Anda di halaman 1dari 14

KERANGKA ACUAN KERJA (K A K)

JAMINAN PERSALINAN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN 2021

1
KERANGKA ACUAN KERJA
JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL)
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2021

I. LATAR BELAKANG
A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6573);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan
Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178);
5. Peraturan Presiden Nomor 113 Tahun 2020 tentang Rincian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2021 (Lembaran
Negara Republik IndonesiaTahun 2020 Nomor 266);
6. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Tahun 2016 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Boyolali Nomor 183) sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 1 Tahun
2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2020 Nomor 1, Tambahan Lembaran

1
Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 244);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 2019 tentang
Sistem Kesehatan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun
2019 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor
227);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 17 Tahun 2020 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun
Anggaran 2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2020 Nomor
17);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 68);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 1781);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2021 tentang Petunjuk
Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik Bidang Kesehatan
Tahun Anggaran 2021 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 403);
12. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 30 Tahun 2018 tentang Uraian Tugas
Jabatan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali (Berita Daerah
Kabupaten Boyolali Tahun 2018 Nomor 30);
13. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 73 Tahun 2020 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Boyolali Tahun
Anggaran 2021 (Berita Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2020 Nomor 74)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati Boyolali Nomor 7
Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 73 Tahun
2020 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Boyolali Tahun Anggaran 2021 (Berita Daerah Kabupaten
Boyolali Tahun 2021 Nomor 7);

B. Gambaran Umum
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan
nasional dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden dan implementasi
Nawa Cita yang kelima, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia
Indonesia. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

2
tingginya, diselenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
mengamanatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber
pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya
untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga Pemerintah baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat menyediakan
pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas. Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal
298 ayat (7) menyebutkan belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai
kegiatan fisik dan dapat digunakan untuk kegiatan non fisik.
Saat ini kurang lebih 1% ibu bersalin belum terlayani di fasilitas
pelayanan kesehatan, sehingga persalinan dirasakan menjadi tidak aman
dan memiliki risiko kematian ibu dan bayi yang tinggi. Hal tersebut
disebabkan oleh kendala akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan
(kondisi geografis yang sulit) maupun kondisi ekonomi sosial dan pendidikan
masyarakat, termasuk tidak memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
atau Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Dana Jampersal digunakan untuk mendekatkan akses dan mencegah
terjadinya keterlambatan penanganan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas
dan bayi baru lahir, terutama di daerah yang memiliki akses sulit ke fasilitas
kesehatan dan penduduk yang tidak memiliki biaya untuk bersalin di fasilitas
pelayanan kesehatan. Dana jampersal dipergunakan untuk penyediaan
biaya transportasi rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan, penyediaan
rumah tunggu kelahiran (RTK), dan jasa pertolongan persalinan bagi ibu
bersalin miskin, tidak mampu dan belum memiliki Kartu Jaminan Kesehatan
Nasiona / Kartu Indonesia Sehat atau sumber pembiayaan yang lain.
C. Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Jampersal merupakan salah satu terobosan yang ditempuh pemerintah
dalam usaha menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka
Kematian Bayi). Terobosan ini penting mengingat masih banyaknya ibu
hamil yang belum memiliki jaminan pembiayaan untuk persalinannya.

3
Dengan demikan kendala penting yang dihadapi masyarakat untuk
mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan dapat
diatasi dengan program Jampersal.
Pengelolaan dan pemanfaatan Dana Jaminan Persalinan (Jampersal)
bertujuan untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil,
bersalin dan nifas serta bayi baru lahir ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang kompeten. Berdasarkan data, penyebab kematian ibu terbanyak di
Kabupaten Boyolali karena pre eklamsi dan kejadian kematian ibu
berdasarkan tempat pelayanan terbanyak yaitu di Rumah Sakit. Jaminan
persalinan tersebut digunakan untuk rujukan persalinan dan neonatal,
dukungan biaya persalinan bagi ibu hamil miskin yang tidak mempunyai
jaminan kesehatan, dan sewa operasional rumah tunggu kelahiran. 

II. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


A. Tujuan Umum
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, bersalin dan nifas
serta bayi baru lahir ke fasilitas pelayanan kesehatan yang kompeten.
B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan cakupan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan yang
kompeten
2. Menurunkan kasus komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas serta
bayi baru lahir
3. Meningkatkan penanganan kasus komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan
nifas serta bayi baru lahir

III. SASARAN
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali; dan
2. Fasilitas Kesehatan yang kompeten untuk melakukan pertolongan
persalinan.
IV. ANALISA SITUASI
Saat ini berdasarkan Riskesdas Tahun 2018 kurang lebih 16,7% (enam
belas koma tujuh perseratus) ibu bersalin belum terlayani di fasilitas pelayanan
kesehatan (di rumah), dan 3,8% (tiga koma delapan perseratus) bersalin di
Poskesdes sehingga persalinan dirasakan menjadi tidak aman dan memiliki

4
risiko kematian ibu dan bayi yang tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh kendala
akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan (kondisi geografis yang sulit)
maupun kondisi ekonomi sosial dan pendidikan masyarakat, termasuk tidak
memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Data persalinan di Kabupaten Boyolali tahun 2020 menyebutkan bahwa
Persalinan terjadi di Rumah Sakit sebesar 69,23 %, di Puskesmas 9,4 %, di
Klinik 6,01 % dan di Praktek Mandiri Bidan sebesar 13,5 %. Prosentase terbesar
persalinan terjadi di Rumah Sakit, hal ini berkaitan erat dengan tingginya data
ibu hamil dengan risiko tinggi dan komplikasi tahun 2020, yaitu sebesar 39 %
dari jumlah ibu hamil. Di mana ibu hamil risiko tinggi dan komplikasi tersebut
membutuhkan fasilitas kesehatan yang kompeten untuk melakukan pertolongan
persalinan dengan komplikasi obstetri dan komplikasi medik, yaitu Rumah Sakit.
Untuk meningkatkan akses pelayanan bagi ibu hamil dengan risiko tinggi dan
komplikasi tersebut maka diperlukan adanya Jampersal.

V. PELAKSANAAN JAMPERSAL
A. Ruang Lingkup
Jampersal dapat digunakan antara lain untuk :
1. Rujukan persalinan dan neonatal (biaya transportasi dan/atau sewa alat
transportasi)
2. Dukungan biaya persalinan bagi ibu hamil miskin miskin yang tidak
mempunyai jaminan kesehatan.
3. Sewa dan operasional rumah tunggu kelahiran :
a. Penyediaan makan dan minum untuk ibu hamil, ibu nifas dan
pendamping di RTK
b. Sewa dan operasional rumah tunggu kelahiran (listrik, air,
kebersihan).
c. Biaya pemeliharaan dan rumah tunggu kelahiran

B. Penerima Manfaat
1. Ibu hamil
2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)

5
C. Kebijakan Pelaksanaan Jampersal
1. Dana Jampersal diarahkan untuk memobilisasi persalinan ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang kompeten sehingga tidak terjadi
keterlambatan dalam merujuk, melakukan pencegahan dini terhadap
terjadinya komplikasi baik dalam kehamilan, persalinan ataupun masa
nifas termasuk pelayanan dan penanganan komplikasi pada bayi baru
lahir;
2. Dana Jampersal tidak boleh digunakan untuk membiayai kegiatan yang
telah dibiayai melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), maupun sumber dana lainnya;
3. Dana Jampersal tidak bisa digunakan untuk membayar klaim Jampersal
tahun sebelumnya;
4. Penyediaan RTK mempertimbangkan kebutuhan lapangan;
5. Penerima bantuan Jampersal tidak diperbolehkan naik kelas dengan
biaya sendiri dan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
Penerima Bantuan Iuran;
6. Pembayaran kegiatan Jampersal menggunakan sistem klaim dari
fasilitas pelayanan kesehatan atau penanggung jawab kegiatan
Jampersal kepada pengguna anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali;
7. Sasaran Ibu hamil/ibu bersalin dan bayi baru lahir yang akan menerima
bantuan Jampersal. Jampersal bisa dimanfaatkan oleh seluruh ibu atau
bayi meskipun bukan penduduk tetap, tidak mempunyai KTP, berdomisili
diluar wilayah Kabupaten Boyolali atau berpindah-pindah dengan
memenuhi kriteria miskin dan tidak mampu yang belum memiliki JKN
atau jaminan/asuransi lain;
8. Standar biaya umum untuk transportasi lokal, sewa mobil dan/atau
perjalanan dinas untuk petugas/kader yang mengantar ibu hamil dari
rumah ke RTK dan/atau langsung ke fasilitas pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan jarak tempuh, kondisi geografis, aksesibilitas;
9. Kriteria miskin dan tidak mampu (persyaratan dan administrasi tidak
boleh menghambat pemberian pelayanan); dan

6
10. Penetapan Fasyankes yang kompeten dalam pertolongan persalinan
normal dan penanganan kegawatdaruratan serta penetapan fasyankes
rujukan untuk perawatan ibu hamil risiko tinggi dan penanganan
komplikasi, mengacu pada peraturan yang berlaku.
d. Mekanisme penggunaan Jampersal
Dana Jampersal dapat dipergunakan untuk kegiatan meliputi:
1. Rujukan persalinan dan neonatal (biaya transportasi dan/atau sewa
alat transportasi)
a. biaya transportasi (pergi pulang) dari rumah ke RTK; dari rumah
ke fasilitas pelayanan kesehatan yang kompeten; dari RTK ke
fasilitas pelayanan kesehatan kompeten; dan antar fasilitas
pelayanan kesehatan.
b. transportasi dapat kendaraan umum, kendaraan dinas,
Puskesmas keliling dan ambulans maupun kendaraan pribadi;
c. transportasi dapat membiayai mobil jenazah jika ibu atau bayi
meninggal; dan
d. bila perjalanan pergi dan pulang lebih dari 8 (delapan) jam dan
atau letak geografis yang ditempuh sulit, petugas kesehatan
pendamping berhak mendapatkan biaya perjalanan dinas sesuai
peraturan perundang-undangan.
1) Sasaran :
a) Ibu hamil dengan faktor risiko tinggi atas dasar indikasi yang
memerlukan rujukan Antenatal Care (ANC);
b) Ibu hamil yang akan bersalin;
c) Ibu nifas dengan faktor risiko atau komplikasi atas dasar
indikasi yang memerlukan rujukan;
d) Bayi baru lahir yang mengalami komplikasi; dan
e) Petugas kesehatan pendamping rujukan.

2) Persyaratan Sasaran
Miskin dan tidak mampu yang belum memiliki JKN atau
jaminan/asuransi lain. Bila sasaran prioritas sudah terpenuhi,

7
maka biaya transportasi bisa dipergunakan untuk ibu hamil dan
bayi lainnya asalkan tidak duplikasi pembiayaan.
2. Dukungan biaya persalinan bagi ibu hamil miskin yang tidak
mempunyai JKN meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan rujukan ANC rawat jalan dan rawat inap di Rumah
Sakit bagi ibu hamil dengan faktor risiko/komplikasi atas indikasi
medis;
b. Pemeriksaan rujukan Perinatal Care (PNC) rawat jalan dan rawat
inap di Rumah Sakit bagi ibu hamil risiko/komplikasi atas indikasi
medis;
c. pelayanan ibu hamil dengan persalinan normal, persalinan
komplikasi, ibu hamil yang mengalami keguguran, Kehamilan
Ektopik Terganggu dan Mola Hidatidosa, histerektomi akibat
kehamilan dan persalinan, dan kasus kebidanan lainnya;
d. Skrining Corona Virus Desease 2019 (Covid-19)/pemeriksaan
darah atau rapid test pada ibu hamil sebelum persalinan;
e. Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK);
f. Pembiayaan KB pasca persalinan sesuai dengan tarif biaya JKN,
yang dilakukan sebelum 42 (empat puluh dua) hari pasca
persalinan;
g. Ibu nifas dengan komplikasi jika ibu nifas tersebut sudah pulang,
kemudian mengalami komplikasi dan dirujuk kembali, dapat
dibiayai Jampersal sampai dengan 42 (empat puluh dua) hari
setelah bersalin;
h. Pelayanan bayi baru lahir normal maupun komplikasi dari ibu
pengguna Jampersal.
i. Bayi baru lahir yang sudah pulang dari fasilitas pelayanan
kesehatan dan mengalami komplikasi dapat dirujuk kembali, dapat
dibiayai jampersal sampai 28 (dua puluh delapan) hari. Jika masih
memerlukan perawatan setelah 28 (dua puluh delapan) hari maka
harus dicari sumber pembiayaan diluar Jampersal;
j. Besaran biaya ANC dan pemeriksaan rujukan ANC sesuai tarif
JKN atau Peraturan Daerah yang telah ditetapkan; dan

8
k. Lamanya perawatan yang dibiayai untuk ibu nifas ditentukan oleh
daerah, maksimal sampai dengan 42 (empat puluh dua) hari pasca
persalin dan untuk neonatal sampai usia 28 (dua puluh delapan)
hari.
1) Sasaran
Ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas beserta bayi baru lahir.
2) Persyaratan Sasaran
a) Ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas beserta bayi baru lahir
miskin dan tidak mampu yang belum memiliki JKN atau
jaminan/asuransi lain;
b) Ibu hamil yang memiliki KTP, tidak memiliki KTP dan ibu
hamil dari luar wilayah sesuai dengan koordinasi antar
daerah; dan
c) Khusus untuk SHK; bayi yang lahir dari ibu hamil miskin
dan tidak mampu yang belum memiliki JKN atau
jaminan/asuransi lain dan bagi bayi yang lahir dari ibu
peserta penerima bantuan iuran JKN.
3. Sewa dan operasional RTK
a. Biaya sewa rumah termasuk petugas kebersihan, biaya langganan
air, listrik dan iuran kebersihan lingkungan (tidak diperuntukkan
honor petugas kebersihan) berlaku untuk 1 (satu) tahun anggaran;
b. Biaya makan dan minum bagi ibu hamil dan pendamping yang ada
di RTK;
c. Sasaran seluruh ibu hamil, ibu nifas, dan bayi baru lahir yang
memerlukan RTK tanpa memandang status ekonomi, dan
kepemilikan JKN, memiliki KTP, tidak memiliki KTP, dan ibu hamil
dari luar wilayah sesuai dengan koordinasi antar daerah; dan
diutamakan bagi ibu hamil, ibu nifas dan bayi baru lahir yang
mempunyai akses sulit.
d. Kriteria Khusus
1) rumah layak dan siap huni lengkap dengan furnitur dan alat
kebersihan;

9
2) merupakan milik penduduk atau rumah yang dibangun oleh
pemerintah desa (bukan ruangan fasilitas pelayanan
kesehatan, hotel atau penginapan);
3) RTK dapat menggunakan bangunan pemerintah tanpa uang
sewa;
4) lokasi diupayakan sedekat mungkin dengan fasilitas pelayanan
kesehatan kompeten yang mampu melakukan pertolongan
persalinan normal dan penanganan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal;
5) setiap kabupaten/kota dapat menggunakan dana Jampersal
untuk sewa RTK sesuai kebutuhan di dekat fasilitas kesehatan
yang kompeten yang ditetapkan sebagai rujukan dalam rangka
mendekatkan akses ibu hamil/nifas/bayi baru lahir risiko tinggi
dengan komplikasi, sebelum dan/atau setelah persalinan.
6) jika diperlukan RTK dapat disediakan di dekat fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan di luar wilayah;
7) waktu tempuh RTK ke fasilitas pelayanan kesehatan tidak lebih
dari 30 (tiga puluh) menit; dan
8) pada RTK tidak dilakukan pelayanan kesehatan dan tidak
ada petugas kesehatan yang berjaga.
e. Petunjuk Besaran Pembiayaan Jampersal
1. Rujukan persalinan dan neonatal (biaya transportasi dan/atau sewa
alat transportasi)
a. biaya transportasi (pergi pulang) dari rumah ke RTK; dari rumah ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang kompeten; dari RTK ke fasilitas
pelayanan kesehatan kompeten; dan antar fasilitas pelayanan
kesehatan.
b. transportasi dapat kendaraan umum, kendaraan dinas,
Puskesmas keliling dan ambulans maupun kendaraan pribadi;
c. transportasi dapat membiayai mobil jenazah jika ibu atau bayi
meninggal; dan
d. bila perjalanan pergi dan pulang lebih dari 8 (delapan) jam dan/
atau letak geografis yang ditempuh sulit, petugas kesehatan

10
pendamping berhak mendapatkan biaya perjalanan dinas sesuai
peraturan perundang-undangan.
Harga sewa mobilitas/sarana transportasi rujukan adalah:
Jarak Puskesmas ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
NO Harga (Rp)
Tingkat Lanjutan
1 2 3
1. >50 Km 400.000,00
2. 41-50 Km 325.000,00
3. 31-40 Km 275.000,00
4. 21-30 Km 225.000,00
5. 16-20 Km 175.000,00
6. 11-15 Km 125.000,00
7. 5-10 Km 75.000,00
8. <5 Km 50.000,00

