tujuan
Sungai Palu. Sungai Sombe memiliki potensi untuk penelitian, maka dikemukakan batasan – batasan
berbagai keperluan dan utilitas oleh dan untuk penduduk masalah sebagai berikut :
dan masyarakat yang berada di dalam DAS Palu itu 1. Pengambilan dan Pengukuran angkutan sedimen
sendiri, mulai dari airnya yang dimanfaatkan untuk dilakukan di 3 titik lokasi di Sungai Sombe yaitu
kebutuhan air baku di beberapa desa yang berada di berada di antara dua check dam
sepanjang sungai Sombe dan juga dimanfaatkan untuk 2. Analisis dalam perhitungan angkutan sedimen
keperluan irigsi dan keperluan rekreasi; dengan menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan
menyadap air Sungai Sombe bagi penyediaan air baku kondisi dilapangan.
tempat pemandian Porame. Sedangkan untuk material di 3. Data curah hujan yang digunakan diperoleh di
sungai seperti pasir dan batu juga dimanfaatkan warga stasiun yang berada di sekitar Sungai Sombe yaitu
untuk berbagai keperluan seperti untuk pembangunan menggunakan stasiun hujan Porame dengan data
infrastruktur yang ada di Kota Palu. curah hujan harian (15-20 tahun terakhir)
Akan tetapi, dengan potensi yang ada Sungai
Sombe memiliki permasalahan yang tidak dapat 1.5 Manfaat Penelitian
dikesampingkan yaitu permasalahan sedimentasi yang Dengan adanya penelitian ini diharapakan :
sangat besar. Sungai Sombe dibagian hulunya 1. Diharapkan dapat memberikan informasi dan
merupakan daerah pegunungan dengan rata – rata alur referensi mengenai besaran serta pola angkutan
sungai berlereng terjal sehingga sumber sedimen berasal sedimen yang ada di Sungai Sombe.
dari longsoran tebing sungai, selain itu kemiringan dasar 2. Dapat menjadi pertimbangan dalam rangka
bagian hulu yang relatif curam menyebabkan kecepatan pengedalian sedimen di DAS Palu khususnya di
aliran sungai menjadi lebih besar. Kondisi ini diperparah Sungai Sombe.
pada saat musim penghujan tiba, kondisi hujan dengan 3. Dapat menambah ilmu dan wawasan pengetahuan
intensitas yang sedang hingga tinggi seringkali untuk dalam penelitan khususnya di bidang
meyebabkan banjir yang mengakibatkan banyaknya Hidrologi.
meterial sedimen dari hulu terbawa hingga ke hilir, yang
kemudian dapat mengakibatkan terjadinya degradasi 1.6 Batasan Penelitian
sungai.
Penelitian mengenai analisis transpor sedimen
Oleh karena hal tersebut diatas, diperlukan
dan sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh beberapa
adanya suatu studi yang mengkaji tentang proses dan
peneliti diantaranya :
besaran angkutan sedimen yang terjadi pada sungai
1. Tiny Manoma (2006) mengenai analisis
Sombe.
persamaan transpor sedimen terhadap fenomena
perubahan morfologi Sungai Progo Tengah. Pada
1.2 Rumusan Masalah
penelitian tersebut dilakukan analisa angkutan
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka sedimen dasar menggunakan persamaan Meyer
dapat dikemukakan rumusan masalah yaitu : Peter Muller, Eistein, Frijlink, Van Rijn, dan
1. Bagaimana karakteristik dari Sungai Sombe. Karim.

