Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
Pembangunan Kesehatan Diarahkan untuk Meningkatkan mutu
sember daya manusia dan lingkungan yang saling mendukunbg dengan
pendekatan

Paradigma

sehat,

yang

memberikan

prioritas

pada

upaya

peningkatan Kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitas


sejak dalam kandungan sampai usia lanjut. Selain itu pembangunan bidang
kesehatan juga diarahkan untuk meningkatkan dan memelihara mutu lembaga
pelayanan kesehatan terutama yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
Dalam kerangka desentralisasi, pembangunan bidang kesehatan
ditujukan untuk mewujudkan pembangunan nasional dibidang kesehatan yang
berlandaskan prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan,
menghimpun, dan mengoptimalkan potensi daerah untuk kepentingan daerah
dan prioritas Nasional dalam mengcapai Kabupaten Sehat.
Sesuai dengan PP No. 65 tahun 2005 pemerintah kabupaten/kota wajib
memberikan layanan yang berkualitas kepada masyarakat. Untuk hal tersebut
SPM (standar pelayanan minimal) Akan menjadi acuan dan dipatuhi pemerintah
daerah

kabupaten/kota

dalam

menyelenggarakan

pelayanannya

kepada

masyarakat. Pada sisi lain masyarakat harus bertanggung jawab secara mandiri,
mewujudkan kesehatan yang setinggi-tingginya melalui upaya yang bersifat
promotif dan preventif.

Keadaan masa depan masyarakat indonesia yang ingin dicapai


melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat , bangsa dan negara yang
ditandai oleh penduduknya yang hisup dalam lingkungan dan prilaku

hidup

sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial dan memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Keadaan masyarakat Indonesia di masa depan atau visi yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan sebagai Indonesia

Sehat 2025. Dalam Indonesia sehat 2025, diharapkan terwujudnya lingkungan


dan prilaku hidup sehat, serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu untuk dapat mencapai derajat
kesehatan individu dan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Profil kesehatan ini merupakan gambaran pencapaian status derajat
kesehatan di Kabupaten Wajo menuju Indonesia d 202i5. Profil ini memuat
berbagai data tentang kesehatan dan data pendukung lainnya yang dianalisis
sederhana dan ditampilakn dalam bentuk tabel dan grafik.
Profil kesehatan Kabupaten Wajo Tahun 2010 disusun dengan maksud
agar dapat menjadi masukan (input) dan pedoman bagi pengambil kebijakan
untuk menjadi alat evaluasi (output) kinerja dan pemantau kegiatan untuk
pencapaian Kabupaten Wajo Sehat 2010. Disamping itu juga bertujuan sebagai
sumber data dasar mengenai potensi kesehatan dan sebagai sarana penyedia
data dan informasi untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen
kesehatan.

Adapun sistematika penyajian dalam profil kesehatan Kabupaten WajoTahun


2010 adalah sebagai berikut :

BAB 1 : Pendahuluan,
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan
kabupaten Wajo dan sistematika penyajiannya.

BAB 11 : Gambaran umum,


Bab ini berisi uarain tentang gambaran umum Kabupaten Wajoyang
meliputi letak topografi dan giografi, keadaan penduduk dan tingkat pendidikan
serta keadaan ekonomi.

BAB 111 : Pembangunan Kesehatan Daerah,


Bab ini berisi uraian tentang pembangunan kesehatan yang
direncanakan oleh Kabupaten Wajountuk menuju Kabupaten sehat dengan
menjelaskan strategi, tujuan dan sasaran, program dan kegiatan serta target
yang akan dicapai pada tahun 2010.

BAB

1V

Pencapaian

Program

Kesehatan

menuju

Kabupaten Sehat,
Bab ini menguraikan tentang hal-hal yang telah dicapai selama tahun
2010

dengan

mengacu

kepada

indikator

dan

target-target

yang

telah

dicanangkan untuk visi Indonesia Sehat 2025. Sajiannya mengcakup gambaran


tentang derajat kesehatan, upaya kesehatan (keadaan lingkungan, perilaku
masyarakat, pelayanan kesehatan) dan sumber daya kesehatan.

BAB V : Kesimpulan
Bab ini menyajikan hal-hal penting yang perlu disusun dalam profil
inidi tahun 2010, Selain keberhasilan, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang
dianggap kurang dalam upaya mengcapai visi Indonesia Sehat 2025.

