Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PENYUSUNAN PROFIL GENDER KOTA


PEMATANGSIANTAR

2018
KERANGKA ACUAN KERJA
PENYUSUNAN PROFIL GENDER KOTA PEMATANGSIANTAR

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan pembangunan pada era millenium Millenium Development Goals
(MDG’s) adalah menuju kemitrasejajaran laki-laki dan perempuan dengan meningkatkan
keadilan dan kesetaraan gender pada setiap sektor pembangunan. Akan tetapi masalah
ketidakadilan gender ditunjukkan oleh rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan,
tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang diukur dengan angka
Indeks Pembangunan Gender (Gender-related Development Index atau GDI) dan angka
Indeks Pemberdayaan Gender (Gender Empowerment Index atau GEM). Selain itu masih
banyaknya peraturan perundang-undangan, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan dan anak, serta
lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarus-utamaan gender serta kelembagaan yang
peduli anak termasuk keterbatasan data terpilah menurut jenis kelamin. Angka GEM dan
GDI Indonesia termasuk terendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Hal ini
berarti ketidakadilan gender di berbagai bidang pembangunan masih merupakan masalah
yang akan dihadapi di masa mendatang.
Sementara itu, tantangan yang dihadapi sejalan dengan era desentralisasi, yaitu
timbulnya masalah kelembagaan dan jaringan di daerah (provinsi dan kabupaten/kota),
terutama yang menangani masalah-masalah pemberdayaan perempuan dan anak.
Program-program pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak merupakan
program lintas bidang dan lintas program, sehingga diperlukan koordinasi mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi. Sistem pemerintahan serta lembaga-
lembaga dari tingkat pusat hingga daerah yang belum sepenuhnya responsif gender dapat
meminggirkan perempuan secara sistematis melalui kebijakan dan program.
Data statistik yang menjadi basis pengambilan keputusan dalam penyusunan
kebijakan dan program tidak mampu mengungkap dinamika kehidupan perempuan dan
laki-laki. Data tersebut dikumpulkan secara terpusat tanpa memperhatikan
kontekstualitas dan tidak mampu mengungkap perbedaan kondisi perempuan-laki-laki
sehingga kebijakan, program, dan lembaga yang dirancang menjadi netral gender dan
menimbulkan kesenjangan dan ketidakadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan.
Di samping itu, terbatasnya data pembangunan yang terpilah menurut jenis kelamin,
mengakibatkan kesulitan dalam menemukenali masalah-masalah gender yang ada.
Karena kesetaraan dan keadilan gender belum mencapai tahapan yang diharapkan semua
pihak, oleh karena itu Pemerintah melalui berbagai kebijakan peraturan perundang -
undangan yang secara garis besar terkait dengan urusan wajib Pemerintahan dalam
bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Secara geografis Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53’ 20” - 3° 01’ 00”
Lintang Utara dan 99° 1’00” - 99° 6’ 35” Bujur Timur, berada di tengah–tengah wilayah
Kabupaten Simalungun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km² terletak
400-500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan,
kecamatan yang terluas adalah kecamatanSiantar Sitalasari dengan luas wilayah
22,723 km² atau sama dengan 28,41% dari total luas wilayah Kota Pematangsiantar
Secara administratif, wilayah Kota Pematangsiantar terbagi menjadi 8 kecamatan,
yaitu :
No. Kecamatan Luas Wilayah (km²) Jumlah Desa/Kelurahan
1 Kecamatan Siantar Barat 3,205 8
2 Kecamatan Siantar Marihat 7,825 7
3 Kecamatan Siantar Marimbun 18,006 6
4 Kecamatan Siantar Martoba 18,022 7
5 Kecamatan Siantar Selatan 2,020 6
6 Kecamatan Siantar Sitalasari 22,723 5
7 Kecamatan Siantar Timur 4,520 7
8 Kecamatan Siantar Utara 3,650 7
JUMLAH 79,971 53

