Anda di halaman 1dari 59

PEDOMAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

RUMAH SAKIT SITI KHODIJAH

RS. SITI KHODIJAH


Jl. Kolonel Makmun Rasyid No. 59 Kel. Way Urang, Kalianda, 35551

Telp. 082373756673 Fax 0727-323078 Email rs.sitikhodijahkalianda@gmail.com


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatNya, Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit ini dapat
terselesaikan. Penulisan Pedoman Pelayanan KBRS dibuat dalam rangka
pemenuhan standar akreditasi Rumah Sakit. Pedoman Pelayanan ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi tim PKBRS untuk
meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Siti Khodijah.

Pembuatan Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit ini


tentunya masih jauh dari sempurna, baik secara konteks maupun konten,
untuk itu penulis membuka diri untuk saran dan kritik demi perbaikan ke
depan. Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
banyak memberikan konstribusi dalam penyusunan Pedoman Pelayanan
KBRS ini, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Besar harap penulis agar Pedoman Pelayanan Keluarga
Berencana Rumah Sakit ini bermanfaat untuk tim PKBRS.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan……………………………………………………………………
BAB II Standar Ketenagaan………………………………………………………….
BAB III Fasilitas………………………………………………………………………..
BAB IV Tata Laksana………………………………………………………………….
BAB V Logistik…………………………………………………………………………
BAB VI Keselamatan Pasien…………………………………………………………
BAB VII Keselamatan Kerja…………………………………………………………..
BAB VIII Pengendalian Mutu…………………………………………………………
BAB IX Manajemen Resiko…………………………………………………………..
BAB X Penutup…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menjadi permasalahan utama
bidang kesehatan serta masih jauh dari target global SDGs. Dari hasil Survei
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menyebutkan AKI 305/100.000 Kelahiran
Hidup (KH), dan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2024 untuk AKI sebesar 183/100.000 Kelahiran Hidup. Angka Kematian Neonatal
(AKN) masih tinggi di Indonesia. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2017 menyebutkan AKN adalah 15/1.000 KH dengan target 2024 adalah 10 per 1.000
kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) 24/1.000 KH dengan target 2024 adalah
16/1.000 KH. Sedangkan target 2030 secara global untuk AKI adalah 70/100.000 KH,
AKB mencapai 12/1.000 KH dan AKN 7/1.000 KH. Salah satu pendekatan yang
banyak digunakan adalah pendekatan Safe motherhood, dimana terdapat empat pilar
dalam menurunkan angka kematian ibu, yaitu keluarga berencana, pemeriksaan
kehamilan sesuai standar, persalinan bersih dan aman, serta PONED dan PONEK.
Pelayanan kontrasepsi atau keluarga berencana merupakan merupakan intervensi
strategis dalam menurunkan AKI dan AKB.
Penggunaan kontrasepsi bertujuan untuk memenuhi hak reproduksi setiap
orang, membantu merencanakan kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan,
dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Penggunaan alat kontrasepsi secara
tepat juga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi, oleh karena itu pemenuhan
akan akses dan kualitas program Keluarga Berencana (KB) sudah seharusnya
menjadi prioritas dalam pelayanan Kesehatan. Dalam rangka meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan KB sesuai rekomendasi International Conference on
Population and Development (ICPD) tahun 1994, upaya penguatan manajemen
pelayanan KB menjadi salah satu upaya yang sangat penting. Hal ini juga selaras
dengan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu
pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan KB yang aman, bermutu, dan
terjangkau oleh masyarakat.
Saat ini, beberapa program yang menyangkut pelayanan kesehatan reproduksi
telah dilaksanakan di Rumah Sakit termasuk pelayanan KB. Rumah Sakit sebagai
tingkat rujukan primer, sekunder dan tersier mempunyai kewajiban menyediakan
pelayanan KIE dan konseling KB yang diarahkan pada terciptanya akseptor mantap
(MOW/MOP), penanganan efek samping dan komplikasi serta kegagalan KB,
penanganan rujukan KB yang meliputi pelimpahan kasus, peningkatan pengetahuan
dan ketrampilan, penelitian dan pengembangan KB serta pembinaan medis
pelayanan KB untuk fasilitas pelayanan dasar.
Kegiatan Keluarga Berencana di Rumah Sakit telah dicanangkan mulai tahun
1973-1974 dengan Program post partum Rumah Sakit (P3RS). Pada tahun 1979-
1980 program ini berubah menjadi program keluarga berencana di rumah sakit atau
PKBRS Maka dalam hal ini RS Siti Khodijah mendukung program KB yang
diselenggarakan Pemerintah, dengan melaksanakan kegiatan pelayanan PKBRS,
selain melayani pasien intern juga melayani rujukan bidan, mitra kerja perusahaan,
asuransi yang meliputi pelayanan KB, konseling KB, penanganan komplikasi,
kegagalan KB peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan untuk
meningkatkan aksebilitas untuk pemberian kontrasepsi mantap dan berkualitas.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai dasar pedoman pelayanan keluarga berencana di RS Siti Khodijah

2. Tujuan Khusus
Secara kuantitatif, PKBRS bertujuan menunjang upaya penurunan fertilitas
sekaligus mortalitas dan morbiditas khususnya bagi ibu dan anak
melalui Pelayan KB Paripurna yang ditunjukan kepada sasaran yang
berhubungan dengan rumah sakit terdiri dari aspek :
a) Promotif, berupa pelayanan KIE-Kb dan Kesehatan Ibu dan Anak.
b) Preventif, berupa pelayanan kontrasepsi menggunakan metode efektif terpilih
( IUD, Implant dan Kontap).
c) Kuratif, berupa pelayanan efek sampingan, komplikasi dan kegagalan
penggunaan kontrasepsi serta pelayanan mendis lainnya bagi akseptor KB.
d) Rehabilitative, berupa pelayanan reversibilitas dan infertilitas.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan KB di Rumah Sakit Siti Khodijah meliputi semua jenis
pelayanan kontrasepsi, penanganan efek samping, komplikasi, kegagalan,
penanganan dengan masalah kesehatan reproduksi lain dan pelayanan kontrasepsi
pasca persalinan dan pasca keguguran sesuai dengan fasilitas yang tersedia di
Rumah Sakit.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan KB untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sekaligus
pelayanan kesehatan ibu dan anak untuk memberikan rasa aman dan
perlindungan kepada akseptor untuk berkeluarga kecil.
2. Pelayanan KB yang ditujukan kepada penderita terutama d rumah sakit untuk
menghindari atau mengurangi kemungkinan kedaruratan medic karena resiko
kehamilan.
3. Pelayanan KB untuk membantu penderita dan keluarga mendeteksi masalah
reproduksinya.

E. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional RI No. 2/ Tahun 2021: Prioritas Nasional III;
Tentang Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Menuju Cakupan Kesehatan
Semesta.
2. PP No. 87/ Tahun 2014 : Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga.
3. PMK No. 97/ Tahun 2014 : Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Kualifikasi sumber daya manusia di RS Siti Khodijah yang melaksanakan PKBRS,
melputi :
PENDIDIKAN
NO JENIS TENAGA SERTIFIKASI
FORMAL
Pendidikan Dokter In Alarm, Pelatihan
1. Dokter Spesialis Obgyn
Spesialis PONEK
D3 kebidanan, D4 Midwifery Update
2. Bidan pelaksana kebidanan, S1
Kebidanan

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan di RS Siti Khodijah yang melaksanakan PKBRS, meliputi :
Ruangan Jenis Tenaga Jumlah Keterangan
Poliklinik
Bidan 2
Kandungan
Perawatan Bidan 2
PONEK / VK Bidan 4
Perawatan Bidan 2

C. PENGATURAN JAGA
Pengaturan jadwal dinas di RS Siti Khodijah adalah sebagai berikut:
Jadwal Dinas Waktu
Dinas Pagi Pkl 08.00 – 14.00
Dinas Sore Pkl 14.00 – 20.00
Dinas Malam Pkl 20.00 – 08.00
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. STANDAR FASILITAS

Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu mata rantai fasilitas pelayanan medis
Keluarga Berencana yang pada umumnya terpadu dengan fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas
pelayanan Keluarga Berencana meliputi fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional dan fasilitas
pelayanan Keluarga Berencana masyarakat.

Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional diselenggarakan oleh tenaga profesional, yaitu
dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat kesehatan. Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana
professional ini dapat bersifat statis dan bersifat bergerak (mobil).

Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional yang bersifat statis meliputi pelayanan-
pelayanan Keluarga Berencana yang dilaksanakan pada fasilitas pelayanan Keluarga Berencana
Sederhana, Lengkap, Sempurna dan Paripurna. Pengelompokan fasilitas tersebut didasarkan pada
kemampuan dan kewenangannya.

Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana profesional yang bersifat bergerak (mobil) adalah pelayanan
yang menjangkau masyarakat di pedesaan, yaitu Tim Keluarga Berencana Keliling, Puskesmas Keliling
dan Tim Mobil Kontap.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana oleh masyarakat ialah pelayanan Keluarga Berencana yang
diselenggarakan oleh masyarakat, meliputi PPKBD, Sub PPKBD, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
Pos KB – Kes, dan Kelompok Akseptor.
1) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana ialah fasilitas yang mampu dan berwenang
memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a. Sederhana (kondom)
b. Pil KB
c. Suntik KB
d. AKDR / Implan bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih
e. Upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan.
Fungsi
a. Memberikan pelayanan KIE medis selama ataupun sesudah pelayanan
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil dan suntik KB
c. Memberikan pelayanan AKDR / implan dan pelayanan konseling bagi fasilitas pelayanan
yang memiliki tenaga bidan terlatih
d. Memberikan pelayanan rujukan sesuai dengan kemampuan
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga minimal yang diperlukan :
 Bidan yang sudah mendapat pelatihan Keluarga Berencana

2) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Lengkap


Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Lengkap adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a. Sederhana
b. Pil KB
c. Suntik KB
d. AKDR
e. Pemasangan / pencabutan implant
f. Kontrasepsi mantap pria, bagi yang memenuhi persyaratan
Fungsi
a. Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, dan implant serta
kontrasepsi mantap pria bagi yang memenuhi persyaratan
c. Memberikan pelayanan konseling bagi fasilitas yang memiliki tenaga bidan terlatih
d. Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi sesuai dengan
kemampuan
e. Memberikan pelayanan rujukan
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga minimal yang diperlukan adalah :
 Bidan atau perawat yang sudah mendapat pelatihan
 Tenaga administrasi
3) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sempurna
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sempurna adalah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode :
a. Sederhana
b. Pil KB
c. Suntik KB
d. AKDR
e. Pemasangan / pencabutan implant
f. Kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan fungsi
• Memberikan pelayanan KIE medis sebelum ataupun sesudah pelayanan
• Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, implant dan
kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
• Memberikan pelayanan konseling bagi klien
• Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi
• Memberikan pelayanan rujukan
• Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas sesuai dengan kemampuan
• Memberikan pelayanan kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi
persyaratan
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
Tenaga yang diperlukan adalah :
 Dokter spesialis kebidanan yang telah mendapat pelatihan
 Tenaga bidan yang telah mendapat pelatihan

Fasilitas Pelayanan KB Sempurna berlokasi dan merupakan bagian dari:


a. RSU Kelas C yang mempunyai dokter spesialis obstetrik dan ginekologi yang telah
mendapat pelatihan
b. RSU Swasta setara yang mempunyai dokter spesialis kebidanan yang telah mendapat
pelatihan
c. RSU TNI / POLRI yang mempunyai dokter spesialis kebidanan yang telah mendapat
pelatihan
d. RS Bersalin

4) Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Paripurna


Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna ialah fasilitas yang mampu dan berwenang
memberikan semua jenis pelayanan kontrasepsi ditambah dengan pelayanan rekanalisasi dan
penanggulangan infertilitas.
Fungsi
• Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan.
• Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR d a n implant serta
kontrasepsi mantap wanita.
• Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi.
• Memberikan pelayanan rujukan.
• Memberikan pelayanan rekanalisasi.
• Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas.
• Melakukan pencatatan dan pelaporan.
• Melaksanakan pelatihan medis teknis dan konseling.
• Melakukan penelitian teknologi kontrasepsi dan biomedis.

Tenaga minimal yang diperlukan :


• Dokter spesialis obstetrik dan ginekologi yang telah mendapat pelatihan
penanggulangan infertilitas dan rekanalisasi.
• Dokter spesialis anestesi.
• Bidan yang telah mendapat pelatihan.
Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna berlokasi dan merupakan bagian dari:
a. RSU kelas A.
b. RSU TNI/POLRI kelas I.
c. RSU swasta setara.
d. RSU kelas B yang sudah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rekanalisasi.
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. SISTEM PELAYANAN KB DI RUMAH SAKIT


1. Pelayanan dilakukan sesuai standar di RS
2. Pendekatan Satu Atap (One Stop Service)
3. Terpadu dengan komponen kesehatan produksi lainnya
4. Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana sesuai ketentuan
5. Dokumentasi tindakan
6. Sistem rujukan
7. Monitoring dan evaluasi
8. Ayoman pasca pelayanan

B. ISU POKOK PENINGKATAN MANAJEMEN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA DI RUMAH


SAKIT
1. Peningkatan tata kelola pelayanan KB di Rumah Sakit
2. Peningkatan pemenuhan kebutuhan SDM yang kompeten
3. Peningkatan ketersediaan kebutuhan Alkon sesuai kebutuhan dan berkesinambungan
4. Peningkatan sarana, prasarana dan peralatan untuk pelayanan KB di Rumah Sakit
5. Pembiayaan pelayanan KB di Rumah Sakit
6. Peningkatan komitmen Pemda
7. Peningkatan kemitraan Organisasi Profesi dan Asosiasi terkait
8. Monitoring dan Evaluasi dalam PKBRS

C. KEBIJAKAN RUMAH SAKIT


1. Standar pelayanan medis pelayanan KB
2. Alur pencatatan-pelaporan program
RS wajib melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan PKBRS. Pencatatan dan
pelaporan dengan menggunakan formulir dari BKKBN dan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
D. PROSEDUR
1. Identifikasi Klien
Klien/calon akseptor yang datang untuk dilayani KB di RS pada tahap awal akan
melalui prosedur sebagai berikut :
a) Jika klien baru :
 Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri.
 Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh petugas paramedis.
 Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel PKBRS.
 Apabila klien bersedia menjadi akseptor KB maka diarahkan ke poli PKBRS.
 Apabila pasien belum mau ikut KB tetap dirujuk ke poli PKBRS untuk mendapat KIE.
b) Jika klien lama/ulangan :
 Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS atau datang sendiri.
 Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh petugas paramedis.
 Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke RS, maka konseling yang
diberikan berupa pemantapan pilihan.
 Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel PKBRS.
c) Klien dengan kasus khusus (misalnya : efek samping, komplikasi, pasca persalinan/keguguran)
sebelum dilakukan KIE dan konseling maka permasalahannya harus ditangani dengan baik
terlebih dahulu.
d) Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif, pelayanan KB pasca persalinan di RS
harus menjadi prioritas utama. Hal ini berarti diharapkan sebelum pasien pasca persalinan
pulang sudah dilakukan pelayanan KB.

E. KOMUNIKASI-INFORMASI-EDUKASI (KIE)
 Setelah dilakukan identifikasi Klien maka dilakukan kegiatan KIE.
 Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai berbagai metode kontrasepsi yang
tersedia di RS tersebut.
 KIE dapat diberikan oleh bagian promosi kesehatan/tenaga kesehatan yang sudah terlatih dalam
memberikan KIE.
F. KONSELING
Setelah diberikan KIE maka dilakukan konseling dengan menggunakan alat bantu pengambilan
keputusan (ABPK) untuk memberikan bantuan kepada klien dalam pengambilan keputusan pemilihan
kontrasepsi yang cocok.

G. PENAPISAN MEDIS
Setelah pasien memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan kemudian dilakukan penapisan medis
oleh dokter/dokter spesialis.

H. PELAYANAN KONTRASEPSI
 Pelayanan kontrasepsi diberikan oleh tenaga medis (dokter spesialis/dokter terlatih/bidan)
tergantung jenis kontrasepsi yang digunakan.
 Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi dan memperhatikan hak pasien
termasuk membuat informed consent.
 Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium, radiologi dan sebagainya.
 Pelayanan yang diberikan meliputi :
- Pelayanan preventif yaitu pelayanan kontrasepsi dengan lebih mengutamakametode efektif
terpilih (IUD, implant dan kontrasepsi
mantap).
- Pelayanan kuratif yaitu pelayanan efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan
kontrasepsi serta pelayanan ginekologis pada akseptor KB.
- Pelayanan rehabilitatif, berupa pelayanan infertilitas dan reversibilitas
(pemulihan kesuburan).

I. PEMANTAUAN MEDIS DAN PEMBERIAN NASEHAT PASCA TINDAKAN DILAKUKAN OLEH


PETUGAS KLINIK/MEDIS.

