Anda di halaman 1dari 42

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Daya saing suatu negara ditentukan oleh dua belas pilar, diantaranya
adalah kesehatan.Baik berdiri sendiri, kesehatan dapat mempengaruhi pilar-
pilar lainnya.Gambaran kesehaan yang ingin dicapai adalah sesuai dengan
rumusan Indonesia Sehat 2015. Oleh karena itu, pemerintah telah berupaya
menyelenggarkan pembangunan kesehatan sesuai dengan UU No.23 tahun
1992 dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia
yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan
perilaku hidup sehat secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik
Indonesia.
Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya
promotif dan preventif, disamping peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, utamanya penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia,
dan keluarga miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya
pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki
kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini. Pembangunan
kesehatan dilaksanakan dengan peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi,alat kesehatan dan
makanan, manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.
Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan,
epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta globalisasi dan demokratisasi dengan
semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.
Strategi utama sebagai upaya pembangunan kesehatan dalam menuju
Indonesia Sehat 2015 adalah dengan pemberdayaan masyarakat dan
desentralisasi.Di Dinas Kesehatan Kota Medan, dicanangkan suatu visi
”Masyarakat Medan Sejahtera” dengan misi Menggerakkan pembangunan
kota berwawasan kesehatan,mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup
sehat, dan memelihara dan meningkatkan profesionalisme layanan kesehatan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah terwujudnya lingkungan pemukiman, industri
dan perdagangan yang sehat, terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan
sarana umum yang sehat, terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan
upaya kesehatan yang paripurna, meningkatnya kualitas dan kuantitas
sumberdaya manusia kesehatan, tersedianya sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan, meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah
diakses oleh masyarakat, dan terpenuhinya pembiayaan operasional dinas
kesehatan.
Dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah serta
berbagaikecenderungan pembangunan kesehatan ke depan serta dalam
mencapai sasaran pembangunan kesehatan, disepakati suatu Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025 dalam
tahapan ke-2 (2010-2014). Diharapkan kondisi pembangunan kesehatan
diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang
ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya
manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat,
meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju
pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar
kelompok masyarakat dan antar daerah sesuai dengan target minimal dalam
Millenium Development Goals.
Salah satu ujung tombak suksesnya pelayanan kesehatan adalah
sarana pelayanan kesehaan strata pertama yaitu puskesmas yang
ditanggungjawabi Dinas Kesehatan Kota Medan.Puskesmas berperan dalam
upaya baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Oleh karena itu, dalam
rangka membentuk petugas kesehatan yang tidak hanya piawai dalam bidang
kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga dalam bidang preventif dan promotif,
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara menyelenggarkan kegiatan
kepaniteraan senior klinik (KKS) di Dinas Kesehatan Kota Medan yang
kemudian memberi pembekalan bagi peserta KKS untuk melakukan kegiatan
KKS di puskesmas dan desa binaan yang ditentukan kemudian.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui program kegiatan Dinas Kesehatan KotaMedan dan untuk


memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS)
di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu
Kedokteran Pencegahan, Universitas Islam Sumatera Utara.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kerorganisasian Dinas Kesehatan Kota Medan.


2. Untuk mengetahui kegiatan yang ditindaklanjuti Dinas Kesehatan Kota
Medan.
3. Untuk mengetahui program dan target puskesmas sebagai pembekalan
kegiatan KKS di puskesmas.
4. Untuk mengetahui program kegiatan pelayanan kesehatan di Kota Medan.
5. Untuk mengetahui program kegiatan pengendalian wabah dan bencana di
Kota Medan.
1.3 Manfaat

Laporan kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulisan


pembaca khususnya pengetahuan mengenai program dan situasi masyarakat di
Provinsi Sumatera Utara dalam peningkatan partisipasi Pendukung strategi
pemberdayaan masyarakat yangdicanangkandalam programpembangunan kesehatan.
BAB 2
SITUASI UMUM DAN KEADAAN LINGKUNGAN

2.1. Keadaan Geografis


Provinsi Sumatera Utara secara geografis terletak pada 10-40 Lintang
Utara dan 98°-100° Bujur Timur. Sebelah Utara perbatasan dengan Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur berbatasan dengan Negara
Malaysia di selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau
dan Provinsi Sumatera Barat, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Samudera
Hindia.
Provinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim
tropis,kisaran suhu antara 13,4°C-34,2°C, mempunyai musim kemarau (Juni
s.d. September) danmusim hujan (November s.d. Maret). Secara administratis
Sumatera Utara pada tahun 2012 memiliki 8 kota dan 25 kabupaten. Luas
daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 72.981,23 km 2. Berdasarkan luas
daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah
Kabupaten Labuhan Batu dengan luas 9.223,18 km 2 dan luas daerah terkecil
adalah Kota Sibolga dengan luas 10,77 km2. Kota Medan memiliki luas daerah
265,1 km2 dengan ketinggian 2,5-37,5 m dari permukaan laut.

2.2. Kependudukan
Sumatera Utara merupakan provinsi yang jumlah penduduknya
terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa
Tengah.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara,
jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2012 tercatat sebesar 13.254.682
penduduk. Kota Medan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan
penduduk tertinggi dengan kepadatan 2.141.637 penduduk.
 Estimasi Jumlah Penduduk
Estimasi jumlah penduduk pada tahun 2012 per Kabupaten/Kota
mEnggunakan proporsi dari jumlah penduduk Kabuapten/Kota tahun 2010.
Berdasarkan hal tersebut jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kota Medan
danterendah di Kabupaten Pakpak Bharat. Proporsi penduduk di Kota Medan
sebesar 16,1% dan di Kabupaten Pakpak Bharat 0,31%.

 Rasio Jenis Kelamin


Di Sumatera Utara, jumlah penduduk beijenis kelamin perempuan
sebanyak 6.556.369 dan laki-laki 6.490.800 jiwa. Rasio seksnya adalah
98,9% di mana setiap terdapat 100 perempuan, maka terdapat 98,9 laki-
laki. Pada tahun 2008, angka seks rasio adalah 99,93% yang menunjukkan
jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan meningkat.

 Umur
Komposisi penduduk Sumatera Utara menurut kelompok umur,
menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar
31,79%, yang berusia produktif (25-29 tahun) sebesar 64,29% dan yang
berusia tua (>65 tahun) sebesar3,90%. Jadi, penduduk Sumatera Utara sampai
saat ini masih didominasi oleh penduduk muda walaupun angka ini sudah
menuruan dibanding dekade yang lalu. Dengan demikian, angka beban
tanggungan penduduk Sumatera Utara tahun 2008 sebesar 55,53%. Angka ini
mengalamipenurunan dibandingkan tahun 2007 sebesar 56,37%.

 Jumlah Anggota Keluarga


Rata-rata anggota keluarga di Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah
sebesar 4,38yang berarti rata-rata pada setiap keluarga terdiri dari 4-5 anggota
keluarga Kabupaten yang rata-rata jumlah anggota keluarganya paling banyak
adalah Kabupaten Nias yaitu 5,41 orang dan yang paling sedikit adalah
Kabupaten Karo yaitu 3,81 orang.

2.3. Sosial Ekonomi


2.3.1.Pendidikan
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang sering
ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara, salah
satunya berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk
berperilaku sehat. Sensus Penduduk tahun 2000, ditunjukkan bahwa 60%
penduduk 5 tahun keatas mempunyai pendidikan tertinggi sekolah dasar,
18,19% tamat, 18,40% tamatSMA, dan hanya 2,63% yang mencapai tingkat
pendidikan perguruan tinggi. Dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional
bulan Agustus 2007, ditunjukkan bahwa pada penduduk berumur 15 tahun
keatas, l,42%tidak pernah sekolah, 9,04% tidak tamat SD, 31%tamat
SD,23,42%tamat SMP, 28,93% tamat SMA, dan hanya sekitar 6,16%
mencapai perguruan tinggi. Dari data diatas menggambarkan bahwa tingkat
pendidikan di Sumatera Utara sampai tahun 2008 masihrendah walaupun telah
menunjukkan peningkatan. Akan tetapi, angka buta huruf di Sumatera Utara
mulai menurun yaitu tinggal sekitar 3% di kota dan 5% di desa.

2.3.2. Ketenagakerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap
tahunnyatampak berfluktuasi.Pada tahun 2000, TPAK sebesar 57,34%,
tahun2005 naik menjadi 71,94%, tahun 2006 menjadi 66,90% dan tahun 2007
naikmenjadi 67,49%.Angkatan Kerja di Sumatera Utara sebagian besar masih
berpendidikan SDkebawah (41,47%), setingkat SMTP (23,42%), setingkat
SMTA (28,94%), sedangkansisanya 6,17% berpendidikan diatas SMTA.
Berdasarkan lapangan pekeijaan utama, penduduk Sumatera Utara
yangterbanyak adalah di sektor pertanian (47,6%), kemudian diikuti di sektor
perdagangan, hotel, dan restoran (18,8%), jasa (12,9%),sedangkan penduduk
yang bekerja di sektor industri hanya sekitar 7,60%.

2.3.3.Pendapatan dan kemiskinan


Kemampuan ekonomi masyarakat yang diukur dengan angka
pendapatan per kapita atas dasar harga yang berlaku tahun 1993, bila diukur
atas dasar harga konstan mengalami kenaikan. Perkembangan PDRB Sumatera
Utara per kupita tahun 1993-1997 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstanta
1993 18.215,436 18.215,46
1994 21.678,6 19.941,33
1995 24.686,43 21.802,51
1996 28.173,73 21.753,81
1997 32.414,60 24.842,86

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara mengalami turun


naikdari tahun 1993-2007. Jumlah penduduk miskin tahun 1993 sebesar 1,33
juta orangatau sebesar 12,31% dari total seluruh penduduk Sumatera Utara.
Tahun 1996jumlah penduduk Sumatera Utara yang tergolong miskin hanya
1,23 juta jiwa(10,92%). Namun, karena krisis moneter, penduduk miskin di
Sumatera Utara tahun 1999 meningkat menjadi 16,74% dari total
pendudukSumatera Utara yaitu sebanyak 1,97 juta jiwa. Pada tahun 2003 terjadi
penurunan penduduk miskin baik secara absolut maupun secara persentase,
yaitu menjadi l,89juta jiwa atau sekitar 15,89%, sedangkan tahun 2004 turun
lagi menjadi 1,80 jutajiwa (14,93%) kemudian tahun 2005 penduduk miskin
turun menjadi 1,76 juta jiwa (14,28%), namun akibat dampak kenaikan BBM
pada Maret dan oktober 2005,penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi
1,98 jutajiwa (15,66%). Padatahun 2007 turun sedikit menjadi 1,77 juta jiwa
atau 13,90% (SUDA 2008).

 Lingkungan Fisik dan Biologi


Lingkungan merupakan salah satu variabel yang sering mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat dengan indikator-indikator
yaitu persentase rumah sehat, persentase rumah tangga memiliki akses terhadap
air minum, persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase
rumah tangga yang memiliki sarana penampungan akhir kotoran/tinja/BAB.

2.4.1.Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan
hunianrumah yang sesuai (>8m2/kapita), dan lantai rumah tidak terbuat dari
tanah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun
2008,dari seluruh rumah yang ada yaitu 2.683.062 unit, yang diperiksa
sebanyak 197.322unit (44,63%), dari jumlah yang diperiksa diketahui bahwa
761.699rumah yang memenuhi syarat kesehatan (63,62%).

 Sumber Air Minum


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil riset kesehatan dasar
(Riskesdas)tahun 2007, diperoleh bahwa persentase rumah tangga di Provinsi
Sumatera Utarayang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 76,8%,
sedangkan persentaserumah tangga yang memiliki sumber air minum tak
terlindung sebesar 23,2%. Dari hasil pengawasan air bersih, yang memenuhi
syarat fisik 84,37%, kimiawi 75,82%, dan bakteriologis 76,15%. Resiko
pencemaran amat tinggi 2,45%, tinggi 33,13%, sedang 36,48%, dan rendah
27,49%. Parameter ini menunjukkan angkat yang cukup baik dan perlu untuk
terus ditingkatkan.

 Fasilitas Tempat Buang Air Besar


Bersadarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, di Provinsi
Sumatera Utara, persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas
tempatbuang air besar sebesar 71,8%, rumah tangga yang memiliki bersama
6,8%, umumsebesar 4% dan tidak ada/tidak memiliki sebesar 17,4%. Dari hasil
survei, jamban yang memenuhi syarat kesehatan hanya 42,83%. Selain itu,
ketersediaan jamban di desa dan beberapa kabupaten masih minim dan terbatas.

2.4.4 Tempat Umum


Tempat umum yang sehat adalah tempat umum dan pengelolaan
makanan yang memenuhi syaratkesehatan yaitu yang memiliki sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah,sarana pembuangan air limbah, ventilasi
yang baik, luas lantai yangsesuai denganbanyaknya pengunjung dan memiliki
pencahayaan ruang yang sesuai.Pada tahun 2008, dari 18.436 tempat umum
yang diperiksa, sekitar 66,15%memenuhi syarat kesehatan. Angka ini masih
dibawah target IS 2010 yaitu 80%. Angka pembinaan kesehatan tempat umum
oleh pemerintah masih rendah yaitu hanya 54,66% sehingga perlu upaya
dariprogram terkait dalam peningkatan cakupannya.

2.4.5.Pembuangan Sampah
Persampahan di Kota Medan dikelola oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan KotaMedan.Selain itu, pengelolaan persampahan di Kota Medan
juga dilaksanakan olehpihak swasta, khususnya pada kawasan pusat
pemerintahan dan jalan-jalan protokol.Sesuai dengan standar kota Metropolitan,
yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,5liter/orang/hari, Kota Medan
dengan jumlah penduduk 1.963.855 jiwa, menghasilkan 6.873,49 m3 timbunan
sampah. Namun Kota Medan baru dapat mengelola sebanyak 5.710
m3.Sehingga banyaknyasampah yang belum terlayani adalah 1.163,49 m3.

2.5. Pelayanan Kesehatan


2.5.1.Sarana Kesehatan
 Rumah Sakit Umum : 54 unit
 Rumah Sakit Jiwa : 5 unit
 Rumah Sakit Ibu&Anak : 8 unit
 Rumah Sakit Khusus Lainnya : 4 unit
 Rumah Bersalin : 298 unit
 Puskesmas : 39 unit
 Puskesmas Rawat Inap : 13 unit
 Puskesmas Non Rawat Inap : 26 unit
 Puskesmas Pembantu : 41 unit
 Puskesmas Keliling : 27 unit
 Posyandu : 1.405 unit
 Balai Pengobatan/Klinik : 409 unit
 Apotik : 624 unit
 Praktek Bersama : 8 unit
 Praktek Dokter Umum : 1.378 unit
 Praktek Dokter Spesialis :
791 unit
 Praktek Dokter Gigi : 531 unit
 Laboratorium Kesehatan Pemerintah : 1 unit
 Laboratorium Kesehatan Swasta : 6 unit
2.5.2.Tenaga Kesehatan
 Dokter Spesialis : 9 orang
 Dokter Umum : 139 orang
 Dokter Gigi : 107 orang
 S2 : 17 orang
 Tenaga Kesehatan Masyarakat : 39 orang
 Tenaga Sanitasi : 62 orang
 Apoteker : 17 orang
 Asisten Apoteker : 131orang
 Bidan : 305 orang
 Perawat : 485 orang
 Perawat Gigi : 75 orang
 Tenaga Gizi : 44 orang
 APRO : 3 orang
 AKFIS : 2 orang
 Analis : 60 orang
 Tenaga Non Medis : 85 orang

2.5.3. Daftar Puskesmas


 Puskesmas Teladan
 Puskesmas Simpang Limun
 Puskesmas Glugur Darat
 Puskesmas Pasar Merah
 Puskesmas Tuntungan
 Puskesmas Kota Matsum
 Puskesmas Sering
 Puskesmas Sukaramai
 Puskesmas Medan Area
 Puskesmas Sentosa Baru
 Puskesmas Bromo
 Puskesmas Glugur Kota
 Puskesmas Pekan Labuhan
 Puskesmas Pulo Brayan
 Puskesmas Desa Terjun
 Puskesmas Sei Agul
 Puskesmas Kedai Durian
 Puskesmas Petisah
 Puskesmas Belawan
 Puskesmas Darussalam
 Puskesmas Medan Deli
 Puskesmas Rantang
 Puskesmas Helvetia
 Puskesmas Polonia
 Puskesmas Padang Bulan
 Puskesmas Kampung Baru
 Puskesmas Desa Binjai
 Puskesmas Medan Denai
 Puskesmas Mandala
 Puskesmas Tegal Sari
 Puskesmas Medan Labuhan
 Puskesmas Simalingkar
 Puskesmas Martubung
 Puskesmas Medan Johor
 Puskesmas Medan Sunggal
 Puskesmas Amplas
 Puskesmas Desa Lalang
 Puskesmas Titi Papan
 Puskesmas P.B selayang
BAB 3
PROGRAM KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

3.1. Visi dan Misi


Visi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah “Masyarakat Medan
Sejahtera”. Masyarakat Medan mengandung arti bahwa sasaran kerja dari
Dinas Kesehatan Kota Medan adalah seluruh masyarakat yang berada di
wilayah kerja pemerintah kota Medan.Sehat diartikan sebagai cara berpikir
masyarakat kota Medan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang
pada akhirnya mewujudkan lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih
dan sehat.Sejahtera mengandung arti bahwa masyarakat kota Medan dengan
cara berpikir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh
kesejahteraan, terutama dibidang kesehatan, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pencapaian derajat kesejahteraan secara umum. Sedangkan misi
Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:

1. Menggerakkan Pembangunan Kota Berwawasan Kesehatan


Para penanggungjawab program pembangunan di Pemerintahan Kota
Medan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua
kebijaksanaan pembangunannya. Untuk itu, maka seluruh elemen darisistem
pemerintahan kota harus berperan sebagai pengerak utama pembangunan Kota
Medan menuju Kota Metropolitan yang Modern, Madani, dan Relijius
berwawasan kesehatan.
2. Mendorong Kemandirian Masyarakat untuk Hidup Sehat
Sehat merupakan hak asasi sehingga setiap individu berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Disamping itu sehat juga merupakan
investasi, yaitu bahwa derajat kesehatan yang optimal akan dapat dicapai
melalui investasi baik pemerintah maupun individu. Dengan demikian
diharapkan terciptanya suatu kondisi dimana masyarakat menyadari, mau dan
mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi permasalahankesehatan
yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang
disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana,
maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan Meningkatkan Profesionalisme Layanan Kesehatan


Sesuai dengan paradigma sehat, Dinas kesehatan harus mengutamakan
pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang
dengan upaya kesehatan perorangan. Dinas Kesehatan melakukan revitalisasi
sistem kesehatan dasar dan rujukannya dengan memperluas jaringan yang
efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yang
ditetapkan.Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
harus dilakukan pula peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia
kesehatan, yang terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.Perlu juga
ditunjang dengan administrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan
yang memadai, serta pengembangan kesehatan.

3.2. Tujuan
Tujuanyang ingin dicapai Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu:
1. Terwujudnya lingkungan pemukiman, industri dan perdagangan yang sehat
2. Terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang
sehat
3. Terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan
yang paripurna
4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia kesehatan
5. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
6. Meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah
diakses oleh masyarakat
7. Terpenuhinya pembiayaan operasional dinas kesehatan

3.3. Pembangunan Kesehatan


Sasaran strategis Dinas Kesehatan Kota Medan dalam pembangunan kesehatan
tahun 2010- 2014, yaitu:
1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat
2. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72
tahun.
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118
per 100.000 kelahiran hidup.
4. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000
kelahiran hidup.
5. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per
1.000 kelahiran hidup.
6. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting)
dari 36,8persen menjadi kurang dari 32 persen.
7. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan
PN) sebesar 90%.
8. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar
100%.
9. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%.
10. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%.

2. Menurunnya angka kesakitan akibat menular, dengan :


a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per
100.000 penduduk
b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2
menjadi 1 per 1.000 penduduk
c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi
dibawah 0,5%
d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari
80% menjadi 90%
e. Persentase Kelurahan yang mencapai UCI dari 80% menjadi 100%
f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk

3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar


wilayah dan antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan
menurunnya disparitas separuh dari tahun 2009.
4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam
rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi
seluruh penduduk, terutama penduduk miskin.
5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada ‘
tingkat rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.
6. Seluruh Puskesmas melaksanakan Standar Pelayanan Minimal
(SPM).

Tema Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2010-2014 adalah


“Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan” melalui :

7. Program Kesehatan Masyarakat


Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu yang
meliputi pemberian imunisasi dasar kepada 90% balita pada 2015,
penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk,
dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75%
penduduk sebelum 2015, penurunan tingkat kematian ibu saat
melahirkan dari 228 per 100.000 kelahiran pada 2007 menjadi 118
pada 2014, serta tingkat kematian bayi dari 34 per 1.000 kelahiran pada
2007 menjadi 24 pada 2015.
8. Program Keluarga Berencana (KB) yang meliputi peningkatan
kualitas dan jangkauan layanan KB melalui klinik pemerintah dan
swasta selama 2011-2015.
9. Sarana Kesehatan yang meliputi etersediaandan peningkatan
kualitas layanan Puskesmas ISO minimal 5 puskesmas pada 2013
dan 10 puskesmas pada 2015.
10. Asuransi Kesehatanuntuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan
100% pada 2012 dan diperluas secara bertahap untuk warga Medan
lainnya antara 2013-2015.

Prioritas Pembangunan Kesehatan pada tahun 2011-2015 difokuskan pada


delapan fokus prioritas, yaitu:

11. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan Keluarga Berencana


(KB)
12. Perbaikan status gizi masyarakat
13. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti
penyehatan lingkungan
14. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan
15. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan,
mutu, dan penggunaan obat
16. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
17. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis
kesehatan
18. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier
Dalam upaya mencapai target MDGs di bidang kesehatan penyelenggaraan
upaya kesehatan ditingkatkan intensitasnya dengan tetap memberikan perhatian
khusus pada penyelenggaraan:
19. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
20. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
21. Penanggulangan penyakit dan gizi buruk
22. Penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana
23. Revitalisasi puskesmas dilaksanakan agar dapat melaksanakan
pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
perorangan secara serasi dan sinergis sesuai dengan
perkembangan IPTEK dan kesehatan.
24. Kualitas pelayanan di rumah sakit dan sistem rujukan terus
ditingkatkan.
25. Penanggulangan penyakit menular terus ditingkatkan, terutama
ditujukan pada penyakit-penyakit terutama target penurunan
angka kesakitan yang disepakati dalam MDGs.
26. Upaya penanggulangan penyakit tidak menular telah lebih
berkembang sejalan dengan meningkatnya penduduk usia lanjut dan
perubahan pola hidup masyarakat.
27. Upaya pembangunan dan perbaikan gizi masyarakat dilaksanakan
dengan lebih optimal.
28. Upaya penanggulangan pencemaran lingkungan lebih ditingkatkan
dan dikembangkan lagi.
29. Pelayanan kesehatan geriatri mulai dikembangkan.
30. Penyediaan air minum dan sarana sanitasi dasar sudah makin
meningkat.
31. Pembangunan berwawasan kesehatan sudah mulai dilaksanakan
secara konsisten oleh semua bidang-bidang.
32. Penelitian dan pengembangan kesehatan yang mendasar telah
berkembang mendukung upaya pembangunan kesehatan.
33. Teknologi kesehatan lebih meningkat.
34. Pembiayaan kesehatan bersumber dari pemerintah lebih meningkat
lagi dengan sustainabilitas pemenuhan pembiayaan untuk
pelayanan kesehatan perorangan bagi seluruh masyarakat rentan
dan keluarga miskin .
35. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari masyarakat dan swasta
telah semakin meningkat serta telah ada upaya kemitraan
pemerintah dan swasta.
36. Pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah telah fokus pada
pencapaian prioritas pembangunan kesehatan dengan sebagian
besar pembiayaan pemerintah untuk pelayanan kesehatan
masyarakat.
37. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan penduduk
miskin mulai dilakukan secara pra-upaya dengan prinsip asuransi
kesehatan sosial yang telah melembaga.
38. Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan secara
kelompok formal/penerima upah telah dilakukan dengan cara
jaminan kesehatan sosial dan mulai melembaga. Pembiayaan untuk
pelayanan kesehatan perorangan kelompok informal mulai
melembaga dan menganut prinsip asuransi kesehatan sosial.
39. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan
perorangan bersumber dari pembiayaan pemerintah yang dilakukan
melalui jaminan kesehatan sosial telah dilaksanakan secara
efektif, efisien, transparan dan akuntabel dengan pelayanan
terkendali secara berkesinambungan.
40. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan
bersumber dari pembiayaan swasta dan masyarakat semakin
efektif, efisien, transparan dan akuntabel dengan pelayanan
terkendali.
41. Pembelanjaan dana kesehatan untuk pelayanan kesehatan
masyarakat telah semakin mengarah kepada upaya peningkatan
dan pencegahan untuk mengatasi masalah kesehatan.
42. Pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan.
43. Kemampuan daya saing SDM Kesehatan meningkat.
44. Pendidikan dan pelatihan SDM Kesehatan dapat berkembang sesuai
kebutuhan pembangunan kesehatan .
45. Standar pelayanan kesehatan dan standar kompetensi SDM
Kesehatan sebagai acuan dalam penerapan standar pendidikan dan
pelaksanaan pendidikan tersebut.
46. Program distribusi dan rencana penguatan manajemen karier SDM
Kesehatan, dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan.
47. Organisasi profesi, komponen masyarakat dan sektor lain terkait
makin berperan dalam pembangunan kesehatan.
48. Pembinaan, pengawasan, monitoring dan penilaian terhadap SDM
Kesehatan telah berjalan dengan efektif.
49. Sinergisme antara pembinaan, pengawasan perencanaan,
pendayagunaan dan pengadaan SDM Kesehatan makin meningkat.
Dukungan sumber daya untuk Pengembangan Pemberdayaan
SDM Kesehatan telah makin meningkat.
50. Dukungan peraturan perundang-undangan untuk pengembangan
dan pemberdayaan SDM Kesehatan dapat makin ditingkatkan.
51. Pendistribusian, pelayanan, dan pemanfaatan sediaan farmasi dan
alat kesehatan telah memenuhi kebutuhan, yang menjamin
ketersediaan sediaan farmasi, terutama obat generik di
masyarakat.
52. Pengawasan sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan lebih
berkembang lagi.
53. Kebijakan dan administrasi kesehatan dapat lebih mendukung
terwujudnya sinergisme antar berbagai upaya pokok pembangunan
kesehatan telah mulai berkembang. Sistem informasi kesehatan
telah dapat dibangun dengan baik.
54. Sistem pencatatan dan pelaporan sudah makin berkembang.
55. Hukum dan perundang-undangan di bidang kesehatan telah mulai
tertata dengan baik.
56. Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan
kesehatan telah lebih meningkat, sehingga peran dan kontribusi
masyarakat dalam pembangunan kesehatan terus berkembang.
57. Pelibatan aktif masyarakat dalam proses pembangunan kesehatan
makin berkembang.
58. Edukasi kesehatan terus ditingkatkan dengan berbagai inovasi,
dalam upaya mewujudkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan
bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat.
59. Perilaku individu, kelompok dan masyarakat yang mendukung
kesehatan telah lebih berkembang dan dilaksanakan secara
konsisten.
60. Berbagai upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang ada
telah kembali mampu melakukan kegiatan dan fungsinya.
61. Penggerakkan kelompok-kelompok masyarakat yang tergabung
dalam organisasi kemasyarakatan terus ditingkatkan.
62. Peran aktif dan kontribusi organisasi kemasyarakatan dalam
pembangunan kesehatan telah lebih nyata.
63. Kemampuan masyarakat desa dalam mengidentifikasi dan
mengatasi masalah kesehatan, termasuk masalah kesehatan akibat
bencana secara dini telah lebih berkembang.
3.4. Organisasi
Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan menurut Perwal No. 43 tahun 2010
adalah:
64. Kepala Dinas Kesehatan
65. Sekretariat
66. Sub Bagian Umum
67. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
68. Sub Bagian Penyusunan Program
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup
kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan
penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sekretariat
menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan
kesekretariatan; pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;
pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas
yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan
kerumahtanggaan Dinas; pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan; pelaksanaan koordinasi
penyelenggaraan tugas-tugas Dinas; penyiapan bahan pembinaan, pengawasan
dan pengendalian; pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan
kesekretariatan; pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

69. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan


70. Seksi Kesehatan Dasar
71. Seksi Kesehatan Rujukan
72. Seksi Khusus
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan
rujukan, dan kesehatan khusus.Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Bina
Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program,
dan kegiatan Bidang Bina Pelayanan Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis
lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus;
pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar;penyelenggaraan upaya
kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan / spesialistik, dan sistem
rujukan;penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi kesehatan
jiwa,kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut;
penyelenggaraan upaya kesehatan perkotaan, kesehatan indera, dan usia
lanjut;penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan;pelaksanaan
proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup pelayanan
kesehatan;pelaksanaan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi sarana pelayanan
kesehatan;pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian lingkup
pelayanan kesehatan;pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup
bidang bina pelayanan kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

73. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan


74. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
75. Seksi Wabah dan Bencana
76. Seksi Kesehatan Lingkungan

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok


melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkuppengendalian dan pemberantasan
penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan. Dalam melaksanakan tugas
pokok, Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan menyelenggarakan fungsi
penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengendalian Masalah
Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan pemberantasan
penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan;pengendalian dan
pemberantasan penyakit meliputi surveilans epidemiologi, pengendalian penyakit
menular langsung, pengendalian penyakit bersumber binatang, pengendalian
penyakit tidak menular, immunisasi, kesehatan mata, dan penyelidikan kejadian
luar biasa (KLB);pengendalian wabah dan bencana meliputi kesiapsiagaan,
mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan;penyelenggaraan
penyehatan lingkungan meliputi penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan,
penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, sanitasi makanan, dan bahan pangan
serta pengamanan limbah;pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan
lingkup bidang pengendalian masalah kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

77. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan


78. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan
79. Seksi Pendidikan dan Pelatihan
80. Seksi Registrasi dan Akreditasi

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai


tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup perencanaan,
pendayagunaan, pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi.Dalam
melaksanakan tugas, Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis
lingkup perencanaan, pendayagunaan, pendidikan dan pelatihan, registrasi dan
akreditasi sumber daya manusia kesehatan;pendayagunaan tenaga kesehatan dan
tenaga kesehatan strategis;pelaksanaan pelatihan teknis;pelaksanaan proses
perijinan dan pelayanan lainnya lingkup tenaga medis, tenaga para medis dan
tenaga non medis / tradisional terlatih sesuai urusan pemerintahan
kota;pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan sumber daya manusia kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

81. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan


82. Seksi Kefarmasian
83. Seksi Jaminan Kesehatan
84. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan

Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugas


pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kefarmasian, jaminan, sarana,
dan peralatan kesehatan.Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Kefarmasian
Jaminan dan Sarana Kesehatan menyelenggarakan fungsi penyusunan rencana,
program, dan kegiatan Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana
Kesehatan;penyusunan petunjuk teknis lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan
peralatan kesehatan;penyelenggaraan kefarmasian; penyelenggaraan jaminan
kesehatan;pelayanan sarana dan peralatan kesehatan;pelaksanaan proses
pelayanan perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kefarmasian, jaminan,sarana,
dan peralatan kesehatan sesuai urusan pemerintahan kota; pelaksanaan
monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang kefarmasian jaminan dan
sarana kesehatan;pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

85. Unit Pelaksana Teknis (UPT).


86. Kelompok Jabatan Fungsional.

Struktur Organisasi
BAB 4
LAPORAN KEGIATAN

4.1. Pelaporan
Sebelum memulai KKS di Dinas Kesehatan Kota Medan, para peserta
KKS melapor terlebih dahulu ke bagian penerima tamu, bidang
pengembangan SDM kesehatan, dan seksi pendidikan dan pelatihan.

4.2. Kegiatan
Kegiatan dimulai pada pukul 08.00 WIB di Dinas Kesehatan Kota
Medan. Adapun 4 materi yang diberikan yaitu materi pembekalan KKS
puskesmas, keorganisasian Dinas Kesehatan Kota Medan, pelayanan
kesehatan, dan pengendalian masalah kesehatan.

4.3. Materi
4.3.1. Materi Bidang Pengembangan SDM kesehatan, dan Seksi Pendidikan
dan Pelatihan
Materi Pertama dan kedua dari Bidang Pengembangan SDM kesehatan, dan
Seksi Pendidikan dan Pelatihan:

Isi Materi Pertama:


PEMBEKALAN PUSKESMAS

PEMBIMBING : dr. Eli Fonna, M.Kes


Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan
pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat dalam suatu wilayah kerja dalam bentuk
usaha-usaha kegiatan pokok.Visi puskesmas adalah mewujudkan kecamatan
sehat dengan indikator lingkungan sehat, perilaku sehat, pelayanan kesehatan
yang bermutu, dan derajat kesehatan yang optimal.
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktorkepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrastruktur lainnyamerupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja Puskesmas.Puskesmas merupakan perangkat
Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagianwilayah kerja puskesmas
ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran teknis darikepala Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota.Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah
Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap Puskesmas.

Puskesmas berfungsi sebagai:


1. Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkankemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:


a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri.
b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis
maupunrujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan
tersebuttidakmenimbulkan ketergantungan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
programPuskesmas.

Upaya kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi upaya kesehatan


wajib dan upaya pengembangan kesehatan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari:

87. Promosi kesehatan


88. Kesehatan Lingkungan
89. Kesehatan Ibu dan Anak Beserta KB
90. Perbaikan Gizi
91. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
92. Pengobatan
93. Pencatatan dan Pelaporan

Upaya kesehatan pengembangan terdiri dari:


94. Upaya kesehatan sekolah
95. Upaya kesehatan olahraga
96. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
97. Upaya kesehatan kerja
98. Upaya kesehatan gigi dan mulut
99. Upaya kesehatan jiwa
100. Upaya kesehatan mata
101. Upaya kesehatan usia lanjut
102. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Isi Materi Kedua
PERKENALAN
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN
PEMBIMBING: dr. Mila, MKes

a. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Medan


Visi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah “Masyarakat Medan
Sejahtera”. Masyarakat Medan mengandung arti bahwa sasaran kerja dari
Dinas Kesehatan Kota Medan adalah seluruh masyarakat yang berada di
wilayah kerja pemerintah kota Medan.Sehat diartikan sebagai cara berpikir
masyarakat kota Medan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang
pada akhirnya mewujudkan lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih
dan sehat.Sejahtera mengandung arti bahwa masyarakat kota Medan dengan
cara berpikir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh
kesejahteraan, terutama dibidang kesehatan, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pencapaian derajat kesejahteraan secara umum.
Misi Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu menggerakkan Pembangunan
Kota Berwawasan Kesehatan, mendorong Kemandirian Masyarakat untuk
Hidup Sehat, Memelihara dan Meningkatkan Profesionalisme Layanan
Kesehatan

b. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan


Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas Kesehatan
2. Sekretariat

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

c. Sub Bagian Penyusunan Program

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas


lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan,
dan penyusunan program.

3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan


a. Seksi Kesehatan Dasar
b. Seksi Kesehatan Rujukan
c. Seksi Khusus
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan,
dan kesehatan khusus.

4. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan


a. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
b. Seksi Wabah dan Bencana
c. Seksi Kesehatan Lingkungan
Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Dinas yang mencakupi pengendalian dan
pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan.

5. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan


103. Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan
104. Seksi Pendidikan dan Pelatihan
105. Seksi Registrasi dan Akreditasi

Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan mempunyai tugas


pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup perencanaan,pendayagunaan,
pendidikan, pelatihan, registrasi, dan akreditasi.

6. Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan


a. Seksi Kefarmasian
b. Seksi Jaminan Kesehatan
c. Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan

Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan mempunyai tugaspokok


melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kefarmasian, jaminan, sarana,
dan peralatan kesehatan.

7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)


Unit pelaksana teknis dinas (UPTD) adalah pelaksana teknis dinas yang
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan, yang terdiri
dari: Puskesmas, Instalasi Farmasi Kabupaten, Laboratorium Kesehatan
Kabupaten/Kota, Balai Promosi dan Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota.
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
dan fungsi Dinas Kesehatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

4.3.3. Materi dari Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

PENGENDALIAN MASALAH KESEHATAN


PEMBIMBING : dr. Helena Nainggolan, M.KT

Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan program Dinas


Kesehatan dengan tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan
daerah/kewenangan provinsi di bidang kebijakan teknis pembinaan
pengendalian masalah kesehatan, pelayanan kesehatan, pengembangan Sumber
Daya Manusia Kesehatan, dan jaminan kesehatan serta tugas pembantuan.
Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan di bidang pengendalian masalah
kesehatan. Seksi dalam Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan terdiri dari:

106. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit


107. Seksi Wabah dan Bencana
108. Seksi Kesehatan Lingkungan

Rincian fungsi Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan adalah sebagai


berikut:

109. Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit


110. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk
teknis di bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit;
111. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk
teknis di bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit;
112. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga
dan instansi lain di bidang pengendalian dan pemberantasan
penyakit;
113. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang
pengendalian dan pemberantasan penyakit;
114. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
115. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan sesuai tugas dan
fungsinya.

2. Seksi Wabah dan Bencana

116. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk


teknis di bidang wabah dan bencana;
117. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk
teknis di bidang wabah dan bencana;
118. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga
dan instansi lain di bidang wabah dan bencana;
119. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang
wabah dan bencana;
120. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
121. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pengendalian Masalah Kesehatan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

3. Seksi Kesehatan Lingkungan


122. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk
teknis di bidang kesehatan lingkungan;
123. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk
teknis di bidang kesehatan lingkungan;
124. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga
dan instansi lain di bidang kesehatan lingkungan;
125. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang
kesehatan lingkungan;
126. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
127. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pengendalian Masalah Kesehatan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

Ruang lingkup kegiatan Bidang PMK:


128. Bimdal P2P (Pengendalian Pemberantasan Penyakit):
129. Program P2ML
130. Program P2 TB
131. Program P2 kusta
132. Program P2 HIV & AIDS
133. Program P2 ISPA & Pneumonia balita
134. Program P2 ISPL (diare)
135. Program P2 Frambusia
136. Program PPBB (Pemberantasan Penyakit Bersumber
Binatang):
137. Program P2 Arbovirus
138. Program P2 Malaria
139. Program P2 Filariasis & kecacingan lainnya
140. Program P2 Zoonosis (Rabies, Flu Burung, Antraks,
Leptospirosis, Pes, & EID)
141. Program Pemberantasan Serangga Penular Penyakit (vektor)
142. Bimdal wabah & bencana
143. Program Survailans Epidemiologi
144. Program Penanggulangan KLB/Wabah
145. Pencegahan PD3I (Imunisasi)
146. Penanggulangan PTM
147. Bimdal kesehatan lingkungan
148. Program wilayah / kawasan sehat
149. Program kesehatan dan keselamatan kerja
150. Program Hygiene dan sanitasi tempat-tempat umum (STTU)
151. Program Pengawasan TPM
152. Program Pemukiman, Perumahan, Bangunan sehat
153. Program penyehatan air dan pengamanan dampak limbah
154. Program dampak pencemaran udara dan kebisingan
155. Program Kesehatan Matra
156. Program Analisa Mengenai Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL)

Beberapa Penyakit Menular yang sering menjadi perhatian:

157. Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus


dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Program penanggulangan
yang dilaksanakan adala promotif dengan penyediaan media promosi,
preventif dengen pelatihan kader DBD, pemberdayaan patroli kesehatan, dan
pemeriksaan jentik berkala, kuratif dengan pengadaan alat fogging,
insektisida, peningkaan kapasitas petugasfogging, fogging fokus, dan
surveilans epidemiologi DBD. Kegiatan yang paling digencarkan adalah
upaya promotif yaitu gerakan PSNdengan metode 3M plus.

158. AIDS

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang


ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah dan semen. Tujuan dari
program pengendalian dan penanggulangan HIV/AIDS adalah
penurunan kerentanan penularan HIV/AIDS, pencegahan melalui
transmisi seksual, peningkatan penyediaan darah yg aman untuk
transfusi, penurunan prevalensi IMS, pencegahan penularan dari ibu ke
anak, pencegahan penularan pada pemulasaran jenazah, penerapan
kewaspadaan universal, pengurangan penularan pada penasun,
peningkatan kwalitas hidup ODHA, penghapusan stigma dan
diskriminasi pd ODHA, dan penguranganperilaku berisiko tinggi.
Pengurangan dampak buruk dapat dilakukan dengan pendidikan
sebaya, pelayanan kesehatan dasar, perawatan dan pengobaan
HIV/AIDS, substitusi oral terapi NAPZA, komunikasi informasi
edukasi, penjangkauan, konseling testing HIV, pencegahan ineksi
pertukaran jarum suntik, dan pemusnahan jarum suntik bekas pakai.

159. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan


olehMycobacterium complex. Lima komponen strategi DOTS untuk
penanggulangantuberkulosis adalah komitmen politis, diagnosis dengan
mikroskop, pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung,
jaminan OAT yang bermutu, dan pencatatan baku. Standar pelayanan
TB sesuai dengan ISTC.

160. Imunisasi
Pedoman dan jadwal imunisasi mengikuti pedoman IDAI.

161. Pencegahan merokok

4.3.2. Materi Bidang Bina Pelayanan Kesehatan


PROSES PERIZINAN DAN PERAN DOKTER PUSKESMAS

PEMBIMBING : dr. Julianti Batubara

Setiap calon dokter yang ingin membuka praktik, baik untuk dokter
Puskesmas, rumah sakit umum, speasialis, bahkan dokter swasta, wajib
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) dari Ikatan Dokter Indonesia.  SIP diurusi
oleh calon dokter yang ingin berpaktik, setelah mereka lulus kuliah, lulus uji
kompetensi Ikatan Dokter Indonesia Pusat, dan mendapatkan Surat Tanda
Registrasi dari konsil kesehatan pusat (KKP).

    Namun, setelah mendapatkan beberapa persyaratan, baik STR dan


sertifikat uji kompetensi, tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah
meminta rekomendasi IDI setempat (cabang Medan), guna mendapatkan Surat
Izin Praktik (SIP) dokter dari dinas kesehatan setempat. Dalam fungsi
pengawasannya, seorang Kepala Puskesmas wajib mengawasi dokter, bidan,
maupun praktek pengobatan tradisional yang ada diwilayahnya.
Puskesmas mempunyai wilayah satu Kecamatan atau sebagian dari
kecamatanyang langsung bertanggung jawab dalam bidanng teknis kesehatan
maupunadministratif kepada kepala Dinas Kesehatan Dati II
( dokabu ).Hubungan dengan Camat adalahhubungan koordinasi, namun
demikian tanggung jawab secara moril dokter KepalaPuskesmas terhadap
Camat tetap ada.

Program Pemerintah saat ini baru bisa menempatkan dokter Puskesmas


sebagai seorang sarjana secara merata di Kecamatan-kecamatan. Dengan
sendirinya harapandari seluruh masyarakat Kecamatan adalah mendapatkan
manfaat dari keahliannyadalam bidang kesehatan masyarakat maupun
pandangan dan cara berpikir yang luasdan kreatif dari seorang sarjana. Maka
peranan dokter Puskesmas di Kecamatandisamping sebagai Pimpinan
Puskesmas, juga merupakan tenaga ahli danpendamping Camat.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Program kerja di Dinas Kesehatan Kota Medan ditanggung jawabi
oleh masing-masing bidang dan sub bidang.Bidang yang selalu menjadi sorotan
adalah bidang pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan hasil yang dapat
dinilai oleh masyarakat.Setiap 5 tahun, diadakan Rakerkesda untuk menentukan
visi, misi, tujuan dalam penyusunan program kerja.Adapun tanggung jawab
Dinas Kesehatan Kota Medan yang paling penting yaitu dalam pengaturan
puskesmas.Dalam hal ini, telah dibuat program dan sasaran kegiatan yang harus
dilaporkan puskesmas setiap tahunnya sebagai evaluasi.

5.2. Saran
Program-progam yang sudah berjalan harus dievaluasi dan diawasi
dengan ketat. Sehingga program tidak hanya sekedar baik disusun, tetapi juga
baik dalam implementasinya.

Anda mungkin juga menyukai