Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup
masyarakat, sehingga semua negara berupaya menyelenggarakan pembangunan
kesehatan sebaik-baiknya. Pembangunan kesehatan di Kecamatan Salopa Kab.
Tasikmalaya dilaksanakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Pembangunan Nasional dan Pembangunan Kesehatan di Jawa Barat. Sesuai
dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, tujuan
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, yang mencakup aspek jasmani dan rohani. Tujuan
tersebut akan tercapai apabila derajat kesehatan masyarakat meningkat, melalui
peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan yang merata, serta
mengembangkan kesadaran dan perilaku hidup sehat dikalangan masyarakat.
Derajat kesehatan yang tinggi merupakan suatu prakondisi untuk meningkatkan
produktivitas sumber daya manusia.
Berbagai perubahan dan tantangan stategis yang mendasar seperti
globalisasi, demokratisasi, desentralisasi, krisis multidimensi, serta pemahaman
kesehatan sebagai hak asasi dan intervensi mendorong terjadinya revisi terhadap
sistem kesehatan yang selama ini menjadi dasar pembangunan kesehatan di
Indonesia. Untuk Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya sendiri upaya peningkatan
derajat kesehatan merupakan bagian dari peningkatan pembangunan di Kecamatan
Salopa Kab. Tasikmalaya, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No. 36
tahun 2009, semua aktivitas pembangunan kesehatan ditujukan melalui status
kesehatan yang memberikan konstribusi kepada kualitas kehidupan yang produktif
dan lebih tinggi secara sosial maupun ekonomi. Kegiatan pelayanan kesehatan
ditujukan melalui pemerataan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
aksesbilitas (keterjangkauan) dengan prioritas golongan masyarakat
berpenghasilan rendah atau ekonomi lemah yang sebagian besar bermukim di
daerah pedesaan, daerah kumuh di perkotaan, masyarakat di daerah terpencil dan
perbatasan termasuk masyarakat terasing dan daerah pemukiman baru.
Berbagai kegiatan pembangunan di Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan bersama-sama dengan sektor
terkait lain dan dukungan dari masyarakat termasuk sektor swasta, telah

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 1


menampakan hasil-hasil yang dapat dirasakan serta dinikmati oleh seluruh
masyarakat khususnya di Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya. Disisi lain
keberhasilan pembangunan kesehatan masih dihadapkan pada berbagai masalah,
kendala dan tantangan di bidang kesehatan. Antara lain dengan meningkatnya
masalah kesehatan yang berhubungan dengan pola hidup masyarakat yang
menyebabkan semakin meningkatnya penyakit degeneratif seperti penyakit
jantung, stroke dan lain-lain, hal ini merupakan dampak dari keberhasilan
pembangunan di bidang ekonomi dan membaiknya taraf hidup masyarakat
di Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya. Masalah lain yang dihadapi adalah
belum sepenuhnya informasi tentang masalah kesehatan berfungsi secara efektif
dan efisien.
Dalam penyusunan Buku Profil ini, pembangunan kesehatan daerah tidak
terlepas dari komitmen pembangunan kesehatan secara Nasional dimana telah
ditetapkan Visi & Misi Pembangunan Kesehatan Nasional yaitu
“Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan “ dengan misinya yaitu :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik
Untuk memenuhi dan memberikan gambaran menyeluruh tentang keadaan
kesehatan di wilayah Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya, UPTD Puskesmas
Salopa menyusun “Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019”, hal ini
bertujuan untuk mengetahui upaya kesehatan yang telah dilaksanakan dalam
peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan evaluasi program pembangunan
kesehatan. Penyajian Buku Profil Kesehatan Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya
Tahun 2019 ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut :
 BAB I PENDAHULUAN
 BAB II GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK
 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN
 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
 LAMPIRAN

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 2


BAB II

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

A. Gambaran Umum
1. Visi dan Misi Puskesmas Salopa

a. Visi Puskesmas Salopa


Visi Puskesmas Salopa adalah “Menjadikan Pusat Pelayanan Kesehatan
Dasar yang Bermutu, Dinamis dan Mandiri Menuju Masyarakat Sehat”.
b. Misi
Misi Puskesmas Salopa adalah :
1) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bemutu.
2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dinamis dan
berkualitas.
3) Menjalin kerjasam lintas program dan lintas sektor dalam rangka
mewujudkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat.

2. Keadaan Geografis
Kondisi geografis Kecamatan Salopa terdiri dari pegunungan,bukit
dan dataran, berada di 703ꞌ 11ꞌꞌ Lintang Selatan dan 108016ꞌ20ꞌꞌ Bujur Timur.
Letak wilayahnya berbatasan dengan beberapa kecamatan, yaitu:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gunung Tanjung.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cineam dan wilayah
Kabupaten Ciamis.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cikatomas.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Jatiwaras.
Berdasarkan data dari Kantor Statistik Kecamatan Salopa Kabupaten
Tasikmalaya, Wilayah Kecamatan Salopa terbagi menjadi 9 dan 11 dusun.
Nama-nama desa yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa adalah Desa
Mandalahayu, Karyamandala, Mulyasari, Mandalaguna, Tanjungsari,
Kawitan, Mandalawangi, Karyawangi dan Banjarwaringin. Wilayah Kerja
Salopa dapat digambarkan dalam Gambar 2.1 berikut ini.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 3


Gambar 2.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Salopa

3. Keadaan Demografi
Situasi kependudukan dapat dilihat dari berbagai indikator antara lain
tingkat pertumbuhan penduduk, angka kelahiran kasar, tingkat fertilitas
penduduk, distribusi penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur
serta kepadatannya.
a. Tingkat Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya pada
Tahun 2020 yaitu sebanyak 48.940 jiwa (laki-laki sebanyak 25.090 jiwa
atau 51,19% dan perempuan sebanyak 23.890 jiwa atau 48,81%). Apabila
dibandingkan dengan Tahun 2019 terjadi penurunan sebesar 0,23% atau
terdapat penurunan sebanyak 311 jiwa. Gambaran pertambahan penduduk
Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya dalam lima tahun terakhir dapat
dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 4


Gambar 2.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Salopa
Tahun 2016-2020
Jumlah Penduduk
50.000

49.000 49.053 48.940

48.000

47.000 47.000
46.458
46.000
45.554
45.000

44.000
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Pendataan KIA UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020)

b. Kelompok Umur
Jumlah kelompok umur berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan
Salopa dikelompokkan berdasarkan beberapa kategori, yaitu :
a. Usia Bayi yakni kelompok umur antara 0 sampai 11 bulan
b. Usia Balita yakni kelompok umur antara 12 sampai 59 bulan
c. Usia Pra Sekolah yakni kelompok umur antara 3 sampai 6 tahun
d. Usia Sekolah Dasar yakni kelompok umur antara 7 sampai 12 tahun
e. Usia Sekolah Menengah yakni kelompok umur antara 13 sampai 15
tahun
f. Usia Remaja yakni kelompok umur antara 10 sampai 19 tahun
g. Usia produktif yakni kelompok umur antara 15 sampai 44 tahun
h. Pra Lansia yakni kelompok umur antara 45 sampai 59 tahun
i. Lansia yakni kelompok umur antara 60 sampai 69 tahun
j. Lansia resiko tinggi yakni kelompok umur 70 tahun ke atas.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 5


Gambar 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
dan Kelompok Umur di Kecamatan Salopa Tahun 20 20

