Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka melaksanakan pemerataan pembangunan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, pemerintah telah melakukan pembangunan di segala
sektor, salah satu sektor prioritas yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan
kualitas hidup masyarakat adalah pembangunan di sektor kesehatan.
Prakarsa kesehatan yang tadinya sangat terfokus pada penyembuhan dan
pelayanan

rehabilitas,

mulai

berubah

orientasinya

kepada

upaya

pelayanan

kesehatan yang terpadu dengan didukung oleh partisipasi aktif masyarakat secara
menyeluruh, wacana pendekatan baru tersebut mengedepankan aspek promotif dan
preventif kesehatan tanpa mengurangi pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
Guna mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah merencanakan gerakan
pembangunan berwawasan kesehatan yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma
sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor
yang bersifat lintas sektor dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan,
pemeliharaan dan perlindungan kesehatan. seseorang dikatakan sehat bila dalam
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut maka
secara

umum

pelayanan

kesehatan

di

Indonesia

dilakukan

dengan

upaya

peningkatan melalui usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kesemuanya


ini diharapkan akan tercapai tujuan pelayanan prima seperti mempercepat
penyembuhan, mengurangi angka kesakitan serta menurunkan angka kematian.
Dalam era otonomi di Propinsi Sulawesi Tengah, dalam penyediaan dan
penyelenggaraan kesehatan masih menjadi beban dan tanggung jawab pemerintah,
mengingat

mahalnya

biaya

investasi

untuk

meningkatkan

taraf

kesehatan

masyarakat yang merata hingga ke daerah. Prioritas utama adalah program


pembangunan yang berwawasan kesehatan, agar nantinya diharapkan dapat
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas di bidang kesehatan.
Kabupaten Sigi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sigi berada di posisi terendah dari 11
Kabupaten/Kota di Propinsi Sulawesi Tengah. Hal ini terindikasi dari rendahnya Usia
Harapan Hidup (UHH), tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Salah satu penyebab rendahnya hasil kinerja pelayanan kesehatan di
Kabupaten Sigi disebabkan kurangnya sarana dan prasarana di Unit Pelayanan
Kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah


dengan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana kesehatan, antara lain
pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah yang memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat di wilayahnya. Berdirinya RSUD merupakan salah satu bagian dari
pembangunan kesehatan masyarakat di Kabupaten Sigi. Rumah Sakit Umum Daerah
adalah

institusi

pelayanan

kesehatan

bagi

masyarakat

dengan

karakteristik

tersendiri yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan karakteristik pelayanan kesehatan


setempat, perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Sejak tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Sigi melalui SKPD Dinas Kesehatan
telah melaksanakan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah yang diharapkan
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Sigi. Hingga tahun
2013, pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi masih terus berlanjut
yang dibarengi dengan proses pemenuhan berbagai syarat pendirian rumah sakit
guna mempercepat operasional rumah sakit tersebut. Oleh karena itu dalam profil
rumah sakit ini akan diberikan gambaran secara singkat mengenai sejauh mana
kondisi Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi.

B. Maksud dan Tujuan


Adapun tujuan penyusunan Profil RSUD Tora Belo Sigi adalah untuk
memberikan gambaran secara singkat mengenai kondisi terkini dari RSUD Tora Belo
Sigi sehingga dapat digunakan sebagai media informasi dan pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan keberlanjutan pembangunan dan operasional rumah sakit.

C. Sistematika Penyajian
Profil Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi ini terdiri dari 4 (empat) bab,
yaitu:
1. Bab I. Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang latar belakang disusunnya Profil Rumah Sakit Umum
Daerah Tora Belo Sigi dan sistematika dari penyajiannya.
2. Bab II. Gambaran Umum Kabupaten Sigi
Bab ini menyajikan gambaran umum Kabupaten Sigi sepertikondisi geografis,
demografis,serta situasi derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Sigi.
3. Bab III. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi

Bab ini menyajikan gambaran singkat Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi
seperti sejarah singkat pembangunan rumah sakit, jumlah sarana dan prasana,
serta kondisi ketenagaan.
4. Bab IV. Penutup
Bab ini memuat kesimpulan mengenai gambaran umum rumah sakit dan hal-hal
yang masih dianggap kurang

dalam

rangka penyelenggaraan

pelayanan

kesehatan masyarakat di Kabupaten Sigi.

BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIGI

A. Keadaan Geografi dan Demografi Kabupaten Sigi


Secara administratif, Kabupaten Sigi terbagi menjadi 15 Kecamatan. Masingmasing kecamatan tersebut terbagi menjadi beberapa wilayah administrasi di
bawahnya yaitu desa/UPT. Hingga tahun 2013, terdapat 156 desa dan 1 UPT di
wilayah Kabupaten Sigi, sedangkan wilayah administrasi setingkat kelurahan belum
terbentuk. Ibu kota Kabupaten Sigi terletak di Bora Kecamatan Sigi Biromaru.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Sigi hingga akhir tahun 2012 yaitu 43 jiwa/km 2.
Secara geografis wilayah Kabupaten Sigi terletak pada posisi astronomi 0 0522003 Lintang Selatan, dan 119038-120021 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:

Sebelah
Sebelah
Sebelah
Sebelah

Utara : Kabupaten Donggala dan Kota Palu


Selatan
: Propinsi Sulawesi Selatan
Timur: Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Poso
Barat : Kabupaten Donggala dan Propinsi Sulawesi Barat
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Sigi

Sumber: BPS Kabupaten Sigi Tahun 2012

1. Jumlah Penduduk
Dari hasil sensus Penduduk tahun 2010 diketahui jumlah penduduk
Kabupaten Sigi mencapai 215.030 Jiwa dan tersebar di 15 Kecamatan, yang
terdiri dari 110.767 jiwa penduduk laki-laki dan 104.263 jiwa penduduk
perempuan. Pada tahun 2011, jumlah penduduk meningkat menjadi 219.005
jiwa, dan pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Sigi meningkat menjadi
220.061 jiwa yang terdiri dari 113.359 jiwa penduduk laki-laki dan 106.702 jiwa
penduduk perempuan.
2. Komposisi Penduduk
a. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk Kabupaten Sigi pada tahun 2012 menurut
kelompok umur menunjukkan bahwa 33% penduduk Kabupaten Sigi berusia
muda (umur 0-14 tahun), 63% berusia produktif (umur 15-64 tahun) dan 4%
yang berusia 65 tahun ke atas. Jumlah dan persentase penduduk menurut
golongan umur dan jenis kelamin disajikan pada tabel 2.2.
Tabel 2.1
Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
Di Kabupaten Sigi Tahun 2012
Golongan
No

Umur

1
2
3
4
5

(Thn)
04
5 14
15 44
45 64
> 65

Laki-Laki
Jumlah
12.121
25.119
55.007
17.191
3.921
113.35
9

%
10,7
22,2
48,5
15,2
3,5
100

Perempuan
Jumlah
11.157
23.549
51.771
16.090
4.135
106.70
2

Jumlah
(L+P)

%
10,5
22,1
48,5
15,1
3,9

23.278
48.668
106.778
33.281
8.056

10,6
22,1
48,5
15,1
3,7

100

220.061

100

Sumber : BPS Kabupaten Sigi Tahun 2012

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa komposisi penduduk Kabupaten Sigi


didominasi oleh penduduk usia produktif sebanyak 106.778 jiwa (48,5%)
yaitu dari kelompok umur 15-44 tahun dan diikuti jumlah penduduk usia
muda, yakni kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 48.668 jiwa (22,1%) dan
diikuti oleh penduduk yang berusia 45 64 tahun sebanyak 33.281 jiwa
(15,1%).
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan
dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan

jumlah penduduk. Badan piramida penduduk bagian kiri menunjukkan


banyaknya penduduk laki-laki dan badan piramida penduduk bagian kanan
menunjukkan jumlah penduduk perempuan menurut kelompok umur.
Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari
struktur penduduk muda, dewasa, dan tua. Struktur penduduk ini menjadi
dasar bagi kebijakan kependuduka, sosial budaya, dan ekonomi. Adapun
gambaran struktur penduduk Kabupaten Sigi dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2
Piramida Penduduk Kabupaten Sigi Tahun 2012
65+
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34

Laki-Laki

Perempuan

25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
15

10

05

00

05

10

15

Sumber: BPS Kabupaten Sigi Tahun 2012

Gambar 2.2 menunjukkan bahwa struktur penduduk di Kabupaten


Sigi termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari
banyaknya usia muda (5-9 tahun). Badan piramida membengkak, ini
menunjukkan banyaknya penduduk usia kerja terutama pada kelompok
umur 25-29 tahun baik laki-laki maupun perempuan.
b. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk
Kabupaten Sigi tahun 2012 sebanyak 220.061 jiwa, 51,5% atau 113.359 jiwa
laki-laki dan 48,5% atau 106.702 jiwa perempuan. Berarti rasio jenis kelamin
penduduk Kabupaten Sigi sebesar 106, yang artinya jumlah penduduk lakilaki enam persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.
Nilai ini berarti bahwa setiap 100 perempuan terdapat 106 laki-laki.

Kecamatan dengan sex ratio tertinggi adalah Kecamatan Lindu yaitu sebesar
114, sedangkan yang terendah yaitu Kecamatan Marawola sebesar 101.
3. Persebaran Penduduk
Luas wilayah Kabupaten Sigi adalah 5.196,02 km 2 dengan jumlah
penduduk pada tahun 2012 sebanyak 220.061 jiwa. Ini berarti kepadatan ratarata penduduk di Kabupaten Sigi pada tahun 2012 adalah 43 per km 2.
Persentase luas wilayah dan kepadatan penduduk disajikan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.2
Persentase Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk
Menurut Kecamatan di Kabupaten Sigi Tahun 2012
No

Kecamatan

Luas
Wilayah
(km2)

Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)

1.053,56

20,28

14

Kulawi

Pipikoro

956,13

18,40

Kulawi Selatan

418,12

8,05

21

Lindu

552,03

10,62

Palolo

626,09

12,05

45

Nokilalaki

75,19

1,45

77

Dolo

36,05

0,69

585

Dolo Selatan

584,71

11,25

25

Dolo Barat

112,18

2,16

115

10

Marawola

38,65

0,74

556

11

Kinovaro

70,38

1,35

138

12

Marawola Barat

150,51

2,90

43

13

Sigi Biromaru

289,60

5,57

151

14

Gumbasa

176,49

3,40

68

15

Tanambulava

56,33

1,08

143

5.196,02

100,00

43

Sigi

Sumber: BPS Kabupaten Sigi Tahun 2012

Kepadatan penduduk tertinggi pada tahun 2012 adalah di Kecamatan


Dolo sebesar 585 jiwa/km2 sedangkan yang terendah adalah di Kecamatan
Pipikoro yaitu 8 jiwa/km2.

B. Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat


Situasi Derajat Kesehatan masyarakat ditentukan oleh banyak faktor, tidak
hanya ditentukan oleh faktor pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana dan

prasarana kesehatan namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan dan


lingkungan sosial, keturunan dan faktor lainnya. Untuk menilai derajat kesehatan
masyarakat, digunakan beberapa indikator yang mencerminkan kondisi mortalitas
(kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan).
Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat digambarkan melalui Angka
Mortalitas yang terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita
(AKABA) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Morbiditas dilihat dari angka kesakitan
beberapa penyakit serta Status Gizi pada balita dan dewasa. Angka ini juga dapat
digunakan

untuk

perencanaan

bidang

kesehatan.

Situasi

derajat

kesehatan

Masyarakat pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dapat dilihat melalui
keadaaan Morbiditas, Mortalitas dan Status Gizi berikut.
1. Mortalitas
Mortalitas adalah angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan
tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu. Kejadian kematian
suatu

kelompok

populasi

dapat

mencerminkan

kondisi

kesehatan

masyarakatnya. Keberhasilan pelayanan kesehatan dan berbagai program


pembangunan kesehatan lainnya juga dapat diukur melalui tingkat kematian
yang ada. Berikut ini adalah angka kematian pada bayi, balita, Ibu dan angka
kematian kasar dan umur harapan hidup.
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi (AKB) adalah
banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka
Kematian

Bayi

(AKB)

merupakan

indikator

yang

lazim

digunakan

menentukan derajat kesehatan. masyarakat. Selain itu program-program


kesehatan banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Usia
bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun
kematian. Gambaran perkembangan 3 tahun terakhir mengenai angka
kematian bayi (AKB) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi dapat dilihat pada
gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2.3
Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup
Tahun 2011-2013
14
13
12
10
8

2012

2013

6
4
2
0
2011

Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kab. Sigi

Jumlah kematian bayi dan jumlah kelahiran hidup di Kabupaten Sigi


dalam kurun waktu 2011-2013 berfluktuasi. Gambaran tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.3 di bawah ini:
Tabel 2.3
Jumlah Kematian Bayi Dan Kelahiran Hidup Di Kabupaten Sigi
Tahun 2011-2013
Tahun
2011
2012
2013

Jumlah Kematian Bayi


51
23
30

Jumlah Kelahiran Hidup


3674
3212
3838

Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kab. Sigi

b. Angka Kematian Balita (AKABA)


Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal
sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000
kelahiran hidup. AKABA merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada
fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Angka Kematian Balita
atau AKABA menggambarkan peluang terjadinya kematian pada fase antara

kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Millenium Development Goals (MDGs)


menetapkan nilai normatif AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai >140 per
1.000 kelahiran hidup, tinggi dengan nilai 71-140 per 1.000 kelahiran hidup,
sedang dengan nilai 20-70 per 1.000 kelahiran hidup, dan rendah dengan
nilai <20 per 1.000 kelahiran hidup.]
Grafik berikut dapat memberikan gambaran cakupan angka kematian
balita (AKBA) kurun waktu 3 tahun terakhir.
Gambar 2.4
Angka Kematian Balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup
Tahun 2011-2013
16
14
14
12
10

8
6
4
2
0
2011

2012

2013

Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kab. Sigi

Jumlah kematian balita dan jumlah kelahiran hidup di Kabupaten Sigi


dalam kurun waktu 2011-2013 berfluktuasi. Gambaran tersebut dapat dilihat
pada tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 2.4
Jumlah Kematian Balita dan Jumlah Kelahiran Hidup Di Kabupaten Sigi
Tahun 2011-2013
Tahun
2011
2012
2013

Jumlah Kematian Balita


54
25
33

Jumlah Kelahiran Hidup


3674
3.212
3.838

Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kab. Sigi

c. Angka Kematian Ibu (AKI)

10

Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang


meninggal

dari

suatu

penyebab

kematian

terkait

dengan

gangguan

kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus


insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000
kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian
terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara
umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya
indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
Kabupaten Sigi pada dasarnya belum dapat menghitung AKI karena
jumlah kelahiran hidup belum mencapai 100.000. yang digunakan oleh
Kabupaten Sigi hanya merupakan asumsi AKI untuk melihat kondisi
kesehatan

ibu

dan

digunakan

dalam

pengambilan

kebijakan

oleh

stakeholder. Berdasarkan evaluasi terhadap Angka kematian ibu per 100.000


kelahiran hidup, didapatkan realisasi sebesar 286 per 100.000 bayi lahir
hidup dari target 205 per 100.000 bayi lahir hidup pada tahun 2013.
Grafik berikut dapat memberikan gambaran cakupan angka kematian
ibu (AKI) kurun waktu 3 tahun terakhir.
Gambar 2.5
Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup
Tahun 2011-2013
400
353
350

311

300

286

250
200
150
100
50
0
2011

2012

2013

Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kab. Sigi

11

Jumlah kematian ibu dan jumlah kelahiran hidup di Kabupaten Sigi


dalam kurun waktu 2011-2013 berfluktuasi. Gambaran tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.5 di bawah ini:
Tabel 2.5
Jumlah Kematian Ibu dan Jumlah Kelahiran Hidup Di Kabupaten Sigi
Tahun 2011-2013
TAHUN
2011
2012
2013

JUMLAH KEMATIAN IBU


13
10
11

JUMLAH KELAHIRAN HIDUP


3674
3212
3838

Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kab. Sigi

2. Umur Harapan Hidup (UHH) Waktu Lahir


Selain AKB dan AKI, Umur Harapan Hidup (UHH) juga digunakan untuk
menilai derajat kesehatan dan kualitas masyarakat. UHH juga menjadi salah satu
indikator dalam

mengukur

Indeks

Pembangunan

Manusia (IPM).

Adanya

perbaikan pada pelayanan melalui keberhasilan pada sektor kesehatan dapat


diindikasikan dengan adanya peningkatan Umur Harapan Hidup waktu lahir.
Gambaran perkembangan Umur Harapan Hidup (UHH) dari tahun 20102012 data BPS Kabupaten Sigi dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini:
Gambar 2.6
Grafik Perkembangan Angka Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Sigi

12

Tahun 2010-2012

66.00

65.88

65.90
65.80
65.70

65.62

65.60
65.50
65.40
65.36
65.30
65.20
65.10
65.00
2010

2011

2012

Sumber: BPS Kabupaten Sigi Tahun 2012

Dari gambar diatas terlihat bahwa secara perlahan peluang hidup


penduduk Kabupaten Sigi menunjukan perbaikan pada setiap tahunnya. Adapun
Angka Harapan Hidup yang ditargetkan oleh Kabupaten Sigi adalah 68,8 pada
tahun 2015.
3. Morbiditas
Tingkat

kesakitan

Kabupaten

Sigi

mencerminkan

situasi

derajat

kesehatan masyarakat yang ada di dalamnya. Bahkan tingkat morbiditas


penyakit menular tertentu senantiasa menjadi sorotan dalam membandingkan
kondisi kesehatan. Tabel 2.6 di bawah menggambarkan jumlah kasus 10
penyakit terbesar di Kabupaten Sigi selama tahun 2013.
Tabel 2.6
Pola 10 Penyakit Terbanyak Di Kabupaten Sigi
Tahun 2013
No

Golongan Sebab Sakit

Jumlah Penderita

1
2

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)


Gastritis

32.295
14.731

35,8
16,3

13

3
4

5
6
7
8
9
10

Hipertensi
Penyakit pada sistem otot dan
jaringan penyekat (penyakit tulang
belulang, radang sendi termasuk
rematik)
Penyakit kulit alergi
Diare
Febris
Kecelakaan dan Rudapaksa
Penyakit Kulit Infeksi
Influenza

9.997

11,1

9.927

11,0

9.098
6.523
2.306
2.178
1.568
1.563

10,1
7,2
2,6
2,4
1,7
1,7

Sumber: Laporan SP2TP Dinkes Kab. Sigi Tahun 2013

4. Status Gizi Masyarakat


Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara
lain Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, status gizi wanita usia
subur Kurang Energi Kronis (KEK), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY),
sebagaimana diuraikan berikut ini. Data terakhir mengenai status gizi dapat
dilihat dari uraian berikut ini.
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2.500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama
setelah lahir. Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram).
Merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian
perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu:
1) BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu)
2) BBLR karena intra uterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang
lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Di Kabupaten Sigi berdasarkan laporan hasil penimbangan waktu
lahir dari Puskesmas diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus
BBLR pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini
diakibatkan oleh masih kurangnya kesadaran ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya di fasilitas kesehatan khususnya di daerah sangat terpencil
dengan kondisi geografis yang sulit.
Adapun perkembangan BBLR selama 3 tahun terakhir adalah sebagai
berikut.
Gambar 2.7
Cakupan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Di Kabupaten Sigi

14

Tahun 2011-2013

1.80

1.64

1.60
1.30

1.40
1.30
1.20
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
2011

2012

2013

Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes Kab. Sigi

b. Status Gizi Balita


Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Balita gizi buruk adalah
Balita dengan status gizi berdasarkan indeks berat badan (BB) menurut
panjang badan (BB/PB) atau berat badan (BB) menurut tinggi badan (BB/TB)
dengan Z-score <-3 SD (sangat kurus) dan/atau terdapat tanda-tanda klinis
gizi buruk lainnya (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwasiorkor).
Grafik berikut dapat memberikan gambaran persentase balita gizi
buruk kurun waktu 3 tahun terakhir.
Gambar 2.8
Persentase Balita Gizi Buruk Di Kabupaten Sigi
Tahun 2011-2013

15

0.20.19

0.18

0.18
0.16
0.14
0.11

0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
2011

2012

2013

Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus Dinkes Kab. Sigi

Jumlah balita gizi buruk dan jumlah seluruh balita di Kabupaten Sigi
dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini:

Tabel 2.7
Jumlah Balita dan Jumlah Balita Gizi Buruk Di Kabupaten Sigi
Tahun 2011-2013
TAHUN
2011
2012
2013

JUMLAH GIBUR
53
39
30

JUMLAH BALITA
26.557
21.426
26.821

Sumber: Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus Dinkes Kab. Sigi

5. Keadaan Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapat
perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat selain faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Untuk menggambarkan keadaan
lingkungan, akan disajikan indikator-indikator seperti: persentase rumah tangga
terhadap akses air bersih, persentase rumah tangga yang memiliki jamban, dan
persentase saluran pembuangan air limbah yang sehat.
Grafik berikut dapat memberikan gambaran persentase keluarga dengan
kepemilikan sarana sanitasi dasar kurun waktu 3 tahun terakhir.
Gambar 2.9
Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

16

Di Kabupaten Sigi Tahun 2011-2013


90.0
80.0
70.0
60.0
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0

83.4 2011
65.8 64.8
Jamban Sehat

81.8 2012
55.9 55.8

62 2013
55 33.5

Tempat Sampah Sehat

PAL Sehat

Sumber: Seksi Kesehatan Lingkungan Dinkes Kab. Sigi

6. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


PHBS

adalah

sekumpulan

perilaku

yang

dipraktikkan

atas

dasar

kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga,


atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan. PHBS rumah tangga adalah
upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga, agar tahu, mau dan
mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat. 10 Indikator rumah tangga yang
berperilaku hidup bersih dan sehat yaitu: 1) Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, 2) Memberi bayi ASI Eksklusif, 3) Menimbang Balita setiap bulan, 4)
Menggunakan Air Bersih, 5) Mencuci tangan pakai sabun, 6) Gunakan jamban
sehat, 7) Memberantas jentik nyamuk, 8) Mengkonsumsi buah dan sayur setiap
hari, 9) melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan 10) Tidak merokok di dalam
rumah.
Grafik berikut dapat memberikan gambaran persentase rumah tangga
yang ber-PHBS kurun waktu 3 tahun terakhir.
Gambar 2.10
Persentase Rumah Tangga ber-PHBS Di Kabupaten Sigi
Tahun 2011-2013

17

45
40
35

38.9

30
28.4

25
20
15

15.2

10
5
0
2011

2012

2013

Sumber: Laporan Program Promosi Kesehatan Dinkes Kab. Sigi

BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TORA BELO SIGI
18

A. Sejarah Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi


Menurut Word Health Organization (WHO), rumah sakit adalah bagian integral
dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan
dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi merupakan salah
satu upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Sigi mengingat Kabupaten
Sigi merupakan salah satu kabupaten muda di Propinsi Sulawesi Tengah hasil
pemekaran dari Kabupaten Donggala.
RSUD Tora Belo Sigi didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi melalui Dinas
Kesehatan pada tahun 2010. Pembangunan RSUD Tora Belo Sigi atas rekomendasi
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi Nomor: 440/800/1052.a/Kep-Dinkes Tanggal
12 Oktober 2010 tentang Rekomendasi Penerbitan izin Rumah Sakit dan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Berdasarkan surat rekomendasi tersebut maka
dikeluarkan ijin mendirikan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sigi pada tanggal
20 Oktober 2010 melalui Surat Keputusan Bupati Sigi Nomor: 445/306/B.Sigi/2010.
Hingga tahun 2014, proses pembangunan RSUD Tora Belo Sigi masih terus
berlanjut disamping Pemerintah Kabupaten Sigi melalui Dinas Kesehatan juga terus
melengkapi dokumen-dokumen yang diperlukan guna beroperasionalnya RSUD Tora
Belo Sigi.

B. Profil Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi


Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sigi secara singkat adalah
sebagai berikut:
1. Nama RS

RSUD Tora Belo Sigi

2. Jenis RS

Rumah Sakit Umum (RSU)

3. Alamat/Lokasi RS

Jl.

94364

a. Tanah

49.290 m2

b. Bangunan

4.286,25 m2

Poros

Palu-Palolo

Desa

Sidera

Kecamatan

Sigi

Biromaru
4. Kode Pos
5. Luas RS

6. Surat Ijin/Penetapan

19

a. Nomor

097/KPPT-SG/TU/2014

b. Tanggal

18 Juni 2014

c. Oleh

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kab. Sigi

d. Sifat

Sementara

e. Masa Berlaku

18 Juni 2014 18 Juni 2015

Pemerintah Daerah Kabupaten Sigi

7. Penyelenggara RS

C. Data Sarana Fisik Bangunan dan Peralatan RSUD Tora Belo Sigi
1. Sarana Fisik Bangunan
RSUD Tora Belo Sigi berlokasi di Desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru
dengan menempati lahan seluas 4 Ha. Lahan yang ditempati RSUD Tora
BeloSigi berstatus hak milik Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi. Sampai dengan
tahun 2013, RSUD Tora Belo Sigi telah memiliki 14 gedung bangunan dengan
rincian terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Sarana Fisik Bangunan RSUD Tora Belo Sigi
Tahun 2013
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Sarana
Gedung Administrasi dan Poliklinik
Unit Gawat Darurat
Unit Tranfusi Darah
ICCU
Gedung Bedah Sentral
Gedung Bersalin
Gedung Fisio Teraphy
Gedung Laboratorium
Gedung Perawatan Kelas III
Gedung Medical Record
Gedung Instalasi Gizi
Gedung Loundry
Gedung Farmasi
Gedung Radiologi
TOTAL

Luas
570,18 m2
303,75 m2
183,75 m2
310,00 m2
400,05 m2
222,75 m2
280,62 m2
211,12 m2
512,42 m2
210,12 m2
290,57 m2
257,87 m2
234,27 m2
298,75 m2
4.286,25 m2

Sumber: Sub Bagian Program dan Pelaporan Dinkes Kabupaten Sigi Tahun 2013

Adapun rencana pembangunan sarana rumah sakit di tahun mendatang


dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.
Tabel 3.2
Rencana Pembangunan Sarana Fisik Bangunan
RSUD Tora Belo Sigi
No
1
2
3

Sarana
Gedung CSSD
Gedung Perawatan VIP A
Gedung Perawatan VIP B

20

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Gedung Perawatan Kelas I


Gedung Perawatan Kelas II
Gedung Perawatan Khusus (Isolasi)
Kamar Mayat
Gedung Workshop
IPAL
Kantin
Gazebo
Mushollah
Rumah Direktur
Rumah Dokter
Gedung Asrama Perawat
Selasar Penghubung
Pos Jaga
Area Parkir

Sumber: Sub Bagian Program dan Pelaporan Dinkes Kabupaten Sigi Tahun 2013

2. Peralatan
Jumlah peralatan di RSUD Tora Belo Sigi tergolong cukup namun masih
perlu dilakukan penambahan di tahun mendatang. Adapun jenis dan jumlah
peralatan kesehatan yang ada di RSUD Tora Belo Sigi dapat dilihat pada
lampiran 1.
D. Sumber Pembiayaan
Adapun sumber pembiayaan pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana serta RSUD Tora Belo Sigi bersumber dari dana APBN dan APBD dengan
rincian sebagai berikut:
1. Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) Tahun Anggaran 2010
2. Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) lanjutan Tahun Anggaran 2011
3. Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) lanjutan Tahun Anggaran 2012
4. Dana Tugas Pembantuan Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI Tahun Anggaran 2012
5. APBD Dinas Kesehatan Tahun Anggaran 2013
E. Sumber Daya Manusia

Adapun jumlah karyawan di RSUD Tora Belo Sigi sampai dengan tahun 2013
menurut status pendidikan dan profesi dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3
Jumlah Karyawan RSUD Tora Belo Sigi Menurut Status Pendidikan dan Profesi
Tahun 2013
No
I

Kualifikasi Pendidikan
Tenaga Medis

PNS

Honor

Jumlah

21

1
2
3
4

Dokter
Dokter
Dokter
Dokter

II
1
2
3
4

Tenaga Perawat
Sarjana Keperawatan
Akper/D3 Keperawatan
Perawat Gigi
SPK/SPR

III
1
2

Tenaga Bidan
D3 Bidan
D1 Bidan

IV
1
2
3

V
1
2
3
VI
1
2
VII
1
2
3
4
5
VIII
1
2
3
IX

Umum
Spesialis
Gigi
Gigi Spesialis
Sub Total

2
1
3

2
1
3

Sub Total

4
6
1
1
12

4
6
1
1
12

Sub Total

14
1
15

14
1
15

Sub Total

2
1
3

2
1
3

2
2
3
7

2
2
3
7

1
1

1
1

2
2

2
2

5
5

5
5

1
1

1
1

49

49

Tenaga Kefarmasian
Apoteker
Sarjana Farmasi
Asisten Apoteker

Tenaga Kesehatan Masyarakat


S2 Kesehatan Masyarakat
S1 Kesehatan Masyarakat
D3 Sanitarian
Sub Total
Tenaga Gizi
Akademi/D3 Gizi
Sarjana Gizi
Sub Total
Tenaga Keteknisian Medis
Radiografer
Tekhnisi Elektromedis
Analis Kesehatan
Perekam Medis
Ketekhnisian Medis Lainnya
Sub Total
Tenaga Keterapian Fisik
Fisioterapis
Okupasi terapis
Terapis Wicara
Sub Total
Tenaga Non Kesehatan
SMA
Sub Total
TOTAL

F. PELAYANAN MEDIK
1. Pelayanan Rawat Jalan
a. Jumlah kunjungan poli klinik
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Berdasarkan Poli Klinik

22

No

Bulan

Poli Klinik

1
2
3
4
5
6
7
8

BAB IV
PENUTUP

Upaya

kesehatan

adalah

setiap

kegiatan

untuk

memelihara

dan

meningkatkankesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang


optimal bagimasyarakat dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakannya
disebut saranakesehatan.Sarana kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar,
kesehatanrujukan

dan

atau

upaya

kesehatan

penunjang.

Upaya

kesehatan

diselenggarakan denganpendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),


pencegahan
kesehatan

penyakit(preventif),
(rehabilitatif)yang

penyembuhan

diselenggarakan

penyakit
secara

(kuratif)

dan

menyeluruh,

pemulihan

terpadu

dan

berkesinambungan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sigi melalui Dinas
Kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Sigi salah
satunya yaitu pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah. Rumah Sakit Umum Daerah
adalah salah satu sarana kesehatan milik pemerintah daerah yang digunakan sebagai
tempat menyelenggarakan upayakesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidikdalam menghadapi dan menangani masalah medik untuk
pemulihan dan pemeliharaankesehatan yang baik.

23

Profil Rumah Sakit Umum Daerah Tora Belo Sigi merupakan refleksi dari RSUD Tora
Belo Sigi yang dapat dipakai untuk mengetahui gambaran umum tentang kondisi terkini
dari Rumah Sakit tersebut.Dengan tersusunnya Profil Rumah Sakitini, diharapkan dapat
memberikan gambaran kinerja yang ingin dicapai pada tahun-tahun berikutnya dan
bermanfaatsebagai penjabaran pelaksanaan kegiatan di tahun mendatang.

LAMPIRAN
24

Anda mungkin juga menyukai