Jumlah Penduduk Kota Pematangsiantar pada tahun 2015 mencapai 247.411 jiwa
dengan kepadatan penduduk 3.093,86 jiwa per km².
Penduduk perempuan di Kota Pematangsiantar lebih banyak dari penduduk laki-
laki. Pada tahun 2015 penduduk Kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 120.597 jiwa dan penduduk perempuan 126.814 jiwa. Dengan demikian sex
ratio penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,10.
Jumlah Kepadatan Penduduk
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan
Penduduk (jiwa per km²)
1 Siantar Barat 18.214 18.911 35.467 11.583,46
2 Siantar Marihat 9.372 9.724 19.096 2.440,38
3 Siantar Marimbun 7.585 8.022 15.607 866,77
4 Siantar Martoba 20.261 20.205 40.466 2.245,37
5 Siantar Selatan 8.456 9.403 17.859 8.841,09
6 Siantar Sitalasari 14.080 14.437 28.517 1.254,98
7 Siantar Timur 19.162 21.040 40.202 8.894,25
8 Siantar Utara 23.467 25.072 48.539 13.298,36
Jumlah Kepadatan Penduduk
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan
Penduduk (jiwa per km²)
JUMLAH 120.597 126.814 247.411 3.093,86

Penduduk di Kota Pematangsiantar umumnya adalah suku Batak Simalungun,


Batak Toba, Suku Jawa dan sebagian kecil Tionghoa, Batak Karo dan suku lainnya.
Mayoritas penduduk siantar menganut agama Kristen. Data BPS Sensus 2015 penduduk
yang beragama Kristen sebanyak 51.25% (Kristen Protestan 46.54% dan Katolik 4.71%)
dari 247.411 jiwa penduduk. Selain itu agama Islam juga banyak dianut yakni mencapai
43.90%. Selebihnya agama Buddha 4.36%, Konghucu 0.01% dan Hindu 0.11%.

Pentingnya Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) diakui sebagai persoalan


penting oleh Indonesia dan tercermin pada dokumen-dokumen Garis-Garis Besar Haluan
Negara (GBHN) Tahun 1978, 1993, 1988,1993 dan 1999. GBHN dan Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) 1999-2004 menyebutkan secara khusus
kesetaraan gender sebagai salah satu tujuan khusus pembangunan dan GBHN
menambahkan pentingnya perbaikan status perempuan untuk mencapai kesetaraan
gender. Selanjutnya Strategi Pengarusutamaan Gender digarisbawahi sebagai strategi
pembangunan nasional dan menjadi strategi lintas sektoral pada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan dokumen Strategi
Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) jangka panjang yang didalamnya
terdapat Rencana Aksi 2005-2009.
Secara global sudah ada Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Perempuan (CEDAW) yang di Indonesia sudah diratifikasi dengan UU No. 7
Tahun 1984. CEDAW sebagai suatu komitmen global seharusnya menjadi payung dalam
pembentukan perundang-undangan disemua negara yang menandatangani dan
meratifikasinya. Di dalam CEDAW (UU 7/1984) jelas dinyatakan apa saja yang harus
dilakukan oleh negara dalam meniadakan diskriminasi terhadap perempuan.
Tonggak lain dalam upaya meniadakan diskriminasi terhadap perempuan adalah
kesepakatan Beijing yang dikenal dengan Beijing Platform For Action (BPFA). Ada dua
belas wilayah kritis yang harus mendapat perhatian negara jika ingin menghapus
diskriminasi terhadap perempuan menegakkan Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG).
Keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara maupun daerah
sampai kini diukur salah satu diantaranya berdasarkan indikator pembangunan
manusianya dengan populernya Human Development Index (HDI) dan Gender
Development Index (GDI).
Hasil dari pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia selama ini masih terdapat
kesenjangan relasi antara perempuan dan laki-laki (tepatnya kesenjangan gender), baik
dalam akses terhadap sumberdaya pembangunan, kesempatan berpartisispasi dalam
pelaksanaan pembangunan dan pengambilan keputusan, kontrol pengawasan terhadap
pemanfaatan sumberdaya pembangunan maupun dalam penikmatan hasil-hasil
pembangunan yang telah dilaksanakan. Seperti pada bidang pendidikan, kesehatan,
ekonomi, hukum, lingkungan, sosial budaya dan politik, dan pengambil keputusan,
perlindungan anak dan berbagai aspek lainnya. Dalam bidang pendidikan, kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan formal masih lebih banyak diberikan kepada laki-laki
dibanding perempuan.
Penyusunan profil Gender merupakan salah satu cara yang paling efektif dalam
memberikan gambaran tentang kondisi gender di suatu wilayah Kabupaten/ Kota.
Adanya nilai-nilai budaya patriarki di masyarakat yang masih kuat, telah menjadi sikap
dan perilaku dalam kehidupan. Selain itu adanya pemahaman yang sempit dari
penjabaran makna nilai dalam agama, serta nilai-nilai budaya lainnya yang cenderung
bias gender. Akibatnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tradisi lisan seperti
norma atau etika yang berlaku, mempertajam kesenjangan antara laki-laki dan
perempuan dalam mengakses, berpartisipasi, mengontrol dan mendapatkan manfaat dari
sumberdaya Profil Kabupaten Pangkep akan sangat berguna dalam merencanakan
berbagai kebijakan pembangunan. Meskipun diketahui bahwa data Statistik yang ada
telah menunjukkan beberapa data gender atau data terpilah, namun masih sangat terbatas
pada data tertentu saja.
Buku Profil Gender akan memuat informasi tentang kondisi laki-laki dan
perempuan yang berada disemua lembaga baik lembaga pemerintah maupun swasta yang
memiliki peran dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan yang responsif
gender.