J. KUNJUNGAN KONTROL
Dapat dilakukan di tempat pemberi layanan (RS) atau fasilitas kesehatan diluar RS (Puskesmas, klinik,
dokter/bidan swasta) apabila klien sebelumnya merupakan kiriman/rujukan dari sarana pelayanan
kesehatan tersebut.
K. ALUR PELAYANAN KB RS SITI KHODIJAH

L. SISTEM RUJUKAN
Rujukan pelayanan kesehatan adalah upaya pelimpahan tanggung jawab dan wewenang
secara timbal balik dalam pelayanan kesehatan untuk penyelenggaraan kesehatan paripurna. Rujukan
penyelenggaraan pelayanan KB dapat dilakukan dari unit pelayanan KB di luar RS
(RSIA/RB/Puskesmas) ke RS atau unit pelayanan KB di RS ke RS lain dengan kemampuan
pelayanan KB lebih tinggi.
Rujukan dapat berlangsung secara vertikal dan horizontal, rujukan balik, rujukan eksternal
dan internal sesuai dengan fungsi koordinasi dan jenis kemampuan yang dimiliki. Rujukan internal
berpedoman pada prosedur rujukan di dalam RS dan mekanisme kerja di bagian terkait.
Ruang lingkup rujukan mencakup :
- Rujukan kesehatan (rujukan tenaga ahli dan rujukan sarana/logistik).
- Rujukan medis/kasus (rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan teknologi termasuk rujukan
spesimen, radiologi dan laboratorium).
Pelaksanaan pelayanan rujukan didasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Pelayanan KB belum/tidak tersedia pada fasilitas kesehatan tersebut.
2. Komplikasi atau kegagalan lebih lanjut yang tidak bisa ditangani oleh unit pelayanan
sederhana/diluar RS (Puskesmas, Bidan, RS/RB, dokter praktik swasta).
3. Kasus-kasus yang membutuhkan penanganan dengan sarana/teknologi yang lebih
canggih/memadai (misalnya layanan infertilitas)

M. MENYELENGGARAKAN KONSELING MENGENAI KB DAN KONTRASEPSI TERMASUK METODE


AMENORHEA LAKTASI (MAL) UNTUK PASIEN DAN SUAMI SEBELUM MENINGGALKAN RS.

Penyelenggaran konseling KB merupakan suatu proses yang bertujuan untuk membantu pasien
dan suami dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan
pilihannya
Tujuan pemberian konseling KB
 Memberikan informasi KB yang lebih rinci
 Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi kesehatannya
 Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau jika klien
membutuhkan bantuan medis.
 Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien tidak mengalami
keluhan.
Tempat konseling dilaksanakan oleh bidan dan dokter di ruang perawatan maupun di poli
kandungan.
1. Pelayanan KB Alamiah ( MAL, Coitus Interuptus, Sistem Kalender)
1.1 MAL ( Metode Amenore Laktasi )
adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif
yaitu hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya.
Cara Kerja: Penundaan /penekanan ovulasi
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:
a. Menyusui secara penuh (Full breast feeding), lebih efektif bila pemberian > 8 x
sehari.
b. Belum haid
c. Umur bayi kurang dari 6 bulan, sehingga MAL efektif sampai 6 bulan.
Keuntungan MAL
a. Efektifitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan).
b. Segera efektif dan tidak mengganggu senggama.
c. Tidak ada efek samping
d. Tidak perlu pengawasan medis
e. Tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya.
1.2 Senggama terputus / Coitus Interuptus adalah metode keluarga berencana tradisional
dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya dari vagina sebelum pria mencapai
ejakulasi.
Cara Kerja :
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan
dapat dicegah.
Keuntungan :
a. Efektif bila dilakukan dengan benar.
b. Tidak menganggu produksi ASI
c. Dapat dipakai sebagai pendukung metode KB lain
d. Tidak ada efek samping
e. Dapat digunakan setiap waktu dan tidak membutuhkan biaya.
1.3 Sistem Kalender
Adalah mencegah kehamilan dengan cara tidak melakukan senggama pada masa
subur yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda tanda adanya
kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari vagina.
Profil Teknik pantang berkala:
a. Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya berlangsung.
b. Efektif bila dipakai dengan tertib.
c. Tidak ada efek samping
d. Pasangan secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur ibu
Penyelenggaraan pelayanan KB Alamiah berupa kegiatan konseling dengan
menggunakan ABPK (Alat Bantu Pengambilan Keputusan), dilakukan di Poli
Obgyn dan ruang perawatan :
1) Petugas Melakukan persiapan (Tempat, materi, alat bantu).
2) Petugas memberikan Salam
3) Petugas menanyakan tentang kebutuhan dan keinginan klien.
4) Petugas menguraikan tentang hal hal yang berkaitan dengan MAL dan
alternative kontrasepsi yang lain.
5) Petugas membantu menentukan pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan
keadaannya.
6) Petugas menjelaskan secara lengkap tentang kontrasepsi pilihannya, dan
ulangi hal hal yang penting dan perlu untuk di ingat.
7) Petugas meminta klien untuk datang kembali bila diperlukan.
8) Petugas mencatat di kartu KB.

2. Pelayanan KB Hormonal (Pil,Suntik,Implan)


KB Hormonal merupakan kontrasepsi dengan menggunakan hormon estrogen dan hormone
progesteron.
2.1 Pil KB
Adalah kontrasepsi bentuk pil / tablet diminum, yang merupakan kombinasi dari
hormone estrogen dan progesteron.
Cara Kerja Pil KB
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan
terganggu pula.
Manfaat Pil KB
 Memiliki efektifitas tinggi bila diminum setiap hari.
 Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
 Tidak mengganggu hubungan seksual.
 Siklus haid menjadi teratur,banyaknya darah haid berkurang, tidak terjadi nyeri haid.
 Dapat digunakan jangka panjang selama masih menginginkan untuk mencegah
kehamilan.
 Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
 Mudah dihentikan setiap saat.
 Kesuburan segera kembali setelah pengguna pil dihentikan.
 Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
 Membantu mencegah:
a. Kehamilan ektopik
b. Kanker ovarium
c. Kanker endometrium
d. Kista ovarium
e. Penyakit radang panggul
f. Kelainan jinak pada payudara
g. Dismenore
h. Akne
Waktu mulai menggunakan pil KB
 Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan tersebut tidak hamil
 Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid. Boleh menggunakan pada hari ke 8, tetapi
perlu menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom). Mulai hari ke 8 sampai
hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai hari ke 14 atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan paket pil tersebut.
 Setelah melahirkan:
 Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
 Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
 Pasca keguguran ( segera atau dalam waktu 7 hari)
Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin menggantikan dengan pil
kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid.
Efek Samping menggunakan pil KB timbul:
 Gangguan menstruasi (tidak haid / amenore, haid sedikit tapi lama/ spotting)
 Mual, pusing atau muntah. Kontra Indikasi
 Hamil atau di curigai hamil
 Menyusui eksklusif
 Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
 Penyakit hati akut
 Perokok dengan usia > 35 tahun
 Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah > 180/110 mmhg
 Riwayat faktor pembekuan darah atau kencing manis
 Kanker payudara
 Migrain dan gejala nuerologik dan
 Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
2.2 KB Suntik
Adalah kontrasepsi hormonal yaitu 25 mg Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol
(Cyklofem) dan yang mengandung progestin (MPA) yang diberikan secara suntikan.
Cara Kerja
 Menekan ovulasi
 Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
 Perubahan pada endometrium ( atrofi ) sehingga implantasi terganggu.
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Jenis KB suntik
a. Suntikan 1 bulan
Suntikan 1 bulan atau suntikan kombinasi yang isinya 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan dengan cara
di suntikan intramuscular sebulan sekali.
b. Suntikan 3 bulan
Suntikan yang diberikan Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depoprovera)
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikan
intramuscular.
Waktu Mulai menggunakan kontrasepsi suntikan :
 Setiap saat selama siklus haid,mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid,
asal ibu tidak hamil.
 Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan ibu
tidak hamil, selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
 Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan, suntikan pertama dapat segera diberikan asalkan ibu tidak
hamil dan sebelumnya menggunakan kontrasepsi dengan benar dan tidak perlu
menunggu haid dating
 Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat diberikan asalkan ibu tidak hamil
dan ibu saat haid hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
 Bila pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan dapat
diberikan asal tidak hamil, bila sudah haid suntikan bisa diberikan pada siklus hari
1 sampai 7
 Pasca keguguran, suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari
 Pasca persalinan 3 minggu tidak menyusui suntikan kombinasi dapat diberikan
 Pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui sebaiknya diberikan suntikan 3 bulan

Keuntungan Kontrasepsi Suntikan


 Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang.
 Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
 Tidak pengaruh terhadap ASI
 Sedikit efek samping
 Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
 Tidak perlu periksa dalam
 Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai pramenopase.
 Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara, anemia .
 Mencegah beberapa penyakit radang panggul

Kerugian / Efek samping


 Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak / spotting,
atau perdarahan sela sampai 10 hari.
 Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan akan hilang setelah
suntikan kedua atau ketiga.
 Penambahan berat badan
 Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
 Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian

Kontra Indikasi Suntik KB


 Hamil atau di duga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Tidak dapat menerima terjadi gangguan haid.
 Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
 Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi >180/110
mmhg.
 Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun
 Penyakit hati akut.

