PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan sesuai
dengan Visi Kementerian Kesehatan “Terwujudnya Masyarakat
Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan untuk Menuju Indonesia
Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan
Gotong Royong”. Guna mendukung peningkatan kualitas manusia
Indonesia, Kemenkes menetapkan misi sebagai berikut
1. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau
seluruh penduduk Indonesia;
2. Memberdayakan masyarakat dan mengharus utamakan
pembangunan kesehatan;
3. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan mutu sumberdaya
kesehatan;
4. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
inovatif.
Dalam perjalanannya, indikator kesehatan tersebut bersifat
dinamis mengikuti situasi dan kondisi yang ada. Beberapa indikator
mengalami perubahan, baik indikatornya itu sendiri maupun
definisinya.
Perjalananan sosialisasi dan advokasi yang mendorong
pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam pembangunan yang
diterjemahkan dalam kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
sangat dinamis. Mulai dari upaya pengintegrasian pengarusutamaan
B. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
A. TUJUAN
B. RUANG LINGKUP
1. Data Demografi
a. Luas Wilayah
Berdasarkan data statistik tahun 2020, Wilayah Kerja
Puskesmas Sipatana Kecamatan Sipatana memiliki luas
sebesar 4.87 km2. Secara geografis Wilayah kerja
Puskesmas Sipatana berada pada ketinggian 6 meter diatas
permukaan laut yang terletak pada 1o LU dan 123o BT
Gambar 1
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Sipatana Kota Gorontalo
Piramida Penduduk
LAKI-LAKI PEREMPUAN
75+ 87
125
70 - 74 157181
65 - 69 240 258
60 - 64 343 357
55 - 59 406 477
50 - 54 561 588
45 - 49 679 703
40 - 44 776 797
35 - 39 755 746
30 - 34 689 656
25 - 29 869 812
20 - 24 890 864
15 - 19 950 918
10 - 14 921 879
5-9 851 817
0-4 562 715
6
5
4
3
2
1
0
Bulotadaa
Barat Bulotadaa
Timur Tapa
Molosipat - U
Tanggikiki
g. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan puskesmas bersumber dari pendapatan
puskesmas yang digunakan kembali sebagai biaya
operasional. Sumber pendapatan puskesmas berasal dari
jasa pelayanan pasien Umum, JKN, Pendapatan
Administrasi Daerah (PAD) dan Bantuan Operasional
Kesehatan (BOK). Adapun pendapatan Puskesmas Sipatana
dapat dilihat pada grafik dan tabel berikut.
Grafik 4.
Tentang Sumber dan Pendapatan Puskesmas Sipatana sampai Tahun 2020
SUMBER PENDAPATAN
Tahun 2019 Tahun 2020
837,824,673
490,000,000
448,015,000
839,702,730
21,467,000
8,472,000
PAD JKN (BPJS) DAK NON FISIK (BOK)
Grafik 5.
Indikator Kinerja Penyakit TB Puskesmas Sipatana Tahun 2020
400
300
200
100
0
Sasaran
Target
Capaian 2020
N STRATA /
KELURAHAN JLH POSYANDU JLH KADER
O TINGKATAN
Posyandu Lansia
Posyandu Lansia Puskesmas
Sipatana berada di Kelurahan Tapa dengan
status aktif dan melasanakan kegiatan
pelayanan.
Target Cakupan
Pencapai
Jumlah Sasara Sub
No Jenis Kegiatan Satuan an Var.
Sasaran n Var.
(T) (H) (SV) (V)
III
KESEHATAN IBU DAN ANAK TERMASUK
71.2
KELUARGA BERENCANA
A Kesehatan Ibu X 88.17
Bumil dengan Buku KIA Bumil 438 438 372 84.9
Bumil dengan P4K / MOU Bumil 438 438 290 66.2
K1 Bumil (100%) Bumil 438 438 372 84.9
K4 Bumil (95%) Bumil 438 416 290 69.7
Persalinan Nakes (90%) Bumil 418 376 323 85.9
Deteksi Resiko Tinggi oleh Nakes Bumil 88 88 104 118.2
Penanganan Komplikasi Kebidanan Bumil 88 88 84 95.5
Kelas Ibu Hamil Frekwensi 4 4 4 100.0
B Kesehatan Bayi X 77.15
Kunjungan Neonatus lengkap (4 kali kunjungan)
Neonatus 398 358 306 85.5
(90%)
Kunjungan Bayi Lengkap (4 kali/tahun) (90%) Bayi 402 361 416 115.2
MTBS Balita 1870 1870 575 30.7
C Kesehatan Balita X 34.38
Kunjungan Balita Lengkap (8 kali/tahun) Balita 1495 1495 1028 68.8
Kelas Ibu Balita Frekwensi 0 0 0 0.0
D Kesehatan Anak Usia sekolah Dasar X 56.19
Balita/Apra
SDIDTK/DDTK (76%) 1897 1897 1066 56.2
s
Tabel 12. Indikator Pelayanan Gizi Masyarakat diwilayah kerja Puskesmas sipatana
Tahun 2020
IV GIZI X X X X X 88.56
Tabel 15. Indikator Manajemen Operasion Puskesmas Sipatana S.D Tahun 2020
1. Sumber Data
Data untuk penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas sipatana
Kota Gorontalo diperoleh dari :
a. Catatan kegiatan Puskesmas baik untuk kegiatan dalam gedung
maupun luar gedung.
b. Catatan kegiatan Jaringan dan Jejaring Puskesmas yang berada
di wilayah kerja puskesmas Sipatana.
c. Dokumen Kantor Kecamatan, Kantor Statistik Kota Gorontalo
(Kecamatan Dalam Angka), PLKB Kecamatan, Cabang Dinas
Pendidikan, dan Kantor Lurah di wilayah kerja Puskesmas.
d. Dokumen Hasil Survei Kab./Kota, Survei Provinsi atau Survei
Nasional.
2. Periode Data dan Jadwal Penyusunan
Periode data yang disajikan dalam Profil Kesehatan Puskesmas
adalah periode Januari sampai dengan Desember tahun profil.
Dengan demikian Profil Kesehatan Puskesmas X Tahun 2020 berisi
data/informasi tahun 2020.
Periode penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas dibagi dalam
dua tahap yaitu tahap pertama berupa tabel lampiran (draf awal
BAB III
MEKANISME KERJA PENGELOLAAN DATA
A. PENGUMPULAN DATA
B. PENGOLAHAN DATA
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah. Pengolahan
data meliputi empat proses yaitu editing data, entri data, cleaning
data, dan validasi data.
C. ANALISIS DATA
Analisis dilakukan untuk pemantauan dan evaluasi.
Pemantauan dilakukan dengan membandingkan antara data dengan
rencana kerja. Sedangkan evaluasi membandingkan data dengan
tujuan program.
Terdapat empat jenis analisis data Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota, yaitu :
D. PENYAJIAN DATA
Kegiatan analisis data tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan pengemasan informasi. Penyajian dimaksudkan untuk
mempermudah membaca simpulan sekelompok data.
Data/informasi tersebut sebaiknya disajikan secara efektif.
Terdapat berbagai macam bentuk sajian informasi, antara lain
dalam bentuk teks, tabel, grafik, peta atau kombinasinya. Masing-
masing bentuk tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya
yang akan disesuaikan dengan jenis informasi yang disajikan.
A. SISTEMATIKA PENYAJIAN
B. SARANA KESEHATAN
1. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut
Kepemilikan/Pengelola.
2. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
3. Jumlah Kunjungan Rawat Inap di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
4. Jumlah Kunjungan Gngguan Jiwa di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
5. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Esensial.
