dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Fokus perhatian diarahkan pada pelayanan
Kesehatan bagi penduduk miskin, daerah tertinggal dan daerah bencana untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dengan memperhatikan
kesetaraan gender agar terwujud derajat Kesehatan Masyarakat yang optimal sehingga
Masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Loce dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap
Pencapaian Pembangunan Kesehatan di Puskesma Loce adalah Profil Kesehatan. Profil
Kesehatan merupakan gambaran keseluruhan pembangunan Kesehatan dipuskesmas yang
dihasilkan setahun sekali. Dalam tahap penerbitan Profil Kesehatan selalu dilakukan berbagai
upaya perbaikan baik dari segi materi, data/informasi, analisis, maupun bentuk tampilan
fisiknya, sesuai masukan dari para pengelola program di lingkup puskesmas. Dengan demikian
jelaslah bahwa tujuan diterbitkannya Profil Kesehatan Puskesmas Loce tahun 2018 adalah
dalam rangka menyediakan sarana untuk kebutuhan manajemen (perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan serta evaluasi) pembangunan Kesehatan, pengambilan keputusan serta sebagai
salah satu rujukan data dan informasi.
Profil Kesehatan Puskesmas loce ini terdiri dari 6 (enam) bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkan Profil Kesehatan Puskesmas
loce dan sistematika penyajiannya
Bab II : Gambaran Umum dan Penduduk puskesmas loce
Bab ini menyajikan gambaran umum Puskesmas loce. Selain menggambarkan letak
geografis, administratif, informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap Kesehatan, misalnya kependudukan, kondisi ekonomi, perkembangan
pendidikan dan lainnya.
Puskesmas Loce merupakan bagian dari wilayah Desa Loce Dengan luas wilayah 187,36 km²
Batas – batas wilayah dari puskesmas loce dalam posisi geografis adalah sebagai berikut :
Timur DESA WATU TANGO
Barat Desa wae kajong
Utara Kecamatan Ndoso Manggarai barat
Selatan Desa robek
Secara Georafis wilaya kerja puskesmas loce merupakan dataran tinggi dan merupakan daerah
pegunungan.Dimana penduduknya yang tinggal didalamnya sebagian besar dengan mata
pencarian petani.
A. DATA KEPENDUDUKAN
1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
B. Penduduk merupakan sumber atau Dasar dalam sebuah pembangunan.Jika Jumlah
penduduk sangat besar maka akan menjadi peluang yang sangat besar pula dalam
pembangunan. Namun jika kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada tidak
memadai maka penduduk dapat menjadi beban bagi pembangunan. Masalah
kependudukan selain kualitas SDM yang rendah, juga tingkat pertumbuhan yang tinggi
dan persebaran antar wilayah yang tidak merata. Penduduk diwilayah kerja Puskesmas
Loce Berkembang cukup pesat disetiap Desa (5).Dimana pada tahun 2016 jumlah
penduduk wilyah Puskesmas Loce sebesar 7.969 jiwa dan terjadi peningkatan jumlah
penduduk ditahun 2017 menjadi 8.206 jiwa dan pada tahun 2018 jumlah penduduk
wilayah kerja puskesmas loce sebesar 7.849 jiwa.
Dan untuk lebih jelas,Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Tabel 1.
D. Keadaan Lingkungan
Dalam menggambarkan keadaan lingkungan, disajikan indikator-indikator yang
merupakan hasil dari upaya sektor kesehatan dan hasil upaya sektor-sektor lain yang
terkait. Salah satu sasaran dari lingkungan sehat adalah tercapainya pemukiman dan
lingkungan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan di pedesaan dan perkotaan
serta terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat-tempat umum, termasuk sarana
dan cara pengelolaannya. Indikator–indikator tersebut adalah persentase rumah sehat,
persentase tempat tempat umum sehat, dan persentase penduduk dengan akses air
minum.
a. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan,
yaitu rumah yang memiliki sarana air bersih (perpipaan, sumur gali), memiliki jamban
yang sehat dengan letak/jaraknya 10-11 meter dari Sumur Gali, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah yang kedap air dan tertutup sehingga tidak
menjadi tempat bersarangnya vektor penyakit (lalat dan kecoak), ventilasi rumah yang
baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah terbuat dari lantai/kedap
air.
d. Tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan (TUPM) merupakan suatu sarana
yang dikunjungi oleh banyak orang dan berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit.
