i
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Pendahuluan.
Mencermati dan memahami isi dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), maka setiap Pemerintah
Provinsi, Kabupaten, dan Kota “WAJIB” menyusun dokumen-dokumen lingkungan
hidup. Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa tahapan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meliputi Perencanaan,
Pemanfaatan, Pengendalian, Pemeliharaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum.
Pada tahap PERENCANAAN, setiap daerah harus melakukan kegiatan Inventarisasi
Lingkungan (Profil Lingkungan Hidup), penyusunan Ekoregion dan penyusunan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH). Selanjutnya
pada tahap PENGENDALIAN lingkungan hidup, dinyatakan bahwa untuk dapat
mengendalikan lingkungan hidup dengan baik, maka setiap daerah harus menyusun
dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
Maksud dan tujuan dari kegiatan penyusunan KLHS RPJM Provinsi Sulawesi Barat
adalah: a. Memastikan adanya integrasi aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi
dalam proses penyusunan kebijakan, rencana, dan/atau program RPJMD Provinsi
Sulawesi Barat; b. Menfasilitasi dan menjadi media proses belajar bersama antar
pelaku pembangunan, agar memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program; c. Menemukan segala peluang dan resiko, dikaji dan
dibandingkan untuk menentukan opsi-opsi alternatif pembangunan yang masih
terbuka untuk didiskusikan; d. Memberikan kontribusi bagi pemantapan konteks
kepentingan pembangunan yang lebih tepat untuk merumuskan sejumlah proposal
pembangunan masa depan.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan KLHS RPJMD Provinsi Sulawesi
Barat adalah dapat memberikan pengkajian/penilaian terhadap Kebijakan, Rencana
dan Program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan
hidup, dan dapat digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan program pengelolaan
kawasan perkotaan yang direncanakan.
Keluaran dari kegiatan adalah sebuah dokumen KLHS yang akan memuat
seperangkat kegiatan kunci perencanaan, yang dititikberatkan pada RPJMD Provinsi
Sulawesi Barat, seperti: a. Pemantapan visi untuk masa depan yang diinginkan; b.
Identifikasi isu-isu strategis dan prioritas pembangunan berkelanjutan yang
mempengaruhi dampak/risiko lingkungan hidup; c. Kaji opsi-opsi untuk menciptakan
masa depan yang diinginkan, dengan memasukkan segala peluang dan resiko ke
dalam penemukenalan seluruh opsi alternatif pembangunan; d. Fokus analisis pada
evaluasi yaitu pada implikasi lingkungan dari program pembangunan berkelanjutan;
e. Identifikasi dan kajian aksi-aksi untuk merealisasi strategi pembangunan terbaik.
ii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Hasil kajian ini merupakan payung bagi seluruh kegiatan pembangunan lintas
sektoral, lintas wilayah, lintas pemangku kepentingan dan lintas waktu, yang tentunya
dapat dijadikan sebagai kerangka dasar dalam implementasi dari visi, misi, sasaran
dan program yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Barat. Pada saat ini, dokumen RPJMD Provinsi
Sulawesi Barat telah mendapat persetujuan dan dalam proses evaluasi akhir
sebelum ditetapkan sebagai Peraturan Daerah. Sehingga, hasil dari KLHS ini
diharapkan sebagai pemberi rekomendasi dan alternatif dalam implementasi agar
program pembangunan yang telah menjadi visi dan misi dalam RPJMD dapat
berkelanjutan khususnya dalam menentukan wilayah-wilayah yang dapat
dikembangkan dan tidak dapat dikembangkan secara spasial (keruangan).
Kondisi Topografi. Provinsi Sulawesi Barat memiliki kondisi topografi yang sangat
bervariasi mulai dari kondisi pesisir, dataran rendah, perbukitan, daerah dataran
tinggi sampai pada daerah pegunungan. Daerah pesisir dapat ditemukan disemua
kabupaten yang ada di provinsi Sulawesi Barat kecuali Kabupaten Mamasa yang
tidak berbatasan langsung dengan laut. Sementara itu, Kabupaten Pasangkayu
memiliki topografi dari daerah pesisir hanya sampai pada daerah yang agak berbukit.
Sedangkan untuk Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar, Majene dan Mamuju
Tengah memiliki kondisi topografi yang lengkap dari wilayah pesisir hingga daerah
pegunungan. Wilayah dengan kondisi topografi yang datar dapat dijumpai di
sebagian besar Kabupaten Polewali Mandar dan Pasangkayu sedangkan Mamuju,
Majene dan Mamasa adalah berbukit sampai bergunung. Sulawesi Barat juga
merupakan daerah pegunungan sehingga memiliki banyak aliran sungai yang cukup
besar dan berpotensi untuk dikembangkan. Satuan pegunungan menempati wilayah
paling luas yaitu sekitar 70 persen dari total luas wilayah dan umumnya menempati
bagian tengah ke timur dengan bentuk memanjang utara-selatan, lembah-lembah
yang terbentuk merupakan wilayah yang curam.
Kondisi Geologi. Pada bagian timur wilayah Sulawesi barat disusun oleh batuan
terobosan batolit granit (Tmpi) dengan penyebaran yang cukup luas menerobos
semua satuan yang lebih tua (mendominasi bagian utara timur laut atau daerah
Mamasa). Batuan ini terdiri dari granitik, diorit, riolit dan setempat gabro. Batuan
terobosan berbentuk batolit ini diduga berumur Pliosen. Kearah tenggara wilayah
Mamasa, batuannya didominasi oleh batuan epiklastik gunungapi Formasi Loka
(Tml). Formasi ini terdiri atas batupasir andesitan, konglomerat, breksi dan batu
lanau. Batuan ini mempunyai umur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Pada bagian
tengah ditempati oleh batuan gunung api Walimbong (Tmpv) yang terdiri atas lava
dan breksi. Penyebaran batuan ini cukup luas dan menyebar hingga ke arah
tenggara. Batuan ini diduga berumur Mio-Pliosen. Diwilayah Mamuju jumpai batuan
Tufa Barupu (Qbt) yang terdiri dari tufa dan lava, yang diduga berumur Pliosen.
Bagian barat wilayah Sulawesi barat pada umumnya di susun oleh endapan
sedimenter dimana di wilayah mamuju tersingkap Formasi Budongbudong (Qb) yang
terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung dan batugamping koral (Ql).
Endapan termuda di Lembar ini adalah endapan kipas aluvium (Qt) dan aluvium (Qa)
terdiri dari endapan- endapan sungai, pantai dan antar gunung. Sedangkan wilayah
Majene dan Polewali Mandar tersusun dari batuan sedimen dari Formasi Mandar.
Batuan tersebut terdiri atas batupasir, batu lanau dan serpih serta lensis batubara.
Hasil penanggalan menunjukkan bahwa umur formasi ini Miosen Akhir. Selain
Formasi Mandar (Mamuju), pada bagian barat juga ditemukan batuan sedimen
klastik lainnya (Formasi Mapi/Tmpm) yang tersusun oleh batu pasir, batu lempung,
batu gamping pasiran dan konglomerat.
Proses tertonik yang pernah terjadi wilayah Sulawesi Barat menyebabkan pemalihan
pada kelompok batuan Kompleks Wana (TRw) dan Formasi Latimojong. Perlipatan
dan pensesaran pada batuan berumur Eosen Formasi Toraja dan batuan Berumur
iv
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
v
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
vi
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
vii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Hasil tapisan identifikasi muatan Kebijakan dan Program dengan Isu Pembangunan
Berkelanjutan Prioritas sebagaimana tabel diatas diperoleh 1 Kebijakan dan 14
Program yang beresiko terhadap lingkungan hidup yang akan dikaji lebih dalam
dengan muatan kajian analisis. Adapun muatan Kebijakan dan Program yang
dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan;
2. Kebijakan Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian
daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan; 3. Program
Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan; 4. Program Pengembangan,
Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral; 5. Program
pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara; 6.
Program Pengembangan Perumahan; 7. Program Pengembangan Wilayah Strategis
dan Cepat Tumbuh; 8. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan; 9. Program
Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi; 10. Program
Pengembangan Kawasan Transmigrasi; 11. Program Pengembangan sentra-sentra
industri potensial; 12. Program Pengembangan Industri Pariwisata; 13. Program
Pengembangan Perikanan Budidaya; 14. Program Pengembangan Perikanan
Tangkap; 15 Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air
Tawar.
ix
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
x
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
pada ekosistem hutan dan/atau wilayah- wilayah rentan longsor akibat pembukaan
lahan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur di wilayah perbatasan (jalan,
jembatan, dsb).
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Pembangunan
sarana transportasi laut berpotensi untuk menimbulkan dampak kebisingan,
masuknya bahan cemar yang dibuang oleh fasilitas pelabuhan dan kapal-kapal yang
pergi dan datang. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi
Energi dan Sumber Daya Mineral - Tercemarnya limbah B3 pada sumber pangan
perikanan darat dan laut jika dilakukan pada beberapa kabupaten wilayah pesisir
pantai prov. Sulbar - Pembangunaan ekploitasi sumber daya tambang dan PLTA
sekala besar akan membutuhkan daerah galian dan daerah genangan/ pool sebelum
air dialirkan ke dalam turbin. Clearing area harus diperhatikan dengan baik. Risiko
lain adalah apabila tailings tidak dikelola dengan baik.
Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara -
Meluasnya Jangkauan Penetapan Kawasan Tambang apabila tidak ada sistem
pengaturan yang ketat. Program Pengembangan Perumahan - Pengembangan
kawasan perumahan perlu memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap
bencana alam sehingga pembangunan yang dilakukan tidak berdampak dan
berisiko. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan - Dampak risiko pada
Lingkungan hidup hanya akan signifikan apabila lokasi pengembangannya
berdekatan dengan ekosistem pesisir sensitive seperti terumbu karang dan
mangrove. Sumber-sumber tekanan pada ekosistem adalah berasal dari aktifitas
kapal-kapal penangkap ikan yang hilir-mudik pada pelabuhan perikanan.
Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi -
Pengembangan kawasan permukiman dan transmigrasi perlu memperhatikan
kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana alam sehingga pembangunan
yang dilakukan tidak berdampak dan berisiko. Program Pengembangan Kawasan
Transmigrasi - Pengembangan kawasan permukiman dan transmigrasi perlu
memperhatikan kawasan-kawasan yang rentan terhadap bencana alam sehingga
pembangunan yang dilakukan tidak berdampak dan berisiko. Program
Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Menghindari kawasan banjir dan
longsor dan perlu memiliki pembuangan limbah khusus - Potensi dampak kawasan
agroindustri skala besar dan industri pengolahan hasil perikanan terutama pada
limbah cair yang dibuang ke sungai atau wilayah pesisir dan tekanan terhadap
sumberdaya yang dimanfaatkan untuk kebutuhan industri yang dikembangkan.
Program Pengembangan Industri Pariwisata - Menghindari kawasan banjir dan
longsor dan perlu memiliki pembungan limbah khusus - Risiko dampak yang dapat
ditimbulkan adalah yang berasal dari sampah pengunjung dan aktifitas pengunjung
lokasi wisata. Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Risiko dampak yang
dapat terjadi adalah clearing hutan/ daerah bervegetasi dan limbah yang dihasilkan
dari aktifitas budidaya. Program Pengembangan Perikanan Tangkap - Alat tangkap
xi
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xiii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xiv
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xv
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
pada perubahan iklim dapat dikatakan kecil. Potensi dampak terutama pada proses
land clearing yang mengorbankan hutan bakau atau vegetasi daratan lainnya, yang
mengakibatkan menurunnya daya serap karbon.
Keanekaragaman Hayati. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan - Dampak
terhadap keanekaragaman hayati harus menjadi pertimbangan utama dalam
pembukaan wilayah-wilayah perbatasan untuk kepentingan pengembangan
permukiman dan aktivitas-aktvitas pembangunan ekonomi lainnya. Program
Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Menghindari kawasan
dengan jasa ekosistem tinggi dan sangat tinggi, serta kawasan hutan lindung di
semua Kecamatan pesisir. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi
Potensi Energi dan Sumber Daya Mineral - Mempengaruhi SDA genetic - Limbah
penambangan logam dan air buangan pembangkit listrik (PLTU). Program
Pengembangan Pelabuhan Perikanan - Dampak terhadap keragaman hayati hanya
akan timbul apabila lokasi pengembangan secara langsung berada atau sangat
dekat dengan ekosistem atribut wilayah pesisir (terumbu karang, padang lamun dan
mangrove). Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Implementasi
program ini perlu menghindari indikasi jasa ekosistem habitat tinggi - Bila kondisi
cemar tidak dikendalikan demikian juga dengan aktifitas penangkapan yang tidak
dikendalikan dengan baik, maka dampak buruk seperti menghilangnya spesies-
spesies local akan terjadi (species shifting).
Program Pengembangan Industri Pariwisata - Khusus pengembangan wisata bahari
dengan memperhatikan ekosistem pesisir, kawasan konservasi pesisir dan pulau-
pulau kecil. Wisata darat memperhatikan kawasan suaka marga satwa dan lindung -
Apabila ekosistem terumbu karang rusak, maka dampaknya adalah pada hewan-
hewan symbiont atau yang menjadikan ekosistem terumbu karang sebagai niche.
Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Potensi penyebab utama
menurunnya kehati adalah pembukaan lahan budidaya baru yang umumnya
berasosiasi dengan hutan bakau (mangrove). Penggunaan pestisida juga akan
menyebabkan dampak tersendiri bagi organisme renik di sekitar lokasi buangan air
limbah (out let). Program Pengembangan Perikanan Tangkap - Keanekaragaman
hayati mulai terganggu akibat alat tangkap tidak ramah lingkungan (trawl dan
sejenisnya) dan penggunaan bahan bius dan peledak yang membunuh seluruh
organisme, termasuk nontarget penangkapan demikian juga dengan masalah ukuran
mata jarring. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air
Tawar - Keanekaragaman hayati dapat terpengaruh (terkena dampak) dalam konteks
penumpukan limbah berkepanjangan yang menyebabkan kondisi hipoksia atau
bahkan anoksia (tanpa oksigen). Daerah hipoksia umumnya sdh sangat rendah
kehati-nya, lebih-lebih pada kondisi anoksia.
6. Perumusan Alternatif
xvii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Hutan Lindung Kec. Kalukku (34,88 ha), Kec. Papalang (88,92 ha), Kec. Sapanga
(35,5 ha), Kec. Karossa (61,1 ha), Kec. Pangale (122 ha), Kec. Baras (48,1 ha), Kec.