2.3 Kontrasepsi Implan


Adalah kontrasepsi hormonal yang dipasang dibawah kulit lengan kiri bagian dalam .
Jenisnya Kontrasepsi implant:
 Norplant terdiri dari 6 batang untuk 5 tahun berisi 36 mg Levonorgestrel.
 Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur, dengan masa kerja 3 tahun, berisi 68 mg 3-
Keto-desogestrel.
 Jadena dan Indoplant terdiri dari 2 batang untuk 3 tahun, berisi 75 mg
Levonorgestrel

Cara Kerja
 Lendir serviks menjadi kental.
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi

Keuntungan
 Perlindungan jangka panjang
 Pengembalikan tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
 Bebas dari pengaruh estrogen.
 Tidak mengganggu kegiatan senggama.
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
 Dapat dicabut setiap sesuai dengan kebutuhan.
 Mengurangi jumlah darah haid
 Menurunkan angka kejadian endometriosis

Efek Samping
 Nyeri Kepala
 Peningkatan dan penurunan berat badan
 Nyeri payudara
 Perasaan mual
 Perubahan perasaan atau kegelisahan
 Membutuhkan tindak minor untuk insersi dan pencabutan
 Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat tuberculosis dan obat epilepsy
 Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi

Indikasi Implan
 Usia reproduksi, telah memiliki anak atau belum
 Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas tinggi.
 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
 Pasca persalinan dan tidak menyusui, pasca keguguran.
 Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
 Riwayat kehamilan ektopik
 Tekanan darah > 180/110 mmhg, dengan masalah pembekuan darah, anemia.
 Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
 Sering lupa menggunakan pil

Kontra Indikasi :
 Hamil / diduga hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
 Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
 Miom uterus dan kanker payudara
 Gangguan toleransi glukosa

3. Pelayanan KB Non Hormonal ( Kondom, IUD, MOW)


3.1.Kontrasepsi Kondom
adalah jenis kontrasepsi yang berbentuk selubung / sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan karet, plastic, bahan alami yang dipasang pada penis saat hubungan
seksual.
Cara Kerja :
 Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan.
 Mencegah penularan microorganisme dari satu pasangan kepasangan yang lain
Keuntungan
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Murah dan dapat dibeli secara umum
 Metode kontrasepsi sementara dan tidak perlu periksa dokter

Efek samping
 Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan)
 Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan.
 Dicurigai adanya reaksi alergi (Spermisida)
 Mengurangi kenikmatan hubungan seksual

Langkah-langkahnya:
a. Klien Daftar pendaftaran
b. Petugas Melakukan persiapan (Tempat,materi,alat bantu).
c. Petugas memberikan Salam
d. Petugas menanyakan tentang kebutuhan dan keinginan klien.
e. Petugas menjelaskan tentang hal hal yang berkaitan dengan Kontrasepsi dengan
memakai ABPK dan APE KB
f. Petugas membantu menentukan pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan
keadaannya.
g. Petugas melakukan anamnesa dan inform consent kepada klien.
h. Petugas melakukan pemeriksaan dan penapisan.
i. Petugas memberikan pelayanan kontrasepsi Kondom.
j. Petugas menjelaskan kembali tentang hal-hal yang penting yang perlu diingat
seputar kontrasepsi kondom

k. Petugas meminta klien untuk datang kembali bila diperlukan.


l. Petugas mencatat pada kartu KB dan Regester KB.

3.2 Kontrasepsi IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


Adalah Jenis Kontrasepsi non hormonal yang dipasang di dalam rahim.
Jenis AKDR
 AKDR CuT-380A
 Berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus terbuat dari tembaga (Cu).
 NOVA T (Schering)

Cara Kerja :
 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
 AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
 Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

Keuntungan IUD/AKDR
 Sangat Efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
 AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
 Metode jangka panjang (10 tahun).
 Tidak mempengaruhi hebengan seksual
 Tidak ada efek samping hormonal
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
 Dapat di pasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (bila tidak ada
terjadi infeksi)
 Dapat digunakan sampai menopause
 Membantu mencegah kehamilan ektopik dan tidak ada interaksi dengan obat- obat

Indikasi :
 Tidak hamil
 Usia Reproduksi, Gemuk / kurus.
 Keadaan Nulipara
 Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
 Setelah melahirkan menyusui atau tidak menyusui bayi.
 Setelah abortus atau kegagalan kehamilan dan tidak terlihat infeksi
 Ibu dengan penyakit yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormone

Kontra indikasi ;
 Sedang hamil
 Perdarahan vagina yang tidak diketahui
 Sedang menderita infeksi alat genital.
 Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus
septic.
 Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim.
 Diketahui penyakit TBC Pelvik
 Kanker alat genital
 Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

Efek Samping :
 Amenorea
 Kejang
 Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur.
 Benang yang hilang
 Adanya pengeluaran cairan dari vagina/dicurigai adanya PRP

Langkah-langkahnya:
a. Klien Daftar diloket pendaftaran
b. Petugas Melakukan persiapan (Tempat, materi, alat bantu).
c. Petugas memberikan Salam
d. Petugas menanyakan tentang kebutuhan dan keinginan klien.
e. Petugas menjelaskan tentang hal hal yang berkaitan dengan Kontrasepsi dengan
memakai ABPK dan APE KB
f. Petugas membantu menentukan pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan
keadaannya.
g. Petugas melakukan anamnesa dan inform consent kepada klien.
h. Petugas melakukan pemeriksaan dan penapisan.
i. Petugas memberikan pelayanan kontrasepsi IUD.
j. Petugas menjelaskan kembali tentang hal-hal yang penting yang perlu diingat
seputar kontrasepsi IUD.
k. Petugas meminta klien untuk datang kembali bila diperlukan.
l. Petugas mencatat di kartu KB dan Regester KB

3.3 MOW
Adalah metode KB dengan melakukan pengikatan atau pemotongan pada tuba fallopi
(saluran yang menghubungkan kandung telur dengan rahim), yang bertujuan untuk
mencegah sel telur bertemu dengan sperma di saluran ini

Waktu Penggunaan:
 Dapat segera diberikan dalam 7 hari pertama setelah persalinan maupun pasca
keguguran (WHO Mec 2015)
 Bila ada infeksi atau pasca abortus tidak aman tunda 3 bulan

Keuntungan:
 Sangat efekti 0.5 kehamilan per 100 pengguna selama setahun pertama
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
 Tidak ada efek samping hormonal

Keterbatasan
 Harus melalui prosedur medis
 Tidak melindungi dari infeksi menular seksual
 Rasa nyeri atau tidak nyaman pasca tindakan
Yang dapat menjalani MOW
 Usia > 35 tahun
 Paritas > 2
 Yakin dengan jumlah kehamilan yang diinginkan
 Kehamilan berikutnya agan memberikan risiko kesehatan yang serius
 Pasca persalinan dan pasca keguguran
 Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

Kontraindikasi
 Hamil atau dicurigai hamil
 Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
 Infeksi sistemik atau pelvik yang akut
 Tidak boleh menjalani prosedur pembedahan
 Ragu-ragu untuk menjalani prosedur
 Tidak menandatangani persetujuan medis tertulis

N. PELAYANAN KB PADA PASIEN HIV


Keluarga berencana (KB) pada orang HIV adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri yang terkonfirmasi positif HIV untuk mengindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami dan istri , menentukan jumah anak dalam keluarga dan pencegahan penularan dari ibu ke anak.
Ibu hamil maupun yang tidak hamil dengan terkonfirmasi HIV positif diberikan pengobatan ARV segera
tanpa memperhitungkan jumlah CD4 dan umur kehamilan, serta pengobatan ARV diberikan seumur
hidup. Semua ibu hamil dengan terkonfirmasi HIV diberi konseling dan pelayanan KB postpartum.
Semua metode kontrasepsi dapat digunakan oleh perempuan dengan HIV, kecuali kontrasepsi
hormonal tertentu yang mengurangi efektifitas ARV (kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen).
Petugas Kesehatan dapat memberikan pelayanan KB pada pasien HIV positif dengan syarat
menggunakan APD level 2.