TUPM meliputi sarana pendidikan, hotel, restoran, pasar, dan lain-lain. TUPM sehat adalah
tempat umum dan tempat pengelolaan makanan/minuman yang memenuhi syarat
Kesehatan yaitu yang memiliki sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan
banyaknya pengunjung, dan memiliki pencahayaan ruang yang memadai. Data yang
diperoleh dari Puskesmas tahun 2016 memperlihatkan bahwa jumlah TUPM yang ada
sebanyak 10 buah, yang diperiksa 10 buah, yang masuk kategori TUPM sehat sebanyak 10
buah (100%) berarti tidak ada peningkatan pada tahun 2017 (100%). Sedeangkan pada
tahun 2018 tidak melaukan pemeriksaan. Gambaran persentase TUPM menurut Kecamatan
dan Puskesmas dapat dilihat pada Lampiran Tabel 64 dan Grafik 2.4 berikut ini.dan pada
tahun 2018 terdapat pada table 77
100%
2 2 2 POSKESDES
80%
1 1 1 POLINDES
60%
40% 3 3 3 PUSTU
20% PUSK
1 1 1
0%
2016 2017 2018
1. Posyandu
Posyandu, merupakan salah satu bentuk UKBM yang telah lama dikembangkan
dan paling dikenal di masyarakat. Dalam menjalankan fungsinya di masyarakat,
Posyandu diharapkan dapat menyelenggarakan 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu
dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare.
Untuk memantau perkembangan dan penilaian kinerjanya, Posyandu diklasifikasikan
menjadi 4 strata yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan
Posyandu Mandiri. Pada tahun 2016 terdapat 25 Posyandu terdiri dari Posyandu
Mandiri sebanyak 0 buah dan Posyandu Purnama sebanyak 0 buaH, Posyandu madya
sebanyak 0 buah dan Pada tahun 2017 terdapat 25 Posyandu terdiri dari Posyandu
Mandiri sebanyak 0 buah,dan Posyandu Purnama sebanyak 0 buah,Posyandu madya
sebanyak 0 Buah… Perkembangan Posyandu menurut strata dalam periode tahun 2016-
2018 disajikan pada Grafik 5.3 dan rincian jumlah Posyandu pada tahun 2018 menurut
Puskesmas se- Puskesmas Locedisajikan pada lampiran.
0 0 0 0 0 0
1
1 Tenaga Medis
1 1
tenaga keperawatan
tenaga kebidanan
tenaga kefarmasian
20 tenaga kesehatan
15 masyarakat
tenaga gizi
tenaga pendukung
manajemen
tenaga kesehatan tradisional
Tenaga medis berdasarkan fungsi yaitu tenaga medis yang memberikan pelayanan di
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai fungsinya. Proporsi tenaga medis terbanyak yaitu dokter
umum 0,
GAMBAR 3.2
JUMLAH TENAGA MEDIS DI WILAYAH PUSKESMAS LOCE
TAHUN 2018
0,8
0,6
0,4
0
0,2
0
0
DOKTER UMUM
DOKTER GIGI
3 PERAWAT
BIDAN
20
16
5 TENAGA PROMOTIF
DAN PREFENTIF
Salah satu sub sistem dalam kesehatan nasional adalah sub sistem pembiayaan
kesehatan. Pembiayaan kesehatan sendiri merupakan besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakarat. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan
pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil, dan termanfaatkan. Secara umum, sumber biaya kesehatan dapat dibedakan
menjadi pembiayaan yang bersumber dari anggaran pemerintah dan pembiayaan yang
bersumber dari anggaran masyarakat.
Di dalam bab ini akan dibahas mengenai alokasi dan realisasi anggaran kesehatan.
Anggaran kesehatan adalah anggaran kesehatan yang pembiayaannya bersumber dari anggaran
pemerintah. Selain itu, juga dijelaskan lebih lanjut mengenai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
A. ANGGARAN DINAS KESEHATAN
Alokasi anggaran kesehatan yang dikelola oleh Puskesmas Loce pada tahun 2018 yaitu
sebesar 664.386.000 juta rupiah dengan realisasi sebesar 660.121.000 rupiah.
Distribusi anggaran Kesehatan Puskesmas Loce menurut unit kerja menunjukkan bahwa
alokasi terbesar terdapat pada bagian Sekretariat sebesar (dukungan manajemen sebesar
77.249.500 rupiah, sedangkan alokasi terendah pada program pra anak sekolah Rp3.675.000
rupiah. Unit kerja dengan realisasi anggaran tertinggi adalah bagian Sekretariat sebesar
77.249.500, terdapat pada Lampiran 4.2
B. DANA DEKONSENTRASI DAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN ANGGARAN
2018
Sesuai ketentuan yang diatur dalam PP Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasidan
Tugas Pembantuan dan PMK No. 156/PMK.07/2008 sebagaimana telah disempurnakandengan
PMK No. 248/PMK.07 untuk mendukung pencapaian pembangunan yang menjadifokus/
prioritas nasional, serta meningkatkan peran provinsi dalam kerangka goodgovernance dalam
mengawal pelaksanaan program kementerian/lembaga (K/L) di daerah dan untuk menjamin
tersedianya dana bagi pelaksanaan pelimpahan wewenang tersebut, pemerintah melalui K/L
mengatur pemberian dana dekonsentrasi dan tugas pembantuanyang diberikan. Dana
dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan gubernur sebagai wakil
pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
Prinsip pendanaan dekonsentrasi adalah untuk mendanai pelaksanaan tugas dan kewenangan
gubernur selaku wakil pemerintah di daerah. Sifat kegiatan yang didanai ialah kegiatan non-fisik
seperti sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan,
penyuluhan, supervisi, penelitian dan survei, pembinaan dan pengawasan, serta pengendalian.
Proses penganggaran dana dekonsentrasi ini melalui beberapa tahap/mekanisme, diantaranya
Series 1
9.100.000
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat bahwa alokasi dan realisasi dana
dekonsentrasi terdapat pada program Pencegahan dan pengendalian penyakit di dalamnya ada
2 kegiatan yaitu Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Masal Filariasis dan Pelaksanaan SOS
(Sustainable Outreach Service). Alokasi Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Masal
Filariasis sebesar 9.100.000 dengan realisasi 100% dan Pelaksanaan SOS (Sustainable Outreach
Service) sebesar 373.191.000 dengan realisasi 100%.
a. Dana Alokasi Khusus Fisik Reguler Bidang Kesehatan;
b. Dana Alokasi Khusus Fisik Reguler Sarana Dan Prasarana Penunjang Sub Bidang
Sarana dan Prasarana Kesehatan
c. Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan.
Alur pelaporan DAK bidang kesehatan dilaporkan secara berjenjang mulai
daripuskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota, kemudian dilaporkan ke dinas kesehatan
provinsi, lalu terakhir dilaporkan ke Kementerian Kesehatan. Laporan dikirimkan secara
berjenjang, dengan batas waktu pengiriman sebagai berikut.Kepala Puskesmas menyampaikan
laporan rutin bulanan capaian program kepadadinas kesehatan kabupaten/kota setiap tanggal
5 bulan berikutnya. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota menyampaikan laporan rutin
20 Profil Kesehatan puskesmas loce 2018
bulanan capaian program kepada dinaskesehatan provinsi, setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
Kepala dinas kesehatan provinsi menyampaikan laporan rutin bulanan capaian program kepada
Kementerian Kesehatan,setiap tanggal 15 bulan berikutnya. Selain itu Kepala SKPD (dinas
kesehatan kabupaten/kotadan RS kabupaten/kota) menyampaikan laporan triwulan kepada
dinas kesehatan provinsilalu kemudian menyampaikan kompilasi laporan pelaksanaan DAK
Bidang Kesehatan dikabupaten/kota kepada Menteri Kesehatan.
Peserta BPJS Kesehatan pada tahun 2018 terdiri dari peserta PBI yang berjumlah 6826
jiwa dan peserta non PBI yang berjumlah ….. jiwa. Peserta PBI terdiri dari peserta dengan iuran
bersumber dari APBN sebanyak ………… peserta dan yang bersumber dari APBD berjumlah
……….. peserta. Sedangkan peserta non PBI terdiri atas pekerja penerima upah yang berjumlah
………. peserta.Menurut proporsinya, jumlah peserta BPJS Kesehatan tertinggi pada tahun 2017
1,40%
PBI APBN
14,80%
Kesehatan menjadi salah satu fokus utama pembangunan dibidang sosial dan
kesejahteraan masyarakat. Puskesmas Loce secara berkesinambungan menyediakan sarana dan
prasarana kesehatan dan menggalakkan banyak program agar status kesehatan masyarakat
dapat meningkat. Sasaran utama dalam pembangunan di bidang kesehatan adalah agar semua
lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah.
Upaya perbaikan kesehatan masyarakat secara strategis juga dilakukan melalui
peningkatan partisipasi masyarakat terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan
rendah. Tanpa partisipasi aktif masyarakat maka program pemerintah tidak akan mencapai
hasil yang memuaskan. Oleh karena itu seluruh kegiatan pembangunan yang sedang digiatkan
pemerintah diharapkan dapat berakselerasi positif terhadap perbaikan derajat kesehatan
masyarakat, antara lain dapat ditunjukan melalui perubahan angka kematian bayi, angka
kematian ibu melahirkan, angka morbiditas yang nantinya dapat meningkatkan angka harapan
hidup.
Beberapa faktor yang dapat memperburuk derajat kesehatan masyarakat adalah
rendahnya konsumsi makanan bergizi, kurangnya sarana kesehatan, keadaan sanitasi dan
lingkungan yang tidak layak. Faktor terpenting dalam upaya peningkatan kesehatan ada pada
manusianya yang bertindak sebagai subyek sekaligus obyek pelayanan kesehatan.
A. Pelayanan Kesehatan Ibu
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indicator angka
Kematian Ibu (AKI) yang mengacu pada jumlah kematian Ibu yang terkait dengan proses
kehamilan, persalinan dan nifas. Untuk melihat kecenderungan AKI di Indonesia secara
konsisten digunakan data hasil SKRT dan SDKI.
Melihat kecendrungan kasus kematian ibu yang terjadi di Provinsi NTT maka mengatasi
masalah ini Provinsi NTT telah menginisiasi terobosan-terobosan Revolusi KIA dengan motto
semua ibu melahirkan di Fasiitas Kesehatan yang memadai. Dengan capaian indikator
antaranya adalah menurunnya peran dukun dalam menolong persalinan atau meningkatkan
peran tenaga kesehatan terampil dalam menolong persalinan.
Laporan Profil dari Puskesmas Loce 2018, berdasarkan hasil konversi, selama periode
3(tiga) tahun jumlah kasus kematian ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup mengalami
perubahan. Jumlah kasus kematian pada tahun 2015 sebanyak 1 kasus atau 198 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan tahun 2016 mengalami perubahan dengan jumlah 0
(tidak ada) kasus atau 163 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2017 mengalami
perubhan lagi dengan angka kematian 1(satu) kasus atau 154/100.000 kelahiran hidup
dan pada tahun 2018 kembali membawa perubahan dengan jumlah kematian 0(tidak ada
kasus). Berikut ini digambarkan Konversi AKI per 100.000 KH Puskesmas Loce tahun 2015
– 2018 pada grafik 5.1 berikut ini,
24 Profil Kesehatan puskesmas loce 2018
GAMBAR 5.1
KONVERSI ANGKA KEMATIAN IBU PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP
DI KABUPATEN MANGGARAI
TAHUN 2015 – 2018
1 1
1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1 0 0
0
65,90%
53,30% 53,80%
47,10% 50,00%
2018 2016
95,00% 96,60% 2016
2017
2018
2017
97,10%
Sedangkan pada grafik 5.4 dibawah ini kita akan melihat gambaran tentang cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan per Faskes di wilayah Puskesmas
tahun 2018 sebagai berikut :
GAMBAR 5.4
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PUSKESMAS
DI PUSKESMAS LOCE TAHUN 2018
97,10%
95,20%
94,10% 94,40% 94,30%
GAMBAR 5.5
CAKUPAN IBU HAMIL RISTI/KOMPLIKASI YANG DITANGANI PERFASKES
DI PUSKESMAS LOCE TAHUN 2018
88,20% 90,90%
83,30%
72,90%
57,70%
Series 1
120,0
80,0
60,0
Series 1
40,0
20,0
236
209
137 159
113
Sales
3 2015
5 2016
2017
3 2018
1
Dari gambar di atas dapat diketahui perkembangan kasus kematian bayi dalam kurun
waktu 3 tahun mengalami ketidak stabilan. Penurun angka kematian bayi ini berarti sudah
mencapai target MDGS pada tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup. Dari 70 kasus
yang tecatat penyebab utama kematian bayi adalah IUFD (Intra Uteri Fetal Distress,
Prematur dan BBLR.
Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai indicator
kesehatan anak yang meliputi penanganan komplikasi neonatal, pelayanan kesehatan
neonatal, imunisai dasar dan pelayanan kesehatan pada siswa SD/Setingkat.
102,00%
100% 100%
96,90%
94,73%
kunjungan Neonatus (KN Lengkap) adalah sebesar 99,3% dan sudah mencapai target
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai. Rincian kunjungan Neonatus (KN
Lengkap) per puskesmas dapat dilihat pada lampiran tabel 38.
Dibawah ini dapat kita lihat cakupan kunjungan Neonatus (KN 3) per puskesmas Dinas
Kesehatan Puskesmas Loce tahun 2018 dalam gambar 5.8 berikut ini.
GAMBAR 5.10
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN 3) PER FASKES
DI PUSKESMAS LOCE TAHUN 2018
96,9
Dari gambar 5.8 di atas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan Neonatus (KN Lengkap)
per puskesmas tahun 2018 yang tertinggi ada 2 faskes yaitu puskesmas Loce sebesar
102,1% sedangkan yang terendah adalah Pustu Rura 96,9%. Hal ini disebabkan karena
tidak adanya kesesadaran serta kemauan dari masyarakat.
2. Pelayanan Imunisasi
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya, merupakan
cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila
cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah
tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat perlindungan terhadap penularan
penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I).
Suatu Desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di
Desa/kelurahan tersebut mendapat imunisasi lengkap. Pada tahun 2015 persentase
cakupan Desa/kelurahan UCI menurut Puskesmas Loce sebesar 92,5% sedangkan
pada tahun 2016 sebesar 105,2%.Target Renstra Dinkes Loce cakupan UCI pada
33 Profil Kesehatan puskesmas loce 2018
tahun 2016 adalah sebesar 80% dan sudah mencapai target dan pada tahun 2017
sebesar 100% sedangkan pada tahun 2018 tidak ada loporan Rincian data
persentase cakupan UCI per Puskesmas Loce tahun 2018 dapat dilihat pada
Lampiran Tabel 41 dan Grafik 4.9 berikut ini :
GAMBAR 5.11
PERSENTASE CAKUPAN UCI PER TAHUN
DI PUSKESMAS LOCE TAHUN 2018
2016; 105,20%
2017; 100%
2016
2017
2018
2018; 0
Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT (3 kali), Polio (4 kali), dan
Imunisasi Campak (1 kali), yang dilakukan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan
fasilitas pelayanan Kesehatan lainnya. Gambaran persentase cakupan imunisasi bayi
menurut Puskesmas Loce tahun 2016 -2018 dapat dilihat pada Grafik 4.10 berikut ini
GAMBAR 5.12
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI BCG, DPT-3, POLIO DAN CAMPAK TINGKAT PUSKESMAS
DI PUSKESMAS LOCETAHUN 2018
350%
123,00% 117%
300%
89,20%
250% 63,70%
200% 94,80% 98,70% 2018
89,90% 94,80%
150% 2017
0%
BCG DPT3 POLIO CAMPAK
Sumber Data: Bidang P3PL puskesmas loce
SD
SMP; TORONG KOE;
SMP; LOCE; 35,48 36,44 SMP
SMU
SMP; SAMBI; 0
SMU; LOCE; 37,00% 0 0 SMP; PASAT;
0 0 SMP; TOE;
0 0 0
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan pelayanan kesehatan usia sekolah
terendah terletak pada Desa samba,pasat, dan toe,dikarenakan tidak semuanya memiliki
sekolah menegah pertama ,Penyebab lainya adalah karen kurang optimalnya waktu dari
tenaga kesehatan untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan usia sekolah.
C. Kesehatan Gizi
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak
dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi
disamping merupakan sindrom kemiskinan yang erat kaitannya dengan masalah
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan juga menyangkut aspek pengetahuan
serta perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Keadaan gizi masyarakat akan
mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu
unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan negara yang dikenal dengan
istilah Human Development Index (HDI).
Status gizi seseorang terkait dengan permasalahan kesehatan secara umum
disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperberat penyakit infeksi
secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan secara
individual. Bahkan status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang
sedang menyusui sangat dipengaruhi status gizi ibu hamil dan ibu menyusui.
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain Bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia subur;
Kurang Energi Kronis (KEK), Anemia gizi besi pada ibu dan pekerja wanita, dan Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi
makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan gangguan
kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi
makro adalah masalah gizi yang utamanya disebabkan ketidak seimbangan antara
kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai
dengan kekurangan zat gizi mikro.
Dalam meningkat status gizi pada masyrakat khususnya pada anak bayi dan balita
maka hal yang perlu diperhatikan adalah Pemberian Asi eklusif pada bayi 0-6 bulan,
cakupan pemberian vitamin A pada balita 6-59 bulan serta status gizi pada balita
1. Pemberian Vitamin A pada balita 6-59 bulan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi yang penting bagi bayi dan balita yang
mudah larut dalam lemak, dismipan dalam hati dan tidka dapat diproduksi oleh
tubuh seingga tubuh harus dipenuhi dari luar. Kekurangan vitamin A dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh balita serta meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian. Kekurangan vitamin A juga merupkan penyebab utama kebutaan pada
anak yang dapat dicegah.
99,56%
Dari Grafik di atas menunjukan bahwa kasus gizi buruk tertinggi di Puskesmas Loce
adalah pada tahun 2018,ini disebabkan kualitas dan kuantitas asupan gizi tidak memenuhi
komposisi syarat gizi seimbang, penyakit infeksi, komplikasi, ketersediaan pangan
terbatas di tingkat rumah tangga dan daya beli masyarakat terhadap makanan bergizi
puskesmas loce
15
10
11
5
4 5
0
2016 2017 2018
puskesmas loce
Sumber: Bidang P2P, puskesmas loce
2. HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi
tersebutmenyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudahuntuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
a. Jumlah Kasus HIV Positif dan AIDS
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif.
Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui layanan konseling dan tes
GAMBAR 6.5
JUMLAH KASUS PNEUMONI DI PUSKESMAS LOCE
TAHUN 2018
KASUS PNEMONIA
200
156
150
50
6 0
0
2016 2017 2018
kasus Diare
80
70
70
60
50
50
43
40
Kasus Diare
30
20
10
0
2016 2017 2018
suspek malria
137
kasus malaria positif
0 0
2016 2017 2018
Lingkungan menjadi salah satu faktor yang berperan dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal di samping faktor kualitas pelayanan kesehatan, dan
perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk
mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan system
kesehatan kewilayahan dalam menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan
kesehatan. Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan ditetapkan
pada media lingkungan yang meliputi: air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, serta
vektor dan binatang pembawa penyakit.
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan
kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan
kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat
berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sektor ikut serta
berperan (Perindustrian, Lingkungan Hidup, Pertanian, Pekerjaan Umum-Perumahan Rakyat,
dll) baik kebijakan dan pembangunan fisik. Kementerian Kesehatan khususnya Puskesmas
terfokus kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.
A. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM), yang dimaksud dengan STBM adalah pendekatan untuk
mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara
pemicuan. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang higienis dan
saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Pemerintah Indonesia melakukan upaya-upaya peningkatan akses sanitasi sejak tahun
2006. Salah satu upaya melalui Kementerian Kesehatan adalah melakukan perubahan arah
kebijakan pendekatan sanitasi dari yang sebelumnya memberikan subsidi (projectdriven)
menjadi pemberdayaan masyarakat dengan fokus pada perubahan perilaku Stop Buang
AirBesar Sembarangan menggunakan metode CLTS (Community Led TotalSanitation). Belajar
dari pengalaman implementasi CLTS melalui berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah
bersama NGO (Non-Governmental Organization), maka pendekatan CLTS selanjutnya
dikembangkan dengan menambahkan 4 (empat) pilar perubahan perilaku lainnya yang
dinamakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Selanjutnya Pemerintah menetapkan
STBM menjadi kebijakan nasional pada tahun 2008. Pendekatan STBM terbukti telah mampu
mempercepat akses sanitasi di Indonesia.
Berdasarkan data BPS tahun 2013, peningkatan rata-rata akses sanitasi dari tahun 1993-
2006 mencapai 0,78% per tahun. Sejak penerapan CLTS (Community Lead Total Sanitation)
pada tahun 2006 yang kemudian menjadi kebijakan nasional STBM pada tahun 2008 rata-rata
GAMBAR 7.1
CAPAIAN DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
TAHUN 2018
1. Sarana pendidikan dasar yang dimaksud adalah Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama (SMP/MTs) dan yang sederajat milik pemerintah dan swasta yang
terintegrasi.
2. Pasar rakyat yang dimaksud adalah pasar yang berlokasi permanen, ada pengelola,
sebagian besar barang yang diperjual belikan yaitu kebutuhan dasar sehari-hari dengan
fasilitas infrastruktur sederhana, dan dikelola oleh Pemerintah Daerah dan Badan Usaha
Milik Daerah.
48 Profil Kesehatan puskesmas loce 2018
Laporan Profil Kesehatan Puskesmas Loce selama periode 3 (tiga) tahun terakhir adalah
sebagai berikut dari tahun 2016-2018 tidak ada TTu yang diperiksa. Rincian tempat-tempat
umum yang diperiksa dan memenuhi syarat dapat di lihat pada gambar 7.4 dan lampiran tabel
76.
GAMBAR 7.4
JUMLAH TTU YANG DIPERIKSA DAN MEMENUHI SYARAT
TAHUN 2015 - 2017
0 0 0
2016 2017 2018
97
87
76
43
36