PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan semangat ICPD 1994 di Cairo, pendekatan pelayanan kontrasepsi di
Indonesia memegang teguh prinsip-prinsip hak asasi manusia. Prinsip-prinsip ini
diterjemahkan dengan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab bagi pasangan untuk
menentukan jumlah, penjarangan dan pembatasan kehamilan serta informasi dan cara untuk
memenuhi hak-hak reproduksinya tersebut. Tersedianya berbagai pilihan alat dan obat
kontrasepsi di titik- titik layanan dengan informasi yang lengkap adalah wajib untuk dipenuhi
dan merupakan tantangan Pemerintah saat ini. Melalui pertemuan tingkat tinggi tentang
keluarga berencana yang dilaksanakan di London pada tanggal 11 Juli 2012, komunitas
internasional melalui Family Planning 2020 (FP 2020) sepakat untuk merevitalisasi
komitmen global untuk Keluarga Berencana dan perluasan akses pelayanan kontrasepsi;
memperbaiki akses dan distribusi alat dan obat kontrasepsi serta mengatasi/mengurangi
hambatan yang ditemui. Selain itu melalui pertemuan FP 2020 diharapkan dapat
meningkatkan komitmen dari berbagai negara, development partners, organisasi
internasional, civil society organizations, serta sektor swasta untuk berkontribusi dalam
pendanaan program KB secara global dan pengembangan kebijakan dan strategi di masing-
masing negara untuk mengurangi hambatan terhadap pelayanan KB.
Tujuan FP 2020 sejalan dengan Target ke 5 (lima) Millenium Development Goals
(MDGs) adalah untuk meningkatkan kesehatan ibu. AKI merupakan salah satu indikator
untuk menilai tidak saja derajat kesehatan perempuan tetapi juga derajat kesejahteraan
perempuan. Hasil SDKI 2012 menunjukkan AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Selain pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, penurunan kematian ibu dipengaruhi
juga oleh keberhasilan pencapaian universal akses kesehatan reproduksi lainnya yang
kemudian tertuang dalam MDG 5b dengan indikator yaitu : CPR, ASFR atau Angka
Kelahiran pada remaja 15-19 tahun, ANC dan Unmet need pelayanan KB. Situasi Program
Keluarga Berencana tidak mengalami banyak kemajuan yang signifikan yang ditunjukkan
dengan: 1) CPR cara modern hanya naik 0,5% dari 57,4% menjadi 57,9%; 2) Unmet need
hanya menurun 0,6% dari 9,1% menjadi 8,5% ; 3) Angka kelahiran pada remaja 15-19 tahun
hanya mengalami sedikit penurunan dari 51 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun menjadi
48 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun. Hal ini berdampak pada stagnannya Total Fertility
Rate (TFR) dalam 10 tahun terakhir di angka 2,6 dan masih tingginya Angka Kematian Ibu
(SDKI 2007 dan 2012).
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
pasal 78, Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat dalam memberikan Pelayanan KB yang aman, bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut pada Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 52 tahun 2009, pasal 1 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa KB adalah upaya mengatur kelahiran anak,
jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan
bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan pelayanan KB, maka dukungan
manajemen pelayanan KB menjadi sangat penting, mulai dari Perencanaan, Pelaksanaan,
sampai dengan Pemantauan dan Evaluasi. Dalam program KB ini, terdapat dua
kementerian/lembaga yang memegang peranan penting yaitu Kementerian Kesehatan dan
BKKBN. Koordinasi yang baik dan berkesinambungan antara BKKBN dan Kementerian
Kesehatan beserta jajaran di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam manajemen
pelayanan KB menjadi hal yang sangat penting. Dengan manajemen pelayanan yang baik,
diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility),
penerimaaan (acceptability) dan kualitas pelayanan (quality).