O. PELAYANAN KB PADA PASIEN COVID-19


KePluarga berencana (KB) pada pasien COVID-19 adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri yang terkonfirmasi positif Covid-19 untuk mengindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan
dengan umur suami dan istri , menentukan jumah anak dalam keluarga.
Menurut Panduan Pelayanan KB dan Kespro dalam Situasi Pandemi Covid 19 yang diterbitkan oleh
Kemenkes RI yaitu bagi akseptor KB yang sudah habis masa pakainya atau sudah jadwal kontrol, jika
tidak memungkinkan untuk datang ke petugas kesehatan dapat menggunakan kondom yang dapat
diperoleh dengan menghubungi petugas PLKB atau kader melalui telfon. Apabila tidak tersedia bisa
menggunakan cara tradisional (pantang berkala atau senggama terputus). Ibu yang sudah melahirkan
sebaiknya langsung menggunakan KB Pasca Persalinan.
Petugas Kesehatan harus menggunakan APD dengan level 3 yang disesuaikan dengan pelayanan
yang diberikan dan memastikan klien menggunakan masker.

P. MENYELENGGARAKAN PELAYANAN KB PARIPURNA


Di RS Siti Khodijah belum tersedia untuk penatalaksanaan KB paripurna.

Q. MENYELENGGARAKAN KONSELING MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI TERMASUK


KONSELING PRA NIKAH
Dalam melakukan peran mereka sebagai pasangan, seorang suami dan istri haruslah memiliki
kesehatan lahir dan batin yang baik. Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah
bahwa kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik. Kesehatan reproduksi adalah
keadaan yang menunjukkan kondisi kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan
dengan fungsi dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit atau kelainan
yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Dalam kesehatan reproduksi pembagian peran
sosial perempuan dan laki-laki mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan laki-
laki. Peran sosial laki-laki dan perempuan itu semakin dirasakan dalam kesehatan reproduksi.
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia, misalnya masalah
pergaulan bebas pada remaja, kehamilan remaja, aborsi yang tidak aman, kurangnya informasi
tentang kesehatan reproduksi. Status/posisi perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama
masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan.
Kesehatan karena menyebabkan perempuan kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh, dan
fertilitasnya. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan reproduksi seperti
kehamilan, melahirkan, aborsi yang tidak aman, dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat
reproduksinya, perempuan lebih rentan secara sosial maupun fisik terhadap penularan IMS, termasuk
HIV-AIDS. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-laki dan perempuan.
Namun keterlibatan, motivasi, serta partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi masih sangat
kurang. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khususnya yang berkaitan dengan
IMS termasuk HIV-AIDS. Karena itu dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kesehatan
reproduksi harus diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-laki. Walaupun
korban kekerasan adalah perempuan dan laki-laki, perempuan pada dasarnya lebih rentan terhadap
kekerasan atau perlakuan kasar, yang pada dasarnya bersumber pada subordinasi perempuan
terhadap laki-laki atau hubungan gender yang tidak setara

1. Persiapan Pra Nikah


a. Persiapan Fisik:
Pemeriksaan status kesehatan :
 Tanda-tanda vital (suhu, nadi, frekuensi nafas, tekanan darah)
 Pemeriksaan Darah rutin : Hb, Trombosit, Lekosit,
Pemeriksaan Darah yang dianjurkan :
• Darah lengkap,Golongan Darah, Rhesus Gula Darah Sewaktu (GDS)
• Thalasemia
• Hepatitis B dan C
• Sifilis, HIV, TORCH (Toksoplasmosis, Rubella, Citomegalo virus dan Herpes simpleks)
 Pemeriksaan Urin

b. Persiapan Gizi :
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan melalui penanggulangan KEK
(Kekurangan Energi Kronis) dan anemia gizi besi serta defisiensi asam folat.
c. Status Imunisasi TT:

Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus dilakukan dengan
pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan penuh.
Status TT Interval ( selang waktu) Lama
TT I 0
TT II Seminggu setelah TT I 3 Tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 Tahun
TT IV 1 Tahun setelah TT III 10 Tahun
TT V 1 Tahun setelah TT IV 25 Tahun

d. Menjaga kebersihan organ reproduksi


 Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
 Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik.
 Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau.
 Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan menggunakan air
bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
 Khusus untuk perempuan:
 Tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan pembilas vagina.
 Jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
 Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam sekali
atau setelah buang air.
 Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
 Bagi laki-laki dianjurkan disunat untuk kesehatan.

2. Pemeriksaan Medis yang sebaiknya dilakukan sebelum menikah :


a. Tes Kesuburan
Untuk mengetahui peluang memiliki keturunan, kamu dan pasangan bisa menjalani tes
kesuburan, yaitu sebuah tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah organ reproduksi pria
maupun wanita cukup mendukung untuk mengalami kehamilan secara alami. Sebenarnya
pemeriksaan ini tidak wajib untuk dilakukan, namun tes kesuburan sebelum menikah sedikit
banyak bisa membantu merencanakan kehidupan keluarga kelak.
b. Kesehatan Reproduksi
Selain tes kesuburan, sebenarnya ada jenis tes yang lebih dianjurkan bagi pasangan yang
akan menikah, yaitu terkait kesehatan organ-organ reproduksi. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mendeteksi risiko penyakit menular seksual atau penyakit tertentu yang bisa ditularkan
ke pasangan. Dengan demikian, kamu dan pasangan bisa mengantisipasi penularan penyakit
sebelum nantinya aktif melakukan hubungan intim.
c. Tes Darah
Sebelum menikah, kamu dan pasangan bisa memilih untuk melakukan tes darah serta
mengetahui golongan darah dan rhesus. Pemeriksaan darah bisa dilakukan secara lengkap
meliputi cek Hb, hematokrit, leukosit, trombosit, eritrosit, dan laju endap darah (LED).
Manfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar kolesterol, sehingga terhindar
dari risiko penyakit jantung koroner dan stroke. Pemeriksaan darah bagi wanita juga
bermanfaat untuk mengukur kadar Hb. Sebab, tingkat Hb yang rendah bisa meningkatkan
risiko thalassemia saat menjalani kehamilan kelak.
d. Tes Hepatitis B
Percaya atau tidak, tes hepatitis B menjadi jenis pemeriksaan yang cukup dianjurkan untuk
dilakukan sebelum menikah. Pemeriksaan ini akan memberi gambaran apakah kamu atau
pasangan memiliki hepatitis B atau tidak, risiko penyakit ini pun bisa diketahui melalui tes.
Virus hepatitis B bisa bertahan lama di dalam tubuh pengidapnya dan mengganggu fungsi
hati. Kabar buruknya, virus penyebab penyakit ini sangat mudah menular melalui hubungan
intim, bahkan bisa juga ditularkan ke janin di dalam kandungan yang kemudian bisa
menyebabkan bayi lahir cacat.

3. Manfaat Konseling Pernikahan


Konseling pernikahan bukan hanya kegiatan “formalitas” yang dilakukan sebelum menikah.
Kegiatan ini justru punya banyak manfaat untuk kamu dan pasangan sebelum mengarungi
rumah tangga bersama. Apa saja manfaatnya?

a. Perencanaan Keluarga yang Baik


Melalui konseling pernikahan, kamu dan pasangan akan diberikan bekal informasi
mengenai perencanaan keluarga yang baik. Mulai dari bagaimana cara menghadapi isu
rumah tangga, membangun komunikasi yang efektif dengan pasangan dan mertua,
mengelola keuangan keluarga, hingga peran dan tanggung jawab suami- istri. Dengan
begitu, kamu dan pasangan akan memiliki bekal yang cukup untuk membangun keluarga
yang harmonis
b. Mencegah Perceraian
Sebuah studi melaporkan bahwa pasangan yang pergi ke konseling pernikahan berisiko
lebih kecil untuk bercerai dibandingkan dengan mereka yang tidak datang. Ini karena
melalui konseling pernikahan, kamu dan pasangan akan diajak untuk mengidentifikasi
ketakutan, nilai-nilai, keyakinan, kebutuhan, dan keinginan dalam membina rumah tangga
kelak. Dengan begitu, kamu dan pasangan akan berupaya bersama untuk melawan rasa
takut dan menerapkan nilai-nilai yang diyakini untuk mewujudkan rumah tangga yang
diharapkan

c. Berbagi Pengalaman dengan Konselor


Minimnya pengalaman tak jarang membuat hubungan pasangan menjadi renggang. Oleh
sebab itu, melalui konseling pernikahan, kamu bisa bertanya tentang cara membangun
rumah tangga yang baik dengan konselor, seseorang yang sudah dianggap memiliki
pengalaman yang cukup untuk membantu pasangan menyelesaikan masalah rumah
tangga. Jadi, kamu dan pasangan akan memiliki “rambu-rambu” sebelum mengambil
langkah besar kedepannya

d. Mempersiapkan Kehamilan dengan Baik


Hal lain yang juga dibahas dalam konseling pernikahan adalah cara mempersiapkan
kehamilan dengan baik. Ini termasuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk hamil,
menghitung jarak kehamilan yang aman, menyusun langkah-langkah untuk
mempersiapkan kehamilan dan persalinan, hingga cara membesarkan anak kelak
(termasuk pola asuh, menentukan pendidikan, dan lain- lain).
Terdapat tiga masa dalam reproduksi, antara lain :
1. Masa menunda perkawinan dan kehamilan
2. Masa menjarangkan kehamilan
3. Masa mencegah kehamilan
Fase diatas berkaitan dengan 4 terlalu :
1. Terlalu muda hamil
2. Terlalu muda melahirkan
3. Terlalu dekat jarak melahirkan
4. Terlalu sering melahirkan

