Anda di halaman 1dari 31

BAB

1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak asasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1


dan UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan) dan sekaligus sebagai
investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh
setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa, agar masyarakat
dapat menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Undang Undang Kesehatan
Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 17 dan 18 menyatakan bahwa Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi,
dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah juga bertanggung
jawab untuk memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat
dalam segala bentuk upaya kesehatan. Hal ini perlu dilakukan karena
kesehatan bukanlah tanggungjawab pemerintah saja, namun merupakan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta.
Telah banyak keberhasilan yang dicapai dalam pembangunan
kesehatan di Provinsi NTB, namun bila mengacu pada sasaran Rencana
Strategis Dinas Kesehatan Provinsi NTB 2019-2023, banyak sasaran
program yang belum tercapai. Berdasarkan SDKI 2012, Angka Kematian
Ibu (AKI) di NTB sebesar 251 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini lebih
rendah dibandingkan AKI nasional (359 per 100.000 KH). Namun Angka
Kematian Bayi di provinsi NTB sebesar 57 per 1000 kelahiran hidup, lebih
tinggi dibandingkan angka nasional, yaitu 33 per 1000 kelahiran hidup.
Demikian pula halnya dengan angka kesakitan yang sekalipun menurun
tetapi belum sesuai harapan. Provinsi NTB masih menjadi salah satu
provinsi penyumbang terbesar angka penyakit menular seperti TB, Kusta,
ISPA, Diare, Malaria dan DBD. Selain penyakit menular, penyakit tidak

1
menular seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, Diabetes mellitus dan
Obesitas sebagian besar meningkat. Berdasarkan data Riskesdas 2017,
jumlah penderita hipertensi hasil pengukuran sebesar 24,9% dan obesitas
4,6%.
Masalah gizi pada balita pada tahun 2019 sekalipun mengalami
penurunan dari tahun 2018, tapi masih cukup tinggi dan membutuhkan
perhatian. Kejadian stunting 29,87% menurun dari 31,95% tahun 2018,
balita kurus 5,14% menurun dari tahun 2018 sebesar 6,52%. Sebaliknya
prevalensi gizi kurang meningkat selama tiga tahun berturut-turut yaitu
17,01% (2015), 20,20% (2016) dan 22,60% (2017). Tahun 2018 kasus
Gizi buruk balita sebanyak 382 kasus.
Penemuan dini kasus gizi buruk melalui pemantauan pertumbuhan
di Posyandu belum berjalan optimal. Kunjungan sasaran ke Posyandu
(D/S) sebesar 84,29% atau sebanyak 15,8% balita tidak terpantau. Balita
yang naik berat badannya (N/D) sebesar 64,63% atau 35,37% balita
bermasalah pertumbuhannya. Permasalahan tumbuh kembang anak ini
tidak terlepas dari masalah manajemen posyandu. Dari jumlah kader
sebanyak 35.231 orang, 9.003 orang diantaranya belum terlatih. Idealnya
semua kader posyandu itu terlatih. Sarana prasarana posyandu juga
belum mendukung pelaksanaan kegiatan. Dukungan anggaran dari
pemerintah desa / kelurahan untuk posyandu juga masih terbatas.
Posyandu sebagai wujud peran serta masyarakat dalam pelayanan
kesehatan dituntut untuk lebih responsive dan efektif dalam mengatasi
berbagai permasalahan kesehatan di masyarakat. Karena itu Posyandu
harus bisa memperluas jangkauan pelayanannya, tidak hanya balita, ibu
hamil dan ibu menyusui, tetapi juga sasaran startegis lainnya seperti
remaja dan Lansia.
Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-
2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015, disebutkan bahwa salah satu acuan bagi arah
kebijakan Kementerian Kesehatan adalah penerapan pendekatan
pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan berkesinambungan
(continuum of care) untuk dapat melaksanakan pelayanan kesehatan
yang holistik dan berkesinambungan terhadap seluruh tahapan siklus
hidup manusia. Hal ini berarti bahwa pelayanan kesehatan harus
dilakukan terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia (life cycle),
sejak masih dalam kandungan, sampai lahir menjadi bayi, tumbuh
menjadi anak balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa muda (usia
produktif), dan akhirnya menjadi lanjut usia.

2
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah provinsi NTB
berikhtiar untuk menghidupkan (Revitalisasi) posyandu ini dengan
memperluas sasaran, memadukan program serta perbaikan manajemen
posyandu, melalui suatu inovasi yang disebut Posyandu Keluarga.
Posyandu Keluarga bertujuan mendekatkan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat di tingkat dusun/lingkungan, khususnya untuk sasaran
Ibu Hamil, Ibu menyusui, Bayi, Balita, Remaja, usia produktif dan Lansia.
Misi Posyandu Keluarga sejalan dengan kebijakan Pemerintah yaitu
Program Indonsia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK). PIS-PK
menekankan pentingnya pemberdayaan di tingkat keluarga, agar semua
anggota keluarga mampu secara mandiri mendeteksi permasalahan
kesehatan serta mampu mengatasinya dengan bantuan teknis dari
petugas kesehatan dan unsur masyarakat.
Berikut ini Petunjuk Teknis Posyandu Keluarga yang merupakan acuan
bagi pemerintah Kabupaten / Kota, Kecamatan, Desa / Kelurahan serta
unsur masyarakat dalam pembentukan, pelaksanaan dan pembinaan
Posyandu Keluarga.

B. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28H


2. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang No 6 Tentang Desa
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-undang No 6 Tentang Desa
8. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

3
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Puskesmas
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 54 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos
Pelayanan Terpadu
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan
Terpadu
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat
Kesehatan Masyarakat
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Kewenangan Desa
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 18 Tahun 2018 tentang
Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa
19. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
20. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
21. Inpres Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
22. Peraturan Daerah Provinsi NTB Nomor 7 Tahun 2011 Tentang
Perlindungan dan Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak Balita.
23. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi NTB Tahun 2019-
2023.

4
BAB

2 KONSEP DASAR
POSYANDU KELUARGA

A. Pengertian
Posyandu Keluarga merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang memberikan pelayanan
kesehatan dasar kepada keluarga meliputi ibu hamil, ibu menyusui, bayi,
balita, remaja, usia produktif dan lansia serta terintegrasi dengan program
lain yang sinergis untuk meningkatkan derajat kesehatan menuju
katahanan keluarga.

B. Tujuan
Tujuan Umum :
Mendekatkan akses dan meningkatkan cakupan layanan kesehatan dasar
bagi anggota keluarga di tingkat dusun / lingkungan.

Khusus :
1. Deteksi dini tumbuh kembang anak usia 0 – 6 tahun.
2. Memantau dan meningkatkan kesehatan keluarga (bayi, balita, remaja,
ibu hamil, ibu nifas, menyusui).
3. Mendeteksi dini faktor risiko PTM pada anggota keluarga.
4. Meningkatkan status kesehatan lanjut usia agar sehat, mandiri dan
produktif
5. Mencegah kekerasan terhadap Anak, remaja dan Perempuan (KTA/P).
6. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat .
7. Menjadi tempat Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada
masyarakat.
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5
C. Sasaran
Yang menjadi sasaran Posyandu Keluarga adalah masyarakat di wilayah
kerja Posyandu yang bersangkutan yang meliputi :
1. Ibu Hamil dan Menyusui
2. Bayi
3. Balita
4. Remaja (10-19 tahun)
5. Usia produktif (15 – 59 tahun)
6. Lanjut Usia

D. Fungsi
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan
keterampilan hidup sehat bagi anggota keluarga.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang
mencakup upaya promotif dan preventif bagi seluruh anggota
keluarga.
3. Sebagai surveilans dan pemantauan kesehatan seluruh anggota
keluarga di wilayah sekitar posyandu keluarga.
4. Sebagai wadah keterpaduan program-program lintas sektoral yang
sinergis dalam meningkatkan derajat kesehatan keluarga.

E. Manfaat
1. Bagi Keluarga dan Masyarakat

a. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang meliputi upaya


kesehatan preventif dan promotif dalam penanganan masalah
kesehatan dalam keluarga.
b. Membantu keluarga dan masyarakat dalam membentuk anggota
keluarga yang memiliki keterampilan sosial yang baik sehingga
dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan
optimal menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

6
2. Bagi Petugas Kesehatan

a. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada anggota


keluarga dan masyarakat.
b. Membantu anggota keluarga dalam memecahkan masalah
kesehatan spesifik sesuai dengan keluhan yang dialaminya

3. Bagi Pemerintah Desa/ Kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh


agama, organisasi kemasyarakatan lainnya.

a. Meningkatkan koordinasi dalam pemberian pelayanan kesehatan


dasar secara terpadu kepada anggota keluarga, sesuai dengan
tugas, pokok, fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.

F. Lokasi
Posyandu Keluarga berlokasi di Dusun/Lingkungan. Tempat pelaksanaan
kegiatan Posyandu Keluarga disesuaikan dengan kondisi di daerah.

7
BAB

3 PEMBENTUKAN DAN
PENGORGANISASIAN

A. Pembentukan Posyandu Keluarga


Posyandu Keluarga dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan
tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan untuk seluruh anggota
keluarga, meliputi : Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Bayi, Balita, Remaja, Usia
Produktif dan Lansia. Pendirian Posyandu Keluarga ditetapkan dengan
keputusan Kepala Desa/Lurah setelah berkoordinasi dengan Kepala
Puskesmas setempat.
Pembentukan Posyandu Keluarga bersifat fleksibel, dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan, permasalahan dan kemampuan sumber daya.
Posyandu Keluarga dibentuk / dikembangkan mulai dari Posyandu yang
sudah mencapai strata Purnama.
Langkah-langkah pembentukan Posyandu Keluarga dapat dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pendekatan Internal
Tujuan pendekatan internal adalah mempersiapkan petugas kesehatan
agar bersedia dan memiliki kemampuan mengelola serta membina
Posyandu Keluarga. Dalam upaya untuk meningkatkan layanan secara
profesional, Pimpinan Puskesmas harus memberikan motivasi dan
ketrampilan kepada para petugas Puskesmas sehingga mampu bekerja
bersama untuk kepentingan masyarakat. Untuk ini, perlu dilakukan
berbagai orientasi/sosialisasi/pelatihan dengan melibatkan seluruh
petugas Puskesmas.
2. Pendekatan Eksternal
Tujuan pendekatan eksternal adalah mempersiapkan masyarakat dan
pemangku kepentingan seperti kepala desa, kepala dusun, tokoh
masyarakat/ tokoh agama, agar dapat mendukung penyelenggaraan
Posyandu Keluarga. Untuk itu perlu dilakukan berbagai pendekatan,

8
misalnya berkoordinasi melalui Forum Desa Siaga, Pokja Posyandu
Desa. Dukungan yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan
material, seperti kesepakatan/persetujuan masyarakat tentang bantuan
yang akan diberikan berupa dana, tempat penyelenggaraan atau
peralatan Posyandu Keluarga.
3. Survei Mawas Diri (SMD)
Tujuan SMD adalah menimbulkan rasa memiliki masyarakat melalui
temuan sendiri masalah yang dihadapi serta potensi yang dimiliki. SMD
dilakukan oleh masyarakat dengan bimbingan petugas Puskesmas,
aparat pemerintahan desa/kelurahan, dan Forum Desa Siaga, Pokja
Posyandu. SMD dilakukan satu kali (1 x) di awal pembentukan
Posyandu Keluarga. Untuk itu sebelumnya perlu dilakukan pemilihan
dan pelatihan anggota masyarakat yang dinilai mampu melakukan SMD
seperti guru, anggota Pramuka Saka Bakti Husada, kelompok
dasawisma-PKK, anggota karang taruna, siswa atau kalangan
pendidikan lainnya yang ada di desa/kelurahan. Pelatihan yang
diselenggarakan mencakup penetapan responden, metode wawancara
sederhana, penyusunan dan pengisian daftar pertanyaan serta
pengolahan hasil pengumpulan data.
4. Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Inisiatif penyelenggaraan MMD adalah para tokoh masyarakat yang
mendukung pembentukan Posyandu Keluarga. Peserta MMD adalah
anggota masyarakat setempat. Materi pembahasan adalah hasil SMD
serta data kesehatan lainnya yang mendukung. Hasil yang diharapkan
dari MMD adalah ditetapkannya daftar urutan masalah prioritas dan
upaya kesehatan yang akan dilakukan, yang disesuaikan dengan
kegiatan utama Posyandu Keluarga. Jika masyarakat menetapkan
masalah dan upaya kesehatan lain di luar kegiatan utama Posyandu
Keluarga, masalah dan upaya kesehatan tersebut tetap dimasukkan
dalam daftar urutan kegiatan.
5. Pembentukan dan Pemantauan Kegiatan Posyandu Keluarga
Pembentukan dan pemantauan kegiatan Posyandu Keluarga dilakukan
dengan kegiatan sebagai berikut:
a. Pembentukan Posyandu Keluarga dilakukan melalui MMD
berdasarkan SMD.
b. Pemilihan Pengurus dan Kader Posyandu Keluarga
c. Orientasi Pengurus dan Pelatihan Kader Posyandu Keluarga

9
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengurus dan kader
terpilih perlu diberikan sosialisasi dan orientasi/pelatihan.
Sosialisasi ditujukan kepada Pengurus Posyandu Keluarga dan
orientasi/pelatihan ditujukan kepada Kader Posyandu Keluarga,
yang keduanya dilaksanakan oleh Puskesmas sesuai dengan
pedoman yang berlaku. Pada waktu menyelenggarakan sosialisasi
pengurus, sekaligus disusun rencana kerja (Plan of Action)
Posyandu Keluarga yang akan dibentuk, lengkap dengan waktu
dan tempat penyelenggaraan, pelaksana dan pembagian tugas,
sarana dan prasarana yang diperlukan.
d. Posyandu Keluarga
Pengurus dan kader yang telah mengikuti orientasi dan pelatihan,
selanjutnya mengorganisasikan diri ke dalam wadah Posyandu
Keluarga. Peresmian Posyandu Keluarga dapat dilaksanakan
dalam suatu acara khusus yang dihadiri oleh pimpinan daerah,
tokoh serta anggota masyarakat setempat, atau disesuaikan
dengan situasi dan kondisi setempat.
e. Penyelenggaraan dan Pemantauan
Kegiatan Posyandu Keluarga
Setelah Posyandu Keluarga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan
pelaksanaan kegiatan Posyandu Keluarga secara rutin. Secara
berkala kegiatan Posyandu Keluarga dipantau oleh Puskesmas,
yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan
pengembangan Posyandu Keluarga secara lintas sektoral.

B. Pengorganisasian Posyandu Keluarga


1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Posyandu Keluarga ditetapkan oleh musyawarah
masyarakat (MMD) pada saat pembentukan Posyandu Keluarga.
Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel, sesuai sesuai dengan
kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan sumberdaya.
Struktur organisasi posyandu keluarga minimal terdiri dari :
a. Penasehat
b. Ketua
c. Sekretaris

10
d. Bendahara
e. Seksi-seksi :
- Seksi penggerakan masyarakat
- Seksi pelayanan
- Seksi usaha
- Seksi data dan informasi
2. Pengelola Posyandu
Pengelola Posyandu Keluarga adalah unsur masyarakat, lembaga
kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga mitra pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih-
bersedia-mampu dan memiliki waktu serta kepedulian terhadap
pelayanan kesehatan keluarga.

C. Kedudukan Posyandu Keluarga

1. Kedudukan Posyandu Keluarga terhadap Pemerintah Desa/


Kelurahan
Pemerintah desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/
kelurahan. Kedudukan posyandu terhadap pemerintah
desa/kelurahan adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan dan sosial dasar lainnya yang secara
kelembagaannya dibina oleh pemerintah desa/kelurahan.

2. Kedudukan Posyandu Keluarga terhadap Kelompok Kerja (Pokja)


Posyandu
Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya
mempunyai keterkaitan dalam pembinaan, penyelenggaraan /
pengelolaan Posyandu yang berkedudukan di desa / kelurahan.
Kedudukan posyandu keluarga terhadap pokja adalah sebagai satuan
organisasi yang mendapat binaan aspek administratif, keuangan, dan
program dari pokja.

3. Kedudukan Posyandu Keluarga terhadap berbagai UKBM


UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan, yang salah satu di antaranya adalah posyandu.

11
Kedudukan posyandu keluarga terhadap UKBM dan berbagai
lembaga kemasyarakatan / LSM desa / kelurahan yang bergerak di
bidang kesehatan adalah sebagai mitra.

4. Kedudukan Posyandu Keluarga terhadap Puskesmas


Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab melaksanakan
pembangunan kesehatan di Kecamatan. Kedudukan Posyandu
Keluarga terhadap Puskesmas adalah sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh
Puskesmas.

D. Kader Posyandu Keluarga


Kader posyandu keluarga adalah kader kesehatan yang bertugas selama
ini di Posyandu, posbindu, posyandu remaja, dan posyandu lansia.
Secara umum, mereka adalah tenaga sukarela yang memiliki kemauan,
kemampuan dan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di
posyandu. Mengingat adanya perluasan sasaran Posyandu Keluarga,
jumlah kader minimal 7- 8 orang. Kader yang melayani sasaran remaja
dapat direkrut dari remaja dari Pramuka Saka Bakti Husada atau Karang
Taruna. Demikian juga dengan lansia, dapat di rekrut kader dari para
purnakarya (pensiunan) yang masih bersedia mengabdikan dirinya untuk
kesehatan.

E. Tugas dan Tanggung Jawab Para Pelaksana


Terselenggaranya pelayanan Posyandu Keluarga melibatkan banyak
pihak. Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam
menyelenggarakan Posyandu Keluarga adalah sebagai berikut.

1. Kader Posyandu Keluarga


a. Sebelum hari pelaksanaan Posyandu Keluarga (pada hari H-),
antara lain:
1) Menyebarluaskan hari pelaksanaan Posyandu Keluarga
melalui pertemuan warga setempat atau melalui media
komunikasi yang tersedia (speaker pada
Masjid/Pura/Gereja/Wihara), termasuk media sosial.
2) Mempersiapkan sasaran, tempat, sarana prasarana dan
media KIE.

12
3) Melakukan pembagian tugas antar Kader.
4) Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas terkait

b. Pada hari pelaksanaan Posyandu Keluarga ( hari H), antara lain:


1) Melaksanakan kegiatan Posyandu Keluarga mengacu pada
sistem pelayanan (lihat bagan di BAB 5)
2) Setelah sesi pelayanan Posyandu selesai, kader dan petugas
Puskesmas melengkapi pencatatan dan membahas hasil
kegiatan serta merencanakan tindak lanjut (termasuk menilai/
mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari
Posyandu pada bulan berikutnya).
c. Setelah hari pelaksanaan Posyandu Keluarga ( pada hari H + ),
antara lain:
1) Melaksanakan kegiatan kunjungan rumah untuk memastikan
keadaan kesehatan sasaran posyandu.
2) Mengikuti dan melaksanakan kegiatan lain yang terkait
Posyandu Keluarga.
3) Menyampaikan hasil pelayanan posyandu keluarga ke
desa/kelurahan melalui pokja posyandu.

2. TP-PKK
1) Optimalisasi peran dasawisma
2) Melakukan pendataan sasaran
3) Melakukan pembinaan kader

3. Petugas Kesehatan (Bidan Desa, Perawat Pustu, dan Puskesmas)


Kehadiran tenaga kesehatan di Posyandu Keluarga adalah paling
sedikit satu kali dalam sebulan. Peran tenaga kesehatan pada
pelaksanaan Posyandu Keluarga antara lain:

1) Menyelenggarakan pelayanan dan promosi kesehatan.


2) Membimbing dan mendampingi kader dalam penyelenggaraan
Posyandu Keluarga.

3) Melakukan pengolahan, visiualisasi data dan melaporkan hasil


pelayanan posyandu keluarga ke Puskesmas serta menyusun

13
rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan
kebutuhan Posyandu Keluarga.

4) Melakukan koordinasi dengan stakeholders di tingkat Kecamatan


dan Desa / Kelurahan untuk keberlangsungan Posyandu Keluarga.

4. Pemangku Kepentingan
1) Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional
(Pokjanal) Kecamatan:

1) Mengaktifkan Pokjanal Posyandu Kecamatan denganSK


Camat

2) Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan


Posyandu Keluarga.

3) Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja


Posyandu Keluarga.

4) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan


Posyandu Keluarga secara teratur.

2) Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab


Pokja Posyandu Keluarga Desa/Kelurahan:

1) Membentuk Pokja Posyandu dengan SK Kepala Desa/Lurah

2) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk


penyelenggaraan Posyandu Keluarga

3) Mengkoordinasikan penggerakan sasaran untuk dapat hadir


pada hari buka Posyandu Keluarga.

4) Mengkoordinasikan peran kader Posyandu Keluarga, pengurus


Posyandu dan tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam
penyelenggaraan Posyandu Keluarga.

5) Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu Keluarga bersama


Pokja Posyandu dengan mengolah dan visualisasi data.

6) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan


Posyandu Keluarga secara teratur.

14
3) Instansi / Lembaga / Sektor terkait :
1) BAPPEDA : berperan dalam koordinasi perencanaan umum,
dukungan program dan anggaran serta evaluasi terkait
pengembangan Posyandu Keluarga.
2) Badan/ Kantor/ Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa (DPMPD) : berperan dalam fungsi
koordinasi penyelenggaraan pembinaan, penggerakan peran
serta masyarakat, koordinasi perencanaan dan penganggaran
ADD, Dana Desa/Kelurahan,mengaktifkan Pokjanal Posyandu
Kabupaten/Kota (SK Bupati/Walikota) serta pengembangan
jaringan kemitraan, pengembangan metode pendampingan
masyarakat, teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan dan
sebagainya
3) Dinas Kesehatan : berperan dalam membantu pemenuhan
sarana prasaran pelayanan kesehatan (pengadaan alat
timbangan/ Antropometri Kit, PKPR Kit, Lansia Kit, buku KIA,
media KIE, obat-obatan, vaksin/logistik imunisasi, vitamin, MP-
ASI, PMT, dll) serta dukungan bimbingan tenaga teknis
kesehatan
4) Dinas PPKB/ PA/ BKKBN : berperan dalam peningkatan usia
pernikahan, penguatan pengetahuan dan keterampilan tentang
perlindungan anak, membantu peningkatan kualitas Kader,
penyediaan materi pendukung kegiatan Posyandu seperti,
leaflet, lembar balik, peralatan permainan edukatif, dll.
5) Dinas Pendidikan/ Pemuda/ Olah Raga : berperan dalam
penggerakan peran serta masyarakat sekolah dan pendidikan
luar sekolah, misalkan melalui jalur program Upaya Kesehatan
Sekolah (UKS), pembinaan pengorganisasian Kader
Kesehatan di tingkat kecamatan dengan pembekalan materi
leadership, pemberdayaan remaja (pemuda), termasuk
keterampilan remaja (pemuda).
6) Kantor Wilayah Kementerian Agama/ KUA : berperan dalam
penyuluhan melalui jalur agama, persiapan imunisasi bagi
calon pengantin, penyuluhan di pondok-pondok pesantren dan
lembaga pendidikan keagamaan, mobilisasi dana-dana, dsb.
7) Dinas Pertanian/ Ketahanan Pangan/ Peternakan/ Perikanan :
berperan dalam hal pendayagunaan tenaga penyuluh

15
lapangan, diversifikasi pangan, gemar makan ikan, pembagian
bibit untuk posyandu, bantuan paket pangan, dll.
8) Dinas Perindustrian/ Koperasi /UKM /Perdagangan : berperan
dalam hal penyuluan gizi, khususnya penggunaan garam
beryodium, pengembangan industry pangan rumah tangga,
peningkatan pendapatan Kader/ keluarga, pengembangan
usaha posyandu, dsb.
9) Dinas Sosial / Catatan Sipil : berperan dalam hal penyuluhan
pendayagunaan Karang Taruna, peningkatan cakupan Akta
Kelahiran, pembinaan kesejahteraan Lansia dan penyaluran
berbagai bantuan social (PKH), dsb
10) Dinas Lingkungan Hidup : berperan dalam hal integrasi
kegiatan penyehatan lingkungan (Zero Waste) ke dalam
posyandu keluarga
11) BNN Kabupaten/Kota : berperan dalam hal penyuluhan terkait
bahaya NAPZA
12) Kepolisian Sektor : berperan dalam hal penyuluhan terkait
bahaya NAPZA, kecelakaan lalu lintas, tindakan kriminal,
kekerasan dsb
13) Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota : berperan
dalam hal penanggulangan HIV/AIDS dan pemberdayaan
remaja peduli AIDS
14) Organisasi Wanita/ Kemasyarakatan (PKK/ GOW, Forum
Pondok Pesantren, Organisasi Keagamaan) : berperan dalam
peningkatan / revitalisasi Dasa Wisma, pembinaan/
pendayagunaan Kader, motivasi masyarakat, penyuluhan dan
bimbingan teknis, dan sebagainya.
15) Organisasi Profesi Kesehatan / Tenaga Sosial lainnya :
berperan dalam pelayanan kesehatan dan sosial, penyuluhan/
motivasi masyarakat, pembinaan keluarga, Posyandu binaan,
dll.
16) Dinas / institusi / lembaga lain yang potensial : berperan dalam
integrasi program unggulan ke dalam Posyandu Keluarga,
seperti program Generasi Emas NTB (GEN), Pengamanan
Pangan, dll.
17) Tokoh Masyarakat / Forum Peduli Kesehatan : berperan dalam
penggalangan sumber daya untuk kelangsungan

16
penyelenggaraan Posyandu Keluarga, menaungi dan membina
kegiatan Posyandu keluarga dan menggerakkan masyarakat
untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam kegiatan Posyandu
Keluarga.
18) Swasta/Dunia Usaha: berperan dalam memberikan dukungan
sarana dan dana (CSR) untuk pelaksanaan kegiatan Posyandu
Keluarga, berperan aktif sebagai sukarelawan dalam
pelaksanaan kegiatan Posyandu Keluarga.

F. Integrasi Kegiatan
1. Posbindu PTM, Posyandu Remaja dan Posyandu Lansia.
Pelaksanaan kegiatan Posbindu. Posyandu Remaja dan Posyandu
Lansia dapat dipadukan dengan Posyandu Keluarga. Keterpaduan
meliputi tempat dan waktu pelaksanaan atau salah satunya, karena
sasaran Posbindu, Posyandu Remaja dan Posyandu Lansia juga
merupakan sasaran Posyandu Keluarga, seperti Remaja, usia
produktif dan Lansia.

2. Penanggulangan Stunting
Posyandu Keluarga merupakan wadah terdepan penanggulangan
stunting, karena semua sasaran penanggulangan stunting, yaitu 1000
HPK, merupakan sasaran Posyandu Keluarga. Penyuluhan gizi dan
pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil serta anak Baduta
sangat efektif dilakukan di Posyandu Keluarga. Demikian juga dengan
koordinasi kegiatan sensitive stunting seperti air bersih, sanitasi, dapat
dilakukan di lokasi Posyandu.

3. Generasi Emas NTB (GEN)


Tujuan program GEN adalah membentuk Keluarga atau Pasangan
Ramah Anak atau disingkat PARANA. Dari PARANA inilah diharapkan
lahir anak-anak atau generasi yang sehat dan cerdas. Pembinaan /
pendampingan PARANA dapat dipadukan dengan Posyandu
Keluarga, yaitu pada hari H (-) atau H (+) Posyandu, melalui kunjungan
rumah oleh kader.