Lansia Resiko 907


Tinggi 780

1.213
Lansia
1.122

4.116
Pra Lansia
4.248

8.922
Usia Produktif
9.576

2.939
Remaja
3.365

Usia Sekolah 1.179


Menengah 1.363

Usia Sekolah 2.134


Dasar 2.077

689
Pra Sekolah
677

1.478
Balita
1.547

313
Bayi
295

Perempuan Laki-Laki

(Sumber : Hasil Pendataan Sasaran KIA UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Gambar 2.3 tersebut menunjukkan bahwa jumlah kelompok umur


terbanyak adalah usia produktif dan jumlah kelompok umur terendah
adalah usia bayi (0-11 bulan), dan angka beban tanggungan (Dependency
Ratio) adalah 11.
4. Kepadatan Penduduk
Luas wilayah Kecamatan Salopa adalah sebanyak 10.989,5 Ha, luas
wilayah ini kurang sebanding dengan jumlah penduduk di Kecamatan Salopa
Kab. Tasikmalaya dan tentunya berdampak terhadap persebaran penduduk.
Luas wilayah tidak bertambah sedangkan jumlah penduduk dari tahun ke
tahun terus mengalami peningkatan menyebabkan kepadatan penduduk
menjadi bertambah padat, ada beberapa desa yang luasnya tidak sebanding
dengan jumlah penduduk diantaranya: Desa Mandalawangi dan Desa
Kawitan. Kepadatan penduduk di Kecamatan Salopa dapat dilihat pada
Gambar 2.4.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 6


Gambar 2.4 Kepadatan Penduduk Per Km2 Di
Kecamatan Salopa Tahun 2016 – 2020
5,00
4,80
4,60
4,50 4,49
4,40
4,31 4,26
4,20 4,18
4,00
3,80
3,60
3,40
3,20
3,00
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Kantor Statistik Kecamatan Salopa)

Gambar 2.4 menunjukkan bahwa kepadatan penduduk Kecamatan


Salopa Kab. Tasikmalaya pada tahun 2020 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yakni sebesar 4,49 penduduk/km2.

B. Perilaku Penduduk
1. Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Salopa Kab.
Tasikmalaya pada tahun 2016-2020, dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Tingkat Pendidikan di


Kecamatan Salopa Tahun 2016 - 2020

Belum/Tidak SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi


Memiliki Ijazah

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Pendataan KIA UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Berdasarkan Gambar 2.5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang


paling banyak ditempuh sejak tahun 2016 sampai 2020 adalah pendidikan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 7


Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan yang paling sedikit adalah tingkat
pendidikan perguruan tinggi. Pada tahun 2018 merupakan tahun tertinggi
tingkat Pendidikan yang belum atau tidak memiliki ijazah yakni sebanyak
2.702 atau sebesar 6,83%.

2. Angka Melek Huruf


Salah satu indikator sektor pendidikan yang berperan dalam Indek
Pembangunan Manusia (IPM) adalah angka melek huruf, angka melek huruf
yang didefinisikan menurut Dinas Pendidikan Kecamatan Salopa Kab.
Tasikmalaya adalah jumlah penduduk yang buta aksara dan telah mengikuti
pelatihan/kursus baca tulis baik huruf latin maupun huruf lainnya. Angka
Melek Huruf (AMH) Kecamatan Salopa dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Jumlah Penduduk Berumur 10 Tahun


ke Atas yang Melek Huruf di Kecamatan Salopa
Tahun 2016-2020
35.000 33.662 33662

30.000 29.792

25.000 23.454
20.594
20.000

15.000

10.000

5.000

0
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Pendataan Sasaran KIA UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 8


BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. Angka Kematian
1. Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) adalah
jumlah banyaknya kematian bayi berusia dibawah usia satu tahun pada setiap
1.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Angka ini merupakan salah
satu indikator yang sensitif terhadap ketersediaan pemanfaatan dan kualitas
pelayanan kesehatan terutama pelayanan perinatal. Angka kematian bayi ini
juga merupakan suatu indikator penting untuk mencerminkan keadaan derajat
kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif
terhadap terhadap lingkungan tempat orang tua bayi tinggal dan erat kaitannya
dengan status sosial orang tua. Angka kematian bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Salopa dari Tahun 2016 sampai Tahun 2020 dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

GAMBAR 3.1 ANGKA KEMATIAN BAYI DAN


NEONATAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SALOPA TAHUN 2016-2020

11
10
9

2016 2017 2018 2019 2020


(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan
KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa angka kematian bayi dan neonatal di
Wilayah Kerja Puskesmas Salopa sejak Tahun 2016 sampai 2020 mengalami
penurunan jumlah kasus, hal ini menjadi cerminan adanya peningkatan
kualitas pelayanan kehatan perinatal di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas
Salopa.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 9


2. Kematian Balita
Angka Kematian Anak Balita (AKABA) adalah jumlah kematian anak
berusia dibawah 5 tahun (1 – 59 bulan) selama satu tahun tertentu per 1.000
anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu, Angka Kematian Anak
Balita tidak termasuk kematian bayi. Indikator ini terkait langsung dengan
target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi
dan lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan
kesehatannya. Angka kematian balita sering digunakan untuk
mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk.

GAMBAR 3.2 ANGKA KEMATIAN ANAK


BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SALOPA TAHUN 2016-2020

6
4
2
0 0
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan


Laporan KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Gambar 3.2 menunjukkan bahwa angka kematian anak balita di Wilayah


Kerja Puskesmas Salopa sejak tahun 2016 sampai 2020 menunjukkan jumlah
angka yang fluktiatif. Hal ini merupakan cerminan dari kualitas pelayanan
Kesehatan pada anak balita dan kondisi lingkungan serta ekonomi penduduk.

3. Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) atau Maternal Mortality Rate (MMR)
adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari
sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya dan bukan karena
sebab-sebab lain per 100.000 kelahiran hidup.Informasi mengenai tingginya
MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan
reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang
aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan
jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan terlatih, penyiapan
sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga
dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, sangat membantu sekali

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 10


dalam mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi. Berdasarkan Laporan dari bagian Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) Puskesmas Salopa Tahun 2020, ada kematian ibu nifas sebanyak
2 orang. Berikut sajian mengenai data kematian ibu Tahun 2016 sampai tahun
2020.

GAMBAR 3.3 GRAFIK ANGKA KEMATIAN


IBU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SALOPA TAHUN 2016-2019
Angka Kematian Ibu
1 1 2

0 0
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan


Laporan Tahunan KIA Tahun 2020)
B. Angka Kesakitan
1. TB Paru
TB Paru atau Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang ditimbulkan
karena adanya infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberkulosa dan bakteri ini akan menyerang organ paru-paru. Berdasarkan
Laporan Program TB Paru Tahun 2020, jumlah kasus kematian akibat TB
Paru sebanyak 4 orang. Berikut Gambar 3.4 sebagai gambaran Kasus TB Paru
yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa.

Gambar 3.4 Kasus TB Paru di Wilayah Kerja


Puskesmas Salopa Tahun 201 6-2020
300 277
250
250
192
200 174
142
150

100 87 84
61 52 53
37 41
50 23 17 22
0 0 3 3 3
0
2016 2017 2018 2019 2020

Seluruh Kasus Kasus Baru BTA + Suspek TB TB Anak

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan


Laporan TB Paru Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 11


Gambar 3.4 menunjukkan kecenderungan kasus TB Paru dari tahun
2016 sampai 2020. Berdasarkan sajian grafik tersebut tergambarkan
peningkatan-peningkatan jumlah kasus dan suspek yang mengindikasikan
bahwa proses pelacakan, penjaringan serta pemeriksaan dini terhadap kasus-
kasus terduga TB Paru semakin baik, dan kasus penyakit TB Paru di
masyarakat masih tetap ada atau belum tereliminasi. Selanjutnya, selain
melakukan pendataan dan penjaringan masyarakat yang menderita TB Paru,
upaya pemberian pengobatanpun diberikan bagi pasien yang sudah dinyatakan
positif TB Paru, hasil pengobatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.5
berikut ini.

Gambar 3.5 Angka Kesembuhan , Pengobatan


Lengkap Serta Keberhasilan Pengobatan TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2020
60 53
52
50
41
40
28 27 28
30
22 22
20 15 14 14
10 9
10 3
0
0
2016 2017 2018 2019 2020

BTA + diobati Angka Kesembuhan Pengobatan Lengkap

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


TB Paru Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Gambar 3.5 menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus yang


diobati, jumlah kasus TB paru yang dinyatakan sembuh serta pengobatan
lengkap yang dilakukan oleh petugas. Namun apabila dibandingkan antara
jumlah kasus dengan angka kesembuhan persentasenya masih tergolong
rendah, sehingga masih memerlukan upaya lebih maksimal lagi dari berbagai
sektor agar pasien termotivasi untuk menyelesaikan pengobatan sampai
dinyatakan sembuh.