2
2. I Wayan Sudira (2013) mengenai analisis 2 TINJAUAN PUSTAKA
angkutan sedimen pada Sungai Mansahan.
Penelitian tersebut dilakukan untuk memperoleh 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
pola/metode yang tepat antara besaran angkutan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu
sedimen yang terjadi di Sungai Manhasa selama wilayah yang merupakan kesatuan ekosistem yang
kurun waktu tertentu menggunakan metode Meyer dibatasi oleh pemisah topografis dan berfungsi sebagai
Peter Muller, Van Rijn, Rottener. Hasil dari pengumpul, penyimpan dan penyalur air, sedimen, unsur
penelitian tersebut menyatakan bahwa terjadi hara melalui sistem sungai, dan mengeluarkannya
sedimentasi 251,21 m3/hari dan dari ketiga metode melalui outlet tunggal yaitu ke danau atau laut. Apabila
yang digunakan, hasil yang mendekati dengan turun hujan di daerah tersebut, maka air hujan yang turun
pengukuran adalah metode Rottener. akan mengakir ke sungai – sungai yang ada disekitar
3. Tiny Mananoma, L.Tanudjaja, A. Binilang (2013) daerah yang dituruni hujan.
menegenai analisis sedimentasi di muara Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu
Saluwangko di Desa Tounelet Kecamatan Kakas wilayah daratan yang secara topografik yang dibatasi
Kabupaten Minahasa. Penelitian tersebut punggung – punggung gunung dimana air hujan yang
dilakukan untuk memperoleh debit sedimen dasar jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh
(bed load) di muara Sungai Saluwangko. Hasil punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui
penelitian tersebut didapatkan bahwa persamaan sungai – sungai kecil ke sungai utama (Asdak, 2010).
Meyer-Peter Muller lebih mendekati hasil analisis Konsep Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan dasar
sehingga lebih direkomendasikan untuk dari semua perencanaan hidrologi. DAS yang besar pada
menganalisis debit sedimen dasar di Sungai dasarnya tersusun dari DAS – DAS kecil. Dan DAS kecil
Saluwangko. ini juga tersusun dari DAS – DAS yang lebih kecil lagi.
4. Hendra Pangestu dan Helmi Haki (2013)
mengenai analisis angkutan sedimen total pada 2.2 Sungai
Sungai Dawas Kabupaten Musi Banyuasin. Sungai merupakan tempat atau wadah aliran air
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui alami yang mengalir secara gravitasi, yang proses
berapa kapasitas total transpor sedimen yang awalnya dimulai dari mata air hingga muara dengan
terjadi pada Sungai Dawas menggunakan tiga dibatasi kanan kirinya serta sepanjang pengalirannya
metode analisis yaitu Metode Yang, Metode oleh garis sempadan sungai. Sungai merupakan salah
Bagnold dan Metode Shen dan Hung pada 5 titik satu bagian dari siklus hidrologi, di mana air yang
lokasi segmen dengan jarak persegmen 100 meter. mengalir di sungai berasal dari air hujan, baik yang
Hasil dari penelitian tersebut yaitu metode Yang berupa aliran permukaan yang masuk ke sungai, maupun
menghasilkan debit angkutan sedimen terbesar yang masuk ke dalam tanah terlebih dahulu mengisi
yaitu 195,22944 ton/bulan sehingga dijadikan tampungan air tanah, dan secara perlahan keluar lewat
metode yang dipilih sebagai tolak ukur dari mata air masuk ke sungai (Yulistiyanto,2013).
metode angkutan sedimen lainnya.
5. Risky Fauziyah (2018) mengenai study of 2.3 Sedimentasi
sediment transport at pabelan river, magelang
regency, central java. Penelitian tersebut 2.3.1 Deskripsi Umum Sedimentasi
dilakukan untuk mengetahui keseimbangan Tanah atau bagian – bagian tanah terangkut oleh
sedimen di Sungai Pabelan terhadap degradasi, air dari suatu tempat yang mengalami erosi pada suatu
agradasi atau keseimbangan kondisi tansport daerah aliran sungai (DAS) dan masuk kedalam suatu
dengan menggunakan lima metode analisis yaitu badan air secara umum disebut sedimen. Sedimen yang
Meyer-Peter Muller, Einstein, Rottner, Duboys, dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran air
Frijlink. akan diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan
alirannya melambat atau terhenti. Peristiwa
pengendapan tersebut dikenal dengan proses
sedimentasi. (Arsyad, 2010).

3
Besarnya volume sedimen tergantung dari kecepatan punggutnya dilampaui, material akan
perubahan kecepatan aliran, karena perubahan musim melayang. Sebaliknya, bila kecepatan aliran yang
penghujan maupun musim kemarau, serta dipengaruhi mengangkutnya mengecil di bawah kecepatan
oleh aktivitas manusia (Soewarno, 1991). Akibat dari pungutnya, material akan tenggelam ke dasar
perubahan volume sedimen adalah terjadinya sungai.
penggerusan (degradasi) dibeberapa tempat serta 3. Bed Load atau muatan sedimen dasar adalah
pendangkalan (agradasi) di tempat lain pada dasar sungai angkutan dasar di mana material dengan besar
yang dapat merubah bentuk dari dasar sungai. butiran yang lebih besar akan bergerak bergeser,
Proses sedimentasi dapat memberikan dampak menggelinding ataupun meloncat. Gerakan ini
yang menguntungkan dan merugikan. Disebut kadang – kadang dapat sampai jarak tertentu
menguntungkan karena pada tingkatan tertentu adanya dengan ditandai bercampurnya butiran partikel
aliran sedimen ke daerah hilir dapat menambah tersebut bergerak ke arah hilir.
kesuburan tanah serta terbentuknya tanah garapan yang
baru di daerah hilir. Tetapi, di saat yang bersamaan aliran 2.3.3 Kapasitas Angkutan Sedimen
sedimen dapat menurunkan kualitas perairan dan Sungai disebut dalam keadaan seimbang jika
pendangkalan pada badan sungai (Asdak, 2004) kapasitas sedimen yang masuk pada suatu penampang
memanjang sungai sama dengan kapasitas sedimen yang
2.3.2 Angkutan Sedimen (Sediment Transport)
keluar dalam satuan waktu tertentu (Ismail Saud, 2008).
Angkutan sedimen dapat bergerak dan bergeser Proses pengendapan di sungai dapat terjadi apabila
disepanjang dasar sungai atau bergerak melayang pada jumlah sedimen yang masuk melebihi kapasitas sedimen
aliran sungai, tergantung pada komposisi material seimbang dalam satuan waktu tertentu sedangkan proses
(ukuran dan berat jenis) dan kondisi aliran yang meliputi erosi di sungai dapat terjadi apabila jumlah sedimen yang
kecepatan dan kedalaman aliran (Soewarno, 1991). masuk kurang dari kapasitas sedimen seimbang dalam
satuan waktu tertentu.