Sejak 1 Januari 2014 telah dilaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai
pemenuhan amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Kemudian melalui Peraturan Presiden Nomor 12
tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan menyatakan bahwa pelayanan KB termasuk dalam
manfaat pelayanan promotif dan preventif. Manfaat pelayanan KB yang dijamin meliputi
konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi, dengan pembiayaannya diatur dalam
Permenkes Nomor 59 tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Pelayanan yang dimaksud diselenggarakan bekerja
sama dengan lembaga yang membidangi KB, dalam hal ini BKKBN. Mengacu pada
Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan
Nasional, penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Dengan JKN diharapkan dapat
mendukung peningkatan dan percepatan pencapaian target kesehatan ibu.
Maka dari itu Buku Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana di Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Insani ini merupakan panduan untuk menjabarkan kebijakan pelayanan KB di
Rumah Sakit bagi Tenaga Kesehatan, Lintas Program/Sektor, Organisasi Profesi dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sehingga peran dan tanggung jawab dalam pelayanan
KB dapat dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
B. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan akeses, kualitas dan keamanan pelayanan Keluarga Berencana di
Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Insani
2. Khusus
a. Tersedianya tatalaksana administrasi dan manajemen pelayanan Keluarga
Berencana di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Insani
b. Tersedianya Sistem pelayanan dan rujukan KB termasuk Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE)
c. Terwujudnya koordinasi dan kerjasama dalam pelayanan KB
d. Tersedianya panduan dalam penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan dalam pelayanan KB
e. Tersedianya panduan kebutuhan dan kompetensi tenaga pelayanan KB
f. Tersedianya panduan pola pembiayaan pelayanan KB.
C. Ruang Lingkup pelayanan KB di Rumah Sakit
Semua jenis pelayanan kontrasepsi berikut penanganan efek samping, komplikasi dan
kegagalan pelayanan kontrasepsi, aborsi aman sesuai indikasi medis serta penaganan
infertilitas sesuai dengan ketersediaan sumber daya RS seperti SDM, fasilitas, sarana
prasarana, dsb
D. Sasaran
Sasaran program pelayanan KB di RS adalah:
1. Pasangan usia subur
2. Klien rujukan komplikasi dan efek samping
3. Klien pasca persalinan dan pasca keguguran
4. Pasangan yang infertil
5. Masyarakat
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang RepubIik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Undang-undang Republik IndonesiaNomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014 tentang Sistim
Infomasi Kesehatan
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi
12. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional.
13. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
14. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
15. Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013 tentang perubahan Atas peraturan
Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran
17. Peraturan Menteri Kesehatan 1464/PER/X/ 2010 tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang Tidak Diminati
19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan
kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2014 tentang Penggunaan Dana
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan
Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik
Pemerintah Daerah
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Sistem Indonesian Case Base Groups (INA CBGs)
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perijinan RS.
24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 tahun 2014 tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
26. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 03.01/160/I/2010
tentang Rencana Strategis Tahun 2010-2014
27. Peraturan Kepala BKKBN 143/HK-010/B5/2009 tentang Pedoman Jaminan dan
Pelayanan Keluarga Berencana.
28. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 249/PER/E1/2011 tentang Kebijakan
Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi dalam Program Kependudukan dan
Keluarga Berencana
29. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 281 /PER/B4/2011 tentang Petunjuk Teknis
Monitoring Evaluasi Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kab/ Kota
30. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor
120/PER/G4/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan
Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.
BAB II
PENGORGANISASIAN
A. Struktur Organisasi
Dengan bervariasinya kepemilikan RS maka berpengaruh terhadap struktur
organisasi PKBRS. Untuk Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Insani strukturnya
mengikuti kebijakan/aturan kepemilikan RS.