2. HIV/AIDS dan Syphilis


HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan infeksi salah satu
virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih sehingga berpengaruh
terhadap kekebalan tubuh dan kemampuan tubuh seseorang dalam melawan
penyakit, sedangkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 12


sindrom penurunan kekebalan tubuh yang didapat merupakan penyakit yang
disebabkan oleh adanya infeksi virus HIV. Selain HIV/AIDS ada juga
penyakit menular lainnya yaitu Syphilis. Syphilis merupakan salah satu
infeksi menular seksual (IMS). Penyebaran infeksi ini paling umum melalui
hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Berdasarkan data dari
Program P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) Puskesmas Salopa,
sepanjang Tahun 2020 tidak ada kasus HIV/AIDS dan Syphilis.

3. Kasus Diare
Diare merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih per hari) yang disertai
perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Di Puskesmas Salopa
Pada Tahun 2020 angka kesakitan diare adalah 30 per 1000 penduduk. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan gambaran kasus diare yang ditangani dan target
penemuan kasus diare yang tersaji dalam Gambar 3.6 di bawah ini.

Gambar 3.6 Kasus Diare yang di Tangani di


Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2020
12290 12290

6121

1527 1527 1471 1409 1471 1409


326

2016 2017 2018 2019 2020


Target Penemuan Diare Diare Ditangani

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 13


Gambar 3.7 Angka Kesakitan Diare per 1.000
penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2020

261 265

134

30 30

2016 2017 2018 2019 2020

Angka Kesakitan Diare per 1.000 penduduk

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019)

4. Pneumonia Pada Balita


Pnemonia adalah penyakit infeksi yang merupakan penyebab utama
kematian pada balita di dunia. Menurut definisinya pneumonia merupakan
infeksi jaringan paru-paru (alveoli) akut dan merupakan penyakit menular.
Kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020 dapat
dilihat pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Kasus Pneumonia Balita di


Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun
6000
2016-2019
5020 5022
5000 4670 4647
4456

4000

3000

2000

1000 467 465 502


213 446 145 135 231 105
213
0
2016 2017 2018 2019 2020
Jumlah Balita Perkiraan Penderita Penderita ditemukan dan ditangani

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Gambar 3.8 menunjukkan bahwa jumlah balita mengalami peningkatan


setiap tahunnya, begitupun dengan jumlah perkiraan penderita yang sama-
sama mengalami peningkatan, namun jumlah penderita yang ditemukan dan
ditangani angkanya menurun, sehingga perlu upaya-upaya yang lebih

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 14


maksimal lagi dalam menemukan dan menangani kasus-kasus pneumonia
pada balita.

5. Kusta
Kusta adalah penyakit yang disebabkan kuman Mycobacterium lepra
yang menyerang kulit dan saraf tepi. Penderita kusta yng tidak diobati
berpotensi menularkan kepada orang lain dengan kontak erat dan dalam kurun
waktu yang lama. Kasus kusta di Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020 tidak
ditemukan. Namun pada tahun 2014 ditemukan adanya penderita kusta
sebanyak 1 orang di Desa Kawitan dengan jenis kusta basah atau multibasiler,
dengan persentase angka penemuan kasus baru 2,12% dan prevalensinya 0,2
per 10.000 penduduk.

6. AFP (Non Polio)


AFP (Acute Flaccid Paralysis) Non Polio adalah semua anak berusia
kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan (paralysis) yang memiliki gejala
sifatnya layuh (Flaccid) terjadi secara mendadak (Acute) dan bukan
disebabkan ruda paksa. Pada Tahun 2020 Jumlah Penduduk di Puskesmas
Salopa yang berusia kurang dari 15 tahun adalah sebanyak 12.336 jiwa dan
dari jumlah tersebut tidak ditemukan adanya kasus AFP (Non Polio),
begitupun di tahun 2016 sampai 2020 tidak ditemukan Kasus AFP Non Polio.

7. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


Imunisasi merupakan suatu proses untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dengan cara memasukan vaksin, yakni virus atau bakteri
yang sudah dilemahkan , dibunuh, atau bagian-bagian dari bakteri atau virus
tersebut telah dimodifikasi, dan vaksin tersebut dimasukkan ke dalam tubuh
melalui suntikan maupun oral. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi tersebut antara lain Tetanus, Pertusis, Difteri, Hepatitis B, Polio dan
Campak seperti yang ada pada Gambar 3.9 di bawah ini.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 15


Gambar 3.9 Jumlah Kasus yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I) di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2020

Tetanus Pertusis Difteri Hepatitis B Polio Campak

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


Imunisasi Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Berdasarkan Gambar 3.9, disepanjang tahun 2016-2020 tidak terdapat


kasus PD3I.

8. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah dengue atau yang dikenal dengan penyakit DBD
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dengan vektornya
adalah nyamuk Aedes aegepty. Kejadian DBD ini tidak ditemukan kasus DBD
di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2020. Berikut disajikan informasi
mengenai kasus DBD di Puskesmas Salopa dalam bentuk gambar grafik sejak
Tahun 2016-2020.

Gambar 3.10 Kasus DBD di Wilayah Kerja Puskesmas


Salopa Tahun 2016-2020
Kasus DBD

23

0 0 0
2016 2017 2018 2019

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


P2M Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 16


9. Malaria
Berikut merupakan jumlah kesakitan dan kematian akibat malaria di
Puskesmas Salopa Tahun 2016-2019 yang tertera pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Jumlah Kesakitan dan Kematian Akibat


Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2014-2016
2016 2017 2018 2019

0
700 700 3
185 187 2
287 287
195 4
203
Suspek 0
Darah
Malaria Positif
diperiksa Meninggal
Malaria

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Laporan


Malaria Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Gambar 3.11 menunjukkan jumlah kasus yang dicurigai malaria


meningkat setiap tahunnya, lalu sediaan darah yang diperiksa juga mengalami
peningkatan dan jumlah kasus yang positif semakin berkurang setiap
tahunnya, bahkan di Tahun 2019 tidak ditemukan sediaan darah yang positif
malaria, angka kematian juga tidak ada.

10. Filariasis
Penyakit filariasis atau kaki gajah merupakan penyakit yang disebabkan
oleh cacing filaria, kejadian penyakit filariasis ini tidak ditemukan di
Puskesmas Salopa pada Tahun 2016-2020.

11. Kejadian Luar Biasa (KLB)


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di
Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah
penyakit. Sejak tahun 2016-2020 tidak ditemukan adanya KLB di Wilayah
Kerja Puskesmas Salopa.

12. Sepuluh Besar Penyakit


Gambaran sepuluh besar penyakit yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Salopa disajikan dalam grafik batang. Data tersebut dapat dilihat pada Gambar
3.12 berikut ini.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 17


Gambar 3.12 Sepuluh Besar Penyakit Berdasarkan
Kunjungan Pasien di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2020

4000 3750
ISPA
3500 3112
2923 Dispepsia
3000 Skabies

2500 Dermatitis
1879 Hipertensi
2000 1731 1621
Rematik
12821241
1500 Konjungtivitis
871 821
1000 Diare
Typhoid
500
Lainnya
0
2020

(Sumber : Laporan Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Gambar 3.12 menunjukkan bahwa berdasarkan jumlah kunjungan


pasien, jumlah penderita ISPA merupakan kunjungan penyakit terbanyak
yang diderita oleh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Salopa yakni
sebanyak 3.750 kasus (19,50%), kemudian penyakit Dispepsia sebanyak 3112
kasus (16,18%), Skabies sebanyak 2.923 kasus (15,20%), Dermatitis
sebanyak 1.879 (9,78%), Hipertensi sebanyak 1.731 kasus (9,01%), Rematik
sebanyak 1.621 kasus (8,43%), Konjungtivitis sebanyak 1.282 (6,67%), Diare
sebanyak 1.241 kasus (6,45%), dan kunjungan penyakit paling rendah adalah
Typhoid yakni sebanyak 871 (4,53%), serta beberapa penyakit lainnya
sebanyak 821 (4,27%).