6. Jumlah Posyandu menurut Strata dan Posbindu PTM.
D. PEMBIAYAAN KESEHATAN
1. Jumlah anggaran puskesmas bersumber dari JKN
2. Jumlah anggaran puskesmas bersumber dari BOK
3. Jumlah peserta jaminan kesehatan
4. Jumlah kelurahan memanfaatkan dana kelurahan untuk
kesehatan
E. KESEHATAN KELUARGA
1. Jumlah Kelahiran menurut Jenis Kelamin
2. Jumlah Kematian Ibu menurut Kelompok Umur
3. Jumlah kematian ibu menurut penyebab
4. Jumlah kunjungan ibu hamil K-1
F. PENGENDALIAN PENYAKIT
1. Jumlah terduga tuberkulosis, kasus tuberkulosis, kasus
tuberkulosis anak, Case Notification Rate (CNR) per 100.000
penduduk dan Case Detection Rate (CDR)
G. PENYEHATAN LINGKUNGAN
1. Persentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan
2. Jumlah penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi
layak (jamban sehat)
3. Kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat
4. Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) memenuhi syarat
kesehatan
5. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) memenuhi syarat
kesehatan
Keterkaitan indikator antar tabel, yaitu :
Jumlah penduduk menurut kelurahan : Tabel 1, 63
Jumlah lahir hidup : Tabel 12, 13, 22, 25,
26, 27, 30
Jumlah bayi : Tabel 28, 29, 31
Jumlah anak balita : Tabel 33, 34
Jumlah balita : Tabel 35, 45
Jumlah balita ditimbang : Tabel 35, 36
Jumlah ibu hamil : Tabel 15, 16, 19, 22
Jumlah ibu bersalin : Tabel 15, 21
Jumlah penderita baru kusta : Tabel 47, 48
Jumlah SD/MI : Tabel 37, 39
Jumlah sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA) : Tabel 37, 65
umber dari BPS atau Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dengan memperhatikan konsistensi antar variabel
72
TABEL 1
DEFINISI OPERASION
Desa :
Kelurahan :
Rumah Tangga :
Kepadatan Penduduk :
FORMULA
Rata-rata Jiwa/
Rumah Tangga
Kepadatan
Penduduk/km2
duk : Jumlah penduduk pada kelompok umur 0-4 tahun yaitu jumlah penduduk sebelum mencapai
pok umur usia genap 5 tahun. Kelompok umur ini sering disebut balita (bawah lima tahun).
unan) dan Penyebutan satuan tahun pada umur penduduk dilakukan dengan pembulatan ke bawah.
Contoh, seseorang dengan umur 4 tahun 10 bulan 25 hari dinyatakan dalam umur 4 tahun.
Demikian juga untuk kelompok umur selanjutnya.
Tanggungan: Perbandingan antara banyaknya orang yang belum produktif (usiakurang dari 15 tahun) dan tidak
produktif lagi (usia 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif
(15-64 tahun)
elamin : Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu
daerah dan waktu tertentu
74
TABEL 2
DEFINISI
Jumlah P
menurut
(interval
jenis kela
Angka Be
Rasio Jen
FORMULA
Angka Be
IONAL
: Penduduk berusia 15 tahun ke atas yang memiliki kemampuan membaca dan menulis kalimat
75
: Menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah, baik negeri
maupun swasta, dan telah mendapatkan tanda tamat/ijazah. Orang yang belum mengikuti
pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian dan lulus dianggap tamat sekolah
Melek huruf
Tamat sekol
DEFINISI OP
TABEL 3
Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin
ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
: Puskesmas yang diberi tambahan sumberdaya untuk menyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
ap : Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap kecuali pertolongan persalinan normal
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan
medis dasar dan/atau spesialistik
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pengobatan/perawatan pelayanan kesehatan tradisional
komplementer. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional didirikan secara mandiri maupun berkelompok yang
dimiliki oleh perseorangan atau badan hukum.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian darah
n: Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal
dari manusia dan/atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi
kesehatan atau faktor risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan perseorangan dan/atau masyarakat.
: Usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar, dan rajangan.
77
TABEL 4
DEFINISI OPER
Rumah Sakit
Puskesmas rawat i
Puskesmasnon ra
Klinik
Praktik pengobata
tradisional
UMOT (Usaha Mi
Obat Tradisional)
Apotek
Apotek PRB:
Toko Obat
Toko Alkes
Jumlah orang yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan tingkat lanjut milik pemerintah dan swasta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
perseorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik, dan tinggal di ruang rawat
inap untuk pertama kalinya dalam satu tahun tertentu.
Kunjungan pasien yang mengalami gangguan kejiwaan yang meliputi gangguan pada perasaan, proses pikir,
dan perilaku yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran
sosialnya.
DEFINISI OPERASION
Jumlah Kunjungan:
Pasien Baru Rawat
Jalan
Jumlah Kunjungan:
Pasien Baru Rawat
Inap
Kunjungan Ganggua
Jiwa
FORMULA
Persentase Rawat In
skesmas : Persentase puskesmas yang memiliki 80% obat dan vaksin essensial (pemantauan dilaksanakan terhadap
ediaan 20 item obat indikator). Laporan yang dimasukan yaitu laporan pada bulan November atau laporan
in bulan terakhir pada tahun pelaporan.
ng dipilih sebagai obat indikator merupakan obat pendukung program kesehatan ibu, kesehatan anak, penanggulangan
an penyakit, serta obat pelayanan kesehatan dasar esensial dan terdapat di dalam Formularium Nasional. 20 jenis obat
pat pada Petunjuk Teknis Tata Laksana Indikator Kinerja Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Tahun
DEFINISI
Persenta
dengan k
obat dan
essensial
Obat-oba
dan penc
tersebut t
2017-20
FORMUL
% Puske
ketersedi
vasin ese
ISI OPERASIONAL
ndu : Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi, dan balita.
nduPratama : Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat
terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
ndu Madya : Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan Pengelolaan Posyandu rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50 %.
nduPurnama: Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang
atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 5 %, mampu menyelenggarakan kegiatan pengembangan, serta telah
memperoleh dana sehat yang berasal dari swadaya masyarakat dipergunakan untuk upaya kesehatan di Posyandu.
nduMandiri : Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang
atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50 %, mampu menyelenggarakan kegiatan pengembangan, serta telah
memperoleh dana sehat yang berasal dari swadaya masyarakat dan kelompok usaha bersama (usaha dikelola oleh masyarakat) yang
dipergunakan untuk upaya kesehatan di Posyandu.
ndu PTM : Upaya kesehatan berbasis bersumberdaya masyarakat (UKBM) dalam pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)
melalui kegiatan skrining kesehatan/deteksi dini faktor risiko PTM, intervensi/modifikasi faktor risiko PTM serta monitoring dan
tindak lanjut faktor risiko PTM bersumber daya masyarakat secara rutin dan berkesinambungan.
ULA
83
Jumlah seluruh posyandu yang ada di wilayah
dan pada kurun waktu yang sama
P
a
T
DEFINISI OPERASIONAL
Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran).
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan (UU Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan).
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari Pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan).
Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang telah memenuhi kualifikasi bidang kefarmasian yang terdiri dari apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker
(Permenkes Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian).
Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri
atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker (Permenkes Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian).
Tenaga gizi adalah tenaga kesehatan yang telah memenuhi kualifikasi bidang gizi yang terdiri dari nutririonis dan dietisien sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tenaga kesehatan masyarakat adalah tenaga kesehatan yang telah memenuhi kualifikasi bidang kesehatan masyarakat yang
85
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tenaga kesehatan lingkungan adalah tenaga kesehatan yang telah memenuhi kualifikasi bidang kesehatan lingkungan yang
terdiri dari sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Tenaga ahli teknologi laboratorium medik adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan teknologi laboratorium medik atau
analis kesehatan atau analis medis dan memiliki kompetensi melakukan analisis terhadap cairan dan jaringan tubuh manusia
untuk menghasilkan informasi tentang kesehatan perseorangan dan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Tenaga teknik biomedika lainnya adalah tenaga kesehatan yang telah memenuhi kualifikasi bidang teknik biomedika yang terdiri
dari radiografer, elektromedis, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik.
Tenaga keterapian fisik adalah tenaga kesehatan yang telah memenuhi kualifikasi bidang keterapian fisik yang terdiri dari
fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, dan akupunktur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tenaga keteknisian medis adalah tenaga kesehatan yang telah memenuhi kualifikasi bidang keteknisian medis yang terdiri dari
perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris,
86
TABEL 9
DEFINISI OPERASIONAL
Tenaga penunjang/pendukung kesehatan adalah tenaga selain tenaga kesehatan yang bekerja di sektor/bidang kesehatan
yang meliputi pejabat struktural, tenaga pendidik, dan tenaga dukungan manajemen
Pejabat struktural adalah tenaga yang menempati jabatan struktural di institusi kesehatan atau fasilitas pelayanan
kesehatan.