Gambar 2.1 Klasifikasi angkutan


Gambar 2.2 Skema angkutan sedimen
sedimen menurut asal dan mekanisme
melalui dua tampang sungai
Menurut Mulyanto (2007) ada tiga macam
angkutan sedimen yang terjadi di dalam alur sungai yaitu Angkutan sedimen dapat menyebabkan
(a)
: terjadinya perubahan dasar sungai. Pada gambar 2.2
1. Wash Load atau muatan (a) bilas adalah angkutan diperlihatkan bahwa angkutan sedimen pada suatu ruas
sungai yang dibatasi oleh tampang 1 dan 2 akan
partikel halus yang dapat berupa lempung (silk)
dan debu (dust) yang terbawa masuk ke dalam mengalami penggerusan (erosi) atau pengendapan,
sungai dan tetap tinggal melayang sampai tergantung dari besar kecilnya angkutan sedimen yang
mencapai laut, atau genangan air lainnya. terjadi sebagaimana yang dijelaskan pada Tabel 2.1.
Besarnya wash load banyak ditentukan oleh
karakteristik klimatologi dan erosi dari daerah
tangkapan (catchment area).
2. Suspended load atau muatan sedimen melayang
terutama terdiri dari pasir halus yang melayang di
dalam aliran karena tersangga oleh turbulensi
aliran air. Untuk besar butiran tertentu bila

4
Tabel 2.1. Klasifikasi kondisi dasar sungai 2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi
Secara umum ada banyak faktor – faktor yang
(a)
mempengaruhi sedimentasi (Budi indra, dalam
Komariah 2015) yaitu :
1. Jumlah dan intensitas hujan
Apabila jumlah dan intesitas hujan tinggi, maka
erosi tanah yang terjadi cenderung tinggi dan
kemungkinan terjadinya sedimentasi juga tinggi.
2. Formasi geologi dan tanah
Tanah yang mempunyai nilai erodibilitas
(kepekaan tanah terhadap erosi) tinggi berarti
tanah tersebut peka atau mudah tererosi,
2.3.4 Ukuran Butir Sedimen
sebaliknya tanah dengan erodibilitas rendah maka
Ukuran butir merupakan karakteristik sedimen tanah tersebut tahan terhadap erosi.
yang dapat diukur secara nyata. Beberapa ahli hidraulika 3. Tata guna lahan
menggunakan klasifikasi ukuran butiran menurut AGU Dengan adanya aktivitas penggunaan lahan,
(American Geophysical Union) sebagai mana ditunjukan seperti penanaman tanaman di sekitar Daerah
pada Tabel 2.1. Menurut Ponce (1989) bahwa batu besar Aliran Sungai (DAS) dengan tata guna lahan yang
(boulders) dan krakal (cobbles) dapat diukur tersendiri, terganggu atau rusak, maka akan mengurangi
kerikil dapat diukur tersendiri atau dapat menggunakan kapasitas infiltrasi, sehingga dengan demikian
ayakan. Ayakan nomor 200 digunakan untuk aliran permukaan akan meningkat dan dapat
memisahkan partikel pasir dari partikel yang lebih halus menimbulkan erosi yang menyebabkan adanya
seperti lumpur dan lempung, sedangkan untuk lumpur sedimentasi.
dan lempung dapat dipisahkan dengan mengukur 4. Erosi di bagian hulu
perbedaan kecepatan jatuhnya pada air diam. Erosi merupakan faktor yang mempengaruhi
sedimentasi karena sedimentasi merupakan akibat
Tabel 2.2. Klasifikasi ukuran butiran menurut lanjut dari erosi itu sendiri.
American Geophysical Union (AGU)
5. Topografi
Unsur – unsur topografi yang mempengaruhi
sedimentasi yaitu kemiringan lahan, kerapatan
parit atau saluran dan bentuk – bentuk cekungan.

2.3.6 Debit Andalan


Debit andalan (dependable flow) adalah
besarnya debit yang tersedia di suatu lokasi sumber air
(misalnya : sungai) untuk dapat dimanfaatkan atau
dikelola dalam penyediaan air (seperti untuk air baku dan
air irigasi) dengan resiko kegagalan yang telah
diperhitungkan. Untuk menentukan besarnya debit
andalan, dapat dihitung dengan beberapa metode yang
disesuaikan dengan data yang tersedia, dapat berupa seri
data debit yang dimiliki oleh setiap stasiun pengamatan
debit sungai maupun data curah hujan yang dimiliki oleh
setiap stasiun pencatat curah hujan pada DAS Sungai
yang dimaksud.
Sumber : Garde & Raju, 1985

