Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEMERINTAH DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR

SKPD : BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN


PENGEMBANGAN DAERAH
PENGGUNA ANGGARAN : MUHAMMAD HAMMAM SHOLEH, AP
NAMA PPK : YULIA MINARMA POHAN, S.Pt, MP
NAMA PEKERJAAN : PENYUSUNAN RENCANA INDUK SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN.

BADAN PERENCANAAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH


KOTA PEMATANGSIANTAR
2020
I. LATAR BELAKANG
Kota/wilayah tumbuh dan berkembang sebagai akibat representasi kegiatan
masyarakat yang ada atau yang berpengaruh terhadap daerah tersebut. Diatur maupun
tidak, sebuah daerah akan tumbuh dan berkembang berdasarkan keterkaitan yang ada
antara penduduk, aktivitas, penggunaan lahan dan peraturan yang ada. Mekanisme
terjadinya perkembangan dan pertumbuhan daerah akan sangat beragam bergantung pada
karakteristik masing-masing daerah.
Kota sebagai pusat aktifitas masyarakat, lembaga swasta dan pemerintah memiliki
keaneka-ragaman yang khas serta mempunyai dampak yang cukup luas terhadap
penduduk dan masyarakat sekitarnya. Disisi lain Kota merupakan wadah yang
menimbulkan dinamika interaksi sosial antara berbagai kepentingan baik masyarakat
dengan pemerintah atau antar lembaga.
Kota merupakan tempat berlangsungnya aktivitas dan kegiatan dari penduduk dan
masyarakat kota. Kondisi suatu kota dapat mempengaruhi lancar atau tidaknya kegiatan-
kegiatan yang berlangsung di dalamnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Kota
yang teratur akan memperlancar kegiatan-kegiatan di dalam kota, dan lancarnya kegiatan
perkotaan akan mengakibatkan pembangunan di dalam kota tersebut semakin meningkat.
Sebaliknya kondisi kota yang tidak teratur akan turut menghambat kegiatan-kegiatan yang
ada di dalamnya, sehingga dapat memperlambat lajunya pembangunan di dalam kota atau
bahkan dapat menyebabkan kemunduran suatu kota.
Perkembangan dan pertumbuhan kota pada dasarnya merupakan perwujudan dan
tuntutan kebutuhan ruang yang diakibatkan oleh perkembangan dan pertumbuhan penduduk
serta kegiatan fungsionalnya dan interaksi antar kegiatan tersebut. Pertumbuhan dan
perkembangan kota dapat berjalan dengan sendirinya tetapi pada suatu saat dapat
menimbulkan masalah yang sulit untuk diatasi yang bersifat keruangan, struktural dan
fungsional. Melihat kenyataan tersebut, sebaiknya sejak dini bila ada gejala pertumbuhan
dan perkembangan kota, maka perlu sekali diarahkan melalui perencanaan untuk mencapai
keserasian dan keseimbangan dalam pemanfaatan potensi yang ada seefisien dan seefektif
mungkin, agar tercipta hubungan yang serasi dan harmonis antara manusia dan
lingkungannya.
Bahwa keselamatan jiwa dan harta benda masyarakat pengguna lingkungan
bangunan dan bangunan gedung di Kota Pematangsiantar harus menjadi pertimbangan
utama khususnya mengenai perlindungan terhadap bahaya kebakaran, agar dapat melakukan
kegiatannya, dan meningkatkan produktivitas serta kualitas hidupnya. Perlindungan
terhadap ancaman bahaya kebakaran merupakan nilai tambah yang sangat penting bagi citra
suatu daerah secara keseluruhan atau lingkungan bangunan dan bangunan gedung secara
individu sehingga diharapkan dapat memberikan rasa aman, nyaman dan mampu menarik
minat investor.
Kebakaran adalah ancaman yang sangat patut diperhitungkan di kota maupun
didunia. Kejadiannya tidak dapat dipastikan, gejala yang terjadi pada setiap kejadian belum
pernah sama (setiap kasus memiliki karakter tersendiri) sehingga sulit diprediksi. Yang
dapat dilakukan hanyalah upaya untuk meminimalkan korban dan kerugian. Daerah
Perkotaan semakin rentan terhadap risiko kebakaran hal ini akibat dari Tidak terimbanginya
risiko kebakaran dengan mitigasi yang seharusnya dilakukan dalam upaya meminimalisir
kejadian kebakaran, risiko kebakaran di perkotaan belum teridentifikasi secara baik dan
kendala teknis lainnya menyangkut sarana dan operasional pemadam kebakaran yang
disiapkan oleh pemerintah.
Fenomena kebakaran di kawasan perkotaan di Indonesia berkaitan erat dengan
masalah internal yang dihadapi :
- Perkembangan pembangunan yang sangat pesat diperkotaan sering kurang diimbangi
dengan penyediaan prasarana dan pranata peraturan yang memadai untuk
mengantisipasi masalah kebakaran.
- Kurangnya perhatian terhadap aspek pengamanan dan perlindungan terhadap bahaya
kebakaran yang seharusnya diperhitungkan sedini mungkin, terutama masalah