Tenaga pendidik adalah tenaga yang bertugas mengajar di institusi pendidikan yang terdiri dari dosen, widyaiswara, dan
lainnya.
87
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 88
TABEL 10
DEFINISI OPERASIONAL
Jaminan Kesehatan : Program nasional yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berupa
Nasional (JKN) jaminan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Penerima Bantuan Iuran : Masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui APBN.
(PBI) APBN
Penerima Bantuan Iuran : Peserta JKN yang iurannya dibiayai oleh Pemerintah Daerah melalui APBD.
(PBI) APBD
Pekerja Penerima Upah : Peserta JKN yang terdiri dari PNS, TNI/ POLRI, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
(PPU) yang iurannya dibiayai oleh pemberi kerja dan peserta yang bersangkutan.
Pekerja Bukan Penerima : Peserta JKN yang bekerja mandiri dan iurannya dibiayai oleh peserta yang bersangkutan.
Upah (PBPU)/Mandiri
Bukan Pekerja (BP) : Peserta JKN yang terdiri dari investor, pemberi pajak, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan dan bukan
pekerja lainnya yang iurannya dibiayai oleh peserta yang bersangkutan.
FORMULA
89
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 90
TABEL 11
DEFINISI OPERASIONAL
Persentase kelurahan yang : Persentase kelurahan yang mengalokasikan dana kelurahan untuk kesehatan
memanfaatkan dana
kelurahan untuk kesehatan
FORMULA
Persentase kelurahan yang Jumla h kelura han yang mengal okasikan dana kelurahan untuk kesehatan
DEFINISI OPERASIONAL
Lahir Hidup : Suatu kelahiran seorang bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal: bernafas, ada denyut jantung atau gerakan otot
Lahir Mati : Kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan
Angka Lahir Mati : Jumlah lahir mati terhadap 1.000 kelahiran (hidup+mati)
92
Angka Lahir Mati per Jumlah lahir mati di suatu wila yah pada kurun waktu tertentu
1.000 Kelahiran
x 1.000
Jumlah kelahiran (hidup mati) di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
periode 42 hari setelah berakhirnya
atau diperberat oleh kehamilan atau
lakaan, bencana, cedera atau bunuh diri.
n waktu tertentu
x 100.000
n waktu yang sama
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
DEFINISI OPERASIONAL
95
kehamilan atau penanganannya tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera
atau bunuh diri.
endapat pelayanan antenatal sesuai standar (10T) oleh tenaga
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
elayanan antenatal sesuai standar (10T) paling sedikit empat kali,
layanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada trimester
kedua dan dua kali pada trimester ketiga umur kehamilan.
longan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
ada kurun waktu tertentu.
96
TABEL 15
DEFINISI OPERASIONAL
Cakupan kunjungan ibu : Ibu hamil yang pertama k
hamil K-1 kesehatan pada masa kehami
Cakupan kunjungan ibu : Ibu hamil yang mendapatk
ang memperoleh pelayanan antenatal K1ΤK4 hamil K-4 dengan distribusi pemberia
atu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu pertama, satu kali pada trime
x 100%
il di wilayah dan dalam kurun waktu yang sama Cakupan pertolongan : Ibu bersalin yang mendapat
n yang ditolong oleh tenaga kesehatan persalinan oleh tenaga kebidanan di satu wilayah ke
h kerja pada kurun waktu tertentu kesehatan
x 100% Cakupan pertolongan : Ibu bersalin yang mendapat
wilayah dan dalam kurun waktu yang sama
persalinan di fasilitas di satu wilayah kerja pada k
n mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar
kesehatan
esehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
x 100% Cakupan Pelayanan Nifas : Pelayanan kepada ibu nifas
alin di wilayah dan dalam kurun waktu yang sama KF1 kerja pada kurun waktu terte
elah memperoleh pelayanan nifas sesuai standar Cakupan Pelayanan Nifas : Pelayanan kepada ibu nifas
KF1/KF2/ KF3 KF2 wilayah kerja pada kurun wa
ayah kerja pada kurun waktu tertentu Cakupan Pelayanan Nifas : Pelayanan kepada ibu nifas
x 100% KF3 wilayah kerja pada kurun wa
as di wilayah dan dalam kurun waktu yang sama
ifas mendapatkan vitamin A Cakupan ibu nifas mendapat : Ibu yang baru melahirkan
kerja pada kurun waktu tertentu vitamin A bayinya akan memperoleh vi
x 100% ● Perkiraan jumlah ibu hamil di wilayah kerja yang sama p
ayah dan dalam kurun waktu yang sama
lahir hidup.
● Perkiraan jumlah ibu bersalin/ibu nifas di wilayah kerja ya
97
FORMULA
Jumlah ibu ha
Cakupan kunjungan Ibu Hamil sesuai standar
K-1/K-4 =
Jumlah seluruh ib
Jumlah ibu be
Cakupan pertolongan persalinan di satu wi
oleh tenaga kesehatan =
Jumlah ibu bersali
Jumlah ibu be
Cakupan pertolongan persalinan di fasilitas pelaya
di fasilitas pelayanan kesehatan =
Jumlah ibu
Jumlah ibu nifas y
Cakupan pelayanan ibu nifas
KF1/KF2/KF3 di sat
=
Jumlah seluruh ib
Jumlah
Cakupan ibu nifas mendapat di satu wil
vitamin A =
Jumlah ibu nifas d
se) ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke tiga dengan interval minimal
ase) ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke empat dengan interval
se) ibu hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke lima dengan interval minimal
99
Jumlah ibu hamil pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 16
DEFINISI OPERASIONAL
Cakupan Imunisasi Td: Cakupan (jumlah dan pe
pada Ibu hamil tertentu (yang dimulai saa
FORMULA
Cakupan Td1/Td2/Td3/Td4/Td5 =
0
10
mlah dan persentase) WUS tidak hamil berusia 15-39 tahun yang mendapatkan imunisasi Td
val tertentu dengan memperhatikan hasil skrining dan status T.
mlah dan persentase) WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis pertama
mlah dan persentase) WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke dua dengan
imal 4 minggu setelah Td 1
mlah dan persentase) WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke tiga dengan
imal 6 bulan setelah Td 2
mlah dan persentase) WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke empat
val minimal 1 tahun setelah Td 3
mlah dan persentase) WUS tidak hamil yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke lima dengan
imal 1 tahun setelah Td 4
diimunisasi Td harus dilakukan skrining terlebih dahulu dengan melihat interval minimal
berian dosis imunisasi Td berikutnya pada WUS tidak hamil
1
10
Jumlah WUS tidak hamil pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 17
DEFINISI OPERASIONAL
Cakupan Imunisasi Cakupa
Td pada WUS tidak dengan
hamil:
Td 1 : Cakupa
Td 2 : Cakupa
interval
Td 3 : Cakupa
interval
Td 4 : Cakupa
dengan
Td 5 : Cakupa
interval
Catatan:
- setiap WUS tidak hamil yang a
- hasil skrining akan menentuka
FORMULA
2
Pada WUS tidak hamil
10
pan (jumlah dan persentase) WUS (wanita usia subur) baik hamil maupun tidak hamil, berusia 15-39
yang mendapatkan imunisasi Td dengan interval tertentu, dengan memperhatikan hasil skrining dan
s T.