5
3 LANDASAN TEORI distribusi yang dimaksudkan untuk menentukan apakah
persamaan distribusi peluang yang telah dipilih dapat
3.1 Analisis Hidrologi menggambarkan atau mewakili dari sebaran statistik
Analisis hidrologi adalah kumpulan keterangan sampel data yang dianalisis tersebut (Soemarto, 1999).
atau fakta mengenai fenomena hidrologi (hydrological Ada dua cara yang dapat digunakan dalam
phenomenon) seperti besarnya : curah hujan, temperatur, menguji apakah jenis distribusi yang dipilih sesuai
penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, dengan data yang ada, yaitu uji Chi-Kuadrat dan
debit sungai, tinggi muka air sungai, kecepatan aliran, Smirnov-Kolmogorov (Sri Harto, 2009).
dan konsentrasi sedimen sungai yang selalu berubah 1. Uji Chi-Kuadrat
menurut waktu (Yuliana,2008). Uji Chi-Kuadrat dimaksudkan untuk dapat
Kumpulan data hidrologi dapat dikumpulkan, menentukan apakah persamaan distribusi yang telah
disusun, dihitung, dan disajikan dalam bentuk daftar atau dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel
tabel. Daftar dan tabel tersebut sering pula disertai data yang dianalisis. Prinsip pengujian dengan metode
dengan gambar, diagram, atau grafik, dan dapat disajikan ini didasarkan pada jumlah pengamatan yang diharapkan
dalam bentuk peta tematik, misalnya peta curah hujan pada pembagian kelas dan ditentukan terhadap jumlah
dengan maksud untuk memudahkan dalam menjelaskan data pengamatan yang terbaca di dalam kelas tersebut
mengenai permasalahan yang dipelajari. atau dengan membandingkan nilai Chi-Kuadrat (χ2)
dengan nilai Chi-Kuadrat kritis (χ2 cr). Uji kecocokan
3.1.1 Analisis Data Curah Hujan Chi-Kuadrat menggunakan rumus (Bambang
Analisis data curah hujan dilakukan untuk Triatmodjo, 2009).
memperoleh besaran hujan harian maksimum yang (𝑂𝑓−𝐸𝑓)2
χ2 = ∑𝑁
𝑖=1 (3.3)
terjadi di titik kontrol. Curah hujan rancangan 𝐸𝑓
maksimum digunakan untuk menentukan debit Dimana :
rancangan dengan periode ulang tertentu yang sesuai χ2 = nilai Chi-Kuadrat terhitung
dengan kondisi sebenarnya. Ef = frekuensi (banyaknya pengamatan) yang
diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya
3.1.2 Analisis Frekuensi Curah Hujan Rancangan
Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama
Analisis frekuensi merupakan prakiraan N = jumlah sub kelompok dalam satu grup
(forecasting) dalam arti probabilitas untuk terjadinya
suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan rancangan Nilai χ2 yang diperoleh harus lebih kecil dari
yang berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan nilai χ Cr (Chi-Kuadrat krisitis), untuk suatu derajat nyata
2
hidrologi untuk antisipasi setiap kemungkinan yang akan tertentu (level of significant), yang sering diambil adalah
terjadi di masa akan datang. 5%. Derajat kebebasan yang digunakan dihitung dengan
Dalam analisis frekuensi, distribusi probabilitas persamaan :
yang cocok untuk data ditentukan berdasarkan paramater Dk = K – (α +1) (3.4)
– parameter statistik seperti nilai rerata ( X ),
Dimana :
simpangan baku (standard deviation, S), koefisien Dk = derajat kebebasan
asimetri (skewness, Cs), koefisien variasi (Cv), dan K = banyaknya kelas
koefisien kurtois (Ck). Α = banyaknya keterikatan (banyaknya parameter),
Setelah mengetahui parameter statistik, maka untuk uji Chi-Kuadrat adalah 2
dilakukan pemilihan distribusi yang cocok untuk
digunakan. Distribusi probabilitas biasa digunakan 2. Uji Smirnov-Kolmogorov
dalam analisis hidrologi adalah distribusi Normal, Log
Uji Smirnov-Kolmogorov sering juga disebut
Normal, Gumbel dan Log Pearson tipe III.
sebagai uji kecocokan non parametrik, karena
3.1.3 Uji Kecocokan Distribusi pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi
tertentu. Uji ini digunakan untuk menguji simpangan /
Uji kecocokan sebaran dilakukan untuk
selisih terbesar antara peluang pengamatan (empiris)
mengetahui jenis seberan yang paling sesuai dengan data
hujan. Uji sebaran dilakukan dengan uji kecocokan