BAB
11
GAMBARAN UMUM
A. KEADAAN TOPOGRAFI DAN GEOGRAFIS
Kabupaten Wajo dengan ibukota Sengkang merupakan salah
satu kabupaten di sebelah Utara Provinsi Sulawesi Selatan, yang mempunyai
sejarah, budaya dan moral tinggi yang pekerja keras untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, sehingga rakyat Wajo berusaha seoptimal mungkin untuk
meningkatkan kesahteraanya dengan mata pencarian sebagai pedagang, petani,
nelayan, pegawai negri dan sebagainya.
Dilihat dari potensi lahannya di dalam khasanah lontara Wajo
diungkapkan sebagai daerah yang terbaring dengan posisi yang dikatakan
Mangkalungu

RibuluE,

Massulappe

Ripottanangnge,

Mattoddang

Ritasi/TapparengE yang artinya Kabupaten Wajo memiliki 3 (tiga) dimensi, yaitu:


1. Tanah yang berbukit yang berjejer dari selatan mulai kecamatan Tempe ke
Utarayang semakin bergunung utamanya di Kacamatan Maniangpajo dan
Kecamatan Pitunpanua
2. Tanah dataran rendah yang merupakan hamparan sawah dan perkebunan
tegalan pada wilayah timur, tengah dan barat
3. Danau Tempe yang terletak di Kacamatan Tempe, Tanasitolo, maniangpajo
dan belawa serta hamparan laut yang terbentang sepanjang pesisir pantai
teluk Bone (sebelah timur)

Dilihat dari topografinya, Kabupaten Wajo terletak di tengah Provinsi


Sulawesi Selatan dan berdasarkan topografi Sulawesi yang dibagi atas 3 (tiga)
Zona Utara, Tengah dan Selatan, maka Kabupaten Wajo terletak pada Zona
Tengah yang merupakan suatu depresi yang memanjang pada arah laut
Tenggara dan berakhir merupakan selat.
Kabupaten Wajo dengan luas wilayah 2506, 19 km 2 terdiri atas 14
Kecamatan. Kecamatan Keera dan Kacamatan Majauleng dengan luas masingmasing 368,36 km2 dan 225,92 km2 yang mengcakup 23,70 % dari keseluruhan
luas Kabupaten Wajo. Terdapat 132 desa, 44 kelurahan dan 253 dusun yang
terletak di 3039-4016LS dan 119053-120027BT.

Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:


Sebelah Utara

: berbatasan dengan Kabupaten Luwu dan

Kabupaten Sidrap
Sebelah Timur
Sebelah Selatan

: berbatasan dengan Teluk Bone


: berbatasan dengan Kabupaten Bone dan Kab.

Soppeng
Sebelah Barat

: berbatasan dengan Kabupaten Soppeng dan

Kab. Sidrap

B. KEADAAN DEMOGRAFI
Masalah utama kependudukan di Indonesia, pada dasarnya
meliputi 3 hal penting, yaitu jumlah penduduk yang besar, komposisi penduduk
yang kurang menguntungkan (proporsi penduduk yang berusia mudah masih
relatif tinggi) dan persebaran pendudukyang kurang merata.
1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Menurut data BPS Kabupaten Wajo, pada tahun 2010 jumlah
penduduk kabupaten Wajo sebanyak 386.073 jiwa dengan jumlah penduduk
terbesar berada di Kecamatan Tempe sebanyak 61.121 jiwa. Ibukota Kabupaten
Wajo terletak di Kecamatan Tempe yang mampu mendongkrak jumlah penduduk.
Hal ini dimungkinkan karena tingginya perputaran ekonomi, banyaknya pusat-

pusat pendidikan dan daya tarik pada kota lainnya. Hal ini juga disebabkan oleh
terjadinya arus urbanisasi dari Kecamatan-Kecamatan sekitarnya.
Secara keseluruhan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan
lebih banyak dari pada laki-laki, hal ini terlihat dari angka rasio jenis kelamin
yang lebih kecil dari 100, yaitu 91,28.
2. Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk menurut kelompok umur dapat
menggambarkan

tinggi/rendahnya

tingkat

kelahiran.

Selain

itu

komposisi

penduduk juga mencerminkan angka beban tanggungan yaitu perbandingan


antara jumlah penduduk produktif (umur 15-64 tahun) dengan umur penduduk
tidak produktif (umur0-14 tahun dan 60 tahun keatas).