R. KONSELING
Konseling merupakan suatu bentuk komunikasi interpersonal yang khusus, yaitu suatu proses
pemberian bantuan yang dilakukan kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap klien meliputi fakta-fakta, harapan,
kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Pelayanan konseling dimaksud merupakan proses informed choice, dimana klien telah
menentukan pilihan kontrasepsi berdasarkan informasi yang telah diterima secara lengkap.
Konseling lebih diutamakan untuk pasien baru serta dapat diberikan pra dan pasca pelayana n KB
oleh petugas medis dan paramedik terlatih yaitu dokter, bidan, perawat. Proses konseling terdiri dari 4
unsur kegiatan yaitu :
a. Pembinaan hubungan baik (rapport)
b. Penggalian informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dsb) dan
pemberian informasi (sesuai kebutuhan).
c. Pengambilan keputusan, pemecahan masalah, perencanaan.
d. Menindak lanjuti pertemuan.
Dalam ketrampilan konseling, hal-hal yang harus dilakukan oleh petugas yaitu:
1) Bertanya dengan pertanyaan terbuka
2) Mendorong klien untuk bertanya
3) Memperlakukan klien dengan hormat
4) Melayani klien secara pribadi
5) Mendiskusikan kunjungan berikutnya
6) Menanyakan kekhawatiran klien
7) Menggunakan alat bantu visual
8) Menggunakan rekam medis klien
9) Meyakinkan kerahasiaan klien.
Dalam menjalankan tugas konseling ini Departemen Kesehatan sudah menyusun alat bantu
pengambilan keputusan (ABPK)
S. HUBUNGAN KERJA DALAM PELAYANAN KB RUMAH SAKIT
Pelayanan KB di RS dilakukan secara terpadu oleh tim yang melibatkan unsur-unsur kesehatan
maupun non kesehatan. Seluruh unit/bagian dalam RS turut terlibat dalam mendukung layanan
tersebut terutama dalam KIE dan rujukan internal sehingga penjaringan calon akseptor potensial
meningkat. Disamping itu RS juga memiliki hubungan kerja dengan institusi lain diluar RS yang bersifat
koordinasi dan teknis medis layanan KB.
a. Koordinasi
Dalam melakukan kegiatan tersebut diatas, RS melakukan koordinasi dengan berbagai institusi
seperti BKKBN Pusat, Institusi KB di daerah, Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota), Dinas
Kesehatan, Asuransi, LSM dan sebagainya meliputi :
1. Promosi pelayanan KB RS
2. Pembiayaan
3. Penyediaan fasilitas, sarana/prasarana
4. Penyediaan SDM
5. Pelaporan
6. Monitoring dan evaluasi
7. Pelayanan KB diluar RS
b. Teknis Medis
RS bersama dengan organisasi profesi memiliki hubungan kerja yang bersifat teknis medis
layanan KB dalam rangka pemantapan dan peningkatan mutu pelayanan terutama penggunaan
metode/alat kontrasepsi/meliputi :
a. Pendidikan dan pelatihan
b. Sertifikasi
c. Jaga mutu
RS juga melakukan kemitraan dengan berbagai institusi seperti : Seminar, Institusi Pendidikan
Kesehatan, Klinik-klinik KB di luar rumah sakit, Rumah Bersalin, Puskesmas dan sebagainya.
BAB V
LOGISTIK

A. Panduan Dasar Penyimpanan alat/obat Kontrasepsi

Tata cara penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang baik merupakan upaya menjaga agar kualitas
alat/obat kontrasepsi tersebut selalu dalam kondisi yang baik aman untuk digunakan oleh klien KB.
Untuk itu, para petugas di klinik dan di lapangan perlu memperhatikan pedoman dasar alat/obat
kontrasepsi yang isinya antara lain sebagai berikut.
 Bersihkan dan sterilisasi tempat penyimpanan alat/obat kontraspsi secara teratur
 Simpan alat/obat kontrasepsi dalam keadaan kering, tidak lembab, \ X mendapat ventilasi
udara yang baik, dan tidak terkena sinar matahari langsung
 Pastikan bahwa alat pengaman bahaya kebakaran berada dalam kondisi baik, serta siap
dan mudah digunakan/diambil
 Tempatkan dus kondom terbuat dari karton, agar dijauhkan dari sumber lisrik/lampu,
untuk mencegah bahaya kebakaran
 Tempatkan dus penyimpanan alat/obat kontrasepsi (yang berada di gudang):
1. Kurang lebih 10 cm di atas lantai
2. Kurang lebih 30 cm dari tembok atau dinding
3. Tinggi susunan dus tidak lebih dari 2,5 meter
 Agar diatur dus karton sedemikian rupa sehingga kartu identitas/label yang berisi batas waktu
kadaluarsa atau waktu pembuatan di pabrik dapat mudah dilihat
 Tempatkan alat/obat kontrasepsi pada posisi yang memungkinkan untuk pendistribusian pada
sistem FEFO (first expire-first out distribution yaitu alat/obat kontrasepsi yang lebih awal
kadaluarsanya, agar lebih awal didistribusikan/dipakai oleh klien)
 Tempatkan tiap jenis alat/obat kontrasepsi secara terpisah, dan jauhkan dari bahan-bahan
yang mengandung insektisida, bahan kimia, arsip tua/lama, peralatan kantor dan material lain
 Pisahkan alat dan obat kontrasepsi yang sampai pada batas kadaluarsa, sesuai dengan
ketentuan pemerintahan atau Donor Agency/pemberi bantuan
 Pastikan bahwa penyimpanan alat/obat kontrasepsi benar-benar dalam posisi aman
Sistem Distribusi Dengan Cara FEFO
Untuk memastikan bahwa alat/obat kontrasepsi belum sampai pada batas kadaluarsa pada wkatu
disalurkan ke klien, maka perlu ditetapkan kebijakan FEFO ( first expire, first out), sebagai pengganti
sistem yang lama yaitu FIFO (first in first out). Kebijakan ini harus diinformasikan ke seluruh jajaran
petugas (klinik dan lapangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada FEFO:
• Teliti setiap dus alat/obat kontrasepsi yang tiba di gudang atau fasilitas pelayanan (RS,
Puskesmas, Klinik), kapan waktu kadaluarsa
• Letakan setiap dus alat/obat kontrasepsi sesuai dengan urutan waktu kadaluarsa. Letak dus
alat/obat kontrasepsi paling atas adalah alat/obat kontrasepsi yang masa kadaluarsanya paling
tua/dekat. Pastikan bahwa alat/obat kontrasepsi tersebut mudah terllihat dan mudah diambil
oleh petugas untuk disalurkan ke klien
• Umumkan kepada petugas lain agar menggunakan alat/obat kontrasepsi yang masa
kadaluarsanya paling tua terlebih dahulu pastikan untuk tidak menyalurkan alat/obat kontrasepsi
yang masa kadaluarsanya telah lewat

Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk Penjagaan Kualitas Alat/Obat Kontrasepsi
Pengamatan alat/obat kontrasepsi secara visual dapat dilakukan apabila secara fisik terlihat adanya
adanya tanda-tanda kelainan sebagai berikut. Jangan digunakan apabila terdapat tanda-tanda:
a. Pil KB
 Pil terlihat rusak (pecah-pecah, rapuh/remuk, berubah warna)
 Aluminium pembungkus rusak
 Pada paket/strip, ada pil yang hilang
 Pil terlihat buruk/rusak (ada bintik cokelat, mudah pecah)
b. Kondom
 Kondom terlihat rusak
 Kemasan kondom terbuka/bocor
 Segel kemasan tidak utuh
c. Implan
 Kemasan steril sudah rusak/terbuka
d. AKDR
 Kemasan steril sudah rusak/terbuka
Catatan: Efektivitas AKDR Cu tidak berkurang bila Cu-nya terlihat gelap atau ada
noda/bintik hitam.
e. Suntik KB
 Cairan memadat, walaupun sudah dicocok
Catatan: Bila cairan obat suntik terpisah, kocok dahulu sebelum digunakan.