Lariang (34,5 ha), Kec. Pasangkayu (54,6 ha), Kec. Pedonga (14,8 ha), Kec. Tikke
Raya (152,75 ha). 2). Kawasan Hutan Produksi Konversi Kec. Tikke Raya (52,7 ha),
Kec. Pedonga (19,9 ha). 3). Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kec. Karossa (9,13
ha), Kec. Topoyo (18,6 ha). 4). Kawasan Perikanan Kec. Bambalomotu (1,38 ha),
Kec. Dapurang (38 ha), Kec. Lariang (34,7 ha), Kec. Pasangkayu (45,58 ha). 5).
Wilayah Perairan Kec. Sapanga (26,7 ha), Kec. Pangale (33,25 ha), Kec. Baras (4,8
ha), Mewujudkan pendefinisian batas-batas Blok Migas dengan ketentuan batasan
akses wilyah daratan yang dipersyaratkan sesuai dengan pertimbangan jasa
ekosistem dan D3TLH - Karena penambangan logam dan pembangunan pembangkit
listrik akan membutuhkan lahan, maka harus benar-benar diperhatikan lokasi dengan
potensi Kehati dan Jasa ekosistem tinggi.
Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan batubara -
Berdasarkan data progres implementasi 5 sasaran rencana aksi koordinasi dan
supervisi mineral dan batubara terdapat permasalahan yaitu 1). Sebagian besar
perizinan komoditas batuan langsung IUP Operasi Produksi, tidak melalui WIUP &
IUP Eksplorasi sehingga tidak ada Biaya Pencadangan Wilayah dan Jaminan
Kesungguhan. 2). Masih ada pemegang IUP komoditas Mineral dan Batubara belum
melaksanakan kewajiban -kewajibannya. 3) Kurangnya pemahaman Teknis Aparat
Kabupaten terhadap rencana aksi Kordinasi dan supervisi akibat perubahan UU
terkait kewenangan. Dari permasalahan tersebut maka pemerintah provinsi ataupun
kabupaten perlu mengutamakan peningkatan kapasitas pengawas agar terciptanya
pemantauan yang berkeadilan dan bertanggung jawab - Sebagian besar pemegang
IUP kurang mengetahui metode pelaporan produksi sesuai dengan format laporan
yang baku maka dari itu Pemerintah provinsi perlu melakukan pembinaan dan
bimbingan teknis kepada pemegang IUP kiranya pemantauan/pemeriksaan dapat
berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
Program Pengembangan Perumahan - Ada beberapa wilayah yang belum begitu
padat untuk pemukiman yakni Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang (86,66 Ha), Kec.
Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab. Mamuju: Tengah
yakni Kec. Pangale, (36,23 Ha), Kec. Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene:
Kec.Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha dan Kec. Malunda 86, 39 Ha. Daerah
tersebut cukup baik untuk dijadikan sebagai wilayah pengembangan pemukiman,
sehingga dapat menjadi tempat alternatif transmigrasi. KRP Program
Pengembangan Pelabuhan Perikanan - Keberadaan ekosistem atribut wilayah
pesisir jelas menjadikan bukan lokasi untuk pembangunan Pelabuhan Perikanan.
Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi - Terdapat
daerah potensial yang dapat menjadi objek pembangunan pemukiman, yakni wilayah
yang belum begitu padat pemukiman antara lain Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang
(86,66 Ha), Kec. Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab.
Mamuju: Tengah yakni Kec. Pangale, (36,23 Ha), Kec. Budong-Budong 94,88 Ha.
xviii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Kab. Majene: Kec. Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha dan Kec. Malunda
86,39 Ha. Daerah tersebut dapat menjadi prioritas pengembangan pemukiman,
sehingga dapat menjadi tempat alternative daerah transmigrasi. KRP Program
Pengembangan Kawasan Transmigrasi - Ada beberapa wilayah yang belum begitu
padat untuk pemukiman yakni Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang (86,66 Ha), Kec.
Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab.Mamuju: Tengah yakni
Kec.Pangale, (36,23 Ha), Kec. Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene: Kec.Tuno
Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha & Kec. Malunda 86, 39 Ha. Daerah tersebut
cukup baik untuk dijadikan sebagai wilayah pengembangan pemukiman, sehingga
dapat menjadi tempat alternatif transmigrasi. Program Pengembangan sentra-sentra
industri potensial - Limbah kawasan agroindustry sekala besar dan industry
pengolahan hasil perikanan harus diolah dengan melengkapi industry-industri
dengan instalasi pengolahan limbah yang baik.
Program Pengembangan Industri Pariwisata - Daya Tarik sebagai destinasi
pariwisata laut adalah tingginya keanekaragaman hayati ekosistem pesisir (lamun,
terumbu karang dan mangrove). Harus ada aturan tegas tentang jumlah wisatawan
maksimum dan harus ada musim tutup kawasan untuk dapat memulihkan diri
(recovery time). Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Ada 2 teknologi
budidaya yang dapat diterapkan: semi intensif atau supra intensif dengan system
pengolahan air limbah yang baik. Program Pengembangan Perikanan Tangkap -
Zona tangkap sebaiknya pada wilayah laut dengan kedalaman di atas 150 m.
Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar -
Pengembangan kawasan budidaya (site selection) harus mempertimbangkan kondisi
awal lokasi pengembangan. Tidak mengorbankan eksisting ekosistem pada tingkat
parah.
7. Rekomendasi Perbaikan
ha), Kec. Bulu Taba (1.105,19 ha), Kec. Dapurang (6.820,42 ha), Kec. Duripoku
(1.959,31 ha), Kec. Karossa (7.906,84 ha), Kec. Lariang (976,55 ha), Kec. Pangale
(506,68 ha), Kec. Sarudu (3.126,16 ha), Kec. Tikke raya (1.700,26 ha), Kec. Tobadak
(8.002,32 ha), Kec. Tommo (900,19 ha), Kec. Topoyo (111,83 ha) Total Keseluruhan
45.008,75 ha - Pembangunan infrastruktur sebaiknya diarahkan ke wilayah-wilayah
yang minim infrstruktur. Sebagai tambahan, Kab. Polman dan Pasangkayu
merupakan daerah yang telah memiliki infrastruktur yang cukup memadai
dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur
perlu diprioritaskan di kabupaten lainnya, Pengembangan infrastruktur juga perlu
memperhatikan wilayah-wilayah yang memiliki daya dukung pangan dan air tinggi,
dimana kecamatan-kecamatan yang memiliki luasan cukup tinggi seperti yang
disajikan pada kajian daya dukung dan daya tampung perlu dipertimbangkan ketika
akan dimanfaatkan karena akan menurunkan daya dukung wilayah. Rencana-
rencana jalan yang melintasi kawasan dengan tingkat bencana tinggi dan berada
pada status kawasan hutan lindung perlu dipindahkan lokasinya, pemindahan lokasi
rencana perlu ditindaklanjuti pada kajian spasial perencanaan tata ruang.
Program Pengembangan Wilayah Perbatasan - Ada 3 wilayah yang dapat menjadi
rekomendasi pengembangan wilayah perbatasan di Sulbar yakni Kab.Mamasa dan
Kab. Pasangkayu serta Kab. Polman. Ketiga wilayah tersebut menjadi pintu gerbang
penguatan daerah tertinggal dan aksesibilitas Sulbar dengan provinsi tetangga.
Utamanya, dalam memperbaiki akses pendidikan di kawasan pinggiran -
Mempersiapkan paket-paket teknologi yang sesuai dan ramah lingkungan dalam
program-program pengembangan wilayah perbatasan yang wajib diawasi secara
ketat oleh para pemangki kepentingan di wilayah-wilayah yang saling berbatasan.
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan - Perwujudan
pembangunan infrastruktur transportasi laut harus memperhatikan kondisi ekosistem
pesisir pada wilayah-wilayah yang dapat dikembangkan. Dimana untuk
pembangunan infrastruktur transportasi laut berdasarkan RZWP3K secara spasial
diakomodir di Kecamatan Binuang, Balanipa, Tinambung (Kabupaten Polewali
Mandar); Kecamatan Banggae, Pamboang, Sendana, Malunda (Kabupaten Majene);
Kecamatan Mamuju, Kecamatan Kalukku, Kecamatan Sampaga (Kabupaten
Mamuju); Kecamatan Pangale, Budong-Budong (Kabupaten Mamuju Tengah);
Kecamatan Sarudu, Pasangkayu (Kabupaten Pasangkayu), sehingga jika
pengembangan tidak berdasarkan arahan dalam RZWP3K akan mempengaruhi
zona peruntukan lainnya dimana hampir seluru wilayah perairan di Provinsi Sulawesi
Barat diperuntukann untuk zona penangkapan ikan pelagis dan terdapat beberapa
wilayah yang merupakan zona inti kawasan konservasi pesisir dan perairan (KKP)
seperti di pesisir Kecamatan Binuang, Campalagian (Kabupaten Polewali Mandar);
Kecamatan Sendana (Kabupaten Majene); Kecamatan Daapurang (Kabupaten
Pasangkayu) - Untuk mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih efektif dan
tepat sasaran, sebaiknya arah pengembanganya diarahkan ke daerah yang
ketersediaan infrastrkturnya lebih rendah, tentunya daerah tersebut sebaiknya
dikembangkan diluar Kab. Polman dan Pasangkayu, sebab wilayah tersebut
dianggap telah memiliki infrastruktur yang relatif memadai dibandingkan dengan
daerah lainnya.
xx
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xxi
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
air tinggi, dimana kecamatan-kecamatan yang memiliki luasan cukup tinggi seperti
yang disajikan pada kajian daya dukung dan daya tampung perlu dipertimbangkan
ketika akan dimanfaatkan karena akan menurunkan daya dukung wilayah.
Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial - Pengembangan komoditi
pangan khusus perikanan, pertanian, perkebunan misalnya industri skala menengah,
skala rumah tangga - Pengembangan Kawasan agroidustri sekala besar dan industry
pengolahan hasil perikanan harus memprhatikan ekosistem-ekosistem periaran yang
akan menjadi lokasi pembuangan air limbah yang dihasilkan.
Program Pengembangan Industri Pariwisata - Pengembangan industri pariwisata
dengan pelibatan masyarakat sekitar kawasan secara berkelanjutan. Implementasi
dapat difokuskan pada Kec. Sarudu, dan Tinambung - Harus mengikuti arahan
RZWP dan Good Management Practice kawsan wisata bahari, dimana untuk
pengembangan wisata bahari dapat diarahakan pada zona wisata bentang alam laut
dan zona wisata alam bawah laut. Alokasi ruang untuk wisata alam bawah laut
terdapat di perairan kecamatan Binuang, Kepulauan Bala-Balakang, Mamuju (Pulau
Karampuang); Alokasi ruang untuk wisata alam bentang laut terdapat di perairan
Kecamatan Tammeroddo, Tubu, Banggae Timur, Banggae, Simboro, Kalukku,
Lariang, Tikke Raya, dan Mamuju; dan alokasi ruang untuk wisata alam pantai
terdapat di perairan Kecamatan Binuang Campalagian, Matakali, Mapilli, Balanipa,
Banggae Timur, Pamboang, Sendana, Tapalang Barat, Kepulauan Bala-Balakang,
Pangale, Budong-Budong, Topoyo, Sarudu, Baras, Pedongga, Pasangkayu, dan
Bambaira. Alokasi ruang untuk wisata kuliner terdapat di Kecamatan Sendana.
Program Pengembangan Perikanan Budidaya - Menghindari pembukaan lahan baru
(ekstensifikasi) di kawasan mangrove sebagai upaya preventif terhadap
kemungkinan terganggunya keanekaragaman hayati yang dikandung oleh
mangrove. Sebaiknya pengembangan perikanan budidaya mengikuti arahan zonasi
budidaya perikanan yang telah ditetapkan didalam RTRW dan RZWP3K. Dimana
didalam pola ruang RTRW diatur kawasan perikanan dan tambak yang meliputi
Kecamatan Bambaira, Bambalamotu, Baras, Dapurang, Karossa, Lariang,
Pasangkayu, Sarjo, Sarudu, Banggae Timur, Binuang, Campalagian, Kalukku,
Mamuju, Mapilli, Pamboang, Pangale, Papalang, Pedongga, Polewali, Sampaga,
Tikke Raya, Tinambung dan Wonomulyo. Dan untuk perikanan budidaya laut yang
diatur dalam RZWP3K meliputi Bambalamotu, Binuang, Budong-Budong, Kaluku,
Karossa, Mamuju, Pamboang, Pulau Karampuang, Polewali, Sarjo, Bambaira,
Sarudu, Baras, Ulumanda, Malunda dan Tapalang.
Program Pengembangan Perikanan Tangkap - Trawl dapat diberikan izin untuk
kapal-kapal bertonase di atas 15 GT pada kedalaman di atas 300 m. Ukuran mata
jarring sebaiknya diberlakukan untuk penangkapan ikan di laut dangkal (littoral zone),
dengan ukuran minimal 9 cm.
Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air Tawar -
Pemilihan kawasan budidaya (laut, payau atau tawar) harus memperhatikan faktor-
xxii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
faktor: kecepatan arus, gelombang, jenis substrat sedimen, kelandaian lahan dan
sumber air bersih sebagai bahan baku kegiatan budadaya. Sebaiknya
pengembangan perikanan budidaya mengikuti arahan zonasi budidaya perikanan
yang telah ditetapkan didalam RTRW dan RZWP3K. Dimana didalam pola ruang
RTRW diatur kawasan perikanan dan tambak yang meliputi Kecamatan Bambaira,
Bambalamotu, Baras, Dapurang, Karossa, Lariang, Pasangkayu, Sarjo, Sarudu,
Banggae Timur, Binuang, Campalagian, Kalukku, Mamuju, Mapilli, Pamboang,
Pangale, Papalang, Pedongga, Polewali, Sampaga, Tikke Raya, Tinambung dan
Wonomulyo. Dan untuk perikanan budidaya laut yang diatur dalam RZWP3K meliputi
Bambalamotu, Binuang, Budong-Budong, Kaluku, Karossa, Mamuju, Pamboang,
Pulau Karampuang, Polewali, Sarjo, Bambaira, Sarudu, Baras, Ulumanda, Malunda
dan Tapalang.
8. Integrasi Rekomendasi
xxiii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xxv
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xxvi
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan perkenan-Nya,
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat telah selesai menyusun dokumen Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). KLHS disusun dalam rangka melaksanakan Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang mengamanatkan pemerintah daerah membuat Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) dengan tujuan untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program (KRP) yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.
