Anda di halaman 1dari 6

A.

PROFIL DAERAH WONOSOBO


a) Secara Geografis
a. Letak

Kabupaten Wonosobo berjarak 120 km dari ibu kota Jawa Tengah (Semarang) dan 520
km dari Ibu kota Negara (Jakarta), berada pada rentang 250 dpl - 2.250 dpl dengan dominasi
pada rentang 500 dpl - 1.000 dpl sebesar 50% (persen) dari seluruh areal, menjadikan ciri
dataran tinggi sebagai wilayah Kabupaten Wonosobo dengan poisi pasial berada di tengah-
tengah Pulau Jawa dan berada diantara jalur pantai utara dan jalur pantai selatan.

Selain itu menjadi bagian terpenting dari jaringan Jalan Nasional ruas jalan Buntu -
Pringsurat yang memberi akses dari dan menuju dua jalur strategis nasional tersebut.
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa
Tengah yang terletak pada 70.11'.20" sampai 70.36'.24" garis Lintang Selatan (LS), serta
1090.44'.08" sampai 1100.04'.32" garis Bujur Timur (BT), dengan luas wilayah 98.468 hektar
(984,68 km2) atau 3,03% luas Provinsi Jawa Tengah.

b. Luas dan Batas Wilayah Administrasi


Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, dengan
Ibu Kota Wonosobo dan terletak 120 km sebelah Barat Laut Kota Semarang. Secara
geografis Kabupaten Wonosobo berada pada 70.11'.20" sampai 70.36'.24" garis Lintang
Selatan (LS), serta 1090.44'.08" sampai 1100.04'.32" garis Bujur Timur (BT), dengan luas
wilayah 98.468 hektar (984,68 km2) atau 3,03% luas Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah
sebesar itu secara administrasi terbagi dalam 15 kecamatan. Perincian luas dari tiap-tiap
kecamatan dapta ditunjukkan pada Tabel 1.1. di bawah ini.
Batas wilayah Kabupaten Wonosobo dapat dirinci sebagai berikut :
 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kendal dan
Kabupaten Batang;
 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang;
 Sebelah selatan berbatasab dengan Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen;
 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen.

Keadaan topografi wilayah Kabupaten Wonosobo secara umum merupakan perbukitan dan
pegunungan dengan sebagian besar (56.37%) kemiringan lereng antara 15 - 40%. Ditinjau
daari ketinggiannya, Kabupaten Wonosobo terletak pada ketinggian 250 - 2.250 mdpal.
Kabupaten Wonosobo ditinjau dari struktur geologi termasuk dalam jenis pegunungan muda
dan terletak di bebatuan prakwater yang sering mengalami bencana alam terutama pada
musim penghujan seperti tanah longsor (land slide), gerakan tanah runtuh dan gerakan tanah
merayap.

b) Secara Kependudukan
Hasil regristasi penduduk akhir tahun 2012, jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo
adalah sebanyak 773.243 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 391.882 jiwa dan perempuan
381.361 jiwa dengan rasio jenis kelamin 102,76.

Bila dilihat per kecamatan, jumlah penduduk terbersar adalah di Kecamatan


Wonosobo yaitu sebanyak 86,076 jiwa, disusul Kecamatan Kertek sebesar 77.882 jiwa,
sedangkan kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan
Kalibawang yaitu 22.801 jiwa.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Wonosobo tahun 2012 sebesar 785 jiwa per KM2. Bila
dilihat per kecamatan, angka kepadatan penduduk cukup bervariasi. Angka kepadatan
penduduk yang palng tinggi terdapat di Kecamatan Wonosobo sebesar 2.658 jiwa per KM2
sedangka yang paling rendah di Kecamatan Wadaslintang sebesar 421 jiwa per KM2.

Komposisi penduduk Kabupaten Wonosobo termasuk penduduk muda. Hal ini terlihat dari
banyaknya penduduk yang berada di kelompok usia muda, tertinggi di kelompok usia 10-14
tahun sebanyak 72.460 jiwa, disusul kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 68.516 jiwa, dan
kelompok usia 0-4 tahun sebanyak 68.287 jiwa.

