Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ayu Khoirunnisa

NIM : 210605335

Tugas : Profesionalisme Kebidanan

Dosen Pembimbing : Feva Triwidiyawati, M.Kes, M.Keb

KASUS 1

Seorang Ibu Primigravida dibantu oleh seorang bidan untuk bersalin. Proses
persalinannya telah lama karena lebih 24 jam bayi belum juga keluar dan keadaan
ibu nya sudah mulai lemas dan kelelahan  karena sudah terlalu lama mengejan.
Bidan tersebut tetap bersikukuh untuk menolong persalinan Ibu tersebut karena
takut kehilangan komisi, walaupun asisten bidan itu mengingatkan untuk segera di
rujuk saja. Setelah bayi keluar, terjadilah perdarahan pada ibu, baru kemudian
bidan menyuruh asistennya untuk merujuk ibu ke RS tempat saya bekerja.
Sesampainya di RS Ibu tersebut sudah meninggal. Keluarganya menuntut bidan
tersebut.

Analisa
Ibu tersebut sudah mengalami partus yang lama karena lebih dari 24 jam,
seharusnya bidan bisa mengetahui penyebab partus lama, apakah ada
malpresentasi pada janin, emosi yang tidak stabil pada ibu atau panggul yang kecil
sehingga bidan bisa bertindak secepatnya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan
bayi, bukan mementingkan komisi yang membahayakan nyawa ibu dan bayi.
Perdarahan itu disebabkan karena atonia uteri akibat partus yang terlalu lama.
Atonia uteri hanya bisa bertahan dalam waktu 2 jam setela Post Partum.
Dalam kasus tertentu justru Bidan dengan sengaja melakukanya demi
uang, dan satu sisi pasien juga tidak mengetahui tentang hak-hak apa yang dapat
diperoleh pasien tentang kondisi kesehatannya atau pasien sengaja tidak dikasih
tahu informasi yang jelas tentang resiko, tindakan serta prosedur persalinan yang
yang seharusnya.Bidan tersebut telah melanggar wewenangan bidan dan
melakukan malpraktek.
      Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hati-hati
melakukan proses kelahiran.

1.      Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai


menyebabkan mati atau luka-luka berat

2.  Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati : Barangsiapa karena
kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
3.      Pasal 1365 KUHS

     Setiap perbuatan melanggar hokum yang mengakibatkan kerugian bagi orang
lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya mengakibatkan kerugian itu,
menganti kerugian tersebut.

Cara membuktikan kelalaiannya adalah Dereliction of Duty (penyimpangan dari


kewajiban) Jika seorang bidan melakukan pekerjaan menyimpang dari apa yang
seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut
standard profesinya, maka bidan tersebut dapat dipersalahkan.
Kepala dinas kesehatan akan memcabut SIPB setelah mendengar saran dan
keputusan dari MPEB dan IBI . MPEB akan melakukan sidang dari kasus ini.
MPEB akan meminta keterangan dari bidan dan saksi. Yang menjadi saksi dari
kasus ini adalah asisten bidan. MPEB akan meminta keterangan dari bidan dan
saksi. Setelah asisten bidan mengatakan yang sebenarnya bahwa bidan lah yang
menahan rujukan karena alasan komisi, maka MPEB akan memberikan sanksi
yang setimpal karena sudah merugikan orang lain kepada bidan tersebut dan
sebagai gantinya izin praktik bidan tersebut akan di cabut. Keputusan MPEB
bersifat final.
Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB
sementara, atau bisa juga berupa denda.
solusi :
  seharusnya bidan tersebut memberikan rujukan pada ibu yang mengalami
persalinan premature dan segera merujuk pasien sesuai dengan tanggung jawab
bidan karna perlu melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
namun bidan tesebut ingin melakukan persalinan ini sendiri dengan alasan takut
kehilanga komisi. Ini jelas tidak boleh dilakukan, dan harus dirujuk. Karena ini
sudah bukan kewenangan bidan lagi, selain itu jika dilakukan oleh bidan itu
sendiri,persalinan akan membahayakan ibu dan bayi yang dikandungnya.

KASUS 2

Ruang Ponek IGD RS tempat saya bekerja hanya ada bidan 1 untuk menangani
pasien kebidanan, dan hanya memiliki 1 bed pasien, pada saat itu bed IGD Ponek
sudah terisi pasien, sehingga pada saat pasien baru ‘datang dipindahkan di ruang
IGD umum bersama pasien lainnya, kasus pasien tersebut perdarahan post partum
3 jam yang lalu diduga sisa plasenta dan saya segera berkonsultasi dengan dokter
dalam melakukan penanganan pasien tersebut, penanganan pasien dilakukan di
Ruang IGD umum dan dibantu oleh perawat IGD dalam menangani pasien.
Analisa

Tindakan yang dilakukan di IGD bersama dengan pasien IGD lainnya, bukan
diruangan ponek ruangan bidan dan bidan melakukan tindakan dibantu dengan
perawat IGD

Solusi Profesionalisme Kebidanan : Sebaiknya kasus diatas dapat mencakup 3 hal


pokok seorang yang professional salah satunya yaitu memiliki Skill yang artinya
orang tersebut harus terampil di bidangnya seperti ada 2 bidan yang bertugas dan
bukan perawat yang membantunya menangani pasien

Sebaiknya tindakan yang dilakukan di ruangan ponek kebidanan sehingga dapat


membuat pasien merasa nyaman

KASUS 2

Pada saat berjaga di RS, terdapat pasien rujukan bidan dengan Ny. T post partum
5 hari yang lalu dengan riwayat epilepsi 3th yang lalu, kondisi pasien keadaan
umum lemah, kesadaran menurun, post kejang 1x di rumah 2 jam yang lalu TD
130/80mmHg, dan terjadi perdarahan hebat. Selanjutnya saya konsultasikan
dengan dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis saraf untuk dilakukan
tindakan selanjutnya.

Analisa

Ibu tersebut memiliki riwayat epilepsi, asisten bidan sudah memberitahu bidannya
terkait riwayat penyakit tersebut, namun bidan tetap ingin menolong persalianan
tanpa kolaborasi yaitu dengan merujuk pasien.
Dalam kasus tertentu justru Bidan dengan sengaja melakukanya demi uang, dan
satu sisi pasien juga tidak mengetahui tentang hak-hak apa yang dapat diperoleh
pasien tentang kondisi kesehatannya atau pasien sengaja tidak dikasih tahu
informasi yang jelas tentang resiko, tindakan serta prosedur persalinan yang yang
seharusnya.Bidan tersebut telah melanggar wewenangan bidan dan melakukan
malpraktek.

Solusi Profesionalisme Kebidanan : sebelum melakukan pertolongan persalinan


sebaiknya segera merujuk pasien sesuai dengan tanggung jawab bidan karna perlu
melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis
saraf seperti yang kita ketahui yang terdapat pada tanggung jawab kebidanan
kolaborasi yaitu memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan memerlukan pertolongan pertama
dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien/keluarga karna harus
diberikan obat anti kejang yang bias diberikan oleh dokter tapi tidak bias
diberikan oleh bidan,

Anda mungkin juga menyukai