pan (jumlah dan persentase) WUS yang mendapatkan imunisasi Td dosis pertama
pan (jumlah dan persentase) WUS yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke dua dengan interval
mal 4 minggu setelah Td 1
pan (jumlah dan persentase) WUS yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke tiga dengan interval
mal 6 bulan setelah Td 2
pan (jumlah dan persentase) WUS yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke empat dengan interval
mal 1 tahun setelah Td 3
pan (jumlah dan persentase) WUS yang mendapatkan imunisasi Td dosis ke lima dengan interval
mal 1 tahun setelah Td 4
3
pada wilayah dan kurun waktu yang sama
10
TABEL 18
DEFINISI OPERASION
Cakupan Imunisasi
Td pada WUS hamil : t
dan tidak hamil s
Td 1 :
Td 2 :
Td 3 :
Td 4 :
Td 5 :
NAL
at 90 Tablet : Ibu hamil yang mendapat minimal 90 tablet tambah darah selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja
D) pada kurun waktu tertentu. FORMULA
Cakupan Td1/Td2/Td3/Td
Pada WUS hamil dan tida
4
10
at pada wilayah dan kurun waktu tertentu
= x 100%
ah Jumlah ibu hamil pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TABEL 19
DEFINISI OPE
Ibu Hamil M
Tambah Dara
FORMULA
5
10
Hamil me
90 Tablet
Dara
RASIONAL
sia Subur : Pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya
lebih dari 49 tahun tetapi masih mendapat menstruasi
if KB : Peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai kontrasepsi terus-menerus untuk menunda, menjarangkan
kehamilan atau mengakhiri kesuburan
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
serta Aktif = x 100%
Jumlah pasangan usia subur di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama
Peserta
Pasang
FORMUL
DEFINISI
MOW
(PUS)
MOP
KB
FINISI OPERASIONAL
eserta KB : PUS yang memakai kontrasepsi pada masa pasca persalinan (0-42 hari setelah melahirkan)
asca Persalinan
OW : Medis Operatif Wanita atau tubektomi
RMULA
Jumlah peserta KB pasca persalinan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
akupan Peserta KB = x 100%
Jumlah ibu bersalin di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama
asca Persalinan
DEFINISI OPERASIONAL
Komplikasi kebidanan : Kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi
Penanganan komplikasi : Ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada tingkat pelayanan
kebidanan dasar dan rujukan (Puskesmas, Rumah Bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK)
Penanganan definitif : Penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan
Komplikasi neonatal : Neonatal dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian. Neonatus dengan
komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat badan
lahir rendah < 2500 gr ), sindroma gangguan pernafasan, kelainan kongenital
Penangangan : neonatal dengan komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh
komplikasi neonatal tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan
● Perhitungan jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama : dihitung berdasarkan angka
estimasi 20% dari Total Ibu Hamil di satu wilayah pada kurun waktu yang sama
● Total sasaran ibu hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus : 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama).
Angka CBR dan jumlah penduduk kab/kota didapat dari data BPS masing – masing kab/kota/provinsi pada kurun waktu tertentu. 1,1
adalah konstanta untuk menghitung ibu hamil.
● Perhitungan sasaran neonatal dengan komplikasi : dihitung berdasarkan 15% dari jumlah bayi lahir hidup
FORMULA
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif
Cakupan komplikasi disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
= × 100%
kebidanan yang Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan
ditangani di satu wilayah kerja dan pada kurun waktu yang sama
0
= × 100%
11
yang ditangani 15 % dari jumlah bayi lahir hidup
pada wilayah dan kurun waktu yang sama
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 11
1
TABEL 23
DEFINISI OPERASIONAL
Kematian Neonatal : Kematian yang terjadi pada bayi usia sampai dengan 28 hari tetapi bukan disebabkan
oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri
Kematian Bayi : Kematian yang terjadi pada bayi usia 0-11 bulan (termasuk neonatal)tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri
Kematian Anak Balita : Kematian yang terjadi pada anak usia 12-59bulantetapi bukan disebabkan oleh
kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri
Kematian Balita : Kematian yang terjadi pada bayi/anak usia 0 - 59 bulan (bayi + anak balita)tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan, bencana, cedera atau bunuh diri
FORMULA
2
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
11
per 1.000 Kelahiran Hidup = x 1.000
Jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama
TABEL 24
DEFINISI OPERASIONAL
Penyebab Kematian Neonatal : Penyebab utama kematian yang terjadi pada bayi usia 0 sampai dengan 28 hari
Penyebab Kematian Postneonatal : Penyebab utama kematian yang terjadi pada bayi usia 29 hari sampai dengan 11 bulan
3
11
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 11
4
TABEL 25
DEFINISI OPERASIONAL
Bayi lahir ditimbang : Jumlah bayi lahir hidup yang ditimbang segera setelah lahir
FORMULA
Jumlah bayi baru lahir ditimbang di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Persentase bayi baru = × 100%
Jumlah bayi lahir hidup disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
lahir ditimbang
Jumlah bayi dengan berat lahir rendah disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Persentase BBLR = × 100%
Jumlah bayi lahir hidup yang ditimbang disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yg sama
DEFINISI OPERASIONAL
KN1 : Pelayanan kunjungan neonatal pertamapada 6-48 jam setelah lahir yang mendapatkan pelayan kesehatan
neonatal esensial dengan menggunakan pendekatan MTBM (Manajeman Terpadu Bayi Muda) di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
KN Lengkap : Pelayanan kunjungan neonatal lengkap, minimal 3 kali yaitu 1 kali pada usia 6 - 48 jam, 1 kali pada 3 - 7
hari, dan 1 kali pada 8 - 28 hari yang mendapatkan pelayan kesehatan neonatal esensial dengan
menggunakan pendekatan MTBM (Manajeman Terpadu Bayi Muda) di satu wilayah kerja.
FORMULA
Jumlah bayi baru lahir ሺumur 6 jam − 48 jamሻyang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar
Cakupan KN1 di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
= x 100%
Jumlah sasaran bayi lahir hidup di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
Jumlah bayi yang memperoleh pelayanan kunjungan neonatal sesuai dengan standar,
Cakupan KN lengkap minimal 3 kali yaitu pada usia 6 − 48 jam, 1 kali pada 3 − 7 hari, dan 1 kali pada 8 − 28 hari
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
7
11
iasi Menyusu Dini (IMD) yaitu meletakkan bayi secara
it bayi melekat pada kulit ibu sekurang-kurangnya satu
pat IMD
aktu tertentu
x 100%
n kurun waktu yang sama
8
x 100%
11
dilakukan 𝑟𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙
TABEL 27
DEFINISI OPERASIONAL
Bayi baru lahir mendapat : Bayi baru lahir yang mendapat perlakuan
IMD tengkurap di dada atau perut ibu sehingga
jam segera setelah lahir
Bayi kurang dari 6 bulan : Jumlah bayi umur kurang dari 6 bulanyan
Bayi mendapat ASI : Bayi kurang dari 6 bulan yang diberi ASI
eksklusif dan mineral berdasarkan recall 24 jam
Catatan:
Pelaporan pemberian ASI dilakukan pada Februari dan Agustus, maka p
eksklusif dihitung dengan mengakumulasi pembilang (bayi 0-6 bulan yang
yang tercatat dalam register pencatatan pemberian ASI) berdasarkan laporan
FORMULA
9
=
11
ASI eksklusif Jumlah bayi kurang dari 6 bulan y
aitu satu kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan,
mur 9-11 bulan. Pelayanan Kesehatan tersebut meliputi pemberian
-4, Campak), pemantauan pertumbuhan, Stimulasi Deteksi Intervensi
vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan, penyuluhan pemberian ASI
SI).
Keterangan
1 bulan
√
Umur 1 bln
Umur 2, 3 da 4 bulan
Umur 1, 2, 3 dan 4 bulan
Umur 9 bulan
√ Tiap kunjungan
√ Tiap kunjungan
0
ayah kerja pada kurun waktu yang sama
12
TABEL 28
DEFINISI OPERASIONAL
Pelayanan Kesehatan: Pelayanan kesehatan pada bayi minimal 4 k
Bayi 1 kali pada umur 6-8 bulan, dan 1 kali p
imunisasi dasar (BCG, DPT/HB/HiB1-3, P
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), pemb
eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (
Waktu Pelaksanaan
No Jenis Pelayanan 29 hari - 2
3-5 bulan 6-8 bulan
bulan
1 Pemberian imunisasi dasar √ √
a. BCG
b. DPT/HB 1-3
c. Polio 1-4
d. Campak
2 Pemantauan pertumbuhan √ √ √
4 Pemberian Vitamin A √
5 Penyuluhan
• ASI eksklusif √ √
• MP ASI √ √ √
FORMULA
Jumlah bayi ሺumur 29 hari − 11 bulanሻyang
Cakupan yaitu satu kali pada umur 29 hari − 2 bulan, 1 kali
1
kesehatan Jumlah seluruh bayi di sat
12
bayi
% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat
waktu satu tahun
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
4
12
TABEL 30
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
Jumlah dan persentase) bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi polio oral dosis ke 4*
Jumlah dan persentase) bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan 1 dosis imunisasi campak/MR
(Jumlah dan persentase) bayi usia 0-11 bulan yang telah mendapatkan 1 dosis imunisasi
B0, 1 dosis imunisasi BCG, 3 dosis DPT-HB-HIB, 4 dosis imunisasi polio oral (3 dosis
IPV di Provinsi DIY), dan 1 dosis imunisasi campak/MR
, diisi dengan cakupan (Jumlah dan persentase) bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan
6
12
TABEL 31
DEFINISI OPERASIONAL
Cakupan imunisasi : Cakup
DPT-HB-Hib3 dosis
Cakupan imunisasi : Cakup
Polio 4
Cakupan imunisasi : Cakup
Campak/MR
Cakupan imunisasi : Cakup
dasar lengkap Hepat
imuni
Catatan : * khusus untuk provinsi
imunisasi IPV dosis ke
FORMULA
DEFINISI OPERASIO
Cakupan imunisasi :
DPT-HB-Hib4
Cakupan imunisasi :
Campak/MR2
FORMULA
at: Cakupan bayi 6-11 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis 100.000 SI di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
: Cakupan anak balita umur 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pemberian vitamin A dilaksanakan pada bulan Februari dan
Agustus.
vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin
ung dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan yang mendapat
ustus. Untuk perhitungan anak balita 12-59 bulan yang mendapat vitamin A menggunakan data bulan Agustus.
0
13
TABEL 33
DEFINISI OPERASI
Cakupan bayi me
kapsul vitamin A
FORMULA
Cakupan bayi me
vit. A
1
13
RASIONAL
sehatan : Pelayanan kesehatan balita berusia 0-59 bulan sesuai standar meliputi pelayanan kesehatan balita sehat
dan pelayanan kesehatan balita sakit.
sehatan : Pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan menggunakan buku KIA dan skrining tumbuh
kembang, meliputi : a) Pelayanan kesehatan Balita usia 0 -11 bulan; b) Pelayanan kesehatan Balita usia
12-23 bulan; dan c) Pelayanan kesehatan Balita usia 24-59 bulan.
sehatan : Pelayanan balita menggunakan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
belum mencapai usia 1 tahun di akhir tahun berjalan, tidak di hitung sebagai cakupan. Perhitungan balita usia 0-11
kukan setelah balita berulang tahun yang pertama (balita genap berusia 1 tahun/12 bulan).
g belum mencapai usia 24 bulan di akhir tahun berjalan tidak di hitung sebagai cakupan balita usia 24-35 bulan.
n dilakukan setelah balita berulang tahun yang kedua (balita genap berusia 2 tahun/24 bulan)
belum mencapai usia 36 bulan , di akhir tahun berjalan tidak di hitung sebagai cakupan balita usia 36-59 bulan.
n di lakukan setelah balita berulang tahun yang ketiga (balita genap berusia3 tahun/36 bulan)
2
pada kurun waktu satu tahun yang sama
13
TABEL 3
DEFINISI
Pelayana
balita
Pelayana
balita se
Pelayana
balita sa
Catatan
a) Balita
bulan
b) Balita
Perhit
c) Balita
Perhit
FORMUL
Cakupa
kesehat
3
13
EL 35
INISI OPERASIONAL
lita yang ada (S) : Jumlah anak usia 0-59 bulan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
lita ditimbang (D) : Balita yang ditimbang berat badannya di sarana pelayanan kesehatan termasuk di posyandu dan
tempat penimbangan lainnya
MULA
DEFINISI OPERASIONAL
Balita Gizi Kurang : Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan gabungan dari istilah gizi buruk
dan gizi kurang dengan Z score < -2 standar deviasi
Balita Pendek : Status gizi yang didasarkan pada indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan gabungan dari istilah sangat
pendek dan pendek dengan Z score < -2 standar deviasi
Balita Kurus : Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang merupakan gabungan dari istilah
sangat kurus dan kurus dengan Z score < -2 standar deviasi
Z score : Nilai simpangan berat badan atau tinggi badan dari nilai berat badan atau tinggi badan normal menurut baku pertumbuhan
WHO
Jumlah balita 0-59 bulan : Jumlah balita usia 0-59 bulan yang dilakukan penimbangan berat badan
yang ditimbang
Jumlah balita 0-59 bulan: Jumlah balita usia 0-59 bulan yang dilakukan pengukuran tinggi badan
yang di ukur tinggi badan
Jumlah balita 0-59 bulan : Jumlah balita usia 0-59 bulan yang dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
yang diukur
FORMULA
6
13
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 13
7
TABEL 37
DEFINISI OPERASIONAL
Pelayanan kesehatan : Pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik kelas 1 SD atau MI yg dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama
(penjaringan) siswa SD/MI kader kesehatan sekolah minimal pemeriksaan status gizi (TB,BB), pemeriksaan gigi, tajam penglihatan dan
tajam pendengaran.
Pelayanan kesehatan : Pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik kelas 7 SMP atau MTs yg dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
(penjaringan) siswa bersama kader kesehatan sekolah minimal pemeriksaan status gizi (TB,BB), pemeriksaan gigi, tajam penglihatan
SMP/MTs dan tajam pendengaran.
Pelayanan kesehatan : Pemeriksaan kesehatan terhadap peserta didik kelas 10 SMA atau MA yg dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
(penjaringan) siswa bersama kader kesehatan sekolah minimal pemeriksaan status gizi (TB,BB), pemeriksaan gigi, tajam penglihatan
SMA/MA dan tajam pendengaran.
Pelayanan kesehatan : Pelayanan kesehatan usia pendidikan dasar sesuai standar meliputi :
usia pendidikan dasar 1)Skrining kesehatan.
2)Tindaklanjut hasil skrining kesehatan.
yang dilakukan pada anak kelas 1 sampai dengan kelas 9 di sekolah minimal satu kali dalam satu tahun ajaran dan
8
13
FORMULA
Cakupan Jumlah peserta didik kelas 1SD/MIyang diperiksa kesehatannya melalui penjaringan kesehatan
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
kesehatan peserta = x 100%
Jumlah peserta didik kelas 1 SD/MI di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama
didik SD/MI
Cakupan Jumlah SD/MI yang peserta didiknya diperiksa kesehatannya melalui penjaringan kesehatan
penjaringan oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
= x 100%
SD/MI Jumlah SD/MI di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama
Cakupan Jumlah peserta didik kelas 7SMP/MTs yang diperiksa kesehatannya melalui penjaringan kesehatan
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
kesehatan peserta = x 100%
Jumlah peserta didik kelas 7 SMP/MTs di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama
didik SMP/MTs
Cakupan Jumlah SMP/MTs yang peserta didiknya diperiksa kesehatannya melalui penjaringan kesehatan
penjaringan oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
= x 100%
SMP/MTs Jumlah SMP/MTs di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama
Cakupan Jumlah peserta didik kelas 10 SMA/MA yang diperiksa kesehatannya melalui penjaringan kesehatan
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
kesehatan peserta = x 100%
Jumlah peserta didik kelas 10 SMA/MA di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama
didik SMA/MA
Jumlah SMA/MA yang peserta didiknya diperiksa kesehatannya melalui penjaringan kesehatan
Cakupan
oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
penjaringan = x 100%
SMA/MA Jumlah SMA/MA di wilayah kerja dan kurun waktu yang sama
Persentase anak Jumlah anak usia pendidikan dasar yang mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar
usia pendidikan yang ada di wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun ajaran
dasar yang = x 100%
Jumlah semua anak usia pendidikan dasar yang ada
9
13
kesehatan sesuai
standar
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 14
0
TABEL 38
DEFINISI OPERASIONAL
Pelayanan Kesehatan : Setiap penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut, mencegah dan
Gigi dan Mulut menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan gigi dan mulut perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara paripurna, terpadu, dan berkualitas. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan dapat berupa:
pemeriksaan, pengobatan, pencabutan gigi tetap/ gigi sulung, penambalan tetap/sementara, pembersihan karang gigi
yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan.
Tumpatan Gigi Tetap : Pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa penambalan permanen pada gigi tetap yang dilakukan di
dalam gedung
Pencabutan Gigi Tetap : Pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa pencabutan pada gigi tetap yang dilakukan di dalam gedung
Kasus dirujuk : Kasus/pasien yang dikirim dari suatu fasilitas pelayanan kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan, pengobatan, dan tidakan
lanjutan.
FORMULA
Rasio Gigi Tumpatan Jumlah gigi tetap yang ditambal atau ditumpat di suatu wilayah pada periode waktu tertentu
=
/Pencabutan Gigi Tetap Jumlah gigi tetap yang dicabut pada wilayah dan periode waktu yang sama
% Kasus Dirujuk Jumlah kasus gigi dirujuk di suatu wilayah pada periode tertentu
= 𝑋100%
1
14
tuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut,
an kesehatan gigi dan mulut perorangan,
du dan berkualitas.
2
14
TABEL 39
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
3
14
sampai 59 tahun mendapatkan pelayanan
tuk edukasi dan skrining kesehatan di wilayah
ahun. Pelayanan kesehatan usia produktif sesuai
uarga berencana.
enular dan penyakit tidak menular.
litas Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM.
kali dalam setahun untuk penyakit menular dan
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
anjut
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
7
14
0% desa/kelurahan di wilayah kerjanya melaksanakan kelas ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun.
kan Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
garakan kegiatan kesehatan remaja memenuhi kriteria:
kesehatan terlatih pelayanan kesehatan peduli remaja
n kesehatan remaja
anan konseling pada remaja
garakan kegiatan kesehatan remaja mengukur upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan untuk remaja
kan penjaringan kesehatan pada peserta didik kelas 1 di wilayah kerja puskesmas tersebut dalam satu tahun ajaran
kan penjaringan kesehatan pada peserta didik kelas 7 dan 10 di wilayah kerja puskesmas tersebutdalam satu tahun
kan penjaringan kesehatan pada peserta didik kelas 1,7, dan 10 di wilayah kerja puskesmas tersebut dalam satu
8
x 100%
14
erja dan kurun waktu yang sama
TABEL 42
DEFINISI OPERASIONAL :
9
=
14
Jumlah puskesmas di wila
jukkan gejala batuk > 2 minggu disertai dengan panas badan.
ang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dengan penegakan diagnosis tuberkulosis melalui
ogis dan klinis, dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya atau di rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
serta dilakukan pengobatan sesuai standar jika dinyatakan tuberkulosis (register TBC 06)
s yang terkonfirmasi Bakteriologis, yaitu pasien tuberkulosis yang terbukti positif pada hasil pemeriksaan
nya (sputum dan jaringan) melalui pemeriksaan mikroskopis langsung, Tes Cepat Molekuler (TCM)
biakan.
s terdiagnosis secara Klinis yaitu pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis
sebagai pasien tuberkulosis aktif oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan tuberkulosis
berkulosis yang diobati dan dilaporkan di antara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu
uberkulosis yang diobati dan dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua kasus tuberkulosis (insiden).
a kasus tuberkulosis dihitung dengan menggunakan pemodelan mathematic.
tuberkulosis anak yang ditemukan di antara perkiraan jumlah kasus tuberkulosis anak yang ada disuatu
0
n A, perkiraan jumlah semua kasus tuberkulosis (insiden) yang dihitung dengan pemodelan mathematic
15
da tahun 2018. Maka perkiraan jumlah kasus tuberkulosis anak adalah 12% x 1.500 = 180 kasus.
TABEL 43
DEFINISI OPERASIONAL
g terduga tuberkulosis yang mendapatkan pelayanan tuberkulosis sesuai standar Terduga tuberkulosis : Seseorang yang
di fasyankes dalam kurun waktu satu tahun
× 100% Terduga tuberkulosis : Terduga tuberkul
Jumlah orang terduga tuberkulosis yang ada di wilayah kerja pada
yang mendapatkan pelayanan pemeriksaan bakt
kurun waktu satu tahun yang sama sesuai standar rujukan tingkat la
semua kasus tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan Kasus tuberkulosis : a. Pasien tuberk
× 100.000 contoh uji bi
lah penduduk yang ada di suatu wilayah tertentu tuberkulosis,
b. Pasien tuberk
tetapi didiagn
1
Misalnya di Kab
15
sebesar 1.500 kas
FORMULA
Persentase orang terduga Jumlah
tuberkulosis mendapatkan
pelayanan tuberkulosis =
sesuai standar
Cakupan pengobatan Ju
semua kasus tuberkulosis =
(Case Detection
Rate/CDR) yang diobati
Cakupan penemuan J
kasus tuberkulosis anak =
Pasien tuberkulosis paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal pengobatan yang hasil
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan sebelumnya.
Pasien tuberkulosis yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana pada salah satu pemeriksaan
sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir
pengobatan.
Jumlah pasien tuberkulosis semua kasus yang sembuh dan pengobatan lengkap diantara semua kasus tuberkulosis
ua yang diobati dan dilaporkan
Jumlah pasien tuberkulosis yang meninggal oleh sebab apapun selama masa pengobatan tuberkulosis
3
× 100%
15
Jumlah semua kasus tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan pada kohort yang sama
TABEL 44
DEFINISI OPERASIONAL
Kasus tuberkulosis paru terkonfir
bakteriologis
Semua kasus tuberkulosisterdafta
diobati
Sembuh :
Pengobatan Lengkap :
FORMULA
4
15
AL
: Balita mengalami batuk dan atau kesukaran bernapas dan hasil perhitungan napas, usia 0-2 bulan ≥60
kali/menit, usia 2-12 bulan ≥ 50 kali/menit, usia 12-59 bulan ≥40 kali/menit
: Tarikan dinding dada ke dalam (TDDK) atau saturasi oksigen <90
: Balita dengan pneumonia yang ditemukan dan diberikan tatalaksana sesuai standar di sarana kesehatan di
satu wilayah dalam waktu satu tahun
: Balita dengan keluhan batuk dan atau kesukaran bernafas yang berkunjung ke sarana kesehatan diberikan
tatalaksana standar dilakukanhitung napas/ melihat TDDK
: Jumlah perkiraan pneumonia Balita (berbeda untuk setiap propinsi, sesuai hasil riskesdas 2013) dikali
jumlah Balita pada wilayah dan kurun waktu tertentu
: Jumlah puskesmas yang melakukan tatalaksana standar minimal 60%
Misalnya: jika kab ada 10 puskesmas dan yang melaksanakan tatalaksana standar minimal 60% ada 5
puskesmas maka jumlah puskesmas yang melakukan tatalaksana standar adalah 5 puskesmas
Jumlah penderita Pneumonia Balita yang ditangani dalam kurun waktu tertentu
= × 100%
Jumlah perkiraan penderita Pneumonia Balita di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
5
= × 100%
15
Jumlah kunjungan Balita dengan batuk dan atau kesukaran bernafas
dalam kurun waktu tertentu
TABEL 45
DEFINISI OPERA
Pneumonia
Pneumonia berat
Penemuan penderit
Pneumonia Balita
Tatalaksana pneum
Balita sesuai stand
Perkiraan Pneumon
Balita
Puskesmas yang
melakukan tatalaks
standar minimal
FORMULA
Penemuan penderit
pneumonia Balita
6
15
ASIONAL
Balita : Jumlah penderita diare Balita(umur < 5 Tahun) yang datang dan dilayani di sarana kesehatan di suatu wilayah
tertentu dalam waktu satu tahun
semua : Jumlah penderita diare semua umur yang datang dan dilayani di sarana kesehatan di suatu wilayah tertentu dalam
ayani waktu satu tahun
e Balita : Jumlah penderita diare Balita (umur < 5 Tahun) mendapat oralit yang datang dan dilayani di sarana kesehatan di
t oralit suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
e semua : Jumlah penderita diare semua umur mendapat oralit yang datang dan dilayani di sarana kesehatan di suatu wilayah
ndapat tertentu dalam waktu satu tahun
e Balita : Jumlah penderita diare Balita (umur < 5 Tahun) mendapat Zinc yang datang dan dilayani di sarana kesehatan di
t Zinc suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
uan Diare
r:
lah penderita diare semua umur yang datang ke sarana kesehatan sebesar 10% dari angka kesakitan x jumlah penduduk disatu
dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare semua umur tahun 2015 yaitu sebesar 270/1.000
a terdapat angka kesakitan kabupaten/kota terkini, maka angka kesakitan tersebut dapat digunakan.
00 x Jumlah Penduduk
7
15
dalam waktu satu tahun. Angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare Balita tahun 2015 yaitu sebesar 843/1.000
a terdapat angka kesakitan kabupaten/kota terkini, maka angka kesakitan tersebut dapat digunakan.
TABEL 46
A
DEFINISI O
Jumlah penderita diare Balita yang datang dan dilayani di sarana kesehatan
ta diare Balita di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun Penderita
i = = × 100% yang dila
Jumlah target penemuan penderita diare Balita pada satu wilayah tertentu dalam waktu yg sama
(20% dari angka kesakitan diare x jumlah Balita) Penderita
umur yan
Jumlah penderita diare semua umur yang datang dan dilayani di sarana kesehatan
ta diare Semua di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun Penderita
ilayani = × 100%
Jumlah target penemuan penderita diare semua umur pada satu wilayah tertentu yang men
dalam waktu yang sama (10% dari angka kesakitan diare x jumlah penduduk) Penderita
umur yan
Jumlah penderitadiare Balita mendapat oralit yang datang dan dilayanidi sarana kesehatan oralit
ta diare Balita di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
at oralit = = × 100% Penderita
Jumlah penderita diare Balitadilayani pada satu wilayah tertentu dalam waktu yang sama
yang men
Jumlah penderita diare semua umur mendapat oralit yang datang dan dilayani Target Pe
ta diare semua di sarana kesehatan di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun
endapat oralit = × 100% 1. Semua
Jumlah penderita diare semua umur dilayani pada satu wilayah tertentu
dalam waktu yang sama Perkiraan
wilayah k
Jumlah penderita diare Balita mendapat Zinc yang datang dan dilayani di sarana kesehatan penduduk
ta diare Balita di suatu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun 10% x 27
at Zinc = = × 100%
Jumlah penderita diare Balita dilayani pada satu wilayah tertentu dalam waktu yg sama
8
15
wilayah k
penduduk
FOR
um
me
me
dil
Pe
Pe
Pe
Pe
Pe
U
I OPERASIONAL
a kusta : Seseorang yang mempunyai satu dari tanda utama kusta, yaitu :
Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak putih atau kemerahan yang mati rasa
Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf. Gangguan fungsi
saraf bisa berupa gangguan fungsi sensoris, gangguan fungsi motoris, atau gangguan
fungsi otonom
Adanya basil tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit (slit skin smear)
0
Jumlah penduduk di wilayah dan kurun waktu yang sama
16
FOR
Ang
kust
DEF
Pen
Pen
Pen
Det
NC
TA
OPERASIONAL
gkat 0: Kasus kusta baru yang tidak memiliki kelainan sensorik maupun anatomis
gkat 2: ◙ Cacat pada tangan dan kaki → terdapat kelainan anatomis
◙ Cacat pada mata → lagoptalmus dan visus sangat terganggu
cat tingkat 2: Jumlah kasus baru dengan cacat tingkat 2 yang ditemukan pada periode satu tahun per 1.000.000
penduduk
kusta anak <15 tahun : Kasus kusta baru anak usia 0-<15 tahun
kusta anak <15 : Kasus kusta baru anak usia 0-<15 tahun yang memiliki cacat tingkat 2
ngan cacat tingkat 2
A
Jumlah penderita kusta baru tanpa cacat yang ditemukan (cacat tingkat 0)
kusta baru tanpa pada wilayah dan waktu tertentu
cat tingkat 0) = × 100%
Jumlah seluruh penderita kusta (PB+MB) baru yangditemukan
pada wilayah dan kurun waktu yang sama
Jumlah penderita kusta baru dengan cacat tingkat 2 pada wilayah dan waktu tertentu
tingkat 2 = × 100%
Jumlah seluruh penderita kusta (PB+MB) baru yang ditemukan
pada wilayah dan kurun waktu yang sama
2
Jumlah seluruh penderita kusta (PB+MB) baru yang dtemukan
16
pada wilayah dan kurun waktu yang sama
TAB
caca
FOR
tahu
Ang
DEF
%k
%p
Cac
Cac
%c
Pen
Pen
DEFINISI OPERASIONAL
Angka prevalensi : Kasus kusta terdaftar (kasus baru dan kasus lama) per 10.000 penduduk pada wilayah dan
Per 10.000 penduduk kurun waktu tertentu
FORMULA
Angka prevalensi Jumlah kasus kusta terdaftar (baru+lama) pada wilayah dan waktu tertentu
Per 10.000 penduduk = × 10.000
Jumlah penduduk pada wilayah dan kurun waktu yang sama
DEFINISI OPERASIONAL
RFT PB : Jumlah kasus baru PB dari periode kohort satu tahun yang sama yang menyelesaikan
(Release From Treatment) pengobatan tepat waktu (6 blister dalam 6-9 bulan).
Penderita kusta PB merupakan penderita pada kohort yang sama, yaitu diambil dari penderita
baru yang masuk dalam kohort yang sama 1 tahun sebelumnya,
misalnya: untuk mencari RFT rate tahun 2018, maka dapat dihitung dari penderita baru
tahun 2017 yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu.
RFT MB : Jumlah kasus baru MB dari periode kohort satu tahun yang sama yang menyelesaikan
pengobatan tepat waktu (12 blister dalam 12-18 bulan).
Penderita kusta MB merupakan penderita pada kohort yang sama, yaitu diambil dari
penderita baru yang masuk dalam kohort yang sama 2 tahun sebelumnya,
misalnya: untuk mencari RFT rate tahun 2018, maka dapat dihitung dari penderita baru
tahun 2016 yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu.
FORMULA
RFT rate PB Jumlah kasus baru PB yang menyelesaikan pengobatan 6 blister dalam 6 -9 bulan
= × 100%
Jumlah seluruh kasus baru PB yang mulai MDT pada periode kohort yang sama
RFT rate MB Jumlah kasus baru MB yang menyelesaikan pengobatan 12 blister dalam 12 -18 bulan
= × 100%
6
16
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 16
7
TABEL 51
DEFINISI OPERASIONAL
Acute Flacid Paralysis : Kelumpuhan pada anak berusia <15 tahun yang bersifat layuh (flaccid) terjadi secara akut/
(AFP) mendadak (<14 hari) dan bukan disebabkan oleh ruda paksa.
Non Polio AFP rate : Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk berusia <15 tahun di
per100.000 penduduk satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
usia <15 tahn
FORMULA
Non Polio Acute Flacid Jumlah kasus AFP Non Polio pada penduduk < 15 tahun
Paralysis (AFP) rate per di satu wilayah kerja pada satu kurun waktu tertentu
= x 100.000
100.000 penduduk usia Jumlah penduduk usia < 15 tahun di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
<15 tahun
FORMULA
0
17
dan/atau kematian yang bermakna secara
rtentu, dan merupakan keadaan yang dapat
1
17
sama
TABEL 53
DEFINISI OPERASIONAL
Kejadian Luar Biasa : Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakit
epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun wak
menjurus pada terjadinya wabah.