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 18


BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN


1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
a. Pelayanan Ibu Hamil
Pelayanan ibu hamil atau dikenal dengan pelayanan antenatal
merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan tenaga profesional pada
ibu hamil selama masa kehamilan. Pelayanan Kesehatan ibu hamil minimal
dilakukan pada K1 dan K4. K1 merupakan kunjungan ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan antenatal yang sesuai standar yang dilakukan
pertama kali pada masa kehamilan, sedangkan K4 merupakan kunjungan
ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling
sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu
kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan ketdua dan dua kali pada
triwulan ketiga umjur kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode
kehamilannya. Beriku gambaran mengenai kunjungan Ibu Hamil K1 dan
K4 di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Salopa.

4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil di Wilayah Kerja


Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020
K1 K4

86,33% 86,79%
86,79% 86,54% 86,23%

80,60%
80,60% 76,92%
77,18% 74,43%

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

b. Pelayanan Persalinan
Kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada saat proses persalinan, hal ini terjadi salah satunya adalah karena
pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi kebidanan. Deskripsi cakupan pelayanan kesehatan persalinan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 19


oleh tenaga kesehatan Tahun 2016-2020 dapat dilihat pada Gambar 4.2
berikut ini.

4.2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Persalinan


di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun
2016-2020
Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Mendapat Pelayanan Nifas Ibu Nifas Mendapat Vitamin A

88,84%
87,65% 88,84%
86,53%86,53%

86,78%
82,22%
80,67% 80,67% 80,67% 80,67%

77,79% 77,79%
76,03%
76,03%

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

c. Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal


Beberapa ibu hamil mempunyai resiko yang tinggi dalam
melahirkan (obsterti komplikasi) sehingga perlu dirujuk ke unit pelayanan
kesehatan yang memadai karena keterbatasan kemampuan dalam
memberikan pelayanan di puskesmas maupun bidan desa. Gambaran
penanganan komplikasi kebidanan disajikan dalam Gambar 4.3 berikut ini.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 20


Gambar 4.3 Jumlah Penanganan Komplikasi
Kebidanan di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2020
Bumil Resti Bumil Resti ditangani
121,12%
112,84%

80,68% 80,50%
67,11%

20,25% 20,02% 19,98% 19,98% 20%

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber :Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Selain ibu hamil, bayi yang dilahirkanpun ada beberapa yang


mengalami komplikasi neonatal. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Jumlah Penanganan Komplikasi


Neonatal di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2020
Perkiraan Komplikasi Neonatal Penanganan Komplikasi Neonatal

977

27
51 147
132 58 51 113
55
130
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

d. Kunjungan Neonatus
Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah prosentase neonatal
(bayi kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan
minimal dua kali dari tenaga kesehatan satu kali pada umur 0-7 hari dan
satu kali pada umur 8-28 hari. Angka ini menunjukan kualitas dan
jangkauan pelayanan kesehatan neonatal, hal ini karena bayi hingga usia
kurang dari 1 (satu) bulan mempunyai risiko gangguan kesehatan paling
tinggi. Cakupan kunjungan neonatal yang ada di Kecamatan Salopa Kab.
Tahun 2016 sampai 2019 dapat dilihat pada Gambar 4.5

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 21


Gambar 4.5 Cakupan Kunjungan Neonatus di Wilayah
Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2019
KN 1 KN 3
98,29%

88,46% 89,09% 96,58%


90,38% 85,05%
89,09%
84,48%

2016 2017 2018 2019

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa Pada Tahun 2018 cakupan KN 1


dan KN 3 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan
kesadaran masyarakat terhadap pelayanan Kesehatan bagi neonatus, serta
kecekatan bidan desa dalam melakukan kunjungan pada neonatus.
e. Pelayanan Kesehatan Bayi
Kegiatan pelayanan kesehatan bagi bayi dan neonatal salah satunya
adalah dengan menimbang berat badan bayi dan mengukur panjang badan
bayi sejak lahir. Menurut data dari program Gizi Puskesmas Salopa
Persentase BBLR Pada Tahun 2019 mengalami peningkatan disbanding
Tahun 2018, akan tetapi persentase tersebut masih lebih rendah disbanding
dengan Tahun 2015 dan Tahun 2016. Berikut gambaran terkait persentase
BBLR di Puskesmas Salopa yang disajikan dalam Gambar 4.6

Gambar 4.6 Persentase BBLR Di Puskesmas Salopa


Tahun 2016-2019
BBLR
4,61%

3,49%

1,86%
0,90%

2015 2016 2018 2019

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Laporan


KIA Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Selain memberikan pelayanan kesehatan berupa menimbang dan


mengukur bayi, ada pula pemberian ASI Eksklusif untuk memenuhi zat

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 22


gizi bagi bayi yang disampaikan melalui kegiatan pemberian Komunikasi,
Informasi dan Edukasi Kesehatan (KIE). Berikut diagram mengenai
cakupan pemberian ASI Eksklusif pada Tahun 2016-2019.

Gambar 4.7 Cakupan Bayi yang Diberi ASI Eksklusif di


Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2015-2017

85,75%
81,56%
77,86%
74,71%

2015 2016 2017 2019

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Laporan


Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2019)

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


a. Peserta KB Aktif
Peserta KB aktif merupakan Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada
saat ini masih menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi. Cara ber-
KB itu sendiri terdiri dari dua metode yakni Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang dan Metode Kontrasepsi Jangka Pendek. Metode MKJP itu sendiri
terdiri dari IUD, MOP/MOW, dan Implant dan Metode Non MKJP terdiri
dari kondom, suntik dan pil KB. Mayoritas masyarakat di Kecamatan
Salopa metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah Metode
Kontrasepsi Jangka Pendek. Berikut sajian mengenai cakupan pemakaian
jenis-jenis metode kontrasepsi peserta KB aktif yang menggunakan metode
MKJP dan Non MKJP digambarkan dalam Gambar 4.8 dan Gambar 4.9 di
bawah ini.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 23


Gambar 4.8 Cakupan Peserta KB Aktif Berdasarkan
Metode Kontrasepsi di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2020
MKJPanjang MKJPendek

86,05% 86,05% 83,16%


78,99%
77,94%

22,06%
21,01% 16,84%
13,95% 14,63%

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Gambar 4.9 Cakupan Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang


(MKJP) Peserta KB Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun
2016-2020

11,22%
10,53% 10,28%
10,10%
9,53%
9,07%

5,92% 6,04%
5,11% 5,23%

3,46% 3,63% 3,75%

1% 1,33%

2016 2017 2018 2019 2020

IUD MOW/MOP IMPLANT

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Berdasarkan Gambar 4.9 menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi


berupa implan menjadi salah satu jenis kontasepsi yang dipilih juga oleh
penduduk di wilayah Kecamatan Salopa. Jumlah penduduk yang
menggunakan implan ini tidak setinggi pemakai IUD dan tidak serendah
yang memilih MOW/MOP.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 24


Gambar 4.10 Cakupan Pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Pendek (NON MKJP) Peserta KB Aktif di Wilayah
Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020

70,04%
64,68% 65,76% 64,35%
61,07%

21,10% 18,46%
17,70%
11,03%
4,58%
0,27% 1,15% 1,12% 0,23% 0,34%

2016 2017 2018 2019 2020

Kondom Suntik Pil

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Gambar 4.10 menunjukkan bahwa cakupan pemakaian Non MKJP


peserta KB aktif di wilayah kerja Puskesmas Salopa sejak Tahun 2016
hingga 2020 jenis kontrasepsi suntik merupakan kontrasepsi yang paling
banyak digunakan oleh pasangan usia subur di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Salopa.
b. Peserta KB Baru
Peserta KB Baru atau akseptor KB Baru adalah Pasangan Usia
Subur (PUS) yang pertama kali menggunakan alat kontrasepsi setelah
mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau kelahiran.
Berikut disajikan gambaran mengenai cakupan peserta KB baru di wilayah
kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020 pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Cakupan Peserta KB Baru di Wilayah Kerja


Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020

15,42%
13,67%
12,11%

8,87%

0,90%
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 25


Gambar 4.12 Cakupan MKJP Peserta KB Baru di Wilayah
Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020
IUD

12,20% MOP/MOW
IMPLAN

9,61%
8,54% 8,45%
8,00%
7,51%
6,41%

4,72%

2,99%

0,88% 1,14% 1,22%


1,22% 0,39%
0%

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)
Gambar 4.13 Cakupan Non MKJP Peserta KB Baru di Wilayah
Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020

68,29%
63,73% 65,39%
59,22% 58,35%

28,11%
25,05%
20,66%
17,07% 18,10%

0,40% 0,00% 0,00% 0,99% 1,36%

2016 2017 2018 2019 2020

Kondom Suntik Pil

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


KIA Puskesmas Salopa Tahun 2020)

3. Pelayanan Gizi
Masalah gizi di masyarakat merupakan fenomena gunung es, hal ini
karena yang tampak dipermukaan hanya sedikit. Masalah gizi juga tidak
terlepas dari masalah kondisi sosial ekonomi masyarakat, sehingga cenderung
masalah gizi khususnya gizi buruk identik dan erat kaitannya dengan masalah
kemiskinan. Padahal dampak dari masalah gizi ini dapat menyebabkan orang
cenderung lebih rentan terhadap suatu penyakit bahkan dapat menyebabkan
kematian karena kondisi tubuh menjadi tidak stabil. Kurangnya asupan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 26


makanan dapat menimbulkan konsekuensi pada status kesehatan, pertumbuhan,
mental dan fungsi lain (kognitif, imunitas, reproduksi dan lain-lain). Berbagai
upaya dilakukan agar zat gizi terpenuhi khususnya ibu hamil, bayi dan balita,
yang terdiri dari :
a. Cakupan Vitamin A Bagi Bayi dan Balita serta Ibu Nifas
Upaya penanggulangan masalah kurang vitamin A masih bertumpu
pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada anak balita, bayi dan ibu
nifas. Pemberian vitamin A ini diharapkan dapat memberikan peran pada
integritas sel epitel, imunitas dan reproduksi, bahkan diharapkan dapat
mencegah kematiann. Berikut disajikan mengenai grafik cakupan pemberian
vitamin A bagi bayi dan balita serta ibu nifas.

Gambar 4.14 Cakupan Pemberian Vitamin A Bagi Bayi dan


Balita serta Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2019
Bayi dan Balita Ibu Nifas

96,86% 98,85%
86,53% 80,67% 86,53%
77,79%
60,42% 60,42%

2016 2017 2018 2019

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Laporan


Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2019)

b. Cakupan Tablet Fe
Pemberian tablet besi sebagai suplemen merupakan upaya untuk
meningkatkan kadar besi (Fe) dalam jangka waktu singkat, hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya defisiensi Fe pada wanita terutama ibu hamil
yang diakibatkan karena kurangnya zat besi yang diabsorbsi tubuh melalui
makanan yang mengandung besi. Cakupan pemberian Fe pada ibu hamil
pada Gambar 4.15.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 27


Gambar 4.15 Cakupan Ibu Hamil yang Mendapatkan
Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2019
Fe 1 (30 Tablet) Fe 3 (90 Tablet)
94,43%
91,88% 87,96%
83,74% 76,40%
79,65%
84,00%
73,71%

2016 2017 2018 2019

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Laporan


Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2019)

c. Gizi Baduta dan Balita


1) Gizi Baduta (Usia Anak di Bawah Dua Tahun)
Cakupan baduta yang ditimbang (D/S) pada tahun 2019
mencapai 81,76% dari 1.639 jumlah baduta yang dilaporkan. Sedangkan
jumlah baduta yang BGM atau berada di bawah garis merah yaitu
sebanyak 6 atau 0,45%.
2) Gizi Balita (Usia Anak di Bawah Lima Tahun)
Bawah lima tahun atau sering disingkat balita merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Anak pada
masa ini pertumbuhan fisiknya relatif lebih lambat dibandingkan dengan
masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat.
Berikut sajian berupa gambar grafik mengenai balita yang mendapatkan
pelayanan kesehatan minimal delapan kali dari tahun 2016-2019.

Gambar 4.16 Persentase Balita yang Mendapatkan


Pelayanan Kesehatan Minimal 8 Kali di Wilayah Kerja
Puskesmas Salopa Tahun 2016-2019

85,93% 85,86%
65,47% 65,47%

2016 2017 2018 2019

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan


Laporan Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 28


Selanjutnya, di tahun 2019 jumlah balita yang ditimbang (D/S)
sebanyak 1.660 atau 82,38% dan sebanyak 34 balita (2,05%) berat
badannya berada di bawah garis merah (BGM). Berikut ini merupakan
grafik yang menggambarkan tren balita BGM dan balita gizi buruk sejak
tahun 2016 sampai 2019.

Gambar 4.17 Persentase Balita BGM (Bawah Garis


Merah) dan Balita Gizi Buruk di Wilayah Kerja
Puskesmas Salopa Tahun 2016-2019

3,86%

2,05%

1,50%
0,97%
0,51%
0,30%
0,05% 0,11%

2016 2017 2018 2019

BGM Gizi Buruk

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan


Laporan Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Gambar 4.17 menunjukkan bahwa kasus balita BGM tertinggi


terjadi pada tahun 2016 dan kasus terendah terjadi pada tahun 2018.
Sedangkan untuk kasus gizi buruk, kasus tertinggi terjadi di tahun 2018
dan kasus gizi buruk terendah terjadi pada tahun 2016 sebanyak 0,05%.

4. Pelayanan Imunisasi
a. Imunisasi Bayi dan Balita
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap
penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seeseorang. Tujuannya
adalah untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu, dan apabila terjadi
penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat
menimbulkan cacat dan kematian. Imunisasi dasar bagi bayi dan balita terdiri
dari 5 jenis imunisasi yaitu Hepatitis B, BCG, DPT-HB, Polio, dan Campak.
Berdasarkan data yang dilaporkan dari Program Imunisasi Pukesmas Salopa

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 29


Tahun 2019 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi bayi dan balita
menurun cukup drastis dibanding dengan tahun sebelumnya. Untuk jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 4.18 berikut ini.
Gambar 4.18 Cakupan Imunisasi Pada Bayi dan Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2019

HB < 7 Hari
BCG
DPT-HB3
Polio 4
Campak
Imunisasi Dasar Lengkap

93,93%
90,38%
91,10%
90,38% 94,57%
70,90% 91,10%
90,50% 95,11%
70,90%
91,30%
90,38% 70,90% 94,66%
91,30%
88,20% 95,20% 33,83%
91,40% 33,83%
63,70% 33,73% 74,68%
87,90% 93,21% 34,12%
59,50% 34,82% 70,43%
32,94%
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


Imunisasi Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Bila dilihat dari data pencapaian cakupan desa UCI (Universal Child
Immunization) di Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya pada tahun 2020
capaiannya sebesar 77,8%. Desa yang tidak termasuk desa UCI adalah Desa
Mandalaguna dan Karyamandala. UCI ini merupakan kependekan dari
Universal Child Immunization yaitu tercapainya imunisasi dasar secara
lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur, dan anak
sekolah tingkat dasar.
b. Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) Pada Ibu Hamil
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil gunanya untuk mencegah
tetanus bagi ibu dan bayinya. Tetanus adalah penyakit yang mengancam jiwa
yang disebabkan oleh toksin dari bakteri Clostridium tetani. Berikut ini
gambaran Cakupan Imunisasi TT pada ibu hamil Tahun 2016 sampai 2020.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 30


Gambar 4.19 Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020

TT-1 TT-2

102,50%
94,90% 94,90%
76,40% 76,40%

95,07% 99,77% 96,82%


73,71% 73,71%

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


Imunisasi Puskesmas Salopa Tahun 2020)

5. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


Adanya pelayanan kesehatan gigi dan mulut bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut dan
supaya bisa mencapai pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Berdasarkan data yang dilaporkan bahwa pelayanan kesehetan gigi dan mulut
di Puskesmas Salopa adalah berupa tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi
tetap. Pelayanan tumpatan gigi tetap dan pencabutan gigi tetap pada tahun 2016
sampai 2019 mengalami fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.20.

