Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai
suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang antara lain
diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM,
kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan.
Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset)
dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010.
Indonesia telah mengalami kemajuan penting dalam meningkatkan kualitas
kesehatan penduduk. Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
menunjukkan angka kematian bayi menurun dari 46 (SDKI 1997) menjadi 35 per
1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) dan angka kematian ibu melahirkan
menurun dari 334 (SDKI 1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI
2002-2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi
66,2 tahun (Susenas 2003). Menurut Survey Konsumsi Garam Yodium yang juga
mencakup survei status gizi, prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita,
telah menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 25,8 persen (2002). Namun
demikian, dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
beberapa masalah dan tantangan baru muncul sebagai akibat dari perubahan sosial
ekonomi serta perubahan lingkungan strategis global dan nasional. Tantangan global
antara lain adalah pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs),
sedangkan pada lingkup nasional adalah penerapan desentralisasi bidang kesehatan.
Sejak diberlakukannya desentralisasi beberapa peraturan perundang-
undangan bidang kesehatan sebagai tindak lanjut undang-undang Nomor 22 tahun
1999 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang Nomor 25 Tahun 1999
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, telah dan terus

1
disusun. Peraturan perundangan kesehatan tersebut atara lain : (a) Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang
kebijakan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. (b) Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1202/ Menkes/SK/VII /2003/
tentang indikator Indonesia sehat 2010 dan pedoman penetapan indikator propinsi
sehat dan kabupaten sehat. (c) Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia
nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang
kesehatan di kabupaten/kota.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan
indikator, antara lain indikator Indonesia sehat, dan indikator kinerja dari standar
pelayanan minimal bidang kesehatan. Indikator Indonesia sehat yang ditetapkan
dalam keputusan menteri tersebut diatas dapat digolongkan ke dalam : (1) Indikator
derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator untuk
Mortalitas, Morbiditas, dan Status Gizi; (2) Indikator hasil antara, yang terdiri atas
indikator-indikator untuk keadaan lingkungan, prilaku hidup sehat, akses dan mutu
pelayanan, serta (3) indikator proses dan masukan yang terdiri atas indikator-
indikator untuk pelayanan kesehatan, sumber daya kesehatan, Manajemen
Kesehatan, dan kontribusi sektor terkait. Sedangkan indikator kinerja standar
pelayanan minimal kesehatan di kabupaten/kota terdiri atas 47 indikator kinerja dari
26 pelayanan bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh kabupaten/kota, serta
indikator kinerja lainnya yang pelayanannya ada pada kabupaten/kota tertentu.
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan
terhadap pencapaian kabupaten/kota sehat dan hasil kinerja dari penyelenggaraan
pelayanan minimal adalah profil kesehatan puskesmas. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa profil kesehatan puskesmas ini pada intinya berisi berbagai
data/informasi yang menggambarkan tingkat pencapaian puskesmas sehat dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan minimal
bidang kesehatan.
Untuk itu puskesmas Bintauna berusaha menampilkan data-data yang di
kemas dalam bentuk profil dengan mempresentasekan angka-angka hasil capaian
dalam kurun waktu satu tahun. Tentu hal ini sangat penting untuk mengevaluasi
hasil kinerja puskesmas Bintauna untuk saat sekarang dan tentu perencanaan akan
datang.

2
B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Agar bisa tergambar suatu arah / sasaran program dengan garis-garis yang
bisa menjadi pijakan dalam menentukan/melaksanakan kinerja kita ke depan.
2. Setiap indikator-indikator program bisa terevaluasi dengan baik, setiap tiga
bulan, enam bulan bahkan satu tahun, berpedoman pada rumus-rumus sesuai
dengan target daerah masing-masing.

3
BAB II
GAMBARAN UMUM SITUASI DAN KONDISI
PUSKESMAS BIONTONG KECAMATAN BOLANGITANG TIMUR

A. KEADAAN GEOGRAFIS
Puskesmas Biontong Kecamatan Bolangitang Timur terletak kurang lebih
20 M2 dari jalan trans sulawesi. Wilayah Puskesmas Biontong terdiri dari 7 desa.
Secara geografis Kecamatan Bolangitang Timur sebagian besar merupakan
dataran tinggi dengan banyak pegunungn dan persawahan.
Puskesmas Biontong terletak di Desa Binuni Kecamatan Bolangitang Timur
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.
 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi.
 Sebelah Selatan berbatasan dengan daerah pegunungan.
 Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Bintauna,
Kecamatan Bintauna.
 Sebelah Barat berbatasan dengan perkebunan kelapa desa bohabak III
Seluruh desa dapat di jangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat.
UPTD Puskesmas Biontong meurpakan salah satu UPTD yang berada
dibawah naungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Puskesmas Biontong terletak pada titik koordinat 0.880323,123.

B. LUAS WILAYAH

Luas wilayah Puskesmas Biontong adalah 132,2 KM 2 terdiri dari 7 Desa.


Desa-desa yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Biontong antara lain : Desa
Binjeita, Desa Binjeita I, Desa Binuni, Desa Lipubogu, Desa Biontong I, dan
Desa Biontong II.