Tabel 1.
Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur di Kabupaten Wajo
Tahun 2005-2010

Rasio beban tanggungan pada tahun 2010 sebesar 49.44 artinya


setiap 100 penduduk usia produktif secara tiori menanggung sebesar 49 jiwa
penduduk yang tidak produktif. Jika dibandingkan rasio beban ketergantungan
Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2004 masih di bawah angka rasio rata-rata yang
sebesar57,88.
3. Komposisi Penduduk menurut Jenis kelamin
Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Wajo selama tahun 2005
2010 relatif

hampir stabil

pada

angka

91,07 dan

masih

lebih

rendah

dibandingkan angka rasio untuk Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2002
sebesar 96,14. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan relatif berimbang. Namun jika diamati menurut kelompok umur,


maka angkanya cukup bervariasi, hai ini dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2.
Rasio Jenis Kelamin menurut kelompok Umur di Kabupaten Wajo
Tahun 2006 2010

4. Persebaran dan kepadatan Penduduk


Penduduk kabupaten Wajo pada tahun 2010 sebanyak 386.073 jiwa
yang tersebar di 14 Kecamatan, namun persebaran tersebut tidak merata sekitar
separuh penduduk tinggal di Kacamatan Tempe, Pitumpanua, Tanasitolo,
majauleng, Belawa Pammana, dan Sabbangparu.

Pesebaran yang tidak merata diakibatkan oleh letak Kacamatan yang


merupakan jalur penghubung yang mudah di akses oleh semua sektor, sehingga
perputaran roda perekonomian di daerah daerah tersebut sangatlah dinamis
dan mendorong terjdinya pergerakan penduduk cepat.
Persebaran penduduk tersebut dapat digambarkan pada gambar berikut ini:
Gambar 1.
Jumlah penduduk menurut Kecamatan
Di Kabupaten Wajo Tahun 2010
Kepadatan penduduk Kabupaten Wajo 2010 ada 154 jiwa/km 2. Kacamatan Tempe
merupakan wilayah paling padat penduduknya yaitu sebanyak 1.597 jiwa/km 2,
sedangkan

wilayah

yang

paling

rendah

Kecamatan Keera sebesar 59 jiwa/km2.

C. TINGKAT PENDIDIKAN

kepadatan

penduduknya

adalah

Sarana pendidikan di Kabupaten Wajo pada tahun 2010 adalah 433 unit
sd/MI, 72 unit SLTP/tsanawiyah dan 25 unit SMU/SMK/Aliyah serta 4 unit
perguruan tinggi swasta.
Kemampuan membaca dan menulis atau baca tulis adalah keterampilan
minimun yang dibutuhkaan oleh penduduk untuk mengcapai kesejahteraannya.
Kemampuan baca tulis tercermin angka melek huruf penduduk 10 tahun ke atas
yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Yang dimaksud
huruf lainnya misalnya huruf Arab, Bugis, Makassar, Jawa ,Cina dan sebagainya.
Pada tahun 2010, terdapat 32.362 penduduk yang melek huruf dari 291.398
jumlah pendudukyang berumur 10 tahun ke atas atau sebesar 11.1%dari jumlah
penduduk 10 tahun keatas.

D.KEADAAN EKONOMI
Potensi ekonomi masih tertumpuh pada sektor pertanian terutama sub
sektor tanaman bahan makanan dan perikanan. Sektor pertanian mempunyai
peranan sekitar 36,73 persen dari total perekonomian pada tahun 2010. Sektor
kedua terbesar adalah sektor perdagangan terutama perdagangan retail.
Pertumbuhan ekonomi pada 2010 sebesar 5.70 persen relatif menurun
sebesar 2.30 persen dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 yang
sebesar 5.10 persen. Secara rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun dalam
kurun periode tahun 2006 2010 tercatat sebesar 5.95 persen. Pertumbuhan
ekonomi tersebut diukur berdasarka produk domestik Regional Bruto atas dasar
harga konstan 2000.
Product Domestic Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan
kemajuan ekonomi suatu daerah. Hal ini didefinisikan sebagai keseluruhan nilai
netto barang dan jasa (komoditas) yang diproduksi pada wilayah
Domestik/Regional Bruta tampa memperhatikan pemilikan faktor- faktor
produksinya.
Kinerja perekonomian Kabupaten Wajo tahun 2010 mengalami
perkembangan sekitar 18.82 dibandingkan tahun 2008. Perekonomian
Kabupaten Wajo yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional
Bruto(PDRB) atas dasr harga berlaku pada tahun 2010 sebesar Rp. 5.409 milyar
rupiah yang jauh lebih besar bila dibandingkan pada tahun 2006 sebesar 2.892
milyar rupiah. Sedangkan berdasarkan harga konstan, dalam tahun 2006 sebesar
1.939 milyar rupiah dan menjadi 2.449 milyar rupiah pada tahun 2010.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita pada tahun 2006
tercatat 7.73 juta rupiah dan terus mengalami peningkatan sejalan dengan
peningkatan pembangunan ekonomi, yang pada tahun 2010 menjadi 14.05 juta
rupiah. Tahun 2000 sebesar Rp. 2.204.396 milyar rupiah.
Berikut perkembangan PDRB dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Wajo pada tahun 2005-2009.