Gambar 4.20 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Wilayah


Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2019
Tumpatan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Tetap

920
856 911
869

38 74 74 98

2016 2017 2018 2019

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Laporan BP


Gigi Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut selain diberikan pada masyarakat


dewasa, juga diberikan pada usia anak sekolah khususnya siswa SD dan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 31


setingkat, dimana tahun 2019 ini pemeriksaan gigi pada siswa SD mengalami
penurunan dibanding tahun sebelumnya, seperti pada gambar grafik dibawah
ini.

Gambar 4.21 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD


dan Setingkat di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2019
Diperiksa Mendapatkan Perawatan

63,64%

41,29%

16,35% 15,73%

0,00%
0,00% 0,00%
2,02%
2016 2017 2018 2019
(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Laporan UKS
dan BP Gigi Puskesmas Salopa Tahun 2019)

6. Penjaringan Siswa Sekolah Dasar dan Setingkat


Pada Tahun 2019 jumlah siswa Sekolah Dasar kelas 1 di Kecamatan
Salopa adalah sebanyak 4.698, dan 100% mendapatkan pelayanan kesehatan
(penjaringan) begitupun di Tahun 2016 sampai 2018, semua siswa mendapat
pelayanan Kesehatan (penjaringan).
7. Pelayanan Kesehatan Lainnya
a. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan jumlah tenaga darah yang ditekan terhadap
pembuluh nadi saat jantung memompakan darah ke seluruh tubuh manusia.
Tekanan darah merupakan salah satu pengukuran yang penting dalam
menjaga kesehatan tubuh, karena tekanan darah yang tinggi atau hipertensi
dalam jangka panjang akan menyebabakan perenggangan pembuluh darah
dan mengakibatkan pecahnya pembuluh darah sehingga dapat menyebabkan
beberapa penyakit seperti stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal dan lain-
lain. Pada Tahun 2019 jumlah penduduk dengan usia lebih dari 18 tahun dan
dilakukan pengukuran tekanan darah adalah sebanyak 4.340 orang atau
13,83%, sebanyak 452 orang memiliki tekanan darah tinggi atau 10,41% dari
total penduduk yang dilakukan pengukuran tekanan darah.
b. Pemeriksaan Obesitas

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 32


Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan
lemak tubuh yang berlebihan. Pemeriksaan obesitas ini dapat dilakukan
dengan cara yang sederhana yaitu dengan pemeriksaan antropometrik atau
dengan menimbang berat badan dan tinggi badan lalu dihitung IMT atau
Indeks Massa Tubuhnya. Hasil kegiatan pemeriksaan obesitas ini tidak
terdata baik jumlah maupun cakupannya di wilayah kerja Puskesmas Salopa
sampai tahun 2019.
c. Pelayanan Kesehatan Bagi Usia Lanjut
Penduduk usia lanjut adalah penduduk yang berumur 60 tahun atau
lebih. Masalah kesehatan pada usia lanjut berawal dari kemunduran sel-sel
tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko
terhadap penyakitpun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami
adalah seperti malnutrisi, gangguan keseimbangan, hipertensi, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, demensia, osteoporosis dan lain-lain.
Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, upaya pemeliharaan
kesehatan bagi usia lanjut harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup
sehat dan produktif baik secara sosial maupun ekonomis. Jumlah penduduk
di wilayah kerja Puskesmas Salopa yang tergolong usia lanjut (usia 60 tahun
lebih) pada tahun 2018 adalah sebanyak 4.270 orang dan yang mendapat
pelayanan kesehatan adalah sebanyak 1.107 orang (25,93%).

B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN


1. Cakupan Jaminan Pelayanan Kesehatan
Adanya Jaminan pelayanan kesehatan bertujuan agar :
a. Masyarakat memperoleh pelayanan paripurna (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) dan bermutu.
b. Masyarakat mengeluarkan biaya yang ringan untuk kesehatan, karena
azas usaha bersama dan kekeluargaan.
c. Masuarakat terlindung atau terjamin dalam memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan utamanya.
d. Terjaminnya pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data yang dilaporkan, jaminan kesehatan yang
digunakan oleh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Salopa Tahun 2020
adalah JKN atau Jaminan Kesehatan Nasional PBI (Peserta Bayar Iuran)
sebanyak 71,60%, sedangkan JKN Non PBI sebanyak 5,44%. Sehingga

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 33


total penduduk kecamatan Salopa yang memiliki jaminan Kesehatan
nasional yaitu sebanyak 77,04%.

Gambar 4.22 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk di


Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020
PBI Non PBI

80,00% 71,60%
69,82%
70,00% 64,93% 63,29%
63,43%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00% 10,47%
10,00% 4,84% 4,33% 4,62% 5,44%

0,00%
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


Anggaran Puskesmas Salopa Tahun 2020)

2. Kunjungan Rawat Jalan


Kunjungan rawat jalan di Puskesmas Salopa sangat fluktuatif dari
setiap tahunnya, seperti data yang didapatkan pada tahun 2016 mengalami
kunjungan rawat jalan sebanyak 10.112 orang, tahun 2017 mengalami
peningkatan menjadi 12.135 orang, dan tahun 2019 mengalami penurunan
yakni menjadi 11.526 orang. Data ini dapat dilihat pada Gambar 4.23
berikut.

Gambar 4.23 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan di


Puskesmas Salopa Tahun 2016-2019

12135 11526
10112

2016 2017 2019

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Data


Puskesmas Salopa Tahun 2019)

3. Ketersediaan Obat
Persentase ketersediaan obat di Puskesmas Salopa dapat dilihat pada
Lampiran di Tabel 66, dimana obat yang tersedia terdiri dari obat umum,
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Bahan Medis Habis Pakai

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 34


(BMHP). Berdasarkan data dari Pengelola Obat di Puskesmas Salopa dapat
ditarik garis besar jumlah pemakaian tertinggi obat di Puskesmas Salopa
yang disajikan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut ini.
Tablet 4.1 Sepuluh Besar Penggunaan Obat Umum Tertinggi di
Puskesmas Salopa Tahun 2020
No Nama Obat Satuan Jumlah Persentase
Penggunaan
1 Tablet Tambah Darah Taplet 154.230 28,59 %
2 Parasetamol Tablet 500 mg Tablet 115.486 21,41 %
3 Amoksisilin Tablet 500 mg Tablet 73.342 13,59 %
4 Deksametason Tablet 0,5 mg Tablet 50.000 9,27 %
5 Klorfeneramin (CTM) Tablet 4 mg Tablet 41.813 7,75%
6 Vitamin B Complek Tablet Tablet 26.781 4,96 %
7 Gliseril Guaiakolat Tablet 100 mg Tablet 22.381 4,15 %
8 Asam Askorbat Tablet 50 mg Tablet 19.900 3,69 %
9 Antasida Tablet 400 mg Tablet 18.000 3,34 %
10 Amlodipine Tablet 5 mg Tablet 17.558 3,25 %
Jumlah 539.491 100 %
Sumber : Laporan Pengelola Obat Puskesmas Salopa Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa Sepuluh Besar


penggunaan obat umum tertinggi di Puskesmas Salopa adalah Tablet
Tambah Darah sebanyak 154.230 tablet (28,59%) dan yang terendah adalah
Amlodipine Tablet 5 mg sebanyak 17.558 atau (3,25%). Penggunaan obat
ini berbeda jumlah pemakaiannya, tergantung dari sumber anggaran obat
yang digunakan, yakni ada obat yang bersumber dari dana DAK dan ada
obat yang bersumber dari dana JKN. Data Sepuluh Besar penggunaan obat
JKN ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Sepuluh Besar Penggunaan Obat Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) Tertinggi di Puskesmas Salopa Tahun 2020
No Nama Obat Satuan Jumlah Persentase
Penggunaan
1 Parasetamol Tablet 500 mg Tablet 115.486 19,79 %
2 Deksametason Tablet 0,5 mg Tablet 50.000 6,95 %
3 Amlodipine Tablet 5 mg Tablet 17.558 6,81 %
4 Amlodipine Tablet 10 mg Tablet 17.205 4,22 %
5 Vitamin B Kompleks Tablet Tablet 10.675 3,96 %
6 Sarung Tangan Non Steril S Buah 10.000 3,31 %
7 Ranitidin Tablet 150 mg Tablet 8.351 3,17 %
8 Allopurinol Tablet 100 mg Tablet 8.000 5,53 %
9 Piroksikam Tablet 20 mg Tablet 7.741 3,06 %
10 Prednison Tab 5 mg Tablet 7.651 3,03 %
Jumlah 252.667 100 %
Sumber : Laporan Pengelola Obat Puskesmas Salopa Tahun 2020

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa obat yang bersumber dari JKN ini
sepuluh besar penggunaan terbesarnya adalah Parasetamol tablet 500 mg
sebanyak 115.486 atau 19,79% dan penggunaan terendah adalah Predinosin
Tab 5 mg sebanyak 7.651 tablet atau 3,03%.

