PENDAHULUAN
Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam
darah meningkat melebihi batas normalnya. Hiperglikemia menjadi salah satu gejala awal
Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur hidup.
Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga
kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai peran yang penting, sehingga perlu
mendapatkan edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit,
pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM. Pemahaman yang baik akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam upaya penatalaksanaan DM guna
mencapai hasil yang lebih baik. Keberadaan organisasi profesi seperti PERKENI dan IDAI,
serta perkumpulan pemerhati DM yang lain seperti 8 PERSADIA, PEDI, dan yang lain
menjadi sangat dibutuhkan. Organisasi profesi dapat meningkatkan kemampuan tenaga
profesi kesehatan dalam penatalaksanaan DM dan perkumpulan yang lain dapat membantu
meningkatkan pengetahuan penyandang DM tentang penyakitnya dan meningkatkan peran
aktif mereka untuk ikut serta dalam pengelolaan dan pengendalian DM. 1 Oleh karena
penatalaksanaan DM harus memerlukan semua peran serta keluarga, masyarakat dan tenaga
kesehatan, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “perbandingan
kadar gula darah puasa sebelum dan setelah dilakukan konseling bagian gizi pada pasien DM
di Puskesmas ujung berung indah Bandung tahun 2022”.
Bagaimana perbandingan kadar gula darah puasa sebelum dan setelah dilakukan konseling
bagian gizi pada pasien DM di Puskesmas ujung berung indah Bandung?
1.3 Tujuan
Tujuan umum
Untuk mengetahui perbandingan kadar gula darah puasa sebelum dan setelah dilakukan
konseling oleh bagian gizi pada pasien DM di Puskesmas ujung berung indah Bandung.
2. Tujuan khusus
- Diketahuinya perbandingan kadar gula darah puasa sebelum dilakukan konseling bagian
gizi pada pasien DM di Puskesmas ujung berung indah Bandung.
- diketahuinya perbandingan kadar gula darah puasa setelah dilakukan konseling bagian gizi
pada pasien DM di Puskesmas ujung berung indah Bandung.
1.4 Manfaat
1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi peneliti dalam
melakukan penelitian dan penambah wawasan peneliti dalam hal penyakit DM secara
komprehensif.
2. Bagi Masyarakat Dari penelian ini diharapkan agar masyarakat menjadi lebih tahu dan
mengerti tentang penyakit Diabetes Melitus sehingga mau melakukan gaya hidup sehat,
kontrol rutin dan patuh terhadap terapi yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
3. Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas
Kariangau dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secara komprehensif khususnya
penyakit Diabetes Melitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara geografis, Kecamatan Ujungberung terletak di sebelah timur dengan posisi paling
timur bila mengikuti alur perjalanan dari arah pusat Kota Bandung. Untuk sampai ke
Ujungberung, ada tiga akses jalur yang dapat dilalui. Pertama, jalur yang ditempuh dari pusat
kota Bandung, yaitu dari kawasan alun-alun Kota Bandung atau kawasan Jalan Asia-Afrika.
Kedua, jalur yang ditempuh bila melalui arah Jalan Soekarno-Hatta (jalan bypass). Ketiga,
jalur yang ditempuh dari arah timur yang memasuki daerah kawasan Cileunyi-Cibiru bila
perjalanan awal dimulai dari arah Kabupaten Ciamis atau Kabupaten Garut. Aspek kesehatan
merupakan faktor penting bagi penunjang kehidupan manusia maka dari itu kesehatan
dijadikan salah satu penilaian untuk perhitungan IPM. Satu-satunya sarana kesehatan milik
Pemerintah Kota Bandung yang berada di wilayah Kecamatan Ujungberung adalah
Puskesmas Ujungberung Indah yang berada di Kelurahan Cigending. Sarana kesehatan
lainnya mencakup Posyandu, Prakter dokter, Praktek bidan, dan apotek. Menurut data
Puskesmas Ujungberung, Jumlah Fasilitas kesehatan mengalami peningkatan dari tahun
2014. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas diantaranya adalah
imunisasi dan pelayanan program KB. Pelayanan imunisasi dimaksudkan untuk mengurangi
angka kematian bayi dengan meningkatkan kekebalan tubuh.
Aspek kesehatan merupakan faktor penting bagi penunjang kehidupan manusia maka
dari itu kesehatan dijadikan salah satu penilaian untuk perhitungan IPM. Satu-satunya sarana
kesehatan milik Pemerintah Kota Bandung yang berada di wilayah Kecamatan Ujungberung
adalah Puskesmas Ujungberung Indah yang berada di Kelurahan Cigending. Sarana
kesehatan lainnya mencakup Posyandu, Prakter dokter, Praktek bidan, dan apotek. Menurut
data Puskesmas Ujungberung, Jumlah Fasilitas kesehatan mengalami peningkatan dari tahun
2014. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas diantaranya adalah
imunisasi dan pelayanan program KB. Pelayanan imunisasi dimaksudkan untuk mengurangi
angka kematian bayi dengan meningkatkan kekebalan tubuh. Adapaun cara kerja imunisasi
ini biasanya dengan cara menyuntikkan atau meneteskan vaksin ke dalam tubuh bayi.
Pelayanan program Keluarga Berencana (KB) di puskesmas secara umum adalah untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk, dengan mencegah kehamilan tidak diinginkan serta
mencegah kematian ibu hamil.
Kadar pemeriksaan laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan prediabetes dapat
dilihat selengkapnya pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kadar pemeriksaan laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan prediabetes.
Dikutip dari: PB PERKENI.3
2.1.5.1 Edukasi
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien dengan salah satunya yaitu edukasi dengan
tujuan promosi hidup sehat, pencegahan pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi
pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer yang meliputi materi tentang
perjalanan penyakit DM, makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara
berkelanjutan, intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan,
interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat anti hiperglikemia oral atau insulin
serta obat-obatan lain. Selain itu perlu juga diedukasikan pentingnya latihan jasmani yang
teratur, pentingnya perawatan kaki, cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil
glukosa darah atau urin mandiri, serta mengenali gejala dan penanganan awal hipoglikemia.3
2.1.5.2 Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Pemberian terapi farmakologis terdiri atas obat oral dan obat dalam
bentuk suntikan. Sulfonilurea merupakan obat yang mempunyai efek utama meningkatkan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping utama obat tersebut adalah hipoglikemia
dan peningkatan berat badan. Pengunaan obat sulfonilurea harus berhati-hati pada pasien
dengan risiko tinggi hipoglikemia seperti pada orang tua, gangguan faal hati, dan ginjal.3
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan penekanan
pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu
Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Efek
samping yang mungkin terjadi pada pasien adalah hipoglikemia. Kemudian terdapat
peningkatan sensitivitas terhadap insulin & metformin. Metformin mempunyai efek utama
mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki pengambilan glukosa
di jaringan perifer. Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus diabetes
mellitus tipe 2. Dosis Metformin diturunkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
(GFR 30- 60 ml/menit/1,73 m2).3
Selain obat Sulfonilurea dan metformin terdapat juga obat tiazolidindion (TZD),
tiazolidindion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator Activated Receptor Gamma
(PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati.
Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah
protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan pengambilan glukosa di jaringan perifer.
Tiazolidindion juga meningkatkan retensi cairan tubuh sehingga pemberiannya kontraindikasi
pada pasien dengan gagal jantung (NYHA FC III-IV) karena dapat memperberat
edema/retensi cairan. Pada penderita diabetes tipe 2 dengan gangguan faal hati harus berhati-
hati jika diberikan tiazolidindion karena perlu dilakukan pemantauan faal hati secara berkala.
Selain obat yang diberikan secara peroral, terdapat obat antihiperglikemia suntik yaitu
insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi insulin dengan agonis GLP-1. Pemberian suntik insulin
diperlukan pada penderita DM dengan HbA1c > 9% dengan kondisi dekompensasi
metabolik, atau penurunan berat badan yang cepat, hiperglikemia berat yang disertai ketosis,
krisis hiperglikemia, atau gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal.3
2.1.6 Anjuran Pola Makan pada Penderita Diabetes Melitus
Terapi nutrisi merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM tipe 2 secara
komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim
(dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Untuk mencapai
sasaran terapi sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap penderita DM. Prinsip
pengaturan makan pada penderita DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
masing-masing individu.3
Pada penderita DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat
yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri. Komposisi makanan yang
dianjurkan sebagai berikut:3
2.1.6.1 Karbohidrat
Komposisi karbohidrat yang dianjurkan:
1. Konsumsi karbohidrat sebesar 45–65% total asupan energi. Terutama karbohidrat yang
berserat tinggi.
2. Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penderita diabetes dapat makan sama
dengan makanan keluarga yang lain.
3. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
4. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak melebihi batas
aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI).
5. Dianjurkan makan 3 kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan selingan seperti
buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
2.1.6.2 Lemak
Pemberian asupan lemak sebagai berikut:
1. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, dan tidak diperkenankan
melebihi 30% total asupan energi.
2. Komposisi yang dianjurkan yaitu lemak jenuh <7 % kebutuhan kalori dan lemak tidak
jenuh ganda <10 %. Selebihnya berasal dari lemak tidak jenuh tunggal.
3. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan
lemak trans diantaranya daging berlemak dan susu fullcream.
4. Konsumsi kolesterol dianjurkan <200 mg/hari.
2.1.6.3 Protein
Pemberian asupan protein sebagai berikut:
1. Kebutuhan protein sebesar 10–20% total asupan energi.
2. Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
3. Pada pasien dengan nefropati diabetik diperlukan penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai
biologik tinggi. Pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan protein
menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
2.1.6.4 Natrium
Pemberian asupan natrium sebagai berikut:
1. Anjuran asupan natrium untuk penderita DM sama dengan orang sehat yaitu <2300 mg
per hari.
2. Penderita DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan natrium
secara individual.
3. Sumber natrium antara lain garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti
natrium benzoat dan natrium nitrit.
Penilaian status gizi juga dapat dilihat berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh
(IMT), namun tidak dapat mengukur lemak tubuh secara langsung. IMT merupakan rumus
matematis yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat
tinggi badan (dalam meter). Penggunaan rumus ini hanya dapat diterapkan pada seseorang
berusia antara 19 hingga 70 tahun, berstruktur tulang belakang normal, bukan atlet atau
binaragawan, dan bukan ibu hamil atau menyusui. Klasifikasi IMT menurut International
Obesity Taskforce (IOTF) dapat dilihat pada Gambar 2.4.
2.2.6 Monitoring
Pada prakter sehari-hari, hasil pengobatan DMT2 harus dipantau secara terencana dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang
dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan kadar glukosa darah:
1. Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai
2. Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran terapi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan rancangan cross sectional study
dengan metode observasional, yaitu rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatan.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien lama dan pasien baru yang terdiagnosis
Diabetes Melitus yang terdapat di Puskesmas Ujung berung Indah.
Data pasien diperoleh dari hasil pemeriksaan gula darah puasa yang telah dilakukan oleh
peneliti pada saat kegiatan pelayanan dari pasien baru dan pasien lama, kemudian setelah
terdiagnosis diabetes melitus dilakukan konsultasi oleh bagian gizi puskesmas Ujung Berung
Indah.
1. variabel independent penelitian adalah pasien lama dan pasien baru yang terdiagnosis
Diabetes melitus yang datang berobat atau kontrol ke Puskesmas Ujung berung Indah.
Data nilai gula darah sampel penelitian yang telah didapatkan akan diolah untuk dilakukan
perbandingan capaian target kadar gula darah.
BAB IV
4.1 Hasil
Pada penelitian ini diperoleh responden 23 orang penyandang DM yang telah memenuhi
kriteria inklusi (Tabel 1).
Jumlah (%)
Pasien DM
Ya 23 53,4
tidak 7 16,2
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan pasien yang terdiagnosis DM dari bulan juni
hingga november.
Hasil pengukuran gula darah didapatkan bahwa rata-rata gula darah puasa pada pederita DM
yang sebelum dilakukan konseling adalah 200. Hasil pengukuran gula darah puasa
didapatkan rata-rata gula darah puasa pada penderita DM yang sudah dilakukan konseling
adalah 155.
4.2 Pembahasan
Diabetes melitus adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam
darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit
diabetes melitus (DM), kriteria diagnosis DM adalah dengan pemeriksaan glukosa plasma
puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2 -jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
dengan beban glukosa 75 gram. Atau Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl
dengan keluhan klasik. Atau Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization 1. Pada penelitian di
Puskesmas Ujung Berung Indah didapatkan terdapat penunan rata-rata kadar glukosadarah
pada penderita diabetes melitus, hal ini dihubungkan dengan penatalaksanaan non-
farmakologis berupa pemberian konseling terhadap pasien pasien DM yang dilakukan oleh
petugas konseling gizi di Puskesmas Ujung Berung Indah, terapi nutrisi merupakan bagian
penting dari penatalaksanaan DM tipe 2 secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah
keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang
lain serta pasien dan keluarganya). Untuk mencapai sasaran terapi sebaiknya diberikan sesuai
dengan kebutuhan setiap penderita DM. Prinsip pengaturan makan pada penderita DM
hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada penderita DM
perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah
kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan sekresi
insulin atau terapi insulin itu sendiri.3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 pasien diabetes melitus di Puskesmas Ujung
berung dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan rata-rata dari kadar gula darah puasa
setelah dilakukan konseling oleh bagian gizi.
5.2 Saran
1. masyarakat diharapkan meningkatkan pengetahuan akan terapi farmakologis dan non
farmakologis pada pasien dengan diabetes melitus, agar mendapatkan pencapaian terapi.
2. Bagi petugas kesehatan diharapkan lebih giat dalam mengajak dan mengarahkan untuk
dilakukan konseling terhadap pasien lama atau pasien baru yang terdiagnosis diabetes
mellitus.
Daftar Pustaka