Tabel 3.
Perkembangan PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wajo pada tahun
2005-2009

BAB
111
PERKEMBANGAN KESEHATAN DAERAH
A. VISI DAN MISI
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025
adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan
dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setingi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan
dilaksanakan secarah terarah, berkessinambungan dan realitis sesuai
pentahapannya. Kesinambungan dan keberhasilan pembangunan kesehatan
ditentukan oleh tersedianya pedoman penyelenggaraan pembangunan
kesehatan. Undang- undang no 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasinal (RPJPN) tahun 2005-2025 memberikan arah
pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia. Dalam undang-undang ini
dinyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing, maka kesehatan bersama pendidikan dan
peningkatan daya beli keluaga /masyarakat adalah tiga pilar utama untuk
meningkatkan kualitas Sumber daya Manusia (SDM) dan Indeks pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia.
Dalam undang-undang tersebut ditetapkan bahwa pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusian, pemberdayaan
dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan
perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu,anak, manusia usia
lanjut (manula) dan keluarga miskin.
Pentingnya penerapan PARADIGMA SEHAT merupakan uapaya untuk lebih
meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat
tersebut mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga
kesehatan mereka sendiri, melalaui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif selain itu
mengembangkan kemandirian masyarakat dengan menggalang keikutsertaan
masyarakat yang dapat menumbuhkan kemandirian lokal di bidang kesehatan
pada akhirnya dapat menciptakan wilayah sehat mulai desa, kecamatan hinga
kabupaten sehat.
Sejalan dengan pola dasar pembangunan Kabupaten Wajo, penerapan
paradigma baru pembangunan kesehatan yaitu padigma sehat merupakan
upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan yang bersifat proaktif. Paradigma
sehat tersebut merupakan modal pembnagunan kesehatan yang dalam jangka
panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersifat mandiri dalam menjaga
kesehatan mereka sendiri melaluikesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat proaktif dan preventif, selain itu
mengembangkan kemandirian masyarakat dengan menggalang keikutsertaan
masyarakat yang dapat menumbuhkan kemandirian lokal di bidang kesehatan
yang pada akhirnya dapat menciptakan wilayah sehat mulai desa, kecamatan
hingga kabupaten.
Untuk mencapai hal tersebut maka Visi dan Misi Dinas Kesehatan
Kabupaten Wajo sebagai berikut:
a. Visi : terbaik dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh, manusiawi
dan profesional meniju kabupaten Wajo Sehat tahun 2014

Penjelasan visi tersebut adalah bahwa visi tersebut mengandung makna


adanya hasrat untuk mewujudkan Dinas kesehatan agar berkembang secara
menyeluruh ( setiap warga masyarakat mempunyai kesetaraan yang sama
kedudukannya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ) manusiawi ( Non
Diskriminatif, yaitu pelayanan kesehatan tidak membedakan antara Suku,
Agama, ras dan Antar Golongan, serta Pro Poor dan responsive, gender atau
berpihak kepada masyarakat miskin dan perempuan artinya pelayanan
kesehatan memperhatikan warga miskin dan perempuan ) dan Profesional
( Melaksanakan tugas secara profesional dan sesuai standar profesi di bidang
kesehatan ) yang berkelanjutan (sustainable) dan mendukung Visi Kabupaten
Wajo.
b. Misi :
1. Memberikan pelayanan kesehatan secarah menyeluruh, bermutu,
merata, terjangkau, manusiawi, dan profesional sesuai standar
operasional prosedur.
2. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, lingkungan sehat
serta pemberdayaan masyarakat untuk berperan aktif dalam
bidang kesehatan.
3. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan penggunaan obat, alat
kesehatan, kosmetik, pangan dan bahan berbahaya lainnyayang
dapat merugikan kesehatan.
4. Menyelenggarakan upaya pencegahan,
pengawasan dan
pengendalian penyakit.
5. Menyelenggarakan perbaikan gisi masyarakat.

B. SRATEGI
1. Mengembangkan sistem perencanaan kesehatan yang bertumpuh
pada sistem informasi kesehatan
2. Mewujudkan tersusunnya peraturan daerah di bidang kesehatan,
3. Pembangunan berwawasan kesehatan kepada semua sektor terkait
untuk dijadikan pertimbangan pembangunan disektor masing-masing

Anda mungkin juga menyukai