C. PERILAKU HIDUP SEHAT

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 35


PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarga dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Ada banyak jenis PHBS
salah satunya adalah PHBS di tingkat rumah tangga yang memiliki 10 indikator,
yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. ASI Eksklusif
3. Menimbang Bayi dan Balita setiap Bulan
4. Menggunakan Air Besih
5. Mencuci Tangan Pakai Sabun dan Air Bersih
6. Menggunakan Jamban sehat
7. Memberantas jentik di Rumah
8. Makan Buah dan Sayur setiap hari
9. Olahraga setiap hari
10. Tidak Merokok di dalam rumah
Berdasarkan data yang dilaporkan dari program promosi kesehatan
Puskesmas Salopa jumlah Rumah Tangga yang ber-PHBS mengalami
penurunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data di diagram batang yang ada
pada Gambar 4.24 berikut ini.

Gambar 4.24 Jumlah Rumah Tangga Berperilaku Hidup


Bersih dan Sehat (PHBS) di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2020
65,67% 66,07% 66,07%

25,16%
17,76%

2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


Promkes Puskesmas Salopa Tahun 2020)

D. KEADAAN LINGKUNGAN
1. Penduduk yang Memiliki Akses Air Minum yang Layak

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 36


Air minum yang layak atau berkualitas bisa didapatkan dari sumber-
sumber air yang memenuhi syarat Kesehatan seperti sumur gali terlindung,
sumur gali pompa, sumur bor, terminal air, mata air terlindung,
penampungan air hujan dan perpipaan. Berikut gambaran data persentase
akses air minum yang layak Tahun 2016-2020.

Gambar 4.26 Persentase Penduduk yang Memiliki Akses


Air Minum yang Layak di Puskesmas Salopa
Tahun 2016-2020
70,00%
60,00% 59,24%
55,15% 55,15%
50,00%
40,00% 38,80%
35,56%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
2015 2016 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan


Laporan Kesling Tahun 2020)

2. Penyelenggara Air Minum Memenuhi Syarat Kesehatan


Parameter yang digunakan untuk pemeriksaan terhadap
penyelenggaran air minum yang memenuhi syarat mengacu pada
Permenkes RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu pemeriksaan secara
mikrobiologi (Coliform tinja), dan secara kimia. Sarana Air Minum yang
diperiksa Tahun 2020 hanya Sarana Air Minum yang berasal dari Depot Air
Minum saja, dari 15 DAM yang diperiksa kualitas airnya, 11 DAM
memenuhi syarat (73,33%) dan 4 DAM yang tidak memenuhi syarat
(26,66%).

3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat)


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jenis jamban terdiri
dari jamban komunal, leher angsa, plengsengan dan cemplung. Tujuan
penggunaan jamban sehat adalah untuk menjaga lingkungan agar bersih,
sehat dan tidak berbau, tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya,
tidak mengundang datangnya lalat yang dapat menjadi media penularan

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 37


penyakit. Menurut data yang dilaporkan dari program kesehatan lingkungan
Puskesmas Salopa Tahun 2020, akses masyarakat terhadap sanitasi layak
(jamban sehat) adalah sebanyak 92,8%.

4. Presentase Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)


STBM merupakan suatu kegiatan pendekatan kepada masyarakat
untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi masyarakat yang dilakukan
dengan metode pemicuan. STBM itu sendiri terdiri dari lima pilar yaitu stop
buang air besar sembarangan (SBS), Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
Pengamanan Air Minum dan Makanan, Pengelolaan Sampah dengan benar,
dan Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga. Semua desa di wilayah kerja
UPTD Puskesmas Salopa telah melaksanakan STBM, namun sampai Tahun
2019 belum ada Desa STBM, tetapi baru mencapai STBM di Pilar 1 yakni
SBS/ODF, sebanyak 7 desa yaitu desa Mulyasari, Mandalawangi,
MAndalahayu, Kawitan, Karyamandala, Mandalaguna dan Tanjungsari.

5. Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU)


Sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi
dan mencegah kerugian akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat umum
tersebut yang mengakibatkan timbul menularnya berbagai jenis penyakit.
Ada beberapa jenis tempat umum antara lain sarana pendidikan, sarana
kesehatan, hotel, kolam renang, pasar, salon, panti pijat, tempat wisata,
terminal dan tempat ibadah. Berdasarkan data yang dilaporkan dari program
kesehatan lingkungan Puskesmas Salopa Tahun 2020 TTU yang memenuhi
syarat kesehatan adalah sebanyak 5,9% dari 341 TTU yang ada.

6. Persentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM) Memenuhi Syarat,


Dibina Dan Diuji Petik
Tempat pengolahan makanan yang dimaksud yaitu terdiri dari rumah
makan atau restoran, jasa boga, Depot Air Minum (DAM), dan makanan
jajanan. Berdasarkan data Program Kesling Tahun 2020, jumlah TPM yang
ada di Kecamatan Salopa adalah sebanyak 121 TPM, 20,70% sudah
memenuhi syarat.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 38


BAB V

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan
1. Sarana Kesehatan Dasar
a. Pemerintah
Puskesmas Salopa merupakan puskesmas rawat jalan atau Non
Rawat Inap tetapi sudah memiliki PONED (Pelayanan Obstretri Neonatal
Emergensi Dasar). Jenis–jenis pelayanan yang ada di Puskesmas Salopa
meliputi :
1) UGD (Unit Gawat Darurat)
2) Poli Umum
3) Poli Gigi
4) Persalinan/PONED
5) USG (Ultrasonografi) dan EKG (Elektrokardiografi)
6) KIA/KB
7) Laboratorium
8) Gizi
9) Apotek
10) Ambulance
Selain itu, untuk membantu pelayanan puskesmas agar tetap merata
dan dapat menjangkau seluruh penduduk yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Salopa terdapat beberapa pelayanan tambahan di luar gedung
puskesmas, seperti :
1) Puskesmas Pembantu
Jumlah Puskesmas Pembantu (Pustu) di Kecamatan Salopa Kab.
Tasikmalaya pada tahun 2020 sebanyak 5 pustu, yakni berada di Desa
Banjarwaringin, Mandalawangi, Karyawangi, Tanjungsari, dan
Mulyasari.
2) Puskesmas Keliling
Jumlah Puskesmas Keliling (Pusling) roda empat di Kecamatan Salopa
Kab. Tasikmalaya pada tahun 2020 sebanyak 1 unit.
3) Polindes
Jumlah polindes yang ada di Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya
sebanyak 4 polindes dan yaitu di Desa Mulyasari, Desa Karyawangi,
Desa Mandalawangi, dan Desa Kawitan.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 39


b. Swasta
Jumlah Balai Pengobatan (BP) klinik yang ada di Kecamatan
Salopa Kab. Tasikmalaya sebanyak 2 (dua) yang berada di Desa
Mandalahayu dan Desa Mandalawangi.

2. Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan


Pelayanan kesehatan rujukan masih bekerja sama dengan RSU Kota
Tasikmalaya, Singaparna Medical Center (SMC) Kab. Tasikmalaya serta
dengan Puskesmas DTP Cikatomas atau Puskesmas DTP Sukaraja. Hal ini
dilakukan dalam upaya aksesibilitas pelayanan kesehatan pada masyarakat di
Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya.