Dengan mengacu pada pedoman umum ini maka Pemerintah Kota Pematangsiantar
bermaksud melaksanakan kebijakan tersebut dengan menyediakan pembiayaan kegiatan,
guna terwujudnya bahan - bahan perumusan kebijakan yang berupa penyelenggaraan
data gender dan anak yang bersifat lokal sehingga kesetaraan dan keadilan gender di
berbagai bidang pembangunan bisa terwujud.
Dalam rangka upaya proses penyetaraan gender di Kota Pematangsiantar yang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka langkah awal yang perlu dilakukan
adalah pendataan secara menyeluruh yang diwujudkan pada kegiatan program Tahun
2018 melalui kegiatan Penyusunan Profil Gender Kota Pematangsiantar.

B. MAKSUD DAN TUJUAN STUDI


Maksud kegiatan ini adalah melakukan pendataan dan penyusunan sebuah buku profil
gender di Kota Pematangsiantar yang diharapkan akan sangat bermanfaat dalam
mengkaji permasalahan kesetaraan dan keadilan gender di lingkupan bidang
pembangunan daerah. Sedangkan tujuan pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. Tersedianya data terpilah menurut jenis kelamin, berupa data jumlah dan kondisi
laki-laki dan perempuan di Kota Pematangsiantar;
2. Tersedianya informasi gender yang dapat dijadikan dasar dalam perencana,
pelaksana dan evaluasi kebijakan program yang ada;
3. Menjadi pendorong bagi elmbaga pemerintah dalam hal penyusunan data yang lebih
responsive gender, yaitu menyiapkan data-data yang dipilih antara laki-laki dan
perempuan.

C. MANFAAT PEKERJAAN

1. Sebagai informasi statistic gender pada aspek pendidikan, ekonomi,


ketenagakerjaan, kesehatan, public dan lainnya;
2. Buku profil gender Kota Pematangsiantar 2018 yang akan menjadi proses
munculnya kesadaran bagi semua pihak khususnya bagi penyusunan kebijakan
dalam merencanakan kegiatan dengan memperhatikan aspek kebutuhan laki-laki dan
perempuan;
3. Diharapkan buku profil gender ini mencapai tujuan lebih tajam dan
berkesinambungan.