Ditanggulangi <24 jam : Penanggulangan KLB kurang dari 24 jam sejak lap
dengan catatan selain formulir W1 dapat juga berupa
Penyelidikan : Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengena
Epidemiologi penularan/penyebaran serta faktor yang dapat m
kesehatan yang dilakukan untuk memastikan adanya
Penanggulangan KLB : Upaya yang meliputi penyelidikan epidemiologi; pe
pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi pe
dan pengebalan; pemusnahan penyebab penyakit; pe
kepada masyarakat; dan upaya penanggulangan lainn
KLB di desa/kelurahan : Desa/Kelurahan yang mengalami KLB dan ditang
yang ditangani <24 jam Kejadian Luar Biasa (KLB) pada periode/kurun wakt
FORMULA
Persentase Kejadian Jumlah KLB di desa/kelurahan yang
2
desa/kelurahan yang
17
ditanggulangi <24 jam pada periode waktu y
ang terkena kejadian luar biasa (KLB)
waktu tertentu
× 100%
yang sama
3
17
TABEL 54
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
4
17
k berlangsung 2-7 hari, disertai manifestasi perdarahan (antara
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan/atau
itopenia (trombosit ≤ 100.000 /mm³) dan hemokonsentrasi
waktu tertentu
100.000
tu yang sama
isebabkan DBD
hun te rtentu
100%
yang ditemukan
ang sama
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
Jumlah kematian ya
Case Fatality Rate DBD pada kurun wak
Jumlah penderita penyakit
pada kurun wa
i daerah non endemik malaria yang menderita demam atau riwayat demam
iliki risiko tertular malaria; wajib diduga malaria. Risiko tertular malaria
e daerah endemik malaria atau adanya kunjungan individu dari daerah
tempat tinggal penderita.
7
17
TABEL 56
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
Jumla
% Konfirmasi laboratorium =
Jum
Jumlah
% Pengobatan standar =
Jumlah kas
Jumlah
=
Angka Kesakitan (API) Jumla
Ju
8
17
iasis yang telah menunjukkan gejala klinis kronis filariasis, seperti limfedema
tau lengan, pembesaran payudara, dan hidrokel.
ilariasis baik kasus baru maupun kasus lama dikurangi kasus pindah dan
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
DEFINISI OPERASIONAL
Pelayanan Kesehatan : Pe
Penderita Hipertensi up
1)
2)
FORMULA
% Penderita hipertensi
mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
DEFINISI OPERASIO
Penderita DM yang
mendapatkan pelaya
kesehatan sesuai sta
FORMULA
Persentase penyanda
DM yang mendapat
pelayanan kesehatan
standar
: Pemeriksaan dengan cara mengamati dengan menggunakan spekulum, melihat leher rahim yang telah
al dengan dipulas dengan asam asetat atau asam cuka (3-5%). Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak
putih yang disebut acetowhite epithelium.Deteksi dini yang dimaksud dapat dilakukan di puskesmas dan
jaringannya, di dalam maupun di luar gedung.
: Ditemukan bercak putih (lesi pra kanker) dengan pemeriksaan aplikasi asam asetat
: Pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah berdarah atau luka bernanah/ulcer.
: Pemeriksaan payudara secara manual oleh tenaga kesehatan terlatih.Deteksi dini yang dimaksud dapat
dilakukan di puskesmas dan jaringannya, di dalam maupun di luar gedung.
an : Benjolan tidak normal pada payudara pada pemeriksaan klinis payudara oleh petugas kesehatan terlatih
Jumlah perempuan usia 30 − 50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker leher rahim ሺIVAሻ
eriksaan
VA) dan dan kanker payudara ሺSadanisሻdi suatu wilayah pada periode tertentu
=
anis) Jumlah perempuan usia 30 − 50 tahun pada wilayah dan periode waktu yang sama
Jumlah perempuan usia 30 − 50 tahun dengan IVA positif
A positif di suatu wilayah pada periode tertentu
=
Jumlah perempuan usia 30 − 50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker leher rahim (IVA)
dan kanker payudara ሺSadanisሻpada wilayah dan periode waktu yang sama
5
n =
18
Jumlah perempuan usia 30 − 50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker leher rahim (IVA)
dan kanker payudara ሺSadanisሻpada wilayah dan periode waktu yang sama
TABEL 6
DEFINISI
Puskesma
melaksan
dini IVA
Perempua
tahun :
IVA
(Inspeksi
Asam ase
IVA posit
Curiga ka
Sadanis
Tumor/be
FORMUL
Cakupan
leher rahi
payudara
Persentas
6
18
tumor/be
BEL 61
INISI OPERASIONAL
layanan kesehatan : pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat (psikotik
a pada orang dengan akut dan skizofrenia) sebagai upaya pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan kesehatan jiwa dan
ngguan jiwa (ODGJ) edukasi
rat
netapan sasaran pada ODGJ berat ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan menggunakan data RISKESDAS terbaru yang di tetapkan
eh Menteri Kesehatan
MULA
DEFINISI OPERASIONAL
Persentase sarana air minum Jumlah sarana air minum dengan resiko rendah dan sedang
yang dilakukan pengawasan = x 100%
Jumlah sarana air minum di − IKL
9
= x 100%
18
mikrobiologi, fisik, dan kimia Jumlah seluruh sampel air minum pada penyelenggara air minum yang diuji parameter
mikrobiologik, fisik, kimia di wilayah dan pada periode waktu yang sama
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 19
0
TABEL 63
DEFINISI OPERASIONAL
Jamban komunal : suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu
tempat tertentu/bersama, sehingga kotoran tersebut dalam suatu tempat tertentu tidak menjadi penyebab
penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman
JSP : sarana jamban leher angsa yang dipakai secara individu dengan pembuangan akhir septic tank, baik
individu maupun septic tank bersama (komunal) ditambah sumur resapan atau menyambung ke system
pengolahan air limbah (SPAL)
JSSP : sarana jamban dalam bentuk lubang jamban tertutup (pelengsengan, cubluk, atau leher angsa) yang
berakhir dengan sumur resapan saja serta harus memiliki jarak lebih dari 10 m sehingga tidak
mencemari sumber air dan tanah
Fasilitas sanitasi yang : Fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki
layak (Jamban Sehat) septik/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau Bersama
FORMULA
Persentase KK dengan Jumlah KK dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak
akses terhadap fasilitas (jamban sehat) di suatu wilayah pada periode tertentu
= x 100%
1
19
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 19
2
TABEL 64
DEFINISI OPERASIONAL
Desa : Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
perundangan nasional dan berada di daerah kabupaten/kota (DESA AJA??)
STBM : Pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi meliputi 5 pilar yaitu tidak buang air besar
Sanitasi Total Berbasis (BAB) sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman,
Masyarakat mengelola sampah dengan benar, mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan
Desa melaksanakan : Desa yang sudah melakukan pemicuan minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja masyarakat/Natural
STBM Leader, dan telah mempunyai rencana tindak lanjut/ rencana kerja masyarakatuntuk menuju Sanitasi
Total
Desa Stop BABS : Desa yang peduduknya 100 % mengakses jamban sehat
(SBS)/ ODF (Open
Defecation Free)
Desa STBM : Desa yang telah mencapai 100 % penduduk melaksanakan 5 pilar STBM
FORMULA
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐞𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐥𝐚𝐤𝐬𝐚𝐧𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐒𝐓𝐁𝐌 𝐝𝐢 𝐬𝐮𝐚𝐭𝐮 𝐰𝐢𝐥𝐚𝐲𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐞𝐧𝐭𝐮
Persentase desa melaksanakan STBM = x 100%
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐞𝐬𝐚 𝐝𝐢 𝐰𝐢𝐥𝐚𝐲𝐚𝐡 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐨𝐝𝐞 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚
Persentase desa stop BABS Jumlah desa stop BABS (SBS) di suatu wila yah pada periode tertentu
x 100%
(SBS) Jumlah desa di wilayah dan pada periode yang sama
3
19
Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Puskesmas 19
4
TABEL 65
DEFINISI OPERASIONAL
Tempat-tempat umum : Tempat atau sarana yang diselenggarakan pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk
(TTU) kegiatan bagi masyarakat yang meliputi: sarana kesehatan (rumah sakit, puskesmas), sarana sekolah
(SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA), tempat ibadah, dan pasar.
TTU sehat : TTU yang memenuhi standar berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
FORMULA
iene sanitasi
u
x 100%
6
19
TABEL 66
DEFINISI OPERASIONAL
FORMULA
7
19