4. Zero waste
Program Zero Waste yang sedang digalakkan Pemerintah Daerah,
dapat dipadukan dengan Posyandu Keluarga. Misalnya dengan

17
menjadikan Posyandu sebagai lokasi pemilahan sampah, posyandu
sebagai Bank Sampah, posyandu sebagai tempat penyuluhan /
pelatihan pengolahan sampah (Pelatihan 3 R).

5. Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP)


Pendewasaan usia pernikahan (PUP) merupakan program pemerintah
untuk mengatur usia pernikahan masyarakat agar sesuai peraturan
perundangan. Pada saat pelayanan posyandu keluarga, sasaran dapat
diberikan edukasi tentang PUP melalui penyuluhan kelompok atau
komunikasi antar pribadi.

G. Pembiayaan Posyandu Keluarga


Sumber-sumber pembiayaan Posyandu Keluarga dapat berasal dari
APBN (Dekonsentrasi, BOK), APBD Provinsi, APBD Kab/Kota,
APBDes/Kelurahan dan sumber-sumber dana lainnya yang tidak mengikat
(CSR, Bansos, BAZNAS, LAZNAS, dll). Dana tersebut digunakan untuk:

1. Honor / insentif Kader

2. Pengadaan atau pemeliharaan sarana prasarana posyandu

3. Pembinaan peningkatan kapasitas (pelatihan) petugas kesehatan,


Kader,dan sasaran Posyandu Keluarga

4. Biaya operasional kesekretariatan pokja Posyandu

5. Biaya operasional pembinaan, supervisi, bimbingan teknis

6. Dukungan biaya operasional Posyandu Keluarga, seperti Pemberian


Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan/pemulihan, bahan praktek
penyuluhan.

7. Kegiatan lain-lain sesuai dengan kewenangan desa/kelurahan.

18
BAB

4 JENIS KEGIATAN
POSYANDU KELUARGA

A. Kegiatan Utama
Dalam pelaksanaan Posyandu Keluarga, kegiatan utamanya adalah
mencakup program / kegiatan yang ada di Posyandu dengan sasaran ibu
dan anak, remaja, usia produktif dan lansia, rinciannya sebagai berikut :
1. Kegiatan dengan Sasaran Ibu dan Anak :
a. Perbaikan Gizi (Pemantauan Pertumbuhan, Vitamin A, Obat
Cacing,Tablet tambah darah (Fe), PMT/ MP-ASI, penyuluhan
gizi)
b. Kesehatan Ibu dan Anak (Pelayanan Ibu Hamil, Pelayanan Ibu
Nifas, Kelas Ibu, P4K).
c. Keluarga Berencana (pelayanan kontrasepsi dan konseling)
d. Imunisasi
e. Penanggulangan Diare (oralit dan rujukan).

2. Kegiatan dengan sasaran Remaja :


a. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) :
1) Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP)
2) Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat/ PKHS,

19
3) Kesehatan reproduksi remaja,
4) Kesehatan jiwa dan NAPZA,
5) Gizi remaja
6) Aktifitas Fisik
7) Penyakit Tidak Menular (PTM)
8) Pencegahan kekerasan pada remaja
9) Kecelakaan lalu lintas
b. Pelayanan Kesehatan :
1) Konseling HIV/AIDS, VCT,
2) Skrining Psikososial dengan PSC,
3) Pengukuran antropometri (BB, TB, LILA, IMT)
4) Suplemen gizi (TTD / MMN)
5) Latihan Fisik (senam, peregangan)
6) Deteksi dini PTM (periksa tekanan darah, gula darah, lemak
darah, gangguan penglihatan)
7) Pendampingan korban kekerasan

3. Kegiatan dengan sasaran Usia Produktif


1) Deteksi Dini Faktor Resiko
2) Pemeriksaan status mental.
3) Pemeriksaan status gizi (BB, TB, IMT, Lingkar Perut)
4) Pengukuran tekanan darah
5) Pengukuran Suhu Tubuh
6) Pemeriksaan laboratorium, meliputi : hemoglobin, albumin,
asam folat serum, glukosa, natrium serum)
7) Penyuluhan Kesehatan dan Gizi
8) Aktifitas Fisik (Prolanis)
9) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan

10.Konseling HIV/AIDS, VCT,

1) Skrining Psikososial dengan PSC,

20
2) Pengukuran antropometri (BB, TB, LILA, IMT)
3) Suplemen gizi (TTD / MMN)
4) Latihan Fisik (senam, peregangan)
5) Deteksi dini PTM (periksa tekanan darah, gula darah,
gangguan penglihatan)

6) Pendampingan korban kekerasan

4. Kegiatan dengan sasaran Lansia :


a. Pemeriksaan aktifitas sehari-hari untuk menilai tingkat
kemandirian lanjut usia
b. Pemeriksaan status mental.
c. Pemeriksaan status gizi (BB, TB, IMT, Tinggi Lutut, tinggi
duduk, Lingkar Perut)
d. Pengukuran tekanan darah
e. Pengukuran Suhu Tubuh
f. Pemeriksaan laboratorium, meliputi : hemoglobin, albumin,
asam folat serum, glukosa, natrium serum)
g. Penyuluhan Kesehatan dan Gizi
h. Aktifitas Fisik (Prolanis)
i. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan

B. Kegiatan Pengembangan
Selain kegiatan utama, di Posyandu Keluarga dapat dilaksanakan
kegiatan pengembangan yang mendukung peningkatan derajat kesehatan
dan ketahanan keluarga, antara lain sebagai berikut :
1. Bina Keluarga Balita
2. Bina Keluarga Remaja
3. Bina Keluarga Lansia
4. Kelas Ibu Hamil,Kelas Ibu Balita,Kelas Gizi,dan kelompok pendukung
PMBA
5. Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)

21
6. Pendewasaan Usia Pernikahan
7. Kegiatan ekonomi produktif, seperti Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
8. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas)
9. Bank Sampah / Zero Waste
10. Generasi Emas NTB (GEN)
11. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
12. Pelestarian/ Penyehatan Lingkungan dan Air Bersih
13. Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan
pekaraangan, melalui Asuhan Mandiri Taman Obat Keluarga dan
akupresure (ASMANTOSUR)
14. Halaman Asri Teratur Indah dan Nyaman (HATINYA PKK) dan Tanam
Cabai dan Pelihara Unggas (TANCAP GAS)
15. Kegiatan Mitigasi Bencana,Buruh Migran,Pasung dan Kekerasan
Perempuan dan Anak (KTP/A)
16. Kegiatan inovatif yang bisa menarik sasaran untuk datang ke
Posyandu Keluarga, misalnya : pemeriksaan USG untuk ibu hamil,
pijat bayi, dll).

22
BAB

5 PENYELENGGARAAN
POSYANDU KELUARGA

A. Tahapan Penyelenggaraan
Seperti halnya Posyandu pada umumnya, penyelenggaraan
Posyandu Keluarga diselenggarakan dan digerakkan oleh Kader
Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait.
Dalam konteks kebijakan daerah yaitu pelaksanaan Revitalisasi
Posyandu, maka ada beberapa langkah strategis yang dapat ditempuh
untuk penyelenggaraan Posyandu Keluarga :
1. Pembentukan Posyandu Keluarga :
a. Pendataan Posyandu, posbindu, posyandu remaja dan posyandu
lansia : untuk mengetahui jumlah posyandu, posbindu, posyandu
remaja dan posyandu lansia saat ini beserta stratanya, jumlah
sasaran (bayi, balita, remaja,bumil dan lansia), sarana prasarana
yang dimiliki, jumlah kader, dll. Pendataan dilakukan oleh
puskesmas bersama kader.
b. Penentuan target jumlah Posyandu Keluarga yang akan dibentuk,
selama 5 tahun ke depan. Roadmap Posyandu Keluarga ini
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa / Lurah.
c. Advokasi Kabupaten / Kota untuk menyiapkan regulasi dan
perangkat lainnya untuk pembentukan Pokja posyandu dan
Posyandu keluarga.
d. Pembentukan Posyandu Keluarga, didukung dengan SK Desa /
Kelurahan.

23
2. Pelatihan Kader Posyandu Keluarga :
a. Berdasarkan hasil pendataan, puskesmas merencanakan/
melaksanakan pelatihan bagi pelaksana Posyandu Keluarga
(Kader , Bidan Desa, Perawat Pustu dan Tim Posyandu
Puskesmas).
b. Pelatihan dapat dilakukan dengan orientasi baik klasikal di
puskesmas / balai desa maupun di lokasi posyandu (on the job
training).
c. Pelatihan dapat diintegrasikan dengan program terkait, misalnya
dengan pelatihan zero waste, pelatihan stunting, pelatihan GEN,
dll.
3. Penyiapan sarana prasarana Posyandu Keluarga :
a. Berdasarkan hasil pendataan, puskesmas melakukan koordinasi
dengan pihak desa/kelurahan dan lintas sektoral kecamatan untuk
penyiapan sarana prasarana posyandu keluarga ( formulir RR,
antropometri kit, lansia kit, ruangan konseling, mebeler, media
KIE, dll).
b. Pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana menjadi
tanggung jawab Desa/ Kelurahan. Jika tidak memungkinkan dari
segi biaya, dapat diakomodir pada perencanaan tahun berikutnya.
c. Perencanaan penganggaran Posyandu Keluarga ini agar tetap
dikawal dengan baik oleh petugas kesehatan (Puskesmas
maupun bidan desa/ Perawat Pustu), misalnya dengan mengikuti
forum Musrenbangdes.
4. Pelaksanaan Posyandu Keluarga :
Alur pelaksanaan Posyandu Keluarga adalah :

24
B. Waktu Penyelenggaraan
Waktu Penyelenggaraan Posyandu Keluarga dilaksanakan sekali setiap
bulan, dapat dilakukan pada pagi atau sore hari disesuaikan dengan hasil
kesepakatan.

C. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraaan Posyandu Keluarga sebaiknya berada pada
tempat yang mudah dijangkau oleh sasaran, sesuai dengan Kesepakatan.

D. Sarana Prasarana
SASARAN SARANA PRASARANA
Ibu Hamil / Ibu Ruangan / Kamar, bed,  Bidan Kit
Menyusui meubeler  Alat obat kontrasepsi
 TTD atau MMN
 Kohort / SIP
 Buku KIA
 Pita LILA
 Timbangan dewasa
 Media KIE (cetak dan elektronik)
 PMT Ibu Hamil
Bayi / Balita Tempat/ aula, meja,  Antropometri Kit (Dacin, Timbangan
kursi Bayi, mikrotoise, Pita LILA, LIKA,
LIDA)
 SDIDTK Kit
 Alat bantu dacin (kaki tiga, tali,
selotip)
 MP-ASI, PMT Balita

25
 Sirop besi, vitamin A
 Kohort / R I Gizi/ SIP
 Buku KIA
 Media KIE (cetak dan elektronik
Remaja, usia Ruangan / Kamar, bed  Antropometri Kit (Timbangan Dewasa,
produktif dan dan meubeler (meja, mikrotoise, Pita LILA, metelin)
lansia kursi)  Tensimeter
 Alat pemeriksaan darah
 TTD / MMN
 Formulir RR Kesehatan
Remaja/Kesehatan Lansia dan
Formulir PTM
 Buku Rapor Kesehatanku
 Media KIE (cetak dan elektronik)
 PKPR Set
 PMT Lansia
 Obat-obatan, vitamin untuk lansia.

E. Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan
dilaksanakan.

a. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan : Format baku


sesuai dengan program kesehatan per sasaran (bayi, balita,
remaja,ibu hamil,ibu menyusui dan Lansia), baik yang cetak
maupun elektronik (aplikasi).

b. Pelaporan kegiatan Posyandu Keluarga dilakukan setiap bulan,


dilaporkan ke Desa,Puskesmas dan Lintas Sektor terkait lainnya.

26
BAB

6 PEMBINAAN
POSYANDU KELUARGA

A. Bentuk Pembinaan dan Pengawasan


Bentuk pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui :
1. Pokjanal Posyandu Provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan
di tingkat Kabupaten/Kota terhadap pelaksanaan layanan kesehatan
dasar dan layanan sosial dasar lainnya di Posyandu
2. Pokjanal Posyandu Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan
pengawasan di tingkat Kecamatan terhadap pelaksanaan layanan
kesehatan dasar dan layanan sosial dasar lainnya di Posyandu
3. Pokjanal Posyandu Kecamatan melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan
layanan kesehatan sosial dasar lainnya di tingkat Desa / Kelurahan.
4. Pokja Posyandu Desa / Kelurahan melakukan pembinaan terhadap
pelaksanaan layanan kesehatan dasar dan layanan sosial dasar
lainnya di Posyandu Keluarga.
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana tersebut di atas dilakukan
melalui :
1. Sosialisasi / advokasi
2. Rapat koordinasi
3. Supervisi / Konsultasi
4. Workshop
5. Lomba-lomba
6. Penghargaan
7. Pelatihan dan Orientasi

27
B. Monitoring dan Evaluasi
1. Monitoring
a. Monitoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka
pengawasan atau pengendalian program Posyandu Keluarga, agar
program tersebut sesuai dengan kebutuhan, maka umpan balik dari
lapangan sangat diperlukan. Monitoring dilakukan secara terus
menerus, baik terhadap program maupun proses pelaksanaan
guna penyempurnaan lebih lanjut.
b. Tujuan Monitoring Mengetahui sejauh mana manfaat atau
kegunaan dari program Posyandu Keluarga yang telah
dilaksanakan, serta untuk mengetahui kendala dan hambatan yang
mungkin terjadi pada pelaksanaan program dan kegiatannya.
c. Sasaran Monitoring Sasaran monitoring dalam pelaksanaan dan
pengelolaan program Posyandu Keluarga adalah
 Kader Posyandu
 Pokja Posyandu Desa / Kelurahan
 Sasaran Posyandu
d. Monitoring dilakukan oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas
setempat dan Pokja Posyandu setempat pada setiap jenjang
dengan langkah sebagai berikut :
 Pokja Posyandu melakukan monitoring terhadap pelaksanaan
kegiatan Posyandu Keluarga di Kelurahan / Desa
 Kepala Desa atau Lurah selaku Pembina Pokja Posyandu
Keluarga melakukan monitoring terhadap pelaksanaan
program Posyandu Keluarga secara terus menerus
 Monitoring diverifikasi dengan melihat data, wawancara atau
pengamatan.
 Hasil monitoring dicatat pada instrumen monitoring.
e. Hasil yang diharapkan dapat dilihat dari capaian indikator input,
proses dan output
 Indikator Input, dipantau : perkembangan kader, sarana
prasarana, anggaran, regulasi, dll

28
 Indikator Proses, dipantau : kehadiran sasaran, kehadiran
kader, petugas, Pokja posyandu, pelaksanaan pelayanan
posyandu, konseling, KIE, dan kendala dalam pelaksanaan.
 Indikator Output, dipantau : Strata Posyandu Aktif, hasil
pelayanan kesehatan, hasil penimbangan, angka gizi buruk,
Ibu Hamil KEK,Hasil skrining PTM,Remaja dan Lansia,Angka
Kesakitan, Angka rujukan, dan kegiatan konvergensi lainnya
(zero waste, PUP, Buruh Migran, Mitigasi Bencana, KTP/A, dll).

2. Evaluasi
a. Evaluasi adalah salah satu kegiatan pembinaan melalui proses
pengukuran hasil yang dicapai dibandingkan dengan sasaran yang
telah ditentukan sebagai bahan penyempurnaan perencanaan dan
pelaksanaan Posyandu Keluarga.
b. Tujuan Evaluasi :
1) Memberikan umpan balik sebagai dasar penyempurnaan
program pembinaan dan pengembangan.
2) Mengukur keberhasilan seluruh program yang dilaksanakan
pada akhir kegiatan
c. Sasaran Evaluasi :
1) Sasaran Posyandu Keluarga (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, Bayi/
Balita, Remaja dan Lansia)
2) Pengelolaan posyandu.
d. Ruang lingkup evaluasi meliputi seluruh kegiatan Posyandu
Keluarga, proses maupun hasil pelaksanaannya
e. Unsur-unsur yang dievaluasi adalah :
1) Capaian program dalam kegiatan Posyandu Keluarga
2) Mekanisme pelaksanaan kegiatan
3) Tingkat keberhasilan maupun ketidakberhasilan kegiatan
Posyandu Keluarga.
f. Tehnik Evaluasi Penilaian dapat dilaksanakan melalui diskusi
kelompok terarah.

29
30
DAFTAR PUSTAKA

1. Juknis Posyandu Remaja Tahun 2018


2. Penyelenggaraan pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan
Masyarakat Tahun 2017
3. Pedoman Pengelolaan posyandu, Departemen Kesehatan RI, 2006.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.

31

Anda mungkin juga menyukai