perencanaan mulai tahap perencanaan awal, pelaksanaan, pengoperasian dan
pemeliharaan serta evaluasi dari suatu objek rekayasa (Kota, bangunan dan atau
kompleks industi).
- Masih diperlukannya kelengkapan peraturan, standard dan pedoman teknis mengenai
pencegahan kebakaran disamping meningkatnya unsur penyebarluasan dan
pemahaman standar dan pedoman yang ada.
- Aspek fire safety management masih kurang mendapat perhatian
- Kenyataan terhadap bahaya kebakaran yang terjadi akhir-akhir ini yang cenderung
meningkat secara kualitas dan kuantitas maka masalah pencegahan kebakaran harus
ditangani secara professional.
- Hubungan kerja antar unsur terkait berada pada level yang sangat minim.
Fenomena kebakaran khususnya dikawasan perkotaan adalah musibah yang harus
diwaspadai setiap saat, karena tidak ada satupun sistim yang dapat memberikan jaminan
bahwa kejadian kebakaran akan terhenti pada suatu kurun waktu tertentu. Untuk itu
pemerintah berinisiatif mewajibkan setiap kota/kabupaten membuat Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran untuk meminimalisir dampak kebakaran yang terjadi diberbagai kota di
Indonesia.
Untuk lebih berdaya gunanya kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran
yang berbasis pada lingkungan bangunan dan bangunan gedung secara berkesinambungan,
diperlukan penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran.
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang
terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif
maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya
terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan,
pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungannya. RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana
Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK
memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi
terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan
gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan
penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana
tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman
kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
II. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 5059).
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
5. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4247);
6. Undang-undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999, Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3848);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan penanggulangan bencana;
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun;
13. Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 1987, Tentang Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintahan Di Bidang P.U Kepada Daerah Tahun 1987, No. 259;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/PRT/M/.2010 tentang Pedoman
Revitalisasi Kawasan;
17. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 03/SE/M/2009 tentang Modul
Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
19. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas
dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;
21. Peraturan Menteri PU No 20/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Teknis Manajemen
Proteksi Kebakaran di Perkotaan.
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Teknis
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
23. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran;
24. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum R.I No. 11/ KPTS/ 2000. Tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan;
25. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum R.I No. 10/KPTS/2000, Tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan;
26. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 468 /KPTS/ 1998.
Tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum Dan Lingkungan;
27. Keputusan Dirjen Perumahan dan Pemukiman Departemen Permuliman dan
Prasarana Wilayah No. 58 /KPTS/ 2002. Tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindak
Darurat Kebakaran Pada Bangunan Gedung;
28. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan;
29. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 01/SE/DC/2009 perihal Modul
Sosialisasi Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
30. Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 1 Tahun 2013 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Pematangsiantar Tahun 2012-2032.