4
C. IKLIM
Iklim di Kecamatan Biontong terdiri dari dua yaitu musim hujan dan musim
kemarau, musim hujan terjadi pada sekitar bulan Mei-Juni dan musim kemarau
terjadi sekitar bulan September dan Oktober.
Perubahan iklim ini adakalanya bervariasi kadang terjadi curah hujan yang
tinggi sehingga dapat mengakibatkan banjir. Dari perubahan iklim ini dapat
memberikan dampak pada angka morbiditas atau kesakitan seperti tingginya
penyakit diare, ispa, dan malaria. Pada musim kemarau yang panjang biasa
berdampak pada daerah pertanian yang terkadang tidak memberikan hasil yang
baik bagi para petani, sehinga banyak para petani yang pendapatannya rendah. hal
ini dapat berimbas terhadap status kesehatan masyarakat itu sendiri.

D. TRANSPORTASI
Masyarakat Biontong bila berpergian dari desa ke desa menempuh jarak
yang jauh biasanya menggunakan kendaraan mobil, namun bila jaraknya tidak
terlalu jauh maka biasanya di tempuh dengan menggunakan bentor.

E. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Biontong berdasarkan data
kecamatan tahun 2021 berjumlah 5.931, yang terdiri dari 3.044 jumlah penduduk
laki-laki dan jumlah penduduk perempuan 2.887. Sedangkan jumlah kepala
keluarga yang berada di kecamatan Biontong berjumlah 1.754 KK.

F. SOSIAL EKONOMI
Untuk mata pencaharian masyarakat di kecamatan Biontong terdiri dari
petani, nelayan, TNI/POLRI dan ASN. Hasil pertanian masyarakat adalah padi
dan kopra. untuk hasil pertanian dalam hal ini persawahan, hasil yang di dapat
sebagian di jual dan sebagian dikonsumsi sendiri. Pendapatan masyarakat
Biontong khususnya pertanian ini juga di pengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
ialah tidak adanya irigasi, sehingga persawahan yang sangat menggantungkan
curah hujan biasanya mengalami gagal panen bila tidak di tunjang oleh irigasi
tersebut.

5
G. LINGKUNGAN FISIK DAN BIOLOGI
Untuk kondisi lingkungan fisik dan biologi di wilayah kerja puskesmas
Biontong sudah memenuhi standar kesehatan, hal ini di tunjang dengan adanya
rumah-rumah penduduk yang jenis perumahnnya adalah permanen dan semi
permanen. Untuk kondisi pemakaian air bersih sudah baik karena dari syarat fisik
kimia dan biologi sudah memenuhi syarat.

6
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)


1. Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate/ CDR)
Angka Kematian Umum Tahun 2020 adalah 25 jiwa
Angka Kematian Umum Tahun 2021 adalah jiwa
2. Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate/ IMR)
Angka Kematian Bayi Tahun 2020 adalah 0 jiwa
Angka Kematian Bayi Tahun 2021 adalah 0 jiwa
3. Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu Tahun 2020 adalah 0 jiwa
Angka Kematian Ibu Tahun 2021 adalah 0 jiwa
B. ANGKA KESAKITAN ( MORBIDITAS) DAN PENYAKIT
1. Dari bulan Januari s/d Desember 2021 di wilayah kerja puskesmas biontong
tidak terjadi KLB
2. Rawat jalan
a. Rawat jalan : Tahun 2021 jumlah kunjungan rawat jalan puskemas
biontong sebanyak 2.072 kunjungan. Dari kunjungan tersebut maka ada 10
jenis penyakit menonjol di puskesmas biontong antara lain:
1) Penyakit ispa berjumlah 259 kasus
2) Penyakit gastritis berjumlah 197 kasus
3) Penyakit hipertensi berjumlah 133 kasus
4) Penyakit kulit alergi berjumlah 65 kasus
5) Penyakit Diabetes melitus berjumlah 55 kasus
6) Penyakit Reumatik berjumlah 55 kasus
7) Penyakit tonsilitis berjumlah 37 kasus
8) Penyakit diare berjumlah 34 kasus
9) Penyakit TB berjumah 17 kasus
10) Penyakit Asma berjumlah 10 kasus

7
C. ANGKA STATUS GIZI MASYARAKAT
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Biontong kecamatan bolangitang
timur sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani, oleh karenanya
kebutuhan akan pangan sangat terpenuhi sehingga pada kenyataanya tidak pernah
mengalami rawan pangan. Sehubungan dengan status gizi, sesuai data yang
ditemukan diwilayah kerja Puskesmas Biontong tidak terdapat kasus gizi buruk.
Akan tetapi walaupun tidak adanya kasus gizi buruk petugas puskesmas biontong
tetap melaksanakan kegiatan pemantauan status gizi bayi dan balita melalui
kegiatan posyandu