Proses penyusunan KLHS ini, menggunakan tahapan pelaksanaan yang telah
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis. Pelaksanaan KLHS melalui
beberapa tahapan yang meliputi identifikasi isu pembangunan berkelanjutan,
pengkajian muatan KRP yang berdampak risiko lingkungan hidup, penyusunan
alternatif dan rekomendasi serta tahap penjaminan kualitas. Disamping itu
penyusunan KLHS yang bersifat partisipatif juga mendukung pengembangan
kapasitas para perencana pembangunan di Provinsi Sulawesi Barat dan para pihak
yang terkait.
Kajian lingkungan hidup strategis adalah untuk mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan, rencana dan program. Posisi KLHS
berada pada relung pengambilan keputusan dan manfaatnya bersifat khusus bagi
rencana tata ruang. KLHS dapat memperkaya proses penyusunan dan evaluasi
keputusan, serta dapat pula sebagai alternatif dan rekomendasi kebijakan sehingga
menjamin terwujudnya pembangunan berkelanjutan daerah yang berdasarkan pada
prinsip keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat dalam kesempatan ini
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh tim yang terlibat
khususnya kepada tim Kelompok Kerja (POKJA) dan tim narasumber dari Center of
Excellences-Smart Land Use Management (CoE-SALUT) Universitas Hasanuddin
atas fasilitasi dan kerjasamanya dalam proses penyusunan dokumen KLHS RPJMD
ini. Akhirnya, Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat menyadari bahwa
dokumen KLHS yang ada saat ini masih membuka ruang masukan dan saran yang
positif bagi berbagai pihak untuk implementasi kebijakan, rencana dan/atau program
yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Sulawesi Barat dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan.
Mamuju, Januari 2018
xxvii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
KATA PENGANTAR xxvii
DAFTAR ISI xxviii
DAFTAR TABEL xxxvii
DAFTAR GAMBAR xxvii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Dasar Hukum dan Kebijakan ................................................................ 5
1.3. Maksud, Tujuan dan Sasaran ............................................................... 6
1.4. Keluaran ............................................................................................... 7
1.5. Manfaat ................................................................................................ 8
1.6. Ruang Lingkup ..................................................................................... 9
1.6.1. Lingkup Wilayah Kajian .................................................................. 9
1.6.2. Lingkup Materi Kajian ..................................................................... 9
1.7. Pendekatan dan Metodologi ................................................................. 9
1.7.1. Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan ...... 10
1.7.2. Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang Berpotensi
Menimbulkan Pengaruh terhadap Kondisi Lingkungan Hidup
dan Pembangunan Berkelanjutan ................................................ 14
1.7.3. Pengaruh Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang
Berpotensi Menimbulkan Pengaruh terhadap Kondisi
Lingkungan Hidup ........................................................................ 15
1.7.4. Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana
dan/atau Program ........................................................................ 18
1.7.5. Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan
Keputusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang
Mengintegrasikan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan .............. 19
1.7.6. Integrasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis ke dalam Kebijakan,
Rencana dan/atau Program (Penjaminan Kualitas) ...................... 20
1.8. Tahap Penyelenggaraan KLHS .......................................................... 22
1.9. Sistematika Pembahasan ................................................................... 23
xxviii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xxix
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pengaruh KLHS pada Berbagai Tipe Rencana Tata Ruang 2
Tabel 1.2. Contoh Matriks Teknik Scoring dan Pembobotan untuk Membantu
Pelingkupan Isu Prioritas 13
Tabel 1.3. Matriks Sintesa Hasil Identifikasi Isu Prioritas dengan Identifikasi
Muatan Materi KRP yang diperkirakan Menimbulkan
Dampak/Resiko Lingkungan Hidup 15
Tabel 1.4. Penjelasan Muatan Kajian KLHS 16
Tabel 1.5. Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana
dan/atau Program 19
Tabel 2.1 Luas dan Jarak ke Ibukota Menurut Kabupaten
Provinsi Sulawesi Barat 26
Tabel 2.2 Jumlah Kecamatan, Desa, Kelurahan dan Unit Pemukiman
transmigrasi Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Barat 22
Tabel 2.3 Jumlah Gunung dan nama Gunung tertinggi Menurut Kabupaten
Provinsi Sulawesi Barat 28
Tabel 2.4 Rata-Rata Suhu dan Kelembapan Udara Menurut Bulan Provinsi
Sulawesi Barat 36
Tabel 2.5 Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran
Menurut Bulan Provinsi Sulawesi Barat 37
Tabel 2.6 Jumlah Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Menurut Bulan
Provinsi Sulawesi Barat 37
Tabel 2.7 Rata Uraian Kondisi Iklim Provinsi Sulawesi Barat 38
Tabel 2.8 Kejadian Bencana Tahun 2015 di Provinsi Sulawesi Barat 39
Tabel 2.9 Jumlah Penduduk dari Tahun 2013 Sampai Tahun 2016 Menurut
Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 42
Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk dan Distribusi Penduduk Menurut kabupaten
Provinsi Sulawesi Barat 43
Tabel 2.11 Jumlah penduduk dan Rasio Menurut Jenis kelamin
Provinsi Sulawesi barat 43
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Provinsi Sulawesi Barat 44
Tabel 2.13 Jumlah Rumah Tangga Menurut Kabupaten
provinsi Sulawesi Barat 45
Tabel 2.1. Garis kemiskinan dan Angka Kemiskinan Tahun 2010-2016
Provinsi Sulawesi Barat 46
Tabel 2.14 Jumlah Sekolah, Murid, guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 63
Tabel 2.15 Angka Kemiskinan (Ribuan) Tahun 2011-2016 Menurut Kabupaten
Provinsi Sulawesi Barat 47
Tabel 2.16 Jumlah Sekolah, Murid, guru, dan Rasio Murid-Guru Madrasah
Stanawiyah (MTs) Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 47
Tabel 2.17 Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Sekolah Provinsi Sulawesi Barat 48
xxx
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 2.18 Partisipasi Sekolah Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Sekolah Provinsi Sulawesi Barat 49
Tabel 2.19 Jumlah Bayi Lahir dan Gizi Buruk Menurut Kabupaten
Provinsi Sulawesi Barat 50
Tabel 2.20 Jumlah Penyakit menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 50
Tabel 2.21 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2011-2016 Menurut
Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 51
Tabel 2.22 Angka Harapan Hidup Tahun 2011-2016 Menurut
Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat 52
Tabel 2.23 Jumlah Angka Partisipasi Kerja dan Pengangguran Menurut
Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat 53
Tabel 2.24 Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011-2016 54
Tabel 2.25 Persentase Kontribusi PDRB Kabupaten Terhadap Total
PDRB Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2015 54
Tabel 2.26 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten Tahun 2015 dan 2016
Provinsi Sulawesi Barat 55
Tabel 2.27 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Menurut Lapangan usaha
Provinsi Sulawesi Barat 56
Tabel 2.28 Pendapatan Perkapita Menurut Kabupaten tahun 2015
Provinsi Sulawesi Barat 57
Tabel 2.29 Luas Kawasan Hutan dan Perairan (hektar) Menurut Kabupaten
Provinsi Sulawesi Barat 60
Tabel 2.30 Luas Lahan Kritis Pada Kawasan Hutan Menurut Kabupaten
Provinsi Sulawesi Barat 60
Tabel 3.1 Identifikasi Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Sulawesi Barat 63
Tabel 3.2 Pemusatan Isu-Isu Pembangunan Berkelanjutan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat 67
Tabel 3.3 Skoring dan Pembobotan Pelingkupan Isu Prioritas Kajian
Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat 73
Tabel 3.4 Rangking Isu Pembangunan Berkelanjutan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Sulawesi Barat 75
Tabel 4.1 Identifikasi Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
dengan Resiko Pertimbangan Dampak Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Sulawesi Barat 77
Tabel 4.2 Hasil Identifikasi Muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
dengan Resiko Pertimbangan Dampak Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Sulawesi Barat 99
xxxi
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xxxii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
xxxiii
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kedudukan KLHS dalam Kebijakan, Perencanaan dan/atau
Program (KRP) 4
Gambar 1.2 Kerangka Umum Integrasi Proses KLHS ke dalam Proses KRP 21
Gambar 2.1 Peta Adminstrasi Provinsi Sulawesi Barat 27
Gambar 2.2 Peta Topografi Provinsi Sulawesi Barat 29
Gambar 2.3 Peta Geologi Provinsi Sulawesi Barat 33
Gambar 2.4 Peta Daerah Aliran Sungai Provinsi Sulawesi Barat 35
Gambar 2.5 Peta Rawan Bencana Provinsi Sulawesi Barat 41
Gambar 2.6 Inflasi Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2016 58
Gambar 5.1 Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi 115
Gambar 5.2 Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Tinggi 118
Gambar 5.3 Peta Rawan Bencana Provinsi Sulawesi Barat 122
Gambar 5.4 Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi Sulawesi Barat 132
Gambar 5.5 Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Sulawesi Barat 135
Gambar 5.6 Peta Indeks Kerentanan Perubahan Iklim Provinsi Sulawesi Barat
(Warna Merah adalah wilayah-wilayah yang memiliki tingkat
kerentanan sangat tinggi) 139
Gambar 5.7 Peta Jasa Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara Sangat Tinggi
dan Tinggi (Warna Merah) 142
Gambar 5.8 Peta Indikatif Jasa Ekosistem Pendukung Habitat
(Keanekaragaman Hayati) Sangat Tinggi dan Tinggi 148
Gambar 7.1 Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial Provinsi Sulawesi Barat 171
Gambar 7.2 Peta Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP)
Provinsi Sulawesi Barat 174
xxxiv
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
BAB 1. PENDAHULUAN
1
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 1.1. Pengaruh KLHS pada Berbagai Tipe Rencana Tata Ruang
Tahapan Kajian Dampak Kajian Strategis
Identifikasi dan Ditujukan untuk Ditujukan untuk
Perumusan Isu menemukan akar masalah menemukan akar
dan tipologi isu-isu yang masalah dan tipologi isu-
diangkat isu yang diangkat
Identifikasi muatan Difokuskan pada Difokuskan pada konteks
KRP yang berpotensi rincian/penjabaran muatan KRP
mempengaruhi KRP
lingkungan hidup dan
pembangunan (biasanya muatan KRP (biasanya muatan KRP
berkelanjutan sudah detil) masih ditatanan ide atau
konsep)
Analisis Pengaruh Menganalisis bagaimana Menganalisis scenario
KRP menimbulkan KRP mana yang paling
dampak/risiko LH dan berkelanjutan dan tidak
pengaruhnya terhadap menyebabkan daya
daya dukung daya tamping dukung dan daya tamping
LH LH terlampaui
2
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
3
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
4
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
prioritas yang sedapat mungkin dapat menjawab tujuan dari konsep Sustainable
Development Goals (SDGs) yang tertuang dalam Perpres No. 59 tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, maka dirumuskan
suatu kegiatan “Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)”, yang di dalamnya
memuat aspek antara lain (Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2016):
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan,
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup,
c. kinerja layanan/jasa ekosistem,
d. efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam,
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim,
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Hasil kajian ini merupakan payung bagi seluruh kegiatan pembangunan lintas
sektoral, lintas wilayah, lintas pemangku kepentingan dan lintas waktu, yang tentunya
dapat dijadikan sebagai kerangka dasar dalam implementasi dari visi, misi, sasaran
dan program yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Sulawesi Barat. Pada saat ini, dokumen RPJMD Provinsi
Sulawesi Barat telah mendapat persetujuan dan dalam proses evaluasi akhir
sebelum ditetapkan sebagai Peraturan Daerah. Sehingga, hasil dari KLHS ini
diharapkan sebagai pemberi rekomendasi dan alternatif dalam implementasi agar
program pembangunan yang telah menjadi visi dan misi dalam RPJMD dapat
berkelanjutan khususnya dalam menentukan wilayah-wilayah yang dapat
dikembangkan dan tidak dapat dikembangkan secara spasial (keruangan).
5
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Maksud dan tujuan dari kegiatan penyusunan KLHS RPJM Provinsi Sulawesi
Barat adalah:
1. Memastikan adanya integrasi aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi
dalam proses penyusunan kebijakan, rencana, dan/atau program RPJMD
Provinsi Sulawesi Barat.
2. Menfasilitasi dan menjadi media proses belajar bersama antar pelaku
pembangunan, agar memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program.
3. Menemukan segala peluang dan resiko, dikaji dan dibandingkan untuk
menentukan opsi-opsi alternatif pembangunan yang masih terbuka untuk
didiskusikan.
6
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
1.4. Keluaran
Keluaran dari kegiatan adalah sebuah dokumen KLHS yang akan memuat
seperangkat kegiatan kunci perencanaan, yang dititikberatkan pada RPJMD Provinsi
Sulawesi Barat, seperti:
1. Pemantapan visi untuk masa depan yang diinginkan.
2. Identifikasi isu-isu strategis dan prioritas pembangunan berkelanjutan yang
mempengaruhi dampak/risiko lingkungan hidup.
3. Kaji opsi-opsi untuk menciptakan masa depan yang diinginkan, dengan
memasukkan segala peluang dan resiko ke dalam penemukenalan seluruh opsi
alternatif pembangunan.
4. Fokus analisis pada evaluasi yaitu pada implikasi lingkungan dari program
pembangunan berkelanjutan.
5. Identifikasi dan kajian aksi-aksi untuk merealisasi strategi pembangunan terbaik.
7
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
1.5. Manfaat
8
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Lingkup wilayah kajian meliputi seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Barat yang
meliputi 6 wilayah administrasi Kabupaten yakni Kabupaten Mamuju, Kabupaten
Pasangkayu, Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamasa
dan Kabupaten Mamuju Tengah.
9
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
10
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
11
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
12
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 1.2. Contoh Matriks Teknik Scoring dan Pembobotan untuk Membantu Pelingkupan Isu Prioritas
Kriteria Isu PB Prioritas
Hasil
Tingkat Keterkaitan
Telaah Keterkaitan KLHS dari Total
Isu PB Pentingnya antar Isu Muatan
Karakteristik dengan KRP pada Scoring
Paling Potensi PB RPPLH Keterangan
Wilayah Muatan KRP Hierarki dan
Strategis Dampak Strategis
diatasnya Bobot
20% 40% 10% 10% 10% 10%
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
ISU 1 5 0.9 3 1.2 5 0.5 1 0.1 5 0.5 4 0.4 3.6 Isu Prioritas
ISU 2 5 0.9 4 1.5 4 0.4 4 0.4 4 0.4 4 0.4 4.1 Prioritas dipilih
berdasarkan
ISU 3 5 0.9 4 1.7 4 0.4 4 0.4 5 0.5 4 0.4 4.2 Prioritas
total scoring
ISU 4 3 0.7 3 1.4 3 0.3 4 0.4 4 0.4 4 0.4 3.6 dan bobot yang
ISU 5 4 0.8 4 1.7 4 0.4 4 0.4 4 0.4 3 0.3 4.0 Prioritas tertinggi (misal
ISU 6 4 0.8 4 1.5 3 0.3 3 0.3 4 0.4 3 0.3 3.6 kesepakatan
ISU 7 3 0.7 3 1.1 3 0.3 3 0.3 4 0.4 3 0.3 3.1 kelompok kerja
ISU 8 4 0.9 4 1.7 3 0.3 3 0.3 4 0.4 3 0.3 3.9 mengambil tiga
3 isu dengan nilai
ISU 9 0.7 3 1.3 2 0.2 2 0.2 4 0.4 4 0.4 3.2 tertinggi)
ISU 10 4 0.8 4 1.5 3 0.3 3 0.3 4 0.4 3 0.3 3.6
Skala Likert:
Nilai 5 : Sangat Terkait
Nilai 4 : Terkait
Nilai 3 : Cukup Terkait
Nilai 2 : Kurang Terkait
Nilai 1 : Tidak Terkait
13
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
14
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
dampak/resiko lingkungan hidup dilakukan dengan cara seperti yang disajikan pada
Tabel 1.3 berikut.
Tabel 1.3. Matriks Sintesa Hasil Identifikasi Isu Prioritas dengan Identifikasi
Muatan Materi KRP yang diperkirakan Menimbulkan Dampak/Resiko
Lingkungan Hidup
Isu PB Prioritas Jumlah
Materi KRP Pengaruh Ringkasan
ISU 2 ISU 3 ISU 5 Negatif
2 pengaruh Perlu kajian
KRP 1 - - +
negatif muatan
1 pengaruh Tidak perlu kajian
KRP 2 0 0 -
negatif muatan
Catatan:
+ : materi muatan KRP berpengaruh positif terhadap Isu PB prioritas
0 : materi muatan KRP tidak berpengaruh terhadap Isu PB prioritas
- : materi muatan KRP berpengaruh negatif terhadap Isu PB prioritas
15
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
16
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
17
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
18
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
19
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
20
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
tata ruang, baik sebelum atau sesudah tahap persetujuan subtansi dengan syarat
KRP belum ditetapkan sebagai peraturan daerah.
Bentuk dari integrasi muatan KLHS ke dalam muatan KRP
didokumentasikan secara tertulis dengan memuat informasi tentang kelayakan
KLHS; dan/atau rekomendasi perbaikan KLHS yang telah diikuti dengan perbaikan
KRP dari produk perencanaan yang disusun. Adapun kerangka umum integrasi
proses KLHS ke dalam proses KRP disajikan pada Gambar 1.1 berikut.
Gambar 1.2 Kerangka Umum Integrasi Proses KLHS ke dalam Proses KRP
21
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
22
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini memuat Latar Belakang; Dasar Hukum dan Kebijakan; Maksud, Tujuan dan
Sasaran; Keluaran; Manfaat; Ruang Lingkup; Pendekatan dan Metodologi; Tahap
Penyelenggaraan KLHS; dan Sistematika Pembahasan.
Bab ini memuat Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
untuk Pembangunan Berkelanjutan; Perkiraan Mengenai Dampak dan Risiko
Lingkungan Hidup; Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem; Efisiensi Pemanfaatan
23
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Bab ini memuat Kajian Alternatif dari Kebijakan dan Program yang
Berdampak/Risiko Terhadap Lingkungan Hidup.
Bab ini memuat Kajian Rekomendasi dari Kebijakan dan Program yang
Berdampak/Risiko Terhadap Lingkungan Hidup.
Bab ini memuat Integrasi Hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis ke dalam
Kebijakan dan Program.
24
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Sejak awal terbentuk pada tahun 2005, Provinsi Sulawesi Barat telah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Salah satunya ditandai di bidang
pemerintahan, pada awal terbentuknya Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari
lima kabupaten. Pada tahun 2013 terjadi pemekaran yaitu Kabupaten Mamuju
Tengah dari Induk Kabupaten Mamuju, sehingga Provinsi Sulawesi Barat terdiri dari
enam wilayah kabupaten yaitu Majene, Polewali Mandar, Mamasa, Mamuju,
Mamuju Utara dan Mamuju Tengah dengan Kabupaten Mamuju sebagai ibukota
Provinsi Sulawesi Barat. Tahun 2017 berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah
Nomor 61, Kabupaten Mamuju Utara berubah nama menjadi Kabupaten
Pasangkayu. Adapun rincian luasan masing-masing Kabupaten di Provinsi
Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 2.1. dan Gambar 2.1.
25
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 2.2. Luas dan Jarak ke Ibukota Menurut Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat
Jarak
Ibukota Luas Presentase ke
No. Kabupaten
Kabupaten (km2) (%) Ibukota
(km2)
1 Majene Majene 947,84 5,56 143
2 Polemali Mandar Polewali 1.775,65 10,58 199
3 Mamasa Mamasa 3.005,88 17,91 292
4 Mamuju Mamuju 4.999,69 29,78 -
5 Pasangkayu Pasangkayu 3.043,75 18,13 279
6 Mamuju Tengah Tobadak 3.014,37 17,96 115
Sulawesi Barat 16.787,18 100,00 -
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017
26
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
27
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Wilayah dengan kondisi topografi yang datar dapat dijumpai di sebagian besar
Kabupaten Polewali Mandar dan Pasangkayu sedangkan Mamuju, Majene dan
Mamasa adalah berbukit sampai bergunung. Sulawesi Barat juga merupakan
daerah pegunungan sehingga memiliki banyak aliran sungai yang cukup besar dan
berpotensi untuk dikembangkan. Satuan pegunungan menempati wilayah paling
luas yaitu sekitar 70 persen dari total luas wilayah dan umumnya menempati bagian
tengah ke timur dengan bentuk memanjang utara-selatan, lembah-lembah yang
terbentuk merupakan wilayah yang curam. Adapun rincian kondisi topografi
disajikan pada Gambar 2.2.
Tabel 2.4. Jumlah Gunung dan nama Gunung Tertinggi Menurut Kabupaten di
Provinsi Sulawesi Barat
Nama Gunung Ketinggian Gunung
Kabupaten Jumlah Gunung
Tertinggi (mdpl)
Majene 11 Seteng 1.001
Polewali Mandar 28 tetuho 1.448
Mamasa 31 Mambuliling 2.873
Mamuju 109 Ganda Deawata 3.037
Mamuju Tengah 14 Pandabatu 2.840
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017
28
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
29
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
30
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
dan batu lempung, setempat ditemukan batu gamping dan konglomerat. Umur
formasi ini adalah Pliosene dan ditindih secara tidak selaras oleh satuan aluvial (Qa)
yang berumur holosen dan mendominasi bagian barat.
Batuan Gunung api Adang berhubungan menjemari dengan Formasi
Mamuju (Tmm) yang berumur Miosen Akhir. Formasi Mamuju terdiri atas napal,
batupasir gampingan, napal tufaan dan batugamping pasiran bersisipan tufa.
Formasi ini mempunyai Anggota Tapalang (Tmmt) yang terdiri dari batugamping
koral, batugamping bioklastik dan napal yang banyak mengandung moluska.
Formasi Lariang terdiri dari batupasir gampingan dan mikaan, batulempung,
bersisipan kalkarenit, konglomerat dan tufa. Formasi ini berumur Miosen Akhir –
Pliosen Awal.
Pada bagian timur wilayah Sulawesi Barat disusun oleh batuan terobosan
batolit granit (Tmpi) dengan penyebaran yang cukup luas menerobos semua satuan
yang lebih tua (mendominasi bagian utara timur laut atau daerah Mamasa). Batuan
ini terdiri dari granitik, diorit, riolit dan setempat gabro. Batuan terobosan berbentuk
batolit ini diduga berumur Pliosen. Kearah tenggara wilayah Mamasa, batuannya
didominasi oleh batuan epiklastik gunungapi Formasi Loka (Tml). Formasi ini terdiri
atas batupasir andesitan, konglomerat, breksi dan batu lanau. Batuan ini
mempunyai umur Miosen Tengah – Miosen Akhir. Pada bagian tengah ditempati
oleh batuan gunung api Walimbong (Tmpv) yang terdiri atas lava dan breksi.
Penyebaran batuan ini cukup luas dan menyebar hingga ke arah tenggara. Batuan
ini diduga berumur Mio-Pliosen. Di wilayah Mamuju terdapat batuan Tufa Barupu
(Qbt) yang terdiri dari tufa dan lava yang diduga berumur Pliosen.
Bagian barat wilayah Sulawesi Barat pada umumnya disusun oleh endapan
sedimenter dimana di wilayah Mamuju tersingkap Formasi Budongbudong (Qb)
yang terdiri dari konglomerat, batupasir, batulempung dan batugamping koral (Ql).
Endapan termuda di lembar ini adalah endapan kipas aluvium (Qt) dan aluvium (Qa)
terdiri dari endapan- endapan sungai, pantai dan antar gunung. Sedangkan wilayah
Majene dan Polewali Mandar tersusun dari batuan sedimen dari Formasi Mandar.
Batuan tersebut terdiri atas batupasir, batu lanau dan serpih serta lensis batubara.
Hasil penanggalan menunjukkan bahwa umur formasi ini Miosen Akhir. Selain
Formasi Mandar (Mamuju), pada bagian barat juga ditemukan batuan sedimen
31
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
klastik lainnya (Formasi Mapi/Tmpm) yang tersusun oleh batu pasir, batu lempung,
batu gamping pasiran dan konglomerat.
Proses tertonik yang pernah terjadi wilayah Sulawesi Barat menyebabkan
pemalihan pada kelompok batuan Kompleks Wana (TRw) dan Formasi Latimojong.
Perlipatan dan pensesaran pada batuan berumur Eosen Formasi Toraja dan batuan
Berumur Miosen Formasi Lariang (Tmpl), pembentukan batuan sedimen molase
Formasi Pasangkayu (TQp). Dalam fase tetonik yang berbeda juga menyebabkan
perlipatan dan pensesaran pada kelompok batuan volkanik seperti Formasi Lamasi
(Toml), Formasi Talaya (Tmtv), Formasi Sekala (Tmps).
Kelompok Toraja terdiri atas Formasi Bonehau yang terendapkan pada
lingkungan laut terbuka. Formasi Kalumpang yang terdiri dari batulempung,
batubara, batupasir kaya kuarsa dan sedikit batuan vulkanik menindih tak selaras
Formasi Bonehau. Formasi Kalumpang terendapkan pada lingkungan transisi
hingga fluvial. Diatas Formasi tersebut terendapkan Formasi Rantepao yang
didominasi oleh batugamping berumur Eosen. Pada bagian atas dari kelompok
Toraja ini adalah Formasi Batio yang berumur Oligosen dan tersusun oleh napal.
Kelompok batuan ini dominan terendapkan pada lingkungn laut dan pada saat
bagian barat Sulawesi memisah (rifting) dari Kalimantan.
Kelompok Lariang terletak tidak selaras dengan kelompok Toraja di
bawahnya. Kelompok Lariang ini terdiri atas Formasi Tabiora yang juga didominasi
oleh napal. Diatas Formasi ini terendapkan secara selaras Formasi Lisu yang
berumur Miosen Atas. Pada Formasi ini terlihat adanya peningkatan kandungan
klastik kasar kearah selatan. Kelompok batuan ini umumnya tersusun oleh
endapan-endapan laut dimana materialnya sebagian berasal dari batuan yang lebih
tua. Kelompok batuan tersebut mengalami deformasi sebelum terbentuknya
kelompok Pasangkayu. Batuan Kelompok Formasi Pasangkayu berumur Plio-
Pleistesen dan didominasi oleh konglomerat yang kaya akan kuarsa. Batuan ini
terendapkan pada daerah cekungan foreland pada saat orogenesa ke arah timur.
32
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
33
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
34
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Kabupaten Luwu Utara dan Provinsi Sulawesi Tengah yang meliputi Kabupaten
Poso, Sigi dan Doggala yang akan bermuara di Provinsi Sulawesi Barat tepatnya
di Kabupaten Pasangkayu. Adapun rincian daerah aliran sungai di Provinsi
Sulawesi Barat disajikan pada Gambar 2.4.
35
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
36
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 2.6. Rata-Rata Tekanan Udara, Kecepatan Angin dan Penyinaran Menurut
Bulan Provinsi Sulawesi Barat
Tekanan Udara Kecepatan Angin Penyinaran Matahari
Bulan
(mb) (knot) (%)
Januari 1.013,0 7 76
Februari 1.012,4 6 63
Maret 1.012,5 7 75
April 1.011,7 5 75
Mei 1.011,1 6 79
Juni 1.012,2 5 73
Juli 1.011,6 8 78
Agustus 1.011,7 7 93
September 1.011,7 5 77
Oktober 1.011,2 4 75
November 1.011,0 4 73
Desember 1.010,2 9 62
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017
Tabel 2.7. Jumlah Curah Hujan Bulanan dan Hari Hujan Menurut Bulan Provinsi
Sulawesi Barat
Bulan Curah hujan (mm3) Hari hujan
Januari 167 20
Februari 94 20
Maret 70 14
April 307 20
Mei 166 20
Juni 238 22
Juli 120 11
Agustus 3 7
September 44 12
Oktober 225 16
November 120 19
Desember 129 22
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017
37
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
bulan Agustus yaitu 7 hari hujan. Adapaun uraian kondisi iklim Provinsi Sulawesi
Barat disajikan pada Tabel 2.8.
38
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
39
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
40
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
41
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 2.10. Jumlah Penduduk dari Tahun 2013 Sampai Tahun 2016 Menurut
Kabupaten Provinsi Sulawesi Barat
Kabupaten
Sulawesi
Tahun Pasang Polewali Mamuju
Mamuju Mamasa Majene Barat
kayu Mandar Tengah
2013 204.837 431.568 200.038 510.569 163.507 0 1.510.519
2014 205.875 293.704 201.086 513.194 164.148 140.858 1.518.865
2015 206.428 294.451 201.769 514.060 164.673 141.245 1.522.626
2016 207.701 296.207 203.994 516.537 166.006 142.485 1.531.930
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Sulawesi Barat, 2016
Berdasarkan data kependuduk dari tahun 2013 sampai tahun 2016 terus
mengalami pertambahan jumlah penduduk di setiap kabupaten yang ada di Provinsi
Sulawesi Barat. Hal tersebut juga akan berdampak pada jumlah penduduk pada
Provinsi Sulawesi Barat yang terus bertambah dengan rata-rata pertambahan
jumlah penduduk setiap tahun sekitar 10.000 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk
terbesar berada pada kabupaten Polewali Mandar dengan pertambahan jumlah
penduduk diatas 10.000 penduduk setiap tahunnya. Sedangkan Kabupaten
Mamuju Tengah hanya memiliki pertambahan penduduk tidak lebih dari 1.000 jiwa
setiap tahunnya. Adapun kepadatan penduduk dan ditribusi penduduk menurut
kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 2.11.