2. Besaran biaya perawatan kehamilan risiko tinggi, pertolongan persalinan,


perawatan kehamilan risiko tinggi, pertolongan persalinan, biaya
perawatan bayi baru lahir, perawatan nifas, dan pelayanan KB pasca
persalinan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali sesuai dengan yang
berlaku pada penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
3. Operasional RTK mencakup:
a. sewa RTK dengan batasan sebesar maksimal Rp34.416.000,00 (tiga
puluh empat juta empat ratus enam belas ribu rupiah) per rumah
selama 1 (satu) tahun. Spesifikasi RTK adalah sebagai berikut:
1) lokasi rumah berdekatan dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
2) fasilitas RTK, minimal:
a) jumlah kamar tidur minimal 3 (tiga);
b) jumlah kamar mandi/WC minimal 1 (satu);
c) dapur minimal 1 (satu);
d) daya listrik minimal 900 watt;
e) tersedianya sumber air bersih; dan
f) penanggung jawab RTK sejumlah 1 (satu) orang.
b. makan dan minum bagi pasien serta pendamping yang ada di RTK
dengan paket makan sebesar Rp60.000,00 (enam puluh ribu rupiah)

11
per hari dengan batasan maksimal sehari 3 (tiga) kali makan yang
terinci sebagai berikut:
1) paket makan pagi sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah)
yang diberikan antara Pukul 06.00-07.00 WIB;
2) paket makan siang sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah)
yang diberikan antara Pukul 11.00-12.00 WIB;
3) paket makan malam sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah)
yang diberikan antara Pukul 18.00-19.00 WIB;
4) snack diberikan 2 (dua) kali sehari sebesar Rp6.000,00 (enam
ribu rupiah) 1 (satu) kali pemberian; dan
5) makan untuk pendamping Rp36.000,00 (tiga puluh enam ribu
rupiah) yang diberikan untuk 3 (tiga) kali makan.
c. langganan air dan listrik dan kebersihan sesuai pengeluaran rill.
f. Waktu Pelaksanaan
1. Kurun Waktu Pencapaian keluaran
Bulan Januari sampai dengan Desember 2021
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan
a. Tahapan
1) Pelayanan jampersal di fasilitas Kesehatan tingkat pertama
2) Pelayanan jampersal di fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan
b. Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Rujukan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
persalinan
2 Sewa dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Operasional
Rumah
Tunggu
Kelahiran
3 Pertolongan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
persalinan

VI. LOKASI
Lokasi pemanfaatan dan pengelolaan Jampersal adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten Boyolali dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang kompeten untuk

12
melakukan pertolongan persalinan, meliputi semua RS di Wilayah Kabupaten
Boyolali, RSUD dr. Moewardi Surakarta, RSUD Surakarta, dan semua
Puskesmas di Wilayah Kabupaten Boyolali. Serta 7 Rumah Tunggu Kelahiran
yang ada di Kabupaten Boyolali, yaitu RTK Selo, Musuk, Boyolali 1, Simo,
Karanggede, Andong dan Juwangi.

VII. PEMBIAYAAN
Kebutuhan biaya untuk kegiatan Jaminan Persalinan (Jampersal) di Dinas
Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2021 sebesar Rp. 2.434.884.000,- (Dua
Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Empat Juta Delapan Ratus Delapan Puluh Empat
Ribu Rupiah) dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) terlampir.

VIII. PENUTUP
Demikian kerangka acuan kerja ini dibuat sebagai dasar pelaksanaan
pengelolaan dan pemanfaatan dana Jampersal Kabupaten Boyolali Tahun 2021.
Apabila terdapat hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan, peraturan,
pedoman dan kebijaksanaan pemerintah yang berlaku, maka segala sesuatu
yang termaktub didalam Kerangka Acuan ini akan diteliti dan disimpan kembali.
Hal-hal yang belum diatur dalam Kerangka Acuan ini akan ditetapkan lebih lanjut.

Boyolali, 2021
KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BOYOLALI

dr. RATRI S SURVIVALINA, MPA


Pembina Tingkat I
NIP. 19711009 200212 2 006

13

Anda mungkin juga menyukai