3. Sarana Kesehatan Lainnya


a. Instalasi farmasi
Sarana yang menunjang pada pelayanan kefarmasian di Kecamatan
Salopa Kab. Tasikmalaya meskipun kepemilikannya swasta, yaitu apotik
sebanyak 2 dan toko obat sebanyak 1.

b. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)


Pos pelayanan terpadu (Posyandu) adalah sarana pelayanan
kesehatan yang aksesnya lebih dekat dengan masyarakat dan milik
masyarakat. Pemerintah dalam hal ini petugas kesehatan yang membantu
dalam penyelenggaraan posyandu tidak lebih sebagai fasilitator karena
yang berperan aktif adalah para kader posyandu itu sendiri keberadaan di
Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016 sampai 2020 terus
mengalami penambahan jumlah posyandu. Data mengenai jumlah
posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa dapat dilihat pada Gambar
5.1 berikut.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 40


Gambar 5.1 Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja
Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020
85

80
80

75 74
72 72
71
Jumlah
70 Posyandu

65

60
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Gambar 5. 2 Persentase Posyandu Aktif di Wilayah


Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020
70,00%
60,00% 61%
54,20% 54,20% 52,70%
50,00%
40,00%
30,00% Posyandu Aktif

20,00%
15,50%
10,00%
0,00%
2016 2017 2018 2019 2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Gambar 5.2 menunjukkan adanya penurunan persentase posyandu


aktif di wilayah kerja Puskesmas Salopa pada tahun 2020. Penentuan
persentase posyandu aktif dilihat berdasarkan jumlah strata posyandu
mandiri dan purnama. Gambaran data strata posyandu dapat dilihat pada
Gambar 5.3.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 41


Gambar 5.3 Jumlah Posyandu Menurut Strata di
Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2016-2020
3
8 9 9 9 9

30 30 30 40
51

33
33 35
9
0 28
0
2016 0
2017 2
2018
2019
2020

Pratama Madya Purnama Mandiri

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019


dan Laporan Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2020)

c. Desa Siaga
Selain Posyandu, di Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya terdapat
pula Desa Siaga yaitu Desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya serta kemampuan untuk mencegah dan mengatasi berbagai masalah
kesehatan, bencana, kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Di Desa
siaga minimal harus ada pusat kesehatan masyarakat yang dilayani oleh 1
(satu) orang tenaga bidan dan 2 (dua) orang kader kesehatan dan ditempat
ini masyarakat setidaknya mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
Jumlah Desa Siaga di Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya sampai tahun
2020 ini yaitu sebanyak 9 desa itu berarti semua desa yang ada di wilayah
Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya telah memiliki desa siaga dan aktif.

d. Jumlah Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM)


UKBM yang dimiliki oleh Puskesmas Salopa terdiri dari Polindes
sebanyak 3 yang berada di Desa Mandalawangi, Karyawangi dan
Mulyasari, dan Posbindu sebanyak 9 desa posbindu. Data ini dapat dilihat
pada Gambar 5.5 berikut ini.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 42


Gambar 5.5 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) di Wilayah Kerja
Puskesmas Salopa Tahun 2017-2020
9
4 9
2 0 3 9
2 3 2017
2018
2019
2020

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 dan Laporan


Gizi Puskesmas Salopa Tahun 2020)

B. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32/1996 adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga
Kesehatan menurut PP No. 32 Tahun 1996 dapat dideskripsikan berdasarkan jenis
ketenagaannya sebagai berikut :
1. Tenaga medis (meliputi tenaga dokter dan dokter gigi).
2. Tenaga keperawatan (meliputi tenaga perawat dan bidan)
3. Tenaga kefarmasian (meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker)
4. Tenaga kesehatan masyarakat (meliputi epidemiologi kesehatan, entomologi,
mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan
sanitarian)
5. Tenaga gizi (meliputi nutrisionis dan dietisien).
6. Tenaga keterapian fisik (meliputi fisioterafi, okuterapis dan terapis wicara).
7. Tenaga keteknisan medis (meliputi radiografer, radioterafis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, repraksionis optisien, otorik prostektik, teknisi
transfusi dan perekam medis).
Berdasarkan data yang didapatkan dari Ka.Tata Usaha Puskesmas berikut
merupakan gambaran jumlah tenaga kesehatan dengan status kepegawaian PNS
yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2017-2020.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 43


Gambar 5.6 Jumlah Tenaga Kesehatan PNS di Wilayah
Kerja Puskesmas Salopa Tahun 2017-2020
18
16 16 16
16
Dokter
14
dokter gigi
12
Bidan
10
Perawat
8
Perawat Gigi
6 5 5 5 Farmasi
4 Kesehatan Masyarakat
2 1 11 1 11 11 11 Lainnya
0 0 0 0 0
0
2017 2018 2019

(Sumber : Data Ka.Tata Usaha Puskesmas Salopa Tahun 2020)

C. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan memegang peranan sangat penting dalam
penyelenggaraan roda pelayanan kesehatan pada masyarakat di Kecamatan Salopa
Kab. Tasikmalaya dalam upaya mencapai tujuan sesuai visi dan misi
pembangunan. Sumber dana pembangunan kesehatan di Kecamatan Salopa Kab.
Tasikmalaya tidak hanya bersumber dari APBD saja tapi ditunjang dengan sumber
dana lain yaitu APBN yang didapatkan dari BOK atau Bantuan Operasional
Kesehatan dan JKN. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7 Sumber Anggaran Kesehatan di Wilayah Kerja


Puskesmas Salopa Tahun 2015
APBD Kab
12%
JKN 82,01%

BOK 6,14%

APBN
88%
(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 dan Laporan
Keuangan Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 44


Gambar 5.8 Sumber Anggaran Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Salopa Tahun 2016

APBD Kab
9%
JKN 77,32%

APBN BOK 13,43%


91%

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 Laporan


Keuangan Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Gambar 5.9 Sumber Anggaran Kesehatan di Wilayah Kerja


Puskesmas Salopa Tahun 2017

APBD Kab
8,69%
JKN 70,64%

BOK 20,67%
APBN
91,31%

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 Laporan


Keuangan Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Gambar 5.10 Sumber Anggaran Kesehatan di Wilayah Kerja


Puskesmas Salopa Tahun 2018

APBD Kab
0%

JKN 79,05%

APBN BOK 20,95%


Rp 2.386.817.625

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 Laporan


Keuangan Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 45


Gambar 5.11 Sumber Anggaran Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Salopa Tahun 2019

APBD Kab
0%

JKN 78,66%

APBN BOK 21,34%


Rp 3.443.506.753

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2018 Laporan


Keuangan Puskesmas Salopa Tahun 2019)

Gambar 5.11 Sumber Anggaran Kesehatan di Wilayah Kerja


Puskesmas Salopa Tahun 2020

APBD Kab
0%

JKN 77,33%

APBN BOK 22,67%


Rp 3.502.780.253

(Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Salopa Tahun 2019 Laporan


Keuangan Puskesmas Salopa Tahun 2020)

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 46


BAB VI
PENUTUP

Profil Kesehatan Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya ini merupakan gambaran


situasi kesehatan masyarakat Kecamatan Salopa Kab. Tasikmalaya Tahun 2020.
Sampai saat ini pembangunan kesehatan masih merupakan kebutuhan masyarakat
yang perlu ditingkatkan secara menyeluruh dan merata, baik dari pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat, sumber daya kesehatannya maupun dari legalitas
hukumnya. Keberadaan Profil Kesehatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumber informasi kesehatan dan juga dapat dijadikan sebagai alat pemantau
keberhasilan indikator kesehatan, serta sebagai bahan perencanaan, pengambilan
kebijakan dan perumusan bidang kesehatan untuk terwujudnya pelayanan yang
bermutu dan berkualitas serta adil dan merata. Semoga buku ini bermanfaat, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
penyusunan profil pada edisi yang akan datang.

Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Salopa Tahun 2020 47

Anda mungkin juga menyukai