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran adalah :
1. Tersusunnya pedoman bagi Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar dalam
merumuskan kebijakan dan skenario pengembangan yang dibutuhkan bagi kegiatan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran.
2. Sebagai arahan untuk penanganan masalah kebakaran dan bencana lain dan dapat
dilakukan peninjauan kembali sesuai dengan keperluan.
3. Terwujudnya tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang fungsional, andal sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Meningkatkan komitmen pemerintah daerah, perencana dan masyarakat dalam
pemenuhan persyaratan keandalan kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung.
5. Meningkatkan fungsi kelembagaan dinas/instansi yang terkait dengan penyelenggaraan
bangunan gedung pada pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran, termasuk
didalamnya memuat jumlah ideal personil pemadam kebakaran, struktur organisasi,
tupoksi dan jenis pelatihan pemadaman kebakaran.
6. Mengefektifkan pembangunan infrastruktur kota, pos kebakaran kota dan mobil
kebakaran dan kelengkapannya sesuai dengan SNI/Standar Baku.

IV. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari keluaran dan hasil pekerjaan ini,
adalah data dan informasi sehingga dapat berfungsi sebagai panduan, rujukan, serta tindak
lanjut bagi pengambil kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan
bahaya/bencana kebakaran.

V. KELUARAN (OUTPUT)
Hasil akhir dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah adanya dokumen Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran Kota Pematangsiantar.

VI. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup kegiatan pekerjaan penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran Kota
Pematangsiantar mencakup :
1. Pengumpulan Data dan Informasi
Terkait Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi awal wilayah dan
potensi Kawasan, serta untuk memperoleh data sebagai bahan analisis. Data dan Informasi
yang dibutuhkan dalam penyusunan dokumen Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran di
Kota Pematangsiantar:
a. dokumen RTRW kota,
b. dokumen RPJM daerah;
c. dokumen institusi OPD yang berhubungan dengan Rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran;
d. dokumen tentang kebakaran dan bencana yang pernah terjadi dengan memperhatikan
rencana pengembangan kota, serta rencana prasarana dan sarana kota lainnya;
e. data dan informasi kondisi yang berhubungan dengan proteksi kebakaran.

1. 1. Penetapan Peta Dasar


Penetapan peta dasar sekurang-kurangnya menggunakan peta dasar yang
bersumber pada RTRW sesuai skala yang ditetapkan, dan diintegrasikan
(layer/overlay) dengan data spasial antara lain:
1) sistem jaringan jalan raya dan kereta api yang ada
2) sumber-sumber air
3) tapak bangunan
4) sentra ekonomi
6) kota industri dan kota lainnya
7) lingkungan
8) hutan/taman
9) spot banjir
10) lokasi pos kebakaran
11) lokasi hydrant
12) tangki timbun bahan bakar, pembangkit listrik, dll
13) wilayah manajemen kebakaran (protected area)

1.2. Penaksiran Risiko Kebakaran dan Penempatan Stasiun/Pos Kebakaran mengacu pada
Kepmeneg PU No 11/KPTS/2000 dan/atau perubahannya.
- Penaksiran risiko kebakaran meliputi:
1) Penaksiran risiko bahaya kebakaran struktur
2) Penaksiran risiko bahaya kebakaran khusus
- Pemetaan stasiun/pos kebakaran

1.3 Kajian dan Analisis IPK


- Kajian kebutuhan IPK Dilakukan dengan cara :
1) Mengumpulkan data dan informasi instansi pemadam kebakaran (IPK) yang
ada: organisasi, sumber daya manusia, prasarana, sarana, tatalaksana
operasional, dan peran serta masyarakat serta;
2) Membuat daftar kebutuhan IPK sesuai dengan peta risiko kebakaran.
- Analisis kebutuhan IPK Dilakukan dengan cara :
1) Membuat analisis terhadap apa yang kurang, rusak, usang, macet, belum
tersedia serta analisis/evaluasi tingkat kemampuan aliran air kontinyu (water
supply logistic).
2) Membuat daftar kebutuhan untuk pengadaan ke depan.

1.4 Analisis Peraturan


a. Melakukan identifikasi dan analisis terhadap NSPM pencegahan dan
penanggulangan kebakaran yang digunakan sebagai acuan kebijakan.
b. Identifikasi dan analisis terhadap implementasi NSPM, dilihat dari aspek teknis
administratif, teknis teknologis serta dihubungkan dengan waktu
pemberlakuannya.
c. Dengan kegiatan identifikasi dan analisis tersebut akan dapat diketahui tentang
efektifitas persyaratan proteksi kebakaran dalam memperkecil risiko kebakaran
pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung perkotaan.

1.5 Pembiayaan Penyusunan usulan biaya meliputi hal sebagai berikut:


a. Penghitungan besaran biaya yang dibutuhkan untuk implementasi seluruh
kegiatan RISPK dalam jangka waktu 10 tahunan yang tercakup dalam RPIJM
daerah dan rencana program tahunan sesuai tahapan yang diusulkan, termasuk
biaya operasi dan pemeliharaan;
b. Penyusunan rencana tentang sumber-sumber pembiayaan;
c. Pengidentifikasian besaran biaya dan sumber-sumber pembiayaan dari para
pihak yang terkait antara lain : Pemerintah; pemerintah daerah, Instansi terkait,
masyarakat dan swasta.
2. Identifikasi dan Analisis
Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran data actual serta kebutuhan
selanjutnya.
Secara keseluruhan ada 2 (dua) tahapan yang perlu untuk dilakukan:
a. identifikasi rencana pembangunan yang akan dilakukan yang telah masuk dalam
dokumen-dokumen perencanaan seperti RTRW, RPJMD, rencana induk/master plan
pengembangan, (terutama terkait dengan matrik program pengembangan);
b. perkiraan kebutuhan pengembangan serta IPTEK yang akan dikembangkan sebagai
pendukung pengembangan kawasan. Analisis ini diperlukan untuk melihat perkiraan
kebutuhan pengembangan prasarana dan sarana pendukung.
Data yang dibutuhkan :
 Data yang berkaitan dengan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran di Kota
Pematangsiantar (baik fisik maupun non fisik), data tersebut diambil dari beberapa
OPD yang terkait langsung dengan kebakaran;
 Data demografi;
 Data PDRB Kota Pematangsiantar Tahun 2018/2019;
 Data Pematangsiantar Dalam Angka 2018/2019;
 Data Materi Teknis RTRW dan Data Tata Ruang;
 Data institusi/kelembagaan yang diambil dari beberapa OPD yang berkaitan.
3. Perumusan Dokumen Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran di Kota Pematangsiantar.
Langkah-langkah penulisan/ dokumentasi Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran di Kota
Pematangsiantar meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Internalisasi Penyamaan Persepsi.
b. Penyiapan Profil Wilayah, meliputi:
 Pemahaman ruang lingkup Study dalam rangka menyepakati cakupan wilayah kajian,
 Mengumpulkan data sekunder,
 Mendiskusikan data dan sumber yang dibutuhkan untuk penyusunan profil wilayah,
 Menyusun profil wilayah.
c. Penilaian Profil, mendiskusikan, mempetakan dan menyepakati sistem.
 Menyusun tabel data sekunder berdasarkan dokumen data sekunder,
 Melakukan pengumpulan data primer dan hasil kajian,
 Mengidentifikasi dan menyepakati permasalahan di masing-masing sub-sektor,
 Mengidentifikasi program dan kegiatan pembangunan yang sedang berjalan.
Dengan adanya penyusunan Meteri teknis tentang rencana Induk Sistem Proteksi
Kebakaran Kota Pematangsiantar ini lingkup kegiatan yang diharapkan adalah :
a. Tersusunnya Rencana Induk sistim proteksi Kebakaran Kota Pematangsiantar yang
dapat di jadikan sebagai pedoman bagi instansi kebakaran dalam penanggulangan
kebakaran Kota.
b. Terwujudnya keselamatan jiwa, harta benda dari pemilik/pengelola/pengguna
bangunan gedung sesuai kaidah-kaidah penanggulangan kebakaran bangunan dan
lingkungan.
c. Terintegrasinya sistem penanganan penanggulangan bencana secara umum yang
mencakup keterkaitan lintas instasi di Kota Pematangsiantar dan peningkatan peran
masyarakat dalam penanggulangan masalah kebakaran.
d. Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) terdiri dari Rencana Sistem
Pencegahan Kebakaran (RSCK) dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran
(RSPK) di Provinsi/kabupaten/kota untuk kurun waktu 10 tahun.
e. RSCK memuat berbagai rencana tentang kegiatan pencegahan kebakaran yang
sekurang-kurangnya terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya
kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung serta kegiatan
edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma,
Standar, Pedoman dan Manual (NSPM).
VII. TENAGA AHLI / PENDUKUNG YANG DIPERLUKAN
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan ini, diperlukan tenaga ahli dengan perincian sebagai
berikut:
1) Team Leader/ Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 bidang Planologi/
Arsitektur yang dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut, memiliki pengalaman
profesional selama 5 tahun.
2) Ahli Infrastruktur Wilayah, 1 orang
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Teknik Sipil yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut, memiliki pengalaman profesional
selama 3 tahun.
3) Ahli Sarana/Prasarana, 1 orang
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Teknik Sipil yang
dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut, memiliki pengalaman profesional
selama 3 tahun.
4) Asisten Perencanaan Wilayah dan Kota, 1 orang
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang S1 Teknik Planologi/
Arsitektur yang dibuktikan dengan ijasah S1 di bidang tersebut, memiliki pengalaman
profesional selama 2 tahun.
5) Surveyor, 3 orang
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang Diploma yang sesuai
untuk melakukan survey sesuai kebutuhan, memiliki pengalaman profesional selama 1
tahun.
6) Tenaga Administrasi/ Keuangan/ Operator Komputer, 1 orang
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang Diploma yang dibuktikan
dengan ijasah di bidang tersebut, memiliki pengalaman profesional selama 1 tahun.
7) Tenaga Drafman, 1 orang
Disyaratkan dengan pendidikan sekurang-kurangnya jenjang Diploma yang dibuktikan
dengan ijasah di bidang tersebut, memiliki pengalaman profesional selama 1 tahun.

VIII. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 2 bulan (60 hari kalender) terhitung
sejak Surat Perintah/Tugas Pelaksanaan Pekerjaan diterbitkan.

IX. BIAYA
Sumber pendanaan adalah P.APBD Pemerintah Kota Pematangsiantar, TA 2020
dengan biaya Rp. 98.499.997,- (Sembilan puluh delapan juta empat ratus sembilan puluh
sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh tujuh rupiah) termasuk PPN.

X. PELAPORAN
Laporan yang harus dibuat oleh Konsultan adalah:
1) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan mencakup latar belakang, tujuan dan sasaran pekerjaan; ruang
lingkup pekerjaan dan kajian; jadwal pekerjaan dan mobilisasi personil; dan metodologi
pekerjaan. Laporan ini diserahkan paling lambat 3 (tiga) minggu setelah diterima Surat
Perintah Kerja sebanyak 5 eksemplar.
2) Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat dan menyempurnakan seluruh hasil kajian dan memberikan
kesimpulan dan saran. Laporan Final ini dibuat sebanyak 15 (lima belas) eksemplar,
Album Peta sebanyak 5 (lima) eksemplar, CD sebanyak 6 (enam) buah dan Flash Disc
sebanyak 2 (dua) buah, diserahkan 60 (enam puluh) hari setelah Surat Perintah Kerja
diterima.

XI. KETENTUAN LAINNYA


1) Teknik penyajian semua laporan di atas mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Pengetikan 1.5 spasi dengan kertas HVS polos ukuran A4.
b. Seluruh kepemilikan data dan hasil kegiatan sebagaimana dicantumkan dalam
KAK ini adalah milik pemberi pekerjaan dan penggunaan data/informasi yang
terkait dengan pekerjaan ini harus mendapat ijin terlebih dahulu dari pemberi
pekerjaan.

Pematangsiantar, September 2020

Dibuat Oleh,
Pejabat Pembuat Komitmen,

YULIA MINARMA POHAN, S.Pt, MP

Anda mungkin juga menyukai