Pengendalian laju pertumbuhan penduduk, salah satunya ditempuh melalui program Keluarga
Berencana (KB). Kesadaran masyarakat untuk mengikuti program Keluarga Berencana
semakin tinggi, terlihat dari meningkatnya persentase jumlah peserta KB dibanding tahun
sebelumnya. Pada tahun 2012 sebanyak 135.999 (82,07%), pasangan usia subur menjadi
peserta KB dari total pasangan usia subur yang sebanyak 165.707 pasangan. Pada tahun 2011
tercatat 134.515 peserta KB dari 165.752 pasangan usia subur. Penurunan pasangan usia
subur pada tahun 2012 dibanding tahun 2011 sebanyak 45 atau -0,03 persen, sedangkan
peserta KB naik sebesar 1,10 persen. Dari 135.999 peserta KB, sebanyak 53.768 atau 39,54
persen menggunakan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET). Banyaknya peserta KB
juga diimbangi dengan fasilitas pelayanan/klinik KB yang mengalami peningkatan dibanding
tahun 2011.

Ditinjau dari segi sosial ekonomi, kondisi kesejahteraan masyarakat semakin meningkat,
terindikasi dengan menurunnya jumlah keluarga yang masuk kategori pra sejahtera dan
sejahtera I. Dari 238.400 keluarga di Kabupaten Wonosobo, sebanyak 24,65 persen masuk
kategori keluarga pra sejahtera dan 18,59 persen keluarga sejahtera I. Hal ini bisa
disimpulkan bahwa sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Wonosobo secara umum masih
rendah.

Persentase Keluarga Sejahtera Menurut Tipe, 2012

c) Secara Kesehatan
Status kesehatan dan gizi masyarakat diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH),
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan prevalensi kekurangan gizi
pada balita terus menunjukkan perbaikan selama kurun waktu lima tahun terakhir. Sementara
fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Wonosobo pada tahun 2017 adalah 1 Rumah
Sakit Umum Daerah Tipe C, 2 Rumah Sakit Umum Swasta Tipe C, 1 Rumah Sakit Bersalin,
138 Klinik/ Praktek Dokter, 24 Puskesmas, 44 Puskesmas Pembantu, 23 Puskesmas Keliling,
1257 Posyandu dan 200 Poskesdes yang didukung tenaga paramedis sebanyak 85 Dokter
Umum, 38 Dokter Spesialis, 22 Dokter Gigi, 500 Perawat, 415 Bidan dan 819 tenaga medis
lainnya.
B. ANALISIS KESEHATAN DAERAH WONOSOBO
Pembangunan urusan kesehatan pada Tahun 2012 terus menunjukkan perbaikan. Hal
ini terlihat dari beberapa indikator seperti menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi
12,98 (per mil kelahiran hidup), meningkatnya Angka Harapan Hidup menjadi 70,48 tahun,
menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi 2,35%. Namun pembangunan urusan kesehatan
di Kabupaten Wonosobo masih dihadapkan pada permasalahan tingginya angka kematian ibu
yaitu 129,07 per 100.000 kelahiran hidup. Permasalahn tingginya angka kematian ibu di
Kabupaten Wonosobo selain permasalahan medis juga sangatdipengaruhi faktor sosial
masyarakat seperti kehamiolan tidak diinginkan (30%) dan tingkat pendidikan ibu dan
keluarga yang masih rendah. Dari 18 kematian ibu di Kabupaten Wonosobo 14 diantaranya
tingkat pendidikan ibu masih lulusan SD sehingga ibu dan keluarga sulit menerima informasi
bahaya resiko tinggi kehamilan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan maupun kader
kesehatan.

Dalam hal pelayanan kepada ibu dan bayi, capaian pembangunan kesehatan terus mengalami
peningkatan, hal ini terlihat dari cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani meningkat
menjadi 107,36%, cakupan pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
meningkat menjadi 98,88%. Selanjutnya cakupan desa/kelurahan Uniersal Child
Immunization (UCI) meningkat menjadi 98,87%, cakupan balita gizi buruk mendapat
perawatan 100%.

C. USULAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DI DAERAH WONOSOBO


1. Pemberian Pendidikan Kesehatan Ibu dan Anak kepada Wanita Subur dan Orang tua
serta Promosi KB agar dapat mencegah terjadinya penyakit dan kecelakaan yang
mengakibatkan kematian ibu dan anak serta dapat menekan tingkat pertumbuhan
penduduk yang dikarenakan hamil diluar nikah
2. Cek Kesehatan gratis secara teratur dengan dana organisasi masyarakat
warga masyarakat Wonosobo berkesempatan menggunakan fasilitas cek kesehatan
secara menyeluruh dengan harga yang sangat terjangkau. Adalah Lions Club (LC)
Wonosobo Dieng, sebuah organisasi nirlaba yang pada tanggal 23-24 Maret
mendatang akan menyelengarakan kegiatan sosial tersebut demi meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya antisipasi terhadap potensi beragam penyakit
resiko tinggi. Koordinator acara Medical Check Up Sadar Sehat, Paulus ketika
ditemui di sekretariat pendaftaran Lulu Bakery Resto Kauman, Selasa (19/3)
menjelaskan tujuan pihaknya menggelar acara itu adalah agar resiko akibat penyakit
seperti Jantung, Ginjal, Liver hingga Diabetes dapat ditekan. Menurutnya, harga yang
ditawarkan kepada masyarakat memang sengaja dibuat sangat terjangkau, yaitu tidak
sampai 300 Ribu Rupiah agar seluruh lapisan mampu mengaksesnya. “Kalau standar
harga medical check Up biasanya di atas 700 Ribu, bahkan bisa mencapai lebih dari 1
Juta Rupiah,” ungkapnya.

Untuk warga masyarakat yang memanfaatkan fasilitas tersebut, Paulus menyebut


setidaknya ada 17 jenis Check Up yang akan diperoleh, dan masih ditambah bonus
berupa makan pagi gratis di Lulu Bakery Resto. Selain cek gula darah lengkap 18
parameter, peserta juga akan dicek urine lengkap, SGOT, SGPT, Alkali Phospate,
BUN, Creatinin, asam urat, gula darah puasa dan 2 jam PP, kolesterol, trigliserida,
HDL, LDL, HbS Ag untuk Hepatitis B, ECG Resting untuk rekam jantung, dan
konsultasi dengan dokter tanpa biaya tambahan. “Dengan menjalani medical Check
Up tersebut, setiap peserta akan dapat mengetahui sejauh mana kondisi fungsi organ-
organ dalam tubuhnya, seperti Fungsi Hati, Jantung, Ginjal, dan kadar kolesterol
dalam darahnya,” tuturnya lebih lanjut.

Agus Purnomo (60), salah satu member Lions Club yang memiliki pengalaman
dengan medical check Up membenarkan pentingnya tindakan antisipatif untuk
kesehatan tubuh. Menurut pensiunan ASN tersebut, dengan melakukan medical check
Up secara berkala, akan lebih mudah diketahui kondisi tubuh yang sebenarnya,
sehingga apabila ada organ bermasalah segera dilakukan langkah pengobatan secara
lebih dini. “Kita tentu berharap kondisi tubuh bisa sehat dan selalu bugar bahkan
hingga usia lanjut, agar aktivitas harian tidak terganggu, karena itu saya berharap agar
warga masyarakat Wonosobo memanfaatkan kesempatan langka ini dengan sebaik-
baiknya dengan mendaftar Medical Check Up melalui Lulu Bakery Resto,” pungkas
Agus.
3. Pensuspect-an Penyakit Menular
Jumlah penderita tubekolusis (TBC) di Kabupaten Wonosobo diperkirakan mencapai
lebih dari 1600 orang hingga awal Tahun 2019 ini. Permasalahan muncul, karena dari
jumlah itu, tak kurang dari 519 orang yang diduga menderita TB belum ditemukan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten, Junaedi, ketika berbicara sebagai narasumber
talk live peringatan hari TB sedunia di Dieng Creative Hub, Selasa (26/3)
menegaskan, Dinkes bakal mengoptimalkan jaringan kerjasama dengan berbagai
unsur masyarakat untuk memburu para suspect tersebut, demi mewujudkan target
Wonosobo bebas TB sebelum Tahun 2030. “Ada sejumlah langkah yang kita
upayakan demi mendorong agar masyarakat sadar terhadap bahaya penyakit TB ini,
termasuk di dalamnya adalah dengan menggandeng unsur masyarakat, lembaga resmi
pemerintah hingga ormas,” terang Junaedi.

Anda mungkin juga menyukai