Dalam pelaksanaan pelayanan KB di RS dilakukan secara terpadu oleh
tim/pokja yang terdiri dari unit di bagian Kebidanan, Poli Kandungan, OK, dan
Farmasi yang telah ditetapkan dengan SK direktur RS
Struktur Organisasi
Direktur Utama
Manajer
Pelayanan
Medis
Tim Distribusi
Pokja Alkon/Obat
Penanggung Penanggung
Jawab Medis Jawab
Administrasi
KI Poli O
E Kan K
dung
an
B. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Direktur Utama
- Merupakan penanggung jawab utama dalam PKBRS
- Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan (Provinsi/Kabupaten/Kota) dalam
istitusi KB setempat untuk kegiatan yang berkaitan dengan layanan KB
2. Manajer Pelayanan Medis
- Sebagai pennggung jawab penyelenggaraan KBRS adalah dokter
- Berkoordinasi dengan unit/bagian lain terkait pelayanan KB di RS
- Memberikan laporan penyelenggaraan pelayanan KB di RS kepada Direktur
Utama
- Membuat perencanaan kebutuhan alkon
- Melakukan monev pelayanan KB di RS
3. Manajer
- Sebagai penanggung jawab ketersediaan alkon di bagian farmasi
- Berkoordinasi dengan unit/bagian lain terkait pelayanan KB di RS
- Memastikan pendistribusian alkon kebagian farmasi
4. Penanggung Jawab Medis
- Sebagai penanggung jawab layanan medis KB di bagian obgyn dan bedah
- Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan konseling,tindakan medis di
Poli dan tindakan operatif
5. Penanggung Jawab Administrasi
- Bertanggung jawab dalam pencatatan dan pelaporan pelayanan KB di RS,
termasuk pencatatan dan pelaporan penggunaan alkon
- Memberikan laporan kepada manajer pelayanan medis
6. Instalasi bagian Farmasi
- Bertanggung jawab dalam penerimaan dan pendistribusian alkon
- Menjaga mutu, keamanan, serta ketersediaan alkon
7. Unit Bagian KIE, Poli Kandungan, OK
- Berperan dalam kegiatan KIE/motivasi calon Akseptor
- Memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan standar pelayanan yang
berlaku (SOP) serta memberikan yang bermutu sesuai standar profesi
BAB III
PELAYANAN KB DI RUMAH SAKIT
Pelayanan KB mendukung percepatan penurunan jumlah kematian ibu dengan
mencegah kehamilan 4 terlalu dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD) ini dapat terjadi pada; PUS dengan unmet need, kegagalan dan Drop Out
(DO) KB; kasus perkosaan dan remaja seks pra-nikah. Terjadinya kehamilan pada keadaan
tersebut sering berakhir dengan tindakan aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) yang dapat
membahayakan nyawa ibu yang merupakan salah satu penyebab masih tingginya jumlah
kematian ibu.
Pelayanan Keluarga Berencana merupakan bagian dari pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan sehingga pelaksanaannya harus terintegrasi dengan program kesehatan secara
keseluruhan terutama kesehatan reproduksi. Dalam pelaksanaannya, pelayanan keluarga
berencana mengacu pada standar pelayanan dan kepuasan klien.
Pelaksanaan pelayanan KB baik oleh pemerintah maupun swasta harus sesuai standar
pelayanan yang ditetapkan untuk menjamin pelayanan yang berkualitas dengan memenuhi:
pilihan metode kontrasepsi (cafetaria system); informasi kepada klien; kompetensi petugas;
interaksi antara petugas dan klien; mekanisme yang menjamin kelanjutan pemakai KB;
jejaring pelayanan yang memadai (Judith Bruce, 1990).
A. Klasifikasi Pelayanan KB di RS
Pelayanan KB yang diselenggarakan di rumah sakit mencakup semua jenis alat/obat
kontrasepsi baik jangka pendek maupun jangka Panjang dengan pelayanan penanganan
efek samping, komplikasi, kegagalan, rekanalisasi dan infertilitas.
Pelayanan KB terbagi menjadi beberapa klasifikasi layanan yaitu:
1. Pelayanan KB Lengkap
Adalah pelayanan Keluarga Berencana yang meliputi pelayanan kontrasepsi kondom,
pil Kb, suntik KB, alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR/IUD), serta penanganan
efek sampingdan komplikasi pada tingkat tertentu sesuai kemampuan dan
fasilitas/sarana yang tersedia.
Tenanga yang tersedia:
- Dokter spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
- Dokter umum terlatih (jika tidak ada dokter spesialis)
- Bidan terlatih
- Perawat terlatih
- Tenaga konselor
2. Pelayanan KB Sempurna
Adalah pelayanan Keluarga Berencana yang meliputi pelayanan KB lengkap
ditambah dengan MOP dan MOW (bagi yang memenuhi persyaratan), penanganan
kegagalan dan pelayanan rujukan
Tenagan yang tersedia:
- Dokter spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan atau Dokter
Spesialis Bedah
- Dokter umum terlatih (jika tidak ada dokter spesialis)
- Bidan terlatih
- Perawat terlatih
- Teanga konselor
- Dokter Anastesi
B. Kompetensi Tenaga
C. Sistem Pelayanan
Pasien dating
sendiri/rujukan
Instalasi Unit
terkait
KIE,
Konseling
dengan ABPK
Informed KIE
Consent ulang
Pemeriksaan
penunjang
Dilakukan
pelayanan
KB
2.3 Konseling
Setelah diberikan KIE maka dilakukan konseling dengan menggunakan alat
bantu penga,bilan keputusan (ABPK) untuk memberikan bantuan kepada klien
dalam pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi yang cocok
Peralatan medis
No Peralatan Lengkap Sempurna Parip Ket
urna
1 Meja Ginekologi ˅ ˅ ˅
2 Tensimeter ˅ ˅ ˅
3 Stetoskop ˅ ˅ ˅
4 IUD Kit ˅ ˅ ˅
5 Laparoskop ˅ ˅ ˅
6 Emergensi Kit ˅ ˅ ˅
7 Sterilisator ˅ ˅ ˅
8 Alat Suntik ˅ ˅ ˅
9 Perlengkapan & obat ˅ ˅ ˅
untuk IUD, MOP dan
MOW
10 Perlengkapan & Obat ˅ ˅ ˅
untuk KB pil
11 Perlengkapan & Obat ˅ ˅ ˅
untuk KB suntik
Persediaan Alkon
No Alkon Lengkap Sempurna Paripurna Ket
1 Kondom ˅ ˅ ˅
2 Pil KB ˅ ˅ ˅
3 Suntikan ˅ ˅ ˅
4 IUD ˅ ˅ ˅
BKKBN PUSAT
(GUDANG)
BKKBN
PROVINSI
(GUDANG)
PUSKESMAS RUMAH
SAKIT
AKSEPTOR
G. Pencatatan dan Pelaporan
Hasil pemantauan dan evaluasi sesuai alur di atas untuk analisis situasi dan
kualitas pelayanan saat ini sebagai bahan perencanaan peningkatan kualitas pelayanan
KB berikutnya.
RS melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan PKBRS
dilaporkan secara berkala ke Departeman Kesehatan dan disampaikan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pencatatan pelaksanaan layanan KB di RS memiliki 2 metode mekanisme
yaitu:
1. Pencatatan dan pelaporan menggunakan:
- Kartu peserta KB yang digunakan sebagai tanda pengenal dan bukti diri
sebagai peserta KB
- Sensus rawat jalan yang terdapat pada Poli
- Register hasil pelayanan KB di Poli
- Register alat kontrasepsi yang telah digunakan untuk mecatat penerimaan dan
pengeluaran, serta persediaan semua jenis alkon di Poli
- Laporan bulanan yang digunakan untuk melaporkan kegiatan dan hasil
kegiatan pelayanan kontrasepsi baik untuk peserta KB baru maupun ulang
Laporan bulanan hasil pelayanan KB di RS dikirimke Dinkes Kab/Kota selambat-
lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. Institusi KB di Kab/Kota dapat mengambil
laporan tersebut berkoordinasi dengan Dinkes Kab/Kota apabila diperlukan
2. Pencantuman dan pelaporan pelayanan KB di RS mengikuti Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) yang terdiri dari:
- Pencatatan dalam rekam medik pasien
- Pencantuman dan pelaporan menggunakan
a. Formulir 1 yang meliputi:
- Kunjungan rawat jalan yang terdiri dari kinjungan baru dan kunjungan ulang
- Metode kontrasepsi yang digunakan untuk peserta KB baru dan ulang berikut
keluhan efek samping
- Kegiatan penyuluhan KB
- Kegiatan rujukan KB meliputi rujukan pasien, pengirim dokter ahli ke sarana
kesehatan lain dan kunjungan dokter ahli diterima
b. Formulir 2
Tentang data dan keadaan morbiditas pasien
H. Sistem Rujukan
Rujukan pelayanan kesehatan adalah upaya pelimpahan tanggung jawab dan
wewenang secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan untuk penyelenggaraan
kesehatan paripurna. Rukujan penyelenggaraan pelayanan KB dapat dilakukan dari unit
pelayanan KB di luar RS (RB/Puskesmas/Klinik) ke RS atau unit pelayanan KB di RS
dengan kemampuan pelayanan KB lebih tinggi.
Rujukan dapat berlangsung secara vertical dan horizontal, rujukan balik, rujukan
eksternal dan internal sesuai dengan fungsi koordinasi dan jenis kemampuan yang
dimiliki. Rujukan internal berpedoman pada prosedur rujukan di dalam RS dan
mekanisme kerja di bagian terkait.
Konseling merupakan suatu bentuk komunikasi interpersonal yang khusus, yaitu suatu
proses pemberian bantuan yang dilakukan kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan
atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap klien meliputi fakta-fakta,
harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien
Pelayanan konseling dimaksud merupakan proses informed choice, dimana klien telah
menentukan pilihan kontrasepsi berdasarkan informasi yang telah diterima secara lengkap.
Konseling lebih diutamakan untuk pasien bary serta dapat diberikan pra dan pasca pelayanan
KB oleh petugas medis dan paramedic terlatih yaitu dokter, bidan, perawat.
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu:
1. Pembinaan hubungan baik (support)
2. Penggalian iformasi (identifikasi masalah,kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dsb)
dan pemberian informasi (sesuai kebutuhan)
3. Pengambilan keputsan, pemecahan masalah, perencanaan
4. Mendindaklanjut pertemuan
Dalam leterampilan konseling, hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas yaitu:
1. Bertanya dengan pertanyaan terbuka
2. Mendorong klien untuk bertanya
3. Memperlakukan klien dengan hormat
4. Melayanin klien secara pribadi
5. Mendiskusikan kunjungan berikutnya
6. Menanyakan kekhawatiran klien
7. Menggunkan alat bantu visual
8. Menggunakan rekam medik klien
9. Meyakinkan lerahasiaan klien
BAB V