8
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR


Pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, sehingga
diperlukan suatu standar pelayanan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan kegiatan pelayanan medis.
Puskesmas Biontong sebagai pusat kesehatan masyarakat telah
beroperasional terhitung tanggal 1 mei 2019 dengan status puskesmas rawat jalan.
Sebagai puskesmas yang baru maka petugas puskesmas biontong telah melakukan
kegiatan pelayanan dalam gedung maupun luar gedung.
Puskesmas biontong telah melakukan pelayanan kesehatan dasar yang
terdiri dari pelayanan rawat jalan antara lain pelayanan loket, pelayanan poli yang
terbagi atas; poli gigi, poli umum, poli anak, pelayanan gizi, pelayanan imunisasi,
pelayanan KIA/KB, pelayanan apotik dan pelayanan UGD

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN


Dalam pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang Puskesmas Biontong
telah melaksanakan pelayanan ini yaitu memberikan rujukan kepada pasien yang
memerlukan penangan yang lebih lanjut ke Rumah Sakit yang ada di daerah
Bolaang Mongondow Utara mapuan yang ada di luar daerah.

C. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


Pemberantasan penyakit dilakukan dengan cara pengobatan langsung di
tempat tinggal masyarakat, penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,
Pengasapan (Fogging) dan abatesasi.

D. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR


Dalam Indonesia sehat 2010 lingkungan yang diharapkan adalah yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
pemukiman yang sehat serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling
tolong-menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.

9
Puskesmas Biontong pada tahun 2021 ini akan melakukan pendataan
sanitasi dasar, penyuluhan kesehatan tentang sanitasi dan PHBS dan melakukan
pemantauan sanitasi di sekolah-sekolah maupun tempat-tempat umum sehingga
dengan adanya kegitan ini akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
ada di wilayah kerja puskesmas biontong

E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


Dalam upaya perbaikan gizi masyarakat Puskesmas biontong melakukan
penyuluhan tentang gizi kepada masyarakat, serta pemberian makanan tambahan
kepada balita yang dilaksanakan pada setiap kegiatan posyandu.

F. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN


Pelayanan kefarmasian Puskesmas Biontong meliputi pelayanan apotek
kepada masyarakat yang datang berobat di puskesmas, posyandu Lansia dan
POSBINDU
Ketersediaan alat-alat kesehatan yang ada di Puskesmas Biontong masih
sangat kurang ada beberapa alat kesehatan penunjang dalam pemberian tindakan
keperawatan yang perlu dilengkapi sehingga memperlancar dalam proses
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama ketersediaan alat kesehatan
untuk tindakan gigi.

10
BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. TENAGA
Jumlah tenaga kesehatan pada unit kerja Puskesmas Biontong tahun 2021
berjumlah 45 orang, yang terdiri dari 19 ASN, 1 dokter PTT, 4 NS, 21 THL.
Petugas puskesmas biontong Antara lain :
- Kepala Puskesmas :1
- Dokter Umum :1
- Perawat : 13
- Perawat Gigi :-
- Bidan : 10
- Kesehatan Masyarakat :3
- Gizi :3
- Sanitarian :1
- Farmasi :4
- Administrasi :3
- Operator :1
- Cs :3
- Security :1
- Sopir :1

PROPORSI TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS


DI PUSKESMAS BIONTONG TAHUN 2021

25 2300%

20

15

10

5 400%
300% 300%
200%
100%
0
Dokter Perawat & Farmasi Gizi Sanitasi Kesmas
Umum Bidan

11
B. SARANA KESEHATAN
Puskesmas Biontong merupakan puskesmas rawat jalan dengan jumlah
tempat tidur 11 buah, selain itu ada sarana tambahan berupa :
 Puskesmas induk : 1 buah
 Puskesmas pembantu : 1 buah
 Polindes : 2 buah
 Frezer : 1 buah
 Posyandu : 7 buah

12
BAB VI
PENUTUP

Dari gambaran profil tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Tidak ada kasus gizi buruk pada balita pada tahun sekarang.
2. Kurangnya ketersediaan alat-alat kesehatan dalam menunjang kegiatan
pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Biontong
3. Ketersediaan sarana dan prasarana Puskesmas Biontong belum memadai
Demikian penyusunan profil ini, semoga dapat memberikan gambaran dan
informasi dalam rangka memenuhi kebutuhan perencanaan di tingkat kabupaten.
Dalam penyusunan profil ini, masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan dan pengolahan data, namun kami menyadari dengan keterbatasan dan
ketidaksempurnaan yang ada, kiranya semua data yang kami sajikan ini dapat
bermanfaat untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya. Dengan adanya keterbatasan dan
ketidaksempurnaan ini, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran ataupun
petunjuk-petunjuk dari berbagai pihak demi kesempurnaan dalam penyusunan
profil yang akan datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak teriama kasih kepada semua
pemegang program, petugas SP2TP, pegawai puskesmas Biontong dan semua pihak
yang telah bersusah payah mengumpulkan data, karena semua itu tanpa kerja keras
dan kerja sama dari kita semua, hal ini tidak akan tercapai.

Biontong 2021

13
PUSKESMAS BIONTONG

TAHUN 2021

KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

PROPINSI SULAWESI UTARA

14
15

Anda mungkin juga menyukai