6
dengan peluang teoritis, yaitu dalam bentuk persamaan
berikut (soewarno,1995) : 2. Hidrograf Satuan Sintetik, Metode Nakayasu
Δmaks = | Pe - PT | (3.5) Hidrograf satuan sintetik Nakayasu
dikembangkan berdasar beberapa sungai di Jepang.
Bentuk HSS Nakayasu diberikan pada Gambar 3.1 dan
Dimana :
persamaan berikut ini :
Δmaks = selisih terbesar antara peluang empiris dan
teoritis 1 𝐴 𝑅𝑒
Pe = peluang empiris, dengan menggunakan Qp = 3,6 (0,3𝑇 ) (3.9)
𝑝+ 𝑇0,3
persamaan dari Weibull :
𝑚 Tp = tg + 0,8 Tr (3.10)
Pe = 𝑛+1 (3.6)
tg = 0,4 + 0,058 L untuk L >15 km (3.11)
m = nomor urut kejadian, atau peringkat kejadian
n = jumlah data pengamatan tg = 0,21 L0,7 untuk L < 15 km (3.12)
PT = peluang teoritis ; T0,3= α tg (3.13)
PT = 1 – Pr (3.7)
tr= 0,5 tg sampai tg (3.14)
Pr = peluang kejadian
Dimana :
3.1.4 Intensitas Curah Hujan Qp = debit puncak banjir (mm/jam)
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air A = luas DAS (km2)
hujan per satuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin Re = curah hujan efektif (1 mm)
singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung Tp = waktu dari permulaan banjir sampai puncak
hidrograf banjir (jam)
makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin
tinggi pula intensitasnya. Hubungan antara intensitas, T0,3 = waktu dari puncak banjir sampai 0,3 kali debit
lama hujan dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan puncak banjir (jam)
dalam lengkung Intensitas – Durasi - Frekuensi (IDF = tg = waktu konsentrasi (jam)
Intensity – Duration – Frequency Curve). Analisis tr = satuan waktu dari curah hujan (jam)
α = koefisien karakteristik DAS
Intensitas – Durasi - Frekuensi (IDF) dilakukan untuk
memperkirakan debit aliran puncak berdasar data hujan L = lamanya curah hujan (jam)
titik (satu stasiun pencatat hujan) (Bambang Triatmodjo,
2009). Data yang digunakan adalah data hujan intensitas
tinggi yang terjadi dalam waktu singkat, misalnya 5
menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit dan lebih. Untuk
menghitung intensitas curah hujan dapat digunakan
beberapa rumus empiris sebagai berikut :

1. Metode Monobe
Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa data
yang digunakan adalah data hujan intensitas tinggi yang Gambar 3.1 Sketsa hidrograf satuan sintetis Nakayasu
terjadi dalam waktu singkat, misalnya 5 menit, 10 menit, (sumber : Bambang Triadmodjo, 2009)
30 menit, 60 menit dan lebih. Apabila yang tersedia
Bentuk hidrograf satuan diberikan pada
adalah data hujan harian, Monobe (Suyono dan Taked,
persamaan berikut :
1983)mengusulkan persaman sebagai berikut :
𝑅24 24 a. Pada kurva naik (0< t < Tp)
It = ( 𝑡 )2/3 (3.8) 𝑡
24 Qt = Qp ( 𝑇 )2,4 (3.15)
𝑝
Dimana : b. Pada kurva turun (Tp < t < Tp + T0,3)
It = intensitas curah hujan untuk lama hujan, t
Qt = Qp x 0,3(𝑡−𝑇𝑝 )/𝑇0,3 (3.16)
(mm/jam)
c. Pada kurva turun (Tp + T0,3 < t < Tp + T0,3 + 1,5
R24 = curah hujan maksimum selama 24 jam (mm)
T0,3)
t = lamanya curah hujan (jam)
Qt = Qp x 0,3[(𝑡−𝑇𝑝 )+(0,5𝑇0,3 )]/(1,5𝑇0,3 ) (3.17)

7
d. Pada kurva turun ( t > Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)
Qt = Qp x 0,3[(𝑡−𝑇𝑝 )+(1,5𝑇0,3 )]/(2𝑇0,3 ) (3.18) b. Transport stage parameter
(𝑢′∗ ) 2 −(𝑢∗𝐶𝑅 ) 2
T= (𝑢∗𝐶𝑅 ) 2
(3.21)
3.2 Perkiraan Formulasi Angkutan Sedimen
Dimana :
Telah banyak metode persamaan atau formulasi
U’* = kecepatan geser dasar berhubungan dengan
untuk memperkirakan jumlah muatan sedimen dasar
butiran partikel (m/det)
yang dikembangkan oleh beberapa peneliti, walaupun
g 1/2
demikian penerapannya untuk penyelidikan di lapangan U’* =( C'
) .u
masih perlu pengkajian lebih lanjut. Tetapi ada beberapa U*CR = kecepatan geser dasar kritis menurut shield
persamaan yang umumnya digunakan untuk (m/det)
memperkirakan angkutan sedimen. (Soewarno,1991). T = stage parameter
Persamaan yang umumnya digunakan untuk C’ = koefisien Chezy
memperkirakan angkutan sedimen yaitu antara lain : u = kecepatan aliran rata – rata (m/det)

3.2.1 Metode Rottner


Kecepatan geser dasar kritis (U*CR) dapat
Rottner (1959) mengembangkan persamaan untuk dihitung dengan diagram yang diberikan oleh Shield.
menyatakan debit pada angkutan sedimen termasuk
dalam parameter aliran berdasarkan analisis regresi
untuk mengetahui pengaruh parameter kekasaran relatif
d90/D. Adapun persamaan Rottner adalah sebagai berikut
:
2
V d50
qb = ɣs [(Sg – 1)g.D3]1/2 x { 1 [0,667( D
)3 +0,14]
[(Sg – 1)g.D2 ]
d50 2 3
– 0,778( D ) }
3 (3.19)

Dimana :
qb = debit sedimen (kg/s/m)
ɣs = berat spesifik (kg/m3)
Sg = berat jenis sedimen (= 2,65) Gambar 3.2 Diagram Shield
g = gravitasi (m/s2) (Sumber : Darly B.Simons dan Fuat Sentürk, 1992)
D = kedalaman aliran (m)
V = kecepatan aliran (m/s) Untuk C’ (koefisien chezy) dapat dihitung
D50 = diameter butiran (m) dengan persamaan :
12 Rb
C’ = 18 log ( 3 D ) (3.22)
3.2.2 Metode Van Rijn 90

Menurut Van Rijn tingkat angkutan sedimen Dimana :


dapat didefinisikan dengan dua parameter pokok tak Rb = jari –jari hidrolik (m)
berdimensi (dimensionless parameters), yaitu parameter D90 = ukuran butiran sedimen (m)
butiran (D*) dan transport stage parameter (T).
a. Parameter butiran (particle parameter) Adapun besarnya angkutan sedimen dasar (bed
(𝑠−1)𝑔 1 load) didefinisikan sebagai hasil kali dari tinggi / lapisan
D* = D50 ( 𝑣2
)
3 (3.20)
bed load, kecepatan butiran dan kosentrasi angkutan
Dimana : dasar yang semuanya merupakan fungsi dari parameter
D* = parameter butiran butiran (D*) dan transport stage parameter (T), maka
D50 = ukuran butiran jumlah angkutan sedimen dapat dihitung dengan
g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2) menggunakan persamaan :
𝜌
s = specific density ( 𝜌𝑠 ) 0,053T 2,1 [(s-1)g]0,5 D50 1,5
𝑞𝑏 = D*0,3
(3.23)
ν = koefisien kekentalan kinematik (1.10-6 m2/det)

8
Debit angkutan sedimen dasar untuk seluruh 4 METODE PENELITIAN
lebar dasar saluran :
Qs = qb . B (3.24) 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Sungai Sombe yang
Dengan qb adalah angkutan sedimen dasar
termasuk dalam Sub Daerah Aliran Sungai (DAS)
pada satu satuan lebar sungai (m2/det) dan B adalah Sombe-Lewara yang terdiri dari dua buah sub DAS yaitu
lebar sungai (m) sub DAS Lewara di sebelah kanan dengan luas DAS
55,71 km2. DAS Sombe berada di sebelah kiri dengan
luas DAS 56,67 km2. Secara administratif Sungai Sombe
3.2.3 Metode Yang
terletak di Kabupaten Sigi, Kota Palu, Provinsi Sulawesi
Chih Ted Yang menyatakan bahwa jumlah
Tengah.
angkutan sedimen berbanding langsung dengan jumlah
energi aliran. Pada kondisi steady uniform flow besarnya
energi per satuan berat air dapat dinyatakan dengan hasil
kali kemiringan dasar dan kecepatan aliran. Dimana
energi per satuan berat air tersebut oleh Yang disebut
sebagai unit stream power yang kemudian dianggap
sebagai faktor atau parameter dalam menentukan jumlah
angkutan sedimen. Adapun persamaan Yang dapat
dinyatakan sebagai berikut :

a. Untuk kondisi butiran sedimen (dm ≤ 2 mm)


𝜔.𝑑𝑚 𝑢∗
Log Ct = 5,435 – 0,286 log – 0,457 log + Gambar 4.1 Peta DAS Sombe Lewara
𝑣 𝜔
A (3.25) (Sumber : Laporan umum Balai Wilayah Sungai,2012)
4.2 Karakteristik Sungai Sombe
𝜔.𝑑𝑚 𝑢∗ 𝑉𝑠
A= (1,8 – 0,409 log 𝑣
– 0,314 log 𝜔
) log ( 𝜔 - Secara geografis Sungai Sombe terletak pada
𝑉𝐶𝑟 𝑆
) (3.26) 0°59'36,37" – 0°56'29,31" Lintang Selatan dan
𝜔
119°46'38,83" - 119°50'19,84" Bujur Timur. Sungai
b. Untuk kondisi butiran sedimen (dm ≥ 2 mm) Sombe memiliki panjang sungai 10,65 km dengan
𝜔.𝑑𝑚 𝑢∗ kemiringan rata – rata 7,54%. Dibagian hulu Sungai
Log Ct = 6,681 – 0,633 log – 4,861 log +
𝑣 𝜔 Sombe merupakan daerah pegunungan dengan
A (3.32) kemiringan dasar bagian hulu relatif curam akibat
perbedaan tinggi antara hulu yang berupa pegunungan
𝜔.𝑑𝑚 𝑢∗
A= (2,784 – 0,305 log 𝑣
– 0,282 log 𝜔
) log dan muara dalam jarak yang relatif pendek. Kondisi ini
𝑉𝑠 𝑉𝐶𝑟 𝑆 membuat kecepatan aliran sungai menjadi relatif besar.
(𝜔 - 𝜔
) (3.33)
Kondisi alur Sungai Sombe yang berlereng terjal
Dimana : menyebabkan sehingg sumber sedimen berasal dari
Ct = kosentrasi sedimen total longsoran tebing sungai dan erosi dasar sungai menjadi
ω = kecepatan jatuh butiran / partikel (m/s) lebih dominan daripada akibat erosi permukaan.
dm = diameter butiran / partikel (m)
v = viskositas kinematik (m2/s)
u* = kecepatan geser (m/s)
V = kecepatan aliran (m/s)
Vcr = kecepatan kritis (m/s)
S = kemiringan saluran

9
4.3.2 Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan cara
melakukan peninjauan langsung ke lokasi penelitian.
Tahapan yang dilakukan pada studi lapangan
adalah melakukan persiapan yaitu mencari titik lokasi
yang akan digunakan sebagai tempat untuk mengambil
sampel.

4.3.3 Pengumpulan Data


Dalam mendukung suatu penelitian perlu
dilakukan usaha untuk mengumpulkan data atau
informasi. Metode pengumpulan data ada yang
Gambar 4.2 Lokasi penelitian di Sungai Sombe
dilakukan secara langusng dari lokasi penelitian
(Sumber : Google Earth)
(pengumpulan data secara primer) maupun data yang
4.3 Tahapan Penelitian diperoleh dari penelitian terdahulu ataupun instansi –
instansi terkait (pengumpulan data secara sekunder).
1. Pengumpulan Data Secara Primer
Metode pengumpulan data secara primer adalah
suatu cara atau metode untuk memperoleh data secara
langsung dilapangan dengan cara meninjau langsung ke
lokasi penelitian. Adapun pada penelitian ini data primer
yang dperoleh berupa foto dokumentasi Sungai Sombe
dan sampel tanah.
2. Pengumpulan Data Secara Sekunder
Berbeda dengan metode pengumpulan data
secara primer, metode pengumpulan data secara
sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan data
dan informasi dari sumber sumber yang sudah ada, baik
dari literatur atau penelitian terdahulu, ataupun instansi-
instansi terkait. Adapun pada penelitian ini data sekunder
yang diperoleh berupa data karakteristik DAS
(mencakup data topografi, morfologi sungai, data tata
guna lahan, data jenis tanah) dan data curah hujan
berkisar antara 15 – 20 tahun.

4.3.4 Pengolahan dan Analisis Data


Setelah data – data yang di perlukan sudah
Gambar 4.3. Flowchart Penelitian diperoleh, maka kemudain dilakukan pengolahan data
meliputi :
4.3.1 Studi Literatur / Pustaka 1. Pengujian sampel di laboratorium
Studi literatur / pustaka dilakukan dengan cara Sampel tanah yang telah diambil dilapangan
mempelajari, mengkaji, dan mengumpulkan informasi kemudian di uji dilaboratorium. Pengujian sampel yang
baik yang bersumber dari buku, jurnal ilmiah, penelitian dilakukan di laboratorium yaitu pengujian analisa
terdahulu yang telah dilakukan dan literatur lainnya yang saringan dengan menggunakan beberapa peralatan yaitu
berkaitan dengan topik penelitian. Studi literatur / :
pustaka digunakan sebagai dasar dalam pembahasan a. Timbangan / Neraca dengan ketelitian 0,01 gram
masalah dan acuan untuk dilakukannya penelitian Timbangan digunakan menimbang berat sampel
selanjutnya. sedimen.
b. Oven

10
Oven digunakan untuk mengeringkan sampel Frakuensi. Kemudian dilakukan uji kecocokan yaitu
sedimen yang telah diambil dari lokasi penelitian. dengan Uji Chi-Square dan Uji Smirnov-
c. Cawan Kolmogorov untuk menguji distribusi yang paling
Cawan Digunakan untuk meletakan sampel sesuai untuk data hujan. Untuk perhitungan debit
sedimen untuk kemudian dimasukan ke dalam oven.
banjir dilakukan analisis hidrologi dengan
d. Satu set saringan (dengan nomor 1”, ¾”, ½”, ⅜”, 4,
menggunakan metode hidrograf yaitu Hidrograf
8, 16, 30, 50, 100, dan 200) dan Alat pengguncang
saringan (sieve shacker machine).
Satuan Sintetik dan untuk analisis angkutan
Satu set saringan digunakan untuk menyaring sedimen, digunakan metode Rottner, Metode Van
sampel sedimen yang telah dikeringkan Rijn dan Metode Yang. Untuk memudahkan proses
menggunakan oven sedangkan Alat pengguncang perhitungan dan pengolahan data maka digunakan
saringan digunakan unutk mengayak sampel Microsoft Excel.
sedimen.
Metode analisis dan perhitungan data pada 4.4 Rencana Jadwal Penelitian
penelitian ini menggunakan Software Microsoft Excel Tabel 4.1 Rencana Jadwal Penelitian
Versi 2016 dan pengujian sampel sedimen dilakukan
berdasarkan SK SNI : 03-1968-1990, pengujian analisa (a)
saringan dilakukan untuk mengetahui distribus ukuran
butir material dengan menggunakan saringan sesuai
standar ASTM. Langkah – langkah pengujian analisa
saringan, yaitu :
1. Sampel tanah yang diambil dari lokasi, kemudian
dimasukan ke dalam cawan, kemudian ditimbang
untuk mendapatkan berat yang diinginkan.
2. Sampel tanah kemudian di masukan ke dalam oven
pada suhu 105oC s/d 110oC selama ± 24 jam.
3. Memasang rangkaian saringan didalam alat Daftar Pustaka
pengguncang saringan (sieve shacker machine), Ardhyantibawias, Yanti., 2011. Pengaruh Penambangan
mulai dari ukuran saringan yang paling besar Galian C di Sungai Sombe Lewara Terhadap
ditempatkan paling atas. Pengayakan dilakukan Sistem Pengendalian Aliran Debris.Tesis
selama ± 15 menit.
4. Masing-masing saringan dibersihkan, dimulai dari Asdak, Chay., 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
saringan teratas dengan menggunakan kuas. Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press.
5. Menimbang sampel tanah yang tertahan pada Yogyakarta
masing – masing saringan Edison, dkk., 2012. Studi Teknologi Konservasi unutk
6. Menghitung presentase berat sampel yang tertahan Menurunkan Laju Eros pada Sub DAS Sombe
pada setiap saringan. Lewara. Jurnal Teknik Pengairan, Vol.3, No.2,
Hal.204-210
2. Pengolahan data hidrologi dan analisis
Fauziyah, Risky., 2018. Study of Sediment Transport At
transpor sedimen
Pabelan River, Magelang Regency, Central Java.
Analisis hidrologi yang digunakan pada Tesis. Yogyakarta : Jurusan Teknik Sipil dan
penelitian ini meliputi penentuan data stasiun hujan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
yang digunakan serta metode dalam menganalisis Mada.
data curah hujan untuk mendapatkan data curah
Habibim M., Sediment transport estimation methods in
hujan rencana. Data hujan yang akan dikumpulkan
river system, Doctor of Philosphy Thesis,
adalah data hujan harian maksimum, perhitungan Departement of Civil and Mining Engineering,
curah hujan maksimum dilakukan dengan Analisis University of Wollongong

11
Ikhwan, Rifyanul., Siddhi Saputro., dan Hariadi, 2015. Zulfikar Indra., M.I. Jasin., A. Binilang., J.D. Mamoto.,
Studi Sebaran Sedimen Dasar di Sekitar Muara 2012. Analisis Debit Sungai Munte dengan
Sungai Pekalongan, Kota Pekalongan. Jurnal Metode Mock dan Metode NRECA untuk
Oseanografi, Vol.4, No.3. Hal. 617-624, Kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Air. Jurnal
Semarang. Sipil Statistik Vol.1 No.1, November 2012 Hal 34-
38
Komariah, 2015. Analisis Sedimentasi Yield pada Area
Waduk Sermo dengan Metode Muscle

Mananoma, Tiny., 2005. Fenomena Alamiah Erosi dan


Sedimentasi Sungai Progo Hilir, Publikasi, Jurnal
dan Pengembangan Keairan. Semarang : Jurusan
Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro.

Mananoma, Tiny., Sudjarwadi., Djoko Legono., dan


Adam Pamudji Raharjo., 2006. Analisis
Persamaan Transpor Sedimen Terhadap
Fenomena Perubahan Morfologi Sungai Progo
Tengah. Forum Teknik Sipil, No.XVI/1-Januari
2006, Yogyakarta.

Mulyanto H R., 2007. Sungai Fungsi & Sifat – sifatnya.


Yogyakarta : Graha Ilmu

Naharuddin., Herman Harijanto., Abdul Wahid., 2018.


Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Aplikasinya Dalam Proses Belajar Mengajar.
UNTAD Press. Palu.

Rusdin, Andi.,Asnah Abu., dan Petra Kalawawo. 2014.


Hubungan Antara Debit dan Besaran Angkutan
Sedimen Pada Sungai Palu. Konferensi Nasional
Teknik Sipil 8, Bandung.

Saud, Ismail., 2008, Prediksi Sedimentasi Kali Mas


Surabaya, Surabaya : FTSP-ITS

Sitanala,Arsyad., 2010. Konservasi Air dan Tanah. IPB


Press. Bogor. Indonesia

Soewarno., 1995. Pengukuran dan Pengolahan Data


Aliran Sungai. Bandung : NOVA

Sri Harto Br., 2009, Hidrologi, Teori-Masalah-


Penyelesaian, Nafiri Offset, Yogyakarta

Sudira, I Wayan., Tiny Mananoma., H.Manalip. 2013.


Analisis Angkutan Sedimen Pada Sungai
Mansahan. Publikasi. Jurnal Ilmiah Media
Engineering, Vol.3, No.1, Hal. 54-57.

12

Anda mungkin juga menyukai