D. LANDASAN HUKUM
Dasar Hukum mengenai Gender di Indonesia berlandaskan :
1. Amandemen UUD 1945, Pasal 28B ayat (1), dan Pasal 31 ayat (1)
2. UU No.20/2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional
3. Inpres No.9/2000 ttg Pengarusutamaan Gender
4. Perpres No.7/2005 ttg Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2004-2009
5. Perpres No. ttg Rencana Kerja Pembangunan Th. 2006
6. Hasil Kesepakatan Dunia ttg :Education for All, Convention on the Right of Child,
Millenium Development Goals, Word Summit on Sustainable Development.
7. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 :
- Pasal 28B ayat (1): Bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia
- Pasal 31 ayat (1): Bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan
8. UU. 20/2003 TTG SISDIKNAS :
- Pasal 4 (1): Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia, nilai
keagamaan, nilai cultural, dan kemajemukan bangsa
- Pasal 4 (3): Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat
- Pasal 5 (1): Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu
- Pasal 5 (5): Setiap warga Negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat
9. Pengarusutamaan Gender (Inpres No.9 Tahun 2000) : Suatu strategi untuk mencapai
kesetaraan dan keadilan gender (KKG) melalui kebijakan dan program yang
memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan
laki-laki ke dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan sektor
pembangunan
10. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 5
Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Data Gender dan Anak

E. LINGKUP PEKERJAAN
1. Lingkup Wilayah Kegiatan
Ruang lingkup wilayah kegiatan untuk pekerjaan ini adalah wilayah Kota
Pematangsiantar.

2. Lingkup Kegiatan Pekerjaan


- Penentuan sumber data buku profil
- Pengumpulan data berdasarkan kebutuhan dalam penyusunan buku profil
gender
- Penyusunan profil dan data terpilah gender Kota Pematangsiantar 2018
- Menentukan metode dalam analisis
- Kesimpulan dan rekomendasi upaya awal proses penyetaraan gender di Kota
Pematangsiantar.

F. KELUARAN-KELUARAN
Keluaran dari seluruh rangkaian kegiatan ini adalah tersusunnya suatu dokumen
mengenai Profil Gender Kota Pematangsiantar.

G. TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan, diperlukan beberapa tenaga ahli,
yaitu sebagai berikut:
1. Team Leader/Ahli Planologi, dengan kualifikasi Pendidikan Minimal S1 serta
berpengalaman minimal 5 tahun dan memiliki SKA.
2. Tenaga Ahli Bidang Sosiologi, dengan kualifikasi Pendidikan minimal S1 Sosiologi,
berpengalaman kerja minimal 3 tahun
3. Tenaga Ahli Bidang Ekonomi, dengan kualifikasi Pendidikan minimal S1,
berpengalaman 3 tahun.
4. Teanaga Ahli Pemetaan lulusan Sarjana Teknik Sipil/Geodhesi dengan kualifikasi
pendidikan minimal S1, berpengalaman minimal 3 tahun serta memiliki SKA.

H. SISTEMATIKA PELAPORAN
Sistem Pelaporan Laporan yang diberikan oleh Penyedia jasa Konsultansi dalam rangka
pelaksanaan pekerjaa Penyusunan Profil Gender Kota Pematangsiantar ini adalah:

1. Laporan Pendahuluan sebanyak 5 eksemplar diserahkan paling lambat 14 hari


setelah penandatanganan Kontrak
2. Draft Laporan Akhir sebanyak 5 eksemplar diserahkan paling akhir pada hari jatuh
tempo;
3. Laporan Akhir sebanyak 5 eksemplar diserahkan paling akhir pada hari jatuh tempo;
4. CD dari soft copy hasil pekerjaan sebanyak 5 keping diserahkan juga bersamaan
dengan penyerahan laporan akhir

I. SUMBER PENDANAAN
Biaya Kegiatan ini adalah sebesar Rp 150.000.000,- (Seratus Lima Puluh Juta Rupiah)
bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) Kota Pematang Siantar tahun 2018.

J. JADWAL KEGIATAN
Jangka waktu pelaksanaan untuk penyelesaian kegiatan ini maksimal 90 (seratus dua
puluh) hari kalender, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Keputusan oleh Pemberi
Tugas.
Jadwal pelaksanaan kegiatan secara lengkap dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Bulan
Kegiatan
I II III
Persiapan
Survey lapangan
Laporan Pendahuluan
Diskusi/Presentasi
Draft Laporan Akhir
Diskusi/Presentasi
Laporan Akhir

K. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pekerjaaan ini yang merupakan syarat pelengkap Dokumen
Administrasi dan Teknis dalam proses seleksi pada Badan Perencanaan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Kota Pematang Siantar.

Anda mungkin juga menyukai