Anda di halaman 1dari 139

PETUNJUK TEKNIS

PENGEMBANGAN
PRASARANA JALAN
DI KAWASAN TRANSMIGRASI

DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI


KEMENTERIAN DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI RI.

TAHUN 2018
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Kata Pengantar

Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi merupakan


bagian dari kegiatan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan
yang ditujukan untuk mendukung berlangsungnya kegiatan sosial
ekonomi masyarakat yang disesuaikan dengan tingkat
perkembanagnnya dalam rangka mempercepat terwujudnya
peningkatan kesejahteraan masyarakat transmigran dan penduduk
sekitarnya.

Tujuan pengembangan prasarana jalan adalah untuk mewujudkan


keberadaan prasarana jalan di kawasan transmigrasi yang terpelihara
dan tetap berfungsi sesuai dengan standar pelayanan yang diperlukan.
Mengembangkan prasarana jalan sesuai kebutuhan perkembangan /
pertumbuhan masyarakat dan kawasan, khususnya mendorong
tumbuhnya pusat pertumbuhan baru di Kawasan Transmigrasi.

Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di


Kawasan Transmigrasi ini dimaksudkan untuk mempermudah para
pemangku kepentingan di sektor ketransmigrasian baik di tingkat Pusat
maupun Daerah dalam melakukan proses pengembangan Prasarana
Jalan di Kawasan Transmigrasi ke depan.

Semoga Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan ini


bermanfaat bagi pengembangan Kawasan Transmigrasi selanjutnya.

Jakarta, Oktober 2018

Direktur Jenderal
Pengembangan Kawasan Transmigrasi

M. Nurdin

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 7-1
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Daftar Isi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i-1

DAFTAR ISI .................................................................................................... i-2

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... i-4

DAFTAR TABEL .............................................................................................. i-6

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... i-7

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1-1


1.1. LATAR BELAKANG ............................................................. 1-1
1.2. DASAR HUKUM TUGAS FUNGSI DAN KEBIJAKAN .............. 1-2
1.3. TUJUAN DAN SASARAN ....................................................... 1-4
1.4. PENERIMA MANFAAT ........................................................... 1-5
1.5. ISTILAH DAN PENGERTIAN .................................................. 1-5

BAB 2. JENIS PRASARANA JALAN DI KAWASAN TRANSMIGRASI .......... 2-1


2.1. JENIS PRASARANA JALAN PADA SP DAN PUSAT SKP ... .. 2-1
2.1.1. Jalan Lokal Primer / Sekunder ....................................... 2-1
2.1.2. Jalan Lingkungan Primer / Sekunder ............................. 2-3
2.1.3. Bangunan Pelengkap Jalan Pada SP dan Pusat SKP... 2-5
2.2. JENIS PRASARANA JALAN PADA KPB ............................... 2-5
2.2.1. Jalan Boulevard (Kolektor Sekunder) ........................... 2-5
2.2.2. Jalan Lokal Sekunder Antarzona ................................... 2-6
2.2.3. Jalan Lingkungan Sekunder Pada KPB ......................... 2-7
2.2.4. Bangunan Pelengkap Jalan Pada KPB ......................... 2-8
2.3. JENIS PRASARANA JALAN PADA KAWASAN
TRANSMIGRASI .................................................................... 2-8
2.3.1. Jalan Kolektor Primer / Sekunder ................................. 2-8
2.3.2. Jalan Lokal Primer / Sekunder ...................................... 2-9
2.3.3. Tipikal Prasarana Jalan Di Kawasan Transmigrasi ....... 2-9
4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 7-2
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

BAB 3. KEGIATAN PEMELIHARAAN JALAN ............................................. 3-1


3.1. PENGERTIAN KEGIATAN PEMELIHARAAN JALAN ............. 3-1
3.2. MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN ................................ 3-2
3.2.1. Organisasi Pengelola Pemeliharaan Jalan Pada
Satuan Permukiman ..................................................... 3-2
3.2.2. Perencanaan Kegiatan Pemeliharaan Jalan ................. 3-4
3.2.3. Monitoring Dan Evaluasi .............................................. 3-6
3.2.4. Dokumentasi ................................................................. 3-6
3.3. PELAKSANAAN KEGIATAN PEMELIHARAAN JALAN .......... 3-6
3.3.1. Jenis Pemeliharaan Jalan ............................................. 3-6
1. Pemeliharaan Rutin.................................................. 3-7
2. Pemeliharaan Berkala .............................................. 3-7
3.3.2. Lingkup Kegiatan Utama Pemeliharaan jalan ............... 3-9
1. Jalur Lalu Lintas (Struktur Perkerasan Jalan) .......... 3-9
2. Bahu Jalan ............................................................. 3-14
3. Saluran Samping Jalan (Drainase Jalan) ............... 3-16
4. Lereng / Talud Jalan .............................................. 3-17
3.3.3. Contoh Kegiatan Pemeliharaan Jalan ....................... 3-18
1. Menjaga Kemiringan Melintang jalan (Perataan) .... 3-18
2. Perbaikan Bahu Jalan ............................................. 3-19

BAB 4. KEGIATAN REHABILITASI JALAN ................................................ 4-1

4.1. PENGERTIAN REHABILITASI PRASARANA JALAN ............ 4-1


4.2. KRITERIA REHABILITASI PRASARANA JALAN ................... 4-1
4.2.1. Kriteria Ruas Jalan Yang Direhabilitasi ......................... 4-1
4.2.2. Lingkup Kegiatan Rehabilitasi Jalan ............................. 4-2
4.2.3. Usulan Program Rehabilitasi ....................................... 4-3
4.3. KEBIJAKAN REHABILITASI PRASARANA JALAN ................ 4-3
4.4. MEKANISME DAN PROSEDUR ............................................. 4-5
4.4.1. Alur Proses rehabilitas Prasarana Jalan ....................... 4-5
4.4.2. Mekanisme Usulan Program ........................................ 4-7
4.5. IDENTIFIKASI KERUSAKAN JALAN UNTUK REHABILITASI 4-8
4.5.1. Klasifikasi Kondisi Kerusakan Jalan Dan

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 7-3
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Penanganannya ........................................................... 4-8


4.5.2. Cakupan Kegiatan Rehabilitasi Jalan ........................... 4-8
4.6. PELAKSANAAN REHABILITASI PRASARANA JALAN ....... 4-10
4.6.1. Rehabilitasi Lajur / Jalur Lalu Lintas ........................... 4-10
1. Jalur Lalu Lintas Dengan Perkerasan Lentur
Berpenutup Aspal .................................................. 4-10
2. Jalur Lalu Lintas Dengan Perkerasan Kaku
Berpenutup Cor Beton (Semen) ............................. 4-12
3. Jalur Lalu Lintas Dengan Perkerasan Lentur Tanpa
Penutup ................................................................. 4-12
4.6.2. Rehabilitasi Bahu Jalan .............................................. 4-13
1. Pekerjaan Rehabilitasi Bahu Jalan ....................... 4-13
2. Pelaksanaan Rehabilitasi Bahu Jalan ................... 4-14
4.6.3. Rehabilitasi Bangunan Pelengkap Jalan .................... 4-15
1. Pekerjaan Rehabilitasi Bangunan Pelengkap
Jalan ..................................................................... 4-15
2. Pelaksanaan Rehabilitasi Bangunan Pelengkap
Jalan ..................................................................... 4-15

BAB 5. KEGIATAN PENINGKATAN JALAN ... .......................................... 5-1

5.1. PENGERTIAN PENINGKATAN PRASARANA JALAN ........... 5-1


5.2. JENI PRASARANA JALAN YANG DITINGKATKAN................ 5-1
5.2.1. Jaringan Jalan Pada SP dan Pusat SKP ....................... 5-1
1. Jalan Lokal Primer / Sekunder ................................. 5-1
5.2.2. Jaringan Jalan Pada Kawasan Perkotaan Baru (KPB) .. 5-2
1. Jalan Boulevard (Kolektor Sekunder)....................... 5-2
2. Jalan Lokal Sekunder Antarzona ............................. 5-2
5.3. KEGIATAN PENINGKATAN PRASARANA JALAN ................ 5-3
5.3.1. Syarat Peningkatan Prasarana Jalan ............................ 5-3
5.3.2. Usulan Program Peningkatan ........................................ 5-4
5.4. KEBIJAKAN PENINGKATAN PRASARANA JALAN ............... 5-4
5.5. MEKANISME DAN PROSEDUR ............................................. 5-5
5.5.1. Alur Proses Peningkatan Prasarana Jalan ................... 5-5
5.5.2. Mekanisme Usulan Program ........................................ 5-6
5.6. PERENCANAAN TEKNIS PENINGKATAN PRASARANA

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 7-4
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

JALAN ..................................................................................... 5-7


5.6.1. Pekerjaan Persiapan ..................................................... 5-8
5.6.2. Pekerjaan Lapangan...................................................... 5-8
5.6.3. Perencanaan Perbaikan Terase Jalan........................... 5-8
5.6.4. Penyusunan Laporan Perencanaan Teknis
Peningkatan................................................................... 5-9
5.7. CAKUPAN DAN METODE PELAKSANAAN PENINGKATAN
PRASARANA JALAN ............................................................. 5-9
5.7.1. Cakupan Kegiatan Peningkatan Jalan ........................... 5-9
5.7.2. Kondisi Kerusakan Jalan Yang Ditingkatkan ................. 5-9
5.7.3. Metode Pelaksanaan Peningkatan Prasarana Jalan ..... 5-9
1. Mobilisasi ............................................................... 5-10
2. Pekerjaan Persiapan .............................................. 5-10
3. Pekerjaan Saluran Samping (Drainase jalan) ........ 5-10
4. Pekerjaan Tanah .................................................... 5-10
5. Pekerjaan Minor ..................................................... 5-10
6. Pekerjaan Berbutir ................................................. 5-10
7. Pekerjaan Beton .................................................... 5-11
8. Pekerjaan Tanah - 2............................................... 5-11
9. Pekerjaan Aspal ..................................................... 5-11
10. Pekerjaan Bahu Jalan .......................................... 5-11
11. Pekerjaan Minor - 2 .............................................. 5-11
12. Selesai ................................................................. 5-11
5.8. PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN ........ 5-11
5.8.1. Peningkatan Jalan Dengan Perkerasan Lentur Tanpa
Tanpa Penutup (Sirtu) ................................................ 5-11
5.8.2. Peningkatan Jalan Dengan Perkerasan Lentur
Berpenutup (Aspal) ...................................................... 5-11
5.8.3. Peningkatan Jalan Dengan Perkerasan Kaku (Cor
Beton) ......................................................................... 5-12
5.8.4. Uraian Setiap Urutan Pelaksanaan Peningkatan
Jalan ........................................................................... 5-12
1. Mobilisasi ................................................................ 5-12
2. Pekerjaan Persiapan ............................................... 5-13
3. Pekerjaan Drainase jalan (Saluran Samping) ......... 5-15

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 7-5
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

4. Pekerjaan Tanah ..................................................... 5-18


5. Pekerjaan Minor ...................................................... 5-24
6. Pekerjaan Berbutir .................................................. 5-25
7. Pekerjaan Struktur/ Beton ....................................... 5-26
8. Pekerjaan Tanah - 2................................................ 5-32
9. Pekerjaan Aspal ...................................................... 5-33
10. Pekerjaan Bahu Jalan (Lapis Pondasi Agregat
Kelas B) ................................................................ 5-38
11. Pekerjaan Minor - 2............................................... 5-39
12. Selesai .................................................................. 5-39
5.9. PELAKSANA DAN METODE PELAKSANAAN
PENINGKATAN JALAN ....................................................... 5-39
5.9.1. Pelaksana Peningkatan Prasarana Jalan .................... 5-39
5.8.2. Metode Pelaksanaan PeningkatanPrasarana Jalan ... 5-40
5.10. PENGENDALIAN KEGIATAN PENINGKATAN PRASARANA
JALAN ................................................................................ 5-40
5.10.1. Bimbingan Teknis Peningkatan Prasarana Jalan .... 5-40
5.10.2. Bantan Teknis Peningkatan Prasarana Jalan ........ 5-41
5.10.3. Laporan Kegiatan Peningkatan Prasarana Jalan ... 5-41

BAB 6. PEMBANGUNAN BARU PRASARANA JALAN ............................ 6-1

6.1. PENGERTIAN PEMBANGUNAN BARU PRASARANA


JALAN ..................................................................................... 6-1
6.1.1. Prasarana Jalan AntarSP Dalam 1 (Satu) SKP ............. 6-1
6.1.2. Prasarana Jalan Antarzona Dalam 1 (Satu) KPB ......... 6-2
6.1.3. Prasarana Jalan Antar SKP ........................................... 6-2
6.1.4. Prasarana Jalan Antara SKP Dengan KPB .................. 6-2
6.2. JENIS DAN STANDAR PRASARANA JALAN PADA
PEMBANGUNAN BARU .......................................................... 6-3
6.2.1. Jenis Prasarana Jalan Pada Pembangunan Baru ......... 6-3
5.2.2. Standar Prasarana Jalan Pada Pembangunan Baru .... 6-3
1. Jalan Lokal Sekunder Antarzona Dalam 1 (satu)
KPB ....................................................................... 6-3
2. Jalan Lokal Primer / Sekunder AntarSKP .............. 6-4

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 7-6
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

3. Jalan Kolektor Primer / Sekunder Antara SKP


Dan KPB ............................................................... 6-5
6.3. TATA CARA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BARU
PRASARANA JALAN .............................................................. 6-6
6.3.1. Perencanaan Jalan ........................................................ 6-6
1. Survei Dan Pengukuran ............................................ 6-6
2. Penyusunan Rencana Teknis Jalan .......................... 6-7
6.3.2. Persiapan (Rintisan dan Pengukuran) ........................... 6-8
1. Ditujukan Untuk ......................................................... 6-8
2. Peralatan................................................................... 6-8
3. Cara Kerja ................................................................. 6-8
6.3.3. Pembersihan Ruang Milik Jalan .................................... 6-9
1. Tujuan ....................................................................... 6-9
2. Peralatan................................................................... 6-9
3. Cara Kerja ................................................................. 6-9
6.3.4. Pembentukan Badan Jalan.......................................... 6-10
1. Pengupasan Tanah (Stripping) ............................... 6-10
2. Penggalian .............................................................. 6-11
3. Penimbunan Tanah ................................................. 6-13
4. Stabilisasi Tanah ..................................................... 6-15
5. Pekerjaan Perkerasan............................................. 6-16
6.3.5. Pemilihan Jenis Penutupan (Permukaan) Jalan .......... 6-19
1. Jalan Dengan Perkerasan Kaku (Cor Beton) .......... 6-19
2. Jalan Dengan Perkerasan Lentur Berpenutup
Aspal ....................................................................... 6-23
6.4. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BARU PRASARANA JALAN 6-25
6.5. MEKANISME DAN PROSEDUR PEMBANGUNAN BARU
PRASARANA JALAN ............................................................. 6-25
6.6. PELAKSANA DAN METODE PELAKSANAAN PEMBA-
NGUNAN JALAN BARU ......................................................... 6-26
6.7. PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BARU PRASARANA
JALAN ................................................................................... 6-26

BAB 7. PENUTUP .................................................................................... 7-1

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 7-7
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

LAMPIRAN ......................................................................................................L-1

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 7-8
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Bab 1
Pendahuluan

1.1. LATAR BELAKANG

Program transmigrasi telah mengalami pasang surut mengikuti kebijakan


pemerintah yang berjalan. Pada saat ini, pemerintah sangat konsisten terhadap
program transmigrasi. Hal ini dikarenakan program transmigrasi mendukung
Nawa Cita butir ketiga, yaitu membangun daerah dari pinggiran. Konsistensi
pemerintah tersebut terbukti dengan adanya Naskah Kesepakatan Bersama
antara Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertahanan Nasional,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi agar meyediakan lahan 9
Juta Ha untuk Program Transmigrasi.

Pada Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


2015 – 2019 tertuang bahwa pada tahun 2015, pembangunan
ketransmigrasian menghadapi dua tantangan besar, yaitu perlu dipercepatnya
pembangunan dan pengembangan jalan pada kawasan transmigrasi,
khususnya di daerah tertinggal dan perbatasan, dalam upaya penyelesaian
pemenuhan pembangunan infrastruktur jalan pada akhir tahun 2019 secara
Nasional dan perlunya penyiapan kawasan transmigrasi dalam pelaksanaan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang memberikan
kewenangan kepada Desa untuk melaksanakan perencanaan dan
pembangunan desa dengan dukungan Dana Desa.

Terkait dengan hal tersebut maka pengembangan jalan di kawasan


transmigrasi yang meliputi kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi, peningkatan
dan pembangunan baru jaringan jalan dan jembatan perlu dilakukan secara
konsisten dan berkelanjutan, sehingga kondisi dan kualitas prasarana jalan dan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 1-1
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

jembatan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara memadai secara


terus menerus.

Dalam rangka untuk mendukung kegiatan pengembangan prasarana jalan


tersebut di atas maka dinilai perlu untuk disusun Petunjuk Teknis
Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi, untuk kemudian
diperkenalkan kepada Dinas terkait dengan ketransmigrasian di
kabupaten/kota. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa tidaklah cukup
hanya dengan menyerahkan suatu Buku Petunjuk Teknis begitu saja untuk
diterapkan secara bersama di tingkat kabupaten/kota. Untuk memperkenalkan
suatu Petunjuk Teknis agar bisa diterapkan secara efektif, perlu didukung
dengan program pelatihan, bimbingan dan bantuan teknis pada Dinas terkait
dengan ketransmigrasian, di tingkat kabupaten / kota, termasuk pengarahan
yang tegas dari instansi yang tingkatnya lebih tinggi.

Keberhasilan juga mungkin dapat lebih dicapai dari pendekatan terpusat yang
menerima kenyataan bahwa untuk mencakup seluruh jaringan jalan sekaligus
dalam sekali studi tidak dapat dilaksanakan. Karena itu perlu dipertimbangkan
bahwa untuk mengalihkan prosedur perencanaan dari tingkat pusat ke daerah
harus dilakukan melalui suatu periode peralihan beberapa tahun, dimana
instansi di tingkat propinsi harus ikut melakukan peranan pemeriksaan dan
pengawasan.

1.2. DASAR HUKUM TUGAS FUNGSI / KEBIJAKAN

Pengembangan Prasarana Jalan pada Kawasan Transigrasi didasarkan atas


berbagai dasar hukum yang termuat dalam peraturan perundang-undangan
sebagai berikut:

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 Tentang


Perubahan Atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang
Ketransmigrasian.

Ketransmigrasian.

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 1-2
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesi Nomor 34 Tahun 2006 Tentang


Jalan.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER-


15/MEN/VI/2007 Tentang Penyiapan Permukiman

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2012 Tentang


Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan.

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Tata


Cara Pemeliharaan dan penilikan Jalan.

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2011 Tentang


Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan.

10. Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa.

11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi


Kementerian Negara.

12. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,


Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan


Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 1-3
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah tertinggal, dan


Transmigrasi Nomor 25 Tahun 2016 tentang Pembangunan dan
Pengembangan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Kawasan
Transmigrasi.

1.3. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan dari kegiatan penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana


Jalan di Kawasan Transmigrasi ini adalah untuk mewujudkan pedoman
mengenai ketentuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan
prasarana jalan dan jembatan kepada masyarakat transmigran serta
meningkatkan optimalisasi fungsi jaringan jalan.

Sasaran dari kegiatan Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan


Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi ini adalah :

1. Tersusunnya program prioritas dan perencanaan teknis serta pengendalian


pelaksanaan pengembangan jaringan jalan di kawasan transmigrasi yang
efektif dan efisien.

2. Terpeliharanya kondisi jaringan jalan di kawasan transmigrasi serta fasilitas


penunjangnya.

3. Berkembangnya jaringan jalan secara optimal serta meningkatnya kuaitas


konstruksi jalan dan jembatan di kawasan transmigrasi.

4. Meningkatnya dukungan bangunan pelengkap jalan dan pelayanan


penerangan jalan umum.

5. Meningkatnya partisipasi masyarakat transmigran dalam pelaksanaan


pengembangan jaringan jalan di kawasan transmigrasi yang meliputi
pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan jalan serta pembangunan baru.

1.4. PENERIMA MANFAAT

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 1-4
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Penerima manfaat dari kegiatan Penyusunan Petunjuk Teknis Pengembangan


Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi adalah aparat pemerintah pusat
Ditjen Pengembangan Kawasan Transmigrasi dan pemerintah daerah yang
membidangi ketransmigrasian serta masyarakat di Kawasan Transmigrasi.

1.5. ISTILAH DAN PENGERTIAN

Berdasarkan pada nomenklatur yang dijelaskan dalam UU-RI No 38/2004


Tentang Jalan maupun PP-RI No 34/2006 Tentang Jalan, telah dilakukan
perubahan istilah dan nomenklatur bagian-bagian jalan dari yang dipakai
sebelumnya. Atas dasar peraturan perundang-undangan tersebut diatas, maka
jalan dalam pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi terdiri
atas bagian-bagian sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1.

Sedangkan pengertiannya diuraikan sebagai berikut:

1. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja)

Ruang Manfaat Jalan meliputi Badan Jalan, Saluran Tepi Jalan, dan
Ambang Pengamannya.

Ruang manfaat jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh
lebar,tinggi, dan kedalaman tetentu yang ditetapkan oleh penyelenggara
jalan. Ruang manfaat jalan hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan
jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang
pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan dan
bangunan pelengkap lainnya.

2. Ruang Milik Jalan (Rumija)

Ruang Milik Jalan meliputi Ruang Manfaat Jalan dan Sejalur Tanah

Tertentu di luar ruang manfaat jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai


ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan. Ruang Milik
Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,
kedalaman, dan tinggi tertentu yang diperuntukkan bagi ruang manfaat

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 1-5
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa datang,
serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan

Gambar 1.1. Bagian-bagian Jalan Menurut PP-RI No 34/2006.

3. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja)

Ruang Pengawasan Jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik


jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara
jalan. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebesa
pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi
jalan. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar
ruang milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu.

4. Badan Jalan

Badan Jalan adalah bagian jalan yang hanya diperuntukkan bagi


pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan. Karena itu Badan Jalan meliputi
Jalur Lalu Lintas dan Bahu Jalan. Badan Jalan dibatasi oleh bagian dalam
Saluran Tepi Jalan sisi kiri hingga bagian dalam Saluran Tepi Jalan sisi
kanan.

6. Jalur Lalu Lintas

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 1-6
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang terletak di tengah badan jalan
yang hanya diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan.
Karena itu Jalur lalu lintas dibatasi oleh bahu jalan di tepi kiri dan bahu jalan
di tepi kanan jalan.

7. Bahu Jalan

Bahu Jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi Jalur Lalu Lintas
hingga di tepi bagian dalam Saluran Tepi Jalan. Bahu Jalan berfungsi
sebagai lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, tempat parkir
darurat, ruang bebas samping bagi lalu lintas, dan sebagai penyanggga
untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.

8. Saluran Tepi Jalan

Saluran Tepi Jalan diperuntukkan bagi penampungan dan penyaluran air,


agar badan jalan bebas dari pengaruh air. Saluran tepi jalan dibangun
dengan konstruksi yang mudah dipelihara secara rutin.

9. Ambang Pengaman

Ambang Pengaman Jalan berupa bidang tanah dan/atau konstruksi


bangunan pengaman yang berada di antara tepi badan jalan dan batas
ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan bagi pengamanan
konstruksi jalan.

10. Penyelenggara Jalan

Penyelenggara Jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan,


pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan
kewenangannya.
11. Sistem Jaringan Jalan

Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 1-7
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 1-8
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Bab 2
Jenis Prasarana Jalan di
Kawasan Transmigrasi
2.1. JENIS PRASARANA JALAN PADA SP DAN PUSAT SKP

Jenis prasarana jalan pada SP dan Pusat SKP meliputi:

1. Jalan Lokal Primer / Sekunder


2. Jalan Lingkungan Primer / Sekunder
3. Bangunan Pelengkap Jalan, meliputi:
a. Saluran Samping / Tepi Jalan
b. Jembatan
c. Gorong-gorong,
d. Turap/Tembok Penahan Tanah
e. Bronjong.

Jembatan dan Gorong-gorong tidak dibahas lebih lanjut, karena


disajikan terpisah dalam “Juknis Pengembangan Jembatan dan
Gorong-gorong”.

2.1.1. Jalan Lokal Primer / Sekunder

Jalan Lokal Primer/Sekunder adalah jalan yang menghubungkan antara Pusat


Kegiatan Lingkungan (Pusat SP) dengan Pusat Kegiatan Lingkungan (Pusat
SP) lainnya pada kawasan transmigrasi, dan/atau menghubungkan Pusat
Kegiatan Lingkungan (Pusat SP) dengan Jalan Kolektor Primer/Sekunder yang
selanjutnya ke Pusat Kegiatan Lokal.

Bila Kawasan Transmigrasi belum masuk sebagai Kawasan Strategis


Kabupaten, maka disebut Jalan Lokal Primer. Sedangkan bila Kawasan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2-1
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Transmigrasi telah masuk dalam Kawasan Strategis Kabupaten, maka disebut


Jalan Lokal Sekunder.

Dalam nomenklatur Ketransmigrasian sebelumnya, Jalan Lokal Primer /


Sekunder ini disebut sebagai Jalan Poros / Penghubung. Tipikal Jalan Lokal

Primer/Sekunder di Lahan Kering dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1.
Typical Jalan Lokal Primer/Sekunder di Lahan Kering

Spesifikisai Teknis Jalan Lokal Primer / Sekunder antara lain diringkas sebagai
berikut:

1. Ruang Milik Jalan (Rumija) minimal 15,0 m, sedangkan idealnya adalah


20,0 m.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2-2
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

2. Lebar Badan Jalan adalah 7,5 m, terdiri dari Jalur Lalu Lintas 5,5 m dan
Bahu Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
3. Saluran Samping/Tepi Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
4. Konstruksi Jalan Lokal Primer/Sekunder:
a. Pada Lahan Kering: Diperkeras dengan Agregat C setebal 15 cm padat.
b. Pada Lahan Basah:
1) Pada Tahap I tidak diperkeras.
2) Pada Tahap II (setelah tanah terkonsolidasi pada tahun ke 2
diperkeras dengan sirtu setebal 15 cm padat.
3) Atau bagian tengah 2,0 m dicor dengan beton 1:3:6 setebal 15 cm.
4) Atau bagian tengah 1,0 m diurug surtu setebal 15 cm padat, bagian
kiri 1,0 m dan kanan 1,0 m dicor rabat beton 1:3:6 setebal 15 cm.
5. Didesain dengan kecepatan rencana 20 km/jam.
6. CBR tanah dasar > 5 %.