PANDUAN INVENTARISASI ALAT / OBAT KONTRASEPSI

Guna mengetahui apakah obat/alat kontrasepsi yang tersimpan dalam gudang atau tempat
penyimpanan di RS/Klinik KB masih berada dalam kualitas yang baik dan aman untuk disalurkan ke klien,
perlu dilakukan pengamatan mutu terhadap fisik alat/obat kontrasepsi secara terbuka

Manajer atau penyelia yang mengunjungi tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang
perlu mengobservasi dan melakukan pengamatann dengan menggunakan Daftar Tilik.
Penggunaan Daftar Tilik dilakukan dengan cara mengisi pada kolom Ya/Tidak. Jawaban Tidak,
dapat mengindikasinkan permasalahan yang perlu diperhatikan dan dicarikan jalan keluarnya

Tabel 1: Manajemen Inventarisasi


Kegiatan Ya Tidak
Pencatatan
 Apakah pencatatan alkon teratur dan terkini ( up to date) ?
 Apakah data pencatatannya akurat?
 Apakah angka-angkanya benar?
Kondisi Persediaan
 Apakah persediaan setiap produk memadai (berada pada tingkatan
minimum dan maksimum) ?
 Apakah perkiraan penggunaan bulanan telah diperhitungkan secara
benar dan akurat?
 Apakah ada masalah pada kondisi produk alkon yang ada
(pecah/patah,rapuh)?
 Apakah fasilitas pelayanan dapat menjamin ketersediaan persediaan
alat/obat kontrasepsi?
Jaminan Mutu
 Apakah ada produk alat/obat kontrasepsi yang mengalami
permasalahan (rapuh,retak,pecah)?
Inventaris Fisik
 Apakah inventarisasi fisik dilakukan secara berkala
(bulanan/triwulan) ?
 Apakah inventarisasi dicatat pada kartu persediaan/kartu control
inventaris ?
Pemesanan
 Bila fasilitas pelayanan KB memesan alat/obat kontrasepsi, apakah
pesanan tersebut disesuaikan dengan tingkat minimum/maksimum?
 Apakah jumlah pemesanan dilakukan perhitungan secara teliti?
Pelaporan
 Apakah pelaporan dilakukan secara teratur pada waktunya?
 Apakah ada kesalahan dalam laporan dalam waktu 6 bulan terakhir?
 Apakah formulir laporan diisi dengan lengkap dan benar?
 Apakah informasi data laporan akurat?
Pembuangan produk yang telah digunakan
 Apakah ada alat/obat kontrasepsi yang telah rusak atau lewat masa
kadaluarsa, tetapi masih disimpan di fasilitas pelayanan KB?
 Apakah alat/obat kontrasepsi yang rusak atau lewat masa
kadaluarsa telah dipishakan dari alat/obat kontrasepsi yang masih
digunakan?
 Apakah staff pada fasilitas pelayanan KB telah melakukan prosedur
pengaturan alat/obat kontrasepsi yang rusak atau lewat masa
kadaluarsa?
 Apakah ada logistik atau manual distribusi yang memadai bagi
petugas pada fasilitas pelayanan KB?
 Apakah diperlukan formulir distribusi yang memadai untuk
pencatatan/pelaporan dan pemesanan?

Tabel 2 : Kondisi tempat penyimpanan


Kondisi tempat penyimpanan Ya Tidak
 Apakah tinggi susunan dus kraton melebihi 2,5 meter?
 Apakah diletakkan di atas pallet?
 Apakah letaknya tidak menempel dinding?
 Apakah alat/obat kontrasepsi yang sering digunakan diletakkan
pada tempat yang mudah dijangkau?
 Apakah alat/obat kontrasepsi yang sudah tidak digunakan
diletakkan secara terpisah dari alat/obat kontrasepsi yang masih
digunakkan?
 Apakah tempat/dus penyimpanan alat/obat kontrasepsi telah
diberi catatan yang jelas tentang waktu kadaluarsa?
 Apakah tempat penyimpanan telah diatur sesuai dengan FEFO?
 Apakah temperature pada tempat penyimpanan di bawah 40°C ?
 Apakah ada kipas angina atau system ventilasi untuk menjaga
sirkulasi udara?
 Apakah lantai dan dinding dalam kondisi kering?
 Apakah atap dan jendela tidak bocor?
 Apakah kondisi ruang/tempat penyimpanan sesuai dengan kondisi
alat/obat kontrasepsi yang ada?
 Apakah penerangan yang ada pada tempat penyimpanan
memadai untuk melihat label produksi/kartu persediaan?
 Apakah alat/obat kontrasepsi yang disimpan terhindar dari sinar
matahari langsung?
 Apakah tempat penyimpanan dalam kondisi bersih, rapi, dan
bebas debu?
 Apakah tempat alat/obat kontrasepsi terpisah dari barang lain
yang membahayakan seperti insektisida, bahan kimia, arsip lama,
peralatan kantor dan material lainnya?

Penjagaan Mutu Alat/Obat Kontrasepsi pada Tempat Penyimpanan


Efektivitas dan mutu alat/obat kontrasepsi dapat terjaga dengan baik, apabila disimpan dalam kondisi yang
baik. Penyimpanan / Depot alat kontrasepsi berada di Klinik Kandungan. Guna menjaga kondisi ini maka
dapat dilihat uraian berikut ini

Table 3 : Penjaga mutu dan kondisi penyimpanan alat kontrasepsi


Jenis Kontrasepsi Kondisi Penyimpanan Masa Kadaluarsa
Pil KB Simpan di tempat sejuk dan kering, dan 5 tahun
jauhkan dari sinar matahari langsung.
Kondom Simpan di tempat sejuk dan kering, yaitu 3-5 tahun
suhu < 40°C dan jauhkan dari sinar
matahari langsung, bahan kimia, dan
bahan yang mudah terbakar
AKDR Lindungi dari kelembapan, sinar matahari 7 tahun
langsung, suhu 15-30°C
Norplant Simpan di tempat sejuk dan kering, suhu 5 tahun
< 30°C
Suntik KB Simpan pada suhu 15-30°C posisi vials
tegak lurus menghadap ke atas, jauhkan
dari sinar matahari langsung.

Cara Melakukan Pengecekan Kualitas Alat/Obat Kontrasepsi


Untuk memastikan apakah alat/obat kontrasepsi dalam kondisi baik, sebelum didistribusikan kepada klien,
hal-hal yang dilakukan petugas sebagai berikut:
 Petugas melakukan pengecekan kondisi fisik atas alat/obat kontrasepsi yang diterima.
 Apabila kondisi kontrasepsi baik, kemudian akan disimpan lebih dari 6 bulan, apalagi kondisi tempat
penyimpanan kurang baik (terlalu panas/lembab), petugas perlu melakukan pengecekkan fisik secara
berkala (mingguan/bulanan)

 Lakukan pencatatan dan pelaporan atas temuan yang ada untuk mendapatkan solusi yang baik.
Table 4 : Distribusi Alat Kontrasepsi di RS Siti Khodijah
Jenis Alat
No Ruangan Jumlah
Kontrasepsi
Poliklinik
1. AKDR
Kandungan
Kamar
2. AKDR
Bersalin
Ruang Rawat
3. Tidak Tersedia
Inap
4. PONEK AKDR
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat pasien lebih aman
yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil dalam pelaksanaan pelayanan KB di rumah sakit.
Jenis insiden keselamatan pasien yang mungkin terjadi di Pelayanan KB rumah sakit, meliputi
:
a. Kejadian Sentinel,
b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC),
d. Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
e. Kondisi Potensial Cedera Signifikan (KPCS).

B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit khususnya pada pelayanan Keluarga
Berencana.
2. Menurunkan dan atau melakukan pencegahan terkait kejadian insiden keselamatan pasien di
Rumah Sakit.