42
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 2.12. Jumlah penduduk dan Rasio Menurut Jenis kelamin Provinsi Sulawesi
barat
Kabupaten
Jenis Sulawesi
Kelamin Pasang Polewali Mamuju Barat
Mamuju Mamasa Majene
Kayu Mandar Tengah
99.595 144.157 98.703 258.303 83.388 68.609 752.755
Laki-laki
108.106 152.050 104.291 258.234 82.618 73.876 779.175
perempuan
207.701 296.207 202.994 516.537 166.006 142.485 1.531.930
Jumlah
108,55 105,48 105,66 99,97 99,08 107,68 103,51
rasio
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Sulawesi Barat, 2016
43
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
44
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
45
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 2.15. Garis kemiskinan dan Angka Kemiskinan Tahun 2010-2016 Provinsi
Sulawesi Barat
Garis Jumlah Penduduk Presentase
Tahun
Kemiskinan Miskin Penduduk Miskin
2010 171.356 141,33 13,58
Maret 2011 186.041 164,14 13,64
September 2011 192.971 162,75 13,64
Maret 2012 198.792 159,51 13,24
September 2012 207.072 158,22 13,01
Maret 2013 213.403 151,11 12,30
September 2013 228.944 151,69 12,23
Maret 2014 233.838 153,89 12,27
September 2014 246.524 154,69 12,05
Maret 2015 261.881 160,48 12,40
September 2015 277.479 153,21 11,90
Maret 2016 286.840 152,73 11,74
September 2016 292.519 146,90 11,19
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017
46
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
47
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Dalam melihat kembali partisipasi sekolah perlu dilihat dari angka partisipasi
sekolah secara murni maupun angka partisipasi secara kasar berdasarkan tingkat
48
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
atau jenjang pendidikan. Pada Provinsi Sulawesi Barat memiliki angka pasrtisipasi
secara murni yang semakin menurun, jika semakin meningkat jenjang pendidikan.
Namun tidak terjadi pada angka partisipasi secara kasar yang cenderung stabil
pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajatnya
dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajatnya. Pada jenjang
pendidikan Sekolah Dasar (SD) angka partisipasi murni sebesar 95, 34 persen
sedangka angka partisipasi kasar sebesar 106,23 persen. Adapun rincian Angka
partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenjang
Pendidikan disajikan pada Tabel 2.18.
Tabel 2.18. Angka partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK)
Menurut Jenjang Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat
No. Angka Partisipasi
Jenjang Pendidikan Murni Angka Partisipasi Kasar
1 SD/MI 95,34 106,23
2 SMP/MTs 69,10 81,00
3 SMA/SMK/MA 57,08 83,49
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017
49
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 2.19. Jumlah Bayi Lahir dan Gizi Buruk Menurut Kabupaten Provinsi
Sulawesi Barat
Berat Badan
Bayi
No. Kabupaten Lahir Dirujuk Gizi Buruk
Lahir
Rendah
1 Majene 3.546 354 - 13
Polemali
2
Mandar 8.150 446 - 29
3 Mamasa 2.855 82 - 14
4 Mamuju 5.323 129 - 35
5 Pasangkayu 3.161 155 - 14
6 Mamuju Tengah 2.347 119 - 21
Sulawesi Barat 25.382 1.285 - 126
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017
Jumlah bayi yang lahir sepanjang tahun 2016 di Provinsi Sulawesi Barat
mencapai angka 25.382 bayi. Kabupaten Polewali yang mempunyai jumlah
penduduk terbesar juga mempunyai kelahiran bayi terbesar dengan 8.150 kelahiran
bayi. Namun Kabupaten Polewali Mandar mempunyai angka kelahiran bayi yang
berat badannya yang rendah mencapai 446 bayi. Walaupun Kabupaten Mamuju
tidak banyak mempunyai kelahiran bayi dengan berat badan yang rendah tapi
mempunyai gizi buruk terbesar diantara kabupaten yang lain di Provinsi Sulawesi
Barat.
50
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
51
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
0,31 per tahunnya, bahwa angka harapan hidup pada tahun 2011 sebesar 62,78
tahun dan pada tahun 2016 sebesar 64,31 tahun. Pada tahun 2016, angka harapan
hidup tertinggi berada di Kabupaten Mamasa dengan angka harapan hidup 70,43
tahun, sedangkan yang terendah berada di Kabupaten Majene dengan angka
harapan hidup 60,64 tahun. Adapun rincian angka harapan hidup tahun 2011-2016
menurut kabupaten disajikan pada Tabel 2.22.
Tabel 2.22. Angka Harapan Hidup Tahun 2011-2016 Menurut Kabupaten Provinsi
Sulawesi Barat
No. Kabupaten 2011 2012 2013 2014 2015 2016
52
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
dilihat menurut jenis kelamin, bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki
sebesar 88,66 persen sedangkan perempuan sebesar 71,90 persen. Adapun
rincian jumlah angka partisipasi kerja dan pengangguran menurt jenis kelamin
disajikan pada Tabel 2.23.
Tabel 2.23. Jumlah Angka Partisipasi Kerja dan Pengangguran Menurut Jenis
Kelamin Provinsi Sulawesi Barat
Jenis Kelamain
Kegiatan utama
Laki-laki Perempuan Jumlah
Angkatan Kerja 395.797 249.874 645.671
Bekerja 384.657 239.525 624.182
Pengangguran Terbuka 11.140 10.349 21.489
Bukan angkatan Kerja 50.632 201.661 252.293
Sekolah 31.138 31040 62.178
mengurus Rumah tangga 4.968 160.232 165200
lainnya 14.526 10.389 24.915
Jumlah 446.429 451.535 897.964
Tingkat pertisipasi Angkatan Kerja 88,66 55,34 71,90
Tingkat Pengangguran 2,81 4,14 3,33
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017
53
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
54
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
berfluktuasi setiap tahunnya hingga pada tahun 2016 sebesar 6,03 persen. Adapun
pertumbuhan ekonomi menurut kabupaten tahun 2015 dan tahun 2006 disajikan
pada Tabel 2.26.
Tabel 2.26. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten Tahun 2015 dan 2016
Provinsi Sulawesi Barat
Tahun
No Kabupaten
2015 2016
1 Majene 5,73 6,01
2 Polewali Mandar 7,13 7,47
3 Mamasa 6,76 6,80
4 Mamuju 7,71 7,91
5 Pasangkayu 8,88 4,03
6 Mamuju Tengah 6,01 4,97
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2016-2017
55
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
56
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
daerah dengan kontribusi tertinggi yaitu sebesar 27,96 persen dan Mamasa dengan
kontribusi terndah sebesar 6,43 persen pada tahun 2015.
Mengukur tingkat kesejahteraan suatu daerah salah satunya menggunakan
angka pendapatan per kapita yang merupakan ukuran yang paling dapat
diandalkan untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu daerah. Ini disebabkan
karena pendapatan per kapita telah mencakup faktor jumlah penduduk sehingga
secara langsung menunjukkan tingkat kemakmuran, sementara komponen
pendapatan lainnya seperti GNP, GDP, dan lain sebagainya belum menunjukkan
tingkat kemakmuran masyarakat secara langsung karena tidak memperhitungkan
faktor jumlah penduduk. Adapun pendapatan perkapita tahun 2015 menurut
kabupaten dapat dilihat pada tabel 2.28.
Tabel 2.28. Pendapatan Perkapita Menurut Kabupaten Tahun 2015 Provinsi
Sulawesi Barat
No Kabupaten Pendapatan (Perkapita)
1 Majene 21,22
2 Polewali Mandar 21,76
3 Mamasa 13,93
4 Mamuju 30,98
5 pasangkayu 48,61
6 Mamuju Tengah 18,78
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2016
57
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
10
8,38 8,36
8 6,96
6
4,36
3,79
4 3,35 3,02
2,78
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
58
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
59
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 2.30. Luas Lahan Kritis Pada Kawasan Hutan Menurut Kabupaten Provinsi
Sulawesi Barat
Lahan Kritis Kawasan hutan (ha)
No. Kabupaten Tidak Potensial Sangat
Kritis Kritis Agak Kritis Kritis Kritis
1 Majene 0 29.272,48 2.807,22 20.488,73 0
Polemali
2
Mandar 0 32.530,77 13.608,43 42.886,24 283,56
3 Mamasa 2,51 88.317,28 83.169,87 30.419,12 648,76
4 Mamuju 1.088,12 280.750,10 32.635,51 51.439,81 231,06
5 Pasangkayu 49.464,54 92.110,67 13.754,27 12.912,73 0
6 Mamuju Tengah 883,33 193.222,10 10.421,27 6.868,10 222,85
Sulawesi Barat 51.438,50 716.203,40 156.396,57 165.014,73 1.386,23
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2017
60
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
61
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
- Pemerintah Provinsi (Ketua Komisi III DPRD Provinsi Sulawesi Barat; Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Barat; Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sulawesi Barat; Dinas ESDM
Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Barat; Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Pekerjaan Umum
dan Penataan Ruang Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Pertanian Provinsi
Sulawesi Barat; Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Sosial
Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Barat;
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Barat; Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi
Barat; Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi Barat; Biro
Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi
Sulawesi Barat; Biro Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Sulawesi
Barat).
- Pemerintah Kabupaten (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasangkayu;
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mamuju Tengah; Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan Kabupaten Mamuju; Dinas Lingkungan Hidup dan
Pertamanan Kabupaten Majene; Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kabupaten Polewali Mandar; Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mamasa).
- Umum (Universitas Tomakaka Mamuju; STIE Muhammadiyah Mamuju; LSM
Yayasan Karampuang; LSM Bumi Hijau; dan 3 orang perwakilan tokoh
masyarakat).
62
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
63
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
64
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
65
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
66
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
67
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
68
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
69
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Hasil pemusatan isu pada kelompok tema isu menghasilkan 15 (lima belas)
isu yang selanjutnya disebut sebagai Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis.
Adapun 15 (lima belas) isu tersebut adalah sebagai berikut:
A. Peningkatan Laju Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
B. Rendahnya pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan
C. Meningkatnya luas dan intensitas banjir
D. Masih rendahnya akses ke pelayanan kesehatan
E. Kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil
F. Ancaman keselamatan pelayaran
G. Stagnasi pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
70
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
71
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Skor 4,42 (Tabel 3.3) pada Isu Peningkatan Laju Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan dikaitkan dengan Tingkat Pentingnya Potensi Dampak mengartikan
bahwa isu ini sangat terkait atau erat kaitannya dengan luasan dampak yang
ditimbulkan. Sanitasi yang buruk, pengelolaan sungai yang tidak optimal, dan
masalah pengelolaan sampah. Masalah sampah erat kaitannya dengan masalah
kependudukan dan masalah sosial ekonomi masyarakat. Sampah yang dihasilkan
dipengaruhi oleh faktor jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan, tingkat
pendapatan dan pola konsumsi masyarakat, pola penyediaan kebutuhan hidup
penduduknya, iklim dan musim. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah, menjadi salah faktor peningkatan laju pencemaran yang
menambah besarnya luasan dampak. Berdasarkan masukan dari konsultasi publik
kedua yang dilakukan, diperoleh bahwa beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi
Barat memiliki masalah pengelolaan sampah yang belum optimal. Kabupaten
Pasangkayu, Mamasa dan Kabupaten Majene adalah tiga kabupaten yang sangat
rentan akan isu sampah. Penurunan mutu lingkungan yang disebabkan oleh
sampah dapat berimbas pada rendahnya tingkat kesehatan. Pencemaran air tanah
dan polusi udara adalah dua diantara dampak yang dapat ditimbulkan jika
penanganan masalah sampah tidak dilakukan optimal.
72
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 3.3. Skoring dan Pembobotan Pelingkupan Isu Prioritas Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Kriteria Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
Hasil KLHS
Tingkat Keterkaitan Keterkaitan
Telaah dari KRP Total
Pentingnya antar Isu dengan Muatan
Isu Pembangunan Berkelanjutan Paling Karakteristik pada Skoring
Potensi PB Muatan RPPLH
Strategis Wilayah Hierarki dan
Dampak Strategis KRP
diatasnya Bobot
20% 40% 10% 10% 10% 10%
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
A. Peningkatan Laju Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan 4.5 0.9 4.42 1.77 4.42 0.44 4.33 0.43 4.73 0.47 4.33 0.43 4.44
B. Rendahnya pelibatan masyarakat
dalam pengelolaan kawasan hutan 4.25 0.85 4.17 1.67 4.08 0.41 4.08 0.41 4.58 0.46 4.08 0.41 4.21
C. Meningkatnya luas dan intensitas
banjir 4.42 0.88 4.25 1.7 4.25 0.43 4.25 0.43 4.67 0.47 4.33 0.43 4.34
D. Masih rendahnya akses ke
pelayanan kesehatan 4.08 0.82 4.17 1.67 3.58 0.36 4.08 0.41 4.33 0.43 4.25 0.43 4.12
E. Kerusakan ekosistem pesisir dan
pulau-pulau kecil 4 0.8 4.08 1.63 4.08 0.41 3.75 0.38 4.5 0.45 4 0.4 4.07
F. Ancaman keselamatan pelayaran 3.89 0.78 4 1.6 4 0.4 3.56 0.36 4.56 0.46 3.89 0.39 3.99
G. Stagnasi pertumbuhan dan
perubahan struktur ekonomi
4.17 0.83 4.42 1.77 4 0.4 4.25 0.43 4.5 0.45 4.25 0.43 4.31
H. Tingginya angka kemiskinan
4.5 0.9 4.5 1.8 4.17 0.42 4.17 0.42 4.42 0.44 4.17 0.42 4.40
I. Meningkatnya Emisi GRK
3.67 0.73 4.08 1.63 4.42 0.44 4.17 0.42 4.5 0.45 4.08 0.41 4.08
73
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
K. Konflik Tenurial Kawasan Hutan 3.67 0.73 3.92 1.57 3.75 0.38 3.75 0.38 4.25 0.43 3.75 0.38 3.87
L. Rendahnya penegakan hukum
lingkungan 4.25 0.85 4.42 1.77 4.25 0.43 4.25 0.43 4.67 0.47 4.33 0.43 4.38
M. Rawannya ketahanan pangan 3.75 0.75 3.92 1.57 4 0.4 4.25 0.43 4.25 0.43 4.08 0.41 3.99
N. Masih rendahnya rasio elektrifikasi 3.83 0.77 3.83 1.53 3.75 0.38 3.83 0.38 4.08 0.41 3.92 0.39 3.86
O. Rendahnya usia lama sekolah 4 0.8 3.75 1.5 3.75 0.38 3.83 0.38 4 0.4 4 0.4 3.86
74
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
75
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
76
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 4.1Identifikasi Muatan Kebijakan dan Program dengan Resiko Pertimbangan Dampak Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan Hidup
No Muatan Kebijakan dan Program Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
MISI 1 Membangun Sumber daya Manusia
Berkualitas, Berkepribadian dan
Berbudaya
TUJUAN Meningkatkan Kualitas SDM Yang
MISI 1 terdidik, Sehat dan Berbudaya
SASARAN 1 Meningkatnya derajat pendidikan dalam
MISI 1 mewujudkan kualitas manusia yang tinggi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program Manajemen Pelayanan
Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program Pembinaan Sekolah Menengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program Pembinaan Pendidikan Khusus,
Tugas Pembantuan PAUD dan
Pendidikan Dasar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program Pengembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pendidikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program Pengembangan Nilai Budaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program Pengelolaan Kekayaan Budaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Program Pengelolaan Keragaman
Budaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SASARAN 2 Meningkatnya derajat kesehatan dalam
MISI 1 mewujudkan kualitas manusia yang tinggi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
77
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
78
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
79
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
80
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
81
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
82
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
83
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
84
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
85
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
86
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
87
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
88
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
89
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
90
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
91
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
92
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
93
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
94
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
95
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
96
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
97
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Keterangan:
1. Penurunan atau terlampauinya kapasitas daya dukung dan daya tamping
lingkungan hidup untuk pembangunan;
2. Penurunan kinerja layanan jasa ekosistem;
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, atau kebakaran hutan dan lahan;
4. Penurunan mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
5. Penurunan ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
6. Peningkatan kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
7. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau penurunan penghidupan
sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan
masyarakat;
8. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat;
dan/atau
9. Ancaman terhadap perlindungan kawasan tertentu secara tradisional yang
dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.
Hasil identifikasi muatan Kebijakan dan Program yang telah ditapis dengan
pertimbangan dampak/resiko lingkungan hidup sebagaimana Tabel 4.1 diatas, dari
semua muatan Kebijakan dan Program yang diidentifikasi diperoleh muatan
Kebijakan dan Program yang memberikan resiko terhadap lingkungan hidup,
sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 4.2 berikut.
98
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 4.2 Hasil Identifikasi Muatan Kebijakan dan Program dengan Resiko Pertimbangan Dampak Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat
Kriteria Dampak/Risiko Lingkungan
No Muatan Kebijakan dan Program Hidup Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9
TUJUAN MISI 1 Meningkatkan Kualitas SDM Yang terdidik, Sehat dan
Berbudaya
SASARAN 1 Meningkatnya kapasitas kelembagaan untuk perwujudan
MISI 2 pemerintahan yang akuntabel dan efektif
Program Pengembangan Wilayah Perbatasan -1 -1 0 0 -1 -1 0 0 -1 -5
SASARAN 2 Meningkatnya kualitas Kompetensi ASN untuk perwujudan
MISI 2 pemerintahan yang terpercaya
Program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan -1 -1 -1 0 0 -1 0 0 0 -4
pembangunan daerah
TUJUAN MISI 3 Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur untuk
mendorong produktivitas wilayah dan koneksivitas antar
wilayah
SASARAN 1 Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang -1 -1 0 -1 -1 -1 0 0 0 -5
MISI 3 perekonomian daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman
dan perumahan
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan -1 -1 -1 -1 -1 -1 -1 0 -1 -8
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan -1 -1 0 0 0 -1 0 0 0 -3
Program Peningkatan Infrastruktur Kawasan Perkantoran -1 -1 0 -1 -1 -1 0 0 0 -5
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan 0 -1 0 0 0 0 -1 -1 0 -3
Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan 0 -1 0 0 0 0 -1 -1 0 -3
Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi -1 -1 -1 -1 0 -1 0 -1 0 -6
Energi dan Sumber Daya Mineral
Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 0 -3
mineral dan batubara
Program Pengembangan Perumahan -1 -1 -1 -1 0 -1 -1 0 -1 -7
99
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
100
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Keterkaitan Kebijakan dan Program terhadap isu prioritas yang telah diperoleh
ditapis untuk menghasilkan Kebijakan dan Program yang terdampak atau berisiko
terhadap lingkungan hidup yang akan dikaji dalam analisis pengaruh terhadap
muatan KLHS. Tabel berikut memperlihatkan tapisan Kebijakan dan Program
berdampak dengan isu Pembangunan Berkelanjutan.
Tabel 4.3 Identifikasi Muatan Kebijakan dan Program dengan Isu Pembangunan
Berkelanjutan Prioritas Kajian Lingkungan Hidup Strategis Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Barat
101
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
102
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
103
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
104
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 4.4 Hasil Tapisan Identifikasi Muatan Kebijakan dan Program dengan Isu
Pembangunan Berkelanjutan Prioritas Kajian Lingkungan Hidup
Strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Sulawesi Barat
Muatan Kebijakan dan Isu PB Prioritas
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total
Program
Sulawesi Barat Maju
VISI dan Malaqbiq
TUJUAN Meningkatkan Kualitas
MISI 1 SDM Yang terdidik,
Sehat dan Berbudaya
SASARAN Meningkatnya
1 MISI 2 kapasitas kelembagaan
untuk perwujudan
pemerintahan yang
akuntabel dan efektif
Program -1 -1 0 0 -1 0 -1 0 -1 -1 -1 -1 0 -1 0 -9
Pengembangan
Wilayah Perbatasan
SASARAN Meningkatnya kualitas
2 MISI 2 Kompetensi ASN untuk
perwujudan
pemerintahan yang
terpercaya
TUJUAN Meningkatkan kuantitas -1 0 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 0 -1 0 0 0 -5
MISI 3 dan kualitas
infrastruktur untuk
mendorong
produktivitas wilayah
dan koneksivitas antar
wilayah
SASARAN Meningkatnya -1 0 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 0 -1 0 0 0 -5
1 MISI 3 kapasitas Infrastruktur
dalam menunjang
perekonomian daerah,
mobilitas penduduk,
serta pemukiman dan
perumahan
Program -1 -1 0 0 0 0 0 0 -1 -1 0 0 0 0 0 -4
Pembangunan
Prasarana dan Fasilitas
Perhubungan
Program -1 -1 -1 0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 0 0 0 -7
Pengembangan,
Pengelolaan dan
Promosi Potensi Energi
dan Sumber Daya
Mineral
Program pengusahaan, -1 -1 -1 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4
pembinaan dan
pengawasan bidang
mineral dan batubara
105
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
106
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Muatan Kebijakan:
1. Meningkatnya kapasitas Infrastruktur dalam menunjang perekonomian
daerah, mobilitas penduduk, serta pemukiman dan perumahan
Muatan Program:
1. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan
2. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
3. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Promosi Potensi Energi dan
Sumber Daya Mineral
4. Program pengusahaan, pembinaan dan pengawasan bidang mineral dan
batubara
5. Program Pengembangan Perumahan
6. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
7. Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan
8. Program Pembangunan permukiman dan penempatan Transmigrasi
9. Program Pengembangan Kawasan Transmigrasi
10. Program Pengembangan sentra-sentra industri potensial
11. Program Pengembangan Industri Pariwisata
12. Program Pengembangan Perikanan Budidaya
13. Program Pengembangan Perikanan Tangkap
14. Program Pengembangan Kawasan Budidaya laut, air payau dan Air
Tawar
107
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
5.1. Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup untuk
Pembangunan
108
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 5.1 Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup terhadap
Kebijakan dan Program yang Terdampak
109
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
110
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
111
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
112
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 5.2 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa
Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi
Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi dan Sangat Tinggi
Kabupaten Kecamatan Luas (ha)
Majene Banggae 811,53
Banggae Timur 1.854,03
Malunda 5.643,40
Pamboang 1.420,01
Sendana 2.469,98
Tammerodo 2.281,69
Tubo Sendana 870,03
Ulumanda 7.813,52
Mamasa Aralle 4.303,18
Balla 5.770,62
Bambang 6.982,00
Buntu Malangka 5.995,93
Mamasa 8.284,64
Mambi 5.350,82
Mehalaan 6.048,35
Messawa 8.020,69
Nosu 6.473,03
Pana 4.435,45
Rantebulahan Timur 2.999,06
Sesenapadang 8.007,01
Sumarorong 13.632,76
Tabang 8.145,75
Tabulahan 11.424,82
Tanduk Kalua 10.533,94
Tawalian 4.446,50
Mamuju Bonehau 13.340,84
Kalukku 25.582,20
Kalumpang 7.488,61
Mamuju 5.003,39
Papalang 13.537,04
Sampaga 9.796,58
Simboro 8.196,95
Tapalang 6.980,51
Tapalang Barat 8.472,05
Tommo 26.994,10
Mamuju Tengah Budong-Budong 18.648,82
Karossa 14.650,71
Pangale 11.205,60
Tobadak 23.696,07
113
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Tinggi dan Sangat Tinggi
Kabupaten Kecamatan Luas (ha)
Topoyo 17.587,29
Pasangkayu Bambaira 3.462,10
Bambalamotu 8.842,95
Baras 13.087,66
Bulu Taba 10.978,16
Dapurang 14.589,40
Duripoku 4.867,64
Lariang 7.660,07
Pasangkayu 16.053,41
Pedongga 11.000,94
Sarjo 2.941,99
Sarudu 5.412,61
Tikke Raya 22.520,30
Polewali Mandar Alu 7.628,18
Anreapi 3.731,85
Balanipa 391,59
Binuang 9.213,68
Bulo 12.821,50
Campalagian 10.223,47
Limboro 3.215,36
Luyo 11.894,70
Mapilli 8.769,54
Matakali 6.771,29
Matangnga 13.554,02
Polewali 1.988,45
Tapango 11.549,74
Tinambung 667,66
Tubbi Taramanu 28.022,36
Wonomulyo 6.797,51
Total 613.857,64
114
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
115
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 5.3 Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Jasa
Ekosistem Penyediaan Air Tinggi
Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Tinggi dan Sangat
Tinggi
Kabupaten Kecamatan Luas (ha)
Majene Banggae Timur 3,13
Malunda 12.176,60
Sendana 452,81
Tammerodo 298,10
Tubo Sendana 38,21
Ulumanda 17.746,59
Mamasa Aralle 19.946,70
Balla 335,93
Bambang 7.414,72
Buntu Malangka 4.553,39
Mamasa 15.446,81
Mambi 6.942,99
Mehalaan 4.423,38
Messawa 1.792,85
Nosu 3.984,44
Pana 5.932,91
Rantebulahan Timur 76,32
Sesenapadang 7.194,20
Sumarorong 8.976,53
Tabang 16.805,08
Tabulahan 38.988,40
Tanduk Kalua 1.551,79
Tawalian 446,09
Mamuju Bonehau 76.405,12
Kalukku 25.139,53
Kalumpang 96.605,47
Mamuju 10.245,92
Papalang 11.275,93
Sampaga 9.086,98
Simboro 791,08
Tapalang 19.014,68
Tapalang Barat 2.274,08
Tommo 67.920,15
Mamuju Tengah Budong-Budong 11.212,79
116
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Wilayah dengan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih Tinggi dan Sangat
Tinggi
Kabupaten Kecamatan Luas (ha)
Karossa 98.460,56
Pangale 11.212,82
Tobadak 38.778,54
Topoyo 75.222,76
Pasangkayu Bambaira 3.709,35
Bambalamotu 13.501,79
Baras 11.036,52
Bulu Taba 56.354,43
Dapurang 70.904,61
Duripoku 11.802,13
Lariang 8.292,86
Pasangkayu 17.688,74
Pedongga 11.076,50
Sarjo 1.827,38
Sarudu 5.065,90
Tikke Raya 22.673,95
Polewali Mandar Alu 2.773,50
Anreapi 3.035,34
Binuang 3.249,70
Bulo 7.593,71
Campalagian 6.153,89
Limboro 60,54
Luyo 2.560,35
Mapilli 5.362,64
Matakali 4.645,02
Matangnga 7.473,00
Polewali 2.296,43
Tapango 3.206,55
Tinambung 35,29
Tubbi Taramanu 13.546,12
Wonomulyo 7.591,21
Total 1.032.691,81
117
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
118
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Kajian ini mengukur besar dan pentingnya dampak dan/atau risiko suatu
kebijakan, rencana dan/atau program terhadap perubahan-perubahan lingkungan
hidup dan kelompok masyarakat yang terkena dampak dan/atau risiko. Teknik
analisis mengikuti ketentuan yang telah tersedia (misalnya Pedoman Dampak
Penting) dan metodologi yang diakui secara ilmiah (misalnya metologi
Environmental Risk Assessment). Tabel 5.4 di bawah ini memperlihatkan perkiraan
mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup terkait dengan Kebijakan dan
Program yang berdampak terhadap lingkungan hidup di Provinsi Sulawesi Barat.
Tabel 5.4 Kajian Perkiraan Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup terhadap
Kebijakan dan Program yang Terdampak
Muatan Kebijakan
No Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup
dan Program
Sasaran 1. Meningkatnya - Peningkatan kuantitas infrastruktur wilayah
1 Misi 3 kapasitas perlu memperhatikan kawasan-kawasan
Infrastruktur yang rentan terhadap bencana alam
dalam sehingga pembangunan yang dilakukan
menunjang tidak berdampak dan berisiko.
perekonomian - Peningkatan kualitas infrastruktur yang
daerah,
telah ada, khususnya pada infrastruktur
mobilitas
penduduk, serta yang melintasi kawasan rawan bencana
pemukiman dan perlu memperkirakan dampak dan risiko
perumahan terhadap bencana yang terjadi.
- Peningkatan kuantitas dan kualitas
infrstruktur dapat mempengaruhi dan
berisiko terhadap habitat eksositem
sekitarnya khsusunya infrastruktur yang
melintasi kawasan hutan lindung
Program 2. Program Program pengembangan wilayah perbatasan
di Pengembangan berpotensi untuk menimbulkan dampak pada
Sasaran Wilayah ekosistem hutan dan/atau wilayah- wilayah
1 Misi 2 Perbatasan rentan longsor akibat pembukaan lahan untuk
kepentingan pembangunan infrastruktur di
wilayah perbatasan (jalan, jembatan, dsb)
Program 3. Program Pembangunan sarana transportasi laut
di Pembangunan berpotensi untuk menimbulkan dampak
Sasaran Prasarana dan kebisingan, masuknya bahan cemar yang
1 Misi 3 Fasilitas dibuang oleh fasilitas pelabuhan dan kapal-
Perhubungan kapal yang pergi dan datang.
4. Program Tercemarnya limbah B3 pada sumber pangan
Pengembangan, perikanan darat dan laut jika dilakukan pada
119
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Muatan Kebijakan
No Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup
dan Program
Pengelolaan dan beberapa kabupaten wilayah pesisir pantai
Promosi Potensi prov. Sulbar
Energi dan Pembangunaan ekploitasi sumber daya
Sumber Daya tambang dan PLTA sekala besar akan
Mineral membutuhkan daerah galian dan daerah
genangan/ pool sebelum air dialirkan ke dalam
turbin. Clearing area harus diperhatikan
dengan baik. Risiko lain adalah apabila tailings
tidak dikelola dengan baik.
5. Program Meluasnya Jangkauan Penetapan Kawasan
pengusahaan, Tambang apabila tidak ada sistem pengaturan
pembinaan dan yang ketat
pengawasan
bidang mineral
dan batubara
6. Program Pengembangan kawasan perumahan perlu
Pengembangan memperhatikan kawasan-kawasan yang
Perumahan rentan terhadap bencana alam sehingga
pembangunan yang dilakukan tidak
berdampak dan berisiko.
Program 7. Program Pengembangan wilayah strategis perlu
di Pengembangan memperhatikan kawasan-kawasan yang
Sasaran Wilayah rentan terhadap bencana alam
2 Misi 3 Strategis dan
Cepat Tumbuh
8. Program Dampak risiko pada Lingkungan hidup hanya
Pengembangan akan signifikan apabila lokasi
Pelabuhan pengembangannya berdekatan dengan
Perikanan ekosistem pesisir sensitive seperti terumbu
karang dan mangrove. Sumber-sumber
tekanan pada ekosistem adalah berasal dari
aktifitas kapal-kapal penangkap ikan yang hilir-
mudik pada pelabuhan perikanan.
9. Program Pengembangan kawasan permukiman dan
Pembangunan transmigrasi perlu memperhatikan kawasan-
permukiman dan kawasan yang rentan terhadap bencana alam
penempatan sehingga pembangunan yang dilakukan tidak
Transmigrasi berdampak dan berisiko.
10. Program Pengembangan kawasan permukiman dan
Pengembangan transmigrasi perlu memperhatikan kawasan-
Kawasan kawasan yang rentan terhadap bencana alam
Transmigrasi sehingga pembangunan yang dilakukan tidak
berdampak dan berisiko.
Program 11. Program Menghindari kawasan banjir dan longsor dan
di Pengembangan perlu memiliki pembuangan limbah khusus
120
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Muatan Kebijakan
No Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup
dan Program
Sasaran sentra-sentra Potensi dampak kawasan agroindustri skala
1 Misi 4 industri potensial besar dan industri pengolahan hasil perikanan
terutama pada limbah cair yang dibuang ke
sungai atau wilayah pesisir dan tekanan
terhadap sumberdaya yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan industri yang dikembangkan
12. Program Menghindari kawasan banjir dan longsor dan
Pengembangan perlu memiliki pembungan limbah khusus
Industri Risiko dampak yang dapat ditimbulkan adalah
Pariwisata yang berasal dari sampah pengunjung dan
aktifitas pengunjung lokasi wisata.
13. Program Risiko dampak yang dapat terjadi adalah
Pengembangan clearing hutan/ daerah bervegetasi dan limbah
Perikanan yang dihasilkan dari aktifitas budidaya.
Budidaya
14. Program Alat tangkap demersal harus sedapat mungkin
Pengembangan diatur tidak menggunakan trawl (menggerus
Perikanan seluruh bagian dasar perairan). Demikian juga
Tangkap dengan ukuran mata jaring alat tangkap
pelagis harus mampu menyeleksi ukuran ikan
yang tertangkap agar ikan memiliki
kesempatan tumbuh hingga ukuran
reproduktif.
15. Program Potensi dampak atau risiko pada lingkungan
Pengembangan hidup adalah pencemaran bahan organik sisa
Kawasan pakan kotoran organisme budidaya pada
Budidaya laut, wilayah perairan di sekitarnya. Dampak dapat
air payau dan berupa penurunan kandungan oksigen terlarut
Air Tawar dalam air yang dapat menyebabkan kematian
hewan dalam perairan. Rendahnya kadar
oksigen terlarut akibat digunakan oleh bakteri
perombak bahan organik.
121
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
122
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 5.5 Jaringan Jalan Eksisting yang Melintasi Kawasan Rawan Banjir
Panjang
Fungsi Jalan Kabupaten Kecamatan
(Km)
Jalan Arteri Primer Polewali Mandar Mapilli 1,47
Luyo 1,00
Polewali 0,49
Matakali 0,05
Jalan Kolektor Primer Mamuju Kalukku 2,72
Sampaga 2,02
Mamuju Tengah Pangale 5,58
Budong-Budong 1,34
Pasangkayu Sarudu 6,00
Dapurang 5,67
Bambaira 2,82
Bambalamotu 0,46
Polewali Mandar Luyo 2,70
Mapilli 0,64
Jalan Lokal Mamuju Sampaga 27,03
Kalukku 25,98
Tommo 8,58
Mamuju Tengah Karossa 14,20
Pangale 3,25
Pasangkayu Dapurang 17,17
Sarudu 10,94
Tikke Raya 8,61
Bambaira 4,49
Lariang 0,13
Polewali Mandar Campalagian 26,45
Mapilli 16,66
Wonomulyo 6,54
Matakali 3,56
Luyo 3,37
Polewali 0,24
Total 210,14
Selain melintasi kawasan rawan banjir, terdapat jaringan jalan yang melintasi
daerah rawan longsor. Infrastruktur wilayah yang melintasi daerah-daerah yang
rawan bencana ini sangat berisiko jika dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya
jaringan jalan yang melintasi kawasan rawan longsor. Berdasarkan data jaringan
jalan eksisting yang dibandingkan dengan peta rawan bencana, diketahui bahwa
123
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
104,32 km jalan eksisting sekarang berada pada kawasan rawan longsor yang
dirincikan pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6 Jaringan Jalan Eksisting yang Melintasi Kawasan Rawan Tanah Longsor
Panjang
Fungsi Jalan Kabupaten Kecamatan
(Km)
Jalan Arteri Primer Mamuju Mamuju 0,078
Jalan Kolektor Primer Mamasa Mehalaan 2,731
Mambi 2,243
Tabulahan 1,588
Rantebulahan
0,633
Timur
Aralle 0,608
Tanduk Kalua 0,323
Mamuju Kalukku 4,793
Kalumpang 3,899
Bonehau 0,813
Polewali Mandar Matangnga 5,575
Jalan Lokal Mamasa Bambang 40,2
Mambi 3,364
Rantebulahan
3,296
Timur
Tanduk Kalua 2,792
Aralle 2,639
Mehalaan 1,065
Buntu Malangka 0,966
Mamuju Mamuju 11,586
Kalumpang 8,916
Kalukku 5,56
Tommo 0,764
Total 104,432
124
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
kereta api di Provinsi Sulawesi Barat, jika dianalisis menggunakan peta rawan
bencana diketahui bahwa terdapat jalur rencana rel yang melintasi kawasan banjir
(25,84 km) dan tanah longsor (8,65 km). Hal ini yang sangat perlu diperhatikan
dalam merealisasikan program-program RPJMD kedepannya agar tidak
berdampak dan berisiko terhadap lingkungan hidup.
125
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
126
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
127
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
128
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
129
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
130
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
131
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
132
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 5.9 Zonasi kawasan yang perlu di hindari dalam pengembangan wilayah
perairan Provinsi Sulawesi Barat
Arahan Zonasi RZWP3K Lokasi
Wisata alam bawah laut Balabalakang
Binuang
Mamuju
Tapalang Barat
Wisata alam bentang laut Banggae
Banggae Timur
Binuang
Kaluku
Lariang
Mamuju
Perairan Sulawesi Barat
Simboro
Tammerodo
Tikke Raya
Tubo
Wisata Alam pantai/Pesisir dan pulau-pulau Balabalakang
kecil Balanipa
Bambaira
Banggae Timur
Baras
Binuang
Budong-Budong
Campalagian
Karossa
Mapilli
Matakali
Pamboang
Pangale
Pasangkayu
Pedongga
Perairan Sulawesi Barat
Sarjo dan Bambaira
Sarudu
133
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
134
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Gambar 5.5 Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Sulawesi Barat
135
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
136
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
137
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
138
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Gambar 5.6 Peta Indeks Kerentanan Perubahan Iklim Provinsi Sulawesi Barat (Warna
Merah adalah wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kerentanan sangat tinggi)
139
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
140
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Wilayah dengan Jasa Ekosistem Pengaturan Kualitas Udara Tinggi dan Sangat
Tinggi
Kabupaten Kecamatan Luas (ha)
Mamuju Bonehau 93.045,04
Kalukku 40.395,94
Kalumpang 135.461,84
Mamuju 17.786,44
Papalang 13.325,53
Sampaga 4.256,55
Simboro 2.391,36
Tapalang 22.551,52
Tapalang Barat 2.426,35
Tommo 54.428,89
Mamuju Tengah Budong-Budong 1.739,27
Karossa 94.703,38
Pangale 384,63
Tobadak 30.726,68
Topoyo 70.369,82
Pasangkayu Bambaira 1.504,15
Bambalamotu 13.749,19
Baras 2.895,52
Bulu Taba 50.988,07
Dapurang 60.148,59
Duripoku 8.690,30
Lariang 482,66
Pasangkayu 8.071,82
Pedongga 335,35
Sarjo 137,57
Sarudu 681,16
Tikke Raya 1.205,13
Polewali Mandar Alu 13.838,73
Anreapi 9.002,25
Balanipa 860,52
Binuang 11.652,08
Bulo 23.194,80
Campalagian 276,31
Limboro 2.256,95
Luyo 1.150,40
Mapilli 4.421,81
Matakali 3.704,31
Matangnga 21.167,30
Polewali 192,55
Tapango 9.635,40
Tubbi Taramanu 30.941,71
Wonomulyo 94,24
Total 1.227.479,58
141
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
142
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
143
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
144
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Hutan di Provinsi Sulawesi Barat yang cukup luas diatas 30% (sekitar 48%
dari luas wilayah keseluruhan), menjadi potensi keanekaragaman hayati tersendiri
untuk Provinsi Sulawesi Barat dan menjadi habitat bagi makhluk hidup yang
bermukim di wilayah tersebut. Berdasarkan data indikatif jasa ekosistem
pendukung habitat, wilayah Provinsi Sulawesi Barat memiliki luasan pendukung
habitat sangat tinggi dan tinggi dengan luasan 807.710,64 ha. Wilayah dengan
kategori ini perlu dihindari untuk pengembangan yang bersifat merubah
pemanfaatan lahan misalnya dari hutan ke non hutan atau melakukan aktifitas pada
wilayah tersebut seperti peningkatan jaringan transportasi, permukiman, industri
maupun pertambangan. Adapun rincian wilayah yang perlu dihindari dikarenakan
merupakan kawasan dengan potensi pendukung habitat dan keanekaragaman
hayati sangat tinggi dan tinggi disajikan pada Tabel 5.14 dan Gambar 5.6 berikut.
145
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
146
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
147
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
148
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
149
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
150
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
151
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 6.1 Kajian Perumusan Alternatif terhadap Kebijakan dan Program yang
Terdampak
Muatan Kebijakan
No Rumusan Alternatif
dan Program
Sasaran 1. Meningkatnya Luas kawasan perkebunan sawit perlu di revisi
1 Misi 3 kapasitas ulang, terdapat beberapa penggunaan lahan
Infrastruktur yang berkontribusi tinggi sebagai jasa pangan
dalam dan jasa pengaturan iklim dan air, maka terlebih
menunjang dahulu perlu memperhatikan dan mengurangi
perekonomian Peningkatan luasan kawasan perkebunan sawit
daerah, pada wilayah yang di rencanakan. Adapun
mobilitas wilyah tersebut diantaranya: Kec. Baras
penduduk, serta (2.768,14 ha), Kec. Budong-budong (9.124,85
pemukiman dan ha), Kec. Bulu Taba (1.105,19 ha), Kec.
perumahan Dapurang (6.820,42 ha), Kec. Duripoku
(1.959,31 ha), Kec. Karossa (7.906,84 ha), Kec.
Lariang (976,55 ha), Kec. Pangale (506,68 ha),
Kec. Sarudu (3.126,16 ha), Kec. Tikke raya
(1.700,26 ha), Kec. Tobadak (8.002,32 ha), Kec.
Tommo (900,19 ha), Kec. Topoyo (111,83 ha)
Total Keseluruhan 45.008,75 ha
Penyerasian kelembagaan pengelolaan
ekosistem dan tataruang perlu diperkuat pada
jenjang yang lebih tinggi karena jasa ekosistem
dan sumber daya yang ada dalam ekosistem
yang bersifat lintas batas, untuk itu perlu
merumuskan kebijakan dan aturan tentang
Pencadangan Kawasan perkebunan sawit yang
mempertimbangkan jasa ekosistem khususnya
pangan dan pengaturan iklim dan air.
Kab. Mamasa dan Kab. Mamuju Tengah
merupakan kontributor terendah penggerak
perekonomian Sulbar. Kontribusi kedua wilayah
tersebut dalam menggerakkan perekonomian
Sulbar belum begitu maksimal. Hal ini dapat
dilihat dari peran kedua wilayah tersebut
terhadap PDRB Sulbar dalam 5 tahun terakhir
(2010-2014) yakni dengan capaian masing-
masing (6,52%) dan (6,98 %). Dengan
152
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Muatan Kebijakan
No Rumusan Alternatif
dan Program
demikian, produktivitas wilayah ini dapat
dikategorikan cukup rendah, khususnya daerah
Kab. Mamasa (Kec. Tawalian: 4.240 Ha, Kec.
Balla Kec. Rantebulahan Timur: 2.999 Ha).
Sedangkan Kab. Mamuju Tengah
(Kec.Pangale:254 Ha, Kec.Budong-budong:
10.486 Ha). Untuk itu, daerah tersebut begitu
penting diprioritaskan dalam pembangunan
infrastruktur agar roda perekonomian daerah
yang dimaksud dapat bergerak lebih impresif.
Program 2. Program Terdapat 3 wilayah yang perlu memperoleh
di Pengembangan pengembangan wilayah perbatasan di Sulbar
Sasaran Wilayah yakni Kab. Mamasa (Kec. Tabang) dan Tana
1 Misi 2 Perbatasan Toraja (Kec. Pana)–Sulsel (Kab. Lutra), Kab.
Polman (Kec. Binuang) dan Sulsel (Kab.
Pinrang) dan Kab. Pasangkayu (Kec. Sarjo)-
Sulteng (Kab. Donggala)
Dalam usaha-usaha pengembangan wilayah
perbatasan, alternatif lokasi dengan tingkat
keragaman hayati dengan ekosistem utuh
sebaiknya dihindari. Apabila program
pengembangan wilayah memiliki
ketregantungan pada sumber daya air, maka hal
ini bukan menjadi alasan untuk mengorbankan
wilayah dengan tingkat keutuhan ekosistem dan
keragaman hayati yang tinggi.
Program 3. Program Tidak mengembangkan infrastruktur pelabuhan
di Pembangunan dalam kawasan konservasi laut dan/atau hutan
Sasaran Prasarana dan lindung di Kecamatan pesisir (disesuaikan
1 Misi 3 Fasilitas dengan RZWP Sulbar).
Perhubungan Kab. Mamasa dan Kab. Mamuju Tengah
merupakan daerah yang potensial menopang
percepatan perekonomian Sulbar. Namun,
kedua peran kedua daerah tersebut masih
tergolong minim dalam menyumbang besaran
kue ekonomi di Sulbar, khususnya sumbangsih
kedua daerah tersebut terhadap PDRB Sulbar
dalam 5 tahun terakhir (2010-2014) yang begitu
rendah yakni masing-masing (6,52%) & (6,98
%). Dengan kata lain, kedua wilayah ini
memerlukan pembangunan infrastruktur fasilitas
dan prasarana untuk mencapai perecepatan
pembangunan tersebut. Daerah yang dimaksud
adalah Kab. Mamasa (Kec. Tawalian: 4.240 Ha,
Kec. Balla Kec. Rantebulahan Timur: 2.999 Ha).
153
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Muatan Kebijakan
No Rumusan Alternatif
dan Program
Sedangkan Kab.Mamuju Tengah (Kec.Pangale:
254 Ha, Kec.Budong-budong: 10.486 Ha).
4. Program Perumusan blok migas perlu mempertimbangkan
Pengembangan, kawasan mangrove dan jasa ekosistem,
Pengelolaan utamanya pangan dan jasa penyediaan air
dan Promosi bersih, adapun wilayah yang dimaksud
Potensi Energi berdasarkan Fungsi Kawasan sebagai berikut:
dan Sumber 1). Kawasan Hutan Lindung Kec. Kalukku (34,88
Daya Mineral
ha), Kec. Papalang (88,92 ha), Kec. Sapanga
(35,5 ha), Kec. Karossa (61,1 ha), Kec. Pangale
(122 ha), Kec. Baras (48,1 ha), Kec. Lariang
(34,5 ha), Kec. Pasangkayu (54,6 ha), Kec.
Pedonga (14,8 ha), Kec. Tikke Raya (152,75 ha).
2). Kawasan Hutan Produksi Konversi Kec. Tikke
Raya (52,7 ha), Kec. Pedonga (19,9 ha). 3).
Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kec. Karossa
(9,13 ha), Kec. Topoyo (18,6 ha). 4). Kawasan
Perikanan Kec. Bambalomotu (1,38 ha), Kec.
Dapurang (38 ha), Kec. Lariang (34,7 ha), Kec.
Pasangkayu (45,58 ha). 5). Wilayah Perairan
Kec. Sapanga (26,7 ha), Kec. Pangale (33,25
ha), Kec. Baras (4,8 ha).
Mewujudkan pendefinisian batas-batas Blok
Migas dengan ketentuan batasan akses wilyah
daratan yang dipersyaratkan sesuai dengan
pertimbangan jasa ekosistem dan D3TLH.
Karena penambangan logam dan pembangunan
pembangkit listrik akan membutuhkan lahan,
maka harus benar-benar diperhatikan lokasi
dengan potensi Kehati dan Jasa ekosistem
tinggi.
5. Program Berdasarkan data progres implementasi 5
pengusahaan, sasaran rencana aksi koordinasi dan supervisi
pembinaan dan mineral dan batubara terdapat permasalahan
pengawasan yaitu 1). Sebagian besar perizinan komoditas
bidang mineral batuan langsung IUP Operasi Produksi, tidak
dan batubara melalui WIUP & IUP Eksplorasi sehingga tidak
ada Biaya Pencadangan Wilayah dan Jaminan
Kesungguhan. 2). Masih ada pemegang IUP
komoditas Mineral dan Batubara belum
melaksanakan kewajiban-kewajibannya. 3)
Kurangnya pemahaman Teknis Aparat
Kabupaten terhadap rencana aksi Kordinasi dan
supervisi akibat perubahan UU terkait
kewenangan. Dari permasalahan tersebut maka
154
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Muatan Kebijakan
No Rumusan Alternatif
dan Program
pemerintah provinsi ataupun kabupaten perlu
mengutamakan peningkatan kapasitas
pengawas agar terciptanya pemantauan yang
berkeadilan dan bertanggung jawab.
Sebagian besar pemegang IUP kurang
mengetahui metode pelaporan produksi
sesuai dengan format laporan yang baku maka
dari itu Pemerintah provinsi perlu melakukan
pembinaan dan bimbingan teknis kepada
pemegang IUP kiranya
pemantauan/pemeriksaan dapat berjalan
dengan baik dan berkelanjutan.
6. Program Ada beberapa wilayah yang belum begitu padat
Pengembangan untuk pemukiman yakni Kab. Pasangkayu: Kec.
Perumahan Dapurang (86,66 Ha), Kec. Bambaira (139),
Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155), Kab.
Mamuju:
Tengah yakni Kec. Pangale, (36,23 Ha), Kec.
Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene:
Kec.Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha
dan Kec. Malunda 86, 39 Ha. Daerah tersebut
cukup baik untuk dijadikan sebagai wilayah
pengembangan pemukiman, sehingga dapat
menjadi tempat alternatif transmigrasi.
Program 7. Program
di Pengembangan
Sasaran Wilayah
2 Misi 3 Strategis dan
Cepat Tumbuh
8. Program Keberadaan ekosistem atribut wilayah pesisir
Pengembangan jelas menjadikan bukan lokasi untuk
Pelabuhan pembangunan Pelabuhan Perikanan.
Perikanan
9. Program Terdapat daerah potensial yang dapat menjadi
Pembangunan objek pembangunan pemukiman, yakni wilayah
permukiman yang belum begitu padat pemukiman antara lain
dan Kab. Pasangkayu: Kec. Dapurang (86,66 Ha),
penempatan Kec. Bambaira (139), Kec. Sarjo (149), Kec.
Transmigrasi Tikke Raya (155), Kab.Mamuju:
Tengah yakni Kec.Pangale, (36,23 Ha), Kec.
Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene:
Kec.Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha
dan Kec. Malunda 86,39 Ha. Daerah tersebut
dapat menjadi prioritas pengembangan
pemukiman, sehingga dapat menjadi tempat
alternative daerah transmigrasi.
155
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Muatan Kebijakan
No Rumusan Alternatif
dan Program
10. Program Ada beberapa wilayah yang belum begitu padat
Pengembangan untuk pemukiman yakni Kab. Pasangkayu: Kec.
Kawasan Dapurang (86,66 Ha), Kec. Bambaira (139),
Transmigrasi Kec. Sarjo (149), Kec. Tikke Raya (155),
Kab.Mamuju:
Tengah yakni Kec.Pangale, (36,23 Ha), Kec.
Budong-Budong 94,88 Ha. Kab. Majene:
Kec.Tuno Sendana 62, 54 Ha, Kec. 89, 52 Ha &
Kec. Malunda 86, 39 Ha. Daerah tersebut cukup
baik untuk dijadikan sebagai wilayah
pengembangan pemukiman, sehingga dapat
menjadi tempat alternatif transmigrasi.
Program 11. Program Limbah kawasan agroindustry sekala besar dan
di Pengembangan industry pengolahan hasil perikanan harus
Sasaran sentra-sentra diolah dengan melengkapi industry-industri
1 Misi 4 industri dengan instalasi pengolahan limbah yang baik.
potensial
12. Program Daya Tarik sebagai destinasi pariwisata laut
Pengembangan adalah tingginya keanekaragaman hayati
Industri ekosistem pesisir (lamun, terumbu karang dan
Pariwisata mangrove). Harus ada aturan tegas tentang
jumlah wisatawan maksimum dan harus ada
musim tutup kawasan untuk dapat memulihkan
diri (recovery time)
13. Program Ada 2 teknologi budidaya yang dapat
Pengembangan diterapkan: semi intensif atau supra intensif
Perikanan dengan system pengolahan air limbah yang
Budidaya baik.
14. Program Zona tangkap sebaiknya pada wilayah laut
Pengembangan dengan kedalaman di atas 150 m.
Perikanan
Tangkap
15. Program Pengembangan kawasan budidaya (site
Pengembangan selection) harus mempertimbangkan kondisi
Kawasan awal lokasi pengembangan. Tidak
Budidaya laut, mengorbankan eksisting ekosistem pada tingkat
air payau dan parah.
Air Tawar
156
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
157
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
158
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
159
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
160
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
161
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
162
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
163
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
164
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
165
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
166
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
167
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
168
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
169
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
data dan informasi tersebut, pemanfaatan kawasan hutan untuk lahan pertanian
dan permukiman yang memiliki luasan cukup besar pada kecamatan-kecamatan di
setiap kabupaten dapat diarahkan sebagai lokus prioritas dalam implementasi
sasaran dan program RPJMD terkait dengan pelibatan masyarakat didalam
pengelolaan kawasan hutan seperti dengan mewujudkan program perhutanan
sosial.
Perhutanan sosial merupakan salah satu program pemberdayaan
masyarakat dalam mengelola kawasan hutan. Masyarakat dapat memiliki akses
kelola hutan dengan pemanfaatan hasil hutan yang sesuai prinsip kelestarian.
Program perhutanan sosial yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi
Barat adalah sekitar 50.000 ha, namun sampai saat ini baru sekitar 43.933,23 ha
yang teridentifikasi secara spasial (berdasarkan data Peta Indikatif Areal
Perhutanan Sosial). Keberadaan desa dalam kawasan hutan lindung sering
menimbulkan konflik tenurial dengan berbagai pihak yang berkepentingan. Oleh
karena itu penanganan konflik tenurial dalam kawasan hutan tersebut dapat ditinjau
dari Permen LHK Nomor. 84/Menlhk-Setjen/2015. Pada Permen LHK juga diatur
tentang pelaksanaan penyelesaian konflik tenurial kawasan hutan melalui
perhutanan sosial dan mediasi pada berbagai skema pengelolaan.
Akan tetapi dari hasil penyesuaian antara peta indikatif areal perhutanan
sosial dengan peta rencana kehutanan tingkat provinsi, luasan areal perhutanan
sosial Provinsi Sulawesi Barat yakni 43.933,23 ha sebagian besar (34.670,69 ha)
berada pada arahan kawasan untuk pengusahaan hutan skala BESAR (tujuan
utamanya diarahkan untuk pengusahaan hutan skala besar (korporasi) dengan
berbagai skema, antara lain IUPHHK-HA/HT/RE) sedangkan sisanya hanya
9.262,54 ha pada arahan kawasan untuk pengusahaan hutan skala KECIL (tujuan
utamanya diarahkan untuk pengusahaan hutan skala kecil (masyarakat) dengan
berbagai skema (HTR, HKm, HD). Pada kawasan ini diharapkan peran serta dan
akses masyarakat terhadap sumber daya hutan menjadi terbuka). Adapun
rinciannya disajikan pada Tabel 7.6 dan 7.7 di bawah ini.
170
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Gambar 7.1 Peta Indikatif Areal Perhutanan Sosial Provinsi Sulawesi Barat
171
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Tabel 7.6 Lokasi Indikatif Areal Perhutanan Sosial pada Kawasan Pengusahaan
Hutan Skala Besar
Kabupaten Kecamatan Luas (ha)
Mamasa Sumarorong 330,94
Nosu 423,6
Mamuju Tapalang 0,94
Mamuju 133,23
Papalang 190,97
Tommo 783,46
Sampaga 880,87
Kalukku 898,27
Bonehau 5.165,24
Kalumpang 16.514,16
Mamuju Tengah Karossa 815,57
Topoyo 128,47
Pasangkayu Bambaira 416,91
Bambalamotu 1.774,61
Baras 6,93
Dapurang 5.625,11
Duripoku 290,65
Pasangkayu 277,84
Tikke Raya 12,91
Total 34.670,69
Tabel 7.7 Lokasi Indikatif Areal Perhutanan Sosial pada Kawasan Pengusahaan
Hutan Skala Kecil
Kabupaten Kecamatan Luas (ha)
Mamasa Nosu 4,79
Mamuju Bonehau 22,99
Kalukku 127,15
Kalumpang 1.446,15
Mamuju 26,69
Papalang 228,02
Sampaga 1,55
Tapalang 0,64
Tommo 9,53
Mamuju Tengah Karossa 368,27
Topoyo 222,03
Pasangkayu Bambaira 393,34
Bambalamotu 5.208,52
Dapurang 820,1
Duripoku 0,93
Pasangkayu 361,83
Tikke Raya 20,02
Total 9.262,54
172
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
Dari tabel diatas, diketahui bahwa luasan areal indikatif untuk pelibatan
masyarakat dalam pengelolaan hutan saat ini jika mengikuti rencana kehutanan
yang telah disusun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, masih sangat minim.
Sehingga jika kedepannya arahan indikatif perhutanan sosial ini dijadikan sebagai
landasan dalam pelibatan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan
diperlukan alternatif mekanisme pelibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan
yang dilakukan pada kawasan dengan pengusahaan skala besar. Akan tetapi, jika
alternatif ini dilakukan, konsep pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
hutan akan mengalami hambatan karena pengelolaan hutan akan didominasi oleh
perusahaan-perusahaan besar. Terdapat beberapa rekomendasi yang dapat
dilakukan dalam rangka mengoptimalkan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan
hutan melalui mekanisme program perhutanan sosial yakni dengan melakukan
revisi terhadap lokus-lokus wilayah yang terdapat dalam peta indikatif perhutanan
sosial yang telah ada saat ini dan mengikuti rencana kehutanan tingkat provinsi
yang telah disusun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat sebelumnya.
Berdasarkan data dari Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi yang telah
disusun oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat, luas kawasan untuk
pengusahaan hutan skala kecil yakni tujuan utamanya diarahkan untuk
pemanfaatan berbasis masyarakat dengan berbagai skema (HTR, HKm, HD)
sekitar 42.840,70 ha dengan rincian disajikan pada Tabel 7.8 berikut.
173
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
174
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
175
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
176
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
177
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
RPJMD SULAWESI BARAT TAHUN 2017-2022
178