2.1.2. Jalan Lingkungan Primer / Sekunder

Jalan Lingkungan Primer/Sekunder adalah jalan yang menghubungkan antara


Lahan Tempat Tinggal dengan Jalan Lokal Primer/Sekunder pada kawasan
transmigrasi. Bila Kawasan Transmigrasi belum masuk sebagai Kawasan
Strategis Kabupaten, maka disebut Jalan Lingkungan Primer. Sedangkan bila
Kawasan Transmigrasi telah masuk dalam Kawasan Strategis Kabupaten,
maka disebut Jalan Lingkungan Sekunder.

Dalam nomenklatur Ketransmigrasian sebelumnya, Jalan Lingkungan Primer /


Sekunder ini disebut sebagai Jalan Desa. Tipikal Jalan Lingkungan
Primer/Sekunder di Lahan Kering dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Spesifikisai Teknis Jalan Lingkungan Primer / Sekunder antara lain diringkas


sebagai berikut:

1. Ruang Milik Jalan (Rumija) 10,0 m.


2. Lebar Badan Jalan adalah 6,5 m, terdiri dari Jalur Lalu Lintas 3, m dan
Bahu Jalan 1,75 m di kiri dan 1,75 m di kanan.
3. Saluran Samping/Tepi Jalan 0,75 m di kiri dan 0,75 m di kanan.
4. Konstruksi Jalan Lingkungan Primer/Sekunder:

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2-3
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

a. Pada Lahan Kering: Diperkeras dengan Agregat C setebal 15 cm padat.


b. Pada Lahan Basah:
1) Pada Tahap I tidak diperkeras
2) Pada Tahap II (setelah tanah terkonsolidasi pada tahun ke 2
diperkeras dengan sirtu setebal 15 cm padat,
3) Atau bagian tengah 2,0 m dicor dengan beton 1:3:6 setebal 15 cm.
4) Atau bagian tengah 1,0 m diurug surtu setebal 15 cm padat, bagian
kiri 1,0 m dan kanan 1,0 m dicor rabat beton 1:3:6 setebal 15 cm.
5. Didesain dengan kecepatan rencana 15 km/jam.
6. CBR tanah dasar > 5 %.

Gambar 2.2.
Typical Jalan Lingkungan Primer/Sekunder di Lahan Kering

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2-4
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

2.1.3. Bangunan Pelengkap Jalan Pada SP dan Pusat SKP

1. Saluran Samping / Saluran Tepi Jalan

Saluran Samping / Saluran Tepi Jalan adalah saluran yang dibangun di


sisi kiri dan kanan jalan yang berfungsi untuk menampung air dari
permukaan serta berguna untuk menghindarkan air tanah menembus
perkerasan jalan.

Lebar saluran samping / tepi jalan berbeda-beda untuk masing-masing


jenis jalan, dan spesifikasinya untuk masing-masing jenis jalan telah
diuraikan pada sub bagian sebelumnya.

2. Turap / Tembok Penahan Tanah

Turap atau Tembok Penahan Tanah adalah bangunan pelengkap jalan


yang berfungsi untuk mencegah terjadinya kelongsoran talud jalan, baik
pada tebing sebelah atas muka jalan maupun pada tebing sebelah bawah
muka jalan.

Bangunan ini biasanya dibuat pada tempat yang terkena pengaruh


gerusan air (erosi).

3. Bronjong

Bronjong atau biasa disebut sebagai gabion, merupakan konstruksi dasar


untuk menahan tanah di tepi jalan yang berlereng. Bronjong terbuat dari
anyaman kawat baja yang dilapisi dengan seng atau galvanis. Anyaman
kawat ini membentuk sebuah kotak atau balok, bagian dalamnya diisi
dengan batu-batu berukuran besar untuk mencegah erosi. Bronjong biasa
dipasang pada area tebing jalan.

2.2. JENIS PRASARANA JALAN PADA KPB

2.2.1. Jalan Boulevard (Kolektor Sekunder)

Jalan Boulevard (Kolektor Sekunder) adalah jalan yang menghubungkan


antara Pusat KPB dengan Jalan Arteri Primer / Sekunder pada Kawasan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2-5
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Transmigrasi.

Pada kondisi tertentu, Jalan Boulevard (Kolektor Sekunder) tidak sampai


terhubung ke Jalan Arteri Primer / Sekunder, tetapi terhubung dulu dengan
jalan Lokal Primer/Sekunder yang kemudian bersambung ke Jalan Arteri
Primer / Sekunder.

Spesifikisai Teknis Jalan Boulevard (Kolektor Sekunder) antara lain diringkas


sebagai berikut:

1. Ruang Milik Jalan (Rumija) minimal 25,0 m, sedangkan idealnya adalah


30,0 m.
2. Lebar Badan Jalan adalah 7,5 m, terdiri dari Jalur Lalu Lintas 5,5 m dan
Bahu Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
3. Saluran Samping/Tepi Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
4. Konstruksi Jalan Boulevard adalah:
a. Pada Lahan Kering: Diperkeras dengan Agregat C setebal 15 cm padat
kemudian diaspal Hotmixed.
b. Pada Lahan Basah:
1) Pada Tahap I tidak diperkeras
2) Pada Tahap II (setelah tanah terkonsolidasi pada tahun ke 2 atau
ke 3 diperkeras dengan sirtu setebal 20 cm padat
3) Atau bagian tengah 4,0 m dicor dengan beton 1:3:6 setebal 30 cm.
5. Didesain dengan kecepatan rencana 20 km/jam.
6. CBR tanah dasar > 10 %.

2.2.2. Jalan Lokal Sekunder Antarzona

Jalan Lokal Sekunder Antarzona adalah jalan yang menghubungkan setiap


zona dengan zona lainnya pada Kawasan Perkotaan Baru.

Spesifikisai Teknis Jalan Lokal Sekunder Antarzona antara lain diringkas


sebagai berikut:

1. Ruang Milik Jalan (Rumija) minimal 15,0 m, sedangkan idealnya adalah


20,0 m.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2-6
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

2. Lebar Badan Jalan adalah 7,5 m, terdiri dari Jalur Lalu Lintas 5,5 m dan
Bahu Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
3. Saluran Samping/Tepi Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
4. Konstruksi Jalan Lokal Sekunder Antarzona adalah:
a. Pada Lahan Kering: Diperkeras dengan Agregat C setebal 15 cm padat
kemudian diaspal Hotmixed.
b. Pada Lahan Basah:
1) Pada Tahap I tidak diperkeras
2) Pada Tahap II (setelah tanah terkonsolidasi pada tahun ke 2
diperkeras dengan sirtu setebal 15 cm padat
3) Atau bagian tengah 4,0 m dicor dengan beton 1:3:6 setebal 20-30
cm.
5. Didesain dengan kecepatan rencana 10-20 km/jam.
6. CBR tanah dasar > 5 %.

2.2.3. Jalan Lingkungan Sekunder Pada KPB

Jalan Lingkungan Sekunder pada KPB adalah jalan yang menghubungkan


antara Lahan Tempat Tinggal pada Permukiman Perkotaan dengan Jalan
Lokal Sekunder Antarzona pada Kawasan Perkotaan Baru.

Spesifikisai Teknis Jalan Lingkungan Sekunder pada KPB antara lain

diringkas sebagai berikut:

1. Ruang Milik Jalan (Rumija) 10,0 m.


2. Lebar Badan Jalan adalah 6,5 m, terdiri dari Jalur Lalu Lintas 3,0 m dan
Bahu Jalan 1,75 m di kiri dan 1,75 m di kanan.
3. Saluran Samping/Tepi Jalan 0,75 m di kiri dan 0,75 m di kanan.
4. Konstruksi Jalan Lingkungan Sekunder pada KPB adalah:
a. Pada Lahan Kering: Diperkeras dengan Agregat C setebal 15 cm padat,
lalu diaspal hotmixed.
b. Pada Lahan Basah:
1) Pada Tahap I tidak diperkeras
2) Pada Tahap II (setelah tanah terkonsolidasi pada tahun ke 2)
diperkeras dengan sirtu setebal 15 cm padat,

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2-7
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

3) Atau bagian tengah 3,0 m dicor dengan beton 1:3:6 setebal 15 cm.

5. Didesain dengan kecepatan rencana 10-20 km/jam.


6. CBR tanah dasar > 5 %

2.2.4. Bangunan Pelengkap Jalan Pada KPB

1. Saluran Samping / Saluran Tepi Jalan

Lebar saluran samping / tepi jalan berbeda-beda untuk masing-masing


jenis jalan, dan spesifikasinya untuk masing-masing jenis jalan pada KPB
telah diuraikan pada sub-bagian sebelumnya.

2. Turap / Bangunan Penahan Tanah

(Sama dengan uraian pada sub bagian 2.1.3.)

4. Bronjong.

(Sama dengan uraian pada sub bagian 2.1.3.)

2.3. JENIS PRASARANA JALAN PADA KAWASAN TRANSMIGRASI

2.3.1. Jalan Kolektor Primer / Sekunder

Adalah jalan yang menghubungkan antara Pusat SKP dengan Pusat SKP
lainnya, serta menghubungkan antara Pusat SKP dengan KPB dalam satu
Kawasan Transmigrasi.

1. Spesifikisai Teknis Jalan Kolektor Primer / Sekunder antara lain diringkas


sebagai berikut:
2. Ruang Milik Jalan (Rumija) minimal 25,0 m, sedangkan idealnya adalah
30,0 m.
3. Lebar Badan Jalan adalah 7,5 m, terdiri dari Jalur Lalu Lintas 5,5 m dan
Bahu Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
4. Saluran Samping/Tepi Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
5. Konstruksi Jalan Kolektor Primer adalah:
a. Pada Lahan Kering: Diperkeras dengan Agregat C setebal 15 cm padat
kemudian diaspal Hotmix.
b. Pada Lahan Basah:
Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2-8
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

1) Pada Tahap I tidak diperkeras


2) Pada Tahap II (setelah tanah terkonsolidasi pada tahun ke 2 atau
ke 3 diperkeras dengan sirtu setebal 20 cm padat
3) Atau bagian tengah 4,0 m dicor dengan beton 1:3:6 (K-250 hingga
K-300, tergantung nilai CBR) setebal 30 hingga 40 cm.
6. Didesain dengan kecepatan rencana 10-20 km/jam.
7. CBR tanah dasar > 10 %
8. Material boleh memakai material lokal tetapi harus melalui analisa
Laboratorium pada instansi resmi dan berwenang di Provinsi.

Jalan Kolektor Primer / Sekunder sebagian sudah ada yang menjadi domain
pengelolaan Dinas PU Pera setempat, dan sebagian lainnya masih menjadi
domain pengelolaan oleh Dinas Ketransmigrasian setempat. Karena itu
sasaran pengembangan prasarana jalan di kawasan transmigrasi difokuskan
kepada Ruas Jalan Kolektor Primer/ Sekunder yang masih menjadi tanggung
jawab Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi.

2.3.2. Jalan Lokal Primer / Sekunder

(Sama dengan uraian pada Sub Bagian 2.1.1)

2.3.3. Tipikal Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi

1. Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder Lahan Kering

Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder Lahan Kering disajikan pada Gambar


2.3.

2. Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder Lahan Kering

Tipikal Jalan lingkunagn Sekunder pada Lahan Kering dapat dilihat pada
Gambar 2.4.
3. Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder Lahan Basah

a. Pada Pembangunan Tahap I


1) Alternatif I (Saluran Kiri/Kanan Jalan)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2-9
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder di Lahan Basah pada


Pembangunan Tahap I untuk Jalan dengan saluran di kiri dan
kanan jalan tersaji pada Gambar 2.5.

Gambar 2.3.
Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder Lahan Kering

Gambar 2.4.
Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder Lahan Kering

Gambar 2.5.
Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder Lahan Basah (Tahap I)

2) Alternatif II (Saluran Tunggal)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2 - 10
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder di Lahan Basah pada


Pembangunan Tahap I untuk Jalan dengan saluran tunggal di kiri
atau di kanan Jalan tersaji pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6.
Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder Lahan Basah (Tahap I)

b. Pada Pembangunan Tahap II

1) Alternatif I (Saluran Kiri/Kanan Jalan)

Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder di Lahan Basah pada


Pembangunan Tahap II untuk Jalan dengan saluran di kiri dan
kanan Jalan tersaji pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7.
Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder Lahan Basah (Tahap II)

2) Alternatif II (Saluran Tunggal)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2 - 11
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder di Lahan Basah pada


Pembangunan Tahap II untuk Jalan dengan saluran tunggal di kiri
atau di kanan Jalan tersaji pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8
Tipikal Jalan Lokal Primer/Sekunder Lahan Basah (Tahap II)
dengan Saluran Tunggal

4. Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder Lahan Basah

a. Pada Pembangunan Tahap I

1) Alternatif I (Saluran Kiri dan Kanan Jalan)

Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder di Lahan Basah pada


Pembangunan Tahap II untuk Jalan dengan saluran di kiri dan kanan
Jalan tersaji pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9.
Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder Lahan Basah (Tahap I)
2) Alternatif II (Saluran Tunggal)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2 - 12
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder di Lahan Basah pada


Pembangunan Tahap II untuk Jalan dengan saluran tunggal di kiri
atau di kanan Jalan tersaji pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10.
Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder Lahan Basah
(Tahap I) dengan Saluran Tunggal

b. Pada Pembangunan Tahap II

1) Alternatif I

Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder di Lahan Basah pada


Pembangunan Tahap II untuk Jalan dengan saluran di kiri dan
kanan Jalan tersaji pada Gambar 2.11.

Gambar 2.11.
Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder Lahan Basah
(Tahap II)

2) Alternatif II

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2 - 13
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
-------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------------------------------

Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder di Lahan Basah pada


Pembangunan Tahap II untuk Jalan dengan saluran tunggal di kiri
atau di kanan Jalan tersaji pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12.
Tipikal Jalan Lingkungan Primer/Sekunder Lahan Basah
(Tahap II) dengan Saluran Tunggal

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 2 - 14
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab 3
Kegiatan Pemeliharaan Jalan

3.1. PENGERTIAN KEGIATAN PEMELIHARAAN JALAN

Pemeliharaan jalan adalah segala tindakan yang dilakukan untuk


mempertahankan kondisi jalan mantap sesuai dengan tingkat pelayanan dan
kemampuannya pada saat jalan tersebut selesai dibangun dan dioperasikan
sampai dengan tercapainya umur rencana yang telah ditentukan. Bertitik tolak
dari kondisi mantap tersebut, pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara terus-
menerus/rutin dan berkesinambungan khususnya pada jenis konstruksi jalan
yang menggunakan sistem perkerasan lentur (flexible pavement).
Pemeliharaan jalan tidak hanya pada jalur lalu lintas atau perkerasannya saja,
namun mencakup pula pemeliharaan bangunan pelengkap jalan dan fasilitas
beserta sarana-sarana pendukungnya.

Suatu perkerasan jalan sekuat apapun tanpa didukung oleh fasilitas drainase
akan dengan mudah menurun kekuatannya sebagai akibat dari melemahnya
kepadatan lapisan pondasi dan terurainya butiran agregat dari bahan
pengikatnya. Pemeliharaan saluran tepi di kiri-kanan badan jalan menjadi
penting dan air harus senantiasa mengalir dengan lancar karena genangan air
hujan akan melemahkan struktur perkerasan secara menyeluruh.

Sedangkan retak rambut pada lapisan permukaan suatu perkerasan bila tidak
segera ditutup akan semakin membesar dan dimasuki air hujan yang
berdampak terurainya ikatan antara butiran agregat dari bahan pengikatnya,
dan menjadi kerusakan yang lebih besar. Kondisi ini akan semakin cepat
bertambah parah lagi bila beban lalulintasnya padat dan berat.

Penanganan pemeliharaan jalan dapat dilakukan secara rutin maupun berkala.


Pemeliharaan jalan secara rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3-1
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

tahun dan dilakukan sesegera mungkin ketika kerusakan yang terjadi belum
meluas. Perawatan dan perbaikan dilakukan pada tahap kerusakan masih
ringan dan setempat. Hal ini dilakukan sehubungan dengan biaya
perbaikannya yang relatif rendah dan cara memperbaikinyapun relatif
mudah/ringan. Pemeliharaan jalan secara berkala dilakukan secara berkala
dengan melakukan pula peremajaan terhadap bahan perkerasan maupun
bahan lainnya. Selain itupun, dilakukan perataan kembali terhadap
permukaan jalan. Baik pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala, tidak
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan struktur.

Sehubungan dengan hal tersebut, pengendalian dan pengawasan


pemeliharaan jalan perlu dilakukan secara rutin maupun berkala agar
kerusakan jalan beserta bangunan pelengkap dan fasilitas pendukungnya
sejak dini dapat diditeksi jenis dan volume serta cara penanganan yang harus
dilakukan segera. Selain itupun perlu diketahui lokasi kerusakannya,
khususnya pada lokasi tertentu yang selalu terjadi kerusakan berulang.

3.2. MANAJEMEN PEMELIHARAAN JALAN

3.2.1. Organisasi Pengelola Pemeliharaan Jalan Pada Satuan Permukiman

Merujuk pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi Republik


Indonesia Nomor : PER.22/MEN/X/2007 tentang Organisasi Unit Permukiman
Transmigrasi maka kegiatan pengembangan sarana dan prasarana berada
dibawah pembina Bidang Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman dan
Kelembagaan Pemerintah/ Lembaga Sosial Kemasyarakatan.

Tugas dari Pembina tersebut sesuai Pasal 11 antara lain;


1. Menyusun rencana pembinaan bidang kelembagaan pemerintah/ lembaga
sosial kemasyarakatan, sarana dan prasarana lingkungan.
2. Melaksanakan pembinaan bidang sarana dan prasarana yaitu dengan
melakukan fasilitasi pemeliharaan dan pengembangan sarana dan
prasarana permukiman.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3-2
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pelaksanaan fasilitasi pemeliharaan prasarana di SP / Kawasan Transmigrasi


melalui pemberdayaan masyarakat akan efektif apabila dilaksanakan dengan
model pemberdayaan masyarakat/ padat karya. Hal ini dimaksudkan untuk
mengfungsikan prasarana yang sudah ada dengan harapan dapat
memfasilitasi masyarakat transmigran di SP / Kawasan Transmigrasi dalam
melakukan kegiatan sosial dan budaya serta kegiatan perekonomian yang
gilirannya dapat mendukung masyarakat transmigran di SP / Kawasan
Transmigrasi tersebut, tumbuh dan berkembang dan mempunyai aksesibilitas
ke tempat kegiatan usaha dengan mudah. Kegiatan pemeliharaan prasarana
melalui model pemberdayaan masyarakat, memiliki tujuan, sasaran,
pelaksanaan sebagaimana diuraikan berikut.

1. Tujuan

Program kegiatan pemeliharaan prasarana di SP / Kawasan Transmigrasi


melalui pemberdayaan Masyarakat pola Padat Karya ini bertujuan
meningkatkan peran serta dan produktifitas masyarakat di SP/ Kawasan
Transmigrasi dengan cara :
a. Memberikan kemudahan dalam melakukan aktifitas/ kegiatan sosial
dan budaya;
b. Memberikan kemudahan aksesibilitas masyarakat transmigrasi dalam
melakukan aktifitas/ kegiatan usaha dan perekonomian; dengan
berfungsinya sarana dan prasarana di SP/ Kawasan Transmigrasi;
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui keterlibatan dalam
pelaksanaan program kegiatan rehabilitasi sarana dan prasarana di SP
/ Kawasan Transmigrasi;
d. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat;
e. Meningkatkan peran serta dan partisipasi masyarakat.

2. Sasaran

Sebagai acuan dan pedoman teknis guna membantu pelaksanaan


kegiatan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan tujuan dari kegiatan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3-3
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

pola padat karya yaitu ” dari, oleh dan untuk masyarakat ” yang pada
gilirannya dapat :
a. Terwujudnya persamaan persepsi bagi pelaksana / petugas lapangan
dan melaksanakan kegiatan rehabilitasi sarana dan prasarana melalui
pemberdayaan Masyarakat dengan pola Padat Karya.
b. Terwujud dan terselenggaranya pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
sarana dan prasarana dengan keterlibatkan dan peran serta
masyarakat transmigran di SP dan warga masyarakat desa sekitar.

3. Pembentukan Organisasi Pelaksana ( ORLAK ) di Tingkat SP

Dalam pelaksanaan padat karya perlu dibentuk struktur organisasi


pelaksana padat karya di SP yang dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1.

4. Pengawasan dan Pengendalian

a. Pengawasan dan pengendalian program / kegiatan pemberdayaan


masyarakat melalui padat karya dilakukan oleh pihak-pihak terkait di
Tk. Pusat , Provinsi dan Kabupaten / Kota dengan tujuan untuk
memperoleh hasil yang dapat dipertanggung jawabkan (akuntabel).
b. Masyarakat dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan
kegiatan / pekerjaan.
c. Untuk menjamin transparansi pengelolaan dana, organisasi
pelaksanaan kegiatan (ORLAK) memberikan laporan atau
menginformasikan kepada masyarakat melalui papan informasi.
d. Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan secara struktural dan
fungsional sesuai dengan aturan yang berlaku.

3.2.2. Perencanaan Kegiatan Pemeliharaan Jalan

Perencanaan pemeliharaan Sarana dan Prasarana Tahunan disusun secara


mandiri oleh Masyarakat dengan Kepala Unit Permukiman Transmigrasi dan
Pembina Bidang Sarana dan Prasarana. Perencanaan pemeliharaan Sarana
dan Prasarana disusun dengan memperhatikan jadwal kegiatan usaha
masyarakat transmigran sehingga tidak mengganggu kegiatan produksi
pertanian.
Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3-4
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Gambar 3.1.
Bagan Struktur Organisasi Pelaksana

Jenis prasarana yang akan dilakukan pemeliharaan didasarkan pada rembug


warga/ rembug desa. Pemlilihan prioritas didasarkan kepada prasarana yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat transmigran.

Dalam perencanaan ini hal-hal yang perlu menjadi perhatian antara lain:

1. Jenis Kegiatan
Ditentukan berdasarkan rembug desa, dan dipilih berdasarkan urutan
prioritas dari hasil musyawarah. Kegiatan pemeliharaan sifatnya kegiatan
yang sederhana dan mampu dilaksanakan secara swadaya oleh
masyarakat.

2. Jadwal Kerja

Jadwal kegiatan pemeliharaan, ditentukan oleh masyarakat dan disepakati


bersama, karena kegiatannya dilaksanakan secara gotong-royong.

3. Jumlah Personal

Jumlah personil yang melaksanakan kegiatan pemeliharaan jumlahnya,


diatur dan dijadwalkan oleh Kepala SP dan atau kepala desa berdasarkan
musyawarah.

4. Kebutuhan biaya

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3-5
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kebutuhan biaya pemeliharaan dilakukan perhitungan oleh masyarakat dan


dibimbing petugas/ Kepala SP. Sumber pendanaan dapat berasal dari
swadaya masyakarat dan dimungkinkan ada dana stimulan dari
Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah.

3.2.3. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi bertujuan memeriksa, membantu dan


mengevaluasi serta menganalisis terhadap inplementasi kebijakan
Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi dalam hal pemeliharaan Sarana
dan Prasarana. Program Monitoring dan Evaluasi disusun oleh Tim Pembina
Pemeliharaan sarana dan Prasarana dan dibantu oleh masyarakat secara
swadaya. Sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan yang tersedia anggarannya
melalui APBN, maka mekanisme monitoring dan evaluasinya mengikuti dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3.2.5. Dokumentasi

Seluruh kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana perlu didokumentasikan.


Dokumentasi tersebut meliputi sebelum dilakukan kegiatan pemeliharaan,
proses pelaksanaan kegiatan dan selesai kegiatan pemeliharaan.

3.3. PELAKSANAAN KEGIATAN PEMELIHARAAN JALAN

3.3.1. Jenis Pemeliharaan Jalan

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nmor 13 Tahun 2011,


Pasal 15, pemeliharaan jalan meliputi: Pemeliharaan Rutin dan Pemeliharaan
Berkala.
1. Pemeliharaan Rutin
a. Kegiatan pemeliharaan rutin jalan dilakukan pada ruas jalan/bagian
ruas jalan dan bangunan pelengkap dengan kriteria sebagai berikut:
1) Ruas jalan dengan kondisi baik atau disebut jalan mantap.
2) Bangunan pelengkap jalan yang mempunyai kondisi baik sekali.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3-6
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

b. Jalan kondisi baik atau jalan mantap adalah jalan dengan kondisi
kerusakan jalan < 11 % terhadap luas jalan. Jenis penanganannya
adalah Pemeliharaan Rutin / Routine Maintenance.
c. Pemeliharaan rutin jalan dilakukan sepanjang tahun, meliputi kegiatan:
1) Pemeliharaan/pembersihan bahu jalan;
2) Pemeliharaan sistem drainase (dengan tujuan untuk memelihara
fungsi dan untuk memperkecil kerusakan pada struktur atau
permukaan jalan dan harus dibersihkan terus menerus dari lumpur,
tumpukan kotoran, dan sampah);
3) Pemeliharaan/pembersihan rumaja;
4) Pemeliharaan pemotongan tumbuhan/tanaman liar (rumput-
rumputan, semak belukar, dan pepohonan) di dalam rumija;
5) Pengisian celah/retak permukaan (sealing);
6) Laburan aspal;
7) Penambalan lubang;
8) Pemeliharaan bangunan pelengkap;
9) Pemeliharaan perlengkapan jalan; dan
10) Grading operation / Reshaping atau pembentukan kembali
permukaan untuk perkerasan jalan tanpa penutup.

2. Pemeliharaan Berkala

a. Kegiatan pemeliharaan berkala jalan dilakukan pada ruas


jalan/bagian ruas jalan dan bangunan pelengkap dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Ruas Jalan yang karena pengaruh cuaca atau karena repetisi
beban lalulintas sudah mengalami kerusakan yang lebih luas maka
perlu dilakukan pencegahan dengan cara melakukan pelaburan,
pelapisan tipis, penggantian dowel, pengisian celah/retak,
peremajaan/joint.
2) Ruas jalan yang sesuai umur rencana pada interval waktu
tertentu sudah waktunya untuk dikembalikan ke kondisi pelayanan
tertentu dengan cara dilapis ulang;

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3-7
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

3) Ruas jalan dengan nilai kekesatan permukaan jalan (skid


resistance) kurang dari 0,33 (nol koma tiga puluh tiga);
4) Ruas jalan dengan kondisi rusak ringan;
5) Bangunan pelengkap jalan yang telah berumur paling rendah 3
(tiga) tahun sejak dilakukan pembangunan, penggantian atau
pemeliharaan berkala; dan/atau
6) Bangunan pelengkap yang mempunyai kondisi sedang.
b. Jalan dengan kerusakan antara 11 < 16 % terhadap luas jalan, maka
jenis penanganannya adalah Pemeliharaan Berkala / Periodic
Maintenance.
c. Pemeliharaan berkala jalan meliputi kegiatan:
1) Pelapisan ulang (overlay);
2) Perbaikan bahu jalan;
3) Pelapisan aspal tipis, termasuk pemeliharaan
pencegahan/preventive yang meliputi antara lain fog seal, chip seal,
slurry seal, micro seal, strain alleviating membrane interlayer
(SAMI),;
4) Pengasaran permukaan (regrooving);
5) Pengisian celah/retak permukaan (sealing);
6) Perbaikan bangunan pelengkap;
7) Penggantian/perbaikan perlengkapan jalan yang hilang/rusak;
8) Pemarkaan (marking) ulang;
9) Penambalan lubang;
10) Untuk jalan tidak berpenutup aspal/ beton semen dapat dilakukan
penggarukan, penambahan, dan pencampuran kembali material
(ripping and reworking existing layers) pada saat pembentukan
kembali permukaan; dan
11) Pemeliharaan/pembersihan rumaja.

3.3.2. Lingkup / Kegiatan Utama Pemeliharaan Jalan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3-8
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lingkup / Kegiatan utama pemeliharaan jalan dibagi dalam beberapa kategori


pemeliharaan sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing bagian dari
suatu konstruksi jalan. Bagian-bagian dari konstruksi jalan yang perlu
dipelihara antara lain adalah: Jalur Lalu Llntas (Struktur Perkerasan Jalan);
Bahu Jalan; Saluran Tepi Jalan (Drainase Jalan); Perlengkapan Jalan;
Lereng/Talud Jalan dan Struktur Pendukung Jalan.

1. Jalur Lalu Lintas (Struktur Perkerasan Jalan)

Kerusakan pada jalur lalu lintas (struktur perkerasan jalan) dapat terjadi
dengan kondisi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kerusakannya;
berat, sedang, ataupun ringan. Disarankan pada saat kondisi kerusakan
ringan dapat segera diperbaiki dengan cara pemeliharaan rutin, agar
kerusakan tidak berkembang lebih lanjut atau semakin parah yang
berakibat semakin mahal biaya untuk perbaikannya.

Sesuai dengan jenis perkerasan jalan yang umumnya dilaksanakan, maka


kerusakan yang terjadi umumnya mengikuti masing-masing jenis
perkerasan jalan.

a. Pada Perkerasan Lentur Dengan Lapisan Penutup (Aspal)

Pada perkerasan lentur dengan lapisan penutup (aspal) seperti pada


Jalan Boulevard dan Jalan Lokal Sekunder Antarzona di Kawasan
Perkotaan Baru, jenis kerusakan yang sering timbul antara lain adalah:
1) Lubang-lubang (Pot holes)
2) Bergelombang/keriting (Corragated)
3) Alur (Ruts).
4) Penurunan/Ambles (Dipression).
5) Jembul (Shoving)
6) Kerusakan Tepi (Edge break)
7) Retak Buaya (Alligator Cracks)
8) Retak Garis (Line Cracks)
9) Kegemukan Aspal (Bleeding)
10) Aspal. Terkelupas (Stripping)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3-9
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

b. Pada Perkerasan Lentur Tanpa Lapisan Penutup

Pada perkerasan lentur tanpa lapisan penutup (Jalan dengan


perkerasan sirtu) seperti pada Jalan Lokal Primer/Sekunder maupun
jalan Lingkungan Primer/Sekunder pada Satuan Permukiman
Transmigrasi, yang belum diaspal atau belum dicor beton, jenis
kerusakan yang sering timbul antara lain adalah:
1) Lubang-lubang
2) Bergelombang/keriting.
3) Alur dan
4) Penurunan/Ambles.

c. Pada Perkerasan Kaku

Pada perkerasan kaku (umumnya menggunakan cor beton) seperti


yang banyak dijumpai pada Jalan Lokal Primer/Sekunder maupun
Jalan Lingkungan Primer/Sekundar pada Permukiman Transmigrasi
lahan Basah, jenis kerusakan yang sering timbul, antara lain adalah:
1) Kerusakan pengisi celah lubang.
2) Penurunan slab dan slab pecah/retak pada sambungan

Metode Perbaikan Jalur Lalu Lintas (Struktur Perkerasan Jalan)

Metode perbaikan jalur lalu lintas (struktur perkerasan jalan) dilakukan


sesuai dengan jenis perkerasan jalan sebagai berikut:

a. Metode Perbaikan Pada Perkerasan Lentur Dengan Lapis Penutup

Metode perbaikan pada perkerasan lentur dengan lapis penutup


dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Penambalan lubang (Patching)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 10
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Penambalan Lubang menurut terminologi Ditjen Bina Marga


disebut sebagai Metode Perbaikan P5

a) Jenis kerusakan yang ditangani :


- Lubang kedalaman > 50 mm
- Keriting kedalaman > 30 mm
- Alur kedalaman > 30 mm
- Ambles kedalaman > 50 mm
- Jembul kedalaman > 50 mm
- Kerusakan tepi perkerasan jalan, dan
- Retak buaya lebar > 2mm

b) Langkah penanganannya :
- Menggali material sampai mencapai lapisan di bawahnya.
- Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan tenaga
manusia.
- Menyemprotkan lapis resap pengikat prime coat dengan
takaran 0.5l iter/m2 .
- Menebarkan dan memadatkan campuran aspal beton sampai
diperoleh permukaan yang rata.
- Memadatkan dengan baby roller (minimum 5 lintasan).

2) Perataan

Perataan dalam terminologi Ditjen Bina Marga disebut sebagai


Metode Perbaikan P6.

a) Jenis kerusakan yang ditangani :


- Lokasi keriting dengan kedalaman < 30 mm
- Lokasi lubang dengan kedalaman < 50 mm
- Lokasi alur dengan kedalaman < 30 mm
- Lokasi terjadinya penurunan dengan kedalaman < 50 mm
- Lokasi jembul dengan kedalaman < 50 mm

b) Langkah penanganannya :

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 11
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

- Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan tenaga


manusia.
- Melaburkan tack coat 0,5 5l iter/m2 .
- Menaburkan campuran aspal beton kemudian
memadatkannya sampai diperoleh permukaan yang rata.
- Memadatkan dengan baby roller (minimum 5 lintasan).

3) Pengisian Retak

Pengisian Retak menurut terminologi Ditjen Bina Marga


disebut sebagai Metode Perbaikan P4.

a) Jenis kerusakan yang ditangani :


Lokasi-lokasi retak satu arah dengan lebar retakan > 2
mm

b) Langkah penanganannya :
- Memobilisasi peralatan, pekerja dan material ke
lapangan.
- Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan air
compressor, sehingga permukaan jalan bersih dan
kering.
- Mengisi retakan dengan aspal cut back 2 liter/ m 2
menggunakan aspal sprayer atau dengan tenaga
manusia.
- Menebarkan pasir kasar pada retakan yang telah diisi
aspal (tebal 10 mm)
- Memadatkan minimal 3 lintasan dengan baby roller.

4) Penutupan Retak.

Penutupan atau Pelapisan Retak berdasarkan terminologi


Ditjen Bina Marga disebut sebagai Metode Perbaikan P3

a) Jenis kerusakan yang ditangani :

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 12
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lokasi-lokasi retak satu arah dengan lebar retakan < 2


mm

b) Langkah penanganannya :
- Memobilisasi peralatan, pekerja dan material ke
lapangan.
- Membersihkan bagian yang akan ditangani dengan air
compressor, sehingga permukaan jalan bersih dan
kering.
- Menyemprotkan tack coat (0,2 liter/ m 2) di daerah
yang akan diperbaiki.
- Menebar dan meratakan campuran aspal beton pada
seluruh daerah yang telah diberi tanda.
- Melakukan pemadatan ringan (1 – 2) ton sampai
diperoleh permukaan yang rata dan kepadatan
optimum (kepadatan 95%).

5) Penebaran pasir.

Penebaran Pasir menurut terminologi Ditjen Bina Marga


disebut sebagai Metode Perbaikan P1

a) Jenis kerusakan yang ditangani :


Lokasi-lokasi kegemukan aspal terutama pada tikungan
dan tanjakan.

b) Langkah penanganannya:
- Memobilisasi peralatan, pekerja dan material ke
lapangan.
- Memberikan tanda pada jalan yang akan diperbaiki.
- Membersihkan daerah dengan air compressor.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 13
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

- Menebarkan pasir kasar atau agregat halus (tebal >


10mm) di atas permukaan yang terpengaruh
kerusakan.
- Melakukan pemadatan dengan pemadat ringan (1 - 2)
ton sampai diperoleh permukaan yang rata dan
mempunyai kepadatan optimal (kepadatan 95%).

b. Metode Perbaikan Pada Perkerasan Lentur Tanpa Lapis Penutup

Metode perbaikan pada perkerasan lentur tanpa lapis penutup


dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Penambalan lubang.
2) Perataan, Perbaikan kemiringan, dan
3) Penambahan kerikil.

c. Metode Perbaikan Pada Perkerasan Kaku

Metode perbaikan pada perkerasan kaku dilakukan dengan cara :


1) Perbaikan celah,
2) Penyuntikan, dan
3) Penambahan Pasir.

2. Bahu Jalan

Bahu jalan di tepi kiri dan kanan jalur lalu lintas (perkerasan jalan)
diperlukan guna memberikan rasa aman bagi pengemudi dan melindungi
jalur lalu lintas (struktur perkerasan jalan) dari kerusakan pada masing-
masing tepinya.

Kerusakan pada bahu jalan dapat dikategorikan sebagai berikut;

a. Bahu Jalan Dengan Lapisan Penutup

Kerusakan yang sering terjadi pada Bahu Jalan dengan Lapisan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 14
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Penutup antara lain adalah:


1) Lubang-lubang pada bahu jalan.
2) Bahu Jalan bergelombang dan keriting.
3) Jembul pada permukaaan bahu jalan.
4) Retak buaya.
5) Kegemukan aspal dan
6) Permukaan bahu jalan terkelupas.

b. Bahu Jalan Tanpa Lapisan Penutup

Kerusakan yang sering terjadi pada Bahu Jalan Tanpa Lapisan


Penutup antara lain adalah:
1) Retak setempat.
2) Ambles / terjadi alur di permukaan bahu jalan

c. Bahu Jalan Dari Tanah

Kerusakan yang sering terjadi pada Bahu Jalan Dari Tanah adalah:
1) Retak setempat.
2) Kehilangan permukaan, dan
3) Rumput panjang.

Metode Perbaikan Bahu Jalan

a. Metode perbaikan Bahu Jalan Dengan Lapisan Penutup


1) Penambalan lubang.
2) Perataan.
3) Pelaburan/pengaspalan, dan
4) Penebaran pasir.

b. Metode Perbaikan Bahu Jalan Tanpa Lapisan Penutup


1) Perataan. Pelandaian.
2) Pembuatan kemiringan.

c. Metode Perbaikan Bahu Jalan Dari Tanah


1) Perataan.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 15
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

2) Pelandaian.
3) Pembuatan kemiringan.
4) Pemangkasan rumput.

3. Saluran Samping Jalan (Drainase Jalan)

Saluran Samping (Fasilitas drainase jalan) yang berfungsi untuk


membuang air berlebih pada permukaan suatu jalan, umumnya perlu
mendapatkan perawatan dan pemeliharaan rutin agar dapat tetap
berfungsi secara optimal.

Kerusakan yang sering timbul dan kurang berfungsinya fasilitas drainase


jalan tergantung kepada jenis bahan yang digunakan.

a. Tanpa Pasangan Batu


1) Pendangkalan, sebagai akibat dari pengendapan lumpur.
2) Kerusakan pada saluran terbuka; dasar saluran tergerus, talud
longsor/tergerus.
3) Tumbuh-tumbuhan pada saluran terbuka, mengganggu laju aliran
air.

b. Dengan Pasangan Batu


1) Pendangkalan, sebagai akibat dari pengendapan bahan/material
yang hanyut.
2) Kerusakan pada saluran terbuka; retak-retak pada permukaaan
saluran, terlepasnya batu dari ikatannya.

Metode Perbaikan Saluran Samping (Drainase Jalan)

a. Metode Perbaikan Saluran Samping (Drainase Jalan) Tanpa


Pasangan Batu
1) Pembersihan.
2) Perataan kemiringan.
3) Perataan kemiringan saluran.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 16
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

b. Metode Perbaikan Saluran Samping (Drainase Jalan) Dengan


Pasangan Batu
1) Pembersihan saluran pasangan batu.
2) Perbaikan yang retak dan pemasangan batu kembali.
3) Pembuatan ulang saluran pasangan batu.

4. Lereng / Talud Jalan

Pemeliharaan rutin pada lereng maupun talud jalan perlu dilakukan agar
dapat dicegah terjadinya kelongsoran / tanah longsor, khususnya pada
musim penghujan sebagai akibat dari erosi / pengikisan oleh air. Kerusakan
pada lereng maupun talud jalan dikategorikan sesuai dengan bahan yang
digunakan pada lereng dan talud jalan tersebut.

a. Lereng/Talud dari Kerikil


1) Erosi atau pengikisan oleh air hujan.
2) Rembesan air (air tanah) pada lereng/talud.

b. Lereng /talud dari pasangan batu


1) Retak pada struktur penahan tanah di lereng/talud jalan.
2) Ambles pada lereng/talud akibat penurunan/longsor.

c. Lereng / Talud Ditanami Rumput


1) Rumput tumbuh panjang pada lereng, perlu dipangkas.
2) Rumput yang gundul pada lereng, perlu ditanam kembali.

d. Lereng/talud dari Bongkahan Batu;


1) Sebagian batu hilang/lepas.
2) Susunan batu tidak teratur/penurunan/ambles.
Metode Perbaikan Lereng / Talud

a. Metode Perbaikan Lereng / Talud dari Kerikil;


1) Pengalihan aliran air.
2) Pelandaian kemiringan saluran air.
3) Saluran bawah tanah.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 17
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

b. Metode Perbaikan Lereng / Talud dari Pasangan Batu;


1) Perbaikan retak pada pasangan batu.
2) Pembuatan konstruksi telapak.

c. Metode Perbaikan Lereng / Talud Ditanami Rumput;


1) Pemotongan rumput yang panjang.
2) Penanaman rumput yang gundul.

d. Metode Perbaikan Lereng / Talud dari Bongkahan Batu;


1) Penambahan batu yang hilang.
2) Pemasangan kembali yang lepas.
3) Penyusunan kembali bongkahan batu.

3.3.3. Contoh Kegiatan Pemeliharaan Jalan

1. Menjaga Kemiringan Melintang Jalan (Perataan)

Untuk menjaga atau memempertahan kemiringan melintang jalan maka


dilakukan perataan permukaan jalan sesuai kondisi aslinya dengan cara
melakukan penambahan sirtu atau tanah yang sesuai dengan jalan asli
sehingga kemiringan melintang yang mungkin sudah berobah sedikit, akan
kembali seperti semula.

a. Bahan
Bahan yang diperlukan untuk perataan permukaan jalan adalah
Sirtu atau bahan lain sesuai dengan permukaan jalan asli.

b. Peralatan
1) Alat Angkut : Gerobak dorong/
2) Alat Pemadat: Timbris
3) Alat bantu : Pengki, Cangkul.

c. Cara Kerja

1) Tentukan daerah yang akan ditangani/ bagian yang mengalami


perubahan kemiringan melintang.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 18
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

2) Garuk bagian jalan yang sudah ditentukan secara manual samapai


kedalaman 3 - 4 cm.
3) Hamparkan sirtu atau tanah yang sesuai aslinya kedalam daerah
garukan dengan ketebalan 1,20 dari ketebalan akhir yang
diharapkan.
4) Ratakan dan bentuk kemiringan melintang sesuai persyaratan
secara manual. Dapat ditambahkan air secukupnya apabila
material penambah terlalu kering hingga materal tampak lembab.
5) Padatkan dengan alat pemadat Timbris hingga diperoleh
kepadatan yang mencukupi dan seragam

2. Perbaikan Bahu Jalan

a. Bahu Jalan Amblas dan Penambalan Lubang

Tujuan : Untuk menutup Jalan yang amblas


Bahan : Sirtu atau bahan lain yang sesuai dengan aslinya
Peralatan :
- Alat Angkut : Gerobak dorong/ Gerobak Celeng
- Alat Pemadat: Timbris
- Alat bantu : Sekop, Pengki, Cangkul, Belincong
Cara Kerja :
1) Tentukan daerah perkerasan yang akan ditangani / bagian yang
mengalami amblas/lubang dan buat garis kotak sejauh 20 cm diluar
lubang..
2) Gali tegak lurus bagian jalan yang sudah ditentukan diatas hingga
mencapai lapisan bawah yang mantap dan bekas galian dibuang
keluar serta dasar galian diratakan.
3) Bila galian sudah mencapai tanah dasar yang tidak padat dan
kondisi basah, maka tanah dasar tersebut harus digali dan dibuang
serta diganti dengan material pilihan yang sesuai dan kemudian
dipadatkan
4) Isi lubang galian dengan material sirtu atau material pengganti yang
sudah disiapkan dan boleh menambahkan air secukupnya sehingga

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 19
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

material pengganti tampak lembab lalu dipadatkan lapis demi lapis


dengan ketebalan maksimum padat 15 cm dari tebal lapisan lepas
1,2 tebal lapisan padat.
5) Lapisan terakhir harus mempunyai kerataan yang sama dengan
bagian permukaan yang disekelilingnya.

b. Bahu Jalan Retak

Tujuan : Untuk menormalkan Jalan yang retak


Bahan : Tanah / material yang sama dengan bahan bahu jalan.aslinya
Peralatan :
- Alat Angkut : Gerobak dorong/ Gerobak Celeng
- Alat Pemadat : Timbris
- Alat bantu : Sekop, Pengki, Cangkul, Belincong,
Sapu Lidi
Cara Kerja :
1) Siapkan material yang sama dengan material bahu jalan yang bebas
dari rumput dan bahan organik lainnya.
2) Isi retakan bahu jalan dengan tanah/material yang sudah
dipersiapkan dan dapat menambahkan air secukupnya hingga
material tampak lembab.
3) Setelah retak diisi dengan material kemudian dipadatkan hingga rata
dengan ketinggian sekelilingnya..
4)

c. Bahu Jalan Amblas dan Beralur

Tujuan : Untuk menutup Jalan Amblas dan beralur pada


bahu jalan
Bahan : Tanah atau bahan lain yang sesuai dengan bahu jalan
aslinya
Peralatan :
- Alat Angkut : Gerobak dorong/ Gerobak Celeng
- Alat Pemadat: Timbris

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 20
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

- Alat bantu : Sekop, Pengki, Cangkul, Belincong,


sapu Lidi
Cara Kerja :
1) Siapkan material yang sama dengan material bahu jalan yang
bebas dari rumput dan bahan organik lainnya.
2) Bersihkan bagian yang amblas dan beralur dari rumput dan
sampah organik lainnya, kemudian isi dan ratakan dengan material
yang sudah disiapkan. Tebal material lepas 1,2 tebal material
padat yang direncanakan. Bila material terlalu kering dapat
ditambahkan air secukupnya hingga material tampak lembab.
3) Kerataan dan kemiringannya harus sesuai dengan yang
disyaratkan. Setelah itu dipadatkan lapis demi lapis, hingga padat
dan rata dengan ketinggian disekitarnya, dimana ketebalan setiap
lapis maksimum 15 cm.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 3 - 21
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Bab 4
Kegiatan Rehabilitasi Jalan

4.1. PENGERTIAN REHABILITASI PRASARANA JALAN

Rehabilitasi Prasarana Jalan merupakan kegiatan perbaikan fisik terhadap


Prasarana Jalan yang telah mengalami kerusakan atau penurunan fungsi
pelayanan untuk dikembalikan kepada kondisi semula.

Rehabilitasi prasarana jalan baik pada SP, Pusat SKP dan KPB dilakukan
semenjak tahun ke-3 setelah dibangun oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan/atau Badan Usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Lebih lanjut, rehabilitasi prasarana jalan diartikan sebagai kegiatan tidak


direncanakan, atau dilakukan di luar rencana, karena timbulnya kerusakan
jalan akibat hal-hal di luar dugaan, bencana alam, atau tidak dilakukan
pemeliharaan rutin atau berkala, yang ditujukan untuk mengembalikan kondisi
jalan sehingga dapat berfungsi kembali.

Rehabilitasi jalan adalah kegiatan penanganan pencegahan terjadinya


kerusakan yang luas dan setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam
desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/tempat
tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi rusak ringan, agar penurunan
kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan
sesuai dengan rencana (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
12/PRT/M/2011).

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4-1
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

4.2. KRITERIA REHABILITASI PRASARANA JALAN

4.2.1. Kriteria Ruas Jalan Yang Direhabilitasi


Berdasarkan Peraturan menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 Tahun 2011,
Pasal 15 ayat (3) Rehabilitasi jalan dilakukan pada ruas jalan/bagian ruas
jalan dan bangunan pelengkap jalan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Ruas jalan yang semula ditangani melalui program pemeliharaan rutin


namun karena suatu sebab mengalami kerusakan yang tidak
diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi
kemantapan pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas dengan kondisi
rusak ringan, agar penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat
dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana,

2. Bangunan pelengkap jalan yang sudah mempunyai umur pelayanan 3


(tiga) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun yang memerlukan penanganan
rehabilitasi dan perbaikan besar pada elemen strukturnya, atau

3. Bangunan pelengkap jalan yang mempunyai kondisi rusak ringan,

4. Bangunan pelengkap jalan yang memerlukan perbaikan darurat atau


penanganan sementara, dan/atau

5. Bangunan pelengkap jalan berupa jembatan, terowongan, ponton, lintas


atas, lintas bawah, tembok penahan, gorong-gorong dengan kemampuan
memikul beban yang sudah tidak memenuhi standar sehingga perlu
dilakukan perkuatan atau penggantian.

4.2.2. Lingkup Kegiatan Rehabilitasi jalan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13 tahun 2011,


Pasal 18 ayat (4), Rehabilitasi jalan dilakukan secara setempat, meliputi
kegiatan:
1. Pelapisan ulang,
2. Perbaikan bahu jalan,
3. Perbaikan bangunan pelengkap,

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4-2
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

4. Perbaikan/penggantian perlengkapan jalan,


5. Penambalan lubang,
6. Penggantian dowel/tie bar pada perkerasan kaku (rigid pavement);
7. Penanganan tanggap darurat,
8. Pekerjaan galian,
9. Pekerjaan timbunan,
10. Penyiapan tanah dasar,
11. Pekerjaan struktur perkerasan,
12. Perbaikan/pembuatan drainase,
13. Pemarkaan,
14. Pengkerikilan kembali (regraveling) untuk perkerasan jalan tidak
berpenutup dan jalan tanpa perkerasan; dan
15. Pemeliharaan/pembersihan rumaja.

4.2.3. Usulan Program Rehabilitasi

Rehabilitasi prasarana jalan pada SP, Pusat SKP dan KPB dilakukan melalui
pengusulan program Rehabilitasi Prasarana Jalan.

Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi prasarana jalan pada SP, Pusat SKP


maupun KPB dilakukan secara Swakelola, Kontraktual dan/atau Dukungan
Pemerintah/Pemerintah Daerah.

Pembiayaan terhadap kegiatan rehabilitasi tersebut di atas ditentukan


berdasarkan kebutuhan volume pekerjaan untuk masing-masing kegiatan
rehabilitasi prasarana jalan.

4.3. KEBIJAKAN REHABILITASI PRASARANA JALAN

Kebutuhan rehabilitasi prasarana jalan dilakukan dengan mempertimbangkan


kebijakan dan ketentuan berikut:

1. Beberapa kebijakan dan ketentuan yang relevan dengan kebutuhan


rehabilitasi jalan adalah sebagai berikut:

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4-3
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

a. Pengembangan prasarana jalan di kawasan transmigrasi ditujukan


untuk mendukung berlangsungnya kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang disesuaikan dengan tingkat perkembangannya,
dalam rangka mempercepat terwujudnya peningkatan kesejahteraan
masyarakat transmigrasi dan penduduk sekitarnya.
b. Pengembangan prasarana jalan di kawasan transmigrasi
dilaksanakan atas dasar peran serta para pihak terkait, yaitu
Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota), Swasta dan
Masyarakat.`
c. Pengembangan prasarana jalan perlu didukung oleh adanya sistem
pengelolaan yang selaras antar Pusat, Daerah, dan Lokasi, serta
terpadu antar para pihak yang terkait.
d. Sistem pengembangan prasarana jalan perlu didukung oleh
sumberdaya manusia pelaksana yang kompeten.
e. Pengembangan prasarana jalan harus berdasarkan standar yang
berlaku serta dalam pelaksanaannya telah didukung oleh
perencanaan dan dikendalikan secara baik.

2. Lokasi yang terpilih untuk program rehabilitasi adalah tepat sasaran,


dengan mempertimbangkan Kriteria dan Persyaratan Rehabilitasi
sebagai berikut:
a. Ada Usulan Masyarakat/Kepala SP/Kepala Desa.
b. Kondisi Rusak Sedang hingga Rusak Berat (Kerusakan > 50 %).
c. Umur SP > 3 tahun.
d. Ada Dokumentasi (Foto dan Posisi Letak Kerusakan).
e. Ada Rencana Anggaran Biaya (RAB).

3. Beberapa ketentuan tentang Tata Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan


menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 13 /PRT/M/2011
menggariskan hal-hal sebagai berikut:
a. Pasal 15 ayat (3) Rehabilitasi jalan dilakukan pada ruas jalan/bagian
ruas jalan dan bangunan pelengkap jalan dengan kriteria tertentu
sebagaiamna diuraikan pada sub-bab 4.2.1.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4-4
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

b. Pasal 18 ayat (4), Rehabilitasi jalan dilakukan secara setempat,


meliputi beberapa kegiatan sebagaimana diuraikan pada sub-bab
4.2.2.

4.4. MEKANISME DAN PROSEDUR

4.4.1. Alur Proses Rehabilitasi Prasarana Jalan

Proses Rehabilitasi Prasarana Jalan dapat dilihat dari tahapan kegiatan sejak
diusulkan oleh Warga SP (Kapala SP) sampai proses penetapan dan proses
pelaksanaan kegiatan di lapangan sebagaimana dapat dilihat pada Bagan Alir
pada Gambar 4.1. di halaman berikut.

Proses rehabilitasi jalan sebagaimana digambarkan pada Bagan Air tersebut


dapat diuraikan secara sederhana sebagai berikut:

1. Kondisis Existing, merupakan data protret terhadap kondisi prasarana


jalan dan dilakukan dengan idenfikasi terhadap kondisi prasarana jalan
saat ini apakah masih berfungsi dengan baik atau ada kerusakan.

2. Dari hasil identifikasi, kemudian dilakukan pemilihan prioritas di tingkat SP


dan Dinas Ketransmigrasi di Kabupaten/Kota, yang kemudian diusulkan
ke Dinas Ketransmigrasian Provinsi, dan tembusan disampaikan epada
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
R.I.

3. Lampiran Usulan kegiatan rehabilitasi prasarana jalan harus sesuai


dengan ketentuan yang berlaku dalam Kepmen 231/MEN/2002.

4. Setelah dilakukan evaluasi dan usulan telah memenuhi kriteria di atas,


maka dilakukan pemrograman kegiatan fisik rehabilitasi prasarana jalan
kawasan transmigrasi.

5. Pelaksanaan kegiatan fisik rehabilitasi prasarana jalan kawasan


transmigrasi dengan mengacu kepada pedoman yang ada.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4-5
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

6. Proses kegiatan rehabilitasi prasarana jalan mulai dari identifikasi, usulan


program, pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi oleh Dinas
Ketransmigrasian Kabupaten/Kota, dilakukan bimbingan teknis, bantuan

Gambar 4.1.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4-6
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

teknis dan monitoring dan evaluasi baik dari Dinas Ketransmigrasian


Provinsi dan Ditjen Pengembangan Kawasan Transmigrasi.

4.4.2. Mekanisme Usulan Program

Mekanisme Usulan Program dilakukan mengikuti ketentuan Tatacara


Pengajuan Usulan Program Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian,
dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Penilaian Program

Pertimbangan penilaian program berdasarkan;


a. Skala prioritas
b. Integrasi program
c. Kepentingan bersama
d. Kemandirian masyarakat transmigrasi
e. Dampak jangka panjang dan berkelanjutan

Disamping itu, harus mempertimbangkan juga ;


a. Persentasi penggunaan APBN dan APBD
b. Laporan pelaksanaan program, pencapaian fisik maupun penyerapan
anggaran tahun sebelumnya.

2. Persyaratan Usulan Program

Persyaratan usulan program yang disampaikan oleh instansi Kab/Kota


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;

a. Ditandatangani oleh sekretaris Kab/Kota.


b. Dilengkapi TOR(KAK)/RAB.
(Catatan ; penandatanganan usulan minimal oleh Sekretaris
Kab/kota, tetapi dapat juga dilakukan oleh Bupati/Walikota)

Usulan program yang disampaikan oleh instansi Provinsi harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut;
a. Ditandatangani oleh Sekda Provinsi.
b. Dilengkapi TOR/RAB.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4-7
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

(Catatan; penandatanganan usulan minimal oleh Sekda Provinsi,


tetapi dapat juga dilakukan oleh Gubernur)

3. Waktu Penyampaian Usulan Program

Waktu penyampaian usulan program adalah sebagai berikut:


a. Usulan (T+1) dari instansi Kab/Kota ke Provinsi paling lambat bulan
Maret tahun berjalan (T)
b. Usulan (T+1) dari instansi Provinsi ke Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi paling lambat bulan April tahun berjalan (T).

4.5. IDENTIFIKASI KERUSAKAN JALAN UNTUK REHABILITASI


4.5.1. Klasifikasi Kondisi Kerusakan Jalan dan Penanganannya
1. Jalan Kondisi Baik,
Dengan kerusakan jalan < 11 % terhadap luas jalan. Jenis
penanganannya adalah Pemeliharaan Rutin / Routine Maintenance
2. Jalan Kondisi Sedang
Dengan kerusakan jalan 11 s/d 16 % terhadap luas jalan. Jenis
penanganannya adalah Pemeliharaan Berkala / Periodic Maintenance

3. Jalan Rusak Ringan


Dengan kerusakan jalan 16 s/d 23% terhadap luas jalan. Jenis
penanganannya adalah Rehabilitasi / Rehabilitation

4. Jalan Rusak Berat,


Dengan kerusakan jalan > 23% terhadap luas jalan. Jenis penanganan
nya adalah Rekonstruksi / Pembangunan / Reconstruction/
Peningkatan.
4.5.2. Cakupan Kegiatan Rehabilitasi Jalan
1. Cakupan kegiatan penanganan rehabilitasi jalan meliputi rencana
rehabilitasi terhadap:

a. Jalur / Lajur Lalu Lintas,


b. Bahu Jalan,
c. Bangunan Pelengkap Jalan,
d. Perlengkapan Jalan, dan
4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4-8
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

e. Lahan pada Rumaja dan Rumija.

2. Rencana rehabilitasi terhadap jalur / lajur lalu lintas meliputi rehabilitasi


jalan:
a. Dengan Perkerasan, dan
b. Tanpa Perkerasan.

3. Rehabilitasi jalan dengan perkerasan terdiri atas:


a. Jalan dengan Perkerasan Berpenutup; dan
b. Jalan dengan Perkerasan Tanpa Penutup.

4. Rehabilitasi jalan dengan perkerasan berpenutup merupakan rehabilitasi


jalan berlapis perkerasan agregat permukaan yang berikat seperti antara
lain dengan:
a. Aspal (campuran panas maupun campuran dngin), dan
b. Semen (cor beton).

5. Rehabilitasi jalan tanpa perkerasan merupakan rehabilitasi terhadap jalan


kerikil/tanah (sirtu) yang dipadatkan sesuai rencana sebagai tanah dasar
(subgrade).

6. Penanganan rehabilitasi jalan tanpa perkerasan mencakup kelancaran


sistem drainase badan jalan dan saluran air, ketepatan dalam pemilihan
jenis material permukaan, pekerjaan pembentukan kembali permukaan,
serta pembersihan dan pengendalian tumbuhan agar kondisi badan jalan
tetap stabil.

7. Penanganan rehabilitasi bahu jalan meliputi kegiatan pembersihan,


pemadatan, perataan, dan pembentukan bahu jalan.
8. Kegiatan penanganan rehabilitasi jalan yang akan dilaksanakan pada
setiap tahun dituangkan ke dalam dokumen rencana penanganan jalan
sesuai dengan persyaratan teknis rencana penangananan rehabilitasi
jalan.

4.6. PELAKSANAAN REHABILITASI PRASARANA JALAN

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4-9
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

4.6.1. Rehabilitasi Lajur / Jalur Lalu Lintas

1. Jalur Lalu Lintas Dengan Perkerasan Berpenutup Aspal

a. Jalur lalu lintas dengan perkerasan berpenutup aspal ini diaplikasikan


pada beberapa jenis jalan di Kawasan Transmigrasi, yaitu:
1) Jalan Boulevard di Kawasan Perkotaan Baru,
2) Jalan Sekunder Antarzona di Kawasan Perkotaan Baru,
3) Jalan Lokal Primer/Sekunder di Permukiman Transmigrasi tertentu,
seperti di Lokasi Lito, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo.

b. Kerusakan jalur lalu lintas dengan perkerasan berpenutup aspal,


meliputi:
1) Lubang
2) Bergelombang
3) Alur dengan kedalaman lebih dari 30 mm
4) Ambles dengan kedalaman lebih dari 50 mm, dan
5) Retak buaya dalam jumlah besar

c. Penangan rehabilitasi dengan cara Penambalan (Patching)

d. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Patching adalah sebagai berikut:

1) Kenakan perlengkapan keselamatan bagi setiap pekerja dan Pasa


ng rambu peringatan atau barikade di sekitar lokasi pekerjaan.
2) Beri tanda batas berbentuk bujur sangkar atau empat persegi
panjangbagian permukaan perkerasan yang akan ditambal mengg
unakan cat atau kapur, salah satu sisi tanda batas harus sejajar
dengan sumbu jalan.
3) Gunakan asphalt cutter untuk memotong perkerasan beraspal
sesuai dengan tanda batas yang telah dibuat
pemotongan perkerasan beraspal dengan asphalt cutter.
4) Bongkar perkerasan beraspal secara manual dengan
menggunakan alat bantu, apabila tambalan cukup luas
pembongkaran dapat dilakukan dengan menggunakan motor
grader. Pembongkaran perkerasan beraspal tidak hanya bagian

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4 - 10
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

lapis permukaan saja tapi harus mencakup tanah dasar dengan


kedalaman sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk direksi
pekerjaan.
5) Tuangkan agregat Kelas A kedalam lubang segera setelah selesai
penggalian.
6) Lakukanpemadatan setiap lapis agregat sampai benar-benar
padat menggunakan alat pemadat seperti combination vibratory
roller. Pada lapisan agregat yang telah dipadatkan dilakukan
pengujian dengan alat sand cone. Kepadatan lapisan agregat
harus sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan.
7) Semprotkan lapis resap pengikat (prime coat) dengan
menggunakan asphalt sprayer secara merata pada permukaan
agregat.
8) Hamparkan campuran aspal di atas permukaan yang telah dilapis
dengan resap pengikat (prime coat) baik menggunakan alat
penghampar atau secara manual. Campuran aspal yang
ditebarkan harus sama atau setara dengan lapisan aspal di sekitar
lokasi penambalan (patching) kecuali diperintahkan berbeda oleh
direksi pekerjaan.
9) Padatkan campuran aspal dengan combination vibratory roller atau
dengat alat lain yang disetujui direksi pekerjaan
10) Bersihkan tempat pekerjaan dari sisa-sisa pekerjaan agar tidak
mengganggu atau mmbahayakan para pengguna jalan
11) Demobilisasi alat-alat pekerjaan dan para pekerja.

2. Jalur Lalu Lintas Dengan Perkerasan Berpenutup Cor Beton (Semen)

a. Jalur lalu lintas dengan perkerasan berpenutup Cor Beton ini


diaplikasikan pada beberapa jenis jalan di Kawasan Transmigrasi,
yaitu:
1) Jalan Lokal Primer/Sekunder pada Prmukiman Transmigrasi
Lahan Basah, seperti di Kawasan Transmigrasi Dadahup,
Provinsi Kalimantan Tengah.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4 - 11
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

2) Jalan Lingkungan Primer/Sekunder pada Prmukiman


Transmigrasi Lahan Basah, seperti di Kawasan Transmigrasi
Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.

b. Kerusakan jalur lalu lintas dengan perkerasan berpenutup cor beton


meliputi:
Pada perkerasan kaku (umumnya menggunakan cor beton), jenis
kerusakan yang sering timbul, antara lain adalah:
1) Kerusakan pengisi celah lubang.
2) Penurunan slab dan slab pecah/retak pada sambungan

.c. Metode perbaikan jalur lalu lintas pada perkerasan kaku (cor beton)
adalah:
1) Perbaikan celah.
2) Penyuntikan dan
3) Penambalan.

3. Jalur Lalu Lintas Dengan Perkerasan Lentur Tanpa Penutup

a. Jalur lalu lintas dengan perkerasan berpenutup Cor Beton ini


diaplikasikan pada beberapa jenis jalan di Kawasan Transmigrasi,
yaitu:
1) Jalan Lokal Primer/Sekunder pada Prmukiman Transmigrasi
Lahan Kering pada umumnya.
2) Jalan Lingkungan Primer/Sekunder pada Prmukiman
Transmigrasi Lahan Kering pada umumnya.

b. Jenis kerusakan jalan yang sering timbul pada perkerasan lentur


tanpa lapisan penutup, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Lubang-lubang,
2) Bergelombang/keriting,
3) Alur, dan
4) Penurunan/Ambles.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4 - 12
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

c. Metode perbaikan pada perkerasan lentur tanpa lapis penutup


adalah;
1) Penambalan lubang,
2) Perataan,
3) Perbaikan kemiringan dan
4) Penambahan kerikil.

4.6.2. Rehabilitasi Bahu Jalan

1. Pekerjaan Rehabilitasi Bahu Jalan

Pekerjaan ini terdiri dan penyiapan lapangan (pembersihan tumbuh-


tumbuhan, pemotongan, perapihan), peningkatan kembali dan
pembentukan kembali bahu jalan yang ada, termasuk pengurugan
dengan bahan terpilih serta pemadatan untuk mengembalikan bahu
jalan mencapai garis, kemiringan dan dimensi yang benar yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana atau seperti yang diperintahkan
dalam RKS.

a. Penyiapan Lapangan.

Semua tumbuh-tumbuhan harus dibongkar dari bahu jalan yang ada,


rumput, alang -alang, semak-semak dan tumbuhan lainnya harus
dipotong ulang seperlunya sebelum pembentukan kembali.

b. Pembentukan Kembali

1) Pekerjaan pembentukan kembali mencakup pembongkaran


daerah-daerah yang tinggi, pengurugan daerah-daerah rendah
dengan bahan lebihan, dan pembentukan kembali bahu jalan
tersebut sampai memenuhi kelandaian, garis batas dan
ketinggian.
2) Pembentukan kembali Bahu jalan dilakukan oleh tenaga kasar,
dengan alat berat traktor atau motor grader.

c. Pengurugan Dengan Bahan Terpilih

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4 - 13
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Bahu jalan yang mengalami kerusakan seperti berlubang-lubang


atau mengalami penurunan di beberapa tempat sehingga berubah
kemirIngan melintangnya, perlu dilakukan pengurugan dengan
menggunakan bahan terpilih yang sesuai dengan kondisi bahu jalan
semula, sehingga mudah dilakukan pembentukan kembali bahu
jalan untuk kemudian diratakan dan dipadatkan.

d. Pemadatan
1) Seluruh pembentukan kembali dan peningkatan bahu jalan harus
diikuti pemadatan dengan mesin gilas roda ban atau peralatan
pemadatan lain yang cocok yang disetujui oleh Direksi Teknik.
2) Pemadatan harus dilaksanakan sampai memenuhi persyaratan
kepadatan normal untuk mempersiapkan tanah dasar.

2. Pelaksanaan Rehabilitasi Bahu jalan

a. Penyiapan lapangan untuk menempatkan bahan bahu Jalan,


termasuk galian bahan yang ada dan perapian ujung Jalan
kendaraan yang ada, dilaksanakan seperti ditunjukkan pada Gambar
Rencana.
b. Tanah Dasar atau formasi harus disiapkan dan diselesaikan sesuai
dengan pekerjaan-pekerjaan yang ditentukan
c. Bahu ja!an pada kedua sisi jalan tidak boleh dibangun pada waktu
yang bersamaan, harus dibangun satu sisi dulu, baru berikutnya
pada sisi yang lain.

4.6.3. Rehabilitasi Bangunan Pelengkap Jalan

1. Pekerjaan Rehabilitasi Bangunan Pelengkap Jalan

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4 - 14
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Pekerjaan rehabilitasi bangunan pelengkap jalan meliputi Jembatan,


Gorong-gorong, Saluran Samping, dan Talud. Tetapi Untuk Jembatan
dan Gorong-gorong tidak diuraikan di sini karena dibuat Petunjutk
Teknis tersendiri, sehingga yang diuraikan di sini hanya Saluran
Samping dan Talud.

2. Pelaksanaan Rehabilitasi Bangunan Pelengkap Jalan

a. Rehabilitasi Saluran Diperkeras

1) Tentukan bagian saluran yang akan diperbaiki.


2) Bagian yang rusak dari saluran diambil / dibongkar dalam bentuk
persegi dandibersihkan.
3) Apabila diperlukan ganti besi tulangannya.
4) Pada bagian konstruksi yang pecah diisi adukan mortar dengan
campuran semen dan pasir 1 : 4 dan ratakan adukan sehingga
diperoleh permukaan yang rata.

b. Rehabilitasi Saluran Tidak Diperkeras

1) Bersihkan sampah yang menyebabkan aliran air terhalang


dengan galah.
2) Untuk memotong pohon-pohon yang lebih besar digunakan
Chain Saw.
3) Buat kemiringan saluran lebih rendah dari sebelumnya sehingga
air dapat mengalir dengan lancar tanpa menggerus.

c. Pembersihan Selokan

1) Buang semua tanah, bahan-bahan dan benda-benda dari


selokan yang mempengaruhi aliran air,
2) Periksa bahwa air mengalir dan tidak tergenang,
3) Bersihkan tempat pekerjaan dengan rapi

d. Rehabilitasi Talud

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4 - 15
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

1) Bersihkan semua kotoran dan puing-puing yang berada di lokasi


yang akan dibersihkan
2) Pohon-pohon dan ranting yang menggangu pemakai jalan harus
dibersihkan
3) Potong tumbuhan perdu, rumput dan lain-lainya agar kelihatan
rapih
4) Bagian-bagian yang rusak diperbaiki dengan mengganti
pasangan batu sesuai dengan kemiringan lereng

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 4 - 16
Gambar 4.1.
MEKANISME KERJA PENGEMBANGAN SARPRAS PADA PERMUKIMAN TRANSMIGRASI

DITJEN PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI

DIREKTORAT PERENCANAAN
USULAN KEBUTUHAN PEMBANGUNAN DAN
KONDISI PENGEMBANGAN SARANA, PENGEMBANGAN KAWASAN PROGRAM OUT PUT
EXSISTING PRASARANA, PENYERASIAN TRANSMIGRASI PELAKSANAAN KEGIATAN
EVALUASI LINGKUNGAN DAN EVALUASI PENGEMBANGAN
SARANA,
PRASARANA & PERKEMBANGAN KIMTRANS KIMTRANS PEGEMBANGAN
LINGKUNGAN 1. JALAN
SATUAN 1. PEMELIHARAAN 1. PEMELIHARAAN 2. DRAINASE
PERMUKIMAN 2. REHABILITASI 2. REHABILITASI 3. BANGUNAN FU.
4. SARANA AIR BERSIH
5. SARANA PEN DAN EBT.
RENCANA PELAKSANAAN 6. RUMAH TRANSMIGRAN
PENGEMBANGAN 3. PENINGKATAN PROGRAM PELAKSANAAN 3. PENINGKATAN
SP PERENCANAAN PERENCANAAN SERASI LINGKUNGAN.
TEKNIS 1. DOKUMEN RAKL
4. PENYUSUNAN RAKL 2. LAPORAN HASIL PL.
5. PEMANTAUAN LING 3. LAYANAN PENERAPAN ML
DAERAH 4. PENYERASIAN 6. PENERAPAN RAML 4. LAYANAN PENERAPAN MB
1. KEBIJAKAN 5. MITIGASI RENCANA AKSI PENGE- 7. PENERAPAN RAMB
2. NORMA LOLAAN LINGKUNGAN EVALUASI PERKEMBANGAN
3. STANDAR 8. EV. TK. PERKEM. SP 1. DOK. KES. PENGALIHAN SP
4. KRITERIA 6. EVALUASI PERKEMBANGAN 9. EV. KES. PENGAL. SP

FASILITASI

BIMTEK EVALUASI BIMTEK EVALUASI BIMTEK EVALUASI


1. SUBDIT P2SPK
2. SUBDIT P4K
3. SUBDIT SSP FASILITASI
PUSAT 4. SUBDIT PL
1. KEBIJAKAN 5. SUBDIT EP2K
SUBDIT SERASILING
2. NORMA KRITERIA USULAN PEDOMAN
3. STANDAR KRITERIA USULAN PROGRAM PELAKSANAAN PELAKSANAAN
4. KRITERIA PROGRAM PERMEN KLH PEMBANGUNAN DAN PEMBANGUNAN
( NASIONAL) PERENCANAAN PENGEMBANGAN DAN
(KEPMEN 231/2002) (KEPMEN 231/2002) PENGEMBANGAN
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Bab 5
Kegiatan Peningkatan Jalan

5.1. PENGERTIAN PENINGKATAN PRASARANA JALAN

Peningkatan Prasarana Jalan merupakan kegiatan untuk meningkatkan


kualitas dan kuantitas prasarana jalan yang sudah ada, yang dilakukan apabila
prasarana jalan itu sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akibat
terjadinya peningkatan aktivitas sosial dan ekonomi. Dengan kata lain
peningkatan prasarana jalan adalah kegiatan pembangunan untuk
meningkatkan dari keadaan sebelumnya ke tingkat yang lebih tinggi/baik.

Peningkatan prasarana jalan baik pada SP, Pusat SKP dan KPB dilakukan
semenjak tahun ke-3 setelah dibangun oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan/atau Badan Usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pekerjaan peningkatan prasarana jalan adalah meliputi perbaikan kondisi jalan


dengan kemampuan tidak mantap atau kritis, agar menjadi jalan dengan
kondisi mantap baik berupa peningkatan struktural maupun geometriknya
sehingga mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan yaitu dengan umur
rencana 10 tahun atau 5 tahun. (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
12/PRT/M/2011).

5.2. JENIS PRASARANA JALAN YANG DITINGKATKAN

Jenis prasarana jalan yang dapat ditingkatkan di Kawasan Transmigrasi antara


lain adalah

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5-1
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

5.2.1. Jaringan Jalan Pada SP dan Pusat SKP

1. Jalan Lokal Primer/Sekunder.

Jalan lokal primer/sekunder pada SP dan Pusat SKP umumnya telah


dilakukan perkerasan dengan:
a. Perkerasan Lentur Tanpa Penutup (Sirtu), yaitu umumnya pada
sebagian besar permukiman transmigrasi lahan kering.
b. Perkerasan Lentur Berpenutup (Aspal), yaitu pada permukiman
transmigrasi lahan kering tertentu (Contoh di Lito, Kabupaten Boalemo)
c. Perkerasan Kaku (Cor Beton), yaitu pada sebagian permukiman
transmigrasi lahan basah (Contoh di Dadahup, Kabupaten Kapuas)

5.2.2. Jaringan Jalan Pada Kawasan Perkotaan Baru (KPB)

Jaringan jalan pada KPB antara lain adalah:

1. Jalan Boulevard (Kolektor Sekunder)

Jalan Boulevard (Kolektor Sekunder) pada KPB umumnya telah dilakukan


perkerasan dengan:
a. Perkerasan Lentur Tanpa Penutup (Sirtu), yaitu umumnya pada
sebagian KPB lahan kering (Contoh KPB Belitang, Sumatera Selatan)
b. Perkerasan Lentur Berpenutup (Aspal), yaitu pada sebagian KPB
lahan kering (Contoh di KPB Pawonsari, Kabupaten Boalemo)

2. Jalan Lokal Sekunder Antarzona

Jalan Lokal Sekunder Antarzona pada KPB umumnya telah dilakukan


perkerasan dengan:
a. Perkerasan Lentur Tanpa Penutup (Sirtu), yaitu umumnya pada
sebagian KPB lahan kering (Contoh KPB Belitang, Sumatera Selatan)
b. Perkerasan Lentur Berpenutup (Aspal), yaitu pada sebagian KPB
lahan kering (Contoh di KPB Pawonsari, Kabupaten Boalemo)

Dari semua jenis jalan yang ada di Kawasan Transmigrasi tersebut di atas,
pada dasarnya hanya diaplikasikan 3 (tiga) macam perlakuan perkerasan jalan,

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5-2
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

yaitu: Perkerasan Lentur Tanpa Penutup (Sirtu), Perkerasan Lentur


Berpenutup (Aspal), dan Perkerasan Kaku (Cor Beton)

Oleh karena itu untuk selanjutnya dalam Kegiatan Peningkatan Jalan ini
dilakukan pembahasan dan uraian tidak didasarkan atas pembagian Jenis
Jalan, melainkan berdasarkan pada 3 (tiga) Jenis Perkerasan tersebut di atas,
yaitu:
1. Peningkatan Jalan Dengan Perkerasan Lentur Tanpa Penutup (Sirtu),
2. Peningkatan Jalan Dengan Perkerasan Lentur Berpenutup (Aspal), dan
3. Peningkatan Jalan Dengan Perkerasan Kaku (Cor Beton).

5.3. KEGIATAN PENINGKATAN PRASARANA JALAN

5.3.1. Syarat Peningkatan Prasarana Jalan

Peningkatan prasarana jalan dapat dilakukan dengan beberapa syarat sebagai


berikut:
1. Ada Usulan Masyarakat/Kepala SP/Kepala Desa/ Dinas Kabupaten/Kota.
2. Tingkat perekonomian warga sudah melampaui tahap subsisten (sudah
melebihi kebutuhan minimal masyarakat).
3. Arus lalu lintas kendaraan roda 4 (empat) telah mencapai frekwensi
minimal 4 (empat) kali dalam sehari.
4. Hasil produksi komoditas unggulan telah memerlukan pengangkutan
dengan kendaraan roda 4 (empat) dengan frekwensi minimal 2 (dua) kali
dalam sehari.
5. Kawasan Perkotaan Baru telah berfungsi secara baik dalam memberikan
pelayanan kepada hinterlandnya, sehingga aktivitas sosial ekonomi telah
berkembang secara signifikan dan memerlukan dukungan prasarana jalan
yang meningkat.
6. Kondisi Rusak Sedang hingga Rusak Berat (Kerusakan > 50 %).
7. Jalan Yang ditingkatkan telah berumur > 4 tahun
8. Ada Perencanaan Teknis yang dilengkapi dengan Rencana Anggaran
Biaya (RAB)

5.3.2. Usulan Program Peningkatan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5-3
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Peningkatan prasarana jalan pada SP, Pusat SKP dan KPB dilakukan melalui
pengusulan program Peningkatan prasarana yang mengacu pada Keputusan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Kep 231/Men/2002, tentang
Kriteria Usulan Program Penyiapan Permukiman, Perpindahan Dan
Penempatan Serta Pemberdayaan Masyarakat Binaan Dalam
Penyelenggaraan Ketransmigrasian; Undang-undang No 25 Tahun 2004,
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; serta Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.12/Men/IV/2004, tentang Tata Cara
Pengajuan Usulan Program Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian.

Pelaksanaan kegiatan peningkatan prasarana jalan pada SP, Pusat SKP


maupun KPB dilakukan secara Swakelola, Kontraktual dan/atau Dukungan
Pemerintah/Pemerintah Daerah.

5.4. KEBIJAKAN PENINGKATAN PRASARANA JALAN

Kebutuhan peningkatan prasarana jalan dilakukan dengan mempertimbangkan


kebijakan dan ketentuan berikut:

1. Beberapa kebijakan dan ketentuan yang relevan dengan kebutuhan


peningkatan jalan adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan prasarana jalan di kawasan transmigrasi ditujukan
untuk mendukung berlangsungnya kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang disesuaikan dengan tingkat perkembangannya,
dalam rangka mempercepat terwujudnya peningkatan kesejahteraan
masyarakat transmigrasi dan penduduk sekitarnya.
b. Pengembangan prasarana jalan di kawasan transmigrasi dilaksanakan
atas dasar peran serta para pihak terkait, yaitu Pemerintah (Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota), Swasta dan Masyarakat.`
c. Pengembangan prasarana jalan perlu didukung oleh adanya sistem
pengelolaan yang selaras antar Pusat, Daerah, dan Lokasi, serta
terpadu antar para pihak yang terkait.
d. Sistem pengembangan prasarana jalan perlu didukung oleh
sumberdaya manusia pelaksana yang kompeten.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5-4
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

e. Pengembangan prasarana jalan harus berdasarkan standar yang


berlaku serta dalam pelaksanaannya telah didukung oleh perencanaan
dan dikendalikan secara baik.

2. Lokasi yang terpilih untuk program peningkatan adalah tepat sasaran,


dengan mempertimbangkan Kriteria dan Persyaratan Peningkatan
sebagai berikut:
a. Ada Usulan Masyarakat/Kepala SP/Kepala Desa.
b. Kondisi Rusak Sedang hingga Rusak Berat (Kerusakan > 50 %).
c. Umur SP > 3 tahun.
d. Ada Dokumentasi (Foto dan Posisi Letak Kerusakan).
e. Ada Rencana Anggaran Biaya (RAB).

5.5. MEKANISME DAN PROSEDUR

5.5.1. Alur Proses Peningkatan Prasarana Jalan

Proses Peningkatan Prasarana Jalan dapat dilihat dari tahapan kegiatan sejak
diusulkan oleh Warga SP (Kapala SP) sampai proses penetapan dan proses
pelaksanaan kegiatan di lapangan sebagaimana dapat dilihat pada Bagan Alir
pada Gambar 4.1. pada Bab 4.

Proses peningkatan jalan sebagaimana digambarkan pada Bagan Air tersebut


dapat diuraikan secara sederhana sebagai berikut:
1. Kondisis Existing, merupakan data protret terhadap kondisi prasarana jalan
dan dilakukan dengan idenfikasi terhadap kondisi prasarana jalan saat ini
apakah masih berfungsi dengan baik atau ada kerusakan.
2. Dari hasil identifikasi, kemudian dilakukan pemilihan prioritas di tingkat SP
dan Dinas Ketransmigrasi di Kabupaten/Kota, yang kemudian diusulkan ke
Dinas Ketransmigrasian Provinsi, dan tembusan disampaikan epada
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
R.I.
3. Lampiran Usulan kegiatan peningkatan prasarana jalan harus sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5-5
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

4. Setelah dilakukan evaluasi dan usulan telah memenuhi kriteria di atas,


maka dilakukan pemrograman kegiatan fisik peningkatan prasarana jalan
kawasan transmigrasi.
5. Pelaksanaan kegiatan fisik peningkatan prasarana jalan kawasan
transmigrasi dengan mengacu kepada pedoman yang ada.
6. Proses kegiatan peningkatan prasarana jalan mulai dari identifikasi, usulan
program, pelaksanaan kegiatan sampai dengan evaluasi oleh Dinas
Ketransmigrasian Kabupaten/Kota, dilakukan bimbingan teknis, bantuan
teknis dan monitoring dan evaluasi baik dari Dinas Ketransmigrasian
Provinsi dan Ditjen Pengembangan Kawasan Transmigrasi.

5.5.2. Mekanisme Usulan Program

Mekanisme Usulan Program dilakukan mengikuti ketentuan Tatacara


Pengajuan Usulan Program Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian,
dengan mekanisme sebagai berikut:

1. Penilaian Program

Pertimbangan penilaian program didasarkan pada:


a. Skala prioritas
b. Integrasi program
c. Kepentingan bersama
d. Kemandirian masyarakat transmigrasi
e. Dampak jangka panjang dan berkelanjutan

Disamping itu harus mempertimbangkan juga ;


a. Persentasi penggunaan APBN dan APBD
b. Laporan pelaksanaan program, pencapaian fisik maupun penyerapan
anggaran tahun sebelumnya.

2. Persyaratan Usulan Program

Persyaratan usulan program yang disampaikan oleh instansi Kab/Kota


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut;

a. Ditandatangani oleh sekretaris Kab/Kota.


b. Dilengkapi TOR(KAK)/RAB.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5-6
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

(Catatan ; penandatanganan usulan minimal oleh Sekretaris Kab/kota,


tetapi dapat juga dilakukan oleh Bupati/Walikota)

Usulan program yang disampaikan oleh instansi Provinsi harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut;
a. Ditandatangani oleh Sekda Provinsi.
b. Dilengkapi TOR/RAB.
(Catatan; penandatanganan usulan minimal oleh Sekda Provinsi, tetapi
dapat juga dilakukan oleh Gubernur)

3. Waktu Penyampaian Usulan Program

Waktu penyampaian usulan program adalah:


a. Usulan (T+1) dari Instansi Kab/Kota ke Provinsi paling lambat bulan
Maret tahun berjalan (T)
b. Usulan (T+1) dari instansi Provinsi ke Kementerian Desa, PDT dan
Transmigrasi paling lambat bulan April tahun berjalan (T)

5.6. PERENCANAAN TEKNIS PENINGKATAN PRASARANA JALAN

Perencanaan Teknis Peningkatan Jalan meliputi:


1. Pekerjaan Persiapan,
2. Pekerjaan Lapangan,
3. Perencanaan Perbaikan Terase Jalan, dan
4. Penyusunan Laporan Perencanaan Teknis Peningkatan
5.6.1. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Persiapan terdiri dari:
a. Pengumpulan data sekunder seperti peta lokasi dan data lainnya
b. Persiapan Tim Tenaga Ahli dengan bidang keahlian masing-masing sesuai
Kerangka Acuan.
c. Penyusunan Laporan Pendahuluan yang berisi Rencana Kerja yang
dipresentasikan kepada Pemberi Tugas.

5.6.2. Pekerjaan Lapangan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5-7
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Pekerjaan Lapangan, meliputi:


a. Orientasi Medan,
b. Pengukuran Topografi yang difokuskan pada ruas jalan yang akan
ditingkatkan, yang terdiri dari:
1) Survai Pendahuluan,
2) Survai untuk Peningkatan Jalan,
3) Pemasangan Patok-patok untuk titik ikat dan patok tanda pengukuran
jalan, serta
4) Pengukuran Penampang Melintang dan perhitungan serta
penggambaran Situasi dan Penampang Memanjang,
5) Pengamatan Lalu Lintas
6) Pengamatan Hidrologi
7) Pekerjaan Mekanika Tanah dan Survai Material, serta
8) Pengambilan Dokumentasi.

5.6.3. Perencanaan Perbaikan Terase Jalan

Perencanaan perbaikan terase jalan dianjurkan untuk memanfaatkan


semaksimal mungkin bagian-bagian jalan yang lama yang masih dalam kondisi
baik, dan dalam perencanaaan alinemen horizontal agar dipergunakan
lengkung lingkaran tanpa lengkung peralihan.

Standar Perencanaan Geometrik mengikuti Referensi berikut:


a. Pedoman Sederhana Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan untuk
Pedesaan, Jilid IIA dan IIC, Pusat Litbang Jalan, Departemen Pekerjaan
Umum, 1993.
b. Petunjuk Sederhana Pembuatan jalan Tanah/Sirtu, Ditjen Bina Marga,
Depertemen pekerjaan Umum, 1995,
c. Petunjuk Survai dan perencanaan Teknik Jalan No. 013/T/ Bt/1995, Ditjen
Bina Marga, Depoartemen PU.
d. SNI 03-1738-1989 metode Pengujian CBR Lapangan, mengambil sampel
tanah asli dengan cetakan CBR.
e. Perhitungan Perkerasan Lentur.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5-8
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

5.6.4. Penyusunan Laporan Perencanaan Teknis Peningkatan

Laporan Perencanaan Teknis Peningkatan terdiri dari:


a. Perencanaan Teknis
b. Perhitungan Volume dan Perkiraan Biaya
c. Gambar-gambar Rencana Peningkatan.

5.7. CAKUPAN DAN METODE PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN

5.7.1. Cakupan Kegiatan Peningkatan Jalan

Cakupan kegiatan penanganan peningkatan jalan mencakup rencana


peningkatan terhadap:
a. Jalur / Lajur Lalu Lintas,
b. Bahu Jalan, dan
c. Bangunan Pelengkap Jalan.

5.7.2. Kondisi Kerusakan Jalan Yang Ditingkatkan

Kondisi jalan yang akan dilakukan peningkatan adalah Jalan Rusak Berat
dengan tingkat kerusakan jalan > 23% terhadap luas jalan.

5.7.3. Metode Pelaksanaan Peningkatan Prasarana Jalan

Metode Pelaksanaan Peningkatan prasarana jalan untuk kedua Jenis


Perkerasan secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

1. Mobilisasi
a. Sumber Daya Manusia,
b. Peralatan,
c. Lain-lain

2. Pekerjaan Persiapan
a. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
b. Pemindahan Tiang Utilitas (Telpon, Listrik, kalau ada)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5-9
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

3. Pekerjaan Saluran Samping (Drainase Jalan)


a. Galian Untuk Drainase, Selokan dan Saluran Air.
b. Pasangan Batu dengan Mortar
c. Gorong-gorong Pipa Beton (Diameter dalam 70-100 cm)

4. Pekerjaan Tanah
a. Galian Lapisan Jalan Beraspal
b. Galian Lapisan Cor Beton.
c. Pengurugan Kembali dan Perataan

5. Pekerjaan Minor
a. Campuran Aspal Panas Untuk Pekerjaan Minor

6. Pekerjaan Berbutir
a. Lapisan Pondasi Agregat Kelas B (20 cm)
b. Lapisan Pondasi Agregat Kelas A (15 cm)

7. Pekerjaan Beton
a. Baja Tulangan U 24 Polos
b. Beton K-125
c. Beton K-250
d. Pasangan Batu

8. Pekerjaan Tanah
a. Timbunan Biasa dari Selain Galian Sumber Dalam
b. Pembentukan Badan Jalan (Kemiringan Melintang dll).

9. Pekerjaan Aspal
a. Lapis Resap Pengikat
b. AC Base
c. Lapis Perekat
d. AC-DCLevelling
e. Lapis Perekat,
f. AC-WC

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 10
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

10. Pekerjaan Bahu Jalan (Lapis Pondasi Agregat Kelas B)

11. Pekerjaan Minor (Marka Jalan)

12. Selesai

5.8. PELAKSANAAN KEGiATAN PENINGKATAN JALAN

5.8.1. Peningkatan Jalan Dengan Perkerasan Lentur Tanpa Penutup (Sirtu)

Pekerjaan peningkatan jalan dengan perkerasan lentur tanpa penutup


dilakukan berdasarkan Metode Pelaklsanaan Peningkatan Jalan sebagaimana
tersaji pada Sub Bab 5.7.3. dengan urutan sebagai berikut:

1. Mobilisasi  2. Pekerjaan Persiapan  3. Pekerjaan Saluran Samping


(Drainase)  4. Pekerjaan Tanah  5. Pekerjaan Minor  6. Pekerjaan
Berbutir  10. Pekerjaan Bahu Jalan  11. Pekerjaan Minor  12.
Selesai.

Peningkatan jalan dengan perkerasan lentur tanpa penutup (sirtu) ini jarang
diaplikasikan dalam kegiatan pengembangan prasarana jalan di Kawasan
Transmigrasi.

5.8.2. Peningkatan Jalan Dengan Perkerasan Lentur Berpenutup (Aspal)

Pekerjaan peningkatan jalan dengan perkerasan lentur berpenutup dilakukan


berdasarkan Metode Pelaklsanaan Peningkatan Jalan sebagaimana tersaji
pada Sub Bab 5.7.3. dengan urutan sebagai berikut:

1. Mobilisasi  2. Pekerjaan Persiapan  3. Pekerjaan Saluran Samping


(Drainase)  4. Pekerjaan Tanah (a,c)  5. Pekerjaan Minor  6.
Pekerjaan Berbutir  8. Pekerjaan Tanah  9. Pekerjaan Aspal  10.
Pekerjaan Bahu Jalan  11. Pekerjaan Minor  12. Selesai.

5.8.3. Peningkatan Jalan Dengan Perkerasan Kaku (Cor Beton)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 11
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Pekerjaan peningkatan jalan dengan perkerasan kaku dilakukan berdasarkan


Metode Pelaklsanaan Peningkatan Jalan sebagaimana tersaji pada Sub Bab
5.7.3. dengan urutan sebagai berikut:

1. Mobilisasi  2. Pekerjaan Persiapan  3. Pekerjaan Saluran Samping


(Drainase)  4. Pekerjaan Tanah (b,c)  6. Pekerjaan Berbutir  7.
Pekerjaan Beton  10. Pekerjaan Bahu Jalan  11. Pekerjaan Minor
 12. Selesai.

5.8.4. Uraian Setiap Urutan Pelaksanaan Peningkatan Jalan

1. Mobilisasi

a. Sumber Daya Manusia,

Tenaga Kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan


peningkatan jalan dimobilisasi terlebih dahulu sesuai kebutuhan yang
disyaratkan dalam Kontrak.

b. Peralatan,

Sebelum memulai pekerjaan, atas persetujuan direksi terlebih dahulu


dilakukan mobilisasi alat yang digunakan dalam pekerjaan seperti :
Galian tanah berbatu dengan alat berat excavator.

c. Lain-lain
1) Selain itu pada pekerjaan persiapan awal ini yang paling penting
adalah mempelajari
situasi lapangan dan melengkapi persyaratan yang sudah
ditentukan dalam bestek,
2) Pemasangan plang proyek,
3) Memulai pengukuran pada lokasi
pekerjaan, yaitu berupa situasi, potongan memanjang, pot
ongan melintang, yang
dituangkan dalam gambar, termasuk gambar konstruksi, y
ang disesuaikan dengan lapangan,
4) Foto dokumentasi,

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 12
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

5) Gambar-gambar kerja (Shop Drawing). Pada bagian-bagian


konstruksi yang kurang jelas harus diperjelas.
6) Kemudian perlu diadakan koordinasi dengan pihak proyek
beserta masyarakat setempat (pemuka masyarkat setempat),
guna dapat membicarakan masalah-
masalah yang mungkin timbul apabila pekerjaan ini dimul
ai, baik menyangkut teknis maupun non teknis.

2. Pekerjaan Persiapan

a. Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas

Dalam melaksanakan pekerjaan Peningkatan Jalan setiap tahapan


pekerjaan yang akan dilaksanakan mulai dari Awal Pelaksanaan
Pekerjaan sampai dengan Akhir Kegiatan di lapangan diusahakan tidak
mengganggu arus lalu lintas. Aktifitas arus lalu lintas yang terhambat
akibat adanya kegiatan proyek akan merugikan pengguna jalan, antara
lain dengan:
1) Menyiapkan perlengkapan keselamatan jalan selama periode
kontruksi sesuai ketentuan.
2) Membuat rencana kerja manajemen lalu lintas sesuai jadwal
pekerjaan dan dikoordinasikan dengan seluruh personil yang
terkait.
3) Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
di lapangan.
4) Memasang rambu-rambu lalu lintas di sekitar lokasi pekerjaan, dan
menempatkannya secara tepat dan benar.
5) Menempatkan petugas pengatur lalu lintas untuk mengatur dan
mengarahkan arus lalu lintas.
6) Menyiapkan Peralatan Keselamatan Lalu Lintas, yaitu:
a) Rambu penghalang lalu lintas jenis plastic
b) Rambu peringatan
c) Peralatan komunikasi dan lainnya
7) Mempersiapkan Tenaga Pengatur Lalu Lintas, yang terdiri dari:
a) Pekerja

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 13
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

b) Koordinator
8) Pada saat pelaksanaan pekerjaan, rambu-rambu diletakkan
sepanjang daerah galian, tujuannya agar lalu lintas tidak masuk
atau terperosok ke dalam daerah galian. Rambu-rambu yang
dipasang haruslah mempunyai cat dengan pantulan cahaya, guna
menghindari kecelakaan di malam hari.

b. Relokasi Tiang Utilitas

Relokasi tiang utilitas (Penerangan Jalan Umum, Telepon, Listrik)


dan pelayanan pengaturan terhadap fasilitas-fasilitas masyarakat
sekitar daerah proyek jalan tersebut. Sehingga tidak terjadi gangguan
atau ketidaknyamanan terhadap warga sekitar. Kontraktor juga
melaporkan pekerjaan kepada Telkom dan PLN Agar tidak terjadi
kerusakan pada fasilitas-fasilitas perusahaan tersebut yang juga dapat
merugikan warga daerah sekitar.
1) Asumsi:
a) Pekerjaan dilakukan secara manual (tenaga manusia) dan alat
bantu,
b) Lokasi pekerjaan: material/bahan yang dipindah/direlokasi.
2) Uraian:
a) Koordinasi dengan pihak pemilik utilitas
b) Penentuan material yang akan direlokasi
c) Untuk rencana lokasi pekerjaan yang diperkirakan terdapat
utilitas kabel, dilaksanakan test pit di lokasi yang ditentukan,
d) Pekerjaan penyediaan tempat lokasi relokasi (galian dsb.),
e) Pembongkaran material dari tempat lokasi existing dengan
menggunakan tenaga manusia dan alat bantu,
f) Material diangkut dan ditempatkan langsung dipasang di tempat
relokasi /pada lokasi penampungan sementara yang disediakan.
Selama disimpan, material dijaga agar tidak rusak dari kegiatan
proyek yang sedang berlangsung.
g) Pemasangan material pada tempat/lokasi baru yang telah
ditentukan dalam gambar rencana dan telah disetujui oleh

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 14
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

direksi. Pemasangan ini mengikuti schedule pelaksanaan


pekerjan yang ada.
h) Pelaksanaan pemasangan material seperti pekerjaan
pemasangan pada material baru, tapi material yang dipakai
adalah material yang telah ada.
3. Pekerjaan Drainase Jalan (Saluran Samping)

a. Galian Untuk Drainase, Selokan dan Saluran Air.

Pekerjaan galian untuk drainase dikerjakan sesuai gambar rencana


menggunakan alat mekanis, excavator dan dump truck. Pekerjaan
Galian ini dilaksanakan setelah hasil pengukuran dan rekayasa
lapangan selesai dilaksanakan dan sesuai dengan shop drawing. Hasil
galian diangkut keluar lokasi pekerjaan dengan menggunakan dump
truck ke lokasi yang telah ditentukan.

Penggalian, penimbunan tanah (dengan tidak memakai alat maupun


memakai alat) untuk konstruksi drainase dibentuk sedemikian rupa
baik bentuk, ukuran dan dimensi dari saluran baru maupun saluran
lama yang disesuaikan dengan gambar kerja dengan memenuhi
kelandaian air mengalir bebas tanpa tergenang. Tanah hasil galian
dibuang dan diratakan ditempat yang ditunjuk oleh Direksi untuk
mencegah terjadinya dampak lingkungan yang mungkin terjadi.

b. Pasangan Batu dengan Mortar

Pasangan batu dengan mortar mencakup pelapisan sisi kanan dan kiri
saluran serta dasar saluran, baik bentuk, ukuran, garis ketinggian dan
dimensi mengacu kepada gambar kerja dan cara kerja mengacu
kepada RKS dari pekerjaan ini. Pada sisi saluran dibuat pengaliran air
dari pipa dengan membubuhi ijuk pada bagian sisi dalam pipa.
Pemasangan dengan manual dan menggunakan alat bantu
secukupnya. Sedangkan untuk pengadukan mortal dengan
menggunakan alat Concrete Mixer.

Pemasangan batu harus dimulai dari dasar saluran menuju keatas


permukaan sampai rata dengan ketinggian tidak melebihi permukaan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 15
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

bahu jalan agar drainase lancar dan bahu tidak tergerus oleh aliran air.
Batu dipasang satu persatu dengan ketebalan spesi ± 3 cm dengan
tetap mempertahankan tegak lurus terhadap diding saluran.
Sedangkan untuk lantai saluran agar tidak terjadi sendimen / air
tergenang tetap mempertahankan kelandaian air bebas mengalir.

1) Bahan – bahan yang dibutuhkan.


a) Batu
Batu yang digunakan terdiri dari batu alam yang tidak bulat,
keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan air (Mutu dan
ukurannya dengan persetujuan Direksi).
b) Pasir
Pasir yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat Spesifikasi.
Pasir yang dipakai dapat berupa pasir alam, atau pasir buatan
yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Pasir harus terdiri
dari butir-butir yang tajam dan mempunyai gradasi yang baik,
tidak porous, cukup syarat kekerasannya. Pasir tidak boleh
mengandung lumpur lebih dari 5% ditentukan terhadap berat
kering.
c) Semen
Portland cement yang digunakan adalah jenis-jenis yang
memenuhi ketentuan-ketentuan dalam N1-1 atau menurut
standart Portland cement yang digariskan oleh Asosiasi Semen
Indonesia. Semen yang digunakan harus berkualitas baik dan
pada saat digunakan harus dalam keadaan fresh (belum mulai
mengeras), Untuk menjaga mutu semen, cara penyimpanan
harus mengikuti syarat-syarat penyimpanan bahan tersebut,
dengan membuat gudang khusus dan memakai lantai papan di
bagian bawah.
d) Air
Air yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat Spesifikasi
pekerjaan ini, Air tawar yang dipakai harus bersih, tidak
mengandung minyak, asam alkali bahan-bahan organis dan
bahan-bahan lain yang dapat menurunkan mutu beton/ mortar.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 16
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

c. Gorong-gorong Pipa Beton Bertulang, diameter dalam 95-105 cm

Gorong-gorong adalah bangunan pelengkap dari suatu sistem


drainase yang dibuat akibat adanya persimpangan antara saluran
drainase dengan jalan.

Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Gorong-gorong adalah sebagai


berikut:
1) Pada lokasi rencana penempatan gorong-
gorong yang tertutup perkerasan aspal diperlukan Pemotongan
permukaan aspal dengan menggunakan Asphalt Cutter.
2) Penggalian dilakukan dengan menggunakan alat Excavator dan
secara manual oleh pekerja dengan menggunakan peralatan
seperti; cangkul, sekop, ganco ,linggis dan peralatan lainnya yang
diperlukan.
3) Kedalaman galian harus sesuai dengan gambar rencana atau
sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan.
4) Pada lokasi penggalian perlu dipasang rambu peringatan agar
tidak membahayakan pengguna jalan.
5) Pembuatan lantai kerja dari beton mutu rendah.
6) Ketebalan lantai kerja sesuai dengan gambar rencana atau sesuai
dengan petunjuk direksi pekerjaan.
7) Setelah satu atau dua hari gorong-gorong pipa dipasang dan
disambung dengan cincin penyambung dari beton.
8) Pembuatan dinding sayap dan tembok kepala dari pasangan batu
atau beton bertulang seperti yang ditunjukkan gambar rencana
atau sesuai petunjuk direksi pekerjaan.
9) Timbunan dilakukan dengan material hasil galian atau dengan
material lain yang disetujui direksi pekerjaan dan kemudian
dipadatkan dengan alat Combination Vibratory Roller.
10) Pelaksanaan pekerjaan gorong – gorong dikerjakan tidak
langsung secara keseluruhan melainkan bertahap dari satu sisi,

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 17
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

setelah selesai baru dilanjutkan sisi lainnya. Hal ini dimaksudkan


agar ruas jalan masih bisa dilewati, tidak ditutup secara total.

4. Pekerjaan Tanah

a. Galian Biasa

Meliputi pekerjaan galian yang mana setelah dilakukan pemasangan


bouplank tanah digali sesuai dengan gambar kerja. Untuk pekerjaan
galian tanah menggunakan excavator dan tanah hasil galian dibuang
atau ditempatkan dengan alat angkut berupa dump truck dan
ditempatkan di tempat yang tidak mengganggu jalannya lalu lintas dan
proses kegiatan proyek. Area penggalian sebelumnya dipetakan
terlebih dahulu sesuai dengan perhitungan rekayasa lapangan dan
diberi tanda agar tidak terjadi kesalahan area pada saat melaksanakan
pekerjaan.
1) Setelah hasil pengukuran dan hasil pengujian tanah serta usulan
shop drawing termasuk di dalamnya sistem pengendalian lalu lintas
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka pekerjaan tanah untuk
pondasi pelebaran jalan dapat dimulai dengan terlebih dahulu
melakukan pekerjaan pembersihan dan pengupasan top soils.
2) Tanah digali dengan excavator dengan ukuran dan kedalaman
sesuai gambar kerja yang disetujui.
3) Material hasil galian tanah termasuk hasil pembersihan dan
pengupasan top soils ini akan dibuang ke lokasi pembuangan yang
telah disiapkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
4) Setelah dimensi dan elevasi galian pada pelebaran jalan tercapai
sesuai dimensi dan elevasi rencana, makaakan dilakukan
penyiapan dan pemadatan badan jalan (subgrade) pada lokasi
galian tersebut.

b. Galian Struktur dengan Kedalaman 0 – 2 meter

Pekerjaan penggalian dilaksanakan setelah pemasangan bowplank


dalam hal ini penentuan kedalaman galian tanah yang digali oleh

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 18
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

excavator langsung dimuat ke dump truck, kemudian diangkut keluar


lokasi proyek.

c. Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold Milling Machine

1) Daerah lapisan perkerasan yang telah mengalami kerusakan akan


ditandai kemudian Lapisan perkerasan dibongkar dengan Cold
Milling Machine. Hasil bongkaran di muat kedalam dump truck.
Dump truck membuang hasil galian keluar lokasi.
2) Lingkup pekerjaan
a) Pekerjaan ini mencakup pemberian tanda pada permukaan
aspal yang akan di gali, penggalian dengan menggunakan
mesin cold milling dan membuang hasil galian perkerasan
dengan menggunakan dump truck ke luar lokasi.
b) Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi dengan
material yang cocok lalu dipadatkan dengan merata sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
c) Pada pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada,
material yang terdapat pada permukaan dasar galian, menurut
petunjuk Direksi Pekerjaan, adalah material yang lepas, lunak
atau tergumpal atau hal-hal lain yang tidak memenuhi syarat,
maka material tersebut harus dipadatkan dengan merata atau
dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok
sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
3) Alat yang digunakan
a) Mesin Cold Milling
b) Dump Truck
c) Pilox/ Cat Warna Putih.

d. Timbunan Biasa dari Sumber Galian

Untuk mendapatkan hasil Pekerjaan Timbunan dari sumber galian


yang baik yang memenuhi syarat standar mutu sebagai berikut :
1) Permukaan bidang timbunan dipadatkan terlebih dahulu dengan
nilai kepadatan yang sudah ditentukan (sesuai spesifikasi)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 19
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

2) Bahan Timbunan (hasil galian) memenuhi syarat (misalnya bebas


dari material organik, kotoran, akar, rumput, top soil)
3) Bahan Timbunan yang dipergunakan telah disetujui (Approval)
oleh Klien ataupun Project Manager
4) Dilakukan test kepadatan dari bahan timbunan di laboratorium
mekanika tanah untuk diadakan acuan test kepadatan di lapangan.
5) Dilakukan trial embankment, sehingga didapatkan hasil dengan
peralatan yang dipergunakan nilai kepadatan dari timbunan
tersebut (misalnya jumlah lintasan untuk pemadatan dengan
compactor yang dipergunakan).
6) Alat Yang Digunakan
a) Bulldozer
b) Compactor
c) Excavator
d) Dump Truck
e) Water Tank
f) Theodolith
g) Waterpass
h) Alat Bantu (cangkul, linggis dan lain-lain)
7) Uraian Prosedur
a) Persiapan:
 Meyiapkan peralatan berat (Excavator, Bulldozer,
Compactor, Dump Truck) yang cukup, dan dalam kondisi
baik.
 Meyiapkan peralatan pembantu (Linggis, Cangkul, dll) yang
cukup
 Meyiapkan lokasi pekerjaan yang akan ditimbun dengan
urutan sebagai berikut:
 Mengupas/stripping permukaan tanah yang akan ditimbun
dengan ketebalan sesuai spesifikasi (± 20 cm)
 Memadatkan tanah sesudah dikupas/stripping sehingga
diperoleh permukaan dengan kepadatan sesuai spesifikasi.
b) Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 20
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

 Mengukur elevasi permukaan tanah sebelum dilakukan


pekerjaan kupasan (kondisi 0 %)
 Mengukur elevasi permukaan tanah setelah dilakukan
kupasan.
 Mengukur elevasi top permukaan tanah setelah pekerjaan
timbunan selesai kondisi 100 %
 Melakukan monitoring pekerjaan timbunan layer demi layer
(Max 30 cm)
c) Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan
 Bahan timbunan dihampar dengan Bulldozer sesuai dengan
patok pembatas / koridor rencana kontruksi bangunan
(misalnya tanggul badan jalan dan lain-lain sesuai
dengan Design Drawing (Gambar Desain).
 Maximum tebalnya hamparan sesuai dengan ketentuan
(misalnya tebal timbunan per layer = 30 cm / kondisi loose)
 Memadatkan hamparan timbunan yang sudah rata dengan
compactor (apabila diperlukan permukaan tanah disiram
dengan air)
 Apabila diperlukan selama hamparan, dilakukan
pembersihan kotoran (misalnya akar dan lain-lain), dari
bahan timbunan dengan tenaga kerja khusus.
 Mengadakan test kepadatan timbunan di lapangan dengan
acuan data dari test kepadatan laboratorium
 Melakukan penimbunan kembali (setelah tes kepadatan
memenuhi syarat) layer demi layer, sampai didapat top
elevasi permukaan tanah yang ditentukan.
 Hasil Trial Embankment merupakan ketentuan untuk
patokan pelaksanaan pekerjaan timbunan tersebut
 Kombinasi dan spesifikasi peralatan yang dipakai
(Bulldozer, Excavator, Dump Truck, Compactor)
berpengaruh pada kecepatan penyelesaian pekerjaan
tersebut. Pengecekan/Pengukuran selama pelaksanaan
pekerjaan mutlak diperlukan.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 21
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

e. Timbunan Pilihan dari Sumber Galian

Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri


dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas
level timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat
tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti
diperintahkan atau distujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal,
seluruh timbunan pilihan, bila di uji harus sesuai dan memiliki CBR
paling sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman, bila dipadatkan sampai
100 % kepadatan kering maksimum.

Pekerjaan Urugan pilihan dilaksanakan dengan prosedur sebagai


berikut:
1) Pengangkutan Material
Pengangkutan Material Urugan pilihan kelokasi pekerjaan
menggunakan dump truck dan loadingnya dilakukan dengan
menggunakan wheel loader. Pengecekan dan pencatatan volume
material dilakukan pada saat penghamparan agar tidak terjadi
kelebihan material di satu tempat dan kekurangan material di
tempat lain.
2) Penghamparan Material
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor
grader dalam tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal
berikut :
a) Kondisi cuaca yang memungkinkan
b) Panjang hamparan pada saat setiap section yang didapatkan
sesuai dengan kondisi lapangan. Lebar penghamparan
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan tebal penghamparan
sesuai dengan spesifikasi, semua tahapan pekerjaan
hamparan dan tebal hamparan berdasarkan petunjuk dan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c) Material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada
lokasi yang ditetapkan
3. Pemadatan Material

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 22
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

a) Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller,


dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah.Pemadatan
dilakukan berulang jika dimungkinkan untuk mendapat hasil
yang maksimal dengan dibantu alat water tank untuk
membasahi material timbunan pilihan dan diselingi dengan
pemadatan dengan menggunakan Vibro Roller.
b) Timbunan pilihan dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak
menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa yang sama.
Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi harus
terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh
usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

f. Penyiapan Badan Jalan


Penyiapan badan jalan pada pekerjaan pelebaran jalan meliputi
pekerjaan pembersihan, pembentukan tanah dasar agar elevasinya
sesuai dengan yang ditunjukkan gambar rencana atau sesuai
dengan petunjuk direksi pekerjaan, dan termasuk pekerjaan
pemadatan tanah dasar.

Tahapan pekerjaan penyiapan badan jalan, yaitu:


1) Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat
menggangu pekerjaan seperti semak-semak, pepohonan, batu
besar, dan material lainnya.
2) Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan
alat berat maupun dengan cara manual untuk membentuk tanah
dasar sesuai Gambar atau sesuai dengan petunjuk Direksi
Pekerjaan
3) Pemadatan Tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat
vibrator roller atau menggunakan Combination Vibrator Roller
pada daerah pelebaran yg tidak terlalu luas atau tidak
memungkinkan pengunaan vibrator roller.

g. Pemadatan Tanah Dasar

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 23
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan


adalah:
1) Pemadatan dilakukan segera setelah dilakukan penggalian.
2) Apabila diperlukan lakukan penyiraman terhadap material tanah
dasar Untuk mencapai kadar air optimum sehingga didapatkan
kepadatan yang sesuai dengan spesifikasi.
3) Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan
pengguna jalan eksisting

5. Pekerjaan Minor

Campuran Aspal Panas Untuk Pekerjaan Minor

Setelah pekerjaan perbaikan pondasi untuk pekerjaan minor selesai


dilaksanakan maka lapisan pondasi ditutup dengan menggunakan material
hotmix campuran aspal panas.

Metode kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :


a. Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan
kepada direksi untuki untuk disetujui.
b. Material campuran aspal panas dihampar dengan tenaga manusia dan
dipadatkan dengan Tendem Roller.
c. Selama pemadatan, pekerja akan merapihkan tepi hamparan dengan
menggunakan alat bantu.

6. Pekerjaan Berbutir

a. Lapisan Pondasi Agregat Kelas A (15 cm)

Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan


urutan pekerjaan sebegai berikut:
1) Wheel Loader memuat material agregat yang telah dicampur dari
base camp / stock file kedalam Dump Truck untuk selanjutnya
dibawa ke lokasi pekerjaan.
2) Material dihampar dilokasi kerja dengan menggunakan Motor
Grader, yang selanjutnya setelah mencapai tebal hamparan
gembur yang cukup kemudian dipadatkan dengan menggunakan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 24
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Vibrator Roller, dengan tetap menjaga tebal hamparan padat yang


disyaratkan dalam gambar.
3) Untuk menjaga kadar air bahan yang disyaratkan dalam rentang
Spesifikasi, maka sebelum pemadatan dapat melakukan
penyiraman material hamparan dengan menggunakan Water Tank.
4) Sekelompok pekerja akan merapihkan hamparan dari agregasi
sebelum pemadatan dengan menggunakan alat bantu.
5) Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Dump Truck,
Vibrator Roller, Water Tank dan Alat Bantu.

a. Lapisan Pondasi Agregat Kelas B (20 cm)


Lapis Pondasi Kelas B adalah Mutu lapis pondasi bawah untuk lapisan
di bawah lapis pondasi Kelas A. Pekerjaan dilakukan secara mekanik
(memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan sebegai berikut:
1) Wheel Loader memuat material agregat yang telah dicampur dari
base camp / stock file kedalam Dump Truck untuk selanjutnya
dibawa ke lokasi pekerjaan.
2) Material dihampar di lokasi kerja dengan menggunakan Motor
Grader, yang selanjutnya setelah mencapai tebal hamparan
gembur yang cukup kemudian dipadatkan dengan menggunakan
Vibrator Roller, dengan tetap menjaga tebal hamparan padat yang
disyaratkan dalam gambar.
3) Untuk menjaga kadar air bahan yang disyratkan dalam rentang
Spesifikasi, maka sebelum pemadatan dapat melakukan
penyiraman material hamparan dengan menggunakan Water Tank.
4) Sekelompok pekerja akan merapihkan hamparan dari agregasi
sebelum pemadatan dengan menggunakan alat bantu.
5) Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Dump Truck,
Vibrator Roller, Water Tank dan Alat Bantu

7. Pekerjaan Struktur / Beton

Pekerjaan Struktur meliputi: Baja Tulangan U-24 Polos, Beton K-125,


Beton K-250 dan Pasangan Batu.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 25
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

a. Baja Tulangan U 24 Polos

1) Pemakaian Tenaga Kerja : Pekerja, Tukang, Mandor


2) Pemakaian Bahan : Baja Tulangan, Kawat Beton
3) Pemakaian Alat : Alat Bantu
4) Prosedur Pelaksanaan:
a) Pembengkokan :
 Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh
baja tulangan dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan
prosedur ACI 315, menggunakan batang yang pada awalnya
lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan
atau kerusakan.
 Bila pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk
menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu berubah
banyak.
 Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar
harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok.

b) Penempatan dan Pengikatan :


 Tulangan ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan
dengan kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
 Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan
kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat
pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat
(stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak
diperkenankan.
c) Spesifikasi Teknis :
 Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang
sesuai dengan Gambar

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 26
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

 Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk


tulangan pelat, anyaman tulangan yang di las yang memenuhi
AASHTO M55 dapat digunakan.

b. Beton Mutu Sedang fc’30 Mpa untuk Box Cuilvert

1) Beton mutu sedang (30 MPa) merupakan beton mutu sedang yang
bersifat struktural. Dalam kegiatan ini beton mutu sedang
diperuntukkan untuk Box Cuilvert. Pekerjaan ini juga sudah
termasuk pembuatan perancah dan bekisting untuk acuan
pengecoran.
2) Sebelum melakukan pekerjaan, terlebih dahulu ditunjukkan semen
usulan agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil
pengujian material dan campuran di laboratorium berdasarkan kuat
beton untuk umut 7 dan 28 hari, atau umur yang lain yang telah
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, yang tertuang secara berurutan
sesuai dalam spesifikasi teknik.
3) Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus
memenuhi criteria teknis utama, yaitu kelecakan (Workability),
kekuatan (Straigth), dan keawetan (Durability). Penyedia jasa akan
membuat gambar detil untuk seluruh perancah yang akan
digunakan, dan memperoleh persetujuan direksi pekerjaan
sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
4) Tahap pelaksanaan:
a) Bahan-bahan untuk campuran beton (semen, pasir, aggregat
kasar dan air)
b) Material (pasir, semen, agregat kasar) pencampuran
dilakukan menggunakan concerete pan mixer.
c) Bersihkan l antai kerja, selanjutnya pasang pembesian dan
bekisting. Pembesian, bekisting dan benda-benda lain (pipa)
yang dimasukkan ke dalam beton harus diikat kuat sehingga
tidak bergeser pada saat pengecoran.
d) Adukan beton menggunakan concerete mixer dan dituang ke
dalam cetakan.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 27
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

e) Padatkan adukan beton secara merata menggunakan


Concerete Vibrator.
f) Permukaan beton dibentuk dan diratakan perlahan-lahan
menggunakan Towel dan dilanjutkan menggunakan mistar lurus
sampai permukaan menjadi rata dan halus.
g) Perawatan dilakukan dengan menutupi permukaan beton
menggunakan karung basah.
h) Setelah minimal 12 jam pada saat pengecoran bekisting
dibongkar.
5) Tenaga: Pekerja Biasa, Tukang, dan Mandor.
6) Bahan: Semen, Pasir Beton, Agregat Kasar, Bekisting, dan Paku.
7) Peralatan: Batching Plant, Truck Mixer, Conc. Vibrator, Water
Tanker, dan Alat Bantu

c. Beton Mutu Sedang fc’20 Mpa

1) Sebelum melakukan pekerjaan, terlebih dahulu ditunjukkan semen


usulan agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil
pengujian material dan campuran di laboratorium berdasarkan kuat
beton untuk umur 7 dan 28 hari, atau umur yang lain yang telah
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, yang tertuang secara berurutan
sesuai dalam spesifikasi teknik.
2) Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus
memenuhi criteria teknis utama, yaitu kelecakan (Workability),
kekuatan (Straigth), dan keawetan (Durability). Penyedia jasa akan
membuat gambar detil untuk seluruh perancah yang akan
digunakan, dan memperoleh persetujuan direksi pekerjaan
sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
3) Tahap pelaksanaan:
a) Bahan-bahan untuk campuran beton (semen, pasir, agregat
kasar dan air)
b) Material (pasir, semen, aggregat kasar) pencampuran
dilakukan menggunakan concerete pan mixer.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 28
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

c) Bersihkan lantai kerja, selanjutnya pasang pembesian dan


bekisting. Pembesian, bekisting dan benda-benda lain (pipa)
yang dimasukkan ke dalam beton harus diikat kuat sehingga
tidak bergeser pada saat pengecoran.
d) Adukan beton menggunakan concerete mixer dan dituang ke
dalam cetakan.
e) Padatkan adukan beton secara merata menggunakan
Concerete Vibrator.
f) Permukaan beton dibentuk dan diratakan perlahan-lahan
menggunakan Towel dan dilanjutkan menggunakan mistar
lurus sampai permukaan menjadi rata dan halus.
g) Perawatan dilakukan dengan menutupi permukaan beton
menggunakan karung basah.
h) Setelah minimal 12 jam pada saat pengecoran bekisting
dibongkar.
4) Tenaga: Pekerja Biasa, Tukang, dan Mandor.
5) Bahan: Semen, Pasir Beton, Agregat Kasar, Bekisting, dan Paku.
6) Peralatan: Batching Plant, Truck Mixer, Conc. Vibrator, Water
Tanker, dan Alat Bantu.

d. Beton Mutu rendah fc’10 Mpa

1) Tahap pelaksanaan:
a) Bahan-bahan untuk campuran beton (semen, pasir, aggregat
kasar dan air)
b) Material (pasir, semen, aggregat kasar) pencampuran
dilakukan menggunakan concerete pan mixer.
c) Bersihkan lantai kerja, selanjutnya pasang pembesian dan
bekisting. Pembesian, bekisting dan benda-benda lain (pipa)
yang dimasukkan ke dalam beton harus diikat kuat sehingga
tidak bergeser pada saat pengecoran.
d) Adukan beton menggunakan concerete mixer dan dituang ke
dalam cetakan.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 29
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

e) Padatkan adukan beton secara merata menggunakan


Concerete Vibrator.
f) Permukaan beton dibentuk dan diratakan perlahan-lahan
menggunakan Towel dan dilanjutkan menggunakan mistar
lurus sampai permukaan menjadi rata dan halus.
g) Perawatan dilakukan dengan menutupi permukaan beton
menggunakan karung basah.
h) Setelah minimal 12 jam pada saat pengecoran bekisting
dibongkar.
2) Tenaga: Pekerja Biasa, Tukang, dan Mandor.
3) Bahan: Semen, Pasir Beton, Agregat Kasar (Kerikil), Katu
Perancah, dan Paku.
4) Peralatan: Conc. Mixer, Conc. Vibrator, Water Tanker, dan Alat
Bantu.

e. Pasangan Batu

1) Pemakaian Tenaga Kerja : Pekerja, Tukang, Mandor


2) Pemakaian Bahan : Batu Belah, Semen, Pasir
3) Pemakaian Alat : Concrete Mixer, Water Tanker, Alat Bantu
4) Prosedur Pelaksanaan :
a) Sebelum pemasangan, batu dibersihkan dan dibasahi sampai
merata dan dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan
penyerapan air mendekati titik jenuh.
b) Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi
dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi
batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang.
c) Landasan dari adukan baru paling sedikit 3 cm tebalnya
dipasang pada pondasi yang disiapkan sesaat sebelum
penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama. Batu
besar pilihan digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut-sudut.
Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan
pengelompokkan batu yang berukuran sama.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 30
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

d) Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar


dan muka yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka
dinding dari batu yang terpasang.
e) Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau
memindahkan batu yang telah terpasang. Peralatan yang cocok
harus disediakan untuk memasang batu yang lebih
besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang.
f) Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekejaan
yang baru dipasang tidak diperkenankan.
5) Spesifikasi Teknis:
a) Batu:
 Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak
dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu
harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau
lemah.
 Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat
ditempatkan saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
 Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu
harus memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar
tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang
yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
b) Adukan :Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi
kebutuhan dari Spesifikasi.
c) Drainase Porous: Bahan untuk membentuk landasan, lubang
sulingan atau kantung penyaring untuk pekerjaan pasangan
batu harus memenuhi kebutuhan dari Spesifikasi.

f. Pembongkaran Pasangan Batu

1) Pekerjaan pembongkaran beton merupakan pekerjaan


pembongkaran dengan menggunkan Excavator + Rock Breaker
menghancurkan beton. Dump Truck mengangkut material hasil
pembongkarankeluar dari lokasi yang aman jauh dari gangguan lalu
lintas.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 31
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

2) Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan


urutan pekerjaan sebagai berikut :
a) Beton yang sudah rusak akan dibongkar/dihancurkan.
b) Peralatan yang digunakan adalah Excavator + Rockbreker,
Dump Truck dan alat bantu.

8. Pekerjaan Tanah - 2

Pekerjaan Tanah pada tahap ini adalah menyiapkan Lapis Pondasi Agregat
kelas S, sebaga berikut:
1) Bahan Material Kelas S terdiri dari fraksi Agregat Kasar (tertahan
saringan No. 4), dan Faraksi Agregat Halus (lolos saringan No. 4)
dengan rentang komposisi dan syarat spesifikasi bahan yang diatur
dalam Spesifikasi Teknik.
2) Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan
urutan pekerjaan sebagai berikut :
a) Wheel loader memuat material Agregat yang telah dicampur dari
base camp /stock file ke dalam dump truck untuk selanjutnya dibawa
kelokasi pekerjaan.
b) Material dihampar di lokasi keja dengan menggunakan Vibrator
roller, dengan tetap menjaga tebal hamparan pada yang disyaratkan
dalam gambar.
c) Untuk menjaga kadar air bahan yang disyaratkan dalam rentang
Spesifikasi, maka sebelum pemadatan dapat dilakukan penyiraman
material hamparan dari segregasi sebelum pemadatan dengan
menggunakan alat bantu.
d) Peralatan yang digunakan adalah : Whell Loader, Dumptruck,
Vibrator Roller, Water Tank dan Alat bantu.

9. Pekerjaan Aspal

a. Lapis Resap Pengikat – Aspal Cair

1) Pekerjaan lapis perekat terdiri dari pekerjaan penyiapan permukaan


dan penghamparan bahan aspal yang dihampar diatas permukaan

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 32
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

bahan pengikat semen atau Aspal (Seperti semen Tanah, RCC,


CTB, Perkerasan Beton / Lantai Jembatan Beton, Lapis Penetrasi
Macadam, Laston, Lataston dll.) dengan komposisi seperti
disyaratkan dalam Spesifikasi untuk setiap Jenis Bahan Aspal dan
kondisi permukaan yang sesuai.
2) Pekerjaan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih
memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang
sedang dilaksanakan dan hanya menimbulkan gangguan yang
minimal bagi lalu lintas. Bangunan dan benda- benda lain
disamping tempat kerja (struktur, kerb lantai dan lain-lain) harus
dilindungi agar tidak menjadi kotor karena percikan aspal.
3) Bahan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah aspal semen pen
60/70 atau 80/100 (memenuhi standar AASHTO M20) yang
diencerkan dengan minyak Tanah (kerosene), dengan
membandingkan pemakaian minyak tanah pada rentang 25 - 30
bagian minyak per 100 bagian aspal (25 pph 30 pph).
4) Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan
urutan pekerjaan sebagai berikut :
a) Menyiapkan permukaan yang akan dihampar dengan
menggunakan mesin kompresor yang dibantu dengan alat
manual seperti : sikap dan sapu lidi.
b) Menyiapkan material yang digunakan dengan mencampur Aspal
dan Kerosene sesuai komposisi yang ditentukan, dan kemudian
dipanaskan sehingga menjadi aspal cair.
c) Penghamparan dilakukan dengan menggunakan Asphalt
Sprayer secara seksama, dengan mengacu pada rentang suhu
yang disyaratkan dalam Spesifikasi.
d) Perapihan dilakukan setelah penyemprotan selesai dilakukan.
5) Peralatan yang digunakan adalah : compressor, Asphalt Sprayer
yang di gandeng Dump Truck dan alat bantu.

b. Lapis Perekat – Aspal Cair

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 33
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Pekerjaan Lapis Perekat-Aspal Cair menggunakan peralatan : Asphalt


distributor / Asphalt Sprayer, Compressor dan alat bantu lain yang
dibutuhkan, dengan Urutan Kerja sebagai berikut:
1) Di tempat pencampuran Aspal dan kerosene dicampur dengan
perbandingan (Aspal 80 % : Kerosene 20 % ) atau sesuai dengan
spesifikasi dan petunjuk Direksi Teknik,
2) Hasil pencampuran dimasukkan ke dalam Asphalt distributor
/ Asphalt sprayer,
3) Pada permukaan Perkerasan aspal lama disemprotkan Lapis
perekat aspal cair dengan ketebalan/berat sesuai dengan petunjuk
Spesifikasi / Direksi Teknik.

c. Laston Lapis Aus (AC – WC)


1) Campuran beraspal panas dengan Asbuton Lapis Aus (AC-WC
AsbP) adalah campuran panas antara Agregat dengan bahan
pengikat asphalt keras pen 60 yang campurannya menggunakan
asbuton butir dengan kelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kadar
abutmen 20 %, yang dicampur di unit pencampuran Asphalt (UPA),
dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur
tertentu, dengan ketebalan padat 4 cm.
2) Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu
menunjukan semua usulan agregat dan campuran yang memadai
berdasarkan hasil pengujuian material dan campuran di
Laboratorium dan hasil percobaan penghamparan dan pemadatan
campuran (Trial Mix) yang dibuat diinstansi pencampuran aspal,
yang tertuang secara berurutan sesuai dalam Spesifikasi Teknik,
mulai dari pengusulan DMF hingga persetujuan JMF.
3) Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan
urutan pekerjaan sebagai berikut :
a) Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian
bersama-sama dengan Asphalt Asbuton butir di campur di unit
pencampuran aspal dengan komposisi yang telah disetujui,
dump truck membawa campuran aspal panas ke lokasi
pekerjaan.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 34
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

b) Campuran dihampar dengan menggunakan Asphalt Finisher,


kemudian pemadatan awal oleh Tandem Roller, pemadatan
utama oleh Type Roller dan pemadatan akhir kembali dengan
Tandem Roller. Lintasan pemadatan dilakukan sesuai jumlah
lintasan yang telah disetujui. Semua rentang suhu yang
disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk
mendapatkan kepadatan yang optimum.
c) Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan merapihkan
tepid an sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi
bertugas mengatur lalu lintas yang lewat.
4) Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing
Plant + Genset, Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type
Roller, Dump Truck, dan alat bantu.

d. Laston Lapis Antara (AC – BC)

1) Khusus Pekerjaan Hotmix, ada 4 Item yang merupakan satu


kesatuan yang tak terpisahkan pada saat pelaksanaan pencampuran
yaitu :
3) Material/bahan untuk Hot mix (AC - BC) , dicampur di AMP dengan
menggunakan rujukan DMF hasil dari Pemeriksaan laboratorium,
kemudian disesuaikan dengan JMF yang diperoleh dari Gradasi Cold
Bin & Hot Bin AMP.
4) Urutan Pekerjaan untuk Campuran HRS - Base :
a) Permukaan Exsisting yang akan diberi campuran AC - BC
dibersihkan dgn Compressor dan dilapisi dengan Lapis Prekat-
Aspal cair, klecuali permukaan Lapis HRS - Base (L), tinggal
diberi Lapis Perrekat Aspal Cair.
b) Campuran dihampar/digelar dengan Asphalt Finisher dengan
ketebalan 4 cm.
c) Dilakukan Penggilasan awal (Break down) dengan Tandem
Roller.
d) Penggilasan berikut dengan Tyre Roller sesuai dengan jumlah
lintasan yang ditentuikan oleh Spek,

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 35
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

e) Penggilsan Terakhir dgn Tandem Roller.

f) Untuk faktor Keselamatan Kerja baik Pekerja maupun Pengguna


lalu lintas, maka setiap pekerjaan berlangsung harus ada petugas
K3 dan rambu-rambu yang dibutuhkan dari 2 arah jalan yang
berlawanan.

e. Laston Lapis Pondasi (AC-Base)

Setelah pekerjaan lapis resap pengikat dilaksanakan maka dilanjutkan


dengan penghamparan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) setebal 6 cm
atau sesuai gambar dan petunjuk Direksi. Lapisan ini digunakan sebagai
lapisan penutup permukaan pada struktur lapis pondasi agregat. Untuk
bahan perekatannya dengan lapis pondasi agregat dengan
menggunakan Lapis Resap Pengikat.

Metoda kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut :


1) Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan
kepada direksi untuki untuk disetujui.
2) Menyerahkan hasil pengujian material (Job Mix design) material hot
mix laston –Lapis Pondasi (AC-Base) yang akan digunakan dan
komposisi harus sesuai Spesifikasi teknik yang disyaratkan.
3) Sebelum pelaksanaan pekerjaan AC-Base dilakukan trial agar bisa
diketahui ketebalan dan densitynya.
4) Pencampuran maretial hotmix AC-Base di olah menggunakan AMP.
Material hot mix AC-Base dimuat langsung kedalam dump truck dan
diangkut ke lokasi pekerjaan.
5) Material AC-Base dihampar dengan alat asphalt finisher dan
dipadatkan dengan alat tandem roller dengan lintasan minimum
sesuai spesifikasi teknik, kemudian dipadatkan kembali dengan
menggunakan alat pneumatic tire roller dengan lintasan sesuai hasil
trial dan dipadatkan finishing dengan alat tandem roller.
6) Selama pemadatan, sekelompok pekerja akan merapihkan
tepi hamparan dengan menggunakan alat bantu.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 36
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

7) Setelah penghamparan dan pemadatan selesai dilaksanakan


pengambilan sample dengan core driil untuk ditest dilab agar
diketahui ketebalan dan densitynya.

f. Laston Lapis Pondasi Perata AC-Base (L)

Pekerjaan ini meliputi Penyiapan bahan di base camp AMP,


pencampuran bahan agregat dengan aspal, pengiriman sampai lokasi
pekerjaan, penghamparan dan pemadatan.
1) AC-Base dibuat di Base Camp AMP sesuai dengan spesifikasi
kemudian dituangkan diatas dumptruck lalu hasil penuangan ditutup
dengan terpal untuk menahan suhu AC-base tetap stabil lalu dikirim
ke lokasi pekerjaan yang telah siap peralatan mekanik seperti finisher
alat penghampar dan alat-alat pemadat.
2) Bahan dituang ke bak finisher dari dump truck, finisher mengampar
campuran aspal panas ke permukaan Lapis Pondasi pada ketebalan
diatas rata-rata ketebalan padat dan hasil penggelaran didiamkan
pada suhu yang telah ditetapkan kemudian dipadatkan dengan mesin
gilas roda besi, penggilasan sedemikian rupa hingga mendapatkan
kerataan dan kepadatan yang ditetapkan dan akhir pemadatan
menggunakan mesin gilas roda karet demikian seterusnya pekerjaan
dilakukan atas arahan dari Direksi pekerjaan serta tentunya telah
mengajukan hasil pengujian bahan Campuran Aspal Panas serta ijin
kerja kepada konsultan pengawas dan Direksi lapangan.

g. Bahan Anti Pengelupasan

Aditif kelekatan dan anti penglupasan di tambahkan kedalam bahan


aspal yang ukurannya disetujui Direksi. Jenis aditif haruslah jenis yang
disetujui Direksi termasuk persentase aditif yang diperlukan harus
dicampurkan kedalam bahan aspal sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatnya, dan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan campuran
yang homogen harus sesuai petunjuk.

10. Pekerjaan Bahu Jalan (Lapis Pondasi Agregat Kelas B)

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 37
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

a. Pekerjaan peningkatan bahu jalan harus mencakup operasi seperti


pengisian lubang dengan agregat bahu jalan, pembuangan semak-
semak, rumput-rumput dan penghalang lainnya yang mengganggu fungsi
bahu jalan.
b. Pekerjaan perbaikan bahu jalan berskala besar yang mencakup
pengisian agregat bahu jalan atau penggalian dan pengisian kembali
agregat bahu jalan atau pelaburan bahu jalan tidak boleh dimasukkan ke
dalam pekerjaan.
c. Perbaikan bahu jalan semacam itu harus diukur dan dibayar menurut
Seksi yang berkaitan untuk bahan-bahan yang digunakan, seperti Lapis
Pondasi Agregat Kelas A, B atau S, Burtu, dan sebagainya.

11. Pekerjaan Minor - 2

a. Stabilisasi dengan Tanaman

1) Penanaman pohon yang dibeli dari sumber, dan didatangkan ke


lokasi pekerjaan.
2) Lubang tanaman disiapkan dengan ukuran sesuai dengan gambar,
lalu setelah selesai tanaman pohon dimasukkan ke lobang yang
sudah disiapkan

b. Pemasangan Kembali Marka Jalan

1) Yang dimaksud dengan Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada
di permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang
membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta
lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarah arus lalu lintas dan
membatasi daerah kepentingan lalu lintas
2) Pekerjaan ini meliputi pengecatan marka jalan baik pada permukaan
perkerasan lama maupun yang selesai di-overlay, pada lokasi yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.

12. Selesai

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 38
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Seluruh Tahapan Kegiatan Peningkatan Jalan telah selesai dilaksanakan.

5.9. PELAKSANA DAN METODE PELAKSANAAN PENINGKATAN JALAN

5.9.1. Pelaksana Peningkatan Prasarana Jalan

Pelaksana kegiatan peningkatan jalan dilakukan oleh beberapa pihak, yaitu:

1. Pemberi Tugas (Owner).


Bertugas memberikan arahan mengenai perencanaan dan pelaksanaan
peningkatan prasarana jalan.

2. Konsultan Perencana.
Bertugas membuat analisa dan perencanaan teknis peningkatan prasarana
jalan berdasarkan kondisi lapangan.

3. Kontraktor Pelaksana.
Bertugas melaksanakan pekerjaan fisik peningkatan prasarana jalan sesuai
dengan hasil rencana teknis peningkatan jalan yang dibuat Konsultan
Perencana dan telah disyahkan oleh Pemeberi Tugas.

4. Konsultan Supervisi.
Bertugas mengawasi pekerjaan pelaksanaan fisik peningkatan jalan yang
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana.

5.9.2, Metode Pelaksanaan Peningkatan Prasarana Jalan

1. Pelaksanaan peningkatan prasarana jalan dilakukan dengan mengacu pada


gambar Dokumen Perencanaan Teknis yang dibuat oleh Konsultan
Perencana.
2. Pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan dilakukan dengan cara Kon-
traktual dengan Dukungan Pemerintah minimal pada T+4, yaitu dilaksanakan
oleh Pihak Ke-3 yang mengacu kepada Perpres 54 serta Peraturan
Perundang- undangan yang berlaku.
.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 39
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

5.10. PENGENDALIAN KEGIATAN PENINGKATAN PRASARANA JALAN

5.10.1. Bimbingan Teknis Peningkatan Prasarana Jalan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh Aparat Teknis Pusat yang Membidangi
Prasarana Jalan untuk memberikan bimbingan teknis pelaksanaan kegiatan
peningkatan prasarana jalan pada waktu sebelum dilaksanakan kegiatan
peningkatan prasarana jalan. Pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis dilakukan
pada tahap perencanaan teknis peningkatan prasarana jalan.

5.10.2. Bantuan Teknis Peningkatan Prasarana Jalan

Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh Aparat Teknis Pusat yang Membidangi
Prasarana Jalan untuk memberikan bantuan teknis pelaksanaan kegiatan
peningkatan prasarana jalan pada saat mulai dilakukan kegiatan peningkatan.
Kegiatan bantuan teknis dilakukan pada tahap pelaksanaan teknis peningkatan
prasarana jalan.

5.10.3. Laporan Kegiatan Peningkatan Prasarana Jalan.

Pelaporan pelaksanaan kegiatan peningkatan Prasarana Jalan dilakukan oleh


Pemerintah Kabupaten/Kota/Provinsi kepada Pemerintah Pusat u/p Direktorat
Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasararana Kawasan
Transmigrasi (PPSPKT) Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan
Transmigrasi (PKTrans).

Pelaporan disampaikan secara berkala, setiap triwulan yang berisi tentang


keseluruhan Kegiatan Sarana dan Prasarana Dinas Satuan Kerja Pemda
Kabupaten/Kota/Provinsi.

Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 5 - 40
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab 6
Pembangunan Baru Prasarana
Jalan

6.1. PENGERTIAN PEMBANGUNAN BARU PRASARANA JALAN

Pembangunan baru prasarana jalan di Kawasan Transmigrasi dilakukan


apabila tingkat perekonomian dan sosial budaya masyarakat sudah sangat
berkembang, sehingga membutuhkan prasarana jalan baru, yang diarahkan
terutama pada pegembangan jaringan prasarana dasar Kawasan Transmigrasi
(Permen 25 tahun 2016, Pasal 75).

Pengembangan jaringan prasarana dasar Kawasan Transmigrasi dilaksanakan


dengan menyediakan prasarana jalan yang menghubungkan : AntarSP dalam
1 (satu) SKP; Antarzona dalam 1 (satu) KPB; AntarSKP; dan Antara SKP
dengan KPB.

6.1.1. Prasarana Jalan AntarSP Dalam 1 (Satu) SKP

Prasarana jalan antarSP dalam 1 (satu) SP adalah jalan yang menghubungkan


Pusat Desa dalam suatu SP dengan Pusat Desa pada SP lainnya dalam 1
(satu) SKP.

Pembangunan baru prasarana jalan antarSP dalam 1 (satu) SKP merupakan


pembangunan jalan lokal primer atau jalan lokal sekunder yang dilaksanakan
bersamaan dengan pembangunan SP-Baru.

Oleh karena itu pembangunan baru prasarana jalan antarSP dalam 1 (satu)
SKP tidak termasuk ke dalam kategori pengembangan prasarana jalan
kawasan transmigrasi, melainkan merupakan domain dan kewenangan
Direktorat Jenderal yang menangani pembangunan permukiman
transmigrasi.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6-1
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

6.1.2. Prasarana Jalan Antarzona Dalam 1 (Satu) KPB

Prasarana jalan antarzona dalam 1 (satu) KPB adalah jalan yang


menghubungkan setiap zona dengan zona lainnya pada KPB.

Pembangunan prasarana jalan antarzona dalam 1 (satu) KPB merupakan


pembangunan prasarana jalan lokal sekunder antarzona pada KPB yang
dilaksanakan bersamaan dengan pembangunan KPB.

Oleh karena itu, apabila dalam 1 (satu) KPB masih belum dilakukan
pembangunan prasarana jalan lokal sekunder antarzona dalam 1 (satu) KPB
secara lengkap, maka dapat dilakukan pembangunan baru, yang merupakan
bagian dari pengembangan prasarana jalan Kawasan Transmigrasi.

6.1.3. Prasarana Jalan AntarSKP

Prasarana jalan antarSKP adalah jalan yang menghubungkan antara pusat


SKP dengan pusat SKP lainnya dalam 1 (satu) Kawasan Transmigrasi.

Pembangunan prasarana jalan antarSKP merupakan pembangunan jalan lokal


primer atau jalan lokal sekunder antarSKP, yang pembangunannya bisa
dilaksanakan secara bersamaan dengan pembangunan SP, tetapi bisa juga
dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dengan peningkatan fungsi SP
menjadi Pusat SKP.

Oleh karena itu, apabila dalam 1 (satu) Kawasan Transmigrasi masih belum
dilakukan pembangunan prasarana jalan lokal primer atau jalan lokal sekunder
antarSKP secara lengkap, maka dapat dilakukan pembangunan baru, yang
merupakan bagian dari pengembangan prasarana jalan Kawasan
Transmigrasi.

6.1.4. Prasarana Jalan Antara SKP Dengan KPB

Pembangunan prasarana jalan antara SKP dengan KPB merupakan


pembangunan jalan kolektor primer atau jalan kolektor sekunder yang
menghubungkan antara SKP dengan KPB.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6-2
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pembangunan prasarana jalan antara SKP dengan KPB merupakan


pembangunan jalan kolektor primer atau jalan kolektor sekunder antara SKP
dengan KPB yang pembangunannya bisa dilaksanakan secara bersamaan
dengan pembangunan KPB, tetapi bisa juga dilaksanakan pada waktu yang
bersamaan dengan peningkatan fungsi SP menjadi Pusat SKP.

Oleh karena itu, apabila dalam 1 (satu) Kawasan Transmigrasi masih belum
dilakukan pembangunan prasarana jalan kolektor primer atau jalan kolektor
sekunder anatara SKP dengan KPB secara lengkap, maka dapat dilakukan
pembangunan baru, yang merupakan bagian dari pengembangan prasarana
jalan Kawasan Transmigrasi.

6.2. JENIS DAN STANDAR PRASARANA JALAN PADA PEMBANGUNAN


BARU.

6.2.1. Jenis Prasarana Jalan Pada Pembangunan Baru

Berdasarkan batasan yang diuraikan pada Sub-bab 6.2 tersebut di atas, maka
jenis prasarana jalan yang dikategorikan sebagai bagian dari Pembangunan
Baru prasarana jalan adalah:
1. Jalan Lokal Sekunder Antarzona Dalam 1 (Satu) KPB,
2. Jalan Lokal Primer/Sekunder AntarSKP, dan
3. Jalan Kolektor Primer/Sekunder Antara SKP dan KPB.

6.2.2. Standar Prasarana Jalan Pada Pembangunan Baru

1. Jalan Lokal Sekunder Antarzona Dalam 1 (Satu) KPB

Standar atau Spesifikisai Teknis Jalan Lokal Sekunder Antarzona dalam 1


(Satu) KPB antara lain diringkas sebagai berikut:

a. Ruang Milik Jalan (Rumija) minimal 15,0 m, sedangkan idealnya


adalah 20.0 cm.
b. Lebar Badan Jalan adalah 7,5 m, terdiri dari Jalur Lalu Lintas 5,5 m
dan Bahu Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
c. Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas 4 %, Bahu Jalan 6 %.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6-3
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

d. CBR Tanah dasar > 5 %.


e. Saluran Samping/Tepi Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
f. Konstruksi Jalan Lokal Sekunder Antarzona dalam KPB adalah:
1) Pada Lahan Kering:
a) Dilakukan perkerasan lentur berpenutup Aspal (Campuran
Panas atau Campuran Dingin)
b) Dilakukan perkerasan kaku (Cor Beton)
2) Pada Lahan Basah:
a) Pada Tahap I tidak diperkeras
b) Pada Tahap II (setelah tanah terkonsolidasi pada tahun ke 2)
diperkeras dengan sirtu setebal 15 cm padat
c) Atau bagian tengah 3,0 m dicor dengan beton 1:3:6 setebal 20-
30 cm.
g. Didesain dengan kecepatan rencana 20 km/jam.

2. Jalan Lokal Primer/Sekunder AntarSKP

Standar atau Spesifikisai Teknis Jalan Lokal Primer/Sekunder AntarSKP


antara lain diringkas sebagai berikut:

a. Ruang Milik Jalan (Rumija) minimal 15,0 m, sedangkan idealnya


adalah 20.0 cm.
b. Lebar Badan Jalan adalah 7,5 m, terdiri dari Jalur Lalu Lintas 5,5 m
dan Bahu Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
c. Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas 4 %, Bahu Jalan 6 %.
d. CBR Tanah Dasar > 5 %.
e. Didesain dengan Kecepatan Rencana: 10 km/jam.
f. Saluran Samping/Tepi Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
g. Konstruksi Jalan Lokal Primer/Sekunder:

1) Pada Lahan Kering:


a) Dilakukan perkerasan lentur berpenutup Aspal (Campuran
Panas atau Campuran Dingin)

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6-4
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

b) Dilakukan perkerasan kaku (Cor Beton)


2) Pada Lahan Basah:
a) Pada Tahap I tidak diperkeras
b) Pada Tahap II (setelah tanah terkonsolidasi pada tahun ke 2)
diperkeras dengan sirtu setebal 15 cm padat,
c) Atau bagian tengah 3,0 m dicor dengan beton 1:3:6 setebal 20-
30 cm.

3. Jalan Kolektor Primer/Sekunder Antara SKP dan KPB

Standar atau Spesifikisai Teknis Jalan Kolektor Primer/Sekunder Antara


SKP dengan KPB antara lain diringkas sebagai berikut:

a. Ruang Milik Jalan (Rumija) minimal 25,0 m, sedangkan idealnya


adalah 30.0 cm.
b. Lebar Badan Jalan adalah 9,0 m, terdiri dari Jalur Lalu Lintas 7,0 m
dan Bahu Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
c. Kemiringan Melintang Jalur Lalu Lintas 4 %, Bahu Jalan 6 %.
d. CBR Tanah Dasar > 10 %.
e. Didesain Dengan Kecepatan Rencana : 20 km/jam
f. Saluran Samping/Tepi Jalan 1,0 m di kiri dan 1,0 m di kanan.
g. Konstruksi Jalan Kolektor Primer/Sekunder:
1) Pada Lahan Kering:
a) Dilakukan perkerasan lentur berpenutup Aspal (Campuran
Panas atau Campuran Dingin)
b) Dilakukan perkerasan kaku (Cor Beton)
2) Pada Lahan Basah:
a) Pada Tahap I tidak diperkeras
b) Pada Tahap II (setelah tanah terkonsolidasi pada tahun ke 2)
diperkeras dengan sirtu setebal 15 cm padat
c) Atau bagian tengah 5,0 m dicor dengan beton 1:3:6 setebal 30-
40 cm.

6.3. TATA CARA PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BARU PRASARANA


JALAN.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6-5
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pembangunan baru prasarana jalan pada Kawasan Transmigrasi dilaksanakan


dengan mengacu kepada hasil penyusunan Rencana Teknis Jalan (RTJ),
dengan tata urutan kegiatan sebagai berikut:

6.3.1. Perencanaan Jalan

1. Survei dan Pengukuran

a. Tujuan
Survei dan Pengukuran bertujuan untuk menentukan posisi alinemen
jalan horizontal dan vertikal yang diawali dengan pembuatan Peta
Topografi berdasarkan data-data ketinggian di sepanjang jalur Rintisan
rencana Jalan maupun data dari pengukuran penampang melintang
rencana jalan (cross section).

b. Material : Patok-patok kayu; Kertas Gambar berupa Kertas Kalkir,


Milimeter Block dan lain-lain.

c. Peralatan: Theodolit, Waterpass, Tripod, Pita ukur, Rambu ukur, dan


Alat-alat Gambar

d. Cara Kerja

1) Tentukan titik referensi (Titik Ikat) yang bisa diidentifikasi pada


Peta Dasar dan dapat diketahui posisinya secara pasti di lapangan
dan diberi kode sebagai BM-0.
2) Lakukan pengukuran pengikatan dari BM-0 menuju titik awal
rencana Jalan Desa yang akan dikerjakan.
3) Lanjutkan pengkuruan secara memanjang mengikuti arah rencana
terase jalan dengan menggunakan Theodolit, dan lakukan juga
pengukuran beda tinggi dengan Waterpass.
4) Pasang patok pada setiap kedudukan Tripod Theodolit dan diberi
nomer sesuai dengan catatan dalam Buku Ukur.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6-6
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

5) Lakukan pengukuran penampang melintang terase jalan dengan


membuat rintisan menyilang terase jalan (cross section) dengan
interval 25 m.
6) Semua hasil pengukuran dengan Theodolit dan Waterpass yang
meliputi arah dan titik-titik ketinggian diplot di atas Peta Milimeter
Block, kemudian dijadikan dasar untuk membuat Peta Topografi
(Countur) dengan Interval tertentu.
7) Siapkan Hasil Peta Topografi secara lengkap untuk dijadikan dasar
oleh Ahli Teknik Sipil untuk menyusun Rencana Teknis Jalan.

2. Penyusunan Rencana Teknis Jalan

Penyusunan Rencana Teknis Jalan bertujuan untuk merancang dan


menentukan posisi alinemen jalan horizontal dan vertikal berdasarkan Peta
Topografi yang telah dihasilkan oleh Tim Pengukuran di Lapangan.

a. Material : Peta Topografi, Kertas Gambar berupa Kertas Kalkir,


Milimeter Block dan lain-lain.

b. Peralatan: Alat-alat Gambar dan Lain-lain.

c. Cara Kerja

1) Pelajari Peta Topografi yang dibuat oleh Tim Pengukuran.


2) Tentukan Disain Alinemen Jalan Horizontal berdasarkan Peta
Topografi dan Data Hasil pengukuran di lapangan dengan
mempertimbangkan Standar Perencanaan Geometrik Jalan (Bina
Marga No. 038/TBM/1997), yang meliputi :
a) Kecepatan Rencana (km/jam)
b) Jari-jari Lengkung Minimum (R-min)
c) Miring Tikungan (Superelevasi) Maksimum
d) Panjang Kritis,
3) Tentukan Disain Alinemen Vertikal dengan Landai Maksimum 6
% untuk Daerah Datar dan 8 % untuk Daerah Perbukitan.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6-7
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4) Hitung Volume Galian dan Timbunan (Cut and Fill) untuk


dipertimbangkan dalam Penyusunan biaya Pembangunan Jalan
secara keseluruhan.
5) Tentukan Posisi Gorong-gorong, Jembatan dan bangunan
Pelengkap Lainnya dan masukkan dalam Anggaran Biaya secara
Keseluruhan.

6.3.2. Persiapan (Rintisan dan Pengukuran)

1. Ditujukan untuk :
a. Menentukan posisi jalan yang akan dikerjakan (Rumija dan
as/sumbu jalan).
b. Menentukan batas-batas daerah yang akan digunakan untuk
pekerjaan jalan antara lain batas pembersihan, batas penggalian,
batas penimbunan, dan letak saluran samping.
2. Peralatan.

Peralatan yang diperlukan meliputi: Teodolit dan Bak Ukur (Rambu), Pita
Ukur (minimal 50 meter), Patok-patok Kayu, dan Palu.

3. Cara Kerja
a. Cocokan / periksa ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar-gambar
rencana pekerjaan.
b. Periksa BM, letak as jalan, bangunan-bangunan pelengkap
(gorong-gorong, jembatan).
c. Dari BM tentukan letak as jalan :
1) Ukur sudut dengan teodolit.
2) Ukur jarak dengan pita ukur.
3) Pasang patok as pertama
4) Ukur sudut ke titik as kedua.
5) Ukur jarak ke titik as kedua. Pasang patok as yang kedua.
6) Lakukan sampai didapat as / sumbu jalan.
7) Patok kayu dipancang dengan interval tidak lebih dari 50 meter.
8) Dari titik as jalan tentukan batas jalan (Ruang Milik Jalan)

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6-8
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

9) Ukur Rumija (RMJ) selebar 15 m untuk Jalan Lokal Primer/Desa


dan 25 m untuk Jalan Kolektor Primer/Sekunder, kemudian:
a) Ukur ke kiri 5 m
b) Pasang patok batas di kiri.
c) Ukur ke kanan 5 m
d) Pasang patok batas di kanan.
e) Kerjakan sampai diperoleh keseluruhan patok RMJ.
10) Beri tanda patok-patok tersebut dengan cat yang tidak mudah
hilang, dan diluar patok RMJ agar dipasang patok lagi sebagai
tanda jalur hijau dengan jarak 6 meter dari patok RMJ.

6.3.4. Pembersihan Ruang Milik Jalan

1. Tujuan
a. Menghilangkan semua penghalang pelaksanaan konstruksi jalan.
b. Memperindah pemandangan.
c. Memberi jalan agar sinar matahari lebih banyak masuk.
d. Memberi cukup jarak pandang pada tikungan.

2. Peralatan: Chainsaw, Truck dan Bulldozer, dan Parang.

3. Cara Kerja
Batas pembersihan Rumija (RMJ) adalah 15 m untuk Jalan Lokal
Primer/Desa, dan 25 m untuk Jalan Kolektor Primer/Sekunder. Adapun
tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Bersihkan semak-semak dan singkirkan pepohonan, belukar, tunggul-
tunggul, akar-akar.
b. Singkirkan pohon-pohon mati atau cabang-cabang pohon yang oleh
sesuatu sebab mungkin di kemudian hari akan runtuh di atas jalan.
c. Bersihkan dari sampah dan bahan-bahan bekas lainnya. Adapun
Syarat-syarat pembersihan RMJ adalah sebagai berikut:
1) Pada daerah penggalian pada konstruksi jalan, Singkirkan semua
tunggul -tunggul dan akar-akar hingga puncak dari tunggul-tunggul
dan akar - akar tersebut berada tidak kurang dari 50 cm dari
permukaan lapis tanah dasar.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6-9
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

2) Di dalam daerah yang di atasnya dibentuk konstruksi timbunan,


singkirkan semua tunggul-tunggul dan akar-akar hingga nantinya
tunggul-tunggul dan akar-akar tersebut akan berada 50 cm tertutup
di bawah tanah dasar dan permukaan lereng timbun.
3) Puncak dari tunggul-tunggul yang berada di dalam daerah
timbunan dengan ketinggian timbunan lebih dari 90 cm, berada
lebih dari 30 cm di atas permukaan tanah asli atau tertimbun tidak
kurang 50 cm dari permukaan bawah lapisan tanah dasar atau
permukaan lereng timbunan.
4) Kecuali di dalam daerah penggalian, timbun/isi kembali semua
lubang-lubang bekas penyingkiran tunggul-tunggul, akar-akar dan
segala bentuk bekas penyingkiran lainnya, dengan bahan-bahan
yang sesuai dengan yang disyaratkan dan dipadatkan kembali.
5) Dalam pembersihan RMJ kadang-kadang beberapa pohon dapat
ditinggalkan agar dapat memperindah pemandangan atau sebagai
penaungan.

6.3.5. Pembentukan Badan Jalan

1. Pengupasan Tanah (Stripping)

a. Tujuan
1) Membuang material lepas, tumbuh-tumbuhan, zat organik atau
bahan-bahan yang tidak dikehendaki.
2) Membuang lapisan tanah yang tidak mempunyai kekuatan
struktur (daya dukung rendah) pada tanah dasar.

b. Peralatan: Bulldozer

c. Cara Kerja
1) Tentukan permukaan lapis tanah dasar.
2) Lihat batas tanah permukaan (top soil) yang harus dikupas
(menurut spec).
3) Lihat gambar profil tanah (kalau ada), syarat minimal 30 cm.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 10
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4) Pindahkan dan Singkirkan tanah permukaan (top soil) dengan


menggunakan bulldozer.
5) Periksa apakah masih ada lapisan tanah permukaan yang lunak,
kalau masih ada kupas hingga tanah yang baik.
6) Top soil yang subur dapat dibuang ke lokasi sekitarnya untuk
menyuburkan tanaman. Atau boleh juga ditumpuk sebelum
dipergunakan untuk bahan penutup lereng timbunan.

2. Penggalian

Pekerjaan galian adalah pekerjaan mengurangi tanah atau batuan dari


elevasi tanah yang asli, yang lebih tinggi, hingga mencapai garis ketinggian
dari tanah atau batuan yang direncanakan.

a. Galian Tanah

1) Tujuan : Mengurangi permukaan tanah hingga mencapai


permukaan rencana.

2) Peralatan: Excavator / HOK, Bulldozer / HOK, Dump Truck, dan


Cangkul.

3) Cara Kerja:
a) Dengan Bulldozer.
 Jika kemiringan tebing tidak curam, galian dapat
dilakukan dengan mendorong tanah dari atas ke bawah
 Lakukan penggusuran sampai selebar jalan yang
ditentukan.
 Gusur mengikuti sumbu jalan.
 Kalau lereng terlalu curam sehingga bulldozer tidak dapat
menggusur dari atas, langsung lakukan penggusuran
mengikuti sumbu jalan.
 Tanah galian buang ke tempat yang ditentukan (di sisi jalan
atau di bawa ke tempat lain)

b) Dengan menggunakan Backhoe

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 11
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 Jika jenis tanah terlalu lunak atau berbatu-batu, atau


galiannya dalam maka sebaiknya digunakan alat excavator
/ backhoe.
 Galilah tanah yang telah ditentukan.
 Tempatkan material hasil galian / atau angkut ke tempat
yang telah ditentukan.
 Lakukan sampai mencapai permukaan yang ditentukan.

4) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan :


a) Pindahkan / bongkar longsoran tanah pada lereng atau di atas
lereng galian atau bila lereng-lereng tersebut menunjukkan
gejala tidak stabil.
b) Pindahkan / bongkar longsoran tanah pada lereng atau di atas
lereng galian atau bila lereng-lereng tersebut menunjukkan
gejala tidak stabil dan perlu diratakan.
c) Kemiringan talud maksimum disesuaikan dengan jenis
tanahnya.
d) Pada daerah galian di sisi bukit, pelaksanaannya memerlukan
pembuatan tangga-tangga pada lereng tersebut, hal ini untuk
menghindari adanya bidang yang lemah.

b. Galian Batu

Umumnya untuk batu-batu yang keras perlu penggalian dengan cara


peledakan.

1) Peralatan: Dinamit, Dump Truck, Excavator, Bor Tangan, dan


Bulldozer.

2) Cara Kerja
a) Dalam hal di bidang sisi bukit / tebing, batu dapat diledakkan
langsung dalam posisi pemotongan yang dikehendaki dan
dekat dengan tempat penimbunan. Dengan demikian hasil

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 12
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ledakan atas bantuan tenaga ledakan terlempar masuk ke


daerah penimbunan.
b) Tempatkan material hasil peledakan ke tempat yang telah
ditentukan.

3) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan :


a) Peledakan dilakukan harus dengan izin pihak yang
berwenang.
b) Penggunaan bahan peledak hanya boleh dilakukan oleh
orang-orang tertentu yang memiliki keahlian dan pengalaman
serta tanggung jawab yang cukup.

3. Penimbunan Tanah

a. Tujuan: Untuk meninggikan elevasi tanah dasar.

b. Material :

1) Tanah

Bebas dari rumput, akar pohon, sampah, zat organik (tanah


dasar akan menjadi tidak stabil bila sejumlah kotoran terdapat di
dalamnya). Batas cair > 50 (plastisitas tinggi akan menyebabkan
tanah dasar lembek).

2) Pasir
Tidak mengandung binatang laut (kerang). Tidak mengandung
tanah/ lempung yang berlebihan (maks 30%) kandungan
lempung yang berlebihan dapat mengakibatkan kepadatan
timbunan tidak bisa tercapai sehingga akan mengurangi
stabilitas dan daya dukung. Tidak mengandung air yang berlebihan
(test dengan meremas tangan). Air yang berlebih dapat
mengakibatkan pasir tidak akan saling mengunci, akibat
kehilangan gaya gesek vertikal.

3) Peralatan : Dump Truck, Vibro Roller, Alat Pemadat, dan Bulldozer.


4) Cara Kerja :

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 13
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 Siapkan tanah dasar untuk timbunan. Sebelum penimbunan


dilaksanakan terlebih dahulu persiapkan dasar dari timbunan
tersebut yang dalam hal ini adalah tanah asli. Tanah "dasar"
inilah yang nantinya menerima timbunan. Timbunan lubang-
lubang bekas pencabutan akar-akar atau tunggul-tunggul
ditimbun dengan material yang memenuhi syarat.
 Pada pemadatan dasar timbunan, gilas/padatkan terlebih
dahulu tanah dasar jika berada dalam keadaan gembur.
 Siapkan atau onggokkan bahan timbunan pada daerah
pekerjaan.
 Hamparkan material timbunan di atas tanah dasar maksimum
setebal 25 cm. Keadaan material timbunan tidak boleh terlalu
basah atau terlalu kering.
 Padatkan dengan mesin gilas (vibro roller) atau stamper
atau timbres hingga rata kepadatannya di seluruh tempat.
 Ulangi pekerjaan huruf a dan b hingga mencapai tinggi
rencana.tempat.
 Bentuklah kemiringan permukaan badan jalan ( 2 - 4 % ) untuk
mengalirkan air dan bentuklah kemiringan lereng timbunan (1:2)
supaya aman dari longsor.

5) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan :


 Air, yang berbentuk sumber air tanah atau rembesan,
jika ada pindahkan aliran air tersebut dari timbunan dengan
membuat saluran.
 Material timbunan jangan terdiri dari arang, tanah lempung dan
tanah lanau yang lemah.
 Lereng penimbunan jangan terlalu miring, sesuaikan dengan
jenis material.
 Pada timbunan yang tinggi, harus dibuat bertangga agar tidak
mudah longsor.
 Batu-batuan yang berupa bongkah-bongkah besar harus
dihancurkan dan pada kaki timbunan diperbolehkan adanya
pengumpulan bongkah tersebut.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 14
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

4. Stabilisasi Tanah

a. Stabilisasi Mekanis: adalah stabilisasi tanah dengan menggunakan


pasir atau sirtu.

1) Peralatan dan Material : Alat bantu (Balok Kayu atau Grader,


Sekop, Cangkul, Pengki, Kereta Dorong); Tractor Compactor; Alat
Perata; Tanah Pasir / Sirtu.

2) Cara Kerja
 Bersihkan tanah yang akan distabilisasi dari kotoran serta
bahan yang tidak dikehendaki.
 Gemburkan tanah dengan ketebalan 15 cm dengan
menggunakan tractor atau bajak.
 Letakkan 0.4 m3 untuk pasir, 0.25 m3 untuk sirtu dengan jarak
2.5 m ke arah memanjang dan melintang jalan.
 Campurkan pasir atau sirtu dengan menggunakan Tractor /
Bajak hingga merata.
 Ratakan permukaan campuran dengan Grader atau Balok Kayu.
 Padatkan hamparan dengan mesin gilas dimulai dari tepi
dengan kelembaban yang cukup.

b. Stabilisasi Non Mekanis: adalah stabilisasi dengan kapur atau


semen yang dicampur dengan tanah berbutir halus yang mengandung
lempung 10 - 15 %, dengan tujuan utuk memperbaiki sifat-sifat yang
kurang baik menjadi lebih baik, dengan cara mencampur tanah
dengan semen (PC) atau kapur dan air, sehingga memenuhi ketentuan
sebagai bahan kontraksi jalan.

1) Material dan Peralatan: Tanah, Semen Kantong, Kapur dalam


Karung / Kantong Plastik; dan Dump Truck, Traktor, Alat Perata,
dan Compactor.

2) Cara Kerja :

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 15
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 Bersihkan tanah yang akan distabilisasi dari kotoran serta bahan


yang tidak dikehendaki (jaga kelembaban ).
 Gemburkan tanah dengan ketebalan 15 cm dengan
menggunakan tractor / bajak

3) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan :


 Stabilisasi harus diselesaikan 60 menit sejak semen pertama
menyentuh tanah.
 Distribusikan karung semen/kapur.
 Tumpahkan semen / kapur.
 Campurkan semen / kapur dengan menggunakan Traktor.
 Ratakan permukaan campuran.
 Padatkan hamparan dengan mesin gilas mulai dari tepi.

5. Pekerjaan Perkerasan

a. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Kelas C)

1) Material dan Peralatan: Sirtu / Tanah Laterit / Puru; dan


Compactor, Dump Truck, Kereta Dorong, dan Mistar Pelurus.

2) Cara Kerja :
 Siapkan tanah dasar. Tanah dasar jalan harus bersih dari akar,
rumput, atau sampah. Kalau masih gembur harus dipadatkan
dalam keadaan lembab.
 Tebarkan material, tidak termasuk bahu jalan.
 Lakukan penggilasan, mulai dari kedua sisi luar perkerasan
menuju tengah, sejajar as jalan.
 Pada tikungan, pemadatan harus dimulai dari tepi terendah
sejajar as jalan menuju bagian yang lebih tinggi
 Periksa kemiringan dan kedataran dengan alat Clinometer.

3) Hal-hal yang Perlu Diketahui : Penggilasan dilakukan tanpa


berhenti sampai seluruh permukaan selesai dipadatkan.

b. Lapis Pondasi Atas (Base Course) Base Kelas B

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 16
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Base Kelas B adalah bagian dari pekerjaan yang terletak antara sub
base dan lapis penutup.

1) Material dan Peralatan: Batu Pecah; dan Compactor, Dump


Truck, Kereta Dorong, dan Mistar Pelurus.

2) Cara Kerja
 Sebelum bahan base dihampar maka permukaan sub base
harus dikerjakan secara sempurna.
 Bersihkan dari kotoran atau bahan lain yang tidak dikehendaki.
 Tumpukan material dengan dump truck,
 Sebarkan material,
 Gilas mulai dari kedua sisi luar perkerasan menuju ke tengah,
sejajar as jalan.
 Kecuali pada tikungan, pemadatan harus dimulai dari
tepi terendah sejajar as jalan menuju bagian yang lebih tinggi.

3) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan : Tebal padat mix tidak boleh


lebih dari 20 cm.

c. Lapis Pondasi Macadam

1) Material dan Peralatan: Batu Pokok ukuran 4 - 6 cm, Batu


Pengunci ukuran 1-2 cm, Batu Penutup ukuran 1 cm; dan Sapu,
Pengukur Kemiringan (Clinometer), Penyebar / Truk, dan Alat
Pemadat.

2) Cara Kerja :
 Siapkan tanah dasar
 Padatkan tanah dasar
 Tebarkan batu pokok (gunakan kaso sebagai tebal penyebaran
batu)
 Giling / gilas batu pokok
 Periksa kerataan
 Tebarkan batu pasak pengunci
 Batu-batu pasak digilas

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 17
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 Sebarkan batu penutup


 Padatkan batu penutup tersebut

3) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan : Untuk pondasi macadam basah,


maka pada waktu penyebaran dan pemadatan agregat pengunci /
penutup disiramkan air secukupnya pada permukaan yang sedang
dikerjakan.

d. Lapis Pondasi Telford

1) Material dan Peralatan: Batu Belah, Batu Pengunci, Batu Tepi,


Pasir Urug: dan Dump Truk, Compactor, Alat Bantu, Mistar
Pelurus.

2) Cara Kerja :

 Siapkan tanah dasar.


 Harus bersih dari akar, rumput, atau sampah kotoran lainnya.
Kalau masih gembur harus dipadatkan dalam keadaan
lembab (bukan basah).
 Pembersihan dari kotoran dan benda yang tidak diinginkan.
 Sediakan material di tepi jalan yang akan dipasang lapis
pondasi.
 Pasang batu tepi dengan dasar lebih rendah dari tanah dasar
jalan, (ditanam ke badan jalan agar tidak mudah tergelincir
sewaktu ada desakan beban).
 Hamparkan pasir urug setebal 5 cm secara merata di atas tanah
dasar.
 Susun batu belah dengan tangan satu persatu, berdiri tegak dan
rapat satu dengan yang lain.
 Padatkan / gilas sehingga tidak bergerak lagi.
 Tebarkan batu pengisi dengan pengki dan dengan sekop.
 Gilas batu pengunci.

e. Lapis Penetrasi Macadam

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 18
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1) Material dan peralatan: Batu Pokok ukuran 4-6 cm, Batu


Pengunci ukuran 1-2 cm, Batu Penutup, Sapu / Sikat; dan
Compactor, Penyemprot Aspal, Kaso-kaso, dan Pengukur
Kemiringan (Clinometer).

2) Cara Kerja
 Padatkan tanah dasar.
 Bersihkan permukaan (kalau kotor lapisan LAPEN yang
dipasang tidak dapat menempel).
 Tebarkan batu pecah dalam satu lapisan (gunakan kaso
sebagai tebal penyebaran batu).
 Penyebaran material dengan sekop / kereta dorong.
 Giling / gilas lapisan batu pecah pertama.
 Lakukan pengaspalan (kalau permukaan terlalu kering dapat
disiram air terlebih dahulu / hati-hati jangan terlalu basah).
 Tebarkan batu pasak / pengunci (batu pengunci)
 Gilas batu pasak.
 Semprotkan aspal pada lapisan batu pengunci.
 Sebarkan batu penutup.
 Padatkan batu penutup tersebut.

6.3.6. Pemilihan Jenis Penutupan ( Permukaan) Jalan


1. Jalan Dengan Perkerasan Kaku (Cor Beton)

a. Landasan Teori dan Empirik

Jalan dengan perkerasan kaku (cor beton semen/rabat beton) terdiri


atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi
bawah (bisa juga tidak ada) di atas tanah dasar.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang


tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang
cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur
4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 19
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri.

Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :


1) Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
2) Menaikkan harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-
grade reaction = k), menjadi modulus reaksi gabungan (modulus
of composite reaction).
3) Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
4) Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa
konstruksi.
5) Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran
halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan atau
pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan
vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air
bebas terakumulasi di bawah pelat.

b. Jenis Perkersan Kaku (Rabat Beton)

Berdasarkan adanya sambungan dan tulangan plat beton perkerasan


kaku, perkerasan beton semen dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis
sebagai berikut :

1) Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan tanpa


tulangan untuk kendali retak.
2) Perkerasan beton semen biasa dengan sambungan dengan
tulangan plat untuk kendali retak. Untuk kendali retak digunakan
wire mesh diantara siar dan penggunaannya independen
terhadap adanya tulangan dowel.
3) Perkerasan beton bertulang menerus (tanpa sambungan).
Tulangan beton terdiri dari baja tulangan dengan persentasi besi
yang relatif cukup banyak (0,02 % dari luas penampang beton).

Pada saat ini, jenis perkerasan beton semen yang populer dan
banyak digunakan di negara-negara maju adalah jenis
perkerasan beton bertulang menerus.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 20
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

c. Kelebihan Penggunaan Konstruksi Perkerasan Rabat Beton

Ada beberapa kelebihan penggunaan konstruksi rabat beton


dibandingkan dengan kekurangannya, dan yang paling signifikan
antara lain adalah:

1) Konstruksi perkerasan rabat beton lebih tepat digunakan pada


kondisi tanah dasar yang kurang baik dan daerahnya sering
terkena banjir sebagaimana kondisi yang terjadi pada lahan
basah pada umumnya.
2) Pelaksanaan pembangunan konstruksinya relatif mudah, hanya
menggunakan peralatan pertukangan biasa, dan tidak perlu
menggunakan alat khusus sebagaimana pekerjaan konstruksi
aspal hot mixed.
3) Beton agregat dapat dicetak dengan mudah menggunakan
papan kayu sesuai dengan dimensi rencana jalan yang
dikehendaki, dan cetakannya dapat dipakai berulangkali
sehingga lebih ekonomis.
4) Perawatan jalan rabat beton jauh lebih minimalis dibandingkan
dengan yang lain, karena mampu menahan gaya tekan dengan
baik, dan mempunyai sifat tahan aus, tahan bakar, tahan
terhadap temperatur yang tinggi, serta tahan terhadap korosi
maupun pembusukan oleh kondisi lingkungan.

d. Kekurangan Konstruksi Perkerasan Rabat Beton.

Selain kelebihan sebagaimana diuraikan diatas, ada juga beberapa


kekurangan rabat beton, antara lan adalah:
4) Bentuk konstruksi rabat beton yang telah tercetak atau dibuat
tidak bisa diubah lagi.
5) Pelaksanaan pengerjaannya membutuhkan ketelitian yang tinggi,
karena komposisi campuran yang telah direncanakan
berdasarkan hitungan konstruksi (1 Semen : 2 Pasir : 3 Split atau
1 Semen : 2 Pasir: 4 Split) harus diterapkan dengan ketat.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 21
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

6) Teknik pencampuran atau pengadukan harus dijaga agar tidak


terjadi segregasi, karena satu diantara kunci keberhasilan dalam
pembuatan beton adalah pencampuran atau pengadukan beton.
Kalau pasta semen tidak terdistribusi merata keseluruh agregat
beton maka kualitas semen akan jelek.
7) Biaya yang diperlukan untuk membangun jalan dengan konstuksi
rabat beton cukup besar, apalagi pada daerah terisolir.

e. Rekomendasi Teknis Konstruksi Jalan Rabat Beton.

Dari hasil kunjungan lapangan di beberapa lokasi uji petik, dan dari
hasil analisis contoh anggaran biaya yang diperlukan untuk berbagai
tingkat ketebalan Rabat Beton, maka direkomendasikan hal-hal
sebagai berikut:

1) Tebal Rabat Beton minimum adalah 20-30 Cm untuk jalan Lokal


Primer/Sekunder, dan 30-40 Cm untuk Jalan Kolektor
Primer/Sekunder.
2) Lapis Tanah dasar harus memiliki nilai CBR minimal 7 %.
3) Lebar Rabat Beton yang disarankan adalah minimum 3,00 M
untuk Jalan Lokal Primer/Sekunder, dan minimum 4.00 M untuk
Jalan Kolektor Primer/Sekunder.
4) Dalam pencampuran komposisi rabat beton harus benar-benar
sesuai dengan komposisi rencana, karena itu harus dilakukan
oleh tim tersendiri yang memiliki kemampuan dan pengalaman
khusus dalam pencampuran beton.
5) Kualitas komposisi campuran rabat beton (1:2:3 atau 1:2:4 dan
seterusnya) akan menentukan beban maksimal kendaraan yang
lewat di atas rabat beton. Karena itu pada setiap jalan rabat beton
harus dipasang rambu beban maksimal kendaraan yang akan
lewat di atasnya.
6) Harus dlaksanakan pembuatan batas pemisah/delatasi setiap 5
m untuk menghindari terjadinya retak yang menerus.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 22
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

7) Agar jalan rabat beton tetap berfungsi dengan baik, maka harus
dilakukan pemeliharaan jalan rabat beton dengan membersihkan
tumbuhan dan rumput-rumputan disepanjang jalan tersebut.
8) Agar diperhatikan bahwa sambungan antara beton lama dengan
konstruksi yang baru elevasinya harus sama.
9) Pemakaian/pemasangan plastik pembatas harus/wajib
dilaksanakan.

2. Jalan Dengan Perkerasan Lentur Berpenutup Aspal

Ada dua kategori jalan aspal yang bisa diterapkan dalam pembangunan
Jalan di kawasan transmigrasi, yaitu: Laburan Aspal (Buras), dan Aspal
Hotmix.

a. Laburan Aspal (Buras)

1) Tujuan
Laburan aspal (buras) merupakan lapisan penutup yang terdiri
dari lapisan aspal yang ditaburi pasir. Lapisan buras umumnya
digunakan untuk menutup permukaan jalan agar :
a) Kedap air.
b) Tidak berdebu.
c) Mencegah lepasnya butir-butir halus
d) Tidak licin.

2) Material : Pasir Bersih maximum ukuran butir 0,5 cm; Aspal


Keras.

3) Peralatan : Truk / Dump Truck, Kereta Dorong / Dolak, Pemadat


(Mesin Gilas / Stamper), Perata, Penyemprot Aspal,Mistar
Pelurus untuk memeriksa kerataan hamparan, Pengukur
Kemiringan.(Clinometer), dan Kaso-kaso.

4) Cara Kerja :

a) Periksa permukaan apakah ada yang berlubang atau


amblas. Jika ada perbaiki dengan langkah sebagai berikut:
4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 23
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 Galilah lubang atau amblas tersebut dalam bentuk segi


empat.
 Padatkan dasar galian.
 Isi galian dengan bahan jalan yang baik.
 Padatkan bahan isian tersebut sampai permukaannya
rata dengan permukaan jalan.
b) Bersihkan permukaan yang kotor, karena
menyebabkan leburan aspal tidak dapat menempel dengan
kuat.
c) Siramkan aspal yang telah dipanaskan sebelumnya,
banyaknya aspal kira-kira 1 liter untuk 1 m2.
d) Segera hamparkan pasir sewaktu aspal dipermukaan masih
panas.
e) Padatkan pasir.
f) Periksa kerataan hasil pemadatan dan perbaiki dengan
penambahan pasir.

g) Padatkan lagi.

5) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan :

a) Pemanasan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat


menyebabkan kebakaran dan sifat kelengketan serta
kelenturan aspal rusak.
b) Kalau permukaan terlalu kering sebaiknya disiram air agar
lembab, tapi jangan terlalu basah.

b. Aspal Hotmix

Penerapan lapisan penutup berupa Aspal Hotmix bisa dilakukan


bilamana lokasi Jalan Lingkungan Primer/Desa yang akan dikerjakan
bisa diakses oleh peralatan pendukung pengaspalan hotmix dan
berada pada jarak yang memungkinkan untuk dicapai dari Tempat
Processing Aspal Hotmix (Asphalt Mixing Plant).

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 24
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Syarat dan ketentuan penerapan aspal hotmix secara umum adalah


sebagai berikut:
1) Badan jalan yang akan diaspal hotmix harus sudah diperkeras dan
sudah dilapisi dengan Lapis Pondasi Macadam atau Lapis pondasi
Telford, sehingga lapisan aspal hotmix tidak akan turun atau
terkelupas.
2) Ketebalan lapisan aspal hotmix minimal 5 cm, dan
pelaksanaannya harus mengikuti standar kemiringan melintang
yang telah ditetapkan, agar dapat membuang secepatnya
akumulasi air hujan yang jatuh.
3) Ada beberapa cara penerapan jalan aspal hotmix dengan harga
yang bervariasi. Karena itu Tenaga Pendamping Desa bidang
Infrastruktur yang ada di desa perlu dilatih cara memasang aspal
hotmix yang benar dan baik agar aspal hotmix bisa bertahan
lama.
6.4. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BARU PRASARANA JALAN

Kebijakan pembangunan baru prasarana jalan pada Kawasan Transmigrasi


didukung oleh peraturan perundang-undangan terkait, sebagaimana diuraikan
pada Sub-Bab 5.4. Kebijakan Peningkatan Prasarana Jalan.

6.5. MEKANISME DAN PROSEDUR PEMBANGUNAN BARU PRASARANA


JALAN

Mekanisme dan Prosedur Pembangunan Baru Prasarana Jalan di Kawasan


Transmigrasi dilakukan dengan cara dan tahapan yang sama dngan yang
disajikan pada Sub-Bab 5.5. Mekanisme dan Prosedur Peningkatan Jalan.

6.6. PELAKSANA DAN METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN BARU


PRASARANA JALAN

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 25
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pelaksana dan Metode Pelaksanaan Pembangunan Baru Prasarana Jalan


dilakukan dengan cara yang sama dengan yang diuraikan pada Sub-Bab 5.9.
Pelaksana dan Metode Pelaksanaan Peningkatan Prasarana Jalan.

6.7. PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BARU PRASARANA JALAN

Pengendalian dan Pembangunan Baru Prasarana Jalan dilakukan dengan cara


yang sama dengan yang diuraikan pada Sub-Bab 5.10. Pengendalian
Peningkatan Prasarana Jalan.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 6 - 26
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi -Tahun 2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------

Bab 7
Penutup
Petunjuk Teknis Pengembangan Prasarana Jalan di Kawasan
Transmigrasi ini disusun sebagai acuan bagi semua Aparat di tingkat
Pusat, Provinsi dan Kabupaten / Kota serta Petugas Lapangan,
Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Perencana maupun Konsultan
Supervisi dalam melakukan proses pelaksanaan Pengembangan
Prasarana Jalan di Kawasan Transmigrasi, yang meliputi Kegiatan
Pemeliharaan, Rehabilitasi, Peningkatan dan Pembangunan Baru
Prasarana Jalan. Dengan mengikuti ketentuan dan aturan yang
dituangkan dalam Petunjuk Teknis ini, diharapkan pekerjaan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan jadwal dan rencana kerja serta
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.

4Direktorat Pembangunan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (PPSPKT), Ditjen PKTrans. 7-1

Anda mungkin juga menyukai