HUBUNGAN KERJA DALAM PELAYANAN KB RUMAH SAKIT
B. Teknis Medis
RS Bersama dengan organisasi profesi memiliki hubungan kerja yang bersifat teknis
medis layanan KB dalam rangka pemantapan dan peningkatan mutu pelayanan
terutamapenggunaan metode/alat kontrasepsi meliputi:
1. Pendidikan dan pelatihan
2. Sertifikasi
3. Jaga mutu
RS juga melakukan kemitraan dan berbagai institusi seperti: Institusi Pendidikan
Kesehatan, Klinik-klinik KB di luar RS, Rumah Bersalin, Puskesmas, dan sebagainya
BAB VI
PEMBIAYAAN
Sumber pembiayaan dalam layanan KB RS berasal dari:
1. APBN
2. APBD Provinsi/Kabupaten/Kota
3. Biaya Mandiri
4. Jaminan Kesehatan Nasional
5. Sumber lainnya
Biaya pelayanan KB di RS memiliki beberapa komponen:
1. Konsul dokter
2. Tindakan meliputi:
- Jasa pelayanan
- Jasa rumah sakit
- Bahan dan alat habis pakai
3. Ayoman pasca pelayanan
Besarnya biaya pelayanan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
BAB VII
PENGENDALIAN KUALITAS PELAYANAN
Merupakan upaya untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelayanan KB
di RS. Kegiatan ini meliputi:
1. Evaluasi/Penilaian dari Provider (internal)
Merupakan suatu proses untuk mengukur diri sendiri sejauh mana pelayanan yang
telah diberikan oleh provider yang bersangkutan sesuai dengan standar/pedoman yang
tersedia. Untuk melakukan penilaian tersebut, digunakan check list yang memuat
prosedur pelayanan yang sudah diberikan. Demgam penilaian diri tersebut, secara
bertahap provider akan terus dapay meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikannya
Pemantauan oleh Tim Jaga Mutu (eksternal)
Merupakan kegiatan untuk memantau kualitas yang diberikan di RS. Pemantauan
dimaksud antara lain mencakup mutu interaksi petugas-klien melalui pengumpulan
data, menilai hasil pembantauan dengan membandingkan dengan pedoman pelayanan
yang telah ditetapkan, identifikasi sebagai permasalahan yang muncul berdasarkan
hasil penilaian, menetapkan urutan prioriyas penyelesaian masalah dan mencari jalan
keluar tersebut serta menilai keberhasilannya.
2. Akreditasi
Dalam akreditasi 5 pelayanan terdapat parameter yang mengukur pelaynanan medik
termasuk pelayanan kontrasepsi mantap yang diberikan oleh RS
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring/pemantauan
Pemantauan PKBRS dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas/memperbaiki
pelayanan kontrasepsi di Rumah Sakit, yang mencakup:
1. Pelayanan
2. SDM
3. Pembiayaan
4. Pelaporan
5. Fasilitas
Pemantauan dilakukan melalui:
1. Analisis hasil pencatatan dan pelaporan
2. Pertemuan/rapat koordinasi
Pemantauan internal dilakukan oleh Tim Jaga Mutu RS dengan cara self assessment
yang dapat dilakukan 4 kali setahun.
Pemantauan eksternal oleh Tim Jaga Mutu dilakukan di fasilitas pelayanan KB
diwilayah kerja tim jaga mutu tersebut yang meliputi:
Monitoring kualitas (4kali pertahun)
Supervise fasilitatif (4kali pertahun)
Audit medik pelayanan KB (berdasarkan kasus khusus dalam pelayanan KB)
Pertemuan koordinasi tim jaga mutu (2kali pertahun)
B. Evaluasi
1. Pendidikan dan pelatihan petugas KB baim didalam maupun diluar RS, meliputi
teknis medis dan kontrasepsi sesuai dengan kemampuan rumah sakit sebagai
upaya pengingkatan mutu pelayanan KB.
2. Dalam pelaksanaan pelatiahan berkoordinasi dengan organisasi profesi
(POGI,IBI), PKMI, JNPK Depkes atau Dinkes dan BKKBN.
3. Sertifikasi
C. Pengembangan Layanan
1. Riset Operasional
Riset operasional dilakukan oleh pokja yang anggotanya terdiri dari dokter
spesialis, dokter umum dan bidan. hasil riset tersebut dapat diimplementasikan
dalam rangka kualitas pelayanan
2. Pengambangan kemitraan PKBRS
Dapat berbentuk bakti social, kampanye mengenai kesehatan reproduksi untuk
sekolah/masyarakat, dsb
BAB X
PENUTUP