C. ALUR PENANGANAN INSIDEN


1. Apabila terjadi suatu insiden di Rumah Sakit, wajib segera ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk
mengurangi dampak / akibat yang tidak diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, petugas yang menemukan insiden harus membuat laporan insiden paling
lambat 2 x 24 jam sejak insiden terjadi untuk selanjutnya dilaporkan ke atasan langsung.
3. Atasan langsung membuat laporan investigasi sederhana untuk kemudian dilaporkan kepada
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP). Untuk grading resiko rendah (biru) atasan
langsung harus membuat investigasi sederhana dengan batas waktu maksimal 1 minggu, untuk
grading resiko sedang (hijau) atasan langsung membuat investigasi sederhana dengan batas
waktu maksimal 2 minggu.
4. Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP) di RS akan menganalisa kembali hasil Investigasi
dan Laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan
melakukan Regrading.
5. Untuk grade Kuning / Merah, Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP) di RS akan
melakukan Analisis akar masalah / Root Cause Analysis (RCA) dalam waktu maksimal 45 hari.
6. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan Rekomendasi untuk perbaikan
serta "Pembelajaran" berupa : Petunjuk / "Safety alert" untuk mencegah kejadian yang sama
terulang kembali.
7. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direktur.
8. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberikan umpan balik kepada unit kerja terkait
serta sosialisasi kepada seluruh unit di Rumah Sakit.

D. KEGIATAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Kegiatan sasaran keselamatan pasien pada pelayanan KB di rumah sakit meliputi :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO setiap memberikan pelayanan KB. Salah satu
pendukung point ini adalah penggunaan gelang identitas pasien untuk pasien rawat inap serta
dengan memastikan kembali identitas pasien dengan menanyakan nama, tanggal lahir, dan
alamat khusus untuk pasien rawat jalan.
2. Peningkatan Service Excellent
a. Melakukan Service Excellent pada saat :
• Komunikasi antar perawat
• Komunikasi perawat dengan dokter
• Komunikasi antar petugas lainnya yang bertugas di Rumah Sakit
b. Menggunakan komunikasi SBAR :
• Saat operan jaga per shift
• Saat terjadi perpindahan perawatan pasien antar ruang
3. Peningkatan Keamanan Obat Obatan yang Perlu Diwaspadai ( High Alert Medication)
a. Melaksanakan SPO Independent Double Check obat, kewaspadaan tinggi pada obat-obat
yang termasuk dalam daftar obat high alert.
b. Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR (benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar dokumentasi).
4. Kepastian Tepat Lokasi dan Tepat Prosedur
Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di RS untuk menjamin pasien yang akan menjalani suatu
tindakan termasuk pelayanan KB mendapatkan tindakan yang sesuai dengan lokasi keadaan
yang perlu ditindak, prosedur yang tepat untuk melakukan tindakan dan diberikan pada pasien
yang benar membutuhkan tindakan tersebut.
5. Pengurangan Resiko Infeksi
Dengan prosedur Cuci Tangan 6 langkah menurut WHO dan mentaati 5 momen Cuci
Tangan.
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Melakukan pencegahan resiko pasien jatuh dengan assessment resiko dan tindak lanjut
kepada pasien yang dirawat dan keluarga.
b. Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi pada saat pelayanan KB di
rumah sakit.
c. Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi pada saat pelayanan KB
di rumah sakit.
d. Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi pada saat pelayanan KB di rumah
sakit.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Rumah Sakit adalah adalah segala kegiatan untuk
menjamin serta melindungi keselamatan dan Kesehatan sumber daya manusia yang bekerja di rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit dengan upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab XII Pasal 164 dinyatakan
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya Kesehatan dan mudah terjangkit penyakit.

B. TUJUAN
Menciptakan suatu sistem kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit dengan melibatkan
unsur manajemen, karyawan, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

C. KESELAMATAN KERJA
Kegiatan / tugas yang dilaksanakan pada pelayanan KB di RS umumnya mempunyai dampak
resiko tinggi terhadap kesehatan petugas.
Upaya yang dilakukan agar petugas tidak berisiko tinggi terhadap dampak dari melaksanakan
pekerjaannya, maka petugas harus :
1. Memakai SarungTangan
2. Memakai Masker
3. Fasilitas wastafel yang dilengkapi dengan skin desinfektan dan air mengalir
4. Safety Box
5. Apron
6. Cuci tangan dengan prinsip 5 momen dan 6 langkah cuci tangan
7. Penanganan sanitasi dan limbah tajam

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu merupakan teknik dan aktivitas terencana yang dilakukan untuk mencapai,
mempertahankan, serta meningkatkan kualitas pelayanan Keluarga Berencana di rumah sakit, agar sesuai
standar yang telah ditetapkan, sehingga dapat memenuhi kepuasan pasien.
Langkah-langkah dalam proses pengendalian mutu dalam pelayanan KB di rumah sakit mengacu
pada tahap-tahap sebagai berikut :
1. Memahami kebutuhan akan pentingnya peningkatan mutu pelayanan Keluarga Berencana di rumah
sakit
2. Melakukan identifikasi masalah mutu yang ada.
3. Mememilih prioritas masalah yang akan dievaluasi.
4. Mencari akar penyebab prioritas masalah.
5. Merencanakan solusi atas prioritas masalah.
6. Melaksanakan perbaikan

Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengendalian mutu, meliputi proses penentuan
indikator mutu, pencatatan dan pelaporan indikator mutu, validasi dan analisa indikator mutu
sebagai bahan dalam melaksanakan perbaikan mutu

Pengukuran indikator mutu Pelayanan Kelurga Berencana RS Siti Khodijah, meliputi :


a. Prosentase KB pasca persalinan
b. Prosentase KB pasca keguguran
c. Prosentase peserta KB yang sudah mendapat konseling KB
BAB IX
MANAJEMEN RISIKO

A. PENGERTIAN
Manajemen Risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi,
mengendalikan, dan berusaha menghindari, meminimalkan, atau bahkan menghilangkan risiko yang
mungkin terjadi di area tersebut.

B. TUJUAN
Menjamin Rumah Sakit dapat memahami, mengukur, serta memonitor berbagai
macam risiko yang terjadi dan juga memastikan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dapat
mengendalikan berbagai macam risiko yang ada.

C. TATA LAKSANA MANAJEMEN RISIKO


1) Penetapan konteks
Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan unit pelayanan
KB, tempat Manajemen Risiko akan diterapkan. Dalam proses ini diidentifikasi pihak-pihak yang
paling berkepentingan (stakeholders utama) dengan proses penerapan manajemen risiko, ruang
lingkup dan tujuan proses, kondisi yang membatasi, serta hasil yang diharapkan dari penerapan
manajemen risiko.
2) Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses terjadinya
peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran yang
ada. Identifikasi risiko dilakukan melalui pencatatan risk register Aplikasi PMKP.
3) Analisis Risiko
Proses analisis risiko dilakukan dengan cara mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian
yang ada serta dilanjutkan dengan menilai risiko dari sisi konsekuensi (level konsekuensi) dan
kemungkinan terjadinya (level frekuensi).
4) Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko yang telah diidentifikasi dan dianalisis.
5) Penanganan Risiko
Proses penanganan risiko bertujuan menentukan jenis penanganan yang efektif dan efisien
untuk suatu risiko. Penanganan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi
penanganan risiko yang tersedia ( Mengurangi Kemungkinan terjadinya Risiko, menurunkan
dampak Risiko, Menerima Risiko, Menghindari Risiko dan Mengalihkan/Mentransfer Risiko) dan
memutuskan opsi penanganan risiko yang terbaik yang dilanjutkan dengan pengembangan
rencana mitigasi risiko.
6) Monitoring dan Review
Monitoring dan Reviu risiko ditujukan untuk terutama mendeteksi dan mengantisipasi adanya
perubahan dalam hal: Konteks organisasi, Profil Risiko, Level setiap risiko dan Efektivitas mitigasi
risiko. Proses Monitoring dan Reviu dilakukan dengan cara memantau efektivitas rencana
penanganan risiko, strategi, dan sistem manajemen risiko.
7) Komunikasi dan Konsultasi
Proses komunikasi dan konsultasi bertujuan memperoleh informasi yang relevan serta
mengkomunikasikan setiap tahapan proses Manajemen Risiko sehingga pihak-pihak yang terkait
dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan baik.
BAB X
PENUTUP

Demikian Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana di RS Siti Khodijah ini dibuat sebagai
kerangka acuan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan KB di
rumah sakit. Kami berharap dengan adanya Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana ini, kinerja
SDM unit pelayanan KB dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan guna meningkatkan
kualitas dan kuantitas pelayanan

Pada akhirnya Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit ini dapat
digunakan sebagai dasar acuan dalam penyelenggaraan pelayanan